Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

PROSEDUR PENDAFTARAN UNIT PENGOLAH IKAN (UPI) KE NEGARA MITRA

SUMBER:

BKIPM, 2011. Leaflet Prosedur Pendaftaran Unit Pengolah Ikan (UPI) ke Negara Mitra. Badan Karantina Ikan, Pengawasan Mutu dan Keamanan Produk Hasil Perikanan, Jakarta. di download pada laman http://www.bkipm.kkp.go.id/files/publikasi/poster/Leaflet_Pendaftaran_UPI.pdf

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA RUMPUT LAUT

Dengan semakin berkembangnya usaha budidaya rumput laut di Indonesia segala permasalahan dan hambatan yang mungkin terjadi terutama terhadap kemungkinan serangan hama dan penyakit pada tanaman rumput laut perlu mendapat diperhatikan khusus.    Serangan hama dan penyakit bila dibiarkan dapat berakibat menurunnya produksi.  Oleh karena itu perlu diketahui jenis hama dan penyakit yang menyerang rumput laut sehingga dapat diambil langkah-langkah penanggulangannya atau paling tidak dapat memperkecil kerugian. Data mengenai dampak penyakit terhadap produksi budidaya rumput laut masih sangat terbatas.

HAMA

Hama tanaman budidaya rumput laut umumnya merupakan organisme laut yang memangsa tanaman rumput laut.  Organisme ini hidup dengan rumput laut sebagai makanan utamanya atau sebagian masa hidupnya memakan rumput laut.  Hama dapat menimbulkan kerusakan secara fisik pada tanaman budidaya, seperti; tanaman terkelupas, patah atau habis dimakan sama sekali.

Hama yang menyerang tanaman budidaya rumput laut berdasarkan ukuran akbar kecilnya hama dikelompokkan sebagai dua bagian, yaitu hama mikro (mikro grazer) hama makro (makro grazer) (Doty, 1987).

A. Hama Mikro

Hama mikro merupakan organisme laut yang umumnya berukuran panjang < 2 cm, hidup menempel pada thallus tanaman rumput laut dan biasanya tidak tampak pada thallus yang sehat.  Hama mikro yang sering dijumpai pada tanaman budidaya rumput laut adalah : larva bulu babi (Tripneustes) dan larva teripang (Holothuria sp.).

Larva Bulu Babi

Organisme ini berbentuk planktonik, melayang-layang di air dan kemudian menempel pada rumput laut.  Organisme ini menutupi permukaan thallus dan menyebabkan thallus berwarna kuning.

Larva  Teripang

Larva teripang merupakan organisme planktonis yang menempel dan menetap pada thallus rumput laut.  Larva ini kemudian tumbuh dan menjadi besar.  Larva teripang yang sudah besar dapat memakan thallus rumput laut  dengan cara menyisipkan ujung-ujung cabang rumput laut ke dalam mulutnya.

B. Hama Makro

Beberapa hama makro yang sering ditemui menyerang rumput laut pada tanaman budidaya rumput laut antara lain : Ikan beronang (Siganus spp.), bintang laut (Protoneustes nodosus), bulu babi (Diadema spp), Bulu babi duri pendek (Tripneustes sp.) dan penyu hijau (Chelonia midas).

Ikan Baronang

Ikan baronang (Siganus spp.) merupakan hama perusak terbesar pada budidaya rumput laut. Cara penanggulangan hama ini  relatif sulit.  Benih ikan beronang mempunyai sifat bergerombol merupakan hama yang paling serius serangannya. Ikan ini memakan seluruh thallus sebelah luar.  Akibatnya tanaman rumput laut hanya tertinggal kerangkanya saja. Rumput laut akan mati dalam dalam beberapa hari. Serangan ikan baronang sifatnya musiman terutama pada musim benih, sehingga di setiap daerah waktu serangannyapun berbeda.

Cara melindungi tanaman rumput laut dari serangan ikan baronang dapat dilakukan dengan mengatur waktu penanaman. Awal penanaman rumput laut sebaiknya di laur musim benih ikan baronang. Dengan cara tersebut diharapkan kerugian dapat diperkecil.  Penanaman secara serentak juga dapat mengurangi  serangan hama ikan.

Bintang Laut

Bintang laut (Protoneostes) merupakan hama yang mempunyai kemampuan memanjat pada tanaman rumput laut dan dapat menutupi cabang-cabangnya.  Cabang-cabang tanaman rumput laut yang ditutupi/ditempeli  oleh bintang laut akan mati serta banyak percabangan yang patah.   Serangan bintang laut pengaruhnya relatif kecil. Serangan bintang laut tidak terjadi pada tanaman yang jauh dari dasar perairan.

Bulu Babi dan Bulu Babi Duri Pendek

Bulu babi (Diadema) dan babi duri pendek (Tripneustes) merupakan hama yang merusak bagian tengah thallus. Serangan bulu babi dapat mengakibatkan bagian cabang-cabang utama thallus terlepas dari tanaman induk. Serangan bulu babi pengaruhnya relatif kecil dan tidak terasa terutama pada areal budidaya yang cukup luas. Hama bulu babi tidak dapat menyerang rumput laut yang jauh dari dasar perairan.

Penyu Hijau

Penyu hijau (Chelonia midas) merupakan hama yang merusak tanaman budidaya paling ganas. Penyu hijau biasanya menyerang pada malam hari. Hama ini dapat memangsa habis tanaman budidaya pada areal yang tidak terlalu luas. Tanda-tanda tanaman rumput laut terserang penyu hijau adalah:  tanaman hanya tertinggal pada ikatan tali rafia saja dan tampak bekas-bekas seperti dipotong benda tajam atau pisau.  Cara menanggulangi serangan penyu hijau terhadap tanaman rumput laut dilakukan adalah dengan melindungi areal budidaya dengan memasang pagar dari jaring.  Pada areal budidaya yang cukup luas serangan hama ini tampak tidak berarti.  Serangan akan tampak terutama pada daerah tepi atau dekat dengan perbatasan perairan dalam.

C. PENYAKIT

Penyakit rumput laut dapat didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsi atau terjadinya perubahan anatomi atau struktur yang abnormal. Misalnya adanya perubahan dalam laju pertumbuhan dan penampakan seperti warna dan bentuk. Perubahan ini pada akhirnya berpengaruh terhadap tingkat produktifitas hasil.  Terjadinya penyakit umumnya disebabkan oleh adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dan adanya interaksi antara faktor lingkungan (suhu, kecerahan, salinitas, dll) dengan jasad patogen (organisme yang berperan sebagai penyebab penyakit).

Penyakit ?Ice-ice?

Ice-ice adalah penyakit yang banyak menyerang tanaman rumput laut jenis Eucheuma spp.  Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1974 di Philipina. Penyakit ini ditandai dengan timbulnya bintik/bercak-bercak pada sebagian thallus yang lama kelamaan menjadi pucat dan berangsur-angsur menjadi putih dan akhirnya thallus tersebut terputus.  Penyakit ini timbul karena adanya mikroba yang menyerang tanaman rumput laut yang lemah.  Gejala yang diperlihatkan adalah pertumbuhan yang lambat,  terjadinya perubahan warna menjadi pucat dan pada beberapa cabang menjadi putih thallus menjadi putih dan membusuk.

Adanya perubahan lingkungan seperti ; arus, suhu, dan kecerahan di lokasi budidaya dapat memicu terjadinya penyakit ice-ice.  Tingkat penyerangannya terjadi dalam waktu yang cukup lama.  Hal ini sesuai dengan pendapat Trono (1974), bahwa: penyebab Ice-ice ini adalah perubahan lingkungan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan yang menyebabkan menurunnya daya tahan rumput laut tersebut.  Sedangkan Uyenco et al (1981) mengatakan bahwa: kemungkinan penyebab terjadinya penyakit ini karena adalah bakteri patogen tertentu.    Hal ini  menjadikan bahwa sebenarnya timbulnya bakteri tersebut merupakan serangan sekunder.  Kemungkinan efektifitas serangan bakteri hanya terjadi pada saat pertumbuhan tanaman tidak efektif.

Penyakit White Spot

Penyakit White spote terdapat pada jenis rumput laut Laminaria japonica di Cina.  Gejala awal penyakit ini  ditandai dengan terjadinya perubahan warna thallus dari coklat kekuning-kuningan  menjadi putih  kemudian menyebar  keseluruh  thallus  dan bagian tanaman membusuk dan rontok.

Pemberantasan hama dilaksanakan dengan penjagaan saluran masuk pintu air dengan saringan, agar hama predator seperti ikan-ikan tidak masuk ke dalam tambak pemeliharaan. Pemberantasan penyakit White spot pada rumput laut dilakukan dengan mengganti air tambak seminggu dua kali.  Apabila dalam seminggu air tambak  tidak diganti, maka pada thallus (batang) rumput laut akan terjadi bercak putih yang akan menghambat pertumbuhan rumput laut, bahkan dapat menyebabkan kematian.

Penyakit ice-ice dan White Spote biasanya terjadi pada bulan April atau Mei yaitu pada saat kecerahan perairan tinggi.  Pada kondisi ini tingkat kelarutan unsur Nitrat tidak tercukupi untuk keperluan fotosintesa sehingga berakibat terjadinya perubahan warna secara nyata.  Penyakit ini dapat ditanggulangi dengan cara menurunkan posisi tanaman lebih dalam dari posisi semula untuk mengurangi penetrasi sinar matahari.  Cara lain juga dapat dilakukan dengan pemberian pupuk Nitrogen.  Akan tetapi  saran ini masih perlu dikaji lebih lanjut.

Kompetitor

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut ini salah satunya termasuk tumbuhan penempel. Tumbuhan penempel bersifat kompetitor dalam menyerap nutrisi untuk pertumbuhan, kadang-kadang algae filamen dapat menjadi pengganggu karena menutupi permukaan rumput laut yang menghalangi proses penyerapan dan fotosintesa. Tumbuhan penempel tersebut antara lain Hypnea, Dictyota, Acanthopora, Laurencia, Padina, Amphiroa dan alga filamen seperti Chaetomorpha, Lyngbya dan Symploca (Atmadja & Sulistijo, 1977).

Binatang penempel yang mengganggu apabila koloninya cukup besar menutupi batang rumput laut adalah tunikata yang dapat mengganggu proses fotosintesa. Gangguan ini dapat mengakibatkan tanaman menjadi busuk pada bagian yang tertutup total oleh tunikata.

SUMBER:

http//supmladong.kkp.go.id

Mulyadi A., 2014. Modul "Budidaya Rumput Laut" sebagai Bahan Ajar. Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Aceh.

#Tag : Rumput Laut

TEKNIK MEMPRODUKSI INDUK IKAN LELE MATANG GONAD

Induk merupakan keliru satu faktor yg penting diperhatikan dalam melakukan aktivitas pembenihan. Kualitas induk yg dipijahkan sangat mensugesti kualitas benih yg dihasilkan. Induk yg dirawat dengan baik & memiliki syarat yang prima dapat membentuk benih yang baik pula. Untuk membentuk induk yang berkualitas wajib dilakukan beberapa perawatan yaitu : menyiapkan kolam induk, memberi pakan, mengelola kualitas air, memantau kesehatan induk ikan.

A. Menyiapkan Kolam Induk

Dalam pembuatan kolam pemeliharaan induk sebaiknya ukurannya tidak terlalu luas. Hal ini buat memudahkan pengontrolan & pengawasan dalam pemeliharaan induk. Prosedur kerja dalam menyiapkan kolam pemeliharaan induk, yaitu:

1. Keringkan dasar kolam dan perbaiki kolam dengan cara :

a. Membuka   saluran   pembuangan   air   dan   menutup saluran pemasukan air.

b. Membiarkan air dalam kolam habis. c.  Mengeringkan selama 3 - 4 hari.

d. Memeriksa   dinding   dan   dasar   kolam   agar   dapat diketahui ada tidaknya kebocoran.

e.  Menambal   dengan   cara   menimbun   menggunakan lumpur atau tanah jika terdapat kebocoran. Jika lubang kebocoran terlalu besar maka sebelumnya diisi dengan batu agar lebih kuat menahan tekanan air kemudian ditimbun dengan lumpur.

f.   Menekan   timbunan   lumpur   atau   tanah   sehingga tambalan lebih padat dan kuat.

g.  Memperbaiki pematang yang rusak terkikis air dengan cara menimbun menggunakan tanah dasar sehingga pematang lebih tebal dan kuat.

Dua. Isilah air ke dalam kolam dengan cara menutup saluran pembuangan air dan membuka saluran pemasukan air, isi sampai ketinggian 80 - 100 cm.

B. Memilih Calon Induk Ikan Lele

1.

Calon   induk   jantan   dan

betina

wajib

berdasarkan

berdasarkan

keturunan yg tidak selaras.

Dua.

Pertumbuhan rupawan.

3.

Sehat dan nir stigma.

Memilih calon induk ikan lele dengan syarat & karakteristik - ciri sebagai berikut :

4. Bentuk badan proporsional.

lima. Secara keseluruhan mulai berdasarkan ujung mulut sampai ujung ekor tidak ada luka.

6. Bagian kepala relatif lebih kecil berdasarkanpada bagian badannya.

Tabel 1. Kriteria induk sesuai SNI

No

Kriteria

Satuan

Jenis kelamin

Jantan

Betina

1.

Umur

bulan

8 - 12

12 - 15

Dua.

Panjang standar

Cm

40 - 45

38 - 40

3.

Bobot matang

pertama

g/ekor

500 - 750

400 - 500

4.

Fekunditas

butir/kg

-

50.000 -

100.000

lima.

Diameter telur

Mm

-

1,4 - 1,lima

Prosedur kerja pada memilih calon induk yg baik :

1. Keringkan   kolam   pemeliharaan   induk   dengan   cara menutup saluran pemasukan air dan membuka saluran pengeluaran air.

Dua. Tangkap induk menggunakan serokan induk.

Tiga. Angkut induk dan tampung pada wadah penampungan.

4. Amati & pilih induk sinkron dengan kriteria calon induk yg baik.

lima. Timbang    induk    jantan    dan    betina    menggunakan timbangan, sesuaikan berat induk yang timbang dengan kriteria berat induk sesuai SNI (lihat tabel 1).

6. Ukur panjang standar memakai penggaris, sesuaikan hasil pengukuran menggunakan kriteria panjang standar berdasarkan SNI (lihat tabel 1).

7. Masukkan  induk  yang  telah  dipilih  ke  dalam  wadah

pemeliharaan induk secara terpisah.

C. Memberi Pakan

Agar  memperoleh  induk  matang  gonad  yang berkualitas, setiap hari induk wajib diberi pakan yang bergizi. Jenis pakan yang diberikan adalah pellet dengan kandungan protein sesuai SNI, yaitu :

Tabel Dua. Kandungan protein pellet yang dibutuhkan induk lele sesuai SNI

No

Jenis Induk

Kandungan Protein

(%)

Pemberian Pakan

Dosis

(% per hari)

Frekuensi

(kali/hari)

1.

Lele

> 30

3 ? 4

2 - 3

Prosedur kerja :

1.   Hitung  kebutuhan  pakan  berdasarkan  bobot  biomassa induk. Langkah-langkahnya sebagai berikut :

a. Mengambil sampel ikan yang akan dihitung bobot rata - ratanya. Sampel ikan yang diambil sesuai dengan SNI, yaitu minimal berdasarkan 30 ekor ikan sampel atau 10 % berdasarkan populasi.

b. Menimbang sampel ikan per individu. c.  Menghitung rata - rata bobot ikan.

d. Mengalikan  rata  -  rata  bobot  ikan  tersebut  dengan jumlah populasi ikan yang dipelihara.

E. Selanjutnya, mengalikannya dengan dosis pemberian pakan sesuai menggunakan SNI (lihat tabel 2 pada atas).

Dua.  Timbang jumlah kebutuhan pakan untuk sehari.

3.   Bagi  jumlah  pakan  yang  ditimbang  dengan  frekuensi pemberian pakan dalam sehari sesuai SNI (lihat tabel di atas). Misalkan frekuensi pemberian pakan 3 kali/hari berarti pakan diberikan pada waktu pagi (07.00), siang (1Dua.00) dan sore (17.00), sedangkan kalau frekuensinya 2 kali/hari berarti pakan diberikan pada waktu pagi (07.00) dan sore (17.00).

4.   Tampung pakan yang akan diberikan ke dalam baskom plastik.

lima.   Tebarkan  pakan  sedikit  demi  sedikit  secara  merata  ke dalam  kolam  pemeliharaan  induk.  Apabila induk sudah tidak mau makan, maka pemberian pakan dihentikan dan

apabila pakan masih tersisa pakan diberikan dalam siang atau sore hari.

D. Mengelola Kualitas Air

Prosedur kerja :

1. Lakukan  pergantian  air  satu  kali  dalam  seminggu  atau apabila kualitas air sudah menurun sebanyak 50%, dengan cara membuka saluran pembuangan.

Dua. Lakukan pengukuran parameter kualitas air.

Tabel 3. Kisaran optimum parameter kualitas air sesuai SNI

No

Kisaran Optimum Parameter Kualitas Air

1.

Suhu : 25 - 30 °C

Dua.

pH : 6,5 - 8,5

3.

Oksigen terlarut : > 4 mg/l

4.

Kecerahan : 25 - 30 cm

lima.

Ammonia (NH3) : < 0,01 mg /l

a.  Pengukuran suhu (°C)

Frekuensi dan saat pengukuran suhu air dilakukan sinkron SNI yaitu menggunakan memakai thermometer pada permukaan dan dasar wadah menggunakan frekuensi 2 kali per hari dalam pagi jam 06.00 & siang jam 14.00. Prosedur pengukuran suhu :

1) Thermometer dikalibrasi terlebih dahulu.

2) Celupkan    thermometer    ke    dalam    air    kolam pemeliharaan yang     akan     diukur     suhunya. Thermometer dicelupkan sampai seluruh bagian thermometer  terendam  selama  ±  5  menit  dengan

cara  membelakangi  matahari  dan  hinberdasarkan  kontak langsung dengan tangan.

3) Angkat  thermometer  kemudian  amati  dan  baca angka yang ditunjukkan oleh skala thermometer.

4) Catat skala yg ditunjukkan, yg merupakan nilai suhu hasil pengukuran.

B. Pengukuran pH (derajat keasaman)

Frekuensi dan waktu pengukuran pH dilakukan sesuai dengan       SNI,   yaitu   dengan   menggunakan   kertas indikator            lakmus    atau    pH    meter.    Frekuensi pengukuran  dilakukan  dua  kali  per  hari  pada  jam

06.00 dan jam 14.00.

Prosedur pengukuran pH menggunakan pH meter :

1) Buka tutup pH meter.

Dua) Geser tombol yg masih ada dibagian atas pH meter & tunggu hingga angka yg ditunjukkan pH meter menampakan 0.0.

3) Celupkan  ujung  pH  meter  ke  dalam  air  kolam pemeliharaan  dan   tunggu   sampai   angka   yang terdapat pada pH meter stabil.

4) Amati & baca nomor yg ditunjukkan pH meter lalu catat.

Prosedur pengukuran pH menggunakan kertas lakmus:

1) Ambil   satu   lembar   kertas   lakmus   kemudian celupkan ke dalam air kolam budidaya.

Dua) Keringkan dengan cara mengangin-anginkan kertas lakmus sampai perubahan warna yg tertera dalam kertas lakmus tetap.

3) Cocokkan  kertas  lakmus  tersebut  dengan  warna standar  pada  pH  indikator  yang  sudah  diketahui nilai pHnya. Warna yang sesuai dengan warna yang ditunjukkan pH indikator adalah nilai pH yang diukur.

c.  Pengukuran oksigen terlarut (DO)

Pengukuran oksigen terlarut dengan menggunakan DO meter. Frekuensi pengukuran dilakukan dua kali per hari pada jam 06.00 dan jam 14.00.

Prosedur pengukuran DO :

1) Lakukan kalibrasi sebelum digunakan yaitu menggunakan menekan tombol nol dalam saat kalibrasi sensor tidak dipasang terlebih dahulu.

2) Celupkan   sensor   DO   meter   ke   dalam   media pemeliharaan.

3) Catat    angka    yang    tertera    pada    layar    yang merupakan hasil pengukuran.

D. Kecerahan

Untuk mengukur kecerahan air menggunakan secchi disk dengan satuan meter atau cm dilakukan setiap hari  pada  siang  hari  pukul  1Dua.00.  Cara pengukurannya, yaitu :

1) Masukkan sechi disk ke pada air yang akan diukur kecerahannya.

2) Turunkan  secara  perlahan  hingga  piringan  yang berwarna putih tidak tampak. Catat kedalaman air ketika pertama    kali    piringan    secchi    terlihat menghilang (nilainya H).

3) Naikkan pulang sechi disk secara perlahan ke atas.

Mencatat   kedalaman   air   ketika   pertama   kali piringan yang berwarna putih nampak (nilainya T).

4) Hitung nilai kecerahan (C) dengan rumus sebagai

berikut :

H T

C =

2

E. Memantau Kesehatan Induk Ikan

Prosedur   kerja   dalam   memantau   kesehatan   induk adalah sebagai berikut :

1. Lakukan pengamatan visual setiap hari untuk memeriksa adanya gejala penyakit yang menyerang induk ikan (kondisi ikan aktif atau berada dipermukaan air,   gerakan ikan agresif, tubuh ikan apakah terdapat penyakit).

Dua. Lakukan pencegahan penyakit pada ikan, dengan cara :

a. Membuat sistem pemasukan air yang ideal menggunakan sistem paralel.

b. Memberikan   pakan   cukup,   baik   kualitas   maupun kuantitas.

c.  Memindahkan   induk   setelah   dilakukan   pemijahan dengan cara hati - hati.

d. Menjaga   kualitas   air   dengan   melakukan   treatment probiotik secara teratur sebanyak 0,3 ppm setiap hari.

e.  Meningkatkan ketahanan tubuh induk melalui aplikasi imunostimulant  secara   teratur   seperti   vitamin   dan pemberian probiotik.

f.   Menggunakan  sistem  biosecurity  pada  area  budidaya untuk mencegah masuk dan menyebarnya patogen pada unit budidaya dengan cara membuat pagar keliling di area budidaya, memasang tempat cuci tangan dan foot bat di depan pintu masuk area budidaya, mencuci bersih peralatan kerja sebelum dan sesudah digunakan.

3. Ambil  ikan  yang  menunjukkan  gejala  terserang  penyakit dengan menggunakan serokan induk.

4. Obati ikan yang sakit memakai obat yang cocok dengan penyakit, dengan dosis sesuai SNI, yaitu obat - obatan : kalium permanganat 1 - 3 mg/l, formalin 25 ppm, garam

500 - 1.000 mg/l menggunakan cara perendaman selama 24 jam dilakukan berulang - ulang sebesar tiga kali dengan selang saat sehari. Tahapan dalam pengobatan induk ikan yg terserang penyakit :

a. Menyiapkan wadah buat pengobatan berukuran 1 x 2 m. B. Mengisi air dengan tinggi 30 cm.

c. Sebelum    mengobati    ikan    sebaiknya    gunakan perlengkapan khusus seperti baju, sarung tangan dan masker.

D. Menyiapkan obat sinkron dengan penyakit ikan.

e.  Memasukkan aerasi ke dalam wadah pengobatan.

f.   Melarutkan obat ke dalam air dalam wadah pengobatan dengan dosis sesuai SNI.

G. Memasukkan induk ikan yang terserang penyakit.

lima. Karantina  induk  ikan  yang  terinfeksi  penyakit  sampai sembuh.

SUMBER:

http//pusdik.Kkp.Go.Id

PusdikKP, 201Dua. Modul Teaching Factory "Pembenihan Ikan Air Tawar". Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

#Tag : Lele

MEMAHAMI TEKNIK PENEBARAN BENIH PADA PEMBESARAN IKAN LELE

A. Memilih Benih

Benih yang siap tebar merupakan benih yg ukuran tiga-lima cm dan lima-8 cm, benih ditebarkan menggunakan kepadatan per m2 bervariasi tergantung jenis biota yang akan dipelihara. Agar output berdasarkan aktivitas pembesaran memuaskan maka benih yang dipilih adalah benih yang unggul.

Ciri-karakteristik benih yang baik yaitu :

1. Mempunyai ukuran yg seragam

dua. Sehat & tidak cacat atau luka

tiga. Bergerak aktif dan lincah

Cara menguji respon benih yg sehat yaitu:

1. Alirkan  air  ke  wadah  pemeliharaan  atau  penampungan kemudian amati, benih yang sehat akan bergerak melawan arus

2. Saat pemberian pakan benih yang sehat akan responsive yaitu dengan menghampiri pakan menggunakan cepat saat pakan diberikan

tiga. Benih yg sehat akan menyebar atau menjauhi asal gangguan bila ada gangguan

Tabel 1. Kriteria Benih lele yang baik menurut SNI: 01-6484.2-

2000

Kriteria

Satuan

Pendederan

I

Pendederan

II

Pendederan

III

Pendederan

IV

Lama pemeliharaan

Hari

20

40

lima4

7lima

Panjang Total

Cm

0,7lima-1

1-3

tiga-lima

lima-8

Bobot Minimal

Gram

1

2,lima

lima

10

Keseragaman

Ukuran

%

>7lima

>7lima

>7lima

>7lima

Keseragaman

Warna

%

100

>90

>90

>90

B. Aklimatisasi

Sebelum benih ditebar ke pada kolam maka perlu dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu. Tujuannya yaitu buat menyesuaikan suhu dalam kantong dengan suhu kolam pemeliharaan supaya benih ikan yang ditebar nir stress karena terjadi disparitas suhu yang mendadak. Proses aklimatisasi suhu adalah menjadi berikut:

1. Meletakkan kantong packing yg berisi benih ke dalam kolam tempat benih akan ditebar.

2. Biarkan  kantong  packing  mengapung  di  permukaan  air selama 10-1lima menit atau sampai kantong berembun.

Tiga. Jika kantong telah berembun itu adalah tanda bahwa suhu kantong dan suhu kolam relatif sama & tutup kantong dapat dibuka.

C.  Penebaran Benih

Penebaran benih dilakukan ketika suhu air rendah kolam masih rendah yaitu dalam pagi hari antara pukul 06.00 ? 07.00 atau pada sore hari pada atas pukul 16.00. Tujuannya supaya benih

nir stres akibat suhu tinggi. Benih yang ditebar terlalu siang bisa menjadi stres dampak kepanasan. Berikut merupakan cara benebaran benih;

1. Membuka   tutup   kantong   packing   benih   yang   sudah berembun

2. menggulung  kantong  plastik  packing  sampai  mendekati permukaan air kantong

3. Percikkan air kolam sedikit demi sedikit ke pada kantong menggunakan memakai tangan

4. Miringkan   kantong   packing   sampai   sebagian   kantong tenggelam

lima. Biarkan benih keluar dengan sendirinya. Setelah terlihat benih       berani   berenang   keluar   kantong   sendiri      itu merupakan tanda bahwa kondisi air pada kantong sudah relative sama dengan air pada kolam.

Pada awal pemeliharaan, ketinggian air dipertahankan minimal 70 cm, dan bila masa pemeliharaan telah telah mencapai dua bulan ketinggian air dinaikan, sehingga menjelang pemeliharaan empat bulan ketinggian diusahakan mencapai 1,lima m.

Khusus penebaran benih di KJA benih di tebar pada dalam hapa buat memudahkan pengontrolan dan pada biasanya mata jaring KJA berukuran akbar sehingga jika langsung dilepas maka ikan akan lolos menurut jaring.

Tabel 2. Standar penebaran ikan lele

Padat

Tebar

Satuan

P I

P II

P III

P  IV

PB 1

PB 2

Lele

ekor/m2

100

lima0

2lima

20

10-1lima

tiga-lima

Ukuran minimum

cm

0,7lima-1

1-3

tiga-lima

lima-8

10-1lima

100-1lima0

Cara mengukur  panjang  total  ikan  menurut SNI: 01-

6484.4-2000 yaitu dengan membentangkan tubuh ikan kemudian ukur ikan mulai menurut ujung verbal sampai ujung ekor menggunakan jangka sorong atau penggaris yg dinyatakan pada satua centimater atau millimeter.

SUMBER:

http//pusdik.Kkp.Go.Id

PusdikKP, 2012. Modul Teaching Factory "Pembesaran Ikan Air Tawar". Pusat Pendidikan Kelautan & Perikanan, Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

#Tag : Lele

MEMAHAMI PRINSIP-PRINSIP DAN METODE BUDIDAYA RUMPUT LAUT

Rumput bahari dikenal pertama kali oleh bangsa Cina kira - kira tahun 2700 SM. Pada saat itu rumput laut banyak digunakan untuk sayuran & obat - obatan. Pada tahun 65 SM, bangsa Romawi memanfaatkannya sebagai bahan baku kosmetik. Tetapi menggunakan perkembangan ketika, pengetahuan tentang rumput lautpun semakin berkembang. Spanyol, Perancis, dan Inggris membuahkan rumput laut menjadi bahan baku pembuatan gelas.

Kapan pemanfaatan rumput laut pada Indonesia tidak diketahui. Hanya dalam waktu bangsa Portugis tiba ke Indonesia kurang lebih tahun 1292, rumput laut telah dimanfaatkan menjadi sayuran. Baru dalam masa sebelum perang dunia ke - 2, tercatat bahwa Indonesia sudah mengekspor rumput laut ke Amerika Serikat, Denmark, dan Perancis.

Indonesia menjadi negara kepulauan dengan jumlah pulau 17.504 buah & panjang garis pantai mencapai 81.000 km merupakan mempunyai potensi yg akbar buat pengembangan budidaya laut. Rumput laut adalah galat satu komoditas budidaya bahari yang bisa diandalkan, gampang dibudidayakan, dan memiliki prospek pasar yg baik dan bisa menaikkan pemberdayaan warga pantai. Rumput bahari merupakan galat satu komoditas perdagangan internasional. Komoditas ini sudah pada ekspor lebih berdasarkan 30 negara.

Perairan Indonesia menjadi daerah tropika memiliki sumberdaya rumput bahari yang cukup akbar baik menjadi sumberdaya plasma nutfah menggunakan kurang lebih 555 jenis rumput bahari di perairan Indonesia (ekspedisi Laut Siboga 1899-1900 oleh Van Bosse). Jenis yang poly masih ada pada perairan Indonesia merupakan Gracilaria, Gelidium, Eucheuma, Hypnea, Sargasum & Turbinaria. Dari beberapa jenis rumput laut sudah bisa dikembangkan ratusan jenis produk yg bisa dimanfaatkan dalam aneka macam bidang, antara lain dalam industri pangan & non pangan. Sebagian akbar rumput laut berdasarkan Indonesia masih pada ekspor pada bentuk kemarau dan baru sebagian kecil diolah dalam bentuk bahan 1/2 jadi dan bahan jadi. Negara lain selain Indonesia sebagai pengahasil rumput laut merupakan Jepang, Amerika Serikat, Kanada, daratan Eropa, Filipina, Thailand, Malaysia, India ,Chili dan Madagaskar. Perkembangan ekspor selama 5 tahun terakhir, pertanda peningkatan perolehan devisa Indonesia dari rumput bahari sebesar 43,04% per tahun yaitu berdasarkan US$ lima,935 juta tahun 1998 semakin tinggi menjadi US$ 15,785 juta dalam tahun 2002. Perolehan devisa berdasarkan negara Spanyol, China & USA dalam dua tahun terakhir ini memperlihatperkembangan yang menggembirakan yaitu semakin tinggi masing-masing sebesar 122,2% pertahunnya buat Spanyol, 533,25% buat China dan 184,68% untuk USA. Perolehan devisa ekspor rumput laut Indonesia selama tahun 2002 mencapai US$ 15,785 juta terutama dari berdasarkan negara China senilai US$ dua,553 juta (16,17%), Spanyol senilai US$ 2,351 juta (14,90%) & Denmark senilai US$ 2,132 juta (13,51%).

Jenis alga merah yang mempunyai nilai hemat adalah Eucheuma sp, Gracilaria sp, Gelidium sp, Sargassum sp & Turbinaria sp. Dari jenis tadi yg sudah dibudidayakan adalah jenis Eucheuma sp dan Gracilaria sp. Eucheuma sp dibudidayakan di perairan pantai/laut, sedangkan Gracilaria sp bisa dibudidayakan pada tambak.

Dalam budidaya rumput laut Euchema sp. Yang sudah dikembangkan pada Indonesia masih ada beberapa teknik yaitu Metoda Lepas Dasar, Metoda Rakit Apung, Metoda Jalur (kombinasi), Metoda Rawai (Longline) dan metode keranjang. Sedangkan budidaya rumput laut Gracilaria sp. Masih ada 2 metode yaitu Metode Tebar dan Metode Lapas Dasar.

1. JENIS RUMPUT LAUT POTENSIAL

Rumput bahari dibagi dalam empat kelas yaitu : Chlorophyceae (ganggang hijau), Rhodophyceae (ganggang merah), Cyanophyceae (ganggang biru), Phaeophyceae (ganggang coklat).

Jenis rumput bahari potensial yang dimaksud disini adalah jenis rumput bahari yang sudah dikenal dipakai diberbagai industri sebagai sumber karagin, supaya-agar & alginat. Karaginofit adalah rumput laut yg mengandung bahan primer polisakarida karagin, agarofit merupakan rumput laut yang mengandung bahan primer polisakarida supaya-supaya keduanya adalah rumput bahari merah (Rhodophyceae). Alginofit adalah rumput laut cokelat (Phaeophyceae) yg mengandung bahan utama polisakarida alginat.

1.1. Karagenofit

Rumput bahari yg mengandung karaginan merupakan berdasarkan marga Eucheuma. Karaginan ada tiga macam, yaitu iota karaginan dikenal dengan tipe spinosum, kappa karaginan dikenal dengan tipe cottonii & lambda karaginan. Jenis rumput laut yang potensial adalah E. Cottonii dan E. Spinosum merupakan rumput laut yang secara luas diperdagangkan, baik buat keperluan bahan standar industri pada dalam negeri maupun buat ekspor. Sedangkan E. Edule dan Hypnea hanya sedikit sekali diperdagangkan dan nir dikembangkan pada bisnis budidaya. Hypnea umumnya dimanfaatkan oleh industri supaya. Sebaliknya E.Cottonii dan E. Spinosum dibudidayakan oleh masyarakat pantai. Dari ke 2 jenis tersebut E. Cottonii yg paling banyak dibudidayakan lantaran permintaan pasarnya sangat akbar. Jenis lainnya Chondrus spp., Gigartina spp., dan Iridaea nir ada pada Indonesia, mereka merupakan rumput bahari sub-tropis.

Rumput laut Eucheuma pada Indonesia umumnya tumbuh di perairan yg memiliki rataan terumbu karang melekat dalam substrat karang meninggal atau kulit kerang ataupun batu gamping pada wilayah intertidal & subtidal. Tumbuh beredar hampir diseluruh perairan Indonesia. Wilayah potensial buat pengembangan budidaya rumput laut Eucheuma terletak perairan pantai Nangro Aceh Darusalam (Sabang); Sumatera Barat (Pesisir Selatan, Mentawai); Riau (Kepulauan Riau, Batam); Sumatra Selatan; Bangka Belitung, Banten (dekat Ujung Kulon, Teluk Banten/P.Panjang); DKI Jakarta (Kepulauan Seribu); Jawa Timur (Karimun Jawa, Situbondo dan Banyuwangi Selatan, Madura); Bali (Nusa Dua/Kutuh Gunung Payung, Nusa Penida, Nusa Lembongan); Nusa Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan, pantai Utara Sumbawa Besar, Bima, & Sumba); Nusa Tenggara Timur ( Maumere, Larantuka, Kupang, P. Roti selatan ); Sulawesi Utara; Gorontalo; Sulawesi Tengah; Sulawesi Tanggara; Sulawesi Selatan; Kalimantan Barat; Kalimantan Selatan (pulau Laut); Kalimantan Timur; Maluku (P. Seram, P. Osi, Halmahera, Aru/Kai).

1.Dua. Agarofit

Agarofite merupakan jenis rumput laut penghasil agar misalnya Gracilaria spp. Dan Gelidium spp/Gelidiella yang diperdagangkan buat keperluan industri di pada negeri maupun buat diekspor. Agar-supaya merupakan polisakarida yg semakin meningkat nilainya bila bisa ditingkatkan menjad agarose. Agar-supaya bisa membangun jeli misalnya karaginan namun kandungan sulfatnya masih ada, jika sudah bebas berdasarkan kandungan sulfat sebagai agarose.

Kualitas supaya-supaya yang ekstraksi berdasarkan Gelidium/Gelidiella lebih tinggi dibanding berdasarkan Gracilaria. Dalam industri supaya-supaya bahan dari Gelidium mutunya bisa ditingkatkan menjadi agarose, sedangkan dari Gracilaria masih belum bisa. Agar-supaya berdasarkan Gracilaria telah bisa ditingkatkan menjadi agarose, tetapi masih dalam skala laboratorium.

Jenis yang dikembangkan secara luas merupakan Gracilaria spp. Di Indonesia umumnya yang dibudidayakan pada tambak merupakan jenis Gracilaria verrucosa. Jenis ini memiliki Thallus berwarna merah ungu dan kadang-kadang berwarna kelabu kehijauan dengan percabangan alternate atau dichotomy, perulangan lateral berbentuk silindris, meruncing pada ujung dan mencapai tinggi 1-3 cm serta berdiameter antara 0,5 - 2,0 mm. Gracilaria yg banyak dibudidayakan adalah G. Verucosa & G. Gigas , jenis ini berkembang di perairan Sulawesi Selatan ( Jeneponto, Takalar, Sinjai, Bulukumba, Wajo, Paloppo, Bone, Maros ); Pantai utara P. Jawa (Serang, Tangerang, Bekasi, Karawang, Brebes, Pemalang, Tuban dan Lamongan); Lombok Barat. Gracilaria selain dipanen dari output budidaya pula dipanen dari alam. Panen dari alam kualitasnya kurang baik karena tercampur dengan jenis lain.

1.Tiga. Alginofit

Alginofite adalah jenis rumput bahari penghasil alginat seperti Sargasssum spp., Turbinaria spp., Laminaria spp., Ascophyllum spp., & Macrocystis spp. Sargassum & Turbinaria poly dijumpai pada perairan bahari Indonesia, sedangkan Laminaria, Ascophyllum dan Macrocystis sedikit dijumpai di Indonesia, karena jenis tersebut hidup pada daerah sub-tropis.

Sargassum dan Turbinaria belum diusahakan budidaya karena sangat sulit disamping rendemen alginate menurut ke dua jenis tersebut sangat kecil dibandingkan Laminaria yg sudah dibudidayakan di Jepang dan China, & permintaan sargassum masih sangat terbatas. Penyebaran Sargassum pada alam sangat luas terutama pada daerah rataan terumbu karang pada semua wilayah perairan pantai.

2. BUDIDAYA EUCHEUMA

Faktor ? Faktor yang perlu diperhatikan pada budidaya rumput bahari : pemilihan lokasi yang memenuhi persyaratan budidaya, penyediaan bibit yang baik & cara pembibitan, metoda budidaya dan perawatan, panen, dan penyimpanan.

Dua.1. Pemilihan Lokasi Budidaya

Faktor primer menunjang keberhasilan budidaya rumput bahari merupakan pemilihan lokasi yang sempurna. Pertumbuhan rumput bahari sangat dipengaruhi sang kondisi ekologi setempat. Penentuan suatu lokasi harus disesuaikan menggunakan metode budidaya yg akan digunakan. Penentuan lokasi yang galat berakibat fatal bagi bisnis budidaya rumput laut, karena laut yang bergerak maju tidak dapat diprediksi. Dalam pemilihan lokasi buat budidaya rumput bahari, perlu dipertimbangkan faktor resiko, kemudahan (aksesibilitas) dan faktor ekologis. Faktor tersebut saling berkaitan & saling mendukung. Untuk memperoleh lokasi tang baik untuk budidaya, pemilihan perlu dilakukan di beberapa lokasi.

Dua.1.1. Faktor Resiko

a. Masalah Keterlindungan; Untuk menghindari kerusakan secara fisik wahana budidaya maupun rumput laut menurut impak angin dan gelombang yg besar , maka dibutuhkan lokasi yg terlindung. Lokasi yang terlindung umumnya didapatkan di perairan teluk atau perairan terbuka tetapi terlindung sang adanya penghalang atau pulau di depannya.

B. Masalah Keamanan; Masalah pencurian & perbuatan sabotase mungkin dapat dialami, sehingga upaya pendekatan pada beberapa pemilik usaha lain atau menjalin hubungan baik menggunakan masyarakat kurang lebih, perlu dilakukan.

C. Masalah Konflik Kepentingan.; Beberapa kegiatan perikanan (kegiatan penangkapan ikan, pengumpul ikan hias) dan aktivitas lain (pariwisata, perhubungan bahari, industri, taman nasional laut) dapat berpengaruh terhadap aktivitas bisnis rumput laut & bisa mengganggu beberapa wahana rakit.

Dua.1.2. Faktor Kemudahan

Pemilik usaha budidaya rumput bahari cenderung memilih lokasi yang berdekatan dengan tempat tinggal, sehingga kegiatan monitoring dan penjagaan keamanan bisa dilakukan dengan mudah. Kemudian lokasi dibutuhkan berdekatan menggunakan sarana jalan, karena akan mempermudah dalam pengangkutan bahan, sarana budidaya, bibit, dan hasil panen. Hal tadi akan mengurangi porto pengangkutan.

Dua.1.Tiga. Faktor Ekologis

Parameter ekologis yg perlu diperhatikan antara lain : arus, syarat dasar perairan, kedalaman, salinitas, kecerahan, pencemaran, dan ketersediaan bibit & energi kerja yang terampil.

A. Arus; Rumput bahari adalah organisma yg memperoleh makanan melalui aliran air yang melewatinya. Gerakan air yg cukup akan menghindari terkumpulnya kotoran dalam thallus, membantu pengudaraan, dan mencegah adanya fluktuasi yang akbar terhadap salinitas juga suhu air. Suhu yang baik buat pertumbuhan rumput laut berkisar 20 ? 28o. Arus dapat disebabkan oleh arus pasang surut. Besarnya kecepatan arus yang baik antara : 20 ? 40 cm/dtk. Indikator suatu lokasi yang mempunyai arus yang baik umumnya ditumbuhi karang lunak dan padang lamun yang bersih berdasarkan kotoran dan miring ke satu arah.

B. Kondisi Dasar Perairan; Perairan yang memiliki dasar pecahan-pecahan karang dan pasir kasar, dicermati baik buat budidaya rumput bahari Eucheuma cottonii. Kondisi dasar perairan yg demikian merupakan petunjuk adanya gerakan air yang baik, sedangkan apabila dasar perairan yg terdiri menurut karang yg keras, menampakan dasar itu terkena gelombang yg besar & apabila dasar perairan terdiri menurut lumpur, menampakan gerakan air yg kurang.

C. Kedalaman Air; Kedalaman perairan yg baik buat budidaya rumput bahari Eucheuma cottonii adalah 30 ? 60 cm pada ketika surut terendah buat (lokasi yang ber arus kencang) metoda tanggal dasar, dan dua - 15 m buat metoda rakit apung, metode rawai (long-line) & sistem jalur. Kondisi ini buat menghindari rumput bahari mengalami kekeringan & mengoptimalkan perolehan sinar mentari .

D. Salinitas; Eucheuma cotonii (sinonim: Kappaphycus alvarezii) merupakan alga bahari yg bersifat stenohaline, nisbi tidak tahan terhadap disparitas salinitas yg tinggi. Salinitas yang baik berkisar antara 28 - 35 ppt dengan nilai optimum adalah 33 ppt. Untuk memperoleh perairan dengan salinitas demikian perlu dihindari lokasi yang berdekatan menggunakan muara sungai.

E. Kecerahan; Rumput laut memerlukan cahaya mentari sebagai sumber tenaga guna pembentukan bahan organik yang diperlukan bagi pertumbuhan & perkembangannya yang normal. Kecerahan perairan yang ideal lebih menurut 1 (satu) m. Air yang keruh umumnya mengandung lumpur yang dapat menghalangi tembusnya cahaya mentari pada dalam air, sebagai akibatnya kotoran dapat menutupi bagian atas thallus, yang akan mengganggu pertumbuhan & perkembangannya

f. Pencemaran; Lokasi yg sudah sang limbah tempat tinggal tangga, industri, juga limbah kapal laut harus dihindari.

G. Ketersediaan Bibit; Lokasi yg masih ada stock alami rumput bahari yang akan dibudidaya, adalah petunjuk lokasi tadi cocok buat bisnis rumput bahari. Apabila tidak masih ada asal bibit bisa memperolehnya dari lokasi lain. Pada lokasi dimana Eucheuma cottonii mampu tumbuh, umumnya terdapat juga jenis lain misalnya Gracilaria & Sargassum.

H. Tenaga Kerja; Dalam menentukan tenaga kerja yang akan ditempatkan pada lapangan sebaiknya dipilih yang bertempat tinggal berdekatan dengan lokasi budidaya, sebagai akibatnya dapat menaikkan kinerja dan sekaligus berhemat biaya transportasi.

Sumber:

http//supmladong.Kkp.Go.Id/

SUPM Ladong, 2012. Modul ?Budidaya Rumput Laut?. Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Pusat Pendidikan Kelautan & Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, Aceh.

#Tag : Rumput Laut

TEKNIK PEMANENAN PADA BUDIDAYA IKAN KERAPU

Pemanenan dilakukan menggunakan hati-hati supaya tidak banyak menggelepar. Ikan yang terlalu poly menggelepar selain cepat mengelami rigormortis jua banyak mengeluarkan lendir dan kemungkinan terluka. Adanya luka & lendir pada bagian atas kulit akan mendorong pertumbuhan bakteri dalam ikan. Ikan pula wajib dihindarkan dari sinar matahari dan diusahakan agar permukaan ikan nir engering. Bila ikan dimasukkan buat dibawa pada keadaa hayati, haus segera dikemas sesuai menggunakan teknik pengemasan yang diinginkan (Transportasi kemarau atau basah); dan jika akan dibawa dalam keadaan mati, maka ikan harus segera disesuaikan menggunakan teknik pengemasan yg benar.

1.    Cara Pangemasan (Packing)

Beberapa cara pengemasan ikan yg akan ditransportasikan pada keadaan hayati :

a.     Sistem Kring

Beberap jenis ikan dapat tetap hidup walaupun berada diluar air, asalkan tetap dingin dan basah. Sistem ini biasanya diawali dengan meminsankan ikan dengan kejutan dingin, immobilized dengan bahan tanaman (biji karet, singkong, ekstrak  cengkih, dll) diteruskan dengan pengemasan menggunakan media (lumut, rumput laut, serutan kayu, serbuk gergaji, es hancuran, dll), selanjutnya ditransportasikan dalam kondisi suhu sejuk.

b. Sisem Basah

Sistem ini dapat menggunakan wadah/tanki, atau kantong. Untuk sistem tangki, faktor yang perlu diperhatikan adalah oksigen terlarut, CO2, suhu, keseimbangan osmotic, kepadatan ikan, amoniak (NH3).

Pada sistem kantong, biasanya digunakan kantong plastik. Kantong ini diisi air tidak penuh dan sisanya diisi dengan oksigen murni serta ditutup rapat. Selain pasok oksigen bagi ikan, cara pengemasan demikian juga dimaksudkan untuk mengantisipasi tingginya CO2 yang dikeluarkan oleh ikan.

2.    Waktu Panen

Waktu panen umumnya ditentukan sang ukuran permintaan pasar. Ukuran super umumnya ukuran 500 gram ? 1000 gram/ekor & merupakan berukuran yg memiliki nilai jual tertinggi.

Untuk jenis kerapu macan ketika panen adalah setelah pemeliharaan 5 ? 6 bulan berdasarkan berat awal 50-70 gr/ekor. Sedangkan dalam ikan kerapu tikus saat panen dilakukan sehabis masa pemeliharaan 9 bulan berdasarkan berat awal 75-100 gram/ekor. Pemanenan ikan buat calon induk, umumnya dilakukan sehabis berukuran ikan mencapai ukuran diatas 1000 gr/ekor.

Pelaksaaan panen sebaiknya dalam pagi hari aau sore hari, agar bisa mengurangi stress dalam ikan selam berlangsung pemanenan. Pengangkutan ke loka tujuan penjualan, diusahakan pada malam hari, untuk memudahkan pengaturan suhu & menghindari ikan stress.

3.    Peralatan Panen

Peralatan panen yg diperlukan buat berukuran konsumsi diantaranya :

-        Timbangan sensitive 0-50 kg untuk menimbang ikan

-        Scoop net untuk mengangkat ikan yang dipanen dari jaring

-        Sarana transportasi laut atau darat untuk mengangkut ikan yang dipanen sampai tujuan

-        Bak fiberglass kapasitas 1-2 m3 dan tangki air untuk menampung ikan,

-        Tabung oksigen dan selang aerasi untuk menjaga kandungan oksigen terlarut pada air

-        Keranjang plastic untuk menimbang ikan,

-        Tambang plastic untuk mengikat

4.    Sampling dan Penyortiran

Sebelum dilakukan pemanenan terlebih dahulu dilakukan sampling yang  bertujuan untuk mengetahui ikan dan estimasi hasil panen. Penyortiran juga dilakukan untuk memilih ikan yang diperkirakan memiliki berat yang sama dan mempunyai bentuk yang baik atau sempurna tidak memiliki cacat pada fisik ikan.

5.    Metode Panen

Metode panen dalam budidaya ikan Kerapu di Karamba Jaring Apung (KJA) adalah :

a.    Panen Total

Metode ini semua ikan yg dipelihara dipanen. Biasanya hal ini dilalukan karena pemintaan pembeli dalam jumlah poly atau semua ikan sudah memenuhi persyaratan berat buat pada panen.

b.  Panen Sebagian

metode ini dilakukan lantaran beberapa alas an, yakni ukuran ikan yang dipelihara tidak seragam, permintaan pembeli yang mengklasifikasikan berat eksklusif atau permintaan pembeli yg relative sedikit. Panen selektif ini dilakukan dengan mengambil sebagian ikan yg sudah ,asuk berukuran tertentu, sedangkan sisanya bisa dipisahkan buat dipelihara lagi.

6.    Teknik Panen

a.  Produk Ikan Hidup

Pemanenan ikan di Karamba jaring Apung bisa segera dilakukan sesudah seluruh alat-alat yg akan digunakan buat pemanenan telah tersedia. Biasanya ikan dipuasakan 24 jam sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari ikan muntah selama pengangkutan.

Tahapan panen :

w  Mula-mula jaring dibagi dua bagian dengan menggunakan bambu atau kayu

w  Persiapkan bak penampungan sementara volume ± 1 ton yang diisi air laut bersih (untuk pemanenan ikan hidup).

w  Ikan diambil dengan mengunakan scopnet.

w  Ikan ditampung dalam bak penampungan. Satu bak dapat berisi 100 ekor ikan.

w  Ikan segera dibawa ke darat menggunakan kapal/perahu.

w  Dengan menggunakan ember/container kecil, ikan-ikan tersebut dipindahkan dari kapal ke bak penampungan di darat.

w  Bak penampungan di darat berukuran 4-10 ton yang terlebih dahulu diisi air laut bersih dan dilengkapi peralatan aerasi.

b.      Produk Ikan Mati Segar.

Pemanenan produk ikan meninggal segar pada KJA, relative sama misalnya pada pemanenan buat produk ikan hidup, hanya saja kepadatan ikan di bak penampungan ad interim (di kapal) dapat mencapai 300 ekor/bak.

Ikan lalu dibawa ke darat, dan bisa eksklusif dikemas dalam bak/box kayu yg sudah diberi es, atau ditampung di bak penampungan volume 4-10 ton, yg sudah diisi air bahari, ditambah es garam dapur untuk meningkatkan kecepatan kematian ikan dan mengurangi akumulasi bakteri.

SUMBER:

http//supmladong.Kkp.Go.Id

Mulyadi A., 2014. Diktat Pembesaran Ikan Kerapu di Karamba Jaring Apung. Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Aceh.

#Tag : Kerapu

PENGINOKULASIAN BIBIT DAN PEMUPUKAN SUSULAN PADA BUDIDAYA ROTIFERA (PAKAN ALAMI)

Bibit Rotifera dapat diperoleh dari Panti Benih Brachionus sp. terlihat seperti pada gambar berikut ini:

Gambar 1. Rotifera, Brachionus sp.

Reproduksi Rotifera secara parthenogenesis dan bergantung pada suhu air. Rotifera bersifat filter feeder sehingga makanannya dapat berupa fitoplankton atau ragi roti. Kepadatan awal fitoplankton dalam media Rotifera minimum terbaik adalah 13–14 x 106 sel/ml. Kepadatan sel Chlorella sp. perlu dipertahankan setiap harinya, sehingga pemberian Chlorella sp. ke dalam bak budidaya Rotifera dilakukan setiap hari. Pada hari pertama budidaya mulai dilakukan, wadah/bak diisi dengan air bersama Chlorella sp., yang berasal dari hasil budidaya Chlorella sp. sebanyak 25% volume bak Rotifera. Lalu Rotifera diinokulasi dengan kepadatan 100 individu/ml media. Keesokan harinya 25% volume Chlorella sp. ditambahkan kembali. Demikian seterusnya sampai hari ke empat. Pada hari ke lima, Rotifera dapat dipanen.

Supaya fitoplankton selalu tersedia, maka pada hari pertama fitoplankton dipanen, yang biasanya dipanen sebanyak 50% volume, bak fitoplankton diisi air tawar kembali; sehingga volume kembali 100%. Air dalam bak Chlorella sp. dipupuk kembali dengan dosis yang sama seperti di awal budidaya dilakukan. Demikian selanjutnya untuk bak Chlorella sp. pada bak

berikutnya pada hari ke dua dan seterusnya. Dengan demikian Chlorella sp. dapat dipanen secara berurutan.

Pada waktu Chlorella sp. dipindahkan dari bak Chlorella sp. ke bak Rotifera dengan menggunakan selang, maka air berisi Chlorella sp. dialirkan melalui kantung plankton net 100 mm untuk mencegah masuknya kotoran dan predator ke bak Rotifera.

Gambar 2. Pemindahan Chlorella ke dalam bak kultur Rotifera

Pada saat populasi Rotifera mencapai puncaknya yaitu dalam hari ke lima sehabis inokulasi, Rotifera dapat dipanen & diberikan ke larva ikan.

SUMBER:

Mokoginta I., 2003.  Modul Budidaya Rotifera - Budidaya Pakan Alami Air Tawar. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:

Delbare, D. And Dhert, P. 1996. Cladoecerans, Nematodes and Trocophara Larvae, p. 283 ? 295. In Manual on The Production and Use of Live Food (P. Lavens and P. Sorgelos, eds). FAO Fisheries Technical Paper 361.

Sulasingkin, D. 2003. Pengaruh konsentrasi ragi yang tidak sinkron terhadap pertumbuhan populasi Daphnia sp. Skripsi. FPIK. IPB.

#Tag : Pakan Alami

PENANGANAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA KERAPU

Penyakit muncul  sebagai suatu proses yang dinamis hasil interaksi antara inang (host), jasad penyebab penyakit (pathogen) dan lingkungan (environtment). Kesimbangan ketiga faktor tersebut menyebabkan tidak munculnya penyakit. Hal yang sebaliknya akan terjadi apabila keseimbangan tersebut terganggu.

A. Jenis-jenis penyakit

Penyakit yg tak jarang muncul dalam pemeliharaan ikan kerapu diantaranya :

1. Parasit

Parasit penyebab penyakit yang menyerang ikan kerapu al : Monogenia insang (Diplectanum sp., Haliotrema sp., Pseudorhabdosynochus sp.) dan pada kulit (Benedina sp), Isopoda (golongan crustacean) yang menyerang pangkal lidah dan insang, Crystocaryon irritans (golongan Protozoa) yang menyerang kulit dan Thricodina sp. (golongan Protozoa) yang menyerang kulit, insang dan sirip.

Gejala yang ditimbulkan sang agresi Monogenia, antara lain kehilangan nafsu makan, mobilitas renang lambat. Serangan trematoda insang ditunjukkan menggunakan tanda-tanda berupa : nafsu makan berkurang, tubuh dan insang pucat, produksi lendir tinggi serta berenang pada bagian atas air menggunakan megap-megap dan tutup insang terbuka.

Serangan Cryptocaryon irritans ditandai dengan adanya bintik-bintik putih yang cukup dalam, ikan kehilangan nafsu makan, sebagian sisik lepas serta mata membengkak. Infestasi Thricodina sp pada ikan menimbulkan gejala yang hamper sama dengan serangan Cryptocaryon irritans, kecuali kerusakan pada kulit jarang terjadi.

Akibat yang ditimbulkan oleh adanya agresi parasit umumnya nir bersifat fatal, umumnya kematian terjadi dalam jangka saat yg lama .

2.  Bakteri

Jenis bakteri yang sering menyerang antara lain ditemukan Vibrio sp dan Tenacibaculum maritimum.  Ikan yang terserang Vibrio sp. menunjukan gejala antara lain : nafsu makan berkurang, terjadi kelesuan, pembusukan pada sirip, mata menonjol dan terjadi pengumpulan cairan pada perut. Kematian yang ditimbulkan oleh serangan bakteri akut mungkin tidak terjadi secara masaal, dan berlangsung secara bertahap dalam waktu yang tidak lama.

3.  Virus

Hasil analisa virus yang dilakukan dengan metode PCR (Polyymerase Chain Reaction) ditemukan infeksi VNN (Viral Nervous Ncrosis Virus) dan Iridovirus pada ikan Kerapu Tikus dan Kerapu Macan. VNN termasuk dalam golongan Nodaviridae sedangkan GIV (Grouper Iridovirus) termasuk dalam family Iridoviridae.

Ikan kerapu yang terjangkit VNN ditandai dengan tanda-tanda sbb :

·        Ikan mengendap di dasar

·        Kesimbangan renang terganggu (kadangkala berputar-putar)

·        Hemoragik pada pangkal operculum dan gelembung renang

·        Bagian luar tubuh dan organ dalam tetap dalam keadaan baik (tanpa luka). Serangan penyakit bersifat sporadic pada larva ikan, sedang pada pembesaran dan nduk bersifat subkilinis.

Gejala klinis sesifik infeksi Iridovirus  berupa : ikan mengendap di dasar dalam posisi miring (selama berminggu-minggu), tingkat kematian yang relative rendah (kasus tanpa diikuti infeksi sekunder) dan kematian terjadi setelah beberap minggu pasca timbulnya gejala klinis. Perubahan pathogolis penyakit ini berupa warna tubuh menjadi gelap, hiperemi mandibula serta hipertrofi atau atrofi limpa dan thymus.

B.   Penanganan Penyakit

Penanganan penyakit meliputi usaha-usaha pencegahan, pengobatan dan pemberantasan. Usaha-usaha tersebut meliputi pemberian multivitamin, perendaman dengan H2O2 150 ppm selama 30 menit. Apabila telah terjadi luka disertai dengan infeksi sekunder pengobatan dilakukan dengan perendaman akriflavin konsentrasi 5-10 ppm selama 1-2 jam masing-masing dilakukan 3 hari berturut-turut. Untuk pencegahan di karamba jaring apung perendaman dengan air tawar dilakukan 1-2 minggu sekali.

Pengobatan sekaligus pemberantasan terhadap infestasi Monogenia pada ikan-ikan yang dipelihara dalam bak pemeliharaan dilakukan dengan perendaman sekaligus pemindahan dri satu bak ke bak lainnya. Peendaman dapat dilakukan dengan H2O2 150 ppm selama 30  menit. Pada perendaman pertama diharapkan semua stadium parasit yang ada pada tubuh ikan, kecuali telur akan lepas. Setelah parasit lepas ikan dipindahkan dalam bak kedua yang bebas penyakit. Selama tujuh hari telur parasit yang tertinggal dalam tubuh akan berkembang menjadi encomiracidium. Perendaman yang kedua dilakukan untuk melepaskan oncomiracidium dari tubuh ikan. Setelah perendaman ikan terbebas dari semua stadium monogenia. Ikan-ikan ini dapat dipindahkan kembali kedalam bak pemeliharaan yang pertama setelah sebelumnya dilakukan desinfeksi dan pengeringan selama tujuh hari.

Penanganan terhadap infeksi virus dilakukan dengan pemusnahan ikan-ikan terinfeksi dan atau karantina yang diikuti juga dilakukan terhadap ikan yang baru didatangkan dari luar lokasi budidaya.

SUMBER:

http//supmladong.Kkp.Go.Id

Mulyadi A., 2014. Diktat Pembesaran Ikan Kerapu di Karamba Jaring Apung. Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Aceh.

#Tag : Kerapu

MEMAHAMI TEKNIK PEMELIHARAAN KERAPU

Aspek yang perlu diperhatikan dalam bisnis pembesaran ikan kerapu pada Karamba Jaring Apung antara lain : ketersediaan peralatan kerja lapangan, kualitas benih sebar, teknik penebaran, padat penebaran, jenis pakan dan teknik pemberian pakan, monitoring pertumbuhan, pergantian jaring, pengamaan kesehatan ikan & pengukuran kualitas air media pemeliharaan.

1.    Pelaratan Kerja

Beberapa peralatan yang perlu dipersiapkan antara lain : peralatan lapangan misalnya gunting, serok/scoop net, selang batu aerasi, aerator (compressor), ember, wadah pakan, cool box (freezer), bahtera motor, peralatan sampling, timbangan, penggaris, ATK, & alat ukur kualitas air : suhu, salinitas, oksigen terlarut, pH & sebagainya.

2.    Kualitas benih sebar

a.  Benih ikan kerapu Tikus

Benih yg digunakan dalam pembesaran pada Karamba Jaring Apung bisa dari berdasarkan tangkapan alam, maupun menurut output pembenihan. Kelemahan benih dari hasil tangkapan umumnya ukuran kurang sergam. Beberapa criteria benih sebar Kerapu Tikus yg dipakai dalam pembesaran antara lain :

-     Ukuran 50-70 gr dengan panjang badan 15-17 cm atau telah dipelihara 6 bulan dari lepas pembenihan (7-9 cm).

-     Warna tubuh : abu-abu kecoklatan, cerah

-     Bentuk tubuh : anggota organ tubuh lengkap, tidak cacat dan tidak Nampak kelainan bentuk, sehat serta bebas penyakit.

-     Gerakan / perilaku : responsif, bergerombol, respon terhadap pakan aktif, sangat responsif.

Gambar 1. Benih ikan kerapu tikus

b.  Benih Ikan Kerapu Macan

Kriteria yang wajib diperhatikan :

-         Ukuran 50-70 gr dengan panjang badan 15-17 cm atau telah dipelihara 3 bulan dari lepas pembenihan (5-7 cm).

-         Warna dan bentuk tubuh : kecoklatan, cerah, tidak bengkok, sirip lengkap

-         Kesehatan : anggota tubuh lengkap, tidak cacat dan tidak menampakan kelainan bentuk tubuh, sehat serta bebas penyakit.

-         Gerakan / perilaku : responsif, bergerombol, respon terhadap pakan aktif, sangat responsif.

Gambar dua. Benih kerapu Macam

3.    Teknik Penebaran Benih

Dalam melakukan penebaran benih, perlu diperhatikan hal-hal menjadi berikut :

-         Waktu tebar

Penebaran usahakan dilakukan pada pagi hari atau sore hari

-         Aklimatisasi/penyesuaian diri

Aklimatisasi perlu dilakukan lantaran berkaitan dengan adanya perbedaan kodnsisi air seperti suhu dan salinitas. Untuk benih yang dari dari lokasi yg jauh & pengepakannya memakai kantong plstik, cara/proses aklimatisasi dilakukan secara perlahan-huma. Setelah kantong plastic dibuka, kedalam kantong ditambahkan air laut dari karamba sedikit demi sedikit. Jika perbedaan salinitas sekita 1-2 permil, ikan dapat segera ditebar. Sedangkan buat pengangkutan benih menurut lokasi pembenihan yg dekat menggunakan menambahkan air bahari di karamba kedalam ember, lalu ember dimiringkan perlahan ke dalam jaring, sebagai akibatnya perbedaan salinitas lebih kurang 1-dua permil, ikan dibiarkan keluar menggunakan sendirinya.

Gambar tiga. Penebaran benih

4.    Padat penebaran

Padat penebaran yg diukur dengan satuan ekor/satuan volume, perlu diperhatikan karena berkaitan menggunakan berapa output optimum yg bisa diperoleh dnegan padat penebaran tertentu.

Besarnya padat penebaran yang bisa dipakai tertera pada tabel :

No

Kegiatan

Jenis ikan

Kerapu tikus

Kerapu macan

1.

2.

3.

Padat penebaran ekor/m3:

- Tanpa jaring bertiingkat

- Dengan jaring bertingkat

Lama pemeliharaan (bulan)

Sintasan produksi (%)

20 - 25

35 - 40

11 -  13

95

20 ? 25

35 ? 40

5 ? 6

95

5.    Jenis Pakan

Pemilihan jenis pakan buat embesaran ikan Kerapu wajib didasarkan dalam kemauan ikan buat memangsa pakan yang diberikan, kualitas, nutrisi & nilai hemat/harga. Umumnya jenis pakan, berupa ikan rucah segar (ikan-ikan non ekonomis krusial), nisbi lebih murah harganya terutama pada musimnya, lebih disukai sang ikan dan nilai gizi umumnya telah mencukupi untuk ikan-ikan budidaya. Jenis pakan yang bisa diberikan merupakan pellet, buat mengubah pakan rucah.

Keuntungan pakan pellet antara lain :

-         Mudah dalam penyimpanan, dengan memperhatikan masa kadaluarsa, dan tidak memerluakn freezer,

-         Ketersediaan pakan buatan tidak bergantng persediaan dari alam,

-         Dapat diatur formulasi pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ikan peliharaan.

6.  Teknik Pemberian Pakan

*      Rasio Pemberian Pakan

Untuk jenis kerapu rasio pemberian pakan  berkisar 5-7,5 % untuk jenis pakan I kan rucah, sedangkan untuk jenis pakan pellet, rasio pemberian pakan berkisar 1,5-3% per hari.

*      Frekuensi & ketika pemberian pakan

Frekuensi hadiah pakan dan waktu pemberiannya harus sempurna agar membuat pertumbuhan yg baik dan pakan bisa efisien. Hal ini berhubungan dengan kecepatan pencernaan dan pemakaian tenaga. Untuk pembesaran Kerapu di KJA sebaiknya diberikan 2 kali sehari yakni pada pagi & sore hari.

*      Penambahan multivitamin Pada ransum ikan

Pada ikan kerapu penambahan multivitamin dapat menambah kekebalan tubuh, ikan dapat tumbuh secara normal, mencegah terjadinya lodosis dan scoliosis atau tumbuh bengkok lantaran perkembangan tulang belakang yang nir sempurna, bisa mempertinggi sintasan ikan, atau berperan pada menurunkan angka kematian. Penambahan multivitamin pula berpengaruh terhadap kinerja ikan, warna tubuh ikan terlihat lebih cerah & lebih militan.

Dosis pemberian multivitamin bervariasi & bisa dilihat pada petunjuk penggunaanya. Kisaran takaran merupakan dua-5 gr/kg pakan per minggu. Vitamin C dapat dibubuhi buat melengkapi multivitamin. Vitamin merupakan tergolong yg larut pada air, & gampang rusak sehingga disarankan anugerah vitamin C dalam ransum pakan dilakukan sesaat sebelum pemberian pakan, dengan menambahkan binder, misalnya putih telur. Dosis vitamin C yangdigunakan adalag dua gram/kg pakan dan diberikan dua kali per minggu.

Gambar 4. Pemberian Pakan

7.  Monitoring pertumbuhan

Kegiatan yg dilakukan merupakan : sampling buat mengukur berat dan panjang total ikan, menentukan pertambahan takaran pakan & pencatatan kematian ikan. Sampling ikan dilakukan minimal sebulan sekali menggunakan mengambil ikan secara acak 10% berdasarkan populasi atau minimal 30 ekor ikan, ikan diukur berat per ekor & panjang totalnya.

Bila ada ikan yg mangkat dicatat, hal ini dimaksudkan buat memperoleh nilai sintasan ikan selama pemeliharaan.

Laju pertumbuhan umumnya dinyatakan dalam % Berat total tubuh (BW)/hari, dan dipengaruhi sang jeniss pakan, jumlah yg diberikan dan mutu pakan. Hasil kajian di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung, laju pertumbuhan Kerapu tikus merupakan : 1 ? 1,3% BW/hari dan kerapu macan 1,5 ? 2% BW/hari.

8.  Pergantian jaring

Pergantian jaring dilakukan minimal tiga minggu sekali, atau diadaptasi dngan syarat perairan setempat. Pergantian jaring dilakukan dengan maksud buat menjaga sirkulasi air & menjaga resiko terkena penyakit. Jaring yg kotor usahakan dijemur untuk lalu disemprot & dibersihkan agar dapat dipakai pulang.

Gambar 5. Pergantian Jaring

9.  Pengamatan Kesehatan Ikan dan pengukuran kualitas air media

·      Pengataman Kesehatan Ikan

Pengamatan secara visual & organoleptik dilakukan buat pemeliharaan ektoparasit dan morfologi ikan. Seangkan pengamatan secara mikroskopik dapat dilakukan di laboratorium, buat pemeriksaan jasad pathogen (endo parasit, fungi, bakteri & virus)

·      Pengamatan Kualitas Air Media

Cara pengukuran kualitas air (suhu, salinitas, pH, Oksigen terlarut, phospat, amoniak, dll), dilakukan dengan memakai peralatan :

Parameter

Alat

Thermometer

Refraktometer

Ph meter

Kertas lakmus

DO meter

Test kid

Suhu

Salinitas

pH

pH

oksigen teralrut

phospat, amoniak

Frekuensi pengukuran di lakukan minimum 2 kali seminggu.

SUMBER:

http//supmladong.Kkp.Go.Id

Mulyadi A., 2014. Diktat Pembesaran Ikan Kerapu pada Karamba Jaring Apung. Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Pusat Pendidikan Kelautan & Perikanan, Aceh.

#Tag : Kerapu

PEMBERIAN PAKAN DAN PEMANENAN PADA BUDIDAYA ROTIFERA (PAKAN ALAMI)

Rotifera merupakan zooplankton yg biasa dipakai buat pakan alami ikan, terutama buat larva ikan yang ukurannya sangat kecil, seperti pada larva ikan malas (ikan betutu).

Rotifera adalah pakan awal larva Ikan. Untuk keperluan budidaya Rotifera, kita perlu membudidayakan Chlorella sp terlebih dahulu. Apabila kepadatan Chlorella sp. Sudah mencapai kepadatan tertinggi maka inokulasi bibit Rotifera ke pada wadah Chlorella sp. Bisa dilakukan.

Pada budidaya Rotifera dengan menggunakan kuliner Chlorellasp. Maka kepadatan Chlorella sp. Pada media budidaya perlu dipertahankan, dalam kepadatan 13?14 x 106 sel per mililiter media setiap hari.

Caranya adalah sebagai berikut. Pada hari pertama, hanya 25% volume bak budidaya Rotifera diisi air dengan Chlorella sp. Pada hari kedua ditambahkan 25%, hari ketiga 25%, hari ke empat 25%. Pada hari ke lima Rotifera dapat dipanen seluruhnya. Budidaya Rotifera dapat dimulai dari awal kembali. Pengamatan kepadatan Rotifera perlu dilakukan setiap hari, untuk melihat apakah populasi Rotifera bertambah.

Pemanenan Rotifera dapat dilakukan seluruhnya pada hari ke 5. Atau pada hari ke 5 Rotifera dipanen sebagian, 50% volume media, kemudian bak budidaya diisi kembali dengan media Chlorella sp. hingga 100% volume. Rotifera dapat dipanen kembali setelah tiga hari bak diisi Rotifera kedua kali. Cara ini hanya berlaku 2–3 kali panen. Pada panen ketiga seluruhnya dipanen dan budidaya Rotifera dimulai kembali dari awal.

Sama seperti pada panen Chlorella sp., pada waktu panen dilakukan, ujung selang diberi plankton net (50 mm) yang harus terendam di dalam ember. Hal ini dilakukan agar tekanan air dari selang berkurang, sehingga Rotifera tidak rusak. Pemanenan dilakukan dengan cara menyiphon air budidaya, yaitu mengeluarkan air dari bak dengan memanfaatkan perbedaan tinggi air, antara air di dalam bak dan di dalam ember. Selama panen, air di ember harus diaerasi.

Gambar 1. Pemanenan Rotifera

SUMBER:

Mokoginta I., 2003.  Modul Budidaya Rotifera - Budidaya Pakan Alami Air Tawar. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:

Delbare, D. And Dhert, P. 1996. Cladoecerans, Nematodes and Trocophara Larvae, p. 283 ? 295. In Manual on The Production and Use of Live Food (P. Lavens and P. Sorgelos, eds). FAO Fisheries Technical Paper 361.

Sulasingkin, D. 2003. Pengaruh konsentrasi ragi yang berbeda terhadap pertumbuhan populasi Daphnia sp. Skripsi. FPIK. IPB.

#Tag : Pakan Alami