Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Tampilkan postingan dengan label mangrove. Tampilkan semua postingan

Mengenal Mangrove : Bruguiera exaristata Ding Hou

Nama setempat : Tidak tahu.

Deskripsi umum : Semak atau pohon yang selalu hijau dengan ketinggian mencapai 10 m. Kulit kayu berwarna abu-abu tua, pangkal batang menonjol, dan memiliki sejumlah besar akar nafas berbentuk lutut.

Daun : Permukaan atas daun berwarna hitam, bagian bawah memiliki bercak-bercak, tepi daun sering tergulung ke dalam. Unit & letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: 5,5-11,5 x 2,5 x4,5 cm.
Daun Bruguiera exaristata Ding Hou

Bunga : Bunga hijau-kekuningan, tepi daun mahkota memiliki rambut berwarna putih dan kemudian akan rontok. Letak: di ketiak daun, menggantung. Formasi: soliter. Daun mahkota: 8-10; panjang 10-13 mm. Kelopak bunga: 8-10; panjang 10-15 mm.
Bunga Bruguiera exaristata Ding Hou

Buah : Hipokotil berbentuk tumpul, silindris agak menggelembung. Ukuran: Hipokotil: panjang 5-7 cm dan diameter 6-8 mm
Buah Bruguiera exaristata Ding Hou

Ekologi : Tumbuh di sepanjang jalur air atau menuju bagian belakang lokasi mangrove. Kadang-kadang ditemukan suatu kelompok yang hanya terdiri dari jenis tersebut. Substrat yang cocok adalah tanah liat dan pasir. Toleran terhadap salinitas yang tinggi. Hipokotil relatif kecil dan mudah tersebar oleh pasang surut atau banjir. Anakan tumbuh tidak baik di bawah lindungan. Bunga dan buah terdapat sepanjang tahun.

Penyebaran : Penyebaran terbatas. Diketahui dari Timor, Irian Jaya Selatan dan Australia Utara.

Kelimpahan : Cukup umum.

Manfaat : Tidak tahu.

Catatan : Pada masa lalu B. sexangula sering dikelirukan dengan jenis ini.

Sumber : Panduan Pengenalan Mangrove Indonesia.2006.

Semoga Bermanfaat...

Mengenal Mangrove : Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk.

Nama setempat : Pertut, taheup, tenggel, putut, tumu, tomo, kandeka, tanjang merah, tanjang, lindur, sala-sala, dau, tongke, totongkek, mutut besar, wako, bako, bangko, mangimangi, sarau.

Deskripsi umum : Pohon yang selalu hijau dengan ketinggian kadang-kadang mencapai 30 m. Kulit kayu memiliki lentisel, permukaannya halus hingga kasar, berwarna abu-abu tua sampai coklat warna berubah-ubah). Akarnya seperti papan melebar ke samping di bagian pangkal pohon, juga memiliki sejumlah akar lutut.

Daun : Daun berkulit, berwarna hijau pada lapisan atas dan hijau kekuningan pada bagian bawahnya dengan bercak-bercak hitam (ada juga yang tidak). Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips sampai elips-lanset. Ujung: meruncing Ukuran: 4,5-7 x 8,5-22 cm.
Daun Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk.

Bunga : Bunga bergelantungan dengan panjang tangkai bunga antara 9-25 mm. Letak: di ketiak daun, menggantung. Formasi: soliter. Daun Mahkota: 10-14; putih dan coklat jika tua, panjang 13-16 mm. Kelopak Bunga: 10-14; warna merah muda hingga merah; panjang 30-50.
Bunga Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk.

Buah : Buah melingkar spiral, bundar melintang, panjang 2-2,5 cm. Hipokotil lurus, tumpul dan berwarna hijau tua keunguan. Ukuran: Hipokotil: panjang 12-30 cm dan diameter 1,5-2 cm.
Buah Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk.

Ekologi : Merupakan jenis yang dominan pada hutan mangrove yang tinggi dan merupakan ciri dari perkembangan tahap akhir dari hutan pantai, serta tahap awal dalam transisi menjadi tipe vegetasi daratan. Tumbuh di areal dengan salinitas rendah dan kering, serta tanah yang memiliki aerasi yang baik. Jenis ini toleran terhadap daerah terlindung maupun yang mendapat sinar matahari langsung. Mereka juga tumbuh pada tepi daratan dari mangrove, sepanjang tambak serta sungai pasang surut dan payau. Ditemukan di tepi pantai hanya jika terjadi erosi pada lahan di hadapannya. Substrat-nya terdiri dari lumpur, pasir dan kadang-kadang tanah gambut hitam. Kadang-kadang juga ditemukan di pinggir sungai yang kurang terpengaruh air laut, hal tersebut dimungkinkan karena buahnya terbawa arus air atau gelombang pasang. Regenerasinya seringkali hanya dalam jumlah terbatas. Bunga dan buah terdapat sepanjang tahun. Bunga relatif besar, memiliki kelopak bunga berwarna kemerahan, tergantung, dan mengundang burung untuk melakukan penyerbukan.

Penyebaran : Dari Afrika Timur dan Madagaskar hingga Sri Lanka, Malaysia dan Indonesia menuju wilayah Pasifik Barat dan Australia Tropis.

Kelimpahan : Umum dan tersebar luas.

Manfaat : Bagian dalam hipokotil dimakan (manisan kandeka), dicampur dengan gula. Kayunya yang berwarna merah digunakan sebagai kayu bakar dan untuk membuat arang.

Sumber : Panduan Pengenalan Mangrove Indonesia.2006.

Semoga Bermanfaat...

Mengenal Mangrove : Bruguiera hainessii C.G.Rogers

Nama setempat : Berus mata buaya.

Deskripsi umum : Pohon yang selalu hijau dengan ketinggian mencapai 30 meter dan batang berdiameter sekitar 70 cm. Kulit kayu berwarna coklat hingga abu-abu, dengan lentisel besar berwarna coklat-kekuningan dari pangkal hingga puncak.

Pohon Bruguiera hainessii C.G. Rogers

Daun : Daun berkulit, berwarna hijau pada lapisan atas dan hijau kekuningan di bawahnya. U nit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips sampai bulat memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: 9-16 x 4-7 cm.
Daun Bruguiera hainessii C.G.Rogers

Bunga : Letak: Di ujung atau ketiak tangkai/tandan bunga (panjang tandan: 18-22 cm). Formasi: kelompok (2-3 bunga per tandan. Daun Mahkota: putih, panjang 7-9 mm. Berambut pada tepi bawah dan agak berambut pada bagian atas cuping. Kelopak Bunga: 10; hijau pucat; bagian bawah berbentuk tabung, panjangnya 5 mm.
Bunga Bruguiera hainessii C.G.Rogers

Buah : Hipokotil berbentuk cerutu atau agak melengkung dan menebal menuju bagian ujung. Ukuran: Hipokotil: panjang 9 cm dan diameter 1 cm.
Buah Bruguiera hainessii C.G.Rogers

Ekologi : Tumbuh di tepi daratan hutan mangrove pada areal yang relatif kering dan hanya tergenang selama beberapa jam sehari pada saat terjadi pasang tinggi.

Penyebaran : Dari India hingga Burma, Thailand, Malaysia, seluruh Indonesia dan Papua New Guinea.

Kelimpahan : Agak kurang umum.

Manfaat : Tidak tahu.

Sumber : Panduan Pengenalan Mangrove Indonesia.2006.

Semoga Bermanfaat...

Habitat Mangrove

Vegetasi mangrove secara khas memperlihatkan adanya pola zonasi menyatakan bahwa hal tadi berkaitan erat dengan tipe tanah (lumpur, pasir atau gambut), keterbukaan (terhadap hempasan gelombang), salinitas dan dampak pasang surut.

Sebagian besar jenis-jenis mangrove tumbuh dengan baik pada tanah berlumpur, terutama di daerah dimana endapan lumpur terakumulasi (Chapman, 1977). Di Indonesia, substrat berlumpur ini sangat baik untuk tegakan Rhizophora mucronata and Avicennia marina (Kint, 1934). Jenis-jenis lain seperti Rhizopora stylosa tumbuh dengan baik pada substrat berpasir, bahkan pada pulau karang yang memiliki substrat berupa pecahan karang, kerang dan bagian-bagian dari Halimeda (Ding Hou, 1958). Kint (1934) melaporkan bahwa di Indonesia, R. stylosa dan Sonneratia alba tumbuh pada pantai yang berpasir, atau bahkan pada pantai berbatu. Pada kondisi tertentu, mangrove dapat juga tumbuh pada daerah pantai bergambut, misalnya di Florida, Amerika Serikat (Chapman, 1976a). Di Indonesia, kondisi ini ditemukan di utara Teluk Bone dan di sepanjang Larian – Lumu, Sulawesi Selatan, dimana mangrove tumbuh pada gambut dalam (>3m) yang bercampur dengan lapisan pasir dangkal (0,5 m) (Giesen, dkk, 1991).

Substrat mangrove berupa tanah dengan kandungan bahan organik yang tinggi (62%) juga dilaporkan ditemukan di Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta (Hardjowigeno, 1989). Kondisi salinitas sangat menghipnotis komposisi mangrove. Berbagai jenis mangrove mengatasi kadar salinitas menggunakan cara yang bhineka. Beberapa diantaranya secara selektif mampu menghindari penyerapan garam berdasarkan media tumbuhnya, sementara beberapa jenis yang lainnya mampu mengeluarkan garam dari kelenjar spesifik pada daunnya.

Avicennia merupakan marga yang memiliki kemampuan toleransi terhadap kisaran salinitas yang luas dibandingkan dengan marga lainnya. A. marina mampu tumbuh dengan baik pada salinitas yang mendekati tawar sampai dengan 90 ppt (MacNae, 1966;1968). Pada salinitas ekstrim, pohon tumbuh kerdil dan kemampuan menghasilkan buah hilang. Jenis-jenis Sonneratia umumnya ditemui hidup di daerah dengan salinitas tanah mendekati salinitas air laut, kecuali S. caseolaris yang tumbuh pada salinitas kurang dari 10 ppt. Beberapa jenis lain juga dapat tumbuh pada salinitas tinggi seperti Aegiceras corniculatum pada salinitas 20 – 40 ppt, Rhizopora mucronata dan R. Stylosa pada salinitas 55 ppt, Ceriops tagal pada salinitas 60 ppt dan pada kondisi ekstrim ini tumbuh kerdil, bahkan Lumnitzera racemosa dapat tumbuh sampai salinitas 90 ppt (Chapman, 1976a). Jenis-jenis Bruguiera umumnya tumbuh pada daerah dengan salinitas di bawah 25 ppt. MacNae (1968) menyebutkan bahwa kadar salinitas optimum untuk B. parviflora adalah 20 ppt, sementara B. gymnorrhiza adalah 10 – 25 ppt.

Zona vegetasi mangrove nampaknya berkaitan erat dengan pasang surut. Beberapa penulis melaporkan adanya korelasi antara zonasi mangrove dengan tinggi rendahnya pasang surut dan frekuensi banjir (van Steenis, 1958 & Chapman, 1978a). Di Indonesia, areal yang selalu digenangi walaupun pada saat pasang rendah umumnya didominasi oleh Avicennia alba atau Sonneratia alba. Areal yang digenangi oleh pasang sedang didominasi oleh jenis-jenis Rhizophora. Adapun areal yang digenangi hanya pada saat pasang tinggi, yang mana areal ini lebih ke daratan, umumnya didominasi oleh jenis - jenis Bruguiera dan Xylocarpus granatum, sedangkan areal yang digenangi hanya pada saat pasang tertinggi (hanya beberapa hari dalam sebulan) umumnya didominasi oleh Bruguiera sexangula dan Lumnitzera littorea.

Pada umumnya, lebar zona mangrove jarang melebihi 4 kilometer, kecuali pada beberapa estuari serta teluk yang dangkal dan tertutup. Pada daerah seperti ini lebar zona mangrove dapat mencapai 18 kilometer seperti di Sungai Sembilang, Sumatera Selatan (Danielsen & Verheugt, 1990) atau bahkan lebih dari 30 kilometer seperti di Teluk Bintuni, Irian Jaya (Erftemeijer, dkk, 1989). Adapun pada daerah pantai yang tererosi dan curam, lebar zona mangrove jarang melebihi 50 meter. Untuk daerah di sepanjang sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut, panjang hamparan mangrove kadang-kadang mencapai puluhan kilometer seperti di Sungai Barito, Kalimantan Selatan. Panjang hamparan ini bergantung pada intrusi air laut yang sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pasang surut, pemasukan dan pengeluaran material kedalam dan dari sungai, serta kecuramannya.

Sumber : Panduan Pengenalan Mangrove Indonesia.2006.

Semoga Bermanfaat...

Apa itu Mangrove??

Asal kata “mangrove” tidak diketahui secara jelas dan terdapat berbagai pendapat mengenai asal-usul katanya. Macnae (1968) menyebutkan kata mangrove merupakan perpaduan antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove. Sementara itu, menurut Mastaller (1997) kata mangrove berasal dari bahasa Melayu kuno mangi-mangi yang digunakan untuk menerangkan marga Avicennia dan masih digunakan sampai saat ini di Indonesia bagian timur.

Beberapa ahli mendefinisikan istilah “mangrove” secara berbeda-beda, namun pada dasarnya merujuk pada hal yang sama. Tomlinson (1986) dan Wightman (1989) mendefinisikan mangrove baik sebagai tumbuhan yang terdapat di daerah pasang surut maupun sebagai komunitas. Mangrove juga didefinisikan sebagai formasi tumbuhan daerah litoral yang khas di pantai daerah tropis dan sub tropis yang terlindung (Saenger, dkk, 1983). Sementara itu Soerianegara (1987) mendefinisikan hutan mangrove sebagai hutan yang terutama tumbuh pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai dan muara

sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri atas jenis-jenis pohon Aicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa.

Sumber : Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia.

Semoga Bermanfaat...

Tipe - Tipe Vegetasi Mangrove

Secara sederhana, mangrove biasanya tumbuh dalam 4 zona, yaitu pada daerah terbuka, daerah tengah, wilayah yang memiliki sungai berair payau sampai hampir tawar, serta daerah ke arah daratan yang mempunyai air tawar.

A) Mangrove terbuka

Mangrove berada pada bagian yang berhadapan dengan laut. Samingan (1980) menemukan bahwa di Karang Agung, Sumatera Selatan, di zona ini didominasi oleh Sonneratia alba yang tumbuh pada areal yang betul-betul dipengaruhi oleh air laut. Van Steenis (1958) melaporkan bahwa S. alba dan A. alba merupakan jenis-jenis ko-dominan pada areal pantai yang sangat tergenang ini. Komiyama, dkk (1988) menemukan bahwa di Halmahera, Maluku, di zona ini didominasi oleh S. alba. Komposisi floristik dari komunitas di zona terbuka sangat bergantung pada substratnya. S. alba cenderung untuk mendominasi daerah berpasir, sementara Avicennia marina dan Rhizophora mucronata cenderung untuk mendominasi daerah yang lebih berlumpur (Van Steenis, 1958). Meskipun demikian, Sonneratia akan berasosiasi dengan Avicennia jika tanah lumpurnya kaya akan bahan organik (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1993).
Mangrove Terbuka

b) Mangrove tengah

Mangrove di zona ini terletak dibelakang mangrove zona terbuka. Di zona ini biasanya didominasi oleh jenis Rhizophora. Namun, Samingan (1980) menemukan di Karang Agung didominasi oleh Bruguiera cylindrica. Jenis-jenis penting lainnya yang ditemukan di Karang Agung adalah B. eriopetala, B. gymnorrhiza, Excoecaria agallocha, R. mucronata, Xylocarpus granatum dan X. moluccensis.
Mangrove Tengah

c) Mangrove payau

Mangrove berada disepanjang sungai berair payau hingga hampir tawar. Di zona ini biasanya didominasi oleh komunitas Nypa atau Sonneratia. Di Karang Agung, komunitas N. fruticans terdapat pada jalur yang sempit di sepanjang sebagian besar sungai. Di jalur-jalur tersebut sering sekali ditemukan tegakan N.fruticans yang bersambung dengan vegetasi yang terdiri dari Cerbera sp, Gluta renghas, Stenochlaena palustris dan Xylocarpus granatum. Ke arah pantai, campuran komunitas Sonneratia - Nypa lebih sering ditemukan. Di sebagian besar daerah lainnya, seperti di Pulau Kaget dan Pulau Kembang di mulut Sungai Barito di Kalimantan Selatan atau di mulut Sungai Singkil di Aceh, Sonneratia caseolaris lebih dominan terutama di bagian estuari yang berair hampir tawar (Giesen & van Balen, 1991).
Mangrove Payau

d) Mangrove daratan

Mangrove berada di zona perairan payau atau hampir tawar di belakang jalur hijau mangrove yang sebenarnya. Jenis-jenis yang umum ditemukan pada zona ini termasuk Ficus microcarpus (F. retusa), Intsia bijuga, N. fruticans, Lumnitzera racemosa, Pandanus sp. dan Xylocarpus moluccensis (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1993). Zona ini memiliki kekayaan jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan zona lainnya.

Meskipun kelihatannya terdapat zonasi dalam vegetasi mangrove, namun kenyataan di lapangan tidaklah sesederhana itu. Banyak formasi serta zona vegetasi yang tumpang tindih dan bercampur serta seringkali struktur dan korelasi yang nampak di suatu daerah tidak selalu dapat diaplikasikan di daerah yang lain.
Mangrove Daratan

Sumber : Panduan Pengenalan Mangrove Indonesia.2006.

Semoga Bermanfaat...

Mengenal Mangrove : Acanthus ilicifolius L.

Nama Setempat : Jeruju hitam, daruyu, darulu.

Deskripsi Umum : Herba rendah, terjurai di permukaan tanah, kuat, agak berkayu, ketinggian hingga 2 m. Cabang umumnya tegak tapi cenderung kurus sesuai dengan umurnya. Percabangan tidak banyak dan umumnya muncul dari bagian-bagian yang lebih tua. Akar udara muncul dari permukaan bawah batang horizontal.

Daun : Dua sayap gagang daun yang berduri terletak pada tangkai. Permukaan daun halus, tepi daun bervariasi: zigzag/bergerigi besar-besar seperti gergaji atau agak rata dan secara gradual menyempit menuju pangkal. Unit & letak: sederhana, berlawanan. Bentuk: lanset lebar. Ujung: meruncing dan berduri tajam. Ukuran: 9-30 x 4-12 cm.
Daun A. ilicifolius L

Bunga : Mahkota bunga berwarna biru muda hingga ungu lembayung, kadang agak putih. Panjang tandan bunga 10-20 cm, sedangkan bunganya sendiri 5-4 cm. Bunga memiliki satu pinak daun penutup utama dan dua sekunder. Pinak daun tersebut tetap menempel seumur hidup pohon. Letak: di ujung. Formasi: bulir.
Bunga A. ilicifolius L

Buah : Warna buah saat masih muda hijau cerah dan permukaannya licin mengkilat. Bentuk buah bulat lonjong seperti buah melinjo. Ukuran: buah panjang 2,5-3 cm, biji 10 mm.
Buah A. ilicifolius L

Ekologi : Biasanya pada atau dekat mangrove, sangat jarang di daratan. Memiliki kekhasan sebagai herba yang tumbuh rendah dan kuat, yang memiliki kemampuan untuk menyebar secara vegetatif karena perakarannya yang berasal dari batang horizontal, sehingga membentuk bagian yang besar dan kukuh. Bunga kemungkinan diserbuki oleh burung dan serangga. Biji tertiup angin, sampai sejauh 2 m. Di Bali berbuah sekitar Agustus.

Distribusi : Dari India hingga Australia tropis, Filipina dan Kepulauan Pasifik barat. Terdapat di seluruh Indonesia.

Kelimpahan : Umum.

Manfaat : Buah ditumbuk dan digunakan untuk “pembersih” darah serta mengatasi kulit terbakar. Daun mengobati reumatik. Perasan buah atau akar kadang-kadang digunakan untuk mengatasi racun gigitan ular atau terkena panah beracun. Biji konon bisa mengatasi serangan cacing dalam pencernaan. Pohon juga dapat digunakan sebagai makanan ternak.

Catatan : Terdapat kecenderungan untuk memperlakukan A. ebracteatus, A. ilicifolius dan A. volubilis sebagai satu jenis.

Sumber : Panduan Pengenalan Mangrove Indonesia.2006.

Semoga Bermanfaat...

Manfaat Mangrove

Mangrove mempunyai berbagai macam manfaat bagi kehidupan insan dan lingkungan sekitarnya. Bagi masyarakat pesisir, pemanfaatan mangrove buat aneka macam tujuan telah dilakukan sejak usang. Akhir-akhir ini, peranan mangrove bagi lingkungan sekitarnya dirasakan sangat akbar setelah berbagai imbas merugikan dirasakan diberbagai loka dampak hilangnya mangrove.

Mangrove merupakan ekosistem yg sangat produktif. Berbagai produk dari mangrove bisa didapatkan baik secara langsung juga nir eksklusif, diantaranya: kayu bakar, bahan bangunan, keperluan tempat tinggal tangga, kertas, kulit, obat-obatan & perikanan. Melihat beragamnya manfaat mangrove, maka tingkat dan laju perekonomian pedesaan yang berada di daerah pesisir seringkali sangat bergantung pada habitat mangrove yg ada di sekitarnya. Contohnya, perikanan pantai yang sangat dipengaruhi sang keberadaan mangrove, adalah produk yg secara nir langsung mempengaruhi tingkat hidup dan perekonomian desa-desa nelayan.

Sejarah pemanfaatan mangrove secara tradisional sang warga buat kayu bakar & bangunan telah berlangsung sejak lama . Bahkan pemanfaatan mangrove buat tujuan komersial seperti ekspor kayu, kulit (untuk tanin) dan arang pula memiliki sejarah yang panjang. Pembuatan arang mangrove telah berlangsung semenjak abad yang lalu pada Riau dan masih berlangsung sampai kini .

Sumber : Panduan Pengenalan Mangrove Indonesia.2006.

Semoga Bermanfaat...

Jenis - Jenis Mangrove

Ekosistem mangrove merupakan ekosistem peralihan antara ekosistem laut dan ekosistem sungai dan antara ekosistem daratan & ekosistem perairan. Oleh karena itu, ekosistem mangrove poly dihuni oleh organisme daratan & perairan baik organisme sungai maupun bahari. Organisme yg hidup pada ekosistem mangrove merupakan organisme yang bisa mengikuti keadaan & memiliki toleransi tinggi terhadap syarat lingkungan ekosistem mangrove.

Vegetasi mangrove terdiri berdasarkan mangrove sejati dan mangrove ikutan.

  1. Mangrove sejati adalah kelompok tumbuhan yang hanya dapat hidup di lingkungan yang masih dipengaruhi pasang surut air laut (pantai dan muara sungai) yang substrat dasarnya berupa lumpur endapan (aluvial). Mangrove sejati biasanya memiliki adaptasi khusus yang dapat menunjang kehidupannya di lingkungan mangrove. Adaptasi tersebut dapat berupa adapatasi morfologi seperti modifikasi akar dan daun, serta adaptasi fisiologi.
  2. Mangrove ikutan adalah kelompok tumbuhan yang berasosiasi dengan mangrove sejati. Mangrove ikutan tidak memiliki bentuk adaptasi khusus karena bukan tumbuhan khas ekosistem mangrove namun memiliki toleransi yang tinggi untuk dapat hidup pada kondisi lingkungan ekosistem mangrove.
    Bibit Mangrove

Adapun jenis - jenis mangrove yang termasuk mangrove sejati adalah sebagai berikut :

  1. Acanthus ebracteatus Vahl
  2. Acanthus ilicifolius L.
  3. Acrostichum aureum Linn.
  4. Acrostichum speciosum Willd.
  5. Aegialitis annulata R.Br.
  6. Aegiceras corniculatum (L.) Blanco
  7. Aegiceras floridum R.& S.
  8. Amyema anisomeres Dans.
  9. Amyema gravis Dans.
  10. Amyema mackayense (Blake.) Dans.
  11. Avicennia alba Bl.
  12. Avicennia eucalyptifolia (Zipp. ex Miq.) Moldenke
  13. Avicennia lanata (Ridley).
  14. Avicennia marina (Forsk.) Vierh.
  15. Avicennia officinalis L.
  16. Bruguiera cylindrica (L.) Bl.
  17. Bruguiera exaristata Ding Hou
  18. Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk.
  19. Bruguiera hainessii C.G.Rogers
  20. Bruguiera parviflora (Roxb.) W.& A. ex Griff.
  21. Bruguiera sexangula (Lour.) Poir.
  22. Camptostemon philippinense (Vidal) Becc.
  23. Camptostemon schultzii Masters
  24. Ceriops decandra (Griff.) Ding Hou
  25. Ceriops tagal (Perr.) C.B.Rob.
  26. Excoecaria agallocha L.
  27. Gymnanthera paludosa (Bl.) K.Schum.
  28. Heritiera globosa Kostermans
  29. Heritiera littoralis Dryand. ex W.Ait.
  30. Kandelia candel (L.) Druce
  31. Lumnitzera littorea (Jack) Voigt
  32. Lumnitzera racemosa Willd. var. racemosa
  33. Nypa fruticans Wurmb.
  34. Osbornia octodonta F.v.M.
  35. Phemphis acidula
  36. Rhizophora apiculata Bl.
  37. Rhizophora mucronata Lmk.
  38. Rhizophora stylosa Griff.
  39. Sarcolobus globosa R. & S.
  40. Scyphiphora hydrophyllacea Gaertn.
  41. Sonneratia alba J.E. Smith
  42. Sonneratia caseolaris (L.) Engl.
  43. Sonneratia ovata Back.
  44. Xylocarpus granatum Koen
  45. Xylocarpus mekongensis Pierre
  46. Xylocarpus moluccensis (Lamk) Roem.
  47. Xylocarpus rumphii (Kostel.) Mabb.

Berikut jenis - jenis mangrove yang termasuk mangrove ikutan :

  1. Barringtonia asiatica (L.) Kurz
  2. Calophyllum inophyllum L.
  3. Calotropis gigantea L. Dryander
  4. Cerbera manghas L.
  5. Clerodendrum inerme Gaertn
  6. Derris trifoliata Lour.
  7. Finlaysonia maritima Backer ex Heyne.
  8. Hibiscus tiliaceus L.
  9. Ipomoea pes-caprae (L.) Sweet.
  10. Melastoma candidum D. Don
  11. Morinda citrifolia L.
  12. Pandanus odoratissima.
  13. Pandanus tectorius. Parkinson ex Z.
  14. Passiflora foetida (L.)
  15. Pongamia pinnata (L.) Pierre
  16. Ricinus communis Linn.
  17. Scaevola taccada (Gaertn.) Roxb.
  18. Sesuvium portulacastrum (L.) L.
  19. Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl.
  20. Terminalia catappa L.
  21. Thespesia populnea (L.) Soland. ex Correa
  22. Wedelia biflora (L.) DC.

Sumber : Panduan Pengenalan Mangrove Indonesia.2006.

Semoga Bermanfaat...

Mengenal Mangrove : Acanthus ebracteatus Vahl

Nama setempat : Jeruju Putih

Deskripsi Umum : A. ebracteatus hampir sama dengan A. ilicifolius , tetapi seluruh bagiannya lebih kecil.

Daun : Pinggiran daun umumya rata kadang bergerigi seperti A. ilicifolius. Unit & Letak : Sederhana, berlawanan. Bentuk: lanset. Ujung: meruncing. Ukuran: 7-20 x 4 -10 cm.
Daun A. ebracteatus

Bunga : Mahkota bunga berwarna biru muda hingga ungu lembayung cerah, kadang agak putih di bagian ujungnya. Panjang tandan bunga lebih pendek dari A. ilicifolius, sedangkan bunganya sendiri 2-2,5 cm. Bunga hanya mempunyai satu pinak daun utama, karena yang sekunder biasanya cepat rontok. Letak: di ujung. Formasi: bulir.
Bunga A. ebracteatus

Buah : Warna buah saat masih muda hijau cerah dan permukaannya licin mengkilat. Bentuk buah bulat lonjong seperti buah melinjo. Ukuran: Buah panjang 2,5 - 3 cm, biji 5-7 mm.
Buah A. ebracteatus

Ekologi : Ketika tumbuh bersamaan dengan A. ilicifolius keduanya memperlihatkan adanya karakter yang berbeda sebagaimana diuraikan dalam deskripsi, akan tetapi sering sekali membingungkan. Berbunga pada bulan Juni.

Distribusi : Dari India sampai Australia Tropis, Filipina, dan Kepulauan Pasifik Barat. Terdapat di seluruh Indonesia.

Kelimpahan : Umum.

Manfaat : Buah digunakan sebagai “pembersih” darah serta untuk mengatasi kulit terbakar. Daun mengobati reumatik. Perasan buah atau akar kadang-kadang digunakan untuk mengatasi racun gigitan ular atau terkena panah beracun. Biji konon bisa mengatasi serangan cacing dalam pencernaan.

Catatan : Terdapat kecenderungan untuk memperlakukan A.ebracteatus, A.ilicifolius dan A.volubilis sebagai satu jenis.

Sumber : Panduan Pengenalan Mangrove Indonesia.2006.

Semoga Bermanfaat...

Mengenal Mangrove : Acrostichum aureum Linn.

Nama Setempat : Piai raya, mangrove varen, hata diuk, paku cai, kala keok, wikakas, krakas, wrekas, paku laut.

Deskripsi Umum : Ferna berbentuk tandan di tanah, besar, tinggi hingga 4 m. Batang timbul dan lurus, ditutupi oleh urat besar. Menebal di bagian pangkal, coklat tua dengan peruratan yang luas, pucat, tipis ujungnya,bercampur dengan urat yang sempit dan tipis.
Pohon Acrostichum aureum Linn

Daun : Panjang 1-3 m, memiliki tidak lebih dari 30 pinak daun. Pinak daun letaknya berjauhan dan tidak teratur. Pinak daun terbawah selalu terletak jauh dari yang lain dan memiliki gagang yang panjangnya 3 cm. Ujung daun fertil berwarna coklat seperti karat. Bagian bawah dari pinak daun tertutup secara seragam oleh sporangia yang besar. Ujung pinak daun yang steril dan lebih panjang membulat atau tumpul dengan ujung yang pendek. Duri banyak, berwarna hitam. Peruratan daun menyerupai jaring. Sisik yang luas, panjang hingga 1 cm, hanya terdapat di bagian pangkal dari gagang, menebal di bagian tengah. Spora besar dan berbentuk tetrahedral.
Daun Acrostichum aureum Linn

Ujung pinak daun Acrostichum aureum Linn
Spora Acrostichum aureum Linn

Ekologi : Ferna tahunan yang tumbuh di mangrove dan pematang tambak, sepanjang kali dan sungai payau serta saluran. Tingkat toleransi terhadap genangan air laut tidak setinggi A.speciosum. Ditemukan di bagian daratan dari mangrove. Biasa terdapat pada habitat yang sudah rusak, seperti areal mangrove yang telah ditebangi yang kemudian akan menghambat tumbuhan mangrove untuk beregenerasi. Tidak seperti A.speciosum, jenis ini menyukai areal yang terbuka terang dan disinari matahari.

Penyebaran : Pan-tropis. Terdapat di seluruh Indonesia.

Kelimpahan : Sangat melimpah setempat.

Manfaat : Akar rimpang dan daun tua digunakan sebagai obat. Daun digunakan sebagai dan alas ternak. Daun mudanya dilaporkan dimakan di Timor dan Sulawesi Utara.

Catatan : Seringkali keliru dengan A.speciosum. Secara umum, A.aureum lebih tinggi, dan individu mudanya lebih kemerahan dibandingkan dengan A.speciosum yang kecoklatan. Pengenalan yang paling mudah adalah dengan melihat ujung daunnya. A.aureum pada umumnya agak tumpul, tetapi dengan titik yang kecil, sementara pada A.speciosum runcing-memanjang.

Sumber : Panduan Pengenalan Mangrove Indonesia.2006.

Semoga Bermanfaat...

Mengenal Mangrove : Acrostichum speciosum Willd.

Nama Setempat : Piai Lasa.

Deskripsi Umum : Ferna tanah, membentuk tandan yang kasar dengan ketinggian hingga 1,5 m. Sisik pada akar rimpang panjangnya hingga 8 mm.
Pohon Acrostichum speciosum Wild.

Daun : Sangat mencolok, pada umumnya panjangnya kurang dari 1 m dan memiliki pinak daun fertil berwarna karat pada bagian ujungnya, tertutup secara seragam oleh sporangia besar. Pinak daun berukuran kira-kira 28 x 10 cm. Pinak daun yang steril memiliki ujung lebih kecil dan menyempit. Jenis ini berbeda dengan A.aureum dalam hal ukuran pinak daunnya yang lebih kecil dan ujungnya meruncing, permukaan bagian bawah pinak daun yang fertil berwarna coklat tua dan ditutupi oleh sporangia, serta daun mudanya berwarna hijau-kecoklatan. Peruratan daun berbentuk jaring. Sisik luas, panjang hingga 1 cm, hanya terdapat di bagian pangkal daun. Sisik menebal di bagian tengah. Spora besar dan berbentuk tetrahedral.
Daun Acrostichum speciosum Wild.
Ujung Pinak Daun Acrostichum speciosum Wild.

Ekologi : Ferna tahunan. Tumbuh pada areal mangrove yang lebih sering tergenang oleh pasang surut. Khususnya tumbuh pada gundukan lumpur yang “dibangun” oleh udang dan kepiting. Biasanya menyukai areal yang terlindung. Daun yang fertil dihasilkan pada bulan Agustus hingga April. “Kecambah” (sebenarnya “bibit spora”) berlimpah pada bulan Januari hingga April (di Jawa).
Spora Acrostichum speciosum Wild.

Penyebaran : Asia dan Australia tropis. Di seluruh Indonesia.

Kelimpahan : Melimpah setempat.

Manfaat : Daun digunakan sebagai alas kandang ternak.

Sumber : Panduan Pengenalan Mangrove Indonesia.2006.

Semoga Bermanfaat...

Mengenal Mangrove : Aegiceras floridum R.& S.

Nama Setempat : Mange-kasihan

Deskripsi umum : Semak atau pohon kecil yang selalu hijau dan tumbuh lurus dengan ketinggian mencapai 4 m. Akar menjalar di permukaan tanah. Kulit kayu bagian luar berwarna abu-abu hingga coklat, bercelah dan memiliki sejumlah lentisel.
Pohon Aegiceras floridum R.& S.

Daun : Berkulit, bagian atas terang dan hijau mengkilat; bagian bawah hijau pucat kadang kemerahan. Kelenjar pembuangan garam terletak pada permukaan daun dan gagangnya. Unit & Letak: sederhana & bersilangan. Bentuk: bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 3-6 cm.

Bunga : Dalam satu tandan terdapat banyak bunga yang bergantungan seperti lampion masing-masing tangkai/gagang bunga panjangnya 4-6 mm. Letak: di ujung tandan/tangkai bunga. Formasi: payung. Daun Mahkota: 5; putih, ditutupi rambut pendek halus; 4 mm. Kelopak bunga: 5; putih- hijau.
Bunga Aegiceras floridum R.& S.

Buah : Buah berwarna hijau hingga merah, bentuk agak lurus. Buah berisi satu biji memanjang dan cepat rontok. Ukuran: panjang 3 cm dan diameter 0,7 cm.
Buah Aegiceras floridum R.& S.

Ekologi : Tumbuh di daerah mangrove, pada tepi pantai berpasir hingga tepi sungai, tercatat pula tumbuh pada substrat berkarang. Toleran terhadap salinitas yang tinggi. Pengetahuan tentang jenis ini sangat terbatas. Perbungaan terjadi sepanjang tahun.

Penyebaran : Kalimantan Utara, Jawa Timur, Bali, Maluku, Sulawesi, seluruh Filipina hingga Indo Cina.

Kelimpahan : Jarang dan tersebar.

Manfaat : Belum diketahui.

Sumber : Panduan Pengenalan Mangrove Indonesia.2006.

Semoga Bermanfaat...

Mengenal Mangrove : Aegialitis annulata R.Br.

Nama setempat : Tidak tahu.

Deskripsi umum : Semak kecil, umumnya memiliki ketinggian 1,5-3 meter, kadang-kadang dijumpai sebagai pohon sampai 7 meter tingginya. Biasanya memiliki akar yang menjalar pada permukaan tanah, dan ranting dengan goresan berbentuk cincin. Kadang-kadang memiliki akar tunjang. Kulit kayu bagian luar berwarna hitam, halus dan kemudian bercelah sejalan dengan bertambahnya umur. Diameter batang sampai 20 cm, bengkak pada bagian pangkal dan memiliki tekstur seperti busa.
Pohon Aegialitis annulata R.Br

Daun : Terdapat lobang longitudinal dan kelenjar garam. Gagang daun panjangnya 8 cm. Unit & Letak: sederhana & bersilangan. Bentuk: lanset seperti pedang. Ujung: meruncing. Ukuran: 6-9 x 2-5 cm.
Daun Aegialitis annulata R.Br

Bunga : Tandan bunga yang asimetris memiliki banyak bunga. Letak: di ujung tandan/tangkai bunga. Formasi: payung (ada banyak bunga). Daun Mahkota: 5; putih kadang abu-abu pucat, tumpang tindih; 5-8 mm. Kelopak Bunga: 5; bentuk tabung; 7-8 mm.
Bunga Aegialitis annulata R.Br

Buah : Buah berbentuk kapsul melengkung, memiliki 5 sudut, berwarna kemerahan ketika telah matang. Ukuran: 3-4 x 4-5 cm.
Buah Aegialitis annulata R.Br

Ekologi : Tumbuh pada daerah mangrove terbuka sebagai individu yang terpisah atau dalam kelompok kecil. Juga tumbuh pada daerah yang lebih berpasir dan berkarang serta tergenang oleh air dengan salinitas yang sama dengan air laut (pada akhir musim kering). Penyerbukan dilaporkan dibantu oleh semut. Di Australia, perbungaan terjadi pada bulan September - November, sedangkan buah yang matang tumbuh pada bulan Januari - Maret.

Penyebaran : Kepulauan Sunda kecil, Maluku, PNG dan Australia Utara.

Kelimpahan : Umum.

Manfaat : Memiliki kandungan tanin yang sangat tinggi, akan tetapi penggunaannya belum pernah dilaporkan.

Catatan : A. annulata dan A. rotundifolia memiliki daerah penyebaran yang tidak bersambung. A. rotundifolia terdapat di Bangladesh, Burma, Thailand dan Kepulauan Andaman, pada mangrove yang rendah dengan substrat lumpur. Bunga dari kedua jenis tumbuhan ini memiliki perbedaan karakteristik yang tidak terlalu penting.

Sumber : Panduan Pengenalan Mangrove Indonesia.2006.

Semoga Bermanfaat...

Mengenal Mangrove : Amyema anisomeres Dans.

Nama setempat : Tidak tahu.

Deskripsi umum : Epifit parasit, halus, memiliki percabangan bulat. Daun : Daun tersebar, pangkal daun menyempit pada gagang yang panjangnya 8 - 10 mm. Unit & Letak: sederhana & bersilangan. Bentuk: bulat memanjang hingga lanset. Ujung: meruncing. Ukuran: 5,5-8,5 x 1,5-3 cm.
Pohon Amyema anisomeres Dans.

Bunga : Tandan bunga terdapat secara tunggal atau berpasangan. Gagang bunga bulat, panjang 4-7 mm. Letak: di ketiak daun. Formasi: payung (3 bunga). Daun Mahkota: merah muda, hampir silindris, panjang 19-20 mm, dengan 4 atau 5 daun mahkota tumpul berukuran 3,5 mm. Kelopak Bunga: berbentuk corong, panjang 2,5 mm. Benang sari: panjangnya 1,5 mm; kepala sari bulat panjang.
Bunga Amyema anisomeres Dans.

Buah : Tidak diketahui
Buah Amyema anisomeres Dans.

Ekologi : Hanya terkoleksi satu kali pada pohon Rhizophora.

Distribusi : Mungkin sangat terbatas, karena hanya terkolesi satu kali di Kampung Lato-u dekat Malili, Sulawesi Selatan. Mungkin endemik di Sulawesi.

Kelimpahan : Mungkin sangat langka.

Manfaat : Tidak diketahui.

Catatan : Satu dari sedikit tumbuhan mangrove endemik di Indonesia.

Sumber : Panduan Pengenalan Mangrove Indonesia.2006.

Semoga Bermanfaat...

Mengenal Mangrove : Aegiceras corniculatum (L.) Blanco

Nama setempat : Teruntun, gigi gajah, perepat tudung, perpat kecil, tudung laut, duduk agung, teruntung, kayu sila, kacangan, klungkum, gedangan, kacang-kacangan.

Deskripsi umum : Semak atau pohon kecil yang selalu hijau dan tumbuh lurus dengan ketinggian pohon mencapai 6 m. Akar menjalar di permukaan tanah. Kulit kayu bagian luar abu-abu hingga coklat kemerahan, bercelah, serta memiliki sejumlah lentisel.
Pohon Aeiceras corniculatum (L.) Blanco

Daun : Daun berkulit, terang, berwarna hijau mengkilat pada bagian atas dan hijau pucat di bagian bawah, seringkali bercampur warna agak kemerahan. Kelenjar pembuangan garam terletak pada permukaan daun dan gagangnya. Unit & Letak: sederhana & bersilangan. Bentuk: bulat telur terbalik hingga elips. Ujung: membundar. Ukuran: 11 x 7,5 cm.
Daun Aegiceras corniculatum (L.) Blanco

Bunga : Dalam satu tandan terdapat banyak bunga yang bergantungan seperti lampion, dengan masing-masing tangkai/gagang bunga panjangnya 8-12 mm. Letak: diujung tandan/tangkai bunga. Formasi: payung. Daun Mahkota: 5; putih, ditutupi rambut pendek halus; 5-6 mm. Kelopak Bunga: 5; putih - hijau.
Bunga Aegiceras corniculatum (L.) Blanco

Buah : Buah berwarna hijau hingga merah jambon (jika sudah matang), permukaan halus, membengkok seperti sabit,. Dalam buah terdapat satu biji yang membesar dan cepat rontok. Ukuran: panjang 5-7,5 cm dan diameter 0,7 cm.
Buah Aegiceras corniculatum (L.) Blanco

Ekologi : Memiliki toleransi yang tinggi terhadap salinitas, tanah dan cahaya yang beragam. Mereka umum tumbuh di tepi daratan daerah mangrove yang tergenang oleh pasang naik yang normal, serta di bagian tepi dari jalur air yang bersifat payau secara musiman. Perbungaan terjadi sepanjang tahun, dan kemungkinan diserbuki oleh serangga. Biji tumbuh secara semi-vivipar, dimana embrio muncul melalui kulit buah ketika buah yang membesar rontok. Biasanya segera tumbuh sekelompok anakan di bawah pohon dewasa. Buah dan biji telah teradaptasi dengan baik terhadap penyebaran melalui air.

Penyebaran : Sri Lanka, Malaysia, seluruh Indonesia, Papua New Guinea, Cina selatan, Australia dan Kepulauan Solomon.

Kelimpahan : Umum, di beberapa daerah agak melimpah, seringkali tumbuh dalam kelompok besar.

Manfaat : Kulit kayu yang berisi saponin digunakan untuk racun ikan. Bunga digunakan sebagai hiasan karena wanginya. Kayu untuk arang. Daun muda dapat dimakan.

Sumber : Panduan Pengenalan Mangrove Indonesia.2006.

Semoga Bermanfaat...

Mengenal Mangrove : Amyema gravis Dans.

Nama setempat : Tidak tahu.

Deskripsi umum : Hemi-parasit, biasanya menggantung, panjangnya 0,5-1 m.

Daun : Memiliki daun yang tebal. Unit & Letak: sederhana dan berlawanan. Bentuk: bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: panjang hingga 5 cm.

Daun Amyema gravis Dans.

Bunga : Tandan bunga tumbuh soliter pada ketiak daun. Setiap tandan memiliki 2-3 gagang yang berisi bunga. Daun mahkota bunga berwarna merah serta pangkal berwarna kuning-kehijauan.
Bunga Amyema gravis Dans.

Buah : Tidak diketahui.
Buah Amyema gravis Dans.

Ekologi : Hemi-parasit pada Avicennia, Rhizophora dan Sonneratia. Perbungaan sepanjang tahun.

Distribusi : Malaysia, Kalimantan, Kepulauan Kangean dan Jawa Timur.

Kelimpahan : Melimpah setempat.

Manfaat : Tidak tahu.

Sumber : Panduan Pengenalan Mangrove Indonesia.2006.

Semoga Bermanfaat...

Mengenal Mangrove : Avicennia eucalyptifolia

Nama Setempat : Tidak diketahui.

Deskripsi Umum : Semak atau pohon dengan ketinggian mencapai 17 meter. Kulit kayu luar halus bercoreng-coreng, berwarna coklat kekuningan atau hijau, mengelupas pada bagian-bagiannya yang tipis. Kulit kayu bagian dalam berwarna seperti jerami padi sampai coklat pucat. Kayu berwarna putih sampai seperti jerami.

Pohon Avicennia eucalyptifolia

Daun : Permukaan bagian atas hijau muda sampai hijau tua atau hijau kecoklatan dan kuning kehijauan pada bagian bawah. Unit & Letak: sederhana, berlawanan. Bentuk: bulat memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: 4-16 cm x 1-4 cm.
Daun Avicennia eucalyptifolia

Bunga : Tandan bunga membesar di ujung dengan panjang sampai 2,5 cm. Bunga berdiameter 3-4 mm. Letak: di ujung. Formasi: bulir. Daun Mahkota: warna putih, kuning atau merah muda. Kelopak Bunga: hijau pucat, panjang 2-5 mm, bagian luar berambut pendek. Benang sari: berwarna ungu tua hingga coklat.

Buah : Setengah bagian atas dari bakal buah memiliki bulu. Buah berwarna kuning kehijauan, tidak memiliki mulut buah yang nyata. Ukuran: Panjang kurang dari 3 cm.

Ekologi : Tumbuh di pulau-pulau lepas pantai yang berkarang, dan juga pada bagian pinggir atau tengah daratan dari rawa mangrove. Seperti jenis lain pada genus ini, mereka seringkali bersifat vivipar.

Penyebaran : Tercatat di Irian Jaya dan PNG.

Kelimpahan : Umum.

Manfaat : Digunakan sebagai kayu bangunan dan kayu bakar.

Catatan : Bunganya mirip bunga Avicennia marina.

Sumber : Panduan Pengenalan Mangrove Indonesia.2006.

Semoga Bermanfaat...