Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Tampilkan postingan dengan label Kerapu. Tampilkan semua postingan

TEKNIK PEMANENAN PADA BUDIDAYA IKAN KERAPU

Pemanenan dilakukan menggunakan hati-hati supaya tidak banyak menggelepar. Ikan yang terlalu poly menggelepar selain cepat mengelami rigormortis jua banyak mengeluarkan lendir dan kemungkinan terluka. Adanya luka & lendir pada bagian atas kulit akan mendorong pertumbuhan bakteri dalam ikan. Ikan pula wajib dihindarkan dari sinar matahari dan diusahakan agar permukaan ikan nir engering. Bila ikan dimasukkan buat dibawa pada keadaa hayati, haus segera dikemas sesuai menggunakan teknik pengemasan yang diinginkan (Transportasi kemarau atau basah); dan jika akan dibawa dalam keadaan mati, maka ikan harus segera disesuaikan menggunakan teknik pengemasan yg benar.

1.    Cara Pangemasan (Packing)

Beberapa cara pengemasan ikan yg akan ditransportasikan pada keadaan hayati :

a.     Sistem Kring

Beberap jenis ikan dapat tetap hidup walaupun berada diluar air, asalkan tetap dingin dan basah. Sistem ini biasanya diawali dengan meminsankan ikan dengan kejutan dingin, immobilized dengan bahan tanaman (biji karet, singkong, ekstrak  cengkih, dll) diteruskan dengan pengemasan menggunakan media (lumut, rumput laut, serutan kayu, serbuk gergaji, es hancuran, dll), selanjutnya ditransportasikan dalam kondisi suhu sejuk.

b. Sisem Basah

Sistem ini dapat menggunakan wadah/tanki, atau kantong. Untuk sistem tangki, faktor yang perlu diperhatikan adalah oksigen terlarut, CO2, suhu, keseimbangan osmotic, kepadatan ikan, amoniak (NH3).

Pada sistem kantong, biasanya digunakan kantong plastik. Kantong ini diisi air tidak penuh dan sisanya diisi dengan oksigen murni serta ditutup rapat. Selain pasok oksigen bagi ikan, cara pengemasan demikian juga dimaksudkan untuk mengantisipasi tingginya CO2 yang dikeluarkan oleh ikan.

2.    Waktu Panen

Waktu panen umumnya ditentukan sang ukuran permintaan pasar. Ukuran super umumnya ukuran 500 gram ? 1000 gram/ekor & merupakan berukuran yg memiliki nilai jual tertinggi.

Untuk jenis kerapu macan ketika panen adalah setelah pemeliharaan 5 ? 6 bulan berdasarkan berat awal 50-70 gr/ekor. Sedangkan dalam ikan kerapu tikus saat panen dilakukan sehabis masa pemeliharaan 9 bulan berdasarkan berat awal 75-100 gram/ekor. Pemanenan ikan buat calon induk, umumnya dilakukan sehabis berukuran ikan mencapai ukuran diatas 1000 gr/ekor.

Pelaksaaan panen sebaiknya dalam pagi hari aau sore hari, agar bisa mengurangi stress dalam ikan selam berlangsung pemanenan. Pengangkutan ke loka tujuan penjualan, diusahakan pada malam hari, untuk memudahkan pengaturan suhu & menghindari ikan stress.

3.    Peralatan Panen

Peralatan panen yg diperlukan buat berukuran konsumsi diantaranya :

-        Timbangan sensitive 0-50 kg untuk menimbang ikan

-        Scoop net untuk mengangkat ikan yang dipanen dari jaring

-        Sarana transportasi laut atau darat untuk mengangkut ikan yang dipanen sampai tujuan

-        Bak fiberglass kapasitas 1-2 m3 dan tangki air untuk menampung ikan,

-        Tabung oksigen dan selang aerasi untuk menjaga kandungan oksigen terlarut pada air

-        Keranjang plastic untuk menimbang ikan,

-        Tambang plastic untuk mengikat

4.    Sampling dan Penyortiran

Sebelum dilakukan pemanenan terlebih dahulu dilakukan sampling yang  bertujuan untuk mengetahui ikan dan estimasi hasil panen. Penyortiran juga dilakukan untuk memilih ikan yang diperkirakan memiliki berat yang sama dan mempunyai bentuk yang baik atau sempurna tidak memiliki cacat pada fisik ikan.

5.    Metode Panen

Metode panen dalam budidaya ikan Kerapu di Karamba Jaring Apung (KJA) adalah :

a.    Panen Total

Metode ini semua ikan yg dipelihara dipanen. Biasanya hal ini dilalukan karena pemintaan pembeli dalam jumlah poly atau semua ikan sudah memenuhi persyaratan berat buat pada panen.

b.  Panen Sebagian

metode ini dilakukan lantaran beberapa alas an, yakni ukuran ikan yang dipelihara tidak seragam, permintaan pembeli yang mengklasifikasikan berat eksklusif atau permintaan pembeli yg relative sedikit. Panen selektif ini dilakukan dengan mengambil sebagian ikan yg sudah ,asuk berukuran tertentu, sedangkan sisanya bisa dipisahkan buat dipelihara lagi.

6.    Teknik Panen

a.  Produk Ikan Hidup

Pemanenan ikan di Karamba jaring Apung bisa segera dilakukan sesudah seluruh alat-alat yg akan digunakan buat pemanenan telah tersedia. Biasanya ikan dipuasakan 24 jam sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari ikan muntah selama pengangkutan.

Tahapan panen :

w  Mula-mula jaring dibagi dua bagian dengan menggunakan bambu atau kayu

w  Persiapkan bak penampungan sementara volume ± 1 ton yang diisi air laut bersih (untuk pemanenan ikan hidup).

w  Ikan diambil dengan mengunakan scopnet.

w  Ikan ditampung dalam bak penampungan. Satu bak dapat berisi 100 ekor ikan.

w  Ikan segera dibawa ke darat menggunakan kapal/perahu.

w  Dengan menggunakan ember/container kecil, ikan-ikan tersebut dipindahkan dari kapal ke bak penampungan di darat.

w  Bak penampungan di darat berukuran 4-10 ton yang terlebih dahulu diisi air laut bersih dan dilengkapi peralatan aerasi.

b.      Produk Ikan Mati Segar.

Pemanenan produk ikan meninggal segar pada KJA, relative sama misalnya pada pemanenan buat produk ikan hidup, hanya saja kepadatan ikan di bak penampungan ad interim (di kapal) dapat mencapai 300 ekor/bak.

Ikan lalu dibawa ke darat, dan bisa eksklusif dikemas dalam bak/box kayu yg sudah diberi es, atau ditampung di bak penampungan volume 4-10 ton, yg sudah diisi air bahari, ditambah es garam dapur untuk meningkatkan kecepatan kematian ikan dan mengurangi akumulasi bakteri.

SUMBER:

http//supmladong.Kkp.Go.Id

Mulyadi A., 2014. Diktat Pembesaran Ikan Kerapu di Karamba Jaring Apung. Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Aceh.

#Tag : Kerapu

PENANGANAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA KERAPU

Penyakit muncul  sebagai suatu proses yang dinamis hasil interaksi antara inang (host), jasad penyebab penyakit (pathogen) dan lingkungan (environtment). Kesimbangan ketiga faktor tersebut menyebabkan tidak munculnya penyakit. Hal yang sebaliknya akan terjadi apabila keseimbangan tersebut terganggu.

A. Jenis-jenis penyakit

Penyakit yg tak jarang muncul dalam pemeliharaan ikan kerapu diantaranya :

1. Parasit

Parasit penyebab penyakit yang menyerang ikan kerapu al : Monogenia insang (Diplectanum sp., Haliotrema sp., Pseudorhabdosynochus sp.) dan pada kulit (Benedina sp), Isopoda (golongan crustacean) yang menyerang pangkal lidah dan insang, Crystocaryon irritans (golongan Protozoa) yang menyerang kulit dan Thricodina sp. (golongan Protozoa) yang menyerang kulit, insang dan sirip.

Gejala yang ditimbulkan sang agresi Monogenia, antara lain kehilangan nafsu makan, mobilitas renang lambat. Serangan trematoda insang ditunjukkan menggunakan tanda-tanda berupa : nafsu makan berkurang, tubuh dan insang pucat, produksi lendir tinggi serta berenang pada bagian atas air menggunakan megap-megap dan tutup insang terbuka.

Serangan Cryptocaryon irritans ditandai dengan adanya bintik-bintik putih yang cukup dalam, ikan kehilangan nafsu makan, sebagian sisik lepas serta mata membengkak. Infestasi Thricodina sp pada ikan menimbulkan gejala yang hamper sama dengan serangan Cryptocaryon irritans, kecuali kerusakan pada kulit jarang terjadi.

Akibat yang ditimbulkan oleh adanya agresi parasit umumnya nir bersifat fatal, umumnya kematian terjadi dalam jangka saat yg lama .

2.  Bakteri

Jenis bakteri yang sering menyerang antara lain ditemukan Vibrio sp dan Tenacibaculum maritimum.  Ikan yang terserang Vibrio sp. menunjukan gejala antara lain : nafsu makan berkurang, terjadi kelesuan, pembusukan pada sirip, mata menonjol dan terjadi pengumpulan cairan pada perut. Kematian yang ditimbulkan oleh serangan bakteri akut mungkin tidak terjadi secara masaal, dan berlangsung secara bertahap dalam waktu yang tidak lama.

3.  Virus

Hasil analisa virus yang dilakukan dengan metode PCR (Polyymerase Chain Reaction) ditemukan infeksi VNN (Viral Nervous Ncrosis Virus) dan Iridovirus pada ikan Kerapu Tikus dan Kerapu Macan. VNN termasuk dalam golongan Nodaviridae sedangkan GIV (Grouper Iridovirus) termasuk dalam family Iridoviridae.

Ikan kerapu yang terjangkit VNN ditandai dengan tanda-tanda sbb :

·        Ikan mengendap di dasar

·        Kesimbangan renang terganggu (kadangkala berputar-putar)

·        Hemoragik pada pangkal operculum dan gelembung renang

·        Bagian luar tubuh dan organ dalam tetap dalam keadaan baik (tanpa luka). Serangan penyakit bersifat sporadic pada larva ikan, sedang pada pembesaran dan nduk bersifat subkilinis.

Gejala klinis sesifik infeksi Iridovirus  berupa : ikan mengendap di dasar dalam posisi miring (selama berminggu-minggu), tingkat kematian yang relative rendah (kasus tanpa diikuti infeksi sekunder) dan kematian terjadi setelah beberap minggu pasca timbulnya gejala klinis. Perubahan pathogolis penyakit ini berupa warna tubuh menjadi gelap, hiperemi mandibula serta hipertrofi atau atrofi limpa dan thymus.

B.   Penanganan Penyakit

Penanganan penyakit meliputi usaha-usaha pencegahan, pengobatan dan pemberantasan. Usaha-usaha tersebut meliputi pemberian multivitamin, perendaman dengan H2O2 150 ppm selama 30 menit. Apabila telah terjadi luka disertai dengan infeksi sekunder pengobatan dilakukan dengan perendaman akriflavin konsentrasi 5-10 ppm selama 1-2 jam masing-masing dilakukan 3 hari berturut-turut. Untuk pencegahan di karamba jaring apung perendaman dengan air tawar dilakukan 1-2 minggu sekali.

Pengobatan sekaligus pemberantasan terhadap infestasi Monogenia pada ikan-ikan yang dipelihara dalam bak pemeliharaan dilakukan dengan perendaman sekaligus pemindahan dri satu bak ke bak lainnya. Peendaman dapat dilakukan dengan H2O2 150 ppm selama 30  menit. Pada perendaman pertama diharapkan semua stadium parasit yang ada pada tubuh ikan, kecuali telur akan lepas. Setelah parasit lepas ikan dipindahkan dalam bak kedua yang bebas penyakit. Selama tujuh hari telur parasit yang tertinggal dalam tubuh akan berkembang menjadi encomiracidium. Perendaman yang kedua dilakukan untuk melepaskan oncomiracidium dari tubuh ikan. Setelah perendaman ikan terbebas dari semua stadium monogenia. Ikan-ikan ini dapat dipindahkan kembali kedalam bak pemeliharaan yang pertama setelah sebelumnya dilakukan desinfeksi dan pengeringan selama tujuh hari.

Penanganan terhadap infeksi virus dilakukan dengan pemusnahan ikan-ikan terinfeksi dan atau karantina yang diikuti juga dilakukan terhadap ikan yang baru didatangkan dari luar lokasi budidaya.

SUMBER:

http//supmladong.Kkp.Go.Id

Mulyadi A., 2014. Diktat Pembesaran Ikan Kerapu di Karamba Jaring Apung. Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Aceh.

#Tag : Kerapu

MEMAHAMI TEKNIK PEMELIHARAAN KERAPU

Aspek yang perlu diperhatikan dalam bisnis pembesaran ikan kerapu pada Karamba Jaring Apung antara lain : ketersediaan peralatan kerja lapangan, kualitas benih sebar, teknik penebaran, padat penebaran, jenis pakan dan teknik pemberian pakan, monitoring pertumbuhan, pergantian jaring, pengamaan kesehatan ikan & pengukuran kualitas air media pemeliharaan.

1.    Pelaratan Kerja

Beberapa peralatan yang perlu dipersiapkan antara lain : peralatan lapangan misalnya gunting, serok/scoop net, selang batu aerasi, aerator (compressor), ember, wadah pakan, cool box (freezer), bahtera motor, peralatan sampling, timbangan, penggaris, ATK, & alat ukur kualitas air : suhu, salinitas, oksigen terlarut, pH & sebagainya.

2.    Kualitas benih sebar

a.  Benih ikan kerapu Tikus

Benih yg digunakan dalam pembesaran pada Karamba Jaring Apung bisa dari berdasarkan tangkapan alam, maupun menurut output pembenihan. Kelemahan benih dari hasil tangkapan umumnya ukuran kurang sergam. Beberapa criteria benih sebar Kerapu Tikus yg dipakai dalam pembesaran antara lain :

-     Ukuran 50-70 gr dengan panjang badan 15-17 cm atau telah dipelihara 6 bulan dari lepas pembenihan (7-9 cm).

-     Warna tubuh : abu-abu kecoklatan, cerah

-     Bentuk tubuh : anggota organ tubuh lengkap, tidak cacat dan tidak Nampak kelainan bentuk, sehat serta bebas penyakit.

-     Gerakan / perilaku : responsif, bergerombol, respon terhadap pakan aktif, sangat responsif.

Gambar 1. Benih ikan kerapu tikus

b.  Benih Ikan Kerapu Macan

Kriteria yang wajib diperhatikan :

-         Ukuran 50-70 gr dengan panjang badan 15-17 cm atau telah dipelihara 3 bulan dari lepas pembenihan (5-7 cm).

-         Warna dan bentuk tubuh : kecoklatan, cerah, tidak bengkok, sirip lengkap

-         Kesehatan : anggota tubuh lengkap, tidak cacat dan tidak menampakan kelainan bentuk tubuh, sehat serta bebas penyakit.

-         Gerakan / perilaku : responsif, bergerombol, respon terhadap pakan aktif, sangat responsif.

Gambar dua. Benih kerapu Macam

3.    Teknik Penebaran Benih

Dalam melakukan penebaran benih, perlu diperhatikan hal-hal menjadi berikut :

-         Waktu tebar

Penebaran usahakan dilakukan pada pagi hari atau sore hari

-         Aklimatisasi/penyesuaian diri

Aklimatisasi perlu dilakukan lantaran berkaitan dengan adanya perbedaan kodnsisi air seperti suhu dan salinitas. Untuk benih yang dari dari lokasi yg jauh & pengepakannya memakai kantong plstik, cara/proses aklimatisasi dilakukan secara perlahan-huma. Setelah kantong plastic dibuka, kedalam kantong ditambahkan air laut dari karamba sedikit demi sedikit. Jika perbedaan salinitas sekita 1-2 permil, ikan dapat segera ditebar. Sedangkan buat pengangkutan benih menurut lokasi pembenihan yg dekat menggunakan menambahkan air bahari di karamba kedalam ember, lalu ember dimiringkan perlahan ke dalam jaring, sebagai akibatnya perbedaan salinitas lebih kurang 1-dua permil, ikan dibiarkan keluar menggunakan sendirinya.

Gambar tiga. Penebaran benih

4.    Padat penebaran

Padat penebaran yg diukur dengan satuan ekor/satuan volume, perlu diperhatikan karena berkaitan menggunakan berapa output optimum yg bisa diperoleh dnegan padat penebaran tertentu.

Besarnya padat penebaran yang bisa dipakai tertera pada tabel :

No

Kegiatan

Jenis ikan

Kerapu tikus

Kerapu macan

1.

2.

3.

Padat penebaran ekor/m3:

- Tanpa jaring bertiingkat

- Dengan jaring bertingkat

Lama pemeliharaan (bulan)

Sintasan produksi (%)

20 - 25

35 - 40

11 -  13

95

20 ? 25

35 ? 40

5 ? 6

95

5.    Jenis Pakan

Pemilihan jenis pakan buat embesaran ikan Kerapu wajib didasarkan dalam kemauan ikan buat memangsa pakan yang diberikan, kualitas, nutrisi & nilai hemat/harga. Umumnya jenis pakan, berupa ikan rucah segar (ikan-ikan non ekonomis krusial), nisbi lebih murah harganya terutama pada musimnya, lebih disukai sang ikan dan nilai gizi umumnya telah mencukupi untuk ikan-ikan budidaya. Jenis pakan yang bisa diberikan merupakan pellet, buat mengubah pakan rucah.

Keuntungan pakan pellet antara lain :

-         Mudah dalam penyimpanan, dengan memperhatikan masa kadaluarsa, dan tidak memerluakn freezer,

-         Ketersediaan pakan buatan tidak bergantng persediaan dari alam,

-         Dapat diatur formulasi pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ikan peliharaan.

6.  Teknik Pemberian Pakan

*      Rasio Pemberian Pakan

Untuk jenis kerapu rasio pemberian pakan  berkisar 5-7,5 % untuk jenis pakan I kan rucah, sedangkan untuk jenis pakan pellet, rasio pemberian pakan berkisar 1,5-3% per hari.

*      Frekuensi & ketika pemberian pakan

Frekuensi hadiah pakan dan waktu pemberiannya harus sempurna agar membuat pertumbuhan yg baik dan pakan bisa efisien. Hal ini berhubungan dengan kecepatan pencernaan dan pemakaian tenaga. Untuk pembesaran Kerapu di KJA sebaiknya diberikan 2 kali sehari yakni pada pagi & sore hari.

*      Penambahan multivitamin Pada ransum ikan

Pada ikan kerapu penambahan multivitamin dapat menambah kekebalan tubuh, ikan dapat tumbuh secara normal, mencegah terjadinya lodosis dan scoliosis atau tumbuh bengkok lantaran perkembangan tulang belakang yang nir sempurna, bisa mempertinggi sintasan ikan, atau berperan pada menurunkan angka kematian. Penambahan multivitamin pula berpengaruh terhadap kinerja ikan, warna tubuh ikan terlihat lebih cerah & lebih militan.

Dosis pemberian multivitamin bervariasi & bisa dilihat pada petunjuk penggunaanya. Kisaran takaran merupakan dua-5 gr/kg pakan per minggu. Vitamin C dapat dibubuhi buat melengkapi multivitamin. Vitamin merupakan tergolong yg larut pada air, & gampang rusak sehingga disarankan anugerah vitamin C dalam ransum pakan dilakukan sesaat sebelum pemberian pakan, dengan menambahkan binder, misalnya putih telur. Dosis vitamin C yangdigunakan adalag dua gram/kg pakan dan diberikan dua kali per minggu.

Gambar 4. Pemberian Pakan

7.  Monitoring pertumbuhan

Kegiatan yg dilakukan merupakan : sampling buat mengukur berat dan panjang total ikan, menentukan pertambahan takaran pakan & pencatatan kematian ikan. Sampling ikan dilakukan minimal sebulan sekali menggunakan mengambil ikan secara acak 10% berdasarkan populasi atau minimal 30 ekor ikan, ikan diukur berat per ekor & panjang totalnya.

Bila ada ikan yg mangkat dicatat, hal ini dimaksudkan buat memperoleh nilai sintasan ikan selama pemeliharaan.

Laju pertumbuhan umumnya dinyatakan dalam % Berat total tubuh (BW)/hari, dan dipengaruhi sang jeniss pakan, jumlah yg diberikan dan mutu pakan. Hasil kajian di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung, laju pertumbuhan Kerapu tikus merupakan : 1 ? 1,3% BW/hari dan kerapu macan 1,5 ? 2% BW/hari.

8.  Pergantian jaring

Pergantian jaring dilakukan minimal tiga minggu sekali, atau diadaptasi dngan syarat perairan setempat. Pergantian jaring dilakukan dengan maksud buat menjaga sirkulasi air & menjaga resiko terkena penyakit. Jaring yg kotor usahakan dijemur untuk lalu disemprot & dibersihkan agar dapat dipakai pulang.

Gambar 5. Pergantian Jaring

9.  Pengamatan Kesehatan Ikan dan pengukuran kualitas air media

·      Pengataman Kesehatan Ikan

Pengamatan secara visual & organoleptik dilakukan buat pemeliharaan ektoparasit dan morfologi ikan. Seangkan pengamatan secara mikroskopik dapat dilakukan di laboratorium, buat pemeriksaan jasad pathogen (endo parasit, fungi, bakteri & virus)

·      Pengamatan Kualitas Air Media

Cara pengukuran kualitas air (suhu, salinitas, pH, Oksigen terlarut, phospat, amoniak, dll), dilakukan dengan memakai peralatan :

Parameter

Alat

Thermometer

Refraktometer

Ph meter

Kertas lakmus

DO meter

Test kid

Suhu

Salinitas

pH

pH

oksigen teralrut

phospat, amoniak

Frekuensi pengukuran di lakukan minimum 2 kali seminggu.

SUMBER:

http//supmladong.Kkp.Go.Id

Mulyadi A., 2014. Diktat Pembesaran Ikan Kerapu pada Karamba Jaring Apung. Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Pusat Pendidikan Kelautan & Perikanan, Aceh.

#Tag : Kerapu

MEMAHAMI TAKSONOMI, MORFOLOGI DAN ASPEK BIOLOGI IKAN KERAPU

Pendahuluan

Keberhasilan dalam bisnis budidaya ikan tidak terlepas dari pengetahuan mengenai hayati yg meliputi : Taksonomi, morfologi, penyebaran/distribusi, daerah asal, pakan dan kebiasaan makannya. Dengab mengetahui hayati ikan Kerapu maka bisnis pengembangan teknologi budidaya menurut fase pembenihan di bak terkendali hingga fase pembesaran yang dilakukan pada karamba jaring apung akan berhasil.

Beberapa jenis ikan Kerapu yg telah berhasil dibudidayakan & bahkan telah diekspor ke berbagai manca Negara diantaranya : Kerapu macan, Kerapu Tikus, kerapu kertang dan lain-lain.

Menurut Nontji (9187), nama kerapu biasanya digunakan untuk empat marga anggota suku Srranidae, yaitu Epinephelus, Variola, Plectropomus dan Cromileptes. Sebagian besar anggota suku Serranidae hidup di perairan yang relative dangkal dengan dasar terumbu karang, tetapi beberapa jenis diantaranya dapat ditemukan pada kedalaman sekitar 300 m. adapun parameter ekologi yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu, yaitu temperature air 24-31ºC, salinitas antara 30-33 ppt, kandungan oksigen terlarut >3,5 ppm dan pH antara 7,8-8 (Yushimitsu et al., 1986).

Kerapu merupakan ikan karnivora yang cenderung menangkap mangsa yang aktif di dalam kolom air (Nybakken,, 1988). Hasil analisa isi perut ikan kerapu menunjukkan bahwa ikan kerapu merupakan pemangsa ikan-ikan yanglebih kecil, moluska dan beberapa jenis  udang (Nybakken, 1988). Sedangkan larva ikan kerapu merupakan pemangsa trokofor, zooplankton, kopeppoda dan larva bulu babi. Tampobolon dan Mulyadi (1989), menjelaskan bahwa ikan kerapu mempunyai kebiasaan makan di siang hari dan malam hari, namun lebih aktif pada waktu fajar dan senja hari.

Takosonomi dan Morfologi Kerapu

Ikan kerapu sudah menjadi komoditas ekspor menurut output budidaya laut dan berdasarkan banyak sekali jenis kerapu yang telah banyak dibudidayakan secara komersial diantaranya kerapu macan dan kerapu Tikus.

Phylum                  :    Chordata

Subphylum            :    Vertebrata

Class                    :    Osteichtyes

Sub-class              :    Actinopterygii

Ordo                    :    Percomorphi

Sub-ordo              :    Percoidea

Family                   :    Serranidae

Genus                   :    Ephinephelus

Species                 : Ephinephelus suillus, E. fuscogutatus

Kerapu lumpur, Kerapu macan.

Genus                   :    Cromileptes

Species                 :    Chromileptes altivelis (Kerapu Tikus

Geneus                 :    Plectropomus

Species                 : Plectropomus maculates, P. leopardus

Kerapu sunu

Ikan Kerapu macan adalah ikan karang yg tergolong pada family Serranidae menggunakan poly nama lokal.

Heemstra (1993), telah mendiskripsikan morfologi ikan Kerapu Macan sebagai berikut : Bentuk badan memanjang gepeng atau agak membulat, luasan antar ousat (kepala) datar cenderung cekung. Kepala bagian depan untuk ikan dewasa terdapat lekukan mata yang cekung sampai dengan sirip punggung. pre operculum membundar dengan pinggiran bergerigi dengan tepi bagian atas cekung menurun secara vertikal ke hamper ujung operculum. Bagian tengah rahang bawah terdiri dari 3 atau 4 baris gigi dengan barisan bagian dalam dua (2) kali lebih panjang daripada bagian luar. Tapis insang terdiri dari 10-12 tungkai dengan bagian dasar tidak terhitung. Sirip punggung terdiri dari 14 – 15 tulang rawan dan 11 tulang keras dengan barisan ke-3 atau ke-4 lebih panjang  sedangkan pada sirip anus terdapat 3 tulang keras dan 8 tulang rawan dengan panjang 2,0 – 2,5 bagian panjang kepala. Warna tubuh coklat muda dengan lima seri tompel coklat besar yang tidak beraturan. Badan, kepala dan sirip ditutupi oleh titik-titik kecil coklat dimana pada bagian tompel berwarna lebih gelap. Sirip ekor membundar dan mata besar menonjol. Panjang, standar untuk ikan dewasa 11-55 cm.

Gambar Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscogutatus)

Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) mempunyai cirri-ciri morfologi sirip punggung dengan 10 duri keras dan 18 – 19 duri lunak, sirip perut dengan 3 duri keras dan 10 duri lunak, sirip ekor dengan 1 duri keras dan 70 duri lunak. Panjang total 3,3 -  3,8 kali tingginya, panjang kepala seperempat panjang total, leher bagian atas cekung dan semakin tua semakin cekung, mata seperenam kepala, sirip punggung semakin kebelakang melebar, warna putih kadang kecoklatan dengan totol hitam pada badan, kepala dan sirip. Weber and Beofort (1940) dalam Ahmad (1991). Sedangkan menurut Heemstra dan Randall (1993) seluruh permukaan tubuh kerapu Tikus berwarna putih keabuan, berbintik bulat hitam  dilengkapi sirip renang berbentuk melebar serta moncong kepala lancip menyerupai bebek atau tikus.

Gambar Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis)

Selain jenis Kerapu Macan dan Kerapu Tikus terdapat beberapa jenis kerapu lain yang telah bisa dibudidayakan di dalam Karamba Jaring Apun (KJA) antara lain :

Kerapu lumpur (Epinephelus tauvina).Nama lain dari jenis ikan ini adalah kerapu balong, estuary grouper.  Kerapu ini banyak dibudidayakan karena pertumbuhannya cepat dan benihnya mudah diperoleh di laut, terutama musim-musim tertentu. Habitat kerapu lumpur ada di  kawasan terumbu karang, perairan berpasir, dan bahkan hutan mangrove.

Ukurannya sanggup mencapai 200 kg per ekor.

Kerapu Sunu (Plectropomus leopardus, Plectropomus maculates, P.leavis) Ada dua jenis kerapu sunu yang dikenal sebagai ikan laut  komersial, yaitu jenis Plectropoma maculates dan Plectropoma leopardus. Kerapu sunu memiliki tubuh agak bulat memanjang (Jawa: gilig). Tubuh sering berwarna merah atau makot. Pada tubuhnya terdapat bintik-bintik berwarna biru, dengan tepi gelap.

Penyebaran/Distribusi

Ikan kerap macan beredar luas berdasarkan daerah asia Pasifik termasuk laut merah, tetapi lebih dikenal dari berdasarkan Teluk Persi, Hawaii atau Polynesia. Terdapat juga dihampir seluruh perairan pulau tropis Hindia & Samudra Pasifik Barat dari Pantai Timur Afrika sampai menggunakan Mozambika. Ikan ini dilaporkan banyak juga ditemukan di Madagaskar, India, Thailand, Indonesia, pantai tropis Australia, Jepang, Philipina, Papua Neuguinea, & Kaledonia Baru (Heemstra, 1993). Di perairan Indonesia yang dikenal poly ditemukan ikan kerapu Macan adalah perairan pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, pulau Buru, & ambon (Weber & Beaufort,1931).

Di Indonesia ikan Kerapu Tikus poly ditemukan pada daerah perairan Teluk Banten, Ujung Kulon, Kepulauan Riau, Kepulauan Seribu, Kepulauan Karimunjawa, Madura, Kalimantan dan Nusa Tenggara. Ikan kerapu tersebar luas berdasarkan daerah Asia Pasifik, Laut Merah, Polynesia, terdapat juga hamper semua perairan tropis Hindia, Pasifik Barat & Pantai Timur Afrika.

Di Indonesia terdapat 38 jenis, 25 jenis diantaranya sangat umum dikenal masyarakat. Kerapu dapat tumbuh besar, bahkan dilaporkan di perairan Aceh pernah tertangkap ikan kerapu lumpur (Epinephelus tauvina) dengan panjang sekitar 2 meter dan berat kira-kira 200 kg. kerapu besar ini hidup di perairan pantai yang berlumpur didepan muara sungai (Nontji, 1987).

Siklus Reproduksi.

Ikan kerapu merupakan ikan yang memiliki sifat reproduksi hermaprodit protogini, yaitu dalam perkembangan mencapai dewasa (matang gonad) berjenis kelamin betina dan akan berubah sebagai jantan apabila ikan tadi tumbuh sebagai lebih akbar atau bertambah umurnya. Fenomena perubahan jenis kelamin pada ikan kerapu erat hubungannya dengan kegiatan pemiajahan, umur, indeks kelamin & berukuran.

Habitat

Ikan kerapu Macan hidup di dasar perairan berbatu samai dengan kedalaman 60 meter dan daerah dangkal yang mengandung batu koral (Heemstra, 1993). Pada siklus hidupnya ikan Kerapu Macan muda hidup di perairan karang dengan kedalam 0,5 – 3 meter pada area padang lamun, selanjutnya menginjak dewasa menuju ke perairan yang lebih dalam.  Telur dan larva kerapu Macan bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda hingga dewasa bersifat demersal.

Ikan Kerapu Tikus banyak dijumpai di perairan batu karang, atau daerah karang berlumpur, hidup pada kedalaman 40 – 60 meter. Siklus hidupny sama dengan kerapu Macan.ikan kerapu termasuk kelompok ikan stenohaline (Breet dan Groves, 1979), oleh Karen aitu jenis ikan ini mampu beradaptasi pada lingkungan perairan yang  berkadar garam rendah. Ikan kerapu merupakan organisme yang bersifat nocturnal, dimana pada siang hari lebih banyak bersembunyi di liang-liang karang dan pada malam hari aktif bergerak di kolom air untuk mencari makan.

Menurut Chua & Teng (1978), parameter ekologis yg cocok buat pertumbuhan ikan kerapu, yaitu temperature berkisar 24 - 31?C, salinitas berkisar 30-33 ppt, kandungan oksigen terlarut lebih dari 3,lima ppm & pH antara 7,8 ? 8,0. Perairan menggunakan kondisi tersebut pada umumnya terdapat dalam perairan terumbu karang (Nybakken, 1988).

Pakan dan Kebiasan Pakan

Hampir seluruh jenis ikan Kerapu merupakan hewan karnivora. Ikan kerapu dewasa adalah pemakan ikan-ikan kecil, kepiting, dan udang-udangan, sedangkan larvanya memangsa larva moluska (trokofor), rotifer,  mikro krutacea, kopepoda, dan zooplankton. Sebagai ikan karnivora, kerapu cenderung menangkap mangsa yang aktif bergerak di dalam kolom air (Nybakken, 1988). Tampubolon dan Mulyadi (1989), mengungkapkan bahwa ikan kerapu mempunyai kebiasaan makan pada siang dan malam hari, namun lebih aktif pada waktu fajar dan senja hari.

SUMBER:

http//supmladong.Kkp.Go.Id

Mulyadi A., 2014. Diktat Pembesaran Ikan Kerapu pada Karamba Jaring Apung. Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Aceh.

#Tag : Kerapu

PEMILIHAN LOKASI BUDIDAYA IKAN KERAPU

Tidak seluruh perairan pantai bisa dijadikan tempat pemasangan Karamba Jaring

Apung (KJA).  Keberadaan lokasi banyak mengandung resiko, bermasalah dan tidak memenuhi persyaratan secara ekologis hendaknya dihindari.  Faktor pemilihan lokasi yang tepat meliputi dua faktor, yaitu faktor pertimbangan umum dan faktor persyaratan kualitas air

Faktor Pertimbangan Umum

Pertimbangan umum yang dimaksud antara lain meliputi :

1.Perairan wajib terlindungi menurut angin & gelombang yg kuat.

Badai dan gelombang besar mudah merusak konstruksi karamba sehingga memperpendek umur rakit.  Gelombang yang terus menerus menyebabkan terganggunya aktovitas pemberian pakan dan juga dapat menyebabkan ikan menjadi stress dan selera makannya berkurang sehingga menurunkan produksi.  Tinggi gelombang yang disarankan untuk menentukan lokasi pembesaran ikan Kerapu Tikus dan Kerapu Macan tidak lebih dari 0,5 meter pada saat musim Barat maupun Timur.

Dua.Kedalaman Perairan

Kedalaman perairan yang ideal untuk pembesaran ikan kerapu menggunakan KJA adalah 5 – 15 meter. Perairan yang terlalu dangkal (< 5 meter) dapat mempengaruhi kualitas air yang berasal dari sisa kotoran ikan yang membusuk dan perairan yang terlalu dangkal sering terjadi serangan ikan Buntal yangmerusak jaring. Sebaliknya kedalaman >15 meter membutuhkan tali jangkar yang terlalu panjang.

Tiga. Dasar Perairan

Pemilihan lokasi yang ideal untuk budidaya Kerapu Macan dan Tikus adalah yang memiliki dasar perairan berkarang hidup dan berpasir putih.  Hal ini berkaitan dengan habitat asli ikan Kerapu.

4. Jauh dari limbah pencemaran

Lokasi harus bebas dari bahan pencemaran yang mengganggu kehidupan ikan. Limbah tempat tinggal tangga seperti detergen & sampah organik bisa mempengaruhi kondisi perairan atau sebagai pathogen & mengganggu ikan secara eksklusif. Sedangkan limbah buangan tambak dapat menaikkan kesuburan perairan yg menjadikan suburnya organisme penempel seperti kutu ikan, teritip & kekerangan lainnya yg banyak melekat dan menutupi jaring pemeliharaan.

5. Tidak menghambat Alur Pelayaran

Lokasi yang berdekatan atau dialur pelayaran akan mengganggu ikan pemeliharaan, terutama adanya gelombang yang disebabkan serta limbah bahan bakar bahtera atau kapal motor tersebut.

6.Dekat menggunakan asal pakan

Ada dua jenis pakan yang diberikan untuk ikan kerapu yaitu pakan buatan dan pakan ikan segar.  Untuk pakan segar perlu diperhatikan tentang ketersediaannya di sekitar lokasi budidaya. Hal ini berkaitan dengan jenis ikan segar, serta kualitas pakan segar. Apabila jauh dari tempat pelelangan ikan, maka dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan nelayan bagan.

7.Dekat menggunakan wahana & prasarana transportasi

Tersedianya wahana & prasarana transportasi berupa jalan darat menuju ke lokasi, adalah lokasi yang sangat baik karena dapat memudahkan transportasi benih & output panen. Hal ini bisa melancarkan penjualan hasil panen ke pasar yg dituju

8.Keamanan

Yang dimaksud dengan aspek ini  adalah terjaminnya keamanan usaha, baik dari tangan-tangan jahil, hama penyakit, ataupun gangguan lain dari masyarakat sekitar.

9.Tenaga Kerja

Lokasi terpilih merupakan lokasi yang banyak menyediakan tenaga kerja terampil dan upahnya wajar.  Sebaiknya tenaga kerja diambil dari daerah sekitar usaha.

Faktor Persyaratan Kualitas Air

Didalam budidaya ikan, secara umum kualitas air dapat diartikan sebagai setiap peubah (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup, dan produktivitas ikan yang dibudidayakan.  Kualitas air ini meliputi sifat fisk dan kimia air.

1. Kualitas Fisik air

a.  Kecepatan arus:

kecepatan arus yang ideal untuk pembesaran ikan Kerapu Macan dan Kerapu Tikus adalah : 15 – 30 cm/detik. Kecepatan arus >30 cm/detik dapat mempengaruhi posisi jaring dan jangkar. Sebaliknya kecepatan arus yang terlalu kecil dapat mengurangi pertukaran air dalam jaring, sehingga berpengaruh terhadap ketersediaan oksigen, serta ikan mudah terserang parasit.

b.  Kecerahan

kecerhaan perairan yang baik untuk budidaya ikan Kerapu Macan dan Kerapu Tius di karamba adalah >4 meter. Hal ini berkaitan dengan pemantauan ikan di dasar jaring serta pemantauan sisa pakan. Kecerahan yang rendah karena tingkat bahan organik  yang tinggi menyebabkan cepatnya perkembangan organisme penempel seperti kutu ikan,  lumut, cacing, kekerangan dan lain-lain yang dapat menempel pada ikan dan jaring.

c.  Suhu Air

Suhu air yangoptimal sebaiknya 27-32?C. Hal ini sangat krusial bagi pertumbuhan ikan yang dipelihara. Lokasi budidaya juga sebaiknya terhindar dari stratifikasi suhu & oksigen.

Dua. Kualitas Kimia Air

Beberapa parameter kualitas kimia air yang perlu diketahui diantaranya :

a.  Salinitas (kadar garam)

Fluktuasi salinitas bisa mempengaruhi pertumbuhan dan nafsu makan ikan kerapu yang dipelihara. Oleh karenanya calon lokasi tidak boleh berdekatan menggunakan muara sungai kususnya buat jenis Kerapu Tikus & Kerapu Macan. Lokasi di muara sungai tak jarang mengalami stratifikasi salinitas, sehingga bisa Mengganggu terjadinya difusi oksigen secara vertikal. Salinitas yg ideal buat pembesaran Ikan Kerapu Macan & Kerapu Tikus merupakan 30-33 ppt.

b.  Konsentrasi Ion Hidrogen (pH)

Kondisi perairan menggunakan pH netral atau sedikit kearah basa sangat ideal buat kehidupan ikan air bahari. Sedangkan apabila pH rendah mengakibatkan aktifitas tubuh menurun atau ikan sebagai lemah, lebih mudah terkena infeksi dan umumnya diikuti menggunakan taraf mortalitas tinggi. Ikan diketahui memiliki toleransi dalam pH antara 4,0 ? 11,0. Pertumbuhan ikan kerapu Macan & kerapu Tikus akan baik pada nilai pH normal, yaitu 8,0 ? 8,dua.

c.  Oksigen terlarut (DO)

konsentrasi dan ketersediaan oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas bagi ikan yang dibudidayakan. Oksigen terlarut sangat dibutuhkan bagi kehidupan ikan dan organisme air lainnya. Konsentrasi oksigen dalam air dapat mempengaruhi  pertumbuhan, konversi pakan, dan mengurangi daya dukung perairan. Ikan Kerapu Macan dan Kerapu Tikus dapat hidup layak dalam karamba jaring apung dengan konsentrasi oksigen terlarut kurang dari 5 ppm.

d.  Senyawa Nitrogen

Bentuk senyawa nitrogen dalam air laut bermacam-macam dan yang bersifat racun terhadap ikan dan organisme lainnya ada 3 senyawa yaitu Amonia (NH3-N), Nitrit (NO2-N) dan Nitrat (NO3-N).

e.  Pospat

Kadar posfat yang tinggi di perairan akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi dan akan merangsang tumbuhnya plankton. Jika kondisi plankton melimpah atau blooming dan terjadi kematian masal (die off) maka akan menyebabkan penurunan oksigen secara drastis yang akan menyebabkan kematian masal ikan dan organisme ekuatik lainnya (Adnan, 1994 dalam Mayunar, 1995). Untuk keperluan budidaya ikan kandungan fosfat dalam perairan yang aman adalah 0,2 – 0,5 mg/l.

SUMBER:

http//supmladong.Kkp.Go.Id

Mulyadi A., 2014. Diktat Pembesaran Ikan Kerapu pada Karamba Jaring Apung. Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Pusat Pendidikan Kelautan & Perikanan, Aceh.

#Tag : Kerapu

MEMAHAMI PRINSIP-PRINSIP BUDIDAYA IKAN KERAPU

Budidaya ikan laut di Indonesia telah mangalami perkembangan yang sangat pesat akhir-akhir ini. Upaya peningkatan sumber devisa Negara dari sector perikanan adalah dengan pengembangan perikanan yang berbasis kerakyatan. Salah satu upaya pemanfaatan lahan perairan Indonesia yang luas tersebut adalah melalui pengembangan usaha budidaya ikan Kerapu di karamba jaring apung (KJA).  Komoditas kerapu yang sudah berkembang di Indonesia ada dua spesies yaitu kerapu macan  atau Tiger Grouper (Epenephellus fuscogutatus) dan Kerapu Tikus atau Humpback Grouper (Cromileptes altivelis).

Penguasaan teknologi yg menyeluruh mengenai budidaya kerapu di KJA merupakan kunci berdasarkan keberhasilan usaha itu sendiri. Penguasaan ini meliputi pengetahuan internal ikan kerapu yg dipelihara dan beberapa faktor eksternal misalnya teknik budidaya, pakan, dan hama dan penyakit ikan. Disamping itu pengetahuan tentang lokasi budidaya, penentuan sarana dan prasarana.

Teknik budidaya ikan Kerapu Macan dan Kerapu tikus di KJA relative sederhana dan sama yaitu mencakup pendederan, penggelondongan dan pembesaran. Ketiga tahapan ini dibedakan berdasarkan berukuran awal tebar dan berukuran akhir ikan dipanen. Fase pendederan memiliki berukuran awal tebar benih hari ke-40 s/d 60 (D-40 ? D-60) dan dipanen dalam berukuran 25-30 gr/ekor utnuk selanjutnya dijadikan berukuran awal fase penggelondongan. Fase penggelondongan dipanen pada ukuran 75-100 gr/ekor, buat dijadikan awal fase pembesaran yang berakhir pada berukuran konsumsi yaitu antara 400-600 gr/ekor.

Pakan merupakan faktor eksternal penting dalam budidaya ikan, sebab pakan merupakan satu-satunya  masukan gizi dan energy dari luar untuk menunjang pertumbuhannya. Pemberian pakan dengan kualitas dan kuantitas yang baik dapat mengoptimalkan usaha budidaya ikan kerapu di KJA.

Pemantauan kualitas perairan yang kontinyu merupakan faktor eksternal lain yang menentukan keberhasilan budidaya. Hama dan penyakit diketahui  sering menjadi penyebab utama kegagalan.. pencegahan merupakan alternatif terbaik dibandingkan pengobatan.

Teknik panen & metode transportasi memegang peranan penting pada kelancaran bisnis budidaya ikan. Seperti diketahui bahwa ikan kerapu adalah komoditas ekspor yg mempunyai nilai jual lebih apabila dipasarkan pada keadaan hidup.

Aspek-aspek npendukung budidaya pada atas akan sebagai sia-sia bula bisnis budidaya membuat nilai akhir yg negative pada ekonomi. Oleh karenanya, perhitungan, perhitungan yg matang & terpola atas komponen-komponen primer maupun pendukung yang perlu dilalakukan.

SUMBER:

http//supmladong.Kkp.Go.Id

Mulyadi A., 2014. Diktat Pembesaran Ikan Kerapu pada Karamba Jaring Apung. Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Pusat Pendidikan Kelautan & Perikanan, Aceh.

#Tag : Kerapu

PENGEMASAN DAN PENGANGKUTAN BENIH PADA PENDEDERAN IKAN KERAPU

Benih ikan kerapu yang telah dipanen selanjutnya akan dipelihara di karamba jaring apung (KJA) laut.  Lokasi pendederan benih ikan kerapu dengan lokasi pembesaran ikan kerapu ini tidak selalu berdekatan. Oleh karena itu dibutuhkan waktu pengangkutan untuk mencapai lokasi pembesaran dan harus disiapkan bagaimana cara mengemas benih ikan kerapu dengan benar agar sampai di tujuan dengan kondisi yang tetap sehat serta kelangsungan hidup yang tinggi.

Pengemasan benih ikan kerapu hasil pendederan ini sebaiknya harus memperhatikan jarak dan waktu tempuh, serta jumlah benih yang diangkut dalam wadah. Kondisi parameter kualitas air yang penting selama pengangkutan adalah suhu, salinitas, oksigen terlarut dan pH air di dalam wadah pengangkutan. Suhu air yang baik untuk pengemasan ikan hidup  adalah 15–200C dan pH air 7–8. Jumlah oksigen yang ditambahkan pada wadah pengemasan harus 3 kali jumlah air.

Pengemasan benih ikan kerapu bebek dapat dilakukan dengan sistem pengemasan terbuka atau tertutup.  Sistem pengemasan terbuka digunakan untuk ikan yang akan diangkut dengan cara angkutan terbuka, sedangkan sistem pengemasan tertutup digunakan untuk ikan kerapu yang akan diangkut dengan cara angkutan tertutup.

PERSIAPAN PENGEMASAN

1.      Ikan yang akan dikemas dipuasakan terlebih dahulu sekitar 12-24 jam.

2.      Ikan yang akan dikemas ukurannya harus seragam untuk menghindari kanibalisme.

3.      Air laut yang akan digunakan untuk pengangkutan harus jernih dan mempunyai salinitas yang sama dengan media budidaya.

4.      Siapkan bahan dan peralatan pengemasan yaitu oksigen murni, kantong plastik, karet pengikat, stirofom, es batu, wadah/ember dan lakban.

SISTEM PENGEMASAN TERBUKA

Sistem ini biasanya digunakan untuk pengangkutan melalui jalur darat dan jarak yang akan ditempuh relatif dekat.  Pengemasan tertutup dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1.      Isilah wadah pengangkutan berupa drum plastik atau fiberglass dengan air laut hingga ½ atau 2/3 bagian wadah disesuaikan dengan jumlah ikan yang akan diangkut.

2.      Oksigen dialirkan ke dalam wadah melalui selang oksigen yang telah diberi pemberat dan batu aerasi serta dilengkapi dengan regulator yang berfungsi mengatur keluarnya oksigen.

3.      Masukkan ikan yang akan diangkut.

4.      Masukkan es yang dibungkus kantong plastik untuk menghindari menurunnya salinitas akibat mencairnya es.

SISTEM PENGEMASAN TERTUTUP

Sistem ini merupakan sistem pengemasan yang dianggap paling aman untuk digunakan, baik untuk pengangkutan jarak pendek maupun jarak jauh.  Pengemasan terbuka dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1.      Bahan-bahan yang harus disiapkan adalah oksigen murni, kantong plastik, karet, stirofom, es batu dan lakban.

2.      Kantong plastik dengan ukuran 150 cm diikat pada bagian tengahnya sehingga terbagi dua bagian, setelah itu bagian yang satu dibalik sehingga plastik nampak terlihat rangkap.

3.      Air laut dimasukkan ke dalam kantong plastik sebanyak sepertiga bagian dari volume kantong plastik untu kepadatan benih 110-120 ekor/wadah.

4.      Udara yang ada di dalam kantong plastik dibuang dan kemudian dimasukkan oksigen murni ke dalamnya melalui selang yang yang disambungkan dengan tabung oksigen.

5.      Kantong plastik kemudian diikat dengan karet dan hindari adanya gelembung udara.

6.      Kantong plastik dimasukkan ke dalam stirofom dengan posisi kantong plastik ditidurkan.

7.      Untuk mempertahankan suhu, dimasukkan es batu yang sudah dibungkus plastik  ke dalam stirofom.

SUMBER:

Sumantadinata K., 2003.  Modul Pemanenan dan Pengemasan pada Pendederan Ikan Kerapu Bebek. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:

SEAFDEC Agriculture Department. Pembudidayaan & Manajemen Kesehatan Ikan Kerapu. APEC, Singapore & SEAFDEC, Iloilo. Philipines.

Sunyoto, P. Dan Mustahal. 2002. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis: Kerapu, Kakap, Beronang. Penebar Swadaya, Jakarta.

#Tag : Kerapu

PEMANENAN PADA PENDEDERAN IKAN KERAPU

Kegiatan pembesaran ikan kerapu bebek oleh petani ikan biasanya mempunyai dua fase aktivitas yaitu fase pendederan yang dilakukan pada jaring hapa atau pada dalam tangki serta fase pembesaran yang umumnya dilakukan di karamba jaring apung (KJA) pada bahari.

Kegiatan pendederan adalah suatu usaha budidaya ikan kerapu yang memelihara benih yang berukuran 1,5-2,0 cm berasal dari pembenihan atau yang tertangkap dari alam dan dibesarkan dijaring hapa atau bak sampai berukuran 5-7 cm (fingerling). Kegiatan pembesaran adalah suatu usaha budidaya ikan  kerapu yang memelihara benih ikan kerapu ukuran 5-7cm (fingerling) sampai berukuran konsumsi.

Pemanenan benih ikan kerapu bebek harus dilakukan secara benar karena ikan ini termasuk peka terhadap perubahan lingkungan.  Panen yang dilakukan secara tidak tepat dapat mengakibatkan tingginya kematian benih.       Persiapan panen yang harus dilakukan meliputi:

1.      Sebelum panen benih diberokan atau dipuasakan dulu sekitar 12-24 jam. Pemberokan ini dilakukan dengan tujuan mengurangi kegiatan metabolisme sehingga kualitas air selama proses pemanenan dan pengangkutan tetap terjaga.

2.      Alat panen yang harus disiapkan diantaranya adalah seser atau skop net, ember, bambu panjang, waring, dan peralatan aerasi.

3.      Pemanenan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari, sore hari atau malam untuk menghindari fluktuasi suhu yang terlalu tinggi.

Pemanenan benih ikan kerapu output pendederan ini bisa dilakukan menggunakan cara disesuaikan menggunakan loka pemeliharaannya.

1.  Pemanenan benih kerapu bebek dari jaring hapa

·         Jaring hapa yang digunakan untuk mendederkan ikan kerapu ini dapat diletakkan di karamba jaring apung atau tambak.  Pemeliharaan benih didalam hapa sangat memudahkan untuk melakukan pemanenan setelah ikan berukuran 5-7 cm atau sekitar 65-85 hari dipelihara di pendederan.

·         Hapa diangkat secara perlahan-lahan dan diangkat menuju satu sudut sehingga benih berkumpul. Benih yang sudah terkumpul dalam satu sudut ini akan mudah diambil dengan menggunakan seser halus. Benih tersebut dimasukkan kedalam ember atau baskom plastik dan dipindahkan ke tempat penampungan benih. Selanjutnya benih siap diangkut dan dipasarkan.

2.  Pemanenan benih kerapu bebek dari bak/tangki

  • Dasar bak harus dalam keadaan bersih, kalau perlu disipon dahulu.
  • Volume air dikurangi perlahan-lahan sampai tinggi permukaan air mencapai sekitar 30 cm.
  • Benih kerapu digiring ke sudut bak dengan waring ukuran 250 mm, dengan bagian sisi kanan dan sisi kiri waring berbingkai yang menempel pada dinding bak sedangkan bagian bawah waring menempel pada dasar bak.
  • Setelah terkumpul pada sudut bak, benih ditangkap dengan seser atau serok, serta ditampung dalam ember dan diberi aerasi.
  • Benih dihitung dan dimasukkan ke dalam wadah fiberglass yang telah disiapkan.

SUMBER:

Sumantadinata K., 2003.  Modul Pemanenan dan Pengemasan pada Pendederan Ikan Kerapu Bebek. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:

SEAFDEC Agriculture Department. Pembudidayaan dan Manajemen Kesehatan Ikan Kerapu. APEC, Singapore & SEAFDEC, Iloilo. Philipines.

Sunyoto, P. & Mustahal. 2002. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis: Kerapu, Kakap, Beronang. Penebar Swadaya, Jakarta.

#Tag : Kerapu

PENGELOLAAN AIR PADA PEMBENIHAN IKAN KERAPU

Pengelolaan kualitas air agar kondisi air pemeliharaan selalu dalam keadaan baik untuk larva.  Kegagalan mempertahankan kualitas air dapat menyebabkan kematian larva.  Wadah diaerasi agar kebutuhan oksigen larva terpenuhi.  Jarak antar titik aerasi di wadah pemeliharaan larva adalah 50 cm.  Pada hari pertama media pemeliharaan larva diberi air hijau dengan kepadatan 25000-50000 sel/ml dan perberian alga dilakukan dengan tujuan sebagai makanan rotifera dan juga agar media pemeliharaan berwarna hijau.  Air yang berwana hijau diyakini dapat mengurangi intensitas sinar matahari yang kuat dan sebagai stabilisator kondisi lingkungan pemeliharaan.  Untuk mengurangi intensitas sinar matahari dapat juga dilakukan dengan kombinasi air hijau dan memberi krei di atas wadah peliharaan sehingga sinar matahari tersebar merata.  Intensitas sinar mata hari yang kuat pada satu titik dapat menyebabkan larva bergerombol di satu tempat. Sinar matahari yang kuat dapat menyebabkan larva menjadi bengkok yang diikuti dengan kematian.

Pada awalnya pemeliharaan larva dilakukan dengan sistem air tenang, tanpa adanya pergantian air.  Pergantian air dimulai pada hari ke 7 sebanyak 5 – 10% dari volume tergantung dari kondisi air dan kondisi larva.  Pergantian air ini dilakukan mengingat kualitas air sudah mulai menurun. Pergantian air dilakukan dengan cara membuang air dengan selang.  Ujung selang diberi saringan, kekuatan sedot selang diusahakan sedemikian rupa agar larva tidak ikut tersedot. Pergantian air dilakukan pada pagi hari.  Pergantian mulai dilakukan secara rutin dalam jumlah yang cukup banyak (70-400%) seletah larva diberi artemia dan mikro pelet.  Pergantian air dilakukan dengan cara sistem air mengalir,  sehingga saat diberikan pakan buatan sistem pemeliharaan berubah dari sistem air tenang ke sistem air mengalir.   Hal ini dilakukan karena pakan buatan yang tidak termakan, dalam waktu yang relatif singkat dapat menurunkan kondisi media pemeliharaan.  Selanjutnya jika dianggap perlu, untuk mempertahankan kualitas air ke dalam bak pemeliharaan larva dimasukkan bakteri pengurai.  Bakteri tersebut dapat menguraikan amoniak dan nitrat yang sangat berbahaya bagi larva menjadi  bentuk lain yang tidak berbahaya bagi larva.

Pada awal pemeliharaan larva penyiponan dasar bak tidak dilakukan dan penyiponan dasar hanya dilakukan dalam kondisi yang darurat seperti terjadi kematian plankton yang mengendap di dasar wadah.  Penyiponan dasar biasaya dapat dilakukan mulai hari ke-10.  Setelah larva diberikan pakan buatan maka penyiponan sisa pakan dilakukan setiap hari.

Agar media pemeliharaan larva juga terbebas dari serangan bakteri dan jamur biasanya diberi obat-obatan dengan merek dagang ElBAJU atau Gold 100.  dengan dosis 1 ppm.  Pemberian dilakukan setiap 5 hari sekali.

SUMBER:

Sumantadinata K., 2003.  Modul Pemeliharaan Larva sampai Benih Ikan Kerapu Bebek. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:

Randall, J.E. 1987.  A Preliminary Synopsis of the Groupers (Perciformes, Serranidae, Epinephelinae) of the Indo Pasific Region. In Polovina J.J and S. Ralston (Eds.): Tropical Snapper and Groupers, Biology and Fisheries Management.  Westview Press. Inc.  London.

Subyakto, S. dan S. Cahyaningsih.  2003.  Pembenihan Kerapu Skala Rumah Tangga.  PT Agromedia Pustaka, Depok.

Sunyoto, P. Dan Mustahal. 2002. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis: Kerapu, Kakap, Beronang. Penebar Swadaya, Jakarta.

#Tag : Kerapu

PENGELOLAAN PAKAN PADA PEMBENIHAN IKAN KERAPU

Pengelolaan pakan adalah salah satu faktor penentu keberhasilan pemeliharaan larva. Pemberian pakan tepat saat, sempurna kualitas dan tepat jumlah merupakan hal yg perlu diperhatikan pada pengelolaan anugerah pakan ikan kerapu bebek. Larva yg baru menetas masih mempunyai kuning telur yg menempel pada tubuhnya yang merupakan cadangan makanan buat larva tersebut (Gambar 1).

Adanya kuning telur yang menempel di tubuh menunjukkan bahwa larva belum membutuhkan pakan dari luar.   Setelah kuning telur habis ikan membutuhkan pakan dari luar.  Selama pemeliharaan larva ikan membutuhkan pakan alami berupa rotifera dan artemia serta pakan buatan.

Pakan larva awal berupa rotifera tipe s yang diberikan pada malam di hari ke dua setelah menetas.  Rotifera diberikan dengan padat penebaran 5-10 ind/ml disesuaikan dengan besar larva.  Rotifera diberikan mulai dari hari ke 2 sampai hari ke 20.  Selama pemberian rotifera, kepadatan rotifera di cek pada pagi dan sore hari. Pengecekan dilakukan dengan cara melakukan sampling pada tiga-lima titik.  Sampling dilakukan dengan cara mengambil volume air sebanyak 0.1 ml dengan menggunakan mikropipet.  Air sampling tersebut ditaruh di gelas objek dan beri larutan lugol.  Pemberian larutan lugol dilakukan untuk mematikan rotifera sehingga memudahkan dalam menghitung rotifera.

Rotifera dihitung dengan menggunakan mikroskop.  Jika jumlah rotifera di wadah pemeliharaan larva kurang dari 5/ml maka harus ditambahkan agar genap menjadi l5 ind/ml.

Dengan semakin besarnya larva maka pakan alami yang ukurannya lebih besar dari rotifera harus diberikan. Oleh karena itu, pada hari ke 15 disamping rotifera larva juga mulai diberi artemia. Artemia dipersiapkan sesuai dengan prosedur modul penetasan artemia. Artemia diberikan mulai dari hari ke-15 sampai dengan hari ke-35. Jumlah artemia yang diberikan disesuaikan dengan ukuran larva.  Pada awal pemberian Artemia diberikan dengan kepadatan antara 0.3 ind./ml  sampai dengan 3 ind/ml.

Selain pakan alami, larva ikan kerapu juga sudah mulai diadaptasikan dengan pakan buatan yang berupa mikro pelet.  Mikro pelet ini dapat diberikan bersamaan dengan pemberian pakan alami.  Mikro pelet yang diberikan ukurannya disesuaikan dengan ukuran larva.  Mikro pelet berukuran mulai dari 200 sampai dengan 2000 mikron. Mikro pelet diberikan mulai dari hari ke-15 sampai dengan hari ke-45. Mikro pelet diberikan dengan dosis 1-2 ppm. Dan jumlahnya ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan.  Pada saat pemberian artemia dihentikan mikropelet diberikan dengan metoda sampai ikan kenyang.  Pada hari ke-45 benih ikan kerapu dapat dipanen.

SUMBER:

Sumantadinata K., 2003.  Modul Pemeliharaan Larva sampai Benih Ikan Kerapu Bebek. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:

Randall, J.E. 1987.  A Preliminary Synopsis of the Groupers (Perciformes, Serranidae, Epinephelinae) of the Indo Pasific Region. In Polovina J.J and S. Ralston (Eds.): Tropical Snapper and Groupers, Biology and Fisheries Management.  Westview Press. Inc.  London.

Subyakto, S. dan S. Cahyaningsih.  2003.  Pembenihan Kerapu Skala Rumah Tangga.  PT Agromedia Pustaka, Depok.

Sunyoto, P. Dan Mustahal. 2002. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis: Kerapu, Kakap, Beronang. Penebar Swadaya, Jakarta.

#Tag : Kerapu

PENYIAPAN BAK PADA PEMBENIHAN IKAN KERAPU

Bak yang digunakan untuk pendederan ikan kerapu dapat berupa bak beton, fiberglass, bak kayu dilapisi plastik atau akuarium.  Ukuran bak dapat bermacam-macam dan biasanya dapat menentukan kepadatan dan ukuran benih yang akan ditebar. Hal yang harus diperhatikan adalah kemudahan dalam pengaturan aerasi dan pengelolaan air pada bak tersebut.  Jadi bak harus dilengkapi dengan pipa pemasukan dan pipa pengeluaran air.  Bak yang digunakan untuk pendederan kerapu ini dapat berbentuk bulat atau empat persegi panjang.

Salah satu gambaran bentuk bak yang digunakan untuk pendederan kerapu adalah bak beton berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 1,2 m x 4 m x 0,8 m yang dapat diisi air sekitar 2,5-3,5 m3. Pada bak ini dapat ditebar 2500-3500 ekor benih kerapu yang berukuran 1.5–3 cm  atau dengan padat tebar sekitar 1 ekor/liter. Pada salah satu sisi panjang bak pendederan ini dilengkapi dengan pipa PVC ¾ inci sebagai saluran aerasi.  Pipa saluran aerasi diberi lubang sebanyak 4 buah dengan jarak antar lubang dibuat sama. Selang aerasi yang digunakan berdiameter 1/16 inci, setiap selang aerasi dilengkapi dengan batu aerasi dan pemberat.  Jarak batu aerasi dengan dasar bak sebaiknya 5-10 cm.

Pada bak beton tersebut dibuatkan saluran pemasukan untuk memasukkan air dari bak tandon, dapat berupa pipa PVC berukuran ¼ inci yang dilengkapi dengan keran.  Disamping itu disalah satu sisi bagian yang lain dibuatkan saluran pengeluaran yang terbuat dari bahan pipa  PVC dengan diameter 2 inci yang dilengkapi pula dengan keran.  Dasar bak dibuat miring 2-3% ke arah pembuangan.

Bak beton

Penggunaan bak dari bahan fiberglass umumnya berukuran 2.5 m x 1.2 m x 0.7 m yang dapat diisi air sekitar 2 m3, hanya dapat ditebari benih ikan kerapu sebanyak 2000 ekor per wadah dengan kepadatan dan ukuran benih yang sama.  Bak ini juga dilengkapi dengan pipa pemasukan dan pengeluaran air serta selang aerasi.

Sebelum benih ditebar, bak pemeliharaan & alat-alat yg akan dipakai wajib dibersihkan terlebih dahulu. Bak pendederan disiram menggunakan desinfektan berupa larutan kaporit 100-150 ppm dalam semua sisi bagian dalam bak dan didiamkan selama 24 jam.

Penyiraman dengan kaporit ini untuk mempermudah pekerjaan membersihkan dasar dan dinding bak dari kotoran yang menempel.  Setelah itu bak dan peralatan disikat dan dibilas dengan menggunakan air tawar sampai bau kaporit hilang, kemudian dikeringkan selama sehari. Kegiatan pembersihan ini bertujuan pula agar semua organisme yang menempel atau bakteri di dinding bak dan peralatan lainnya mati.  Setelah bersih, bak diisi air laut dan diaerasi selama 2 hari sebelum digunakan.

SUMBER:

Sumantadinata K., 2003.  Modul Penyiapan Bak dan Air Pendederan Kerapu Bebek. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:

Akbar, S. 2001.  Pemilihan Lokasi Budidaya Pembesaran Kerapu Macan (Ephinephelus fusacogutattus) dan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) di Karamba Jaring Apung.  Balai Budidaya Laut Lampung.  Lampung

Aslianti, T., Wardoyo, J.H. Hutapea, S. Ismi, K.M. Setiawati. 1998.  Pemeliharaan Larva Kerapu Bebek (Cromileptes altivalis) dalam Wadah Berbeda Warna.  Jurnal  Penelitian  Perikanan  Pantai, Vol. IV, No. 3: 25-30.

SEAFDEC Agriculture Department. 2001.  Pembudidayaan dan Manajemen  Kesehatan Ikan Kerapu.  APEC, Singapore dan SEAFDEC, Iloilo. Philiphines.

Sunyoto, P. & Mustahal. 2002. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis: Kerapu, Kakap, Beronang. Penebar Swadaya, Jakarta.

#Tag : Kerapu

PENETASAN TELUR DAN PENEBARAN LARVA PADA PEMBENIHAN IKAN KERAPU

Sama seperti penanganan telur ikan lainnya, penangan telur ikan kerapu juga sangat penting dilakukan sebelum penebaran telur. Telur yang didapat dari panti benih dimasukkan dalam wadah penetasan telur yang diaerasi.  Wadah penetasan telur dapat berupa akuarium atau fiber glass yang berbentuk persegi atau bundar.  Sebelum telur dimasukan ke dalam wadah penetasan sebaiknya dilakukan aklimasi suhu dan salinitas.  Aklimasi sangat penting untuk dilakukan karena telur ikan kerapu sangat sensitif terhadap suhu dan salinitas.  Oleh karena itu sebelum kantong plastik dibuka, kontong plastik yang berisi telur di wadah penetasan telur selama 15-30 menit.  Indikasi suhu air dalam kantong plastik dan suhu air dalam wadah penetasan adalah terjadi pengembunan dalam kantong plastik yang dengan mudah dapat diamati.  Selanjutnya kantong plastik dapat dibuka dan salinitasnya diukur dengan mengunakan refraktometer.

Telur dapat dimasukkan ke dalam wadah penetasan jika salinitas kedua air laut tersebut sama.  Dalam memasukkan telur ke wadah penetasan, harus dilakukan dengan hati-hati dan secara perlahan-lahan baik dengan menuangkan langsung atau dengan menggunakan gayung.  Hal ini dilakukan agar tidak terjadi benturan fisik yang menyebabkan telur menjadi rusak. Setelah itu aerasi dipasang, setelah teraduk sempurna telur dihitung dengan cara sampling.

Untuk memisahkan telur yang baik dan buruk, telur didiamkan selama 5-10 menit tanpa aerasi.  Telur yang baik berwarna transparan dan akan mengapung di permukaan air, sedangkan telur yang buruk akan mengendap di dasar wadah.  Telur yang mengendap dibuang melalui penyiponan atau membuka kran yang ada di dasar wadah . Telur yang dibuang ditampung dalam ember yang selanjutnya dihitung jumlahnya dengan cara sampling.

Pembuangan telur yang buruk dilakukan agar telur yang buruk tidak merusak media penetasan telur.  Selanjutnya telur diaerasi, agar telur teraduk secara sempurna.   Pada suhu 29-30oC telur umumnya akan menetas 16-19 jam setelah ovulasi.  Penghitungan jumlah larva dapat dilakukan dengan cara sampling larva dan perhitungannya sama seperti pada perhitungan telur.

Setelah semua larva menetas maka aerasi dihentikan untuk memisahkan larva yang baik dan buruk.  Sama seperti telur, larva yang baik akan berenang di permukaan sedangkan larva yang buruk akan tetap di dasar wadah.  Larva yang buruk, telur yang tidak menetas dan cangkang telur yang ada di dasar disipon dan dibuang.  Selanjutnya larva yang menetas ditebar ke bak pemeliharaan larva.  Dalam menebar larva dilakukan dengan hati-hati dan perlahan-lahan dengan menggunakan gayung dengan tujuan agar larva tidak stres. Larva ditebar dengan kepadatan 15-20 ekor/l.

Perhitungan persentase telur yang baik dan daya tetas telur sangat penting untuk mengetahui kualitas telur yang didapat.  Pada umumnya jika persentasi jumlah telur yang buruk dan daya tetas larva lebih besar dari 40%  maka kualitas telur dapat dikatakan buruk ini akan berpengaruh terhadap kondisi larva.  Pemeliharaan larva sebaiknya tidak dilanjutkan jika kualitas telur kurang baik.  Hal ini dikarenakan akan timbul banyak permasalahan dalam pemeliharaan larva dan kelangsungan hidup larva akan rendah.

SUMBER:

Sumantadinata K., 2003.  Modul Pemeliharaan Larva sampai Benih Ikan Kerapu Bebek. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:

Randall, J.E. 1987.  A Preliminary Synopsis of the Groupers (Perciformes, Serranidae, Epinephelinae) of the Indo Pasific Region. In Polovina J.J and S. Ralston (Eds.): Tropical Snapper and Groupers, Biology and Fisheries Management.  Westview Press. Inc.  London.

Subyakto, S. dan S. Cahyaningsih.  2003.  Pembenihan Kerapu Skala Rumah Tangga.  PT Agromedia Pustaka, Depok.

Sunyoto, P. & Mustahal. 2002. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis: Kerapu, Kakap, Beronang. Penebar Swadaya, Jakarta.

#Tag : Kerapu

PENYIAPAN KARAMBA JARING APUNG PADA PEMBENIHAN IKAN KERAPU

PENGGUNAAN KARAMBA JARING  APUNG

Pendederan benih kerapu umumnya dilakukan pula pada karamba yg dipasang pada dasar perairan pantai yg dangkal atau pada perairan hutan bakau. Pada umumnya benih-benih ikan kerapu mengalami dua kali masa pendederan, walaupun pada beberapa hal benih-benih yg akan dibesarkan dalam jaring apung terkadang hanya sekali saja masa pendederannya.

Ukuran karamba apung yang digunakan 2 x 1 x 0.9 m dengan dinding dari bahan jaring nilon ukuran 2 mm. Karamba diikatkan pada tonggak atau dipasang pada rakit.  Kedalaman air pada karamba kurang lebih 50 cm.  Padat tebar pada wadah ini sebanyak 300-500 ekor.

Pendederan ke dua dapat juga dilakukan pada karamba berukuran 2 x 4 x 2 m, dengan menggunakan jaring nilon 210D/6 berukuran mata jaring 15 mm.  Pada ukuran ikan 5-8 cm berpadat tebar 300-400 ekor per wadah dengan masa pemeliharaan 3 bulan dapat dihasilkan ikan berukuran 10 cm.

Sumber air di sepanjang pantai biasanya bermutu baik sehingga tidak perlu diberikan perlakuan (treatment) khusus untuk pengelolaan air.  Hal penting yang harus diperhatikan adalah jaring nilon yang dipakai harus selalu bersih setiap hari.

PENENTUAN  LOKASI

Teknik pendederan pada karamba sangat ideal buat diterapkan pada perairan pantai yang dangkal dan terlindung, oleh karenanya faktor lokasi yang wajib diperhatikan dalam menentukan perairan pantai menjadi lokasi pemasangan karamba ikan adalah:

1.   Pertukaran air melalui karamba harus cukup, agar kotoran dan sisa-sisa pakan dapat hanyut ke luar dari dalam karamba serta dapat dijamin konsentrasi oksigen yang larut sekurang-kurangnya 3 ppm.

2.   Kadar garam antara 20-30 ppt.

3.   Bebas dari pencemaran, baik pencemaran yang berasal dari limbah rumah  tangga, limbah industri maupun limbah pertanian.

4.   Tidak banyak predator.

5.   Terlindung dari hembusan angin kuat dan hempasan gelombang besar, sehingga dapat mengurangi resiko kerusakan pada karamba dan peralatan lainnya.

SUMBER:

Sumantadinata K., 2003.  Modul Penyiapan Bak dan Air Pendederan Kerapu Bebek. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:

Akbar, S. 2001.  Pemilihan Lokasi Budidaya Pembesaran Kerapu Macan (Ephinephelus fusacogutattus) dan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) di Karamba Jaring Apung.  Balai Budidaya Laut Lampung.  Lampung

Aslianti, T., Wardoyo, J.H. Hutapea, S. Ismi, K.M. Setiawati. 1998.  Pemeliharaan Larva Kerapu Bebek (Cromileptes altivalis) dalam Wadah Berbeda Warna.  Jurnal  Penelitian  Perikanan  Pantai, Vol. IV, No. 3: 25-30.

SEAFDEC Agriculture Department. 2001.  Pembudidayaan dan Manajemen  Kesehatan Ikan Kerapu.  APEC, Singapore dan SEAFDEC, Iloilo. Philiphines.

Sunyoto, P. & Mustahal. 2002. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis: Kerapu, Kakap, Beronang. Penebar Swadaya, Jakarta.

#Tag : Kerapu

PEMBESARAN IKAN KERAPU MACAN DI KARAMBA JARING APUNG (KJA)

SUMBER:

DUB-DJPB, 2014. Leaflet Pembesaran Ikan Kerapu Macan di Karamba Jaring Apung (KJA) di download dari website Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya pada laman http://www.djpb.kkp.go.id/download/leaflet%20Ikan%20kerapu%20macan.pdf

#Tag : Kerapu

USAHA PEMBENIHAN KERAPU SKALA RUMAH TANGGA

SUMBER:

DUB-DJPB, 2014. Leaflet Usaha Pembenihan Kerapu Skala Rumah Tangga di download dari website Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya pada laman http://www.djpb.kkp.go.id/download/Leaflet%20Kerapu%20Skala%20Rumah%20Tangga.pdf

#Tag : Kerapu