Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

CARA MEMBUAT TEPUNG IKAN : Penggilingan Tepung Ikan dan Mutu Tepung Ikan

Langkah terakhir yang dilakukan dalam pembuatan tepung ikan adalah penggilingan buat memecahkan gumpalan-gumpalan atau partikel berdasarkan tulang & dilakukan pengemasan tepung ikan buat selanjutnya dilakukan penyimpanan pada pada silo. Dari loka industri pengolahan tepung ikan, tepung ikan yg sudah siap jual kemudian ditransportasikan.

MUTU TEPUNG IKAN

Tepung ikan yg bermutu baik harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: butiran-butirannya agak seragam, bebas menurut sisa-residu tulang & benda-benda asing lainnya (Moeljanto dalam Taufik, 1996). Tepung ikan yang baik merupakan tepung ikan yg berkadar protein tinggi yaitu diatas 60% & mengandung kadar lemak rendah antara tiga%-7%. Lemak yg terlalu tinggi akan menyebabkan tepung ikan gampang tengik sehingga menyebabkan mutu pakan rendah. Tepung ikan yang memenuhi syarat di atas merupakan tepung ikan rucah yaitu bisa menyamai tepung ikan impor (Puspitasari, 2005).

Menurut Murtidjo (2001), sinkron standar kualitas FAO, maka tepung ikan yg berkualitas baik harus memenuhi persyaratan menjadi berikut:

  1. Tepung ikan harus merupakan partikel-partikel yang dapat melewati saringan Tyler nomor 8.
  2. Tepung ikan memiliki warna terang, keputihan, abu-abu, sampai cokelat muda.
  3. Tepung ikan memiliki kandungan protein lebih dari 50%.
  4. Tepung ikan memiliki kandungan lemak 2,5%-5%.
  5. Tepung ikan memiliki kandungan air sekitar 6%.

Tepung ikan

Mutu tepung ikan yg dihasilkan menggunakan cara konvensional mudah buat dikontrol, lantaran seluruh termin-termin pengolahan & kondisinya dapat diatur dengan baik. Pada metode konvensional pula bisa dihindarkan adanya penundaan yg terjadi di antara tahap-tahap pengolahan yg umumnya terjadi dalam cara sederhana (Ilyas, dkk., 1985).

Menurut kompiang (1985), tepung ikan dipakai pada ransum pakan berfungsi menjadi asal protein/asam amino essential, sang karena itu persyaratan yg harus dipenuhi diantaranya:

  1. Kadar protein yang tinggi dan mudah dicerna, dimana kesediaan asam amino tinggi.
  2. Kadar air tidak melebihi 10%.
  3. Kadar lemak tidak melebihi 8% dan penambahan antioksidan sangat dianjurkan.
  4. Bebas dari kontaminasi, terutama jamur, bakteri-bakteri penyebab penyakit.

Pengolahan tepung ikan menggunakan cara konvensional mutunya lebih baik dibandingkan dengan mutu tepung ikan yang diolah dengan metode semi konvensional juga cara tradisional, karena cara konvensional membentuk tepung ikan yang kadar proteinnya lebih tinggi & kadar lemaknya lebih rendah. (Erlina, dkk., 1988).

Sumber : Modul Pembuatan Tepung Ikan & Pemanfaatannya, BPPP Tegal.

Semoga Bermanfaat...

PENGOLAHAN IKAN ASIN CARA KOMBINASI PENGGARAMAN DAN PERAGIAN (IKAN PEDA)

PENDAHULUAN

Ikan merupakan bahan kuliner yg poly dikonsumsi warga selain menjadi komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan mangkat menyebabkan pembusukan. Mutu olahan ikan sangat tergantung dalam mutu bahan mentahnya.

Tanda ikan yg sudah busuk:

- mata suram dan karam;

- sisik suram & mudah lepas;

- warna kulit suram dengan lendir tebal;

- insang berwarna kelabu menggunakan lendir tebal;

- dinding perut lembek;

- warna keseluruhan suram & berbau busuk.

Tanda ikan yg masih segar:

- daging kenyal;

- mata jernih menonjol;

- sisik kuat & mengkilat;

- sirip kuat;

- warna keseluruhan termasuk kulit cemerlang;

- insang berwarna merah;

- dinding perut bertenaga;

- bau ikan segar.

Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami proses pembusukan. Oleh karena itu pengawetan ikan perlu diketahui seluruh lapisan masyarakat. Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan buat mengurangi kadar air pada tubuh ikan, sebagai akibatnya tidak menaruh kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak. Untuk menerima output awetan yg bermutu tinggi diperlukan perlakukan yg baik selama proses pengawetan misalnya : menjaga kebersihan bahan dan indera yang dipakai, menggunakan ikan yg masih segar, dan garam yg higienis. Ada beragam pengawetan ikan, diantaranya menggunakan cara: penggaraman, pengeringan, pemindangan, perasapan, peragian, & pendinginan ikan.

Dari tabel pada atas, dapat dipandang bahwa ikan mempunyai nilai protein tinggi, dan kandungan lemaknya rendah sehingga banyak memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh manusia.

Manfaat makan ikan sudah poly diketahui orang, misalnya di negara Jepang & Taiwan, ikan merupakan kuliner primer dalam lauk sehari-hari yg menaruh impak awet belia dan asa hayati lebih tinggi menurut negara lainnya. Penggolahan ikan menggunakan banyak sekali cara & rasa mengakibatkan orang mengkonsumsi ikan lebih poly.

Ikan asin merupakan kuliner awetan yang diolah dengan cara penggaraman dan pengeringan. Ada tiga cara pembuatan : (1) Penggaraman kering menggunakan pengeringan; (dua) Penggaraman basah (perebusan pada air garam) dengan pengneringan; & (3) Penggaraman yg dikombinasikan menggunakan peragian (pembuatan ikan peda).

BAHAN

1) Ikan kembung atau ikan lemuru 10 kg

2) Garam dapur 4 kg

ALAT

1) Bak (tong kayu)

2) Tampah (nyiru)

CARA PEMBUATAN

1.    Buang isi perut ikan dan cuci;

2.    Susun dalam bak (tong kayu) yang diselang-seling dengan lapisan garam.

3.    Lapisan garam paling atas harus tebal;

4.    Tutup bak, biarkan selama 4-7 hari (peragian I);

5.    Keluarkan ikan dari bak, jemur selama 2-3 jam;

6.    Angin-anginkan selama satu malam, kemudian kemas dalam peti kayu yang tertutup rapat;

7.    Simpan sekitar 1-3 bulan (peragian II);

8.    Jemur supaya tidak terlalu basah.

DIAGRAM ALIR PEMBUATAN IKAN ASIN (IKAN PEDA) CARA

KOMBINASI PENGGARAMAN DAN PERAGIAN

Catatan:

1)    Ikan asin yang bermutu baik adalah jika memenuhi syarat Standar Industri Indonesia (SII), yaitu :

? Mempunyai bau, rasa, & rona normal, serta bentuk yang baik;

? Berkadar air paling tinggi 25 %

? Berkadar garam (NaCl) antara 10 % ~ 20 %;

? Tidak mengandung logam fungi, pula nir terjadi pemerahan bakteri;

2)    Ada beberapa cara untuk mempercepat pengeringan ikan asin :

? Menjemur ikan di atas para-para dengan tinggi ? 1 m menurut atas tanah, pada page terbuka;

? Menjemur ikan di dalam ruang pengering berdasarkan plastik (solar dryer);

? Mengalir udara panas ke permukaan ikan pada ruangan (mechanical dryer);

? Mengatur cara penjemuran ikan, jangan hingga bertumbuk;

? Membelah daging ikan;

? Membuat sayatan dalam daging ikan.

3)    Perbandingan komposisi ikan asin dan ikan teri kering per 100 gram bahan adalah sebagai berikut :

SUMBER:

http://www.Ristek.Go.Id

Daftar komposisi bahan makanan. Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1979.

Pembuatan ikan asin. Jakarta : Balai Besar Penelitian & Pengembangan Industri Hasil Pertanian, Departemen Perindustrian, 1982. Publikasi No. 4.

Budidaya Ikan Koki

Ikan mas hias (Carassius auratus) adalah ikan air tawar dari familia Cyprinidae dan ordo Cypriniformes. Ikan ini adalah salah satu ikan yang pertama kali berhasil didomestikasi, dipelihara, dan dibudidayakan manusia. Kini ikan mas hias atau kadang disebut secara singkat sebagai ikan mas, adalah salah satu ikan hias akuarium yang paling populer. Varietas Carassius auratus yang telah didomestikasi dan menampilkan mutasi tubuh bersirip ekor ganda dan berbentuk memampat bulat disebut ikan maskoki.

Ikan mas koki
Sebagai salah satu anggota keluarga ikan mas (yang juga termasuk ikan koi dan karper krusia), ikan mas hias adalah versi domestikasi budidaya dari ikan spesies Carassius auratus yang aslinya tidak terlalu berwarna yang habitat aslinya di Asia timur. Ikan ini pertama kali dipelihara di Tiongkok lebih dari seribu tahun yang lalu, dan sejak itu beberapa ras berbeda telah dikembangkan. Ikan mas hias memiliki variasi yang luar biasa, seperti perbedaan ukuran, bentuk tubuh, susunan sirip, dan warna (berbagai kombinasi warna antara lain putih, kuning, jingga, merah, cokelat, dan hitam).

Berikut video cara pembenihan ikan mas koki :

Sumber :Youtube

Semoga Bermanfaat...

PENINGKATAN PERAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

ABSTRAK

Pemberdayaan warga adalah suatu strategi yg digunakan pada pembangunan rakyat sebagai upaya buat mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Sumber: Permendagri RI Nomor 7 Tahun dua007). Pemberdayaan warga perikanan di suatu daerah nir bisa dilakukan tanpa terlebih dahulu dipahami karakteristik masyarakatnya, langkah ini dapat dimulai menggunakan penyusunan data dukung sub sistem sumber daya insan. Kabupaten Lombok Tengah adalah salah satuKabupaten di ProvinsiNusa Tenggara Barat yang merupakan daerah pengembangan kawasan minapolitan sesuai dengan SK Bupati Lombok Tengah Nomor 1a Tahun dua011 dan dukungan Pemerintah Pusat melalui SK Pokja Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor 417 Tahun dua011.

Kata kunci: pemberdayaan rakyat, asal daya perikanan, lombok tengah.

PENDAHULUAN

Kabupaten Lombok Tengah adalah salah satuKabupaten di ProvinsiNusa Tenggara Barat. Ibu kota daerah ini ialahPraya. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.dua08,tiga9 km² dengan populasi sebanyak 860.dua09 jiwa (Sumber : Http://id.Wikipedia.Org/wiki/ Kabupaten_Lombok_Tengah). Lombok Tengah merupakan daerah pengembangan kawasan minapolitan sesuai dengan SK Bupati Lombok Tengah Nomor 1a Tahun dua011 dan dukungan Pemerintah Pusat melalui SK Pokja Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor 417 Tahun dua011. Kondisi social masyarakat yang perlu perhatian untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang berjumlah dua1lima.dua67 orang; dengan tingkat kemiskinan 19,dua%.

Pemberdayaan warga adalah suatu strategi yg digunakan pada pembangunan rakyat sebagai upaya buat mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Sumber: Permendagri RI Nomor 7 Tahun dua007). Pemberdayaan warga perikanan di suatu daerah nir bisa dilakukan tanpa terlebih dahulu dipahami karakteristik masyarakatnya, langkah ini dapat dimulai menggunakan penyusunan data dukung sub sistem sumber daya insan.

Sondita (dua01dua) menjelaskan: kegiatan perikanan dikatakan berkelanjutan apabila warga mendukung keberadaan aktivitas perikanan & pengembangannya. Pengembangan yang dimaksud adalah perbaikan kinerja perikanan yang ditunjukkan diantaranya oleh kontribusi social dan ekonomi usaha perikanan terhadap kehidupan rakyat, pengelolaan perikanan yg efektif, kelestarian asal daya ikan, keteraturan yg mendukung terciptanya usaha perikanan dan menguntungkan.

Efektivitas proses transformasi sosial memperhatikan adanya prinsip-prinsip dasar, berikut: (1) Added Value, merupakan suatu proses yang memberikan nilai tambah pada setiap kegiatan ekonomi masyarakat perikanan tersebut; (dua) Competitiveness, merupakan suatu proses yang memberikan daya saing bagi komoditas/produk yang dihasilkan komunitas perikanan tersebut; (tiga) Productivity and Efficiency, merupakan suatu proses produksi yang hemat bahan baku dan menghasilkan output yang optimal; dan (4) People Centered, merupakan suatu proses yang mengedepankan peran masyarakat sebagai pelaku utama dan penerima manfaat dari proses industrialisasi perikanan.

Tujuan pengkajian yg mendasari penulisan artikel ini merupakan: 1) mengidentifikasi kebijakan pengelolaan sumber daya perikanan; & tiga) mengukur interaksi kebutuhan pendidikan, training & penyuluhan kelautan & perikanan menggunakan potensi dan ciri sumber daya manusia dalam pengelolaan sumber daya perikanan pada Kabupaten Lombok Tengah.

METODE PENGKAJIAN

Rancangan pengkajian merupakan menjelaskan peningkatan peran pemberdayaan warga dalam kebijakan pengelolaan sumber daya perikanan pada Kabupaten Lombok Tengah melalui pendekatan data dukung sub sistem sumber daya manusia pada mencetak warga perikanan yang unggul dan berdaya saing melalui pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kelautan & perikanan. Populasi pengkajian merupakan semua pelaku primer perikanan (pembudidaya, nelayan dan pengolah ikan) dan pelaku usaha perikanan (pemasar ikan, petambak garam) pada Kabupaten Lombok Tengah. Responden dipengaruhi tidak secara rambang, tetapi dengan penunjukan semua kepala gerombolan perikanan yang dibina oleh Badan Pelaksana Penyuluhan dan Dinas Perikanan & Kelautan Kabupaten Lombok Tengah. Jumlah responden holistik merupakan duatiga7 orang ketua/pengurus grup, yang terdiri atas: 15tiga orang berdasarkan kelompok pembudidaya ikan, 7tiga orang berdasarkan grup nelayan, 10 orang berdasarkan grup pengolah & pemasar ikan, dan 1 orang menurut grup petambak garam. Pengumpulan data dilaksanakan dalam lepas 9 ? 1tiga Februari dua014 memakai metode informasi lapangan & wawancara. Data yang dikumpulkan adalah data utama dan sekunder.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Keterangan Usaha

Tabel 1. Keterangan usaha  perikanan di Kabupaten Lombok Tengah

No.

Karakteristik

Frekuensi

%

1.

Jenis kelompok perikanan:

a. Pembudidaya ikan

15tiga

64,56

b. Nelayan

7tiga

tiga0,80

c. Pengolah dan pemasar ikan

10

4,duadua

d. Garam

1

0,4dua

dua.

Jenis komoditi usaha

a. Ikan nila

7tiga

tiga0,80

b. Ikan lele

dua1

8,86

c. Ikan mas/karper

dua5

10,55

d. Udang lobster

16

6,75

e. Rumput laut

15

6,tigatiga

f. Udang vaname

tiga

1,dua7

g. Penangkapan berbagai ikan

7tiga

tiga0,80

h. Pengolahan

10

4,duadua

i. Garam

1

0,4dua

tiga.

Kelas kemampuan gerombolan

a. Pemula

dua01

84,81

b. Madya

dua6

10,97

c. Utama

10

4,duadua

4.

Pernah menerima donasi kapital berdasarkan KKP

a. Ya

7tiga

tiga0,80

b. Tidak

164

69,dua0

lima.

Keinginan menjadi PduaMKP

a. Ya

dua17

91,56

b. Tidak

dua0

8,44

6.

Tingkat pendidikan anggota

a. Sekolah Dasar

919

tiga4,07

b. SLTP

599

duadua,dua1

c. SLTA

707

dua6,dua1

d. Diploma/kesarjanaan

dua06

7,64

e. Tidak sekolah

duatiga1

8,57

f. Lainnya

tiga5

1,tiga0

7.

Usia

a. dua0 - tiga0 tahun

571

dua1,17

b. tiga1 - 40 tahun

10tiga6

tiga8,41

c. 41 - 50 tahun

857

tiga1,78

d. 51 - 60 tahun

dua11

7,8dua

e. > 61 tahun

duadua

0,8dua

8.

Sifat Pekerjaan

a. Usaha pokok

1761

65,dua9

b. Usaha sampingan

705

dua6,14

c. Hobby

199

7,tiga8

d. Lainnya

tigadua

1,19

Sumber: Data diolah sang Fahrur Razi dan Dewi Astuti Sartikasari (Tim B pada Pengumpulan Data SDM di Lombok Tengah dan Lombok Timur, 9-1tiga Februari dua014)

dua. Program dan Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan di Lombok Tengah

-          Visi : Terwujudnya Masyarakat Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Tengah yang Sejahtera dan Bertanggung Jawab.

-          Misi : (a) Meningkatkan kualitas SDM nelayan, pembudidaya ikan, pengolah dan pemasar atau pelaku usaha kelautan dan perikanan lainnya; (b) Meningkatkan produksi dan produktivitas usaha masyarakat kelautan dan perikanan melalui pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang optimal dan berkelanjutan; dan (c) Meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat kelautan dan perikanan serta meningkatkan peran kelembagaan masyarakat kelautan dan perikanan dalam pembangunan kelautan dan perikanan.

-          Program dan Kebijakan : (a) Peningkatan Kapasitas Kawasan Minapolitan menuju Industrilisasi Kelautan dan Perikanan; (b) Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN) berbasis Pelabuhan Perikanan; (c) Sinergi anggaran pusat dan daerah (dukungan Agro, Marine, Tourism/AMT); (d) Peningkatan Kapasitas sentra produksi ikan air tawar; (e) Peningkatan Pemanfaatan Perairan Umum Daratan; (f) Penciptaan Wirausahawan Baru Kelautan dan Perikanan; (g) Peningkatan Konsumsi Makan Ikan; dan (h) Penurunan Tingkat pelanggaran pemanfaatan SDKP (Sumber: disarikan dari Materi Paparan “Program dan Kebijakan Perikanan dan Kelautan di Kabupaten Lombok Tengah”, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lombok Tengah).

tiga. Karakteristik Kebutuhan Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

Tabel dua. Kebutuhan Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan di Kab. Lombok Tengah

No.

Karakteristik

Frekuensi

%

1.

Anak pelaku utama yang usia sekolah

a. Belum sekolah

506

16,18

b. PAUD

460

14,71

c. SD

89tiga

dua8,56

d. SLTP

5tiga6

17,14

e. SLTA

400

1dua,79

f. Perguruan Tinggi

dua0dua

6,46

g. Tidak sekolah

1tiga0

4,16

dua.

Pertarunga utama yg dihadapi

a. Teknis produksi

10

4.duadua

b. Tenaga kerja

dua

0.84

c. Permodalan

dua08

87.76

d. Pemasaran

14

lima.91

e. Kelembagaan/grup

tiga

1.dua7

f. Lainnya

tiga.

Pelatihan yang dibutuhkan

a. Manajerial

dua5

10,55

b. Keterampilan/teknis produksi

1tiga7

57,81

c. Sikap/motivasi

11

4,64

d. Pemasaran

11

4,64

e. Lainnya

5tiga

duadua,tiga6

4.

Langkah pengembangan peran dan fungsi penyuluh perikanan:

a.     Pemenuhan jumlah penyuluh perikanan sesuai dengan ratio keberadaan penyuluh dan kelompok binaannya (1 penyuluh, untuk 1dua-16 kelompok binaan), sehingga setiap penyuluh dapat mengunjungi setiap kelompok 1-dua kali/bulan

tiga6

15,19

b.    Peningkatan kompetensi penyuluh sesuai dengan kebutuhan lapangan/pengembangan usaha

17

7,17

c.     Pemberian peran kepada penyuluh perikanan dalam fasilitasi bantuan modal dari pemerintah

16

6,75

d.    Percontohan/demonstrasi oleh penyuluh perikanan sebagai media penyuluhan di wilayah kerjanya

1dua

lima,06

e.    Magang usaha pada kelompok didaerah lain yang berhasil dan pengembangan sekolah lapang

10

4,duadua

f.      Tidak berpendapat

146

61,60

lima.

Langkah pengembangan potensi perikanan dan pemberdayaan rakyat perikanan yg dibutuhkan

a.    Penambahan modal usaha, melalui: (1)fasilitasi bantuan sarana dan prasarana dari pemerintah yang transparan; (dua)kemudahan akses perbankan; (tiga) penyediaan sistem informasi pembiayaan usaha mikro dan kecil;

11dua

47,dua6

b.    Penekanan biaya produksi, melalui: (1)subsidi pakan dan bbm; (dua)peremajaan perahu dan alat tangkap; (tiga)produksi pakan sendiri; (4)kuntinyuitas bahan baku; (5)fasilitasi pembangunan rumpun

5dua

dua1,94

c.    Pengembangan pemasaran, melalui: (1)stabilitas harga jual; (dua)diversifikasi usaha; (tiga)pasca panen dan pengolahan

tigatiga

1tiga,9dua

d.    Peningkatan kemampuan manajemen kelompok, melalui: (1)penetapan AD/ART; (dua)buku administrasi; (tiga)pengelolaan aspek permodalan/keuangan dalam kelompok; (4)penumbuhan tabungan kelompok

11

4,64

e.    Penumbuhan iklim usaha yang kondusif (perijinan, konservasi dan aturan pengelolaan sumber daya)

4

1,69

f.     Tidak berpendapat

dua5

10,55

Sumber: Data diolah oleh Fahrur Razi dan Dewi Astuti sartikasari (Tim B pada Pengumpulan Data SDM di Lombok Tengah dan Lombok Timur, 9-1tiga Februari dua014)

SIMPULAN

1.   Karakteristik masyarakat perikanan di Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur: (a) Kegiatan usaha perikanan didominasi oleh kegiatan budidaya ikan; (b) Kelas kemampuan gerombolan perikanan sebagian besar termasuk kedalam kelas Pemula; (c) Sebagian besar kelompok perikanan berminat menjadi Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan; (d) Lebih dari dua pertiga pelaku utama perikanan menyatakan bahwa usaha dibidang perikanan sebagai usaha pokoknya; (e) Jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan umumnya adalah jaring dan pancing, dengan teknologi semi intensif dan dilakukan sepanjang tahun; (f) Kapasitas produksi para pengolah dan pemasar ikan cukup tinggi, yakni berkisar antara dua1 – 50 kg perminggu, dengan masa produksi sepanjang tahun; (g) Lebih dari dua pertiga pelaku utama perikanan hanya mengandalkan diri sendiri sebagai pekerja pada usahanya; (h) Sebagian besar pelaku utama perikanan berproduksi >dua1 hari dalam satu bulan, dengan rata-rata jam produksi atau berjalannya usaha perikanan diatas 10 jam/hari.

dua.   Dalam pelaksanaan program dan kebijakan pengelolaan sumber daya perikanan di Kabupaten Lombok Tengah, sebaiknya dilaksanakan melalui pendekatan sumber daya manusia dalam mencetak masyarakat perikanan yang unggul dan berdaya saing melalui pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kelautan dan perikanan, antara lain berupa:

-       Sebagian besar responden berpendapat bahwa langkah pengembangan peran dan fungsi penyuluhan perikanan yang dapat dilakukan adalah: (a) Pemenuhan jumlah penyuluh perikanan sesuai dengan ratio keberadaan penyuluh dan kelompok binaannya; (b) Peningkatan kompetensi penyuluh sesuai dengan kebutuhan lapangan/pengembangan usaha; (c) Pemberian peran kepada penyuluh perikanan dalam fasilitasi bantuan modal dari pemerintah; (d) Percontohan/demonstrasi oleh penyuluh perikanan sebagai media penyuluhan di wilayah kerjanya, terutama pada teknologi pengelolaan pakan dan pengemasan produk olahan; (e) Magang usaha pada kelompok didaerah lain yang berhasil dan pengembangan sekolah lapang.

-       Sebagian besar responden mengusulkan beberapa langkah pengembangan potensi perikanan dan pemberdayaan masyarakat perikanan sesuai harapan, yakni: (a)Penambahan modal usaha, (b) Fasilitasi pelatihan teknis dan manajerial, (c) Pengembangan pemasaran, (d) Penekanan biaya produksi, (e) Penumbuhan iklim usaha yang kondusif, (f) Pengembangan keterampilan teknis, dan (g) Peningkatan kemampuan manajemen kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, dua007. Permendagri RI Nomor 7 Tahun dua007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat.

BPS Kabupaten Lombok Tengah, dua01tiga. Lombok Tengah dalam Angka Tahun dua01tiga. Kerjasama antara BPS dengan BPPD Kabupaten Lombok Tengah.

Http://id.Wikipedia.Org/wiki/ Kabupaten_Lombok_Tengah

Razak M, dua014. Materi Paparan pada Lokakarya Pengumpulan Data Dukung Blue Economy Sub Sistem SDM Kelautan dan Perikanan di Lombok Tengah: “Program dan Kebijakan Perikanan dan Kelautan di Kabupaten Lombok Tengah”. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lombok Tengah.

Razi F., Sartikasari D.A., Prabowo A., Guntur M., dua014. Peningkatan Peran Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Melalui Pendekatan Data Dukung Blue Economy Sub Sistem Sumber Daya Manusia dalam Mencetak Masyarakat Perikanan Yang Unggul dan Berdaya Saing Melalui Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur. Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Sondita, MFA., dua01dua. Manajemen Sumber Daya Perikanan. Universitas Terbuka, Tangerang Selatan.

#Tag : Pemberdayaan

Sardine Run, Fenomena Unik Ikan-ikan di Pesisir Timur Afrika Selatan

Fenomena ini dikenal menggunakan kata KwaZulu-Natal Sardine Run (KZN run) atau migrasi kawanan terbesar di Bumi.

Sekali dalam setahun, Afrika Selatan sebagai rumah bagi peristiwa alam yg menakjubkan. Para penjelajah bahari akan menyaksikan ribuan spesies bahari mulai dari berbagai jenis lumba-lumba, kawanan gannet, dan banyak lagi pada jeda dekat pada kenyataan ini.

Fenomena ini dikenal menggunakan kata KwaZulu-Natal Sardine Run (KZN run) atau migrasi kawanan terbesar di Bumi. Ketika sekawanan ikan sarden melakukan perjalanan di sepanjang provinsi KwaZulu-Natal yang terletak di pesisr timur Afrika Selatan. Sardine Run biasanya terjadi di bulan Mei hingga Juni.

Selama trend dingin pada belahan bumi selatan, suhu perairan dekat pantai mulai mendingin di bawah 22 derajat Celsius atau 71,6 derajat Fahrenheit. Ikan sarden melakukan ekspansi wilayah yang cocok menggunakan syarat terakhir habitat mereka. Perairan dingin memikat ikan sarden untuk berenang di dekat pantai dalam kawanan akbar. Bagi predator besar misalnya hiu & paus yang memakan sarden, migrasi besar ini adalah seremoni akbar !

?Migrasi musiman ini menunjukkan kesempatan langka buat menyaksikan tontonan yg luar biasa. Masyarakat kurang lebih nir biasa melihat kenyataan ini pada tanggal pantai," istilah Carl van der Lingen, peneliti di Marine Research Institute pada Universitas Cape Town.

Sardine run menjadi magnet bagi aneka macam macam spesies. Mulai menurut gannets Cape, penguin Afrika, paus humpback, lumba-lumba & hiu. Van der Lingen memperkirakan ratusan juta ikan berpartisipasi dalam kenyataan ini.

"Kami telah melakukan 3 survei di pantai, pada setiap survei diperkirakan terdapat lebih kurang 30.000 ton sarden," kata van der Lingen. Jumlah ini diasumsikan bila setiap ikan berbobot kurang lebih 70 gram, maka totalnya menjadi 430 juta ikan.

Ia pula memperkirakan terdapat hampir 10.000 lumba-lumba & ribuan gannets terkait dengan KZN run.

Jumlah migrasi ikan ini sungguh luar biasa, ditambah eksistensi spesien lain menjadi predator yg berkumpul pada satu tempat. Jumlah ini kentara lebih besar menurut migrasi rusa kutub menurut Afrika Timur dalam konteks biomassa.

KwaZulu-Natal sardine run lebih berdasarkan sekedar sebuah acara tahunan pada mana orang berduyun-duyun ke pantai hanya buat melihatnya. Lebih menurut itu, ia merupakan fenomena yg mempesona ilmuwan.

(K.N Rosandrani. Sumber : Alexandra E. Petri / nationalgeographic.Com)

Sumber : National Geographic Indonesia

PENGGUNAAN ALAT PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN BANJAR

ABSTRAK

Kabupaten Banjar mempunyai sumberdaya perikanan & kelautan yg sangat potensial buat dikembangkan.Kabupaten Banjar pula termasuk keliru satu kabupaten pada Kalimantan Selatan yang memiliki potensi perairan yg lengkap, yaitu perairan umum & perairan bahari (tempat pesisir). Potensi ini telah dimanfaatkan sang rakyat buat kegiatan penangkapan & budidaya. Kegiatan penangkapan yg dilakukan masyarakat meliputi kegiatan penangkapan pada perairan bahari & perairan generik. Berdasarkan jumlah alat penangkapan ikan yg digunakan pada Kabupaten Banjar, maka urutan penggunaan indera tangkap ikan yg digunakan mayoritas nelayan dan alasan penggunaannya (kesesuaian dengan budaya & keadaan perairan) merupakan sebagai berikut: (1) Payang (termasuk Lampara); (dua) Dogol (termasuk lampara dasar, cantrang); (3) Rawai tetap/rawai permanen dasar; (4) Jaring insang hanyut; & (5) Jermal.

Kata kunci: alat penangkapan ikan, nelayan, kabupaten banjar.

PENDAHULUAN

Kabupaten Banjar terletak antara  2˚49’55’’  sampai dengan   3˚93’38” dan 114˚30’20’’ sampai 115˚35’37” Bujur Timur,  serta terletak pada ketinggian 0 sampai dengan 250 m dari permukaan laut. Topografinya terdiri dari dataran rendah (bagian Barat), berbukit-bukit (bagian Tengah) dan Pegunungan (sebelah Timur) yang merupakan gugusan pegunungan Meratus.Wilayah dataran rendah sebagian besar terdiri dari wilayah berawan dan sedikit rawa pantai. Wilayah Kabupaten Banjar ± 4.529.85 km2,  secara administrative dibagi menjadi 17 kecamatan ditambah 2 kecamatan baru yang selanjutnya dibagi dalam 288 kelurahan/desa.

Kabupaten Banjar mempunyai sumberdaya perikanan dan kelautan yang sangat potensial untuk dikembangkan.Kabupaten Banjar juga termasuk salah satu kabupaten di Kalimantan Selatan yang mempunyai potensi perairan yang lengkap, yaitu perairan umum dan perairan laut (kawasan pesisir). Potensi ini telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan penangkapan dan budidaya. Kegiatan penangkapan yang dilakukan masyarakat meliputi kegiatan penangkapan di perairan laut dan perairan umum (waduk, sungai dan rawa). Sedangkan kegiatan budidaya yang dilakukan masyarakat meliputi kegiatan budidaya  kolam, jaring apung, karamba, dan tambak.

Satu-satunya kecamatan di Kabupaten Banjar yg memiliki potensi kelautan atau mempunyai wilayah pesisir/pantai merupakan Kecamatan Aluh-Aluh. Dari sembilan belas desa yang terdapat pada Kecamatan Aluh-aluh, masih ada 12 (duabelas) desa pantai/pesisir yang dikembangkan potensi perikanan lautnya. Ke-12 desa itu adalah: Labat Muara, Tanipah, Sungai MusaBakambat, Aluh-aluh Kecil, Aluh-aluh Besar, Pulantan, Podok, Kuin Besar, Kuin Kecil, Simpang Warga Dalam dan Simpang Warga Luar.

Teknik penangkapan ikan ialah teknik atau cara-cara mempergunakan alat penangkapan ikan (Ayodhyoa, 1981). Menangkap ikan membutuhkan peralatan dan teknik yang tepat untuk menangkap ikan, baik yang masih tradisional maupun yang menggunakan teknologi moderen. Sedangkan yang dimaksud dengan alat penangkapan ikan adalah segala macam alat yang di pergunakan dalam proses penangkapan ikan  termasuk kapal, alat tangkap dan alat bantu penangkapan (Pranoto, 1997). Dengan peralatan dan teknik penangkapan yang tepat akan dapat menangkap ikan dengan hasil yang baik.

PEMBAHASAN

Sumberdaya perairan di Kabupaten Banjar yang dapat dan telah dimanfaatkan rakyat untuk bidang perikanan & kelautan (khususnya penangkapan ikan), diantaranya adalah :

1.   Potensi laut seluas 1lima.000  Ha dengan panjang garis pantai 26 Km. Luas lahan yang dikembangkan/dimanfaatkan untuk usaha perikanan laut adalah sebesar tiga.200 Ha.

dua.   Perairan Sungai/DAS (Daerah Aliran Sungai) di Kabupaten Banjar adalah seluas 779.377 Ha.  Perairan Sungai / DAS yang selama ini dimanfaatkan oleh masyarakat meliputi :

-       Sungai Martapura, luasnya adalah 427.113 Ha,  yaitu sepanjang 70 Km dari Kecamatan Astambul hingga Kota Banjarmasin.

-       Sungai Riam Kanan, luasnya adalah 161.132 Ha, yaitu sepanjang 23 Km dari Desa Awang Bangkal hingga ke Kecamatan Astambul, dengan prioritas pengelolaan 20,70%.

-       Sungai Riam Kiwa, luasnya adalah 191.132 Ha, yaitu sepanjang 60 Km dari Kecamatan Astambul sampai Kab. Tapin (Binuang), dengan prioritas pengelolaan 24,50%.

tiga.   Kabupaten Banjar berdasarkan drainase tanahnya, 12 kecamatan dari 19 kecamatan yang ada memiliki drainase tergenang selama 3–6 bulan seluas 6lima.030 Ha dan drainase tergenang selama setahun dengan luas 79.255 Ha.

Produk perikanan tangkap perairan laut di Kab.Banjar meliputi ikan Manyun, Kakap, Bawal Hitam/putih, Gulamah, Pari, Alu-alu/Barakuda, Udang Putih dan Udang Bajang. Sedangkan untuk produk penangkapan di perairan umum meliputi ikan Gabus, Betok, Sepat Siam, Nila, Belida, Gurame, wader/puyau, Toman, Betutu, Baung dan Udang Galah. Sampai saat ini tercatat 4.783 RTP perikanan tangkap, dengan 21.503 unit alat tangkap yang umum digunakan (Lampara Dasar, Jaring Insang Tetap dan Hanyut, Jermal/Togo,  Rawai, Pancing, Bubu, Tempirai, Lukah,  dll). Untuk armada penangkapan, tercatat tiga.341 unit armada penangkapan (1.100 armada perairan laut berupa kapal motor 0-5 GT dan dua.241unit armada perairan umum berupa 1.862 unit perahu tak bermotor dan 379 unit perahu motor tempel). Untuk meningkatkan produksi hasil tangkap, berbagai kegiatan pendukung dilaksanakan oleh Kab.Banjar diantaranya pemberian bantuan alat tangkap dan pembentukan kelompok nelayan tangkap.

Tabel 1. Data Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap Perairan Laut Tahun 2012

NO

KOMODITAS

PRODUKSI (TON)

NILAI PRODUKSI (RP.000)

1.

Udang Putih

3,34tiga.72

33,731,923

dua.

Udang Bajang

746.83

9,690,256

tiga.

Sembilang

14.06

168,697

4.

Belanak

28.53

285,271

lima.

Kakap Merah

6.23

137,163

6.

Bawal

2lima.27

568,506

7.

Bara-bara

5tiga.11

584,193

8.

Pari

21lima.46

2,585,525

9.

Menangin

249.69

5,024,716

10.

Otek

26.36

353,218

11.

Bara kuda

dua.98

44,727

1dua.

Dako

dua.48

22,364

1tiga.

Manyung

11.26

112,646

14.

Selangat

9.28

92,768

1lima.

Kakap

4.09

102,155

16.

Ikan lainnya

2,808.11

12,141,124

Jumlah

7,547.46

65,645,252

Sumber: DPK, 201tiga.

Tabel dua. Data Produksi Perikanan Tangkap Perairan Umum Tahun 2011 (dalam ton)

NO

KOMODITAS

SUNGAI

RAWA

WADUK

JUMLAH

1.

Gabus

467.56

7tiga.07

540.63

dua.

Toman

2lima.45

3dua.31

57.76

tiga.

Sepat

51.10

66.45

117.55

4.

Nila

28.12

628.73

656.85

lima.

Baung

46.72

3dua.66

79.37

6.

Patin

27.79

27.79

7.

Sanggang

40.63

40.63

8.

Kapar

4.01

4.01

9.

Gurame

40.20

40.20

10.

Belida

4.58

4.58

11.

Adungan

57.48

57.48

1dua.

Betutu

6.77

6.77

1tiga.

Udang Galah

149.69

149.69

14.

Udang Sapit

8.45

8.45

1lima.

Bakut

6.93

6.93

16.

Betok

461.75

97.60

559.35

17.

Puyau

28.54

1dua.65

41.19

18.

Sepat Siam

151.55

10.94

16dua.48

19.

Ikan lainnya

39.17

0.87

180.20

220.24

Jumlah

1,53tiga.46

287.27

96tiga.28

dua.781.97

Sumber: DPK, 201tiga.

Urutan penggunaan alat tangkap ikan yang digunakan mayoritas nelayan di Kabupaten Banjar berdasarkan  banyaknya penggunaan, dan alasan penggunaannya (kesesuaian dengan budaya dan keadaan perairan) adalah sebagai berikut:

1.   Payang (termasuk Lampara)

Alasan penggunaannnya:

-    Sesuai dengan jenis hasil tangkapan utamanya berupa udang bajang dan udang putih.

-    Sebagai alat tangkap ikan yang cukup produktif.

-    Jenis alat penangkapan ikan yang digerakkan/dioperasikan langsung dengan kapal dan sesuai dengan karakteristik perairan operasi penangkapan ikan di perairan dalam dan laut terbuka.

dua.   Dogol (termasuk lampara dasar, cantrang)

Alasan penggunaannnya:

-    Sesuai dengan jenis hasil tangkapan utamanya berupa udang bajang dan udang putih.

-    Sebagai alat tangkap ikan yang cukup produktif.

-    Jenis alat penangkapan ikan yang digerakkan/dioperasikan langsung dengan kapal dan sesuai dengan karakteristik perairan operasi penangkapan ikan di perairan dalam dan laut terbuka.

tiga.   Rawai tetap/rawai tetap dasar

Alasan penggunaannnya:

-    Sesuai dengan jenis hasil tangkapan utamanya berupa ikan sembilang, bara-bara, otek, kakap merah, menangin, bara kuda, dako dan manyung .

-    Sebagai alat tangkap ikan yang cukup produktif

-    Operasional alat tangkap: (a) lebih efesien dari segi penggunaan waktu; (b) Pengoperasian alat tangkap lebih sederhana dan simpel; (c) Lebih selektif untuk mendapatkan hasil tangkapan sesaui dengan target ikan yang akan di tangkap; (d) Lebih ramah lingkungan; dan (e) pengoperasiaannya memerlukan biaya yang relatif murah;

-    Jenis alat penangkapan ikan pasif yang sesuai dengan karakteristik perairan operasi penangkapan ikan di perairan dangkal dan daerah karang.

4.   Jaring insang hanyut

Alasan penggunaannnya:

-    Sesuai dengan jenis hasil tangkapan utamanya berupa ikan bawal, pari, menangin.

-    Sebagai alat tangkap ikan yang cukup produktif.

-    Jenis alat penangkapan ikan yang dipasang (setting) sementara di suatu perairan dan diangkat kembali setelah selang waktu tertentu, sesuai dengan karakteristik perairan operasi penangkapan ikan di perairan dalam dan laut terbuka.

lima.   Jermal

Alasan penggunaannnya:

-    Sesuai dengan jenis hasil tangkapan utamanya berupa udang bajang, udang putih dan ikan belanak.

-    Sebagai alat tangkap ikan yang cukup produktif.

-    Operasional alat tangkap: (a) lebih efesien dari segi penggunaan waktu; (b) pengoperasian alat tangkap lebih sederhana dan simpel; (c) lebih selektif untuk mendapatkan hasil tangkapan sesaui dengan target ikan yang akan di tangkap; (d) Lebih ramah lingkungan; dan (e) pengoperasiaannya memerlukan biaya yang relatif murah;

-    Jenis alat penangkapan ikan pasif yang sesuai dengan karakteristik perairan operasi penangkapan ikan di perairan dangkal dan sekitar 2 hingga 6 mil dari tepi pantai.

KESIMPULAN

Berdasarkan jumlah alat penangkapan ikan yang dipakai pada Kabupaten Banjar, maka urutan penggunaan indera tangkap ikan yang digunakan lebih banyak didominasi nelayan dan alasan penggunaannya (kesesuaian menggunakan budaya dan keadaan perairan) merupakan sebagai berikut: (1) Payang (termasuk Lampara); (dua) Dogol (termasuk lampara dasar, cantrang); (3) Rawai tetap/rawai permanen dasar; (4) Jaring insang hanyut; & (5) Jermal.

DAFTAR PUSTAKA

DPK, 201tiga. Produksi Perikanan Tangkap Kabupaten Banjar Tahun 201dua. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banjar, Martapura.

Http://komunitaspenyuluhperikanan.Blogspot.Com/2012/04/potensi-perikanan-kabupaten-banjar.Html.

Razi F., 2010. Profil dan Penyeleggaraan Penyuluhan Perikanan Kawasan Minapolitan Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Pusat Penyuluhan Kelautan & Perikanan BPSDMKP, Jakarta.

Mengenal Ikan Mas Rajadanu

Penyediaan benih ikan yg bermutu merupakan salah satu kebutuhan primer pada mempertinggi produktivitas usaha budidaya ikan air tawar .Benih ikan bermutu yang didapatkan oleh Balai-Balai Penelitian perlu dikembangkan penyebarluasannya pada wilayah.

Hasil kajian adaptasi ikan mas strain Rajadanu yang dilaksanakan oleh IPPTP Mataram, kerjasama dengan Balitkanwar Sukamandi pada TA. 1996/1997 diketahui daya adaptasi dan laju pertumbuhannya lebih baik dari Majalaya yang sudah lama dikenal di NTB. Selain itu dari segi rasa tidak berbeda dengan Majalaya. Melihat kenyataan tersebut Balai Benih Ikan (BBI) Batukumbung mengembangkan pembenihan Rajadanu dan pada awal Pebuari 1998 benih Rajadanu telah berhasil diproduksi. Kajian Pembesaran Rajadanu hasil pembenihan tersebut telah dilaksanakan di kolam BBI Batukumbung dan di sawah (minapadi) di desa Teratak Lombok Tengah TA. 1999/2000, menunjukkan bahwa daya adaptasi Rajadanu yang dipelihara di kolam cukup tinggi dengan kelangsungan hidup (SR) mencapai 75%, produktivitas sebesar 5.050 t/ha, masa pemeliharaan 3 bulan. Pada pemeliharaan di sawah (minapadi legowo), tingkat kelangsungan hidup mencapai 73%, dengan produktivitas rata-rata 204 kg/ha, masa pemeliharaan 60 hari.
Ikan mas strain Rajadanu

BIOLOGI IKAN MAS RAJADANU

Rajadanu termasuk bangsa (ordo) Cypriniformes, sub bangsa Cyprinoidei, suku (family) Cyprinoidea, sub suku Cyprininae, marga (genus) Cyprinus dan jenis (species) Cyprinus carpio, strain Rajadanu.

Ciri-karakteristik morfologi:

  1. Bentuk badan memanjang dengan perbandingan panjang total dan tinggi badan 3,5 : 1.
  2. Badan bersisik penuh dengan ukuran sisik normal.
  3. Punggung berwarna hijau keabu-abuan, makin kearah perut warna sisik semakin memutih dan sampai perut berwarna putih.

POTENSI BIOLOGI

1. Sifat reproduksi induk:

  • Kematangan induk : betina : umur 1,5 – 2 tahun, dengan bobot 2-3 kg; jantan : umur 0,5 -1 tahun dengan bobot 0,6 - 1 kg.
  • Diameter telur :1,3 – 1,6 mm
  • Fekunditas/ kg induk: 148.000 151.000 butir.
  • Derajat penetasan : 85 – 93 %
  • Panjang larva : 4 – 7 mm.

Dua. Kebiasaan makan

Ikan mas Rajadanu termasuk pemakan segala (hewan pemakan daging dan tumbuh-tumbuhan). Makanannya berupa jasad hewan atau tanaman yang umumnya hidup didasar perairan. Hewan dasar tersebut misalnya Cacing, Siput, dll. Ikan mas Rajadanu makan dengan cara mengambil lumpur, menghisap bagian-bagian yang dapat dicerna & sisanya akan dimuntahkan. Ikan mas Rajadanu menaruh daya adaptasi dan laju pertumbuhan yg tinggi menggunakan hadiah pakan buatan.

Tiga. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah fungsi menurut metoda budidaya yang di terapkan, padat penebaran, mutu dan jumlah pakan, mutu air dan kompetisi. Hasil kajian pada kolam BBI Batukumbung, benih ukuran 5-8 cm (lima-10 gram) menggunakan kepadatan 10 ekor/m2, diberikan pakan komersial 3-5% dari berat individu dalam saat tiga bulan bisa mencapai 73,29 gr per ekor. Sementara hasil kajian minapadi menggunakan cara tanam jajar legowo, benih ukuran lima-8 cm menggunakan kepadatan 5000 ekor/ha, dalam saat 60 hari pemeliharaan dapat mencapai 33,87 gram per ekor.

Sumber : Lembar keterangan pertanian (Liptan) IP2TP Mataram No. 06/Liptan/2000

Semoga Bermanfaat...

PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN

PRINSIP KELESTARIAN SUMBER DAYA PERIKANAN

Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perikanan diharapkan tidak menyebabkan rusaknya fishing ground, spawning ground, maupun nursery ground ikan.  Selain itu, tidak pula merusak hutan mangrove, terumbu karang, dan padang lamun yang memiliki keterkaitan ekologis dengan ikan.

PRINSIP KELESTARIAN BUDAYA

Pengelolaan dan pemanfaatan asal daya perikanan dalam era swatantra daerah seyogianya wajib memperhatikan pula kearifan lokal, pengetahuan lokal, hukum-hukum adat, dan aspek kelembagaan lainnya yg berkaitan menggunakan pengelolaan sumber daya tadi.

Di Indonesia ada beberapa wilayah yang mempunyai aturan pengelolaan asal daya perikanan yang bersifat tradisional, contohnya: sasi pada Maluku, rompong pada Sulawesi Selatan, & ondoafi pada Irian Jaya.

PRINSIP EKONOMI

Pengelolaan & pemanfaatan asal daya perikanan pada konteks otonomi daerah dibutuhkan mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah & pendapatan orisinil daerah sehingga sanggup mewujudkan kemandirian dan keadilan ekonomi.

PRINSIP PARTISIPATIF

Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perikanan akan bisa berjalan dengan baik apabila melibatkan partisipasi seluruh pihak yang terkait.

PRINSIP AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI

Pengelolaan & pemanfaatan sumber daya perikanan harus memperhatikan pula aspek akuntabilitas dan transparansi pada pelaksanaannya.

PRINSIP KETERPADUAN

Prinsip keterpaduan dalam pengelolaan & pemanfaatan sumber daya perikanan adalah hal yg penting buat diupayakan. Melalui keterpaduan pada antara pemangku kepentingan, proses perencanaan, pelaksanaan,

& pengawasan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perikanan akan bisa berjalan dengan baik.

PRINSIP PERSATUAN DAN KESATUAN

Pengelolaan & pemanfaatan asal daya perikanan pada era otonomi wilayah merupakan upaya memberdayakan kekuatan rakyat lokal buat menjaga keberadaan NKRI.

Dari 7 prinsip pengelolaan asal daya perikanan yang sebagai landasan menuju desentralisasi, dari pendapat saya (penyusun) prinsip yg paling krusial adalah ?Prinsip Partisipatif?, menggunakan beberapa alasan menjadi berikut:

-    Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, otoritas pengelolaan sumber daya perikanan adalah pemerintah melalui menteri yang bertanggung jawab dalam bidang perikanan, dengan beberapa kewenangan (Pasal 7 Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009). Akan tetapi dalam kerangka otonomi daerah dan desentralisasi pemerintahan, otoritas dan wewenang tersebut didelegasikan (desentralisasi) ke daerah (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004). Selain itu, pengelolaan perikanan harus mempertimbangkan hukum adat dan kearifan lokal serta memperhatikan peran serta masyarakat (Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009).

-    Potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang begitu besar pada pemanfaatannya diperlukan kejelasan pengaturan, sehingga sumber daya tersebut dapat dikelola dengan efisien dan efektif untuk kepentingan pembangunan  ekonomi di masa sekarang dan masa depan. Penjabaran kewenangan yang dilakukan perlu diikuti dengan pengembangan system dan mekanisme hubungan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, dalam rangka mendorong upaya sikronisasi dan integrasi antara kebijakan makro dengan kebijakan teknis serta pelaksanaan pengelolaan sumber daya perikanan.

-    Penetapan kebijakan operasional pengelolaan sumber daya perikanan pada tingkat daerah (pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota) yang dapat mengembangkan kebijakan pada tingkat lebih operasional untuk dapat digunakan dalam pengelolaan kelautan dan perikanan sesuai dengan karakteristik masing-masing.

-    Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perikanan akan dapat berjalan dengan baik jika melibatkan partisipasi dan peran serta semua pihak yang terkait.

SUMBER:

http://student.Ut.Ac.Id/

http://www.Ut.Ac.Id/html/suplemen/mmpi5102/pelukisan.Htm

Satria, Arif. Et.Al (2002) Acuan Singkat Menuju Desentralisasi Pengelolaan Sumber Daya Perikanan

#Tag : Ekosistem

Mengenal Mangrove : Bruguiera exaristata Ding Hou

Nama setempat : Tidak tahu.

Deskripsi umum : Semak atau pohon yang selalu hijau dengan ketinggian mencapai 10 m. Kulit kayu berwarna abu-abu tua, pangkal batang menonjol, dan memiliki sejumlah besar akar nafas berbentuk lutut.

Daun : Permukaan atas daun berwarna hitam, bagian bawah memiliki bercak-bercak, tepi daun sering tergulung ke dalam. Unit & letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: 5,5-11,5 x 2,5 x4,5 cm.
Daun Bruguiera exaristata Ding Hou

Bunga : Bunga hijau-kekuningan, tepi daun mahkota memiliki rambut berwarna putih dan kemudian akan rontok. Letak: di ketiak daun, menggantung. Formasi: soliter. Daun mahkota: 8-10; panjang 10-13 mm. Kelopak bunga: 8-10; panjang 10-15 mm.
Bunga Bruguiera exaristata Ding Hou

Buah : Hipokotil berbentuk tumpul, silindris agak menggelembung. Ukuran: Hipokotil: panjang 5-7 cm dan diameter 6-8 mm
Buah Bruguiera exaristata Ding Hou

Ekologi : Tumbuh di sepanjang jalur air atau menuju bagian belakang lokasi mangrove. Kadang-kadang ditemukan suatu kelompok yang hanya terdiri dari jenis tersebut. Substrat yang cocok adalah tanah liat dan pasir. Toleran terhadap salinitas yang tinggi. Hipokotil relatif kecil dan mudah tersebar oleh pasang surut atau banjir. Anakan tumbuh tidak baik di bawah lindungan. Bunga dan buah terdapat sepanjang tahun.

Penyebaran : Penyebaran terbatas. Diketahui dari Timor, Irian Jaya Selatan dan Australia Utara.

Kelimpahan : Cukup umum.

Manfaat : Tidak tahu.

Catatan : Pada masa lalu B. sexangula sering dikelirukan dengan jenis ini.

Sumber : Panduan Pengenalan Mangrove Indonesia.2006.

Semoga Bermanfaat...

PENGOLAHAN KECAP IKAN

PENDAHULUAN

Kecap ikan adalah cairan yan diperoleh dari hasil fermentasi ikan di dalam larutan garam. Selama fermentasi, mikroba halofilik seperti Saccharomyces, Torulopsis, dan Pediococcus yang tahan garam berkembang menghasilkan senyawa flavor.

BAHAN

1)    Ikan. Sebaiknya digunakan ikan-ikan kecil yan kurang disukai untuk dikonsumsi. Ikan dicuci bersih, ditiriskan dengan sempurna. Kemudian dihamparkan dan diangin-anginkan selama satu jam.

2)    Garam. Garam kasar ditumbuk sampi halus. Jumlah: 20% dari berat ikan.

3)    Bumbu. Bumbu kecap adalah jahe, lengkuas, kayu manis, dan gula merah.

PERALATAN

1)    Wadah fermentasi. Alat ini digunakan untuk fermentasi ikan menjadi kecap ikan. Untuk usaha rumahtangga dapat digunakan ember plastik. Untuk usaha agak besar, perlu menggunakan wadah dari logam yang tahan garam, atau wadah dari fiber glass.

2)    Wadah perebus. Wadah ini digunakan untuk merebus cairan kecap.

3)    Kompor

4)    Kain penyaring. Alat ini digunakan untuk menyaring kecap hingga diperolehkecap yang jernih.

5)    Botol

6)    Alat penutup botol

7)    Pemberat. Dibuat dari kayu dan di atasnya diletakkan coran semen

8)    pemberat.

CARA PEMBUATAN

1) Proses Pendahuluan

a.     Bila menggunakan ikan ukuran sedang dan besar, ikan harus disiangi untuk membuang jeroan dan insang. Kemudian ikan dicuci, dibelah dan dipotong-potong berukuran 3-4 cm.

b.    Bila menggunakan ikan berukuran kecil (teri) ikan cukup dicuci dan ditiriskan.

Dua) Fermentasi Kecap No. 1

a.     Dasar wadah fermentasi ditaburi dengan garam yang telah ditumbuk halus setinggi 0,25 cm, kemudian ikan disusun membentuk satu lapisan. Di atas lapisan ini ditaburi lagi garam setinggi 0,25 cm secara merata, kemudian diatasnya disusun lagi satu lapis ikan. Demikian seterusnya sampai wadah penuh. Garam yang digunakan adalah 20 % dari berat ikan. Setiap 1 kg ikan membutuhkan 200 g garam halu. Wadah ditutup rapat kemudian disimpan (difermentasi) selama 3-6 bulan.

b.    Setelah masa fermentsi tersebut, saluran cairan pada bagian wadah dibuka, dan ciran yang keluar ditampung melalui kain saring (2 lapis).

c.     Cairan jernih ini disebut kecap nomor 1.

3)  Fermentasi Kecap No. 2

Ikan-ikan yg belum musnah, dapat dibubuhi garam lima% menurut berat ikan semula. Kemudian difermentasikan lagi selama 3 bulan. Cairan yg diperoleh merupakan kacap angka 2. Kecap angka dua ini tidak sejernih dan nir sesedap kecap angka 1.

4)  Penyiapan Bumbu Kecap Asin

a.     Jahe dikupas, dicuci, kemudian digiling sampai hancur (tiap 1 liter cairan kecap membutuhkan 40 gram jahe).

b.    Lengkuas dicuci, kemudian digiling sampai hancur (tiap 1 liter cairan kecap membutuhkan 40 gram lengkuas).

c.     Kayu manis dipotong kecil-kecil (tiap liter kecap membutuhkan 20 gram kayu manis).

d.    Bumbu-bumbu tersebut dibungkus dengan 2 lapis kain, diikat dan diberi tali dari benang katun yang kuat.

5)  Penyiapan Bumbu Kecap Manis

a.     Gula merah diiris-iris, dan digiling sampai halus (tiap liter kecap membutuhkan 500 gram gula merah).

b.    Jahe dikupas, dicuci, kemudian digiling sampai hancur (tiap 1 liter cairan kecap membutuhkan 40 gram jahe)

c.     Lengkuas dicuci, kemudian digiling sampai hancur (tiap 1 liter cairan kecap membutuhkan 40 gram lengkuas).

d.    Kayu manis dipotong kecil-kecil (tiap liter kecap membutuhkan 20 gram kayu manis).

e.    Gula merah dan bumbu-bumbu tersebut dibungkus dengan 2 lapis kain, diikat dan diberi tali dari benang katun yang kuat.

6)   Pembumbuan dan Pemasakan Kecap Asin

Cairan kecap (yang angka 1 atau angka dua) ditambahkan menggunakan air (tiap liter cairan kecap ditambah menggunakan 0,5 liter air). Cairan direbus sampai mendidih. Setelah itu api dikecilkan sekedar menjaga agar cairan tetap mendidih. Bumbu kecap asin yang telah dibungkus diatas dicelupkan ke pada cairan yang mendidih dan diaduk-aduk terus menerus selama 15 menit. Kecap yg dihasilkan adalah kecap asin. Ketika masih panas, kecap asin ini disaring menggunakan 2 lapis kain saring.

7)   Pembumbuan dan Pemasakan Kecap Manis

Cairan kecap (yang angka 1 atau nomor dua) dibubuhi dengan air (tiap liter cairan kecap ditambah menggunakan 0,lima liter air). Cairan direbus hingga mendidih. Setelah itu api dikecilkan sekedar menjaga supaya cairan permanen mendidih.

Bumbu kecap cantik yg sudah dibungkus diatas dicelupkan ke dalam cairan yang mendidih dan diaduk-aduk rata terus menerus selama 15 menit. Kecap yang didapatkan adalah kecap manis. Ketika masih panas, kecap manis ini disaring dengan dua lapis kain saring.

8) Pembotolan

Kecap yang masih panas segera dimasukkan ke dalm botol, lalu ditutup kedap & diberi label.

SUMBER:

http://www.Ristek.Go.Id

https://www.google.com/search?q=ikan+pindang+ duri+lunak&source=

Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat.