Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

JENIS - JENIS PUKAT HELA (trawl) DAN PUKAT TARIK (seine nets)

Pukat hela & pukat tarik memiliki jenis yang bermacam - macam sesuai jenis ikan yang ditangkap. Berikut jenis dari masing - masing indera tangkap pukat hela & pukat tarik.

A. Jenis - Jenis Pukat Hela (trawl)

1. Pukat Hela Dasar (Bottom trawl)

a. Pukat hela dasar berpalang (Beam trawls)

Beam trawls

b. Pukat hela dasar berpapan (Otter trawls)

Otter trawls

c. Pukat hela dasar dua kapal (Pair Trawls)

Pair trawls

d. Nephrops trawl (Nephrops trawl)

Nephrops trawl

e. Pukat hela dasar udang (Shrimp trawl)

Shrimp trawl

2. Puka Hela Pertengahan (Midwater trawls)

a. Pukat hela pertengahan berpapan (Otter trawls)

Otter trawls

     b. Pukat hela pertengahan dua kapal (Pair Trawls)

Pair trawls

c. Pukat hela pertengahan udang (Shrimp trawl)

Shrimp trawl

3. Pukat Hela Kembar Berpapan (Otter twin trawls)

Otter twin trawls

4. Pukat Dorong

B. Jenis - Jenis Pukat Tarik (Seine Nets)

1. Pukat Tarik Pantai (Beach seines)

Beach seines

2. Pukat Tarik Berkapal (Boat or vessel seines)

a. Dogol (Danish seines)

Danish seines

b. Scottish seines

Scottish seines

c. Pair seines

d. Payang
Payang

e. Cantrang
Cantrang

f. Lampara Dasar
Lampara dasar

Sumber : PERMEN KP No. 2 Tahun 2015

Semoga Bermanfaat...

KONSEP PENGELOLAAN PESISIR SECARA TERPADU

Pengelolaan pesisir dan laut dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu konsep pengelolaan secara sektoral dan konsep pengelolaan secara terpadu. Pengelolaan wilayah pesisir secara sektoral pada dasarnya berkaitan hanya dengan satu jenis sumber daya atau ekosistem untuk memenuhi tujuan tertentu (sektoral), seperti perikanan tangkap dan budidaya, pariwisata, pertambangan, industri, permukiman, perhubungan, pertanian pantai, dan pelabuhan. Pada model pengelolaan ini, aspek cross sectional atau cross regional impacts sering kali terabaikan. Akibatnya, model pengelolaan sektoral ini menimbulkan berbagai dampak yang dapat merusak lingkungan.

Pengelolaan wilayah pesisir terpadu adalah pengelolaan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan pesisir dan lautan yang dilakukan melalui penilaian secara menyeluruh (comprehensive assesment), merupakan tujuan dan sasaran, kemudian merencanakan serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya guna mencapai pembangunan yang optimum dan berkelanjutan.

Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 10/MEN/2003 mengenai Panduan Perencanaan Pengelolaan Pesisir Secara Terpadu, tujuannya merupakan:

1.   Menyediakan panduan bagi pemerintah provinsi, kabupaten/kota, pihak swasta maupun masyarakat dalam perencanaan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu.

2.   Memfasilitasi pihak-pihak yang terkait dalam mengikuti proses dan tahapan perencanaan pengelolaan pesisir secara terpadu sesuai kondisi ekologi, sosial, dan ekonomi masyarakat di wilayah pesisir yang terkait.

3.   Melakukan standarisasi mekanisme perencanaan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu.

Keterpaduan dalam ICM (integrated coastal management) meliputi lima aspek, yaitu:

a. Keterpaduan sektor, yaitu antara aneka macam sektor pembangunan di daerah pesisir, seperti perikanan, pariwisata, pertambangan migas, perhubungan, dan yg lainnya.

B. Keterpaduan wilayah/ekologis, yaitu antara daratan dan perairan (laut) yang masuk dalam suatu sistem ekologis.

c.  keterpaduan stakeholders dan tingkat pemerintah, yaitu dengan melibatkan seluruh komponen stakeholders yang terdapat di wilayah pesisir dan laut, dan juga keterpaduan antara pemerintah pada berbagai level, yaitu pusat, propinsi, dan kabupaten.

d.   keterpaduan antara berbagai disiplin ilmu, yaitu dengan melibatkan seluruh disiplin ilmu yang terkait dengan pesisir dan laut, seprti ilmu sosial budaya, fisika, biologi, dan yang lainnya.

e.   keterpaduan antarnegara, yaitu adanya kerja sama dan koordinasi antarnegara dalam mengelola sumber daya pesisir, terutama yang menyangkut kepentingan seluruh manusia.

Gambar 1. Pemukiman Nelayan pada Indonesia

Sumber: http://architectureconsepdesign.Blogspot.Com/2012_02_01_archive.Html

Pendekatan ekologis dalam pengelolaan daerah pesisir secara terpadu sangat krusial, antara lain bisa digambarkan sebagai berikut:

1.    Keunikan wilayah potensi perikanan (antara lain pesisir), yang merupakan daerah interaksi darat dan laut serta beragamnya sumber daya yang ada, mengisyaratkan pengelolaan wilayah potensi perikanan secara terpadu bukan secara sektoral (Rais, 2004), dengan alasan sebagai berikut:

a.        Terdapat keterkaitan ekologis (hubungan fungsional) baik antar ekosistem di dalam kawasan perikanan, maupun antara kawasan dengan lahan atas dan laut lepas. Dengan kata lain perubahan di suatu ekosistem akan berpengaruh pada ekosistem yang lain (misalkan kelestarian hutan mangrove akan berpengaruh pada kelestarian ikan yang secara alami memijah di hutam mangrove).

b.       Pada suatu kawasan perairan, biasanya terdapat lebih dari dua macam sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang dapat dikembangkan untuk kepentingan pembangunan.

c.        Pada suatu kawasan perairan atau kawasan potensi perikanan, pada umumnya terdapat lebih dari satu kelompok masyarakat yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kesenangan bekerja yang berbeda.

d.       Baik secara ekologis maupun ekonomis, pemanfaatan suatu kawasan perairan atau kawasan potensi perikanan secara monokultur (single use) adalah sangat rentan terhadap perubahan internal maupun eksternal yang menjurus pada kegagalan usaha.

e.       Kasawan perairan atau kawasan potensi perikanan pada umumnya merupakan sumber daya milik bersama (common property resources) yang dapat dimanfaatkan oleh semua orang. Padahal setiap pengguna sumber daya perikanan biasanya berprinsip memaksimalkan keuntungan.

Disarikan dari kitab ?Menata Ruang laut Terpadu? Oleh Prof. Jacub Rais dkk, 2004.

2.    Pembangunan perikanan yang dilakukan dengan pendekatan berbasis ekosistem merupakan strategi pengembangan usaha perikanan ikan sesuai dengan permintaan dan kebutuhan pasar baik nasional maupun internasional, dengan memelihara keterpaduan dan  pengelolaan berbasis ekosistem menggunakan cara-cara yang bertanggung jawab (responsible) dan berkelanjutan  (sustainable).

3.    Fokus utama dari pengelolaan wilayah pesisir adalah untuk mengkonservasi sumber daya alam milik bersama, sehingga pendekatan pengelolaan yang disesuaikan dengan sifat dan dinamika alam (pendekatan ekologis) adalah tepat dalam pembangunan wilayah pesisir dan laut.

SUMBER:

http://student.Ut.Ac.Id/

http://architectureconsepdesign.Blogspot.Com/2012_02_01_archive.Html

Jacub Rais dkk, 2004. Menata Ruang laut Terpadu.

#Tag : Ekosistem

Alat Tangkap Ikan Yang Dilarang Berdasarkan PERMEN KP No. 2 Tahun 2015

Berdasarkan PERMEN KP No. 2 Tahun 2015 menyatakan bahwa penggunaan alat tangkap Pukat Hela (trawls) dan Pukat Tarik (seine nets) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia dilarang.

Penggunaan alat penangkapan ikan Pukat Hela (trawls) dan Pukat Tarik (seine nets) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia telah mengakibatkan menurunnya sumber daya ikan dan mengancam kelestarian lingkungan sumber daya ikan, sehingga perlu dilakukan pelarangan penggunaan alat penangkapan ikan Pukat Hela (trawls) dan Pukat Tarik (seine nets).

Pukat Hela (trawls) adalah semua jenis alat penangkapan ikan berbentuk jaring berkantong, berbadan dan bersayap yang dilengkapi dengan pembuka jaring yang dioperasikan dengan cara ditarik/dihela menggunakan satu kapal yang bergerak. Pukat Hela (trawls) merupakan kelompok alat penangkapan ikan terbuat dari jaring berkantong yang dilengkapi dengan atau tanpa alat pembuka mulut jaring dan pengoperasiannya dengan cara dihela di sisi atau di belakang kapal yang sedang melaju (SNI 7277.5:2008). Alat pembuka mulut jaring dapat terbuat dari bahan besi, kayu atau lainnya.
Salah satu jenis pukat hela (trawl)

Pengoperasian alat penangkapan ikan pukat hela (trawls) dilakukan dengan cara menghela pukat di sisi atau di belakang kapal yang sedang melaju. Pengoperasiannya dilakukan pada kolom maupun dasar perairan, umumnya untuk menangkap ikan pelagis maupun ikan demersal termasuk udang dan crustacea lainnya tergantung jenis pukat hela yang digunakan. Pukat hela dasar dioperasikan di dasar perairan, umumnya untuk menangkap ikan demersal, udang dan crustacea lainnya. Pukat hela pertengahan dioperasikan di kolom perairan, umumnya menangkap ikan pelagis.

Pukat Tarik (seine nets) adalah kelompok alat penangkapan ikan berkantong (cod-end) tanpa alat pembuka mulut jaring, pengoperasiannya dengan cara melingkari gerombolan (schooling) ikan dan menariknya ke kapal yang sedang berhenti/berlabuh jangkar atau ke darat/pantai melalui kedua bagian sayap dan tali selambar. (SNI 7277.6:2008). Pengoperasian Pukat tarik (seine net) dilakukan dengan cara melingkari gerombolan ikan pelagis atau ikan demersal dengan menggunakan kapal atau tanpa kapal.

Salah satu pukat tarik (seine nets)

Pukat ditarik ke arah kapal yang sedang berhenti atau berlabuh jangkar atau ke darat/pantai melalui tali selambar di kedua bagian sayapnya. Pengoperasiannya dilakukan pada permukaan, kolom maupun dasar perairan umumnya untuk menangkap ikan pelagis maupun ikan demersal tergantung jenis pukat tarik yang digunakan. Pukat tarik pantai dioperasikan di daerah pantai untuk menangkap ikan pelagis & demersal yang hidup di daerah pantai. Dogol dan lampara dasar dioperasikan pada dasar perairan umumnya menangkap ikan demersal. Payang dioperasikan di kolom perairan umumnya menangkap ikan pelagis.

Pukat hela dan pukat tarik memiliki jenis yang bermacam - macam sesuai jenis ikan yang ditangkap. Berikut jenis dari masing - masing alat tangkap pukat hela dan pukat tarik. Untuk penjelasan mengenai jenis - jenis pukat hela dan pukat tarik silahkan baca disini. JENIS - JENIS PUKAT HELA (trawl) DAN PUKAT TARIK (seine nets).

Sumber : PERMEN KP No. 2 Tahun 2015. Tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkap Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets) DI Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.

Semoga Bermanfaat...

BUDIDAYA IKAN LELE TEKNOLOGI BIOFLOK (EFISIENSI PAKAN)

SUMBER:

DUB-DJPB, 2014. Leaflet Budidaya Ikan Lele Teknologi Bioflok (Efisiensi Pakan) di download dari website Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya pada laman http://www.djpb.kkp.go.id/download/Lele%20Biofloc2.pdf

#Tag : Lele

Cara Membuat Jus Rumput Laut

Rumput laut selain dimanfaatkan sebagai bahan makanan juga dimanfaatkan sebagai bahan industri. Sebagai bahan makanan, salah satunya dapat diolah menjadi juice yang dapat dikonsumsi langsung dan dalam keadaan segar.

Juice rumput laut sangat bergizi, enak dan cocok sebagai hidangan penutup. Juice rumput laut lebih nikmat dimakan apabila disajikan dalam keadaan dingin.

Berikut alat dan bahan yang digunakan :

1. ALAT

  • Panci
  • Talenan
  • Sendok pengaduk
  • Pisau
  • Piring
  • Timbangan
  • Wadah plastik
  • Sendok makan
  • Gelas
  • Blender
  • Wadah saringan plastik
  • Baskom
  • Loyang plastik

2. BAHAN

  • Rumput laut jenis E. Cottonii (basah) 1 kg
  • Susu kental manis 1 kaleng
  • Sirup Cocopandan hijau 1 botol
  • Sirup Cocopandan strawberry 1 botol
  • Jeruk nipis 300 gr
  • Selasih 1 botol

tiga. CARA PEMBUATAN

  • Cuci rumput laut kering 3-5 kali pencucian sambil ganti airnya.
  • Rendam rumput laut selama 2-3 hari, dan setiap hari air rendaman diganti pagi dan sore. Pada saat penggantian air, rumput laut sambil dibilas.
  • Cuci rumput laut dan rendam dengan perasan jeruk nipis selama 30 menit.
  • Cuci rumput laut hingga bersih dan tiriskan.
  • Haluskan rumput laut dengan menggunakan blender.
  • Buat larutan dengan mencampur air masak dan sirup yang sudah disiapkan.
  • Tambahkan susu kental manis dan gula.
  • Masukkan rumput laut yang sudah dihaluskan.
  • Masukkan selasih dan es batu.
  • Hidangkan dalam mangkuk/gelas, dan juice rumput laut siap dihidangkan.

Sumber : Modul Teknologi Hasil Pengolahan, BPPP Tegal.

Semoga Bermanfaat...

USAHA PEMBENIHAN KERAPU SKALA RUMAH TANGGA

SUMBER:

DUB-DJPB, 2014. Leaflet Usaha Pembenihan Kerapu Skala Rumah Tangga di download dari website Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya pada laman http://www.djpb.kkp.go.id/download/Leaflet%20Kerapu%20Skala%20Rumah%20Tangga.pdf

#Tag : Kerapu

Tepung Ikan

Ikan pada umumnya lebih poly dikenal daripada output perikanan lainnya, lantaran jenis tersebut paling poly ditangkap dan dikonsumsi. Ikan sangat baik digunakan menjadi bahan pangan, karena poly menggandung komponen-komponen yg diperlukan oleh tubuh. Seperti protein, lemak, sedikit karbohidrat, vitamin, & garam-garam mineral. Protein merupakan komponen terbesar sehabis air, maka ikan adalah sumber protein hewani yg sangat potensial (Hadiwiyoto, 1993).

Tepung ikan merupakan salah satu bahan baku sumber protein hewani yang dibutuhkan dalam komposisi makanan ternak dan ikan. Kandungan protein tepung ikan memang relatif tinggi. Protein hewani tersebut disusun oleh asam-asam amino esensial yang kompleks, diantaranya asam amino Lisin dan Methionin. Disamping itu, juga mengandung mineral Calsium dan Phospor serta vitamin B kompleks khususnya vitamin B12 (Murtidjo, 2001).
Tepung ikan

Tepung ikan (fish meal) merupakan salah satu produk pengawetan ikan dalam bentuk kering, lalu digiling sebagai tepung. Bahan standar tepung ikan umumnya merupakan ikan-ikan yg kurang irit, output sampingan penangkapan dari penangkapan selektif, glut ikan (ikan yg melimpah) dalam animo penangkapan dan residu-residu pabrik pengolahan ikan misalnya pabrik pengalengan & pembekuan tepung ikan & minyak ikan. Menurut Irawan (1995), bisnis pengolahan tepung ikan sangat menguntungkan bagi pengusaha ikan, karena residu-sisa ikan yg dibuang percuma bisa dimanfaatkan menjadi bahan pembuatan tepung. Salah satu syarat pembuatan tepung ikan merupakan tersedianya bahan mentah yang relatif & bahkan hiperbola dan harganya murah.

Mutu tepung ikan yg didapatkan tergantung pada jenis & kesegaran bahan mentah yang diolah, & juga teknologi pengolahannya. Untuk menerima tepung ikan bermutu baik perlu dikembangkan teknologi pengolahan dengan cara konvensional yang sudah lazim dipakai dalam industri tepung ikan.

Tepung ikan merupakan salah satu bahan standar pakan yang poly mengandung protein. Protein ikan diperlukan lantaran selain gampang dicerna, juga mengandung asam amino dengan pola yang hampir sama menggunakan pola asam amino yang masih ada dalam tubuh ternak. Pada umumnya, para peternak menambahkan tepung ikan dalam formula pakan ternak buat merangsang pertumbuhan daging ternak mereka (Zalniati, 2005).

Alur proses pembuatan tepung ikan

Keterangan :

  1. Penyortiran : dilakukan untuk memisahkan antara bahan baku yang bagus, setengah bagus dan yang tidak bagus
  2. Perebusan : dilakukan untuk menghilangkan lemak-lemak yang mengganggu proses selanutnya, dan bakteri-bakteri yang tidak berguna. Dilakukan dengan cara : bahan baku dimasukan ke alat perebus selama 2 menit untuk menghilangkan lemak, kemudian bahan baku tersebut diangkat dan dilanutkan pross selanjutnya
  3. Pencacahan : Tahap dilakukan guna mencacah bahan baku yang telah mengalami proses perebusan untuk dicacah menjadi potongan-potongan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan
  4. Pengeringan : Dilakukan guna mengeringkan bahan baku yang telah mengalami proses pencacahan
  5. Penggilingan : Dilakukan guna menggiling bahan baku yang telah dikeringkan dan hasil proses ini adalah tepung ikan yang sesuai dengan ukuran yang diinginkan
  6. Pengepakan : Dilakukan pengepakan tepung ikan selanjutnya dilakukan penyimpanan di dalam silo/gudang.

Penjelasan lebih lengkap tentang Cara Pembuatan Tepung Ikan bisa dipandang disini :

  1. Cara Membuat Tepung Ikan : Pemasakan Ikan
  2. Cara Membuat Tepung Ikan : Pengepresan Ikan
  3. Cara Membuat Tepung Ikan : Pengeringan Tepung Ikan
  4. Cara Membuat Tepung Ikan : Penggilingan dan Mutu Tepung Ikan

Sumber : Modul Pembuatan Tepung Ikan dan Pemanfaatannya, BPPP Tegal.

Semoga Bermanfaat...

ANALISA USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA SALIN (Oreochronis sp.)

SUMBER:

DUB-DJPB, 2014. Leaflet Analisa Usaha Pembenihan Ikan Nila Salin (Oreochronis sp.) di download dari website Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya pada laman http://www.djpb.kkp.go.id/download/Leaflet%20Analisa%20Usaha%20Ikan%20Nila%20Salin-Pembenihan-desain%20ambi.pdf

#Tag : Nila

CARA MEMBUAT TEPUNG IKAN : Pemasakan Ikan

Pemasakan bertujuan buat mengkoagulasikan protein, sehingga memudahkan termin pengepresan buat mengeluarkan air & lemak. Hal tadi disebabkan menggunakan mengkoagulaskan protein, sebagian besar berdasarkan air terikat akan terbebas demikian jua menggunakan deposit lemak, sehingga memudahkan pengeluaran air dan lemak (Ilyas, 1985).

Proses pemasakan pada metode konvensional menggunakan mesin pemasak (cooker) berbentuk silinder berselubung yang didalamnya terdapat Conveyor screw sebagai alat untuk aliran bahan. Pemasakan menggunakan uap (steam) secara terus menerus yang diperoleh dari mesin uap (Boiler).

Sebelum dilakukan proses pemasakan, Boiler dipanaskan terlebih dahulu untuk menghasilkan Steam/uap panas yang kemudian dialirkan kedalam mesin pemasak (cooker). Setelah uap mencapai 2 Bar (1,01325 bar = 1 atm) dan suhu mencapai 100˚C maka kecepatan cooker dapat diatur yang disesuaikan dengan kualitas bahan baku dan temperatur cooker. Apabila temperatur mencapai 100˚C dan uap 2-4 Bar serta kualitas bahan baik maka kecepatan cooker dapat dipercepat, dan apabila kualitas bahan agak membusuk (restant) maka jalannya cooker diperlambat. Kecepatan cooker maksimal mencapai 23 rpm. Waktu yang dibutuhkan dalam proses pemasakan pada suhu 100˚C dan uap 3 Bar sekitar 10-15 menit.

Permasalahan yang sering terjadi adalah suplai uap dan suhu cooker sering menurun (<90˚C) serta menumpuknya bahan baku yang mengakibatkan kualitas bahan menjadi menurun, Hal tersebut menyebabkan proses pemasakan menjadi lebih lama. Proses pemasakan yang kurang sempurna menyebabkan kadar TVN meningkat dan pemasakan yang terlalu lama menyebabkan protein akan terdenaturasi yang mengakibatkan hilangnya kandungan protein dalam bahan.

Pemasakan merupakan termin yang paling kritis dalam pembuatan tepung ikan, karena jika terlalu matang akan menyulitkan pengepresan yang disebabkan bahan standar terlalu lunak. Perebusan yg kurang matang cairannya sulit buat dikeluarkan lantaran bahan baku masih keras.

Pada saat ini penggunaan tepung ikan sebagai pakan hewan maupun ternak semakin terkenal . tepung ikan adalah suatu produk padat kering yang dihasilkan sebagai dengan jalan mengeluarkan sebagaian besar cairan dan sebagian atau seluruh lemak yang dikandung didalam tubuh ikan. Tepung ikan sebagai bahan pakan ternak dan ikan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani dibuat dari sisa-sisa olahan (limbah) atau kelebihan hasil penangkapan dalam memaksimalkan pemanfaatan ikan yang pada akhirnya juga memaksimalkan nilai ekonomis sisa olahan dan kelebihan hasil tangkapan tersebut. Bahan mentah yang sebaiknya dipakai adalah ikan yang tidak berlemak (lean fish) untuk mengurangi kemungkinan terjadinya oksidasi lemak yang akan menyebabkan rancidity.

Ketika ikan dipanaskan, sebagian besar air dan minyak akan hilang. Air dan minyak ini juga dapat hilang pada saat dilakukan pengepresan. Alat pemanas yang saat ini banyak digunakan berbentuk silinder uap air yang tertutup dimana ikan dipindahkan menggunakan alat berbentuk sekrup. Jika pemanasan kurang, maka hasil pressing nantinya tidak memuaskan dan pemanasan yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan ikan terlalu halus untuk dipress. Bahan baku ikan segar tidak dilakukan pengeringan selama tahap proses pemanasan. Pemanasan biasanya dilakukan pada suhu 95˚C sampai 100˚C dalam waktu 15 sampai 20 menit. Beberapa perusahaan yang bergerak dalam pembuatan tepung ikan, menggunakan suhu 95˚C.

Sumber : Modul Pembuatan Tepung Ikan & Pemanfaatannya, BPPP Tegal.

Semoga Bermanfaat...

BUDIDAYA IKAN PATIN KOLAM DALAM

SUMBER:

DUB-DJPB, 2014. Leaflet Budidaya Ikan Patin Kolam Dalam di download dari website Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya pada laman http://www.djpb.kkp.go.id/download/Patin%20kolam%20dalam.pdf

#Tag : Patin