Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Ekosistem Lamun

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem laut dangkal yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan berbagai jenis biota laut serta merupakan salah satu ekosistem bahari yang paling produktif.  Produktivitas total meningkat dengan jelas di perairan dekat pantai. Produktifitas ekosistem lamun di daerah tropis dikenal tinggi namun mempunyai kandungan zat hara yang rendah dalam air tapi tinggi dalam air poros (pore water). Produktivitas lamun berkisar antara 500–1000 gC/m2/tahun.

Padang lamun adalah ekosistem yang tinggi produktivitas organiknya menggunakan produktivitas primer berkisar antara 900 - 4650 gC/m2/tahun. Pada ekosistem lamun hidup majemuk biota laut, misalnya ikan, krustasea, moluska, Ekinodermata, & cacing

Ekosistem padang lamun bukan merupakan entitas yang terisolasi, tetapi berinteraksi dengan ekosistem lain di sekitarnya. Interaksi terpenting ekosistem padang lamun adalah dengan ekosistem mangrove & terumbu karang, dimana terdapat 5 tipe interaksi antara ketiga ekosistem tersebut, yakni: fisik, bahan organik terlarut, bahan organik partikel, migrasi fauna, dan dampak manusia (Ogden & Gladfelter, 1983).
Hubungan antara terumbu karang, manusia dan lamun

KOMUNITAS LAMUN

Padang lamun dapat berbentuk vegetasi tunggal, tersusun atas 1 atau 2–12 jenis lamun yang tumbuh bersama membentuk vegetasi campuran. Jenis pembentuk komunitas padang lamun tunggal, antara lain: T. hemprichii, E. acoroides, H. ovalis, C. serrulata, & T. ciliatum

Komunitas lamun umumnya hanya terdiri atas 1 atau beberapa jenis dominan & strukturnya sederhana serta homogen.

Komunitas lamun di perairan Indo-Pasifik umumnya terdiri dari jenis yang lebih heterogen & pertumbuhannya tidak merata. Di Indonesia & perairan Indo-Pasifik lain terdapat Enhalus acoroides yang tidak dijumpai di perairan Karibia. E.acoroides dapat membentuk komunitas lamun yang monospesifik.

Padang lamun merupakan komunitas kompleks yang terdiri atas sejumlah besar epifit, epizoik, penggali, & biota lain yang berasosiasi dengan lamun, di mana mereka mendapatkan tempat berlindung dan atau makanan.

FORMASI PADANG LAMUN

Formasi padang lamun dapat dikelompokkan menjadi 5:

  1. Zosteretea : Habitat substrat pasir, lumpur di pantai tropis – subtropis Zostera.
  2. Halodulo – Thallassietea : Habitat substrat lumpur, pasir, pecahan karang mati di pantai tropis ; Halodule, Halophila, Thalassia, Cymodocea, Syringodium, Enhalus
  3. Phyllospadicetea - Phyllopadicetalia : Habitat pantai berbatu di intertidal Pasifik Utara ; Phyllospadix.
  4. Posidonietetea - Posidonietalia : Habitat sublitoral, sublitoral berbatu, pasir, Dapat membangun dasar sampai beberapa meter ; Posidonia, komunitas klimaks & sangat stabil.
  5. Thalassodendretalia ; Terdiri dari satu jenis (Thalassodendron ciliatum) yang tumbuh lebat.

SUKSESI PADANG LAMUN

Suksesi klimaks bila didominasi oleh 1 atau beberapa jenis dengan komunitas yang stabil. Contoh: Posidonia, Thallasia testudinum, kel. Halophilids & Parvozozterid
Suksesi padang lamun

KERAGAMAN JENIS LAMUN

Di seluruh dunia diperkirakan terdapat 58 jenis yang dikelompokkan ke dalam 12 marga, 4 suku, dan 2 ordo. Di Asia Tenggara ada 20 jenis yang tersebar di Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, & Filipina. Di Indonesia ditemukan 12 jenis dominan yang termasuk ke dalam 7 marga & 2 suku (Hydrocharitaceae & Potamogetonaceae). Bila termasuk Halophila beccarii & Ruppia maritima maka jumlahnya 14 jenis (Kiswara, 1994).

Di Indonesia jenis lamun dapat dijumpai dalam skala besar & menutupi dasar perairan yang luas membentuk suatu padang lamun (seagrass bed).

JENIS LAMUN DI INDONESIA
Lamun yang ada di Indonesia
Berbagai jenis lamun
Berbagai jenis lamun

KELOMPOK JENIS LAMUN

SEBARAN LAMUN DI INDONESIA

HABITAT LAMUN DI INDONESIA

Sumber : Ekosistem Lamun

Semoga Bermanfaat...

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA SIDAT

Dalam budidaya sidat tak jarang mengalami kerugian yang relatif akbar yang ditimbulkan oleh penyakit sebagai akibatnya mematahkan semangat pembudidayanya. Penyakit sidat adalah segala sesuatu yang menimbulkan gangguan terhadap sidat yg disebabkan oleh organisme & kondisi lingkungan yang kurang menujang kehidupan sidat. Serangan penyakit dikolam diakibatkan ketidakserasian interaksi antara sidat, kondisi lingkungan, dan organisme penyakit yg menyebabkan stress pada sidat sehingga prosedur pertahanan diri sebagai lemah & gampang terserang penyakit.

Untuk mengatasi hal-hal yg merugikan maka dilakukan suatu usaha penanggulangan yg bisa menekan angkah kematian. Beberapa pendekatan yang telah dilakukan terutama terhadap penggunaan bahan kimia. Tetapi kandungan bahan-bahan kimia ini ada yg tidak sanggup dikendali oleh tubuh ikan sehingga terakumulasi dalam tubuhnya yg akan berpengaruh pula terhadap pengkonsumsi ikan sidat.

Suatu pendekatan yang dilakukan yaitu dengan penggunaan bahan-bahan alami. Selain gampang dihasilkan jua dari segi ekonomi harganya murah & tersebar diseluruh wilayah-daerah serta dikenal sang lapisan masyarakat. Bahan-bahan seperti daun sirih, mahkota dewah,daun samiloto, kunyit dan sejenisnya merupakan obat-obatan alami yg dianggap masyarakat bisa menyembuhkan aneka macam penyakit. Dengan demikian digunakan suatu pertimbangan alami buat memanfaatkan bahan tersebut buat mengatasi penyakit yg menyerang sidat. Juga hal ini berguna buat pengkomsumsi yang kondusif dari bahan-bahan kimia yg terkandung pada tubuh ikan. Selain itu pula pada pemasaran bisa menaruh label yang bisa menarik minat orang contohnya ?Mengkomsumsi daging sidat anda akan umur panjang lantaran selama pemeliharaan diberikan mahkota yang kuasa?.

Morfologi Ikan Sidat

Sidat mempunyai bentuk yg nisbi serupa menggunakan belut namun keduanya memiliki ordo yang tidak sama. Menrut Bleeker, sidat mempunyai kasifikasi sebagai berikut

Filum : Chordata

Klas : Pisces

Ordo : Apodes

Famili : Anguillidae

Genus : Anguilla

Spesies : Anguilla sp

Ciri utama sidat dewasa adalah bentuk tubuhnya menyerupai belut, tetapi jika diperhatikan ada beberapa disparitas morfologi yaitu, sidat memiliki sirip ekor, sirip punggung, dan sirip dubur yang sempurna. Sedangkan belut tidak mempunyai sirip sama sekali. Sirip sidat dilengkapi menggunakan jari-jari lunak yg bisa dipandang dengan mata biasa. Ketiga sirip yang dimiliki saling berafiliasi menjadi satu mulai menurut punggung keekor & berakhir dibagian ventral tubuhnya.

Sidat mempunyai kulit lembut dan sangat berlendir. Sidat mempunyai sisik yg ukurannya kecil yg terletak dibawah kulit. Dengan nir adanya sisik yang besar , kemampuan sidat bernafas melalui bagian atas kulit sama baiknya menggunakan melalui insang.

Sidat mempunyai bagian tubuh yang sangat sensitif terhadap getaran terutama dibagian samping. Bagian tubuh yang sensitif ini membantu pergerakan sidat karena kemampuan penglihatannya kurang baik. Disampnng itu organ penciuman, yg sangat pekah pula membantu mengatasi kelemahan daya penglihatannya.

Tingkah Laku Ikan Sidat

Sidat adalah hewan yang bersifat katadrom yaitu bisa hayati diair tawar dan air asin. Sidat kecil hayati diar tawar & setelah dewasa bermigrasi ke bahari buat memijah. Pada proses migrasi pertama, elver berukuran panjang kurang lebih 7 cm dan pada migrasi termin kedua yaitu berukuran 15-20 cm dan besarnya seperti pensil.

Selama migrasi, perkembangan mengalami perubahan warna tubuh, penurunan bobot & berat badan yang ditimbulkan selam migrasi elver nir makan.

Proses migrasi ditentukan beberapa faktor lingkungan, diantaranya, suhu air, cahaya, pasang surut, salitas, & angin. Elver yang telah hidup pada air tawar & tumbuh sebagai sidat dewasa akan berusaha balik kelaut buat melakukan pemijahan. Setelah melakukan pemijahan induk sidat umumnya menemui ajalnya. Anak sidat yang sudah keluar berdasarkan induknya akan segera berusaha mencapai pantai.

Larva sidat (Leptocephalus) ukuran 5 mm secara fasif terapung mendekati pantai & muara sungai. Setelah berumur 4 tahun hingga 8 tahun, sidat telah matang kelamin dan akan berusaha mencapai perairan yg bisa mengantarkannya kelaut dalam buat memijah.

Perpindahan sidat (migrasi) sidat menuju daerah baru yang cocok buat melakukan pemijahan dikenal menggunakan ruaya yg merupakan kebutuhan dasar dan adalah mata rantai pada mempertahankan kelestariaannya. Ruaya tidak bisa dipisahkan berdasarkan kehidupan sidat dengan tujuan eksklusif yaitu, buat mengadakan kegiatan pemijahan dan buat mencari makan dan menuju daerah asuhan serta mendapatkan lingkungan baru lantaran lingkungan asalnya nir menunjang lagi.

Dalam beruaya buat mengadakan aktivitas pemijahan, sidat yang telah matang kelamin menuju kelaut yg dalam antara 4.000.- 5.000 m. Telur sidat melayang & bersifat planktonis. Telur sidat yg berhasil menetas akan membuat larva yg pada kenal menggunakan sebutan lepthocephalus yg berkiprah kepermukaan air sesuai menggunakan perkembangan tubuhnya dan menyebar keberbagai arah dengan menghanyutkan diri mengikuti arus permukaan laut.

Pada ketika memasuki perairan tawar, terjadi perubahan bentuk tubuh larva sidat yang berbentuk pipih dan transparan sebagai elver yang tubuhnya berbentuk silinder. Bersamaan menggunakan itu sidat akan berubah menjadi lebih pendek, bertambah gelap, dan terjadi pergantian gigi susu sebagai gigi tetap.

Elver yg berhasil mengatasi seluruh kendala akan hayati pada air tawar & tumbuh menjadi dewasa. Setelah mencapai matang kelamin, sidat dewasa secara insting akan berusaha kembali ke bahari dalam melakukan kegiatan pemijahan.

Di air tawar sidat hayati dihabitat bebatuan yang dipakai menjadi loka perlindungan terutama menurut terik surya. Dan tak jarang dijumpai didaerah berlubang-lubang gelap atau membenamkan dirinya pada Lumpur di dasar perairan.

Sidat bernapas dengan insang & kadang-kadang dibantu oleh organ pernapasan lainnya. Selain sanggup mengambil oksigen pada air sidat juga bisa menghirup oksigen pribadi menurut udara. Utnuk meng hirup oksigen berdasarkan udara, sidat cukup mengeluarkan mulutnya kepermukaan air. Selain ke 2 cara tersebut, sidat pula bisa bernapas melalui kulit diseluruh bagian atas tubuhnya. Kulit sidat dilengkapi prosedur eksklusif sebagai akibatnya sanggup merogoh oksigen.

Sidat adalah hewan nokturnal yaitu aktif mencari makan dalam malam hari & pada siang hari beristirahat. Sidat bersifat pasif & lebih senang dihidup ditempat gelap. Makanan utama larva sidat merupakan plankton & sidat dewasa sudah berubah menjadi karnivor.

Matang kelamin sidat jantan nisbi lebih cepat daripada induk betina. Sidat jantan matang kelamin dalam usia 3 thn ? 4 thn dan betina dalam umur 7 thn ? 8 tahun. Sidat yg matang kelamin panjang tubuhnya 60 ? 160 m centimeter & ditandai dengan perubahan tubuhnya yang semakin gelap, bagian perutnya berwarna orange terang, & dasar sirip dada berwarna kuning keemasan.

Sidat jantan & betina yg telah matang kelamin akan berusaha mencari jalan keluar untuk beruaya menuju laut. Dalam upaya menuju kedaerah pemijahan, sidat akan berenang dibawah bagian atas air. Ruaya sidat ini umumnya dilakukan dalam malam hari, saat suasana lingkungan disekitarnya telah cukup gelap.

Jumlah kelompok sidat yang akan beruaya bisa mencapai ribuan sehingga acapkali menyebabkan perubahan rona perairan yang dilaluinya. Mereka berkecimpung secara berpasang-pasangan, sebab telur sidat yang sudah dikeluarkan oleh induk betina harus segera dibuahi sang sperma menurut induk jantan.

Selama perjalanan ketempat pemijahan, induk sidat menghentikan aktivitas makan sebagai akibatnya warna tubuhnya yang semula cokelat kehitam-hitaman berubah menjadi kekuning-kuningan dan akhirnya menjadi keperak-perakan. Akibat lain yg timbulkan lantaran berhenti makan adalah rusaknya saluran pencernaan sehingga selesainya melaksanakan kegiatan pemijahan induk sidat akan menemui ajalnya.

Di Indonesia pemeliharaan sidat masih tergolong baru, sehingga teknologinya belum poly dikuasai petani ikan secara benar. Pemeliharan sidat pada umumnya masih merupakan bisnis pembesaran, yaitu benih yang ditangkap dialam dipelihara dikolam sampai mencapai ukuran tertentu sesuai dengan permintaan konsumen.

Benih Sidat

Benih sidat dari dari alam biasanya ditangklap oleh petani saat akan menuju perairan tawar. Penangkapan elver umumnya dilakukan pada lisan sungai dalam waktu air sedang pasang.

Ukuran panjang benih sidat bervariasi antara 5 centimeter ? 7 centimeter, tergantung pada benih sidat. Tubuh benih sidat umumnya berwarna bening dan beratnya antara 0,15 g ? 2,0 g.

Tahap Pemeliharaan Sidat

Ada 2 termin pemeliharaan sidat , yaitu pemeliharaan impunan dan pemeliharaan lanjutan. Pemeliharaan impunan adalah pemeliharaan sidat yang dilakukan dikolam elver semenjak ditangkap menurut perairan sampai siap ditebar dikolam pemeliharaan pertama. Pemeliharaan lanjutan adalah pemeliharaan sidat dikolam ke 2, yaitu sejak sidat dipanen berdasarkan output pemeliharaan dikolam elver atau kolam pemeliharaan pertama.

1. Pemeliharaan di Kolam Elver

Pemeliharaan sidat dikolam elver merupakan pemeliharaan benih sidat yang baru diperoleh menurut alam (elver). Benih yg akan ditebarkan diperiksa buat mengetahui & mencegah terjadinya luka, penyakit, atau lemah.

Padat penebaran benih sidat umumnya antara 150 g ? 300 g/m2. Dalam pemeliharaan sidat secara intensif maka padat penebarannya dapat ditingkatkan sampai mencapai 600 g ? 1.200 g/m2. Taraf kelangsungan hayati benih pada pemeliharaan intensif merupakan berkisar antara 80% - 90% sesudah benih sidat mencapai berukuran 1 gr.

Pakan yang terbaik dalam ketika pemeliharaan elver adalah cacing tubifex. Pada 5 hari pertama pakan diberikan menggunakan ditebarkan disekitar dinding kolam. Selanjutnya areal anugerah pakan tersebut dipersempit hingga akhirnya pemberian pakan dipusatkan dalam satu tempat eksklusif. Dengan cara ini sidat diperbiasakan makan dalam tempat eksklusif dan saat eksklusif.

Pemberian pakan pada 2 minggu pertam merupakan 2 kali yaitu pagi dan sore hari. Pada minggu ketiga & keempat pemberian pakan mmulai dilakukan dengan mengkombinasikan pakan alami dan pakan buatan. Secacra pelan-pelan, jumlah pakan buatan ditingkatkan sebagai akibatnya pada akhirnya seluruh pakan benih sidat merupakan pakan buatan.

Lama pemeliharaan elver dikolam impunan kurang lebih satu bulan. Benih sidat diseleksi & dipelihara dikolam berikutnya. Kolam pemeliharaan usahakan ditebari elver yg ukuran nisbi sama untuk menghindari kanibalisme elver yang lebih akbar tehadap elver yang kecil.

2. Pemeliharaan Dikolam Pertama

Pemeliharaan dikolam pertama adalah pemeliharaan sidat hasil panen menurut kolam pemeliharaan elver. Lama pemeliharaan dikolam pertama berkisar antara empat bulan sampai enam bulan, tergantung pada ukuran sidat yang dikehendaki.

Cara pemliharaan dikolam pertama pada prinsipnya merupakan lanjutan dari cara pemeliharaan kolam elver, tetapi taraf kepadatannya ditambah yaitu tiga kg ? 6 kg/m2. Benih yang diperoleh berdasarkan kolam elver diseleksiberdasarkan bobot tubuh. Benih sidat yang ukurannya nisbi sama dipelihara dalam satu kolam dan yang lainnya dipelihara pada kolam terpisah.

Keuntungan yg diperoleh berdasarkan seleksi benih :

? Dapat memelihara sidat menggunakan kepadatan yang sinkron

? Meningkatkan laju konversi pakan dengan menimilkan pakan terbuang lantaran anugerah yang berlebihan.

? Memudahkan pengamatan kondisi fisiologis sidat

? Dapat melakukan pencucian kolam.

Tiga. Pemeliharaan pada Kolam Kedua

Pemeliharaan dikolam ke 2 merupakan pemeliharaan sidat yg diperoleh dari kolam pemeliharaan pertama. Lam pemeliharaan dikolam ke 2 umumnya dilakukan sampai sidat mencapai usia atu memahami atau lebih.

Pada suatu peride pemeliharaan selalu dijumpai sekelompok sidat yang mempunyai lajupertumbuhan relatif lebih baik dibanding dengan yang lain. Pemeliharaan sidat dikolam kedua ini usahakan dilakukan seleksi balik terhadap benih yang diperoleh dari kolam pemeliharaan pertama. Tujuan dilakukan seleksi ini adalah menghindari pemeliharaan sidat dengan berukuran yg tidak sinkron.

Padat penebaran sidat pada pemeliharaan kolam ke 2 ini sedikit lebih tinggi daripada pemeliharaan sebelumnya, yaitu 9 kg ? 21 kg/m2.

PENYAKIT YANG MENYERANG SIDAT

Penyakit sidat dapat ditimbulkan oleh suatu organisme & syarat lingkungan yang kurang menunjang kehidupan sidat. Serangan penyakit dikolam pemeliharaan diakibatkan oleh ketidak serasian interaksi antara sidat, syarat lingkungan, & organisme penyakit yg menyebabkan stress pada sidat sehingga mekanisme pertahanan diri yg dimilikinya menjadi lemah & mudah diserang.

Sumber Penyakit.

Penyakit yg menyerang sidat dikelompok sebagai tiga golongan primer :

? Hama, predator yang memangsa sidat, competitor yg menimbulkan persaingan pada pmenapatkan oksigen, dan menjadi pencuri.

? Parasiter, yg ditimbulkan sang Virus, bakteri, fungi, protozoa.

? Penyakit non-parasiter, bukan oleh suatu hama atau organisme, yang disebabkan sang 3 faktor :

? Faktor lingkungan, perubahan suhu yang tiba-tiba, pH terlalu tinggi atau rendah, & lain-lain.

? Kualitas pakan, kekurangan vitamin, gizinya rendah, bahan baku busuk, mengandung racun.

Turunan, kelainan tubuh sejak lahir.

Penyakit yg menyerang sidat.

Tabel 1. Penyakit yg menyerang ikan Sidat

DAFTAR PUSTAKA

Daelani, Deden. 2001. Agar Ikan Sehat,. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ghufron, M.2004. Hama & Penyakit Ikan. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Hermanto, Ning, 2004. Menggempur Penyakit Hewan Kesayangan dengan Mahkota Dewa. Penerbit, Penebar Swadaya, Jakarta.

Liviawaty, E dan Afrianto, Eddy,1998. Pemeliharaan Ikan Sidat. Penerbit, Kanisius, Yokyakarta.

Mangayu S. Dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Sidat Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

#Tag :

Cara Pemeliharaan Alat Penangkap Ikan Dari Serat Alami

PELAPUKAN

Faktor-faktor yang menyebabkan pelapukan serat yang mengandung cellulose adalah:

  1. jenis serat
  2. suhu air
  3. daya pelapuk air
  4. durasi terendamnya
Perawatan alat penangkap ikan

PENCEGAHAN PELAPUKAN

Metode pengawetan, yang menunjukkan efektivitas tinggi adalah: metode testalin dan metode tannin plus potassium bichromate (Klust, 1973).

1. Metoda Testalin

Menurut Klust (1973) jaring yang terbuat dari serat alami direbus selama 30 menit dalam larutan yang terdiri dari agent tannin (2%) yang ditambah cuprous oxide (1%). Setelah jaring dikeringkan, perlakuan diulangi lagi dengan menambahkan 2% tannin tanpa testalin. Ada juga setelah perlakuan kedua selagi webbing masih basah dicelup dengan carbolineum.

2. Metode tannin pluspotassium bichromate

Metoda tannin plus potassium bichromate (terbaik untuk bahan alat penangkap ikan), dilakukan dengan cara : Webbing yang terbuat dari serat alami direbus selama 30 menit dalam larutan yang terdiri dari agent tannin (2%)  Setelah webbing dikeringkan, direndam selama satu jam dalam larutan potassium bichromate (3%), kemudian dicuci dengan air dan dikeringkan.

Proses ini diulangi dengan menambahkan tannin (2%).  Selanjutnya webbing dicelup dalam larutan carbolineum. Kedua metode ini menyebabkan seluruh permukaan serat terbungkus oleh anti bakteri, merembes ke kulit ari (cuticle) dan dinding-dinding cell.

PENGAWETAN

Tujuan pengawetan (preservation) buat serat alami secara umum dapat digolongkan sebagai 3 golongan, yaitu :

1. Sterilisasi

Sterilisasi merupakan sutau metode membunuh bakteri-bakteri pembusuk yg telah ada & hidup pada dalam alat (diantara serat). Metode ini dapat dilakukan menggunakan cara merebus bahan pada media air dalam suhu dibawah titik leleh bahan & bisa jua dilakukan menggunakan cara menjemurnya dibawah sinar matahari langsung. Kedua cara ini nir memakai bahan pengawet.

Dua. Proteksi

Proteksi adalah suatu metode melindungi bahan  dari pengaruh dan aktifitas bakteri-bakteri pembusuk.Proteksi ini salah satunya dapat dilakukan dengan cara melapisi bahan dengan suatu lapisan tipis (film) dari larutan tembaga sulfat, larutan produk minyak, atau larutan nabati.

3. Gabungan sterilisasi & proteksi.

Metode pengawetan ini adalah menggabungkan metode pengawetan sterilisasi dan metode pengawetan perlindungan. Metode ini bisa dilakukan dengan terlebih dahulu mensterilkan bahan kemudian memproteksinya.

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT IKAN BANDENG

Beberapa konflik yang dihadapai oleh petani tambak waktu ini terutama petani tambak bandeng sederhana merupakan kasus kesuburan tanah. Disinyalir beberapa areal tambak mengalami perubahan struktur tanah. Tanah dasar tambak menjadi keras dan kesulitan dalam menumbuhkan klekap selanjutnya ikan bandeng akan kekurangan kuliner alami yang mengakibatkan pertumbuhannya menjadi terhambat. Dalam kondisi tadi ikan bandeng akan mengalami penurunan daya tahan tubuh sehingga memungkinkan terjadinya serangan penyakit, walaupun pada budidaya ikan bandeng sampai saat ini belum terdengar adanya serangan penyakit, namun alangkah baiknya mengkondisikan ikan tadi pada keadaan sehat dan menghindari hal-hal yang bisa mengakibatkan timbulnya penyakit.

Klasifikasi & Morfologi

Secara taksonomi (Saanin,1968). Bandeng bisa diklasifikasikan sebagai berikut :

Class : Pisces

Sub Class : Teleostei

Ordo : Mata Copterygii

Genus : Chanos

Spesies : Chanos chanos Forskal

Bandeng di Indonesia dikenal juga menggunakan nama Bandang, Bolu, Muloh, & Agam, namun dalam perdagangan internasional Bandeng dikenal menggunakan sebutan Milk fish.

Bandeng memiliki karakteristik badan yang langsing berbentuk torpedo, dengan sirip ekor yang bercabang, verbal terletak pada ujung ketua menggunakan rahang tanpa gigi, lubang hidung terletak pada depan mata, mata diselimuti selaput bening. Panjang badan pada bahari bisa mencapai 1 meter tetapi dalam tambak panjangnya nir lebih menurut 50 cm. Hal ini ditimbulkan oleh keterbatasan ruang & memang dipanen sebelum mencapai berukuran maksimal .

Habitat

Untuk hayati dengan baik bandeng menghendaki beberapa persyaratan lingkungan tertentu, persyaratan dimaksud merupakan kualitas air; suhu 25-35 0 C, salinitas 25-32, kecerahan 25-30, pH 7,6-8,6, dan DO tiga,0-lima,dua. Disamping itu faktor kuliner, pembuasan, hama & penyakit juga sangat mensugesti kehidupan ikan bandeng pada tambak.

Makanan

Bandeng adalah ikan herbivora yg memanfaatkan klekap, lumut & plankton sebagai kuliner utamanya dalam tambak, ketiga asal kuliner tadi menghendaki persyaratan lingkungan tertentu untuk mendukung kehidupannya antara lain suhu, karbondioksida, oksigen, pH dan salinitas eksklusif.

BUDIDAYA IKAN BANDENG

Persiapan Tambak

Persiapan tambak yang dilakukan mencakup perbaikan konstruksi, pintu air, saluran air, dan pematang. Pengeringan dilakukan 1-dua hari buat menguapkan gas-gas beracun & bibit penyakit yang terdapat di dalam tanah selanjutnya dilakukan pengapuran dan pemupukan buat menumbuhkan klekap.

Penebaran Benih

Penebaran benih dilakukan sesudah klekap tumbuh sebelum benih ditebar terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi terhadap suhu & salinitas air buat menghindari terjadinya stress. Penebaran dilakukan dalam pagi atau sore hari dimana suhu udara dalam kondisi rendah.

Pemberian Pakan

Pakan utama bandeng pada pada tambak merupakan klekap, yaitu perpaduan aneka macam jenis jazad dasar dengan komponen utama terdiri dari algae biru (Cyanophyceae) & diatomae (Bacillariophceae) selain itu ikan bandeng jua membutuhkan pakan tambahan agar tumbuh menggunakan baik, pakan tambahan yang diberikan merupakan roti BS dengan dosis lima-0 % berdasarkan berat badan per hari.

Pengelolaan Kualitas Air

Pengamatan terhadap kualitas air perlu dilakukan terus menerus buat mempertahankan kualitas air yang baik. Tindakan yang perlu dilakukan merupakan penggantian air sinkron dengan kebutuhan. Pengelolaan kualitas air ditujukan buat memberikan kondisi yg optimal bagi pertumbuhan ikan bandeng.

Monitoring Hama

Jenis hama yang tak jarang ditemukan seperti ikan payus, kerong-kerong, kakap, kepiting & trisipan. Keberadaan hama ini bisa menimbulkan persaingan pada dalam tambak, oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas monitoring buat menanggulangi hal tadi.

Penyakit dan Penyebab timbulnya Penyakit

Penyakit ikan merupakan segala sesuatu yang bisa menimbulan gangguan pada ikan, sehingga bisa menimbulan kerugian dalam bereproduksi. Timbulnya penyakit pada ikan disebabkan sang ketidakserasian antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan, syarat ikan itu sendiri, & organisme patogen.

Kemungkinan adanya serangan penyakit dalam budidaya ikan bandeng bisa terjadi pada setiap tahapan dalam kehidupannya mulai berdasarkan telur sampai bandeng dewasa.

Ada dua cara yg dapat dilakukan pada menanggulangi kemungkinan adanya serangan penyakit dalam ikan bandeng yaitu tindakan pencegahan & pengobatan.

Pencegahan

Pencegahan adalah tindakan yang paling efektif untuk menanggulangi timbulnya penyakit, upaya pencegahan bisa ditempuh dengan 2 cara yaitu proteksi dan prevensi

a. Proteksi

Proteksi merupakan bagaimana mengkondisikan lingkungan seoptimal mungkin agar bisa mendukung kehidupan ikan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengkondisikan lingkungan tadi adalah :

- Kualitas air

Air yg masuk ke dalam tambak harus dipastikan pada syarat bebas bibit penyakit, sehingga dalam pintu air tersebut perlu dipasang filter. Kedalaman air juga tetap wajib dipertahankan antara 1-1,2 m kedalaman air ini berkaitan dengan fluktuasi suhu sehingga dapat mengurangi terjadinya tertekan.

- Pakan

Kepadatan pakan alami plankton berkaitan menggunakan tingkat kecerahan air, semakin rendah kecerahan pertanda kepadatan plankton semakin tinggi. Untuk menjaga kualitas air agar permanen layak buat pertumbuhan bandeng, maka dilakukan penggantian air dan pemupukan susulan buat penumbuhan klekap, kepadatan plankton dipertahankan dalam kecerahan 35-45 centimeter.

- Monitoring

Kegiatan monitoring sangat krusial dilakukan buat mengetahui syarat pertambakan, sebagai akibatnya apabila ditemui permasalahan bisa segera dilakukan tindakan penanggulangan.

B. Prevensi Prevensi yaitu mengkondisikan ikan agar tahan terhadap kemungkinan adanya agresi penyakit . Beberapa hal yg perlu kita lakukan yaitu:

- Seleksi Benih

Benih-benih bandeng yang akan ditebar dipastikan pada syarat sehat & nir membawa bibit penyakit menurut tempat asalnya, oleh karenanya perlu dilakukan pemilihan benih yang memenuhi kriteria tersebut.

- Mengurangi terjadinya stress

Ikan yang mengalami tertekan akan menurunkan daya tahan tubuhnya, sebagai akibatnya pada kondisi tersebut ikan gampang terjangkit penyakit

- Mengatur padat tebar

Padat tebar benih perlu diatur supaya nir terjadi persaingan pada mendapatkan makanan, oksigen dan ruang mobilitas dan sedapat mungkin menghindari terjadinya pergesekan eksklusif yang dapat mengakibatkan luka & bisa menjadi media bersarangnya penyakit.

Pengobatan

Tindakan pengobatan merupakan alternatif terakhir yg perlu kita lakukan apabila ikan bandeng terjangkit penyakit, meskipun akhir ? Akhir ini jarang ditemukan adanya agresi penyakit pada budidaya bandeng, namun demikian ada beberapa jenis ectoparasit yg pernah dilaporkan menyerang ikan ini. Oleh lantaran ikan bandeng merupakan ikan yg jarang terserang penyakit, sehingga tindakan pengobatan menggunakan penggunaan jenis obat dari bahan kimia belum ditetapkan secara pasti, oleh karenanya pendekatan alamiah dengan pemanfaatan obat alami saat ini lebih dikedepankan.

Untuk pengobatan dengan menggunakan bahan alami yg dapat digunakan adalah menggunakan menggunakan tanaman ?SAGA?.

- Saga dapat ditemukan pada hutan, semak belukar, atau ditanam lebih kurang pekarangan rumah sebagai flora obat, adalah flora topis dan subtropis serta dapat ditemukan berdasarkan 1-1.000 m dpl.

- Khasiat ; Membunuh parasit, anti radang, melancarkan pengeluaran nanah, bercak-bercak berwarna pada kulit yg terpapar, penyejuk dalam selaput lendir.

- Adapun jenis penyakit yang pernah dilaporkan menyerang ikan ini berikut penyebab & pengobatannya bisa dilihat pada tabel berikut ini :

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional, 1998. Produksi Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Kelas benih Sebar. Departemen Pertanian. Jakarta.

Http://rajanyabandeng.Wordpress.Com/2013/01/01/ikan-bandeng-vs-ikan-salmon-part-ii/

Murthala, Dia. 2004. Pembesaran Ikan Bandeng pada BBPBAP Jepara Jawa Tengah. Jurusan Penyuluhan Perikanan STPP Bogor. Bogor.

Murtidjo, B. 2002. Budidaya & Pembenihan Bandeng. Kanisius. Yogyakarta. Wijayakusuma, Hembing dkk. 1995. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Pustaka Kartini. Jakarta

Santoso B. & Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Ikan Bandeng Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

#Tag :

Cara Memproduksi Fillet Ikan (2)

Fillet adalah bagian daging ikan yang diperoleh menggunakan penyayatan ikan utuh sepanjang tulang belakang, dimulai dari belakang ketua hingga mendekati bagian ekor. Tulang belakang dan tulang rusuk yang membatasi badan dengan rongga perut nir terpotong dalam saat penyayatan. Dengan cara penyayatan seperti ini, tulang/duri ikan yg terikut pada daging fillet biasanya hanya sedikit sekali.

Teknik pembuatan fillet ikan menurut bentuk-bentuk ikan yg generik diketahui merupakan menjadi berikut :

1. Ikan yang berbadan bundar

a. Lele & sejenisnya :

  • Potong bagian tenggorokan tanpa harus sampai terputus kepalanya;
  • Belah perutnya mulai dari tenggorokan menuju bagian anus;
  • Buang seluruh isi perut dan bersihkan rongga perut;
  • Potong kepala mulai dari belakang sirip insang (pectoral fin) sampai ke tulang belakang pada kedua sisinya;
  • Patahkan kepala dengan menekan pada ujung meja dan gunakan pisau untuk menyempurnakan potongan;
  • Buang sirip perut (pelvic fin):
  • Sayat sepanjang sirip punggung (sampai pisau menyentuh tulang rusuk) menuju arah ekor sampai pada ujung tulang rusuk;
  • Setelah sampai ke ujung tulang rusuk, tusukkan pisau sampai tembus dan sayatkan ke arah ekor:
  • Pegang daging yang telah tersayat pada punggung dan sayatkan pisau mengikuti tulang rusuk menuju ke arah perut. Biasanya membutuhkan beberapa kali gerakan sayatan untuk memotong daging dari bagian rusuk;
  • Balikkan ikan pada sisi sebelahnya. Sayat sepanjang garis sirip punggung dimulai dari bagian ekor menuju ke kepala;
  • Tusukkan pisau sampai tembus pada ujung tulang rusuk dan gerakkan pisau ke arah belakang menuju bagian ekor;
  • Pegang daging sayatan pada bagian punggung dan sayat sisa daging pada bagian tulang rusuk menuju ke arah perut;
  • Buang dinding perut

b. Kakap dan sejenisnya :

  • Sayat sisi ikan dari belakang sirip sampai ke belakang kepala;
  • Sayat mulai dari arah kepala ke arah ekor sepanjang sirip punggung; sayatan hanya sedalam tulang belakang.
  • Dari arah tulang belakang disayat sepanjang sirip punggung menuju arah ekor. Pisau harus dipegang sejajar dengan tulang rusuk, dan duri kecil ikut terpotong;
  • Potong pada ujung rusuk menuju ke ekor. Datarkan pisau pada tulang belakang setelah pemotongan pada rusuk. Ambil fillet. Fillet harus dibersihkan dari selaput perut atau sirip.
  • Tulang duri pada fillet dapat dibuang dengan mengiris bentuk V pada daging.
  • Balikkan ikan. Potong di belakang sirip insang dan sekeliling belakang kepala;
  • Sayat dari ekor sedekat mungkin tulang belakang sampai ke sudut di belakang leher;
  • Sayat sejajar terhadap sudut tulang rusuk dan memotong tulang duri, lalu buka fillet;
  • Sayat dari belakang kepala sampai ke ujung rusuk, pisau harus dipegang pada suatu sudut sehingga mengambil daging dari tengah-tengah ikan tanpa memotong sirip. Pada ikan yang besar, dua sayatan diperlukan bila pisau ramping digunakan. Buang selaput perut atau sirip dari fillet.

Dua. Ikan berbadan tebal & lebar

Nila & sejenisnya

  • Sayat mulai dari belakang sirip insang hingga ke belakang kepala;
  • Sayat dari kepala menuju ke ekor sepanjang sirip punggung;
  • Sayat ke depan pada rangka rusuk ke kepala, penyayatan memotong tulang duri;
  • Sayat dari arah kepala ke ekor dengan pisau membentuk sudut pada tulang rusuk dan sejajarkan pisau begitu lepas dari rusuk dan ambil fillet;
  • Balikkan ikan. Potong dari belakang sirip insang hingga ke belakang kepala;
  • Sayat dari ekor menuju ke kepala dengan meletakkan pisau sedekat mungkin sirip punggung;
  • Buka fillet dengan memotong ke arah kepala dengan memegang pisau ke dekat rusuk. Pemotongan melalui tulang duri;

tiga. Ikan berbentuk pipih

a. Ikan sebelah

  • Sayat daging sekeliling kepala;
  • Tusukkan pisau dan sayatkan ke arah ekor dengan memegang pisau tetap datar dan pemotongan sedekat mungkin dengan sirip;
  • Sayat dari tengah menuju ke kepala dan pegang pisau mengikuti lekukan tulang belakang;
  • Selanjutnya sayat dari kepala menuju ekor dengan memotong lekukan pada tulang belakang dan ambil filletnya. Pisau harus menembus ikan dan melalui sirip untuk mengambil fillet tanpa sirip;
  • Balikkan ikan dan sayat sekeliling kepala;
  • Sayat dari kepala dengan posisi pisau datar dan tusukkan sampai menyentuh tulang belakang. Pegang pisau mendatar dan sedekat mungkin sirip dan teruskan pemotongan sampai ke ekor;
  • Sayat dari tengah-tengah menuju ke kepala;
  • Sayat dari kepala menuju ke ekor dan ambil filletnya.

B. Ikan pari

  • Letakkan ikan terbalik (punggung di bawah). Potong dari muka kepala mengelilingi insang. Pemotongan harus tembus;
  • Potong bagian sayapnya sampai terpisah dari kepala, perut dan ekor;
  • Potong bagian sayap lainnya. Preparasi ikan pari biasanya hanya dengan mengambil bagian sayapnya tidak dalam arti khusus pem-fillet-an.

Sumber :

Suparno. Pembuatan Fillet Ikan. Http://www.Bbrp2b.Dkp.Go.Id

https://www.Youtube.Com/

Semoga Bermanfaat...

ANALISA USAHA PEMBESARAN IKAN PATIN BERSAMA TOMAT

Akuaponik secara sederhana dapat diartikan menjadi sistim terpadu antara Akuakultur (budidaya ikan) & Hidroponik (budidaya flora non-tanah) atau teknologi budidaya yang mengkombinasikan pemeliharaan ikan menggunakan flora.

Sejak tahun dua005 teknik budidaya ikan air tawar dengan sistim akuaponik telah dikembangkan di Balai Penelitian  dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor sebagai solusi dari semakin terbatasnya lahan dan sumber air bagi kegiatan budidaya ikan khususnya di perkotaan.

Dengan teknologi akuaponik, pencemaran air akibat limbah budidaya (sisa pakan dan metabolisme ikan, penyebab tingginya N dan P pada air) akan diserap & dimanfaatkan sang akar menjadi asal nutrien bagi tanaman . Akibat menurut mekanisme tersebut maka air yg digunakan sebagai media budidaya ikan akan terpurifikasi sebagai akibatnya nir perlu diganti selama periode pemeliharaan (hanya perlu ditambah buat mengganti air yg hilang dampak penguapan).

Dari hasil penelitian ternyata budidaya dengan sistim akuaponik mampu menghemat air sebesar 700% (Ahmad dkk, dua005), dapat mereduksi ammonia dalam air hingga 90% serta menurunkan kadar nitrit dari 4,4 mg/l menjadi 0,013-0,dua5 mg/l (Nugroho dan Sutrisno, dua00dua). Selain itu, akuaponik juga dapat dilakukan pada daerah dengan ketinggian 7 – 1000 m DPL (Taufik, dua01dua), artinya teknologi ini dapat diterapkan pada semua daerah mulai dari  pesisir hingga pegunungan.

Untuk memberikan citra mengenai peluang pengembangan akuaponik, maka bisa dilihat Analisa Usaha Pembesaran Ikan Patin Bersama Tomat menjadi berikut:

NO.

URAIAN

VOLUME

SATUAN

HARGA SATUAN

JUMLAH

1.

INVESTASI

a.

Pembuatan/pembelian wadah budidaya

- Kolam Terpal  4 X 6 M (JUE = dua tahun = dua4 bulan)

1

butir

400.000

400.000

b.

Peralatan

- Mesin Pompa Air   (JUE = 3 tahun = 36 bulan)

1

butir

150.000

150.000

- Pipa PVC 1/dua"   (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

6

batang

1lima.000

90.000

- Knee 1/dua"  (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

1dua

butir

4.000

48.000

- Ember 10 L (JUE = dua tahun = dua4 bulan)

30

butir

7.500

duadualima.000

- Batu apung (JUE = tiga tahun = 36 bulan)

45

kg

9.000

40lima.000

JUMLAH  1 (INVESTASI)

1.318.000

dua.

BIAYA TETAP

a.

Penyusutan Wadah Budidaya

- Kolam Terpal  4 X 6 M (JUE = dua tahun = dua4 bulan)

4

bulan

16.667

66.667

b.

Penyusutan Peralatan

- Mesin Pompa Air   (JUE = 3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

1dua.000

48.000

- Pipa PVC 1/dua"   (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

dua.500

10.000

- Knee 1/dua"  (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

1.050

4.dua00

- Ember 10 L (JUE = dua tahun = dua4 bulan)

4

bulan

9.375

37.500

- Batu apung (JUE = tiga tahun = 36 bulan)

4

bulan

11.dua50

4lima.000

c.

Gaji Tenaga Kerja

4

orang/bulan

100.000

400.000

d.

Listrik (dua0 - 30 watt x dua4 jam x 30 hari)

4

bulan

dua0.000

80.000

JUMLAH  dua  (BIAYA TETAP)

691.367

3.

BIAYA VARIABEL (OPERASIONAL)

a.

Benih

- Benih Ikan Patin; Ukuran tiga - 5

dua.000

ekor

150

300.000

- Benih Tomat

30

unit

lima.000

150.000

b .

Pakan

- Pakan Pabrik

dua80

kg

8.500

dua.380.000

c .

Bahan-bahan habis pakai

- Probiotik

1

liter

dualima.000

dualima.000

- Molase dan obat-obatan ikan

dua

paket

50.000

100.000

- Media filter

dua0

unit

7.500

150.000

JUMLAH   3 (BIAYA OPERASIONAL)

3.10lima.000

4.

BIAYA TOTAL (TETAP VARIABEL)

3.796.367

- Patin = Rp. Tiga.09lima.667

- Tomat = Rp. 550.700

lima.

PENERIMAAN

- Panen Patin (Size 7 - 10)

duadua0

kg

1lima.000

3.300.000

- Panen Tomat  (dua bln x dua musim x 30 unit x 1 kg)

1dua0

kg

10.000

1.dua00.000

JUMLAH   5

4.500.000

6.

KEUNTUNGAN = (PENERIMAAN - BIAYA TOTAL)

703.633

- Patin = Rp. dua04.333

- Tomat = Rp. 649.300

7.

KEUNTUNGAN (JIKA TENAGA KERJA TIDAK DIBAYAR)

1.103.633

8.

ANALISA-ANALISA

IKAN PATIN

- Harga Pokok Penjualan = (biaya total/volume prod)

Rp./satuan

14.071

- R/C ratio                           = (penerimaan/biaya total)

-

1,1

- B/C ratio                           = (keuntungan/biaya total)

-

0,1

- Payback Period               = (investasi/keuntungan)

kali usaha

3

- Net Interest Margin       = keuntungn/penerimn x 100)

%

17

TOMAT

- Harga Pokok Penjualan = (biaya total/volume prod)

Rp./satuan

4.589

- R/C ratio                           = (penerimaan/biaya total)

-

dua,dua

- B/C ratio                           = (keuntungan/biaya total)

-

1,dua

- Payback Period               = (investasi/keuntungan)

kali usaha

1

- Net Interest Margin       = keuntungn/penerimn x 100)

%

54

Sumber:

BPPBAT Bogor, dua014. Akuaponik: Teknik Budidaya Hemat air dan Lahan. Bogor, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar.

http://pusluh.kkp.go.id/mfce/halaman-album-46-perikanan-budidaya-html diakses pada 09/08/dua016.

Https://www.Google.Co.Id/search

Sutrisno, dkk. dua013. Teknologi  Budidaya Ikan Air Tawar  Sistem Akuaponik. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan Halaman 188-199; Jakarta, Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

#Tag :

Mengenal Jangkar

Untuk menciptakan kapal atau perahu berhenti pada suatu loka diperairan maka diperlukan sebuah jangkar.Sselain itu biasanya jua dipakai ketika kapal atau perahu berhenti di perairan buat maksud-maksud tertentu pada saat yg relatif usang atau waktu kapal mengalami gangguan, rusak atau mogok.

Pengadaan jangkar tergantung:

  1. Ukuran kapal
  2. Tipe perairan
  3. Tujuan penggunaan jangkar

Multak sine qua non di atas kapal, lantaran adalah agunan keselamatan bagi kapal buat datang ditempat tujuan menggunakan selamat memperkecil kemungkinan bahaya di laut syarat layak bahari.

Clisold n Lynn membedakan jangkar menjadi 7 jenis yaitu :

  1. Admiralty pattern anchor
    Admiralty pattern anchor
  2. Stockless anchor, digunakan untuk dasar perairan berkarang dan berlumpur halus. Semakin besar ukuran jangkar akan semakin efisien
    Stockless anchor
  3. Plough anchor, digunakan pada kapal-kapal berukuran kecil
    Plough anchor
  4. Danforth anchor, digunakan untuk kapal-kapal besar dan kapal tanker
    Danforth anchor
  5. Light fold anchor. Digunakan untuk kapal/perahu yang berukuran kecil
    Light fold anchor
  6. Mushroom anchor. Digunakan pada kapal - kapal kecil dan untuk tujuan berlabuh (mooring) baik di laut maupun di pelabuhan.
    Mushroom anchor
  7. Grafwell anchor. Digunakan untuk dasar perairan berkarang dan berpasir

Secara generik jangkar dibedakan sebagai :

1. Jangkar Paten (Jangkar Tak Bertongkat)

  • Mempunyai 2 lengan, yaitu lengan tetap yang tidak dapat digerakkan dan lengan tidak tetap yang dapat digerakkan terbuat dari besi.
  • Ukurannya besar (untuk kapal-kapal tanker, kontainer, penumpang,kapal penangkap ikan skala besar.
  • Tali jangkar menggunakan rantai.
  • Penyimpanan pada sarang jangkar.
  • Perlu alat khusus untuk mengoperasikan jangkar.

Dua. Jangkar Bertongkat

  • Punya 2 lengan berupa lengan tetap
  • Terbuat dari besi
  • Umumnya berukuran kecil sampai sedang (untuk kapal-kapal barang, penumpang atau kapal penangkap ikan yang berukuran kecil)
  • Tali jangkat dapat terbuat dari rantai, tali besi/baja ataupun tali manila
  • Penyimpanannya harus dinaikkan keatas dek kapal dibagian haluan

3. Jangkar Luku

  • Mempunyai 1 lengan
  • Berukuran kecil (umumnya hanya digunakan pada kapal ikan berukuran kecil)
  • Penyimpanannya harus dinaikkan keatas dek
  • Tali jangkar terbuat dari tali besi/baja atau tali manila

4. Jangkar Sekoci

  • Mempunyai 4 lengan
  • Terbuat dari besi berdiameter 10 -15 meter
  • Dibuat dalam ukuran kecil (umumnya untuk kapal-kapal perikanan berukuran kecil sampai sedang)
  • Penyimpanannya dinaikkan keatas dek pada bagian haluan kapal

lima. Jangkar ?Danforth?

  • Mempunyai 2 lengan
  • Mempunyai sebuah palang (besi) yang terletak dibawah tajuk jangkar untuk mempercepat tenggelamnya jangkar ke dasar perairan
  • Terbuat dari besi dan berukuran sedang sampai besar (umumnya digunakan pada kapal perang)
  • Penyimpananya digantung pada sarang jangkar
  • Lengan jangkat dapat bergerak kekanan atau kekiri

Sumber : Materi Pelatihan Penangkapan Ikan BPPP Tegal

Semoga Bermanfaat...

ANALISA USAHA PEMBESARAN IKAN PATIN BERSAMA TERONG

Akuaponik secara sederhana dapat diartikan sebagai sistim terpadu antara Akuakultur (budidaya ikan) dan Hidroponik (budidaya tumbuhan non-tanah) atau teknologi budidaya yang mengkombinasikan pemeliharaan ikan menggunakan tanaman .

Sejak tahun dua005 teknik budidaya ikan air tawar dengan sistim akuaponik telah dikembangkan di Balai Penelitian  dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor sebagai solusi dari semakin terbatasnya lahan dan sumber air bagi kegiatan budidaya ikan khususnya di perkotaan.

Dengan teknologi akuaponik, pencemaran air dampak limbah budidaya (residu pakan & metabolisme ikan, penyebab tingginya N dan P dalam air) akan diserap dan dimanfaatkan sang akar sebagai asal nutrien bagi tumbuhan. Akibat menurut prosedur tersebut maka air yg digunakan menjadi media budidaya ikan akan terpurifikasi sehingga nir perlu diganti selama periode pemeliharaan (hanya perlu ditambah buat membarui air yang hilang dampak penguapan).

Dari hasil penelitian ternyata budidaya dengan sistim akuaponik mampu menghemat air sebesar 700% (Ahmad dkk, dua005), dapat mereduksi ammonia dalam air hingga 90% serta menurunkan kadar nitrit dari 4,4 mg/l menjadi 0,013-0,dua5 mg/l (Nugroho dan Sutrisno, dua00dua). Selain itu, akuaponik juga dapat dilakukan pada daerah dengan ketinggian 7 – 1000 m DPL (Taufik, dua01dua), artinya teknologi ini dapat diterapkan pada semua daerah mulai dari  pesisir hingga pegunungan.

Untuk menaruh citra mengenai peluang pengembangan akuaponik, maka bisa dipandang Analisa Usaha Pembesaran Ikan Patin Bersama Terong sebagai berikut:

NO.

URAIAN

VOLUME

SATUAN

HARGA SATUAN

JUMLAH

1.

INVESTASI

a.

Pembuatan/pembelian wadah budidaya

- Kolam Terpal  4 X 6 M (JUE = dua tahun = dua4 bulan)

1

butir

400.000

400.000

b.

Peralatan

- Mesin Pompa Air   (JUE = 3 tahun = 36 bulan)

1

butir

150.000

150.000

- Pipa PVC 1/dua"   (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

6

batang

1lima.000

90.000

- Knee 1/dua"  (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

1dua

butir

4.000

48.000

- Ember 10 L (JUE = dua tahun = dua4 bulan)

30

butir

7.500

duadualima.000

- Batu apung (JUE = tiga tahun = 36 bulan)

45

kg

9.000

40lima.000

JUMLAH  1 (INVESTASI)

1.318.000

dua.

BIAYA TETAP

a.

Penyusutan Wadah Budidaya

- Kolam Terpal  4 X 6 M (JUE = dua tahun = dua4 bulan)

4

bulan

16.667

66.667

b.

Penyusutan Peralatan

- Mesin Pompa Air   (JUE = 3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

1dua.000

48.000

- Pipa PVC 1/dua"   (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

dua.500

10.000

- Knee 1/dua"  (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

1.050

4.dua00

- Ember 10 L (JUE = dua tahun = dua4 bulan)

4

bulan

9.375

37.500

- Batu apung (JUE = tiga tahun = 36 bulan)

4

bulan

11.dua50

4lima.000

c.

Gaji Tenaga Kerja

4

orang/bulan

100.000

400.000

d.

Listrik (dua0 - 30 watt x dua4 jam x 30 hari)

4

bulan

dua0.000

80.000

JUMLAH  dua  (BIAYA TETAP)

691.367

tiga.

BIAYA VARIABEL (OPERASIONAL)

a.

Benih

- Benih Ikan Patin; Ukuran 3 - 5

dua.000

ekor

150

300.000

- Benih terong

30

unit

lima.000

150.000

b .

Pakan

- Pakan Pabrik

dua80

kg

8.500

dua.380.000

c .

Bahan-bahan habis pakai

- Probiotik

1

liter

dualima.000

dualima.000

- Molase dan obat-obatan ikan

dua

paket

50.000

100.000

- Media filter

dua0

unit

7.500

150.000

JUMLAH   3 (BIAYA OPERASIONAL)

tiga.10lima.000

4.

BIAYA TOTAL (TETAP VARIABEL)

tiga.796.367

- Patin = Rp. tiga.095.667

- Terong = Rp. 550.700

5.

PENERIMAAN

- Panen Patin (Size 7 - 10)

duadua0

kg

1lima.000

tiga.300.000

- Panen Terong  (dua bln x dua musim x 30 unit x 1 kg)

1dua0

kg

9.000

1.080.000

JUMLAH   5

4.380.000

6.

KEUNTUNGAN = (PENERIMAAN - BIAYA TOTAL)

58tiga.633

- Patin = Rp. dua04.333

- Terong = Rp. 5dua9.300

7.

KEUNTUNGAN (JIKA TENAGA KERJA TIDAK DIBAYAR)

98tiga.633

8.

ANALISA-ANALISA

IKAN PATIN

- Harga Pokok Penjualan = (biaya total/volume prod)

Rp./satuan

14.071

- R/C ratio                           = (penerimaan/biaya total)

-

1,1

- B/C ratio                           = (keuntungan/biaya total)

-

0,1

- Payback Period               = (investasi/keuntungan)

kali bisnis

3

- Net Interest Margin       = keuntungn/penerimn x 100)

%

19

TERONG

- Harga Pokok Penjualan = (biaya total/volume prod)

Rp./satuan

4.589

- R/C ratio                           = (penerimaan/biaya total)

-

dua,0

- B/C ratio                           = (keuntungan/biaya total)

-

1,0

- Payback Period               = (investasi/keuntungan)

kali bisnis

1

- Net Interest Margin       = keuntungn/penerimn x 100)

%

49

Sumber:

BPPBAT Bogor, dua014. Akuaponik: Teknik Budidaya Hemat air dan Lahan. Bogor, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar.

http://pusluh.kkp.go.id/mfce/halaman-album-46-perikanan-budidaya-html diakses pada 09/08/dua016.

Https://www.Google.Co.Id/search

Sutrisno, dkk. dua01tiga. Teknologi  Budidaya Ikan Air Tawar  Sistem Akuaponik. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan Halaman 188-199; Jakarta, Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

#Tag :

Cara Memproduksi Fillet Ikan (1)

Potensi ekspor fillet ikan ke beberapa negara, terutama ke Amerika dan Eropa diperkirakan akan berkembang terus sinkron dengan permintaan pada negara-negara tersebut yang makin semakin tinggi. Sementara itu potensi bahan baku di Indonesia cukup banyak buat dimanfaatkan.

Produk ini lebih rentan terhadap kontaminasi dan penurunan mutu berdasarkan pada produk ikan utuh. Konsekuensinya, penanganan & pengolahan membutuhkan ekstra perhatian yg melebihi komoditas olahan lain. Penerapan rantai dingin serta sanitasi & higiene yg ketat adalah persyaratan primer supaya memperoleh produk yg memenuhi persyaratan yg sudah ditentukan.

BAHAN DAN ALAT

Bahan Baku

Ikan air laut maupun tawar yang berukuran sedang dengan bentuk bulat atau pipih, misalnya : lele, kakap, nila, ikan sebelah, pari, dan lain-lain.
Jenis ikan yang dapat digunakan untuk membuat fillet ikan

Jenis ikan yg dipakai sebagai bahan mentah buat pengolahan fillet ikan beragam, baik ikan bahari atau ikan air tawar yang umumnya berukuran sedang, dengan bentuk ikan yg badannya bundar juga yg pipih.

Bahan mentah harus betul-betul segar, tidak hanya untuk memperoleh produk yang bermutu tinggi tetapi juga untuk kemudahan dalam operasi pem-fillet-an. Ikan disiangi sesegera mungkin setelah tertangkap, karena bila sekali darahnya mulai beku maka daging akan mengalami diskolorasi sehingga mustahil mendapatkan fillet putih dan  menarik.

Bahan mentah disimpan dengan syarat yang baik buat mempertahankan mutu sampai saatnya dilakukan pem-fillet-an. Sortasi bahan mentah perlu dilakukan buat memisahkan ikan yg tidak layak diolah, baik ikan yg kesegarannya sudah menurun maupun ikan yang cacat atau terkotori sang bahan-bahan yang mempengaruhi penerimaan produk.

Peralatan

  1. Pisau. Pisau yang digunakan untuk penyayatan fillet umumnya berbentuk panjang dan ramping. Kadang-kadang untuk pengulitan fillet lebih disukai pisau fillet yang sudah usang sehingga bentuknya lebih tipis dan ramping. Jenis-jenis pisau lainnya juga harus tersedia sesuai dengan jenis pekerjaan seperti membuang sirip, memotong tulang belakang, dan lain-lain.
    Pisau fillet
  2. Pengasah pisau. Pisau untuk memfillet ikan harus tajam agar sayatan daging ikan permukaannya halus. Pisau harus diasah dalam dua tahap. Pengasahan pertama dengan gerinda atau batu asah guna memperoleh bentuk sudut dan ujung yang dikehendaki lalu pengasahan kedua dengan pengasah batang baja bulat yang bergerigi halus. Pengasah baja sangat sering digunakan pada waktu kerja.
    Pengasah pisau
  3. Talenan. Terbuat dari papan kayu atau lebih baik lagi papan komposit (sejenis plastik) karena mudah dibersihkan dari pada papan kayu.
    Talenan
  4. Meja. Meja pem-fillet-an harus dibuat dengan konstruksi dari aluminium atau baja tahan karat pada permukaannya dan mudah dibersihkan. Bagian tengah dari meja harus lebih rendah dari permukaan meja kerja dan harus mempunyai lubang penirisan.
    Meja Stainless Steel
  5. Pakaian kerja. Pakaian pelindung selama kerja dalam pemfilletan maupun pengepakan harus dikenakan untuk mengurangi kontaminasi dan menjaga kebersihan seperti apron yang berlapis karet, topi dan sepatu boot.

Lanjutan...

ANALISA USAHA PEMBESARAN IKAN LELE BERSAMA SELADA

Akuaponik secara sederhana dapat diartikan sebagai sistim terpadu antara Akuakultur (budidaya ikan) dan Hidroponik (budidaya tanaman non-tanah) atau teknologi budidaya yang mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan tanaman.

Sejak tahun 2005 teknik budidaya ikan air tawar dengan sistim akuaponik telah dikembangkan di Balai Penelitian  dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor sebagai solusi dari semakin terbatasnya lahan dan sumber air bagi kegiatan budidaya ikan khususnya di perkotaan.

Dengan teknologi akuaponik, pencemaran air akibat limbah budidaya (sisa pakan dan metabolisme ikan, penyebab tingginya N dan P dalam air) akan diserap dan dimanfaatkan oleh akar sebagai sumber nutrien bagi tanaman. Akibat dari mekanisme tersebut maka air yang digunakan sebagai media budidaya ikan akan terpurifikasi sehingga tidak perlu diganti selama periode pemeliharaan (hanya perlu ditambah untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan).

Dari hasil penelitian ternyata budidaya dengan sistim akuaponik mampu menghemat air sebesar 700% (Ahmad dkk, 2005), dapat mereduksi ammonia dalam air hingga 90% serta menurunkan kadar nitrit dari 4,4 mg/l menjadi 0,013-0,25 mg/l (Nugroho dan Sutrisno, 2002). Selain itu, akuaponik juga dapat dilakukan pada daerah dengan ketinggian 7 – 1000 m DPL (Taufik, 2012), artinya teknologi ini dapat diterapkan pada semua daerah mulai dari  pesisir hingga pegunungan.

Untuk memberikan gambaran tentang peluang pengembangan akuaponik, maka dapat dilihat Analisa Usaha Pembesaran Ikan Lele Bersama Selada sebagai berikut:

NO.

URAIAN

VOLUME

SATUAN

HARGA SATUAN

JUMLAH

1.

INVESTASI

a.

Pembuatan/pembelian wadah budidaya

- Kolam Terpal  4 X 6 M (JUE = 2 tahun = 24 bulan)

1

buah

400.000

400.000

b.

Peralatan

- Mesin Pompa Air   (JUE = 3 tahun = 36 bulan)

1

buah

150.000

150.000

- Pipa PVC 1/2"   (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

6

batang

15.000

90.000

- Knee 1/2"  (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

12

buah

4.000

48.000

- Ember 10 L (JUE = 2 tahun = 24 bulan)

30

buah

7.500

225.000

- Batu apung (JUE = 3 tahun = 36 bulan)

45

kg

9.000

405.000

JUMLAH  1 (INVESTASI)

1.318.000

2.

BIAYA TETAP

a.

Penyusutan Wadah Budidaya

- Kolam Terpal  4 X 6 M (JUE = 2 tahun = 24 bulan)

4

bulan

16.667

66.667

b.

Penyusutan Peralatan

- Mesin Pompa Air   (JUE = 3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

12.000

48.000

- Pipa PVC 1/2"   (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

2.500

10.000

- Knee 1/2"  (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

1.050

4.200

- Ember 10 L (JUE = 2 tahun = 24 bulan)

4

bulan

9.375

37.500

- Batu apung (JUE = 3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

11.250

45.000

c.

Gaji Tenaga Kerja

4

orang/bulan

100.000

400.000

d.

Listrik (20 - 30 watt x 24 jam x 30 hari)

4

bulan

20.000

80.000

JUMLAH  2  (BIAYA TETAP)

691.367

3.

BIAYA VARIABEL (OPERASIONAL)

a.

Benih

- Benih Ikan Lele; Ukuran 3 - 5

2.000

ekor

150

300.000

- Benih Selada

20

unit

5.000

100.000

c.

Pakan

- Pakan Pabrik

280

kg

8.500

2.380.000

d.

Bahan-bahan habis pakai

- Probiotik

1

liter

25.000

25.000

- Molase dan obat-obatan ikan

2

paket

50.000

100.000

- Media filter

20

unit

7.500

150.000

JUMLAH   3 (BIAYA OPERASIONAL)

3.055.000

4.

BIAYA TOTAL (TETAP + VARIABEL)

3.746.367

- Lele = Rp. 3.095.667

- Selada = Rp. 550.700

5.

PENERIMAAN

- Panen Lele (Size 7 - 10)

220

kg

15.000

3.300.000

- Panen Selada  (3 bln x 2 musim x 30 unit x 2 kg)

360

kg

3.000

1.080.000

JUMLAH   5

4.380.000

6.

KEUNTUNGAN = (PENERIMAAN - BIAYA TOTAL)

633.633

- Lele = Rp. 204.333

- Selada = Rp. 529.300

7.

KEUNTUNGAN (JIKA TENAGA KERJA TIDAK DIBAYAR)

1.033.633

8.

ANALISA-ANALISA

IKAN LELE

- Harga Pokok Penjualan = (biaya total/volume prod)

Rp./satuan

14.071

- R/C ratio                           = (penerimaan/biaya total)

-

1,1

- B/C ratio                           = (keuntungan/biaya total)

-

0,1

- Payback Period               = (investasi/keuntungan)

kali usaha

3

- Net Interest Margin

= keuntungn/penerimn x 100)

%

19

SELADA

- Harga Pokok Penjualan = (biaya total/volume prod)

Rp./satuan

1.530

- R/C ratio                           = (penerimaan/biaya total)

-

2,0

- B/C ratio                           = (keuntungan/biaya total)

-

1,0

- Payback Period               = (investasi/keuntungan)

kali usaha

1

- Net Interest Margin       = keuntungn/penerimn x 100)

%

49

Sumber:

BPPBAT Bogor, 2014. Akuaponik: Teknik Budidaya Hemat air dan Lahan. Bogor, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar.

http://pusluh.kkp.go.id/mfce/halaman-album-46-perikanan-budidaya-html diakses pada 09/08/2016.

https://www.google.co.id/search

Sutrisno, dkk. 2013. Teknologi  Budidaya Ikan Air Tawar  Sistem Akuaponik. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan Halaman 188-199; Jakarta, Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

#Tag :