Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Tampilkan postingan dengan label Penanganan Hasil Perikanan. Tampilkan semua postingan

Cara Memproduksi Fillet Ikan (1)

Potensi ekspor fillet ikan ke beberapa negara, terutama ke Amerika dan Eropa diperkirakan akan berkembang terus sinkron dengan permintaan pada negara-negara tersebut yang makin semakin tinggi. Sementara itu potensi bahan baku di Indonesia cukup banyak buat dimanfaatkan.

Produk ini lebih rentan terhadap kontaminasi dan penurunan mutu berdasarkan pada produk ikan utuh. Konsekuensinya, penanganan & pengolahan membutuhkan ekstra perhatian yg melebihi komoditas olahan lain. Penerapan rantai dingin serta sanitasi & higiene yg ketat adalah persyaratan primer supaya memperoleh produk yg memenuhi persyaratan yg sudah ditentukan.

BAHAN DAN ALAT

Bahan Baku

Ikan air laut maupun tawar yang berukuran sedang dengan bentuk bulat atau pipih, misalnya : lele, kakap, nila, ikan sebelah, pari, dan lain-lain.
Jenis ikan yang dapat digunakan untuk membuat fillet ikan

Jenis ikan yg dipakai sebagai bahan mentah buat pengolahan fillet ikan beragam, baik ikan bahari atau ikan air tawar yang umumnya berukuran sedang, dengan bentuk ikan yg badannya bundar juga yg pipih.

Bahan mentah harus betul-betul segar, tidak hanya untuk memperoleh produk yang bermutu tinggi tetapi juga untuk kemudahan dalam operasi pem-fillet-an. Ikan disiangi sesegera mungkin setelah tertangkap, karena bila sekali darahnya mulai beku maka daging akan mengalami diskolorasi sehingga mustahil mendapatkan fillet putih dan  menarik.

Bahan mentah disimpan dengan syarat yang baik buat mempertahankan mutu sampai saatnya dilakukan pem-fillet-an. Sortasi bahan mentah perlu dilakukan buat memisahkan ikan yg tidak layak diolah, baik ikan yg kesegarannya sudah menurun maupun ikan yang cacat atau terkotori sang bahan-bahan yang mempengaruhi penerimaan produk.

Peralatan

  1. Pisau. Pisau yang digunakan untuk penyayatan fillet umumnya berbentuk panjang dan ramping. Kadang-kadang untuk pengulitan fillet lebih disukai pisau fillet yang sudah usang sehingga bentuknya lebih tipis dan ramping. Jenis-jenis pisau lainnya juga harus tersedia sesuai dengan jenis pekerjaan seperti membuang sirip, memotong tulang belakang, dan lain-lain.
    Pisau fillet
  2. Pengasah pisau. Pisau untuk memfillet ikan harus tajam agar sayatan daging ikan permukaannya halus. Pisau harus diasah dalam dua tahap. Pengasahan pertama dengan gerinda atau batu asah guna memperoleh bentuk sudut dan ujung yang dikehendaki lalu pengasahan kedua dengan pengasah batang baja bulat yang bergerigi halus. Pengasah baja sangat sering digunakan pada waktu kerja.
    Pengasah pisau
  3. Talenan. Terbuat dari papan kayu atau lebih baik lagi papan komposit (sejenis plastik) karena mudah dibersihkan dari pada papan kayu.
    Talenan
  4. Meja. Meja pem-fillet-an harus dibuat dengan konstruksi dari aluminium atau baja tahan karat pada permukaannya dan mudah dibersihkan. Bagian tengah dari meja harus lebih rendah dari permukaan meja kerja dan harus mempunyai lubang penirisan.
    Meja Stainless Steel
  5. Pakaian kerja. Pakaian pelindung selama kerja dalam pemfilletan maupun pengepakan harus dikenakan untuk mengurangi kontaminasi dan menjaga kebersihan seperti apron yang berlapis karet, topi dan sepatu boot.

Lanjutan...

Proses Pembusukan Ikan

Ikan adalah suatu bahan makanan yang sangat mudah membusuk (perishable food) sesaat setelah tertangkap, ikan akan segera mati, dan akan mengalami perubahan-perubahan/kerusakan-kerusakan yang mengakibatkan pembusukan.

Istilah pembusukan mencakup dua (2) macam perubahan yang terjadi pada ikan, yaitu:

  1. Hilangnya secara perlahan-lahan ciri – ciri / karakter ikan segar  yang  diinginkan
  2. Timbulnya bau-bau yang tidak diinginkan dan rupa menjadi jelek / tidak menarik

Secara umum kerusakan / kerusakan ikan dapat digolongkan menjadi:

  1. Kerusakan – kerusakan biologis; disebabkan oleh bakteri, jamur, ragi dan serangga.
  2. Kerusakan – kerusakan Enzymatis; disebabkan oleh adanya reaksi kimia (oksigen), misalnya ketengikan (rancidity) yang diakibatkan oleh oksidasi lemak.
  3. Kerusakan – kerusakan physis; disebabkan oleh kecerobohan dalam handling / processing, misalnya luka-luka memar, patah, kering, dan sebagainya.

Diantara kerusakan-kerusakan tadi, penyebab utama pembusukan ikan, adalah enzym & bakteri.

Enzym : Suatu substansi organic yang terdapat di dalam tubuh ikan yaitu didalam daging ikan dan isi perut, terutama pada alat-alat pencernaan. Pada waktu ikan masih hidup enzym berfungsi sebagai katalis-biologi yang membantu proses pencernaan makanan. Setelah ikan mati, enzym tersebut akan berbuat sebaliknya yaitu daging ikan yang dicerna.

Bakteri : Merupakan jasad renik (mikroba) yang hanya dapat dilihat dengan mokroskope. Pada ikan hidup, bakteri terdapat pada bagian kulit (lendir), insang dan pada makanan didalam perutnya. Selama ikan masih hidup, bakteri tidak berpengaruh buruk terhadap ikaan. Setelah ikan mati, maka bakteri segera meningkatkan aktivitasnya untuk perkembangan dan menyerang tubuh ikan.

Tahap - Tahap Pembusukan Ikan

Hyperaemia : Terlepasnya lendir dari kelenjar-kelenjarnya di dalam kulit, membentuk lapisan bening yang tebal disekeliling tubuh ikan.

Rigor mortis : Mengejangnya tubuh ikan setelah mati (rigor = kaku; mortis = mati; rigor mortis = keadaan kaku setelah mati). Hal ini disebabkan karena otot-otot yang berkontraksi akibat reaksi-reaksi kimia yang dipengaruhi oleh enzym.

Autolysis : Melemasnya kembali tubuh ikan setelah mengalami  rigor. Daging menjadi lembek karena kegiatan enzym meningkat. Penguraian daging ikan oleh enzym menghasilkan bahan yang merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri. Bakteri sudah mulai merusak ikan dengan mengurangi protein daging.

Bacterial Decomposition : Pada tahapan ini bakteri telah terdapat dalam jumlah yang sangat banyak akibat perkembanganbiakan yang sangat banyak terjadi pada fase-fase sebelumnya. Aksi bakteri itu dimulai pada   saat   haqmpir bersamaan dengan tahap antolysis, kemudian berjalan sejajar. Bakteri merusak ikan lebih parah dari kerusakan   yang diakibatkan  oleh  enzym.

Mengapa ikan mudah diserang oleh bakteri? Alasannya merupakan sebagai berikut :

  1. Ikan segar mengandung lebih banyak cairan dan sedikit lemak, jika dibanding dengan jenis daging lainnya. Akibatnya bakteri lebih mudah berkembang biak.
  2. Struktur daging ikan tidak begitu sempurna susunannya, dibandingkan jenis daging lainnya. Kondisi ini memudahkan terjadinya penguraian bakteri.
  3. Sesudah terjadi peristiwa rigor, ikan segar mudah bersifat alkaline/basa. Kondisi Ini memberikan lingkungan yang sesuai bagi bakteri untuk berkembang biak.

Semoga Bermanfaat...

Asal : Materi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan

Ciri - Ciri Ikan Segar dan Ikan Busuk

Ikan merupakan salah satu kuliner yang cepat rusak, lantaran kandungan protein yg sangat tinggi mengakibatkan bau busuk yg menyengat. Untuk keperluan konsumsi disarankan buat memilih ikan benar-sahih segar, di samping cita rasanya akan lebih baik, kandungan proteinnya pun lebih cantik. Banyak orang yg belum bisa membeakan antara ikan yg segar dan ikan busuk.

Berikut perbedaan antara ikan segar & ikan busuk:

1. Mata

dua. Insang

3. Warna

4. Bau

lima. Daging

6. Sisik

7. Dinding Perut

8. Keadaan Tubuh

Sumber : Modul Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan

Semoga Bermanfaat...

Faktor Yang Mempengaruhi Pembusukan Ikan

Dalam setiap operasi penangkapan, ikan yg tertangkap harus diperlakukan dengan sebaik-baiknya, lantaran perlakuan ini merupakan langkah pertama yg sangat menentukan mutu ikan pada proses berikutnya.

Ikan yg ditangkap akan segera membusuk, kecepatan pembusukan ditentukan oleh beberapa faktor berikut:

  1. Cara Penangkapan : Ikan yang tertangkap dengan playing, pole & line, trawl akan lebih baik keadaanya bila dibandingkan dengan yang ditangkap dengan gill net, long line, dan sebagainya.
  2. Reaksi ikan menghadapi kematian : Ikan – ikan yang keras menghabiskan banyak tenaganya dalam menghadapi kematiannya, lebih cepat busuk daripada ikan yang mati dengan tenang  atau cepat.
  3. Jenis dan ukuran ikan : a) Kecepatan pembusukan berbeda pada setiap jenis ikan, karena perbedaan komposisi kimianya. b) Ikan yang berukuran kecil cepat membusuk dari pada ikan yang berukuran besar.
  4. Keadaan fisik sebelum ditangkap : a) Ikan yang sangat kenyang akan makanan saat ditangkap, perut dan dinding perutnya segera diurai oleh enzym isi perut dan akan mengakibatkan perubahan warna. b) Ikan yang kondisi physiknya lemah, misalnya ikan yang sakit, lapar atau habis bertelur, akanlebih membusuk.
  5. Keadaan Cuaca : Udara yang panas, suhu air yang tinggi, laut yang banyak gelombang, akan mempercepat pembusukan.
  6. Cara penanganan dan penyimpanan : Jika ikan dalam keadaan rigor diperlakukan dengan kasar, misalnya ditumpuk terlalu banyak, terinjak, terlempar, dan sebagainya, proses pembusukannya akan berlangsung lebih cepat. Pembusukan dapat dicegah atau diperlambat jika ikan disiangi dan disimpan pada suhu yang cukup rendah.

Penurunan Mutu Ikan Oleh Pengaruh Fisik

Penurunan mutu ikan juga dapat terjadi oleh pengaruh fisik. Misal kerusakan oleh alat tangkap waktu ikan berada di dek, di atas kapal dan selama ikan disimpan di palka. Kerusakan yang dialami ikan secara fisik ini disebabkan karena penanganan yang kurang baik. Sehingga menyebabkan luka-luka pada badan ikan dan ikan menjadi lembek. Hal-hal ini dapat disebabkan karena :

  • Terlalu lamanya ikan  berada dalam  jaring, misal dalam jaring trawl, penarikan trawl terlalu lama. Kondisi ini dapat menyebabkan kepala atau ekor menjadi luka atau patah.
  • Pemakaian alat, semisal ganco atau sekop terlalu kasar, sehingga melukai badan ikan dan ikan dapat mengalami pendarahan.
  • Penyimpanan dalam palka terlalu lama.
  • Penanganan yang ceroboh sewaktu penyiangan, mengambil ikan dari jaring, sewaktu memasukkan ikan dalam palka, dan membongkar ikan dari palka.
  • Daging ikan juga akan lebih cepat menjadi lembek, bila kena sinar matahari.

Sumber : Materi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan

Semoga Bermanfaat...

Pengawetan Ikan Dengan Suhu Rendah : Pendinginan

Yang menjadi dasar menurut pengawetan menggunakan memakai suhu rendah adalah bahwa dalam suhu tadi mikro organisme nir dapat tumbuh atau tidak bisa berkembang (bacteristatic) & reaksi enzimatis dan reaksi kimiawi yang mengakibatkan kerusakan atau pembusukan bisa dihambat.

Meskipun pada suhu rendah dapat menghambat proses metabolisme mikro organisme, namun hal ini tidak berarti bahwa pada suhu rendah dapat mematikan seluruh mikro organisme. Jadi tujuan dari pengawetan dengan suhu rendah adalah dapat memperpanjang daya awet dengan memperhatikan faktor-faktor suhu yang digunakan, kualitas bahan baku, perlakuan pendahuluan, dari cara dan metode penggunaan suhu rendah yang diterapkan
Pengawetan ikan melalui pendinginan

Pendinginan dapat dipergunakan sebagai metode pengawetan ikan. Ikan bisa diawet selama 12 ? 13 hari jika didinginkan dengan cara & kondisi yg baik, namun dalam umumnya lebih kurang 7 ? 12 hari. Daya awet yg pendek ini mengakibatkan pendinginan hanya dipergunakan buat pengangkutan jeda pendek dan kapal penangkap yang beroperasi tidak terlalu jauh.

Dengan pendinginan bakteri nir dapat dibunuh. Mereka masih hidup tetapi sebagian tidak bisa bekerja aktif. Jadi pendinginan bertujuan buat merusak aktifitas bakteri sehingga bisa mengawetkan sifat-sifat orisinil ikan (rasa, bau, aroma) menurut setiap jenis ikan.

Pada prinsipnya pendinginan ikan merupakan menurunkan suhu pusat (thermal) ikan sebagai 0? C & mempertahankan pada suhu tadi selama penyimpanan dan distribusi. Pendinginan ikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :

  1. Pendinginan dengan es ;lihat
  2. Pendinginan dengan udara dingin ;lihat
  3. Pendinginan dengan air yang didinginkan ;lihat

Sumber : Modul Teknologi Hasil Perikanan

Semoga Bermanfaat...

Pendinginan Ikan Dengan Es

Es merupakan medium pendingin yg paling baik. Dengan menaruh es yg relatif pada ikan, akan bisa menurunkan suhu ikan hingga kurang lebih 0? C. Pada suhu tadi kegiatan bakteri dan enzim dapat dihambat.

Jenis es yg digunakan :

  1. Es balok
    Es Balok
  2. Es tabung (tube ice)

Es Tabung

  • Es curai (flake ice)
    Es Curai
  • Beberapa kelebihan pendinginan dengan es :

    1. Es mempunyai daya mendinginkan yang besar
    2. Es tidak merusak ikan dan tidak membahayakan bagi yang memakannya
    3. Harganya murah dan mudah dibawa
    4. Sentuhan dengan es senantiasa dingin, basah dan cemerlang
    5. Es adalah thermostatnya sendiri artinya es dapat memelihara dan mengatur suhu ikan sekitar suhu es mencair 0ยบ C.
    6. Air lelehan es membasahi permukaan ikan sambil menghanyutkan lendir, sisa darah dan kotoran lainnya.

    Sumber : Modul Teknologi Hasil Perikanan

    Semoga Bermanfaat...

    Tips Mencegah Pembusukan Ikan

    Kita telah mengetahui bahwa pembusukan ikan terutama ditimbulkan oleh enzym & bakteri. Oleh karena itu buat mencegah pembusukan, akan sangat efektif bila kedua penyebab primer itu disingkirkan berdasarkan ikan, dibunuh, & dicegah kedatangan penyebab lain yang asal berdasarkan luar. Pembusukan itu sendiri bagaimana pun tidak dapat dicegah atau dihindari. Sampai waktu insan baru berhasil buat memperlambat atau menunda proses pembusukan itu.

    Ikan Segar
    Usaha Mencegah Pembusukan Ikan

    Usaha terbaik yg bisa dilakukan buat mempertahankaan mutu ikan terhadap pembusukan adalah menjadi berikut:

    Bakteri terdapat dalam bagian kulit & terutama sekali pada insang dan isi perutnya sedangkan enzim dalam daging & sebagian besar dalam perutnya. Jika sehabis ditangkap dibuang isi perutnya dan insangnya serta lalu dicuci bersih, dihilangkan lendir-lendirnya maka berarti sebagian akbar bakteri & enzim telah dibuang.

    2. Membunuh residu-sisa bakteri dan enzim atau sekurang-kurangnya Mengganggu kegiatannya.

    Bakteri yang tertinggal pada ikan bisa diperangi dengan aneka macam cara yg dalam dasarnya bisa dibagi pada 5 kategori:

    • Penggunaan suhu rendah
      Penggunaan es sebagai salah satu upaya pencegahan pembusukan ikan
    • Penggunaan suhu tinggi
      Pemindangan merupakan salah satu upaya pencegahan pembusukan ikan dengan suhu tinggi
    • Pengeringan (dehidrasi)
      Pengeringan ikan
    • Penggunaan zat-zat anti septic
    • Penyinaran atau irradiasi

    Untuk dapat hidup dengan baik, bakteri memerlukan suhu tertentu, tergantung menurut jenisnya. Ada tiga macam bakteri berdasarkan pertahanannya terhadap suhu seperti pada tabel berikut :

    Kisaran suhu bagi kehidupan bakteri
    Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kebanyakan bakteri akan mati atau sekurang-kurangnya akan terhenti kegiatannya bila suhu ikan diturunkan sampai dibawah 0 0 C atau bila dinaikkan sampai diatas 100 derajat celcius. Penggunaan suhu rendah kita lakukan dengan menggunakan es atau dengan cara pendinginan   lainnya. Sedangkan suhu tinggi dipakai misalnya dalam pengalengan atau pemindangan. Ikan asin, ikan asap, ikaan asam, dan sebagainya akan lebih awet jika disimpan pada suhu rendah.

    Air adalah kebutuhan yang utama bagi pertumbuhan bakteri.

    Bakteri selalu menyerap makanannya pada bentuk larutan, dan buat itu diperlukan air. Jadi dalam suasana kemarau, bakteri nir akan dapat makan sebagai akibatnya akan mangkat . Atas dasar inilah maka ikan dapat diawetkan dengan mengurangi kadar airnya, yaitu dengan cara:

    • Pengeringan dengan udara (Drying)
    • Osmose (penggunaan garam)
    • Pemasakan (perebusan, pengukusan, pengetiman)
    • Pengeringan dengan pembekuan pada ruang hampa ( vacuum freeze drying).

    Beberapa zat kimia seperti asam cuka, klor (kaporit), Aureonmycin, asam benzoat, natrium benzoat, dll, sangat efektif dipakai untuk membunuh kuman bakteri dan menghentikan enzym. Zat-zat tadi bisa dipakai buat mengawetkan ikan pada batas-batas eksklusif.

    3. Melindungi ikan terhadap kontaminasi bakteri dari luar.

    Pengawetan tidak akan banyak berarti apabila ikan yang telah diawetkan tidak dilindungi dari penyebab kerusakan baru yg datang dari luar ikan. Kerusakan ini bermacam-macam pada ikan olahan & hasil olahannya, diantaranya:

    • Pembusukan akibat pencemaran bakteri dari air, pembungkus, dari ikan lain, dan sebagainnya.
    • Oksidasi lemak yang menimbulkan bau tengik,
    • Kerusakan-kerusakan fisik karena serangga, jamur, kecerobohan dalam penanganan, dan sebagainya.

    Untuk melindungi ikan terhadap kerusakan-kerusakan ini kita wajib menyelenggarakan sanitasi dan hygiene yang baik pada proses penanganan, melakukan pembungkusan / pengepakan yang baik, serta bisnis-bisnis proteksi yg lain.

    Sumber : Modul Teknologi Hasil Perikanan

    Semoga Bermanfaat...

    Pendinginan Ikan Dengan Udara Dingin

    Prinsip yang dianut sama misalnya dalam pendingin menggunakan menggunakan es. Udara dingin dibuat menggunakan mesin pendingin & disemprotkan ke pada ruangan dimana ikan disimpan.

    Udara dingin tidak cepat mendinginkan ikan bahkan cenderung merusak ikan yakni ikan mengalami kekeringan (dehidrasi) yang menjadikan ikan sebagai kemarau / berkerut, warnanya kusam & terjadi penyusutan berat. Untuk itu pendinginan dengan udara dingin ini diperlukan es buat mendinginkan ikan dengan cara dicampur atau bagian atas ikan ditutup menggunakan es.

    Sumber : Modul Teknologi Hasil Perikanan

    Semoga Bermanfaat...

    Pendinginan Ikan Dengan Air Yang Didinginkan

    Pendinginan ikan dengan air dingin merupakan memanfaatkan air menjadi medium pendingin guna menurunkan suhu ikan mencapai 0? Hingga hingga 1? Dengan cara memasukan ikan kedalam air yang telah dinginkan.

    Berdasarkan jenis air, pendinginan dapat dilakukan dengan cara :

    1. Air tawar didinginkan dengan es
    2. Air tawar direfrigerasi
    3. Air laut direfrigrasi dengan  es
    4. Air garam didinginkan dengan es
    5. Air garam direfrigerasi

    Kelebihan pendinginan dengan air dingin :

    1. Daya awet lebih panjang
    2. Ikan kurang mengalami tekanan
    3. Laju pendingin lebih cepat
    4. Penanganan cepat dan mudah
    5. Daging ikan menjadi lebih padat bila menggunakan larutan garam dingin

    Kekurangannya :

    1. Makin menghanyutkan protein
    2. Terjadi perubahan warna
    3. Penyerapan air oleh ikan yang berkadar lemak rendah
    4. Ikan menyerap garam jika menggunakan air garam / air laut.

    Sumber : Modul Teknologi Hasil Perikanan

    Semoga Bermanfaat...

    Manfaat Refrigerasi Pada Industri Perikanan

    Mesin-mesin pendingin dewasa ini semakin banyak dimanfaatkan seirama dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya tingkat hidup. Penggunaan yang umum merupakan buat mengawetkan kuliner. Karena pada pada suhu biasa (suhu kamar) makanan cepat menjadi busuk (lantaran dalam temperatur biasa bakteri akan berkembang cepat).

    Menyadari akan besarnya peranan suhu dingin pada daya awet output perikanan inilah yg mendorong manusia mengaitkan hasil perikanan itu menggunakan usaha refrigerasi, yakni memanfaatkan teknologi refrigerasi guna mendinginkan suhu atau menurunkan suhu hasil tangkapan agar panjang daya awetnya. Kegiatan refrigerasi output tangkapan merupakan bisnis mendinginkan ikan supaya awet guna memperoleh manfaat biologis (gizi) & ekonomis yg dengan tinggi-tingginya.

    Dalam kehidupan sehari-hari, teknologi refrigerasi lebih dikenal dalam bentuk produknya yang berupa es, lemari dingin (refrigerator rumah tangga), kamar dingin (chillroom), gudang atau kamar beku (cold storage), pabrik es dan lain-lain. Di kota-kota besar produk refrigerasi yang umum dikenal adalah alat pendingin ruangan (AC). Selanjutnya efek refrigerasi dinikmati hampir seluruh umat manusia dalam berbagai jenis dan bentuk pangan yang didinginkan dan dibekukan, seperti minuman dingin, es lilin, es krim, sayuran dan buah-buahan dingin, ikan basah, udang beku, daging, dan ayam beku, dan lain-lain.

    Memang demikianlah halnya, teknologi refrigerasi memiliki peranan spesifik pada produksi & distribusi pangan insan & hewan. Teknologi ini nir hanya diterapkan pada pemanfaatan pasca-panen (sehabis panen) namun pula pada produksi pangan pra-panen (pada budidaya tanaman , ternak, ikan, & lain-lain) jadi diterapkan pada semua mata rantai mulai berdasarkan produksi hingga dalam penanganan, pengolahan, dan distribusi serta konsumsi pangan.

    Pada tahun 1974 G. Lorenzen, menyatakan bahwa produksi pangan di dunia saat itu diperkirakan 3.000 juta ton. Sekitar 45% dari produksi itu adalah kelompok pangan cepat busuk (perisable foods) yang memerlukan usaha pengawetan, yang menggunakan teknik refrigerasi. Padahal yang dapat diawetkan secara refrigerasi saat itu hanya sekitar 2-3 % saja. Sebagian besar tidak dapat diselamatkan, yang tersia-sia besar sekali jumlahnya, sering diperkirakan 20-30%. Akibat pangan yang bersifat mudah busuk tidak dapat mencapai wilayah konsumsi yang jauh, terpaksa harus segera dihabiskan, dibiarkan busuk di lapangan, atau tidak dapat dimanfaatkan sama sekali sumber dayanya.

    Mengingat ikan tergolong pangan yg cepat membusuk sehingga pengawetan dengan memakai teknik refrigerasi diperlukan mampu mengawetkannya menggunakan kesejukan ikan yang paling dekat menggunakan kesegaran ikan yang baru saja ditangkap. Diharapkan juga dengan bantuan teknik refrigerasi itu perikanan terkini dunia bisa menaikkan produksinya beberapa puluh juta ton selama 30 tahun terakhir ini.

    Dalam dunia perikanan secara generik dapat dikemukakan bahwa penerapan teknik refrigerasi dalam bentuk pendinginan dan khususnya pembekuan, memberi keuntungan sebagai berikut:

    1. Memperluas jangkauan penangkapan sehingga dapat memanfaatkan sumberdaya perikanan yang berlokasi jauh dari laut dalam dan wilayah ekonomi ekslusif;
    2. Mengamankan hasil tangkapan pada periode tangkapan besar dan menyalurkannya pada periode paceklik, dengan demikian dapat mengatur suplai dan menstabilkan harga;
    3. Memperpanjang masa operasi pabrik pengolahan karena dapat menghimpun stok bahan baku pada waktu musim raya;
    4. Memperpanjang waktu penyimpanan dan memperluas jaringan distribusi;
    5. Memperluas jaringan pemasaran ke luar negeri sehingga memperbesar pemasukan devisa;
    6. Meningkatkan pendapatan nelayan dan petani produsen berhubung dapat memperkuat posisinya dalam proses penawaran dan permintaan.

    Suksesnya suatu usaha perikanan, selain penerapan teknik refrigerasi yang tepat, perlu pula diperhatikan usaha pembinaan mutu (quality control) sehubungan dengan usaha standarisasi, penerapan sanitasi dan hygiene dan peningkatan keahlian dan keterampilan dalam operasi dan pemeliharaan.

    Semoga Bermanfaat...

    Penanganan Rajungan Di Atas Kapal

    Penanganan rajungan diatas bahtera dilakukan dalam bentuk segar & perebusan. Perlakuan yg baik adalah menjaga & membawa rajungan hingga ke pembeli dalam saat yang sesingkat-singkatnya sebagai akibatnya daging rajungan terjaga kualitas kekenyalannya maupun aromanya.

    1). Rajungan Segar

    Penangkapan Rajungan segar dengan 1 trip > 1 hari memerlukan coolbox untuk menyimpan hasil tangkapan rajungan segar supaya tetap terjaga tingkat kesegarannya, penanganan rajungan dalam bentuk segar (raw materials) di simpan dalam wadah pada suhu sekitar 0 – 4 derajat celsius dan dipertahankan sampai masuk ke miniplant untuk proses perebusan (cooking). Tubuh rajungan diusahakan tetap utuh dan tidak terintrusi air es hingga penyusunan rajungan dalam wadah teratur tidak tergencet, dalam lingkungan dingin, tidak terbuka oleh sinar panas matahari dan bebas dari pengaruh bahan pencemar. Di atas perahu sudah disediakan box sebagai wadah penyimpanan rajungan atau wadah lain yang sama perannya untuk menjaga kesegaran rajungan dan lebih ringan atau lebih mudah dipindahkan. Adapun tahapan penangan rajungan segar adalah sebagai berikut :

    • Jenis-jenis rajungan hasil tangkap Bubu Rajungan yang dipilih adalah ukuran komersial (> 150 gram).
    • Apabila kapal bubu rajungan berukuran kecil (< 5 GT), digunakan cold-box portable ukuran kapasitas mulai dari 50 kg, 100 kg dan 200 kg yang dilengkapi dengan lubang penirisan (drain hole) untuk membuang air lelehan es. Dengan ukuran kecil ini penempatannya di kapal bubu rajungan lebih luwes, yang penting ditempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung.
    • Bak pendinginan (chilling) dan pencuci rajungan ukuran 0,5 – 2 m3, sebagai tempat mencuci sekaligus chilling rajungan setelah dilepas dari Bubu Rajungan saat hauling, dimana bak ini akan diisi air laut yang diberi es. Sebaiknya bak ini bertutup dan berisolasi agar dapat menghemat pemakaian es. Perbandingan es curai dan air laut = 2 : 1.
    • Keranjang plastik. Terbuat dari bahan HDPE yang cukup kuat dengan kapasitas maksimum 25-30 kg rajungan,  agar cukup ringan sehingga mudah ditangani secara manual. Keranjang ini didesign sedemikian rupa sehingga air lelehan es dapat mengalir dengan lancar dan dapat ditumpuk tanpa memberikan tekanan produk rajungan yang ada didalamnya. Keranjang ini memiliki dua fungsi yaitu untuk wadah rajungan hasil seleksi, tempat melakukan pencucian sekaligus wadah rajungan selama penyimpanannnya dalam palkah. Jumlahnya disesuaikan agar dapat menampung semua hasil produksi,
    • Terpal.untuk membuat pelindung dari panas matahari bagi area dek kapal Bubu Rajungan.

    2). Rajungan Kukus

    • Penanganan rajungan segar merupakan salah satu bagian penting dari mata rantai perdagangan rajungan ataupun industrial rajungan. Penanganan rajungan pada dasarnya terdiri dari dua tahap, yaitu penanganan di atas kapal dan penanganan di darat. Penanganan rajungan setelah penangkapan memegang peranan penting untuk memperoleh nilai jual rajungan yang maksimal. Tahap penanganan ini menentukan nilai jual dan proses pemanfaatan selanjutnya serta mutu produk olahan rajungan yang dihasilkan.
    • Peralatan perebusan hasil tangkap rajungan berfungsi untuk melindungi rajungan dari kemunduran mutu daging rajungan setelah proses penangkapan sehingga memberikan peluang dapat dipertahankannya mutu dan kualitas rajungan dalam keadaan mati ataupun menjamin daging rajungan hasil tangkapan bubu tidak mengalami kemunduran mutu selama proses operasi penangkapan sehingga memberikan nilai jual rajungan yang lebih tinggi.
    • Peralatan perebusan banyak dipergunakan oleh nelayan rajungan, yang merupakan peralatan perebusan yang cukup sederhana baik kontruksi maupun penggunaan bahan peralatan perebusan. Dengan adanya peralatan perebusan diatas kapal nelayan yang cukup sederhana, maka penanganan rajungan diatas kapal bisa ditingkatkan dengan cara melakukan modernisasi peralatan perebusan sehingga higinitas dan sanitasinya dapat terjamin atau dapat lebih tinggi.

    Cara perebusan meliputi :

    1) Pensortiran

    Pensortiran dilakukan terhadap rajungan hasil tangkapan yang akan direbus. Setelah proses pensortiran dilakukan proses pembersihan dilakukan untuk mengurangi mikroba yg terdapat dipermukaan tubuh rajungan.

    Dua) Pencucian

    Rajungan yg sudah dimuntahkan berdasarkan bubu dicuci dengan air laut hingga higienis dari lumpur atau kotoran-kotoran yg menempel

    3) Perebusan

    Setelah proses pencucian dilakukan proses perebusan atau pengukusan pada suhu 80⁰ - 90⁰ C selama 20 – 40 menit sesuai dengan ukuran rajungan. Tujuan dari perebusan ini adalah menghentikan aktifitas bakteri pembusuk jamur maupun enzim sehingga dapat memperpanjang daya awet produk olahan dan mempermudah pengelupasan kulit rajungan. Dalam standard penanganan rajungan diatas perahu untuk produk yang sudah direbus harus diperlakukan dengan kriteria sesuai dengan bentuk produk rajungan yang disediakan dari atas perahu. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan standard dalam proses perebusan di atas perahu/kapal yaitu setiap 50 kg rajungan direbus dengan menggunakan air sebanyak 20 liter dan direbus selama  20 – 40 menit. Langkah selanjutnya setelah perebusan agar dianginkan selama 45 menit lalu disimpan di wadah yang dijaga kebersihannya dan terhindar dari kontaminasi bahan atau benda lain sekecil apapun hingga sampai disetor ke miniplant terdekat.

    4) Penyimpanan

    Rajungan yang sudah direbus selanjutnya disimpan di dalam cool box menggunakan es curah (1 basket ? Balok), maksimal 3 basket @ 25 kg

    Cara Pembuatan Olahan Teripang Kering

    Pengolahan teripang merupakan tahap akhir dari proses produksi dan sangat menentukan mutu produk.  Mutu produk ini sangat berkaitan dengan harga jual.  Saat ini pengolahan teripang masih banyak yang dilakukan secara tradisional sehingga mutu produknya relatif  rendah.    Oleh  karena  itu,  pedagang  pengumpul  atau  eksportir umumnya melakukan pengolahan ulang untuk perbaikan mutu. Umumnya teripang diolah menjadi bentuk olahan kering atau dikenal dengan nama  beche-de-mer.  Selain itu,  dikenal juga produk olahan lain seperti konoko (gonad kering), otot kering, konowata (usus asin) dan  kerupuk.  Teripang  kering  lebih  disukai  oleh  konsumen  di Singapura, Hongkong, dan Malaysia, sedangkankonoko,  konowata, dan otot kering lebih disukai oleh konsumen di Jepang.

    Di beberapa daerah pengolahan teripang kering dilakukan dengan cara sedikit berbeda, tetapi pada prinsipnya sama, yaitu penanganan hasil  panen,  pembuangan  isi  perut,  perebusan,  pengasapan pengeringan, dan penyimpanan.

    Pembuangan  isi  perut

    Pembuangan isi perut dapat dilakukan dengan pisau. Caranya, perut teripang diiris secara membujur. Diusahakan pisau terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat, tajam, dan berujung runcing. Ini bertujuan agar tekstur hasil irisan berpenampakan rapi. Selain dengan pisau, pengeluaran isi perut juga dapat dilakukan dengan bambu. Caranya, bagian anus teripang ditusuk dengan bamboo yang runcing. Bambu itu lalu diputar sambil dilakukan sedikit peremasan pada tubuh teripang dan ditarik keluar.   Dengan cara demikian, isi perut teripang akan keluar.   Cara seperti ini tidak dianjurkan karena kemungkinan tidak seluruh isi perut dapat dikeluarkan. Selain itu, juga menimbulkan penampakan yang kurang sempurna sehingga menurunkan mutu teripang.
    Teripang yang sudah dibuang isi perutnya

    Perebusan

    Perebusan dilakukan dengan alat rebus yang terbuat dari bahan antikarat,  mudah  dibersihkan,  dan  tahan  lama.  Air  yang  digunakan adalah air tawar yang bersih dan diberi garam dapur dengan konsentrasi kurang dari  15 %. Setelah air mendidih, teripang yang telah dikeluarkan isi perutnya dan telah dicuci bersih dimasukkan ke dalamnya. Perebusan dilakukan sampai semua teripang menjadi keras tekstumya (kenyal),  selama  20 - 30  menit.  Perebusan ini selain berfungsi untuk mengeraskan tekstur tubuh teripang juga berfungsi untuk mematikan dan mencegah timbulnya mikroorganisme pembusuk serta menurunkan kadar air pada tahap awal.   Kita  tahu  bahwa  kandungan  air  pada  tubuh  teripang  relatif tinggi,  antara  80 – 90 %,  sehingga  perlu  diturunkan  secara  bertahap.
    Perebusan teripang

    Penirisan

    Teripang yang sudah direbus lalu ditiriskan. Penirisan umumnya dilakukan pada atas para-para. Caranya, teripang disusun berjajar pada atas para-para. Penirisan dilakukan hingga nir ada lagi air yang menetas.

    Pengasapan

    Setelah tidak ada air yang menetes dari tempat penirisan, teripang siap diasapi. Pengasapan dilakukan selama 10 - 20 jam pada suhu antara 60 - 80°C. Beberapa pengolah teripang tradisional melakukan pengasapan secara terbuka. Teripang yang diasap diletakkan di atas para-para pengasapan, kemudian di bawahnya diberi kayu yang dibakar sehingga asap yang keluar mengenai teripang.  Pengasapan dengan cara ini dipandang kurang baik karena pemakaian asap tidak efisien (banyak terbuang), suhu pengasapan sulit dikontrol, dan dapat terjadi kontaminasi oleh kotoran. Oleh karena itu, cara ini tidak dianjurkan. Alat pengasap yang dipandang baik ialah drum pengasap, lemari pengasap, atau rumah pengasap.   Drum pengasap umumnya digunakan untuk perigasapan teripang yang jumlahnya tidak terlalu banyak, skala kecil atau skala rumah tangga. Lemari pengasap untuk jumlah teripang yang sedang, skala menengah. Rumah pengasap untuk jumlah teripang yang banyak, skala besar.

    Pengasapan ini sebenarnya berfungsi untuk mengurangi atau menurunkan kadar air dalam tubuh teripang. Selain itu, juga memberikan rasa serta bau yang spesifik. Setiap jenis kayu bakar akan menimbulkan rasa dan bau yang spesifik. Oleh karena itu,  untuk membuat rasa dan bau yang tetap, harus menggunakan bahan bakar dari jenis  kayu yang  tetap  pula.
    Pengasapan teripang

    Pengeringan

    Teripang yang telah diasap masih mempunyai kadar air yang cukup tinggi sehingga perlu pengeringan sampai kadar air kurang dari 20 %.  Pengeringan yang mudah dan murah dapat dilakukan dengan penjemuran di bawah matahari.   Penjemuran dilakukan di atas para-para, umumnya  para-para  berada kurang  lebih  75 - 100  cm dari tanah. Para-para dibuat dari anyaman bambu.  Anyaman dibuat berlubang-lubang sehingga air dapat menetes dan tersedia aliran udara dari atas Teripang kering. Proses pengeringan tak boleh terialu mendadak maupun bawah. Hal ini akan mempercepat proses pengeringan secara sempurna. Apabila cuaca cerah, penjemuran dapat dilakukan 2 - 3 hari.
    Penjemuran teripang

    Pengeringan dapat pula dilakukan dengan alat pengering mekanis, tetapi harus dipertimbangkan tentang harga, ketersediaan bahan bakar, listrik, serta efisiensinya. Pengeringan  dengan  caraini  umumnya diterapkan oleh eksportir dalam upaya pengolahan ulang untuk perbaikan mutu. Atau, dipergunakan pada kondisi yang memaksa. Jika terlalu mendadak,  mengakibatkan terjadinya kerutan-kerutan pada tubuh teripang. Kerutan-kerutan ini tidak mungkin diperbaiki lagi sehingga akan menurunkan mutu.

    Penyimpanan

    Teripang kering olahan mengandung garam dan bersifat higroskopis sehingga penyimpanan harus diusahakan pada suhu ruang yang tidak terlalu tinggi dan kelembapannya rendah. Teripang kering  ini harus diletakkan langsung di atas para-para dan disusun rapi agar tidak menghambat sirkulasi udara. Tempat penyimpanan yang baik harus terlindung dari sinar matahari, tidak terkena air hujan, pertukaran udaranya cukup baik, dan hanya khusus untuk penyimpanan teripang. Jika tidak memenuhi syarat ini, akan  menyebabkan  tumbuhnya jamur dan mikroorganisme pembusuk serta menigkatnya kadar  air.
    Pengemasan teripang yang sudah kering

    Sumber : Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir & Pulau-Pulau Kecil

    Semoga Bermanfaat...

    Sistem Refrigerasi Untuk Produk Perikanan

    Refrigeration adalah Menurunkan (pendinginan), menaikan (pemanasan) dan menjaga temperatur suatu zat atau ruangan, sinkron dengan yang kita inginkan.

    Air Conditioning Menaikan, menurunkan temperatur & menjaganya sesuai menggunakan yang kita inginkan, supaya kita merasa nyaman berada diruangan tersebut.

    Sistem Refrigrasi

    ISTILAH DALAM REFRIGRASI

    Temparatur : Ukuran Intensitas atau banyaknya panas dari suatu zat. (R, C, F, K dll). Alat Ukurnya Thermometer

    Tekanan : Gaya persatuan luas (psi, Pa, Kg/centimeter?). Alat ukurnya Pressure gauge

    Panas : Panas adalah bentuk berdasarkan suatu energi, yang dapat merubah bentuk suatu zat.

    1 BTU : Banyaknya panas yg diharapkan buat menaikan atau menurunkan temparatur zat seberat 1 pound & sebesar 1? F

    Macam Panas :

    • Panas sensible : Panas yang dibutuhkan untuk merubah temperatur suatu zat seberat 1 pound sebesar 1ยบ F
    • Panas latent : Panas yang dibutuhkan untuk merubah bentuk suatu zat seberat 1 pound, tanpa merubah temparatur zat tersebut (Pembekuan, Pencairan dan Penguapan). Besar kecilnya dipengaruhi oleh kandungan airnya.
    • Panas Spesifik : Panas yang dibutuhkan untuk merubah temperatur zat seberat 1 pound sebesar 1ยบ F
    • Entrophy (s) : Jumlah panas persatuan temperatur (kJ/ยบK, kJ/kg.ยบK)
    • Pengaruh tekanan terhadap temperatur penguapan : Jika tekanan dinaikan, maka temperatur  didih atau temperatur penguapan suatu zat akan naik, begitu juga sebaliknya
    • Pengaruh tekanan terhadap temperatur pembekuan : Jika tekanan dinaikan, akan menurunkan temperatur pembekuan. Begitu juga sebaliknya.

    KOMPONEN SISTEM REFRIGRASI

    Komponen Utama

    1. Kompresor :  Berfungsi untuk menghisap dan menekan gas Refrigerant. (Reciprocating, Rotary, Screw, Centrifugal, Scroll).
    2. Kondensor : Berfungsi untuk merubah bentuk gas refrigerant menjadi cairan refrigerant, dengan jalan membuang panasnya. Dikondensor terjadi proses kondensasi atau pembuangan panas. (Water cooled, Air cooled dan Evaporative Condenser).
    3. Receiver : Berfungsi sebagai penampung cairan refrigerant dari kondensor
    4. Katup Expansi : Berfungsi untuk menjatuhkan tekanan cairan refrigerant, sehingga cairan refrigerant akan mulai menguap. (Automatic Exp, Thermostatic Exp, Capillary tube, Distribution tube).
    5. Evaporator : Berfungsi sebagai alat untuk proses penguapan dari cairan refrigerant. Di evaporator terjadi proses penyerapan panas. (Shell Type, Shelf Type, Wall Type, Fin Tube with force Circulation)

    ALAT BANTU SISTEM REFRIGRASI

    Alat bantu buat instalasi pada sistim perpipaan:

    a) Oil separator

    b) Filter dryer

    c) Sight Glass

    d) Solenoid Valve

    e) Accumulator

    f) Economizer/Heat Exchanger/Intercooler

    g) LP, HP, Oil pressure switch

    h) Gas Purger/Gas cooler

    i) Oil Drum

    Alat Bantu Sistim Perlistrikan :

    a) Thermal Overload protector

    b) MCB

    c) OCR

    d) Timer

    e) Volt meter

    f) Ampere Meter

    g) Frequensi meter

    h) KWH meter

    i) Thermostat

    j) Module control
    Contoh diagram sistem refrigrasi

    REFRIGERANT

    Refrigerant adalah Bahan pendingin (penukar panas) pada sistem refrigerasi.

    Syarat-kondisi refrigerant :

    1. Tekanan penguapan yang cukup tinggi, umumnya diatas tekanan atmosphir
    2. Tekanan pengembunan yang rendah, sehingga perbandingan kompresi kompresor tidak terlalu tinggi.
    3. Mempunyai kalor latent penguapan yang tinggi.
    4. Volume spesifik yang cukup kecil, terutama pada fasa.
    5. Mempunyai koefisien prestasi (COP) yang tinggi.
    6. Mempunyai konduktifitas thermal yang tinggi.
    7. Mempunyai viskositas rendah, baik dalam fasa cair maupun gas.
    8. Tidak mempunyai sifat korosif
    9. Stabil dan tidak bereaksi dengan material lain.
    10. Tidak beracun dan berbau menyengat.
    11. Tidak mudah terbakar.
    12. Harus mudah diditeksi jika terjadi kebocoran.
    13. Harganya tidak mahal dan mudah didapat.

    Fungsi Refrigeration Untuk Produk Perikanan :

    Menghambat pertumbuhan bakteri pembusukan, sehingga dapat memperpanjang umur ikan (lebih awet) & nir menghilangkan gizi yang dikandungnya.

    Sumber : Aripudin. Sistem Refrigrasi Produk Perikanan. 2016

    Semoga Bermanfaat...

    Jenis Es Untuk Penanganan Ikan

    Es adalah air yg dibekukan sebagai bentuk padat. Bergantung dalam adanya kotoran misalnya partikel tanah atau gelembung udara, dapat terlihat transparan atau rona kebiru-biruan yang sekitar buram. Pembekuan ini umumnya terjadi jika air didinginkan di bawah 0 ?C (273.15 K, 32 ?F) pada tekanan atmosfer standar. Es bisa terbentuk dalam suhu yang lebih tinggi dengan tekanan yg lebih tinggi pula, & air akan tetap menjadi cairan atau gas hingga -30 ?C dalam tekanan yg lebih rendah (Wikipedia).

    Proses pendinginan ikan dalam penanganan output perikanan dengan es terjadi bila es bersinggungan eksklusif menggunakan ikan dimana panas yang terdapat pada ikan pada serap sang es. Proses pemindahan panas akan terhenti bila ikan sudah mencapai suhu es yaitu 0?C, atau bila es telah habis dan air lelehan es itu sudah sama suhunya dengan ikan dan apabila es yang diberikan buat mendinginkan relatif poly, maka sisa es yang belum meleleh dapat membantu memelihara suhu adonan es & ikan dalam 0?C.

    Dimana dalam hal ini fungsi es adalah buat :

    1. Menurunkan suhu ikan sampai mendekati 0 derajat C
    2. Mempertahankan suhu ikan tetap dingin
    3. Mempertahankan keadaan berudara aerobik pada ikan, selama pengesan.
    4. Menghambat perkembang biakan bakteri pembusuk yang ada pada ikan.
    5. Es memiliki daya pendingin yang sangat besar, tiap 1 kg es yang meleleh pada 0°C dapat menyerap panas sebanyak 80 kkal untuk meleleh menjadi air 0°C dan es memiliki titik cair pada 0°C. Dalam perhitungan jumlah esyang diperlukan,terdapat dua tahapan yang harus diperhatikan yaitu tahap penurunan suhu mencapai suhu yang diinginkan dan tahap pemeliharaan suhu sampai pada pendistribusian.
    Jenis Es Yang Biasa Digunakan Untuk Mempertahankan Kesegaran Ikan

    1. Es Balok yaitu es yang berasal dari air yang memenuhi persyaratan mutu air minum yang dibekukan dalam bentuk balok.
      Es balok
    2. Es curai yaitu es yang berasal dari air yang memenuhi persyaratan mutu air minum yang dibekukan dalam bentuk keping (flake ice), tabung (tube ice), kubus (cube ice) dan pelat (plate ice).
      Flake ice

    Tube ice
    Cube ice
    Plate ice

    Syarat Bahan Baku

    Bahan baku es buat penanganan ikan memenuhi syarat mutu air minum, sinkron SNI 01-4872.2-2006, Es untuk penanganan ikan ? Bagian 2: Persyaratan bahan standar.

    Sumber Bahan Baku

    Bahan baku yg digunakan adalah air yg asal dari Perusahaan Air Minum, air tanah,perairan umum & air laut yang tidak terkotori dan telah mengalami perlakuan sebagai akibatnya memenuhi persyaratan mutu air minum.

    Mutu Bahan Baku

    Mutu bahan baku sinkron SNI 01-0220-1987, Air minum.

    Penyimpanan Bahan Baku

    Air disimpan dalam wadah/bak penampung air yg saniter & higienis.

    Pengolahan dan Penanganan

    Cara pengolahan dan penanganan es buat penanganan ikan yang dimaksud dalam standar ini sesuai SNI 01-4872.Tiga-2006, Es buat penanganan ikan ? Bagian tiga: Penanganan dan Pengolahan.

    Peralatan

    Peralatan yang dipakai pada penanganan & pengolahan es buat pengolahan & penanganan ikan adalah menjadi berikut.

    1. Bak penampungan air;
    2. Pompa air;
    3. Penyaring air;
    4. Termometer;
    5. Pan pencetakan / pembeku;
    6. Alat pembekuan;
    7. Bak pembekuan;
    8. Alat pembuat es curai;

    Persyaratan Peralatan

    Semua peralatan dan perlengkapan yg dipakai pada pengolahan dan penanganan es buat penanganan ikan memiliki permukaan yg halus dan homogen, nir mengelupas, tidak berkarat, tidak merupakan sumber cemaran jasad renik, nir retak, nir menyerap air, didesain sesuai dengan persyaratan sanitasi & gampang dibersihkan. Semua alat-alat dalam keadaan bersih sebelum, selama dan selesainya digunakan.

    Teknik Pengolahan & Penanganan

    ES BALOK

    Penampungan air

    1. Potensi bahaya: kontaminasi bakteri patogen.
    2. Tujuan: menjamin ketersediaan bahan baku air yang memenuhi persyaratan mutu dan bebas bakteri patogen.
    3. Petunjuk: bahan baku air yang layak minum ditampung dalam tangki/bak penampungan tertutup yang saniter.

    Pengisian pan pencetakan

    1. Potensi bahaya: volume tidak sesuai, kontaminasi bakteri patogen, kontaminasi fisik.
    2. Tujuan: mendapatkan volume air sesuai yang ditentukan serta bebas dari bakteri patogen dan kontaminasi fisik.
    3. Petunjuk: air dari tangki penampungan dialirkan ke tangki pengisian dan diteruskan ke pan pencetakan/pembeku. Pengisian air ke dalam pan pencetakan sesuai volume yang ditentukan.

    Pembekuan

    1. Potensi bahaya: pembekuan yang tidak sempurna.
    2. Tujuan: mendapatkan es yang bening.
    3. Petunjuk: pan pencetakan yang sudah berisi air disusun dalam bak pembekuan yang berisi air garam yang telah diatur hingga suhu maksimal –13°C. Selanjutnya bak pembekuan ditutup dan ditiupkan udara dingin dengan menggunakan blower untuk meratakan sirkulasi udara dingin/pendinginan. Blower dihentikan sebelum bagian tengah air membeku seluruhnya. Pembekuan terus dilakukan hingga mencapai suhu pusat es maksimal –3°C.

    Pelepasan berdasarkan pan pencetakan

    1. Potensi bahaya: kerusakan fisik.
    2. Tujuan: melepaskan es yang sudah beku dari pan pencetakan dan melindungi es dari kerusakan fisik.
    3. Petunjuk: es yang sudah matang dilepaskan dari pan pencetakan dengan cara mencelupkan cetakan ke dalam air yang memenuhi persyaratan air minum dengan suhu 5°C-10°C.

    Pengangkutan

    1. Potensi bahaya : kerusakan fisik.
    2. Tujuan: melindungi es agar bebas dari kerusakan fisik.
    3. Petunjuk: es diangkut dengan menggunakan wadah bersih dan dapat melindungi kerusakan fisik.

    ES CURAI

    Penampungan air

    1. Potensi bahaya: kontaminasi bakteri patogen.
    2. Tujuan: menjamin ketersediaan bahan baku air yang memenuhi persyaratan mutu dan bebas bakteri patogen.
    3. Petunjuk: bahan baku air yang layak minum ditampung dalam tangki/bak penampungan tertutup yang saniter.

    Pengaliran/penyemprotan air

    1. Potensi bahaya: pembekuan tidak sempurna.
    2. Tujuan: mendapatkan es bening dengan ukuran yang sama.
    3. Petunjuk: mengalirkan/menyemprotkan air secara kontinyu pada permukaan alat pembuat es curai sesuai dengan spesifikasi alat.

    Pencetakan dan pembekuan

    1. Potensi bahaya: pembekuan tidak sempurna.
    2. Tujuan: mendapatkan es curai .
    3. Petunjuk: Air dialirkan pada permukaan alat pembeku, sehingga terbentuklah es curai yang jenisnya tergantung pada alat pembuat es yang digunakan.

    Teknik Sanitasi dan Higiene

    Es buat penanganan ikan ditangani, disimpan, didistribusikan dan dipasarkan menggunakan menggunakan wadah, cara dan indera yg sesuai dengan persyaratan sanitasi & higiene pada unit pengolahan output perikanan.

    Sumber : Es Untuk Penanganan Ikan. Gilang Indra Gunawan, S.St.Pi

    Semoga Bermanfaat...

    Cara Mempertahankan Kesegaran Ikan

    Beberapa faktor didalam menentukan mutu teknologis ikan sebagai bahan mentah hubungannya terhadap cara penanganan, pengolahan, permintaan pasar dan penyediaan wahana yang tepat diantaranya:

    1. Komposisi kimia terutama kadar lemak,protein
    2. Nilai gizi
    3. Sifat phisik dari tiap jenis ikan
    4. Komposisi berat
    5. Terdapatnya kelainan dan perubahan pada rupa,warna,bau,rasa dan tekstur

    Ikan segar

    MUTU KESEHATAN

    Untuk mendapatkan produk olahan yg kondusif & sehat khususnya bagi konsumsi insan, maka terhadap bahan mentah ikan perlu diperhatikan hal menjadi berikut:

    1. Perlu diketahui flora bakteria asli dari ikan->perbedaan kwalitatif dan kwantitatif flora bakteria sangat dipengaruhi oleh musim dan keadaan geografis
    2. Adanya penyakit/parasit yang membahayakan kesehatan manusia
    3. Terjadinya kontaminasi oleh bakteri patogen
    4. Terjadinya kontaminasi oleh logam berat seperti Hg dll
    5. Terjadinya kontaminasi oleh pestisida,herbisida dll.
    6. Terdapatnya racun alami yang terdapat dalam jenis ikan tertentu misal: ikan buntel, barracouta dll

    MUTU KESEGARAN

    1. Mutu kesegaran sangat penting dan identik dengan nilai uang
    2. Dalam prinsip teknologi pengolahan dikatakan bahwa hanya dari bahan mentah yang bermutu kesegaran tinggi akan dapat dihasilkan produk olahan yang bermutu tinggi pula
    3. Tingkatan mutu kesegaran ikan dapat digolongkan sebagai berikut :
    • Berkondisi seperti ikan hidup yaitu tahap pre-rigor
    • Amat segar yaitu tahap pre-rigor dan rigor mortis
    • Segar yaitu tahap rigor mortis dan post rigor
    • Kurang segar yaitu tahap post rigor hingga dinyatakan busuk

    MEMPERPANJANG MUTU KESEGARAN IKAN

    Mutu kesegaran ikan segera sesudah ditangkap bisa diperpanjang menggunakan banyak sekali usaha penanganan sebagai berikut:

    1. Mengangkat ikan segera kegeladak,membunuh secara cepat,melakukan pendarahan sempurna,mencuci dengan air bersih
    2. Membuang isi perut,insang dan lendir
    3. Menurunkan suhu pusat ikan secepat mungkin terutama pada saat ikan pada tahap pre-rigor atau rigor mortis
    4. Penanganan terhadap bahan mentah ikan pada setiap tempat dan setiap saat harus dilakukan dengan cepat,tepat,cermat dan dalam suasana bersih

    KECEPATAN PENURUNAN MUTU KESEGARAN IKAN

    Kecepatan penurunan mutu kesegaran ikan dipengaruhi jua sang beberapa faktor diantaranya:

    1. Faktor biologis
    2. Faktor lingkungan
    3. Faktor penangkapan
    4. Faktor penanganan dilaut yang meliputi: a) sortasi, preparasi, pencucian dll, b) pendinginan, pembekuan, c) tehnik pendinginan yang digunakan, d) cara penyusunan ikan dalam palka, e) tehnik pembekuan hubungannya dengan  type produk, f) kondisi insulasi ruangan palka dan peralatan penanganan
    5. Faktor penanganan didarat
    6. Hubungan antara waktu dan suhu
    Hubungan antara suhu dengan pertumbuhan bakteri

    Sumber : Cara Mempertahankan Kesegaran Ikan. Gilang Indra Gunawan, S.St.Pi

    Semoga Bermanfaat...