Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Tampilkan postingan dengan label Rumput Laut. Tampilkan semua postingan

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA RUMPUT LAUT

Dengan semakin berkembangnya usaha budidaya rumput laut di Indonesia segala permasalahan dan hambatan yang mungkin terjadi terutama terhadap kemungkinan serangan hama dan penyakit pada tanaman rumput laut perlu mendapat diperhatikan khusus.    Serangan hama dan penyakit bila dibiarkan dapat berakibat menurunnya produksi.  Oleh karena itu perlu diketahui jenis hama dan penyakit yang menyerang rumput laut sehingga dapat diambil langkah-langkah penanggulangannya atau paling tidak dapat memperkecil kerugian. Data mengenai dampak penyakit terhadap produksi budidaya rumput laut masih sangat terbatas.

HAMA

Hama tanaman budidaya rumput laut umumnya merupakan organisme laut yang memangsa tanaman rumput laut.  Organisme ini hidup dengan rumput laut sebagai makanan utamanya atau sebagian masa hidupnya memakan rumput laut.  Hama dapat menimbulkan kerusakan secara fisik pada tanaman budidaya, seperti; tanaman terkelupas, patah atau habis dimakan sama sekali.

Hama yang menyerang tanaman budidaya rumput laut berdasarkan ukuran akbar kecilnya hama dikelompokkan sebagai dua bagian, yaitu hama mikro (mikro grazer) hama makro (makro grazer) (Doty, 1987).

A. Hama Mikro

Hama mikro merupakan organisme laut yang umumnya berukuran panjang < 2 cm, hidup menempel pada thallus tanaman rumput laut dan biasanya tidak tampak pada thallus yang sehat.  Hama mikro yang sering dijumpai pada tanaman budidaya rumput laut adalah : larva bulu babi (Tripneustes) dan larva teripang (Holothuria sp.).

Larva Bulu Babi

Organisme ini berbentuk planktonik, melayang-layang di air dan kemudian menempel pada rumput laut.  Organisme ini menutupi permukaan thallus dan menyebabkan thallus berwarna kuning.

Larva  Teripang

Larva teripang merupakan organisme planktonis yang menempel dan menetap pada thallus rumput laut.  Larva ini kemudian tumbuh dan menjadi besar.  Larva teripang yang sudah besar dapat memakan thallus rumput laut  dengan cara menyisipkan ujung-ujung cabang rumput laut ke dalam mulutnya.

B. Hama Makro

Beberapa hama makro yang sering ditemui menyerang rumput laut pada tanaman budidaya rumput laut antara lain : Ikan beronang (Siganus spp.), bintang laut (Protoneustes nodosus), bulu babi (Diadema spp), Bulu babi duri pendek (Tripneustes sp.) dan penyu hijau (Chelonia midas).

Ikan Baronang

Ikan baronang (Siganus spp.) merupakan hama perusak terbesar pada budidaya rumput laut. Cara penanggulangan hama ini  relatif sulit.  Benih ikan beronang mempunyai sifat bergerombol merupakan hama yang paling serius serangannya. Ikan ini memakan seluruh thallus sebelah luar.  Akibatnya tanaman rumput laut hanya tertinggal kerangkanya saja. Rumput laut akan mati dalam dalam beberapa hari. Serangan ikan baronang sifatnya musiman terutama pada musim benih, sehingga di setiap daerah waktu serangannyapun berbeda.

Cara melindungi tanaman rumput laut dari serangan ikan baronang dapat dilakukan dengan mengatur waktu penanaman. Awal penanaman rumput laut sebaiknya di laur musim benih ikan baronang. Dengan cara tersebut diharapkan kerugian dapat diperkecil.  Penanaman secara serentak juga dapat mengurangi  serangan hama ikan.

Bintang Laut

Bintang laut (Protoneostes) merupakan hama yang mempunyai kemampuan memanjat pada tanaman rumput laut dan dapat menutupi cabang-cabangnya.  Cabang-cabang tanaman rumput laut yang ditutupi/ditempeli  oleh bintang laut akan mati serta banyak percabangan yang patah.   Serangan bintang laut pengaruhnya relatif kecil. Serangan bintang laut tidak terjadi pada tanaman yang jauh dari dasar perairan.

Bulu Babi dan Bulu Babi Duri Pendek

Bulu babi (Diadema) dan babi duri pendek (Tripneustes) merupakan hama yang merusak bagian tengah thallus. Serangan bulu babi dapat mengakibatkan bagian cabang-cabang utama thallus terlepas dari tanaman induk. Serangan bulu babi pengaruhnya relatif kecil dan tidak terasa terutama pada areal budidaya yang cukup luas. Hama bulu babi tidak dapat menyerang rumput laut yang jauh dari dasar perairan.

Penyu Hijau

Penyu hijau (Chelonia midas) merupakan hama yang merusak tanaman budidaya paling ganas. Penyu hijau biasanya menyerang pada malam hari. Hama ini dapat memangsa habis tanaman budidaya pada areal yang tidak terlalu luas. Tanda-tanda tanaman rumput laut terserang penyu hijau adalah:  tanaman hanya tertinggal pada ikatan tali rafia saja dan tampak bekas-bekas seperti dipotong benda tajam atau pisau.  Cara menanggulangi serangan penyu hijau terhadap tanaman rumput laut dilakukan adalah dengan melindungi areal budidaya dengan memasang pagar dari jaring.  Pada areal budidaya yang cukup luas serangan hama ini tampak tidak berarti.  Serangan akan tampak terutama pada daerah tepi atau dekat dengan perbatasan perairan dalam.

C. PENYAKIT

Penyakit rumput laut dapat didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsi atau terjadinya perubahan anatomi atau struktur yang abnormal. Misalnya adanya perubahan dalam laju pertumbuhan dan penampakan seperti warna dan bentuk. Perubahan ini pada akhirnya berpengaruh terhadap tingkat produktifitas hasil.  Terjadinya penyakit umumnya disebabkan oleh adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dan adanya interaksi antara faktor lingkungan (suhu, kecerahan, salinitas, dll) dengan jasad patogen (organisme yang berperan sebagai penyebab penyakit).

Penyakit ?Ice-ice?

Ice-ice adalah penyakit yang banyak menyerang tanaman rumput laut jenis Eucheuma spp.  Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1974 di Philipina. Penyakit ini ditandai dengan timbulnya bintik/bercak-bercak pada sebagian thallus yang lama kelamaan menjadi pucat dan berangsur-angsur menjadi putih dan akhirnya thallus tersebut terputus.  Penyakit ini timbul karena adanya mikroba yang menyerang tanaman rumput laut yang lemah.  Gejala yang diperlihatkan adalah pertumbuhan yang lambat,  terjadinya perubahan warna menjadi pucat dan pada beberapa cabang menjadi putih thallus menjadi putih dan membusuk.

Adanya perubahan lingkungan seperti ; arus, suhu, dan kecerahan di lokasi budidaya dapat memicu terjadinya penyakit ice-ice.  Tingkat penyerangannya terjadi dalam waktu yang cukup lama.  Hal ini sesuai dengan pendapat Trono (1974), bahwa: penyebab Ice-ice ini adalah perubahan lingkungan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan yang menyebabkan menurunnya daya tahan rumput laut tersebut.  Sedangkan Uyenco et al (1981) mengatakan bahwa: kemungkinan penyebab terjadinya penyakit ini karena adalah bakteri patogen tertentu.    Hal ini  menjadikan bahwa sebenarnya timbulnya bakteri tersebut merupakan serangan sekunder.  Kemungkinan efektifitas serangan bakteri hanya terjadi pada saat pertumbuhan tanaman tidak efektif.

Penyakit White Spot

Penyakit White spote terdapat pada jenis rumput laut Laminaria japonica di Cina.  Gejala awal penyakit ini  ditandai dengan terjadinya perubahan warna thallus dari coklat kekuning-kuningan  menjadi putih  kemudian menyebar  keseluruh  thallus  dan bagian tanaman membusuk dan rontok.

Pemberantasan hama dilaksanakan dengan penjagaan saluran masuk pintu air dengan saringan, agar hama predator seperti ikan-ikan tidak masuk ke dalam tambak pemeliharaan. Pemberantasan penyakit White spot pada rumput laut dilakukan dengan mengganti air tambak seminggu dua kali.  Apabila dalam seminggu air tambak  tidak diganti, maka pada thallus (batang) rumput laut akan terjadi bercak putih yang akan menghambat pertumbuhan rumput laut, bahkan dapat menyebabkan kematian.

Penyakit ice-ice dan White Spote biasanya terjadi pada bulan April atau Mei yaitu pada saat kecerahan perairan tinggi.  Pada kondisi ini tingkat kelarutan unsur Nitrat tidak tercukupi untuk keperluan fotosintesa sehingga berakibat terjadinya perubahan warna secara nyata.  Penyakit ini dapat ditanggulangi dengan cara menurunkan posisi tanaman lebih dalam dari posisi semula untuk mengurangi penetrasi sinar matahari.  Cara lain juga dapat dilakukan dengan pemberian pupuk Nitrogen.  Akan tetapi  saran ini masih perlu dikaji lebih lanjut.

Kompetitor

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut ini salah satunya termasuk tumbuhan penempel. Tumbuhan penempel bersifat kompetitor dalam menyerap nutrisi untuk pertumbuhan, kadang-kadang algae filamen dapat menjadi pengganggu karena menutupi permukaan rumput laut yang menghalangi proses penyerapan dan fotosintesa. Tumbuhan penempel tersebut antara lain Hypnea, Dictyota, Acanthopora, Laurencia, Padina, Amphiroa dan alga filamen seperti Chaetomorpha, Lyngbya dan Symploca (Atmadja & Sulistijo, 1977).

Binatang penempel yang mengganggu apabila koloninya cukup besar menutupi batang rumput laut adalah tunikata yang dapat mengganggu proses fotosintesa. Gangguan ini dapat mengakibatkan tanaman menjadi busuk pada bagian yang tertutup total oleh tunikata.

SUMBER:

http//supmladong.kkp.go.id

Mulyadi A., 2014. Modul "Budidaya Rumput Laut" sebagai Bahan Ajar. Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Aceh.

#Tag : Rumput Laut

MEMAHAMI PRINSIP-PRINSIP DAN METODE BUDIDAYA RUMPUT LAUT

Rumput bahari dikenal pertama kali oleh bangsa Cina kira - kira tahun 2700 SM. Pada saat itu rumput laut banyak digunakan untuk sayuran & obat - obatan. Pada tahun 65 SM, bangsa Romawi memanfaatkannya sebagai bahan baku kosmetik. Tetapi menggunakan perkembangan ketika, pengetahuan tentang rumput lautpun semakin berkembang. Spanyol, Perancis, dan Inggris membuahkan rumput laut menjadi bahan baku pembuatan gelas.

Kapan pemanfaatan rumput laut pada Indonesia tidak diketahui. Hanya dalam waktu bangsa Portugis tiba ke Indonesia kurang lebih tahun 1292, rumput laut telah dimanfaatkan menjadi sayuran. Baru dalam masa sebelum perang dunia ke - 2, tercatat bahwa Indonesia sudah mengekspor rumput laut ke Amerika Serikat, Denmark, dan Perancis.

Indonesia menjadi negara kepulauan dengan jumlah pulau 17.504 buah & panjang garis pantai mencapai 81.000 km merupakan mempunyai potensi yg akbar buat pengembangan budidaya laut. Rumput laut adalah galat satu komoditas budidaya bahari yang bisa diandalkan, gampang dibudidayakan, dan memiliki prospek pasar yg baik dan bisa menaikkan pemberdayaan warga pantai. Rumput bahari merupakan galat satu komoditas perdagangan internasional. Komoditas ini sudah pada ekspor lebih berdasarkan 30 negara.

Perairan Indonesia menjadi daerah tropika memiliki sumberdaya rumput bahari yang cukup akbar baik menjadi sumberdaya plasma nutfah menggunakan kurang lebih 555 jenis rumput bahari di perairan Indonesia (ekspedisi Laut Siboga 1899-1900 oleh Van Bosse). Jenis yang poly masih ada pada perairan Indonesia merupakan Gracilaria, Gelidium, Eucheuma, Hypnea, Sargasum & Turbinaria. Dari beberapa jenis rumput laut sudah bisa dikembangkan ratusan jenis produk yg bisa dimanfaatkan dalam aneka macam bidang, antara lain dalam industri pangan & non pangan. Sebagian akbar rumput laut berdasarkan Indonesia masih pada ekspor pada bentuk kemarau dan baru sebagian kecil diolah dalam bentuk bahan 1/2 jadi dan bahan jadi. Negara lain selain Indonesia sebagai pengahasil rumput laut merupakan Jepang, Amerika Serikat, Kanada, daratan Eropa, Filipina, Thailand, Malaysia, India ,Chili dan Madagaskar. Perkembangan ekspor selama 5 tahun terakhir, pertanda peningkatan perolehan devisa Indonesia dari rumput bahari sebesar 43,04% per tahun yaitu berdasarkan US$ lima,935 juta tahun 1998 semakin tinggi menjadi US$ 15,785 juta dalam tahun 2002. Perolehan devisa berdasarkan negara Spanyol, China & USA dalam dua tahun terakhir ini memperlihatperkembangan yang menggembirakan yaitu semakin tinggi masing-masing sebesar 122,2% pertahunnya buat Spanyol, 533,25% buat China dan 184,68% untuk USA. Perolehan devisa ekspor rumput laut Indonesia selama tahun 2002 mencapai US$ 15,785 juta terutama dari berdasarkan negara China senilai US$ dua,553 juta (16,17%), Spanyol senilai US$ 2,351 juta (14,90%) & Denmark senilai US$ 2,132 juta (13,51%).

Jenis alga merah yang mempunyai nilai hemat adalah Eucheuma sp, Gracilaria sp, Gelidium sp, Sargassum sp & Turbinaria sp. Dari jenis tadi yg sudah dibudidayakan adalah jenis Eucheuma sp dan Gracilaria sp. Eucheuma sp dibudidayakan di perairan pantai/laut, sedangkan Gracilaria sp bisa dibudidayakan pada tambak.

Dalam budidaya rumput laut Euchema sp. Yang sudah dikembangkan pada Indonesia masih ada beberapa teknik yaitu Metoda Lepas Dasar, Metoda Rakit Apung, Metoda Jalur (kombinasi), Metoda Rawai (Longline) dan metode keranjang. Sedangkan budidaya rumput laut Gracilaria sp. Masih ada 2 metode yaitu Metode Tebar dan Metode Lapas Dasar.

1. JENIS RUMPUT LAUT POTENSIAL

Rumput bahari dibagi dalam empat kelas yaitu : Chlorophyceae (ganggang hijau), Rhodophyceae (ganggang merah), Cyanophyceae (ganggang biru), Phaeophyceae (ganggang coklat).

Jenis rumput bahari potensial yang dimaksud disini adalah jenis rumput bahari yang sudah dikenal dipakai diberbagai industri sebagai sumber karagin, supaya-agar & alginat. Karaginofit adalah rumput laut yg mengandung bahan primer polisakarida karagin, agarofit merupakan rumput laut yang mengandung bahan primer polisakarida supaya-supaya keduanya adalah rumput bahari merah (Rhodophyceae). Alginofit adalah rumput laut cokelat (Phaeophyceae) yg mengandung bahan utama polisakarida alginat.

1.1. Karagenofit

Rumput bahari yg mengandung karaginan merupakan berdasarkan marga Eucheuma. Karaginan ada tiga macam, yaitu iota karaginan dikenal dengan tipe spinosum, kappa karaginan dikenal dengan tipe cottonii & lambda karaginan. Jenis rumput laut yang potensial adalah E. Cottonii dan E. Spinosum merupakan rumput laut yang secara luas diperdagangkan, baik buat keperluan bahan standar industri pada dalam negeri maupun buat ekspor. Sedangkan E. Edule dan Hypnea hanya sedikit sekali diperdagangkan dan nir dikembangkan pada bisnis budidaya. Hypnea umumnya dimanfaatkan oleh industri supaya. Sebaliknya E.Cottonii dan E. Spinosum dibudidayakan oleh masyarakat pantai. Dari ke 2 jenis tersebut E. Cottonii yg paling banyak dibudidayakan lantaran permintaan pasarnya sangat akbar. Jenis lainnya Chondrus spp., Gigartina spp., dan Iridaea nir ada pada Indonesia, mereka merupakan rumput bahari sub-tropis.

Rumput laut Eucheuma pada Indonesia umumnya tumbuh di perairan yg memiliki rataan terumbu karang melekat dalam substrat karang meninggal atau kulit kerang ataupun batu gamping pada wilayah intertidal & subtidal. Tumbuh beredar hampir diseluruh perairan Indonesia. Wilayah potensial buat pengembangan budidaya rumput laut Eucheuma terletak perairan pantai Nangro Aceh Darusalam (Sabang); Sumatera Barat (Pesisir Selatan, Mentawai); Riau (Kepulauan Riau, Batam); Sumatra Selatan; Bangka Belitung, Banten (dekat Ujung Kulon, Teluk Banten/P.Panjang); DKI Jakarta (Kepulauan Seribu); Jawa Timur (Karimun Jawa, Situbondo dan Banyuwangi Selatan, Madura); Bali (Nusa Dua/Kutuh Gunung Payung, Nusa Penida, Nusa Lembongan); Nusa Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan, pantai Utara Sumbawa Besar, Bima, & Sumba); Nusa Tenggara Timur ( Maumere, Larantuka, Kupang, P. Roti selatan ); Sulawesi Utara; Gorontalo; Sulawesi Tengah; Sulawesi Tanggara; Sulawesi Selatan; Kalimantan Barat; Kalimantan Selatan (pulau Laut); Kalimantan Timur; Maluku (P. Seram, P. Osi, Halmahera, Aru/Kai).

1.Dua. Agarofit

Agarofite merupakan jenis rumput laut penghasil agar misalnya Gracilaria spp. Dan Gelidium spp/Gelidiella yang diperdagangkan buat keperluan industri di pada negeri maupun buat diekspor. Agar-supaya merupakan polisakarida yg semakin meningkat nilainya bila bisa ditingkatkan menjad agarose. Agar-supaya bisa membangun jeli misalnya karaginan namun kandungan sulfatnya masih ada, jika sudah bebas berdasarkan kandungan sulfat sebagai agarose.

Kualitas supaya-supaya yang ekstraksi berdasarkan Gelidium/Gelidiella lebih tinggi dibanding berdasarkan Gracilaria. Dalam industri supaya-supaya bahan dari Gelidium mutunya bisa ditingkatkan menjadi agarose, sedangkan dari Gracilaria masih belum bisa. Agar-supaya berdasarkan Gracilaria telah bisa ditingkatkan menjadi agarose, tetapi masih dalam skala laboratorium.

Jenis yang dikembangkan secara luas merupakan Gracilaria spp. Di Indonesia umumnya yang dibudidayakan pada tambak merupakan jenis Gracilaria verrucosa. Jenis ini memiliki Thallus berwarna merah ungu dan kadang-kadang berwarna kelabu kehijauan dengan percabangan alternate atau dichotomy, perulangan lateral berbentuk silindris, meruncing pada ujung dan mencapai tinggi 1-3 cm serta berdiameter antara 0,5 - 2,0 mm. Gracilaria yg banyak dibudidayakan adalah G. Verucosa & G. Gigas , jenis ini berkembang di perairan Sulawesi Selatan ( Jeneponto, Takalar, Sinjai, Bulukumba, Wajo, Paloppo, Bone, Maros ); Pantai utara P. Jawa (Serang, Tangerang, Bekasi, Karawang, Brebes, Pemalang, Tuban dan Lamongan); Lombok Barat. Gracilaria selain dipanen dari output budidaya pula dipanen dari alam. Panen dari alam kualitasnya kurang baik karena tercampur dengan jenis lain.

1.Tiga. Alginofit

Alginofite adalah jenis rumput bahari penghasil alginat seperti Sargasssum spp., Turbinaria spp., Laminaria spp., Ascophyllum spp., & Macrocystis spp. Sargassum & Turbinaria poly dijumpai pada perairan bahari Indonesia, sedangkan Laminaria, Ascophyllum dan Macrocystis sedikit dijumpai di Indonesia, karena jenis tersebut hidup pada daerah sub-tropis.

Sargassum dan Turbinaria belum diusahakan budidaya karena sangat sulit disamping rendemen alginate menurut ke dua jenis tersebut sangat kecil dibandingkan Laminaria yg sudah dibudidayakan di Jepang dan China, & permintaan sargassum masih sangat terbatas. Penyebaran Sargassum pada alam sangat luas terutama pada daerah rataan terumbu karang pada semua wilayah perairan pantai.

2. BUDIDAYA EUCHEUMA

Faktor ? Faktor yang perlu diperhatikan pada budidaya rumput bahari : pemilihan lokasi yang memenuhi persyaratan budidaya, penyediaan bibit yang baik & cara pembibitan, metoda budidaya dan perawatan, panen, dan penyimpanan.

Dua.1. Pemilihan Lokasi Budidaya

Faktor primer menunjang keberhasilan budidaya rumput bahari merupakan pemilihan lokasi yang sempurna. Pertumbuhan rumput bahari sangat dipengaruhi sang kondisi ekologi setempat. Penentuan suatu lokasi harus disesuaikan menggunakan metode budidaya yg akan digunakan. Penentuan lokasi yang galat berakibat fatal bagi bisnis budidaya rumput laut, karena laut yang bergerak maju tidak dapat diprediksi. Dalam pemilihan lokasi buat budidaya rumput bahari, perlu dipertimbangkan faktor resiko, kemudahan (aksesibilitas) dan faktor ekologis. Faktor tersebut saling berkaitan & saling mendukung. Untuk memperoleh lokasi tang baik untuk budidaya, pemilihan perlu dilakukan di beberapa lokasi.

Dua.1.1. Faktor Resiko

a. Masalah Keterlindungan; Untuk menghindari kerusakan secara fisik wahana budidaya maupun rumput laut menurut impak angin dan gelombang yg besar , maka dibutuhkan lokasi yg terlindung. Lokasi yang terlindung umumnya didapatkan di perairan teluk atau perairan terbuka tetapi terlindung sang adanya penghalang atau pulau di depannya.

B. Masalah Keamanan; Masalah pencurian & perbuatan sabotase mungkin dapat dialami, sehingga upaya pendekatan pada beberapa pemilik usaha lain atau menjalin hubungan baik menggunakan masyarakat kurang lebih, perlu dilakukan.

C. Masalah Konflik Kepentingan.; Beberapa kegiatan perikanan (kegiatan penangkapan ikan, pengumpul ikan hias) dan aktivitas lain (pariwisata, perhubungan bahari, industri, taman nasional laut) dapat berpengaruh terhadap aktivitas bisnis rumput laut & bisa mengganggu beberapa wahana rakit.

Dua.1.2. Faktor Kemudahan

Pemilik usaha budidaya rumput bahari cenderung memilih lokasi yang berdekatan dengan tempat tinggal, sehingga kegiatan monitoring dan penjagaan keamanan bisa dilakukan dengan mudah. Kemudian lokasi dibutuhkan berdekatan menggunakan sarana jalan, karena akan mempermudah dalam pengangkutan bahan, sarana budidaya, bibit, dan hasil panen. Hal tadi akan mengurangi porto pengangkutan.

Dua.1.Tiga. Faktor Ekologis

Parameter ekologis yg perlu diperhatikan antara lain : arus, syarat dasar perairan, kedalaman, salinitas, kecerahan, pencemaran, dan ketersediaan bibit & energi kerja yang terampil.

A. Arus; Rumput bahari adalah organisma yg memperoleh makanan melalui aliran air yang melewatinya. Gerakan air yg cukup akan menghindari terkumpulnya kotoran dalam thallus, membantu pengudaraan, dan mencegah adanya fluktuasi yang akbar terhadap salinitas juga suhu air. Suhu yang baik buat pertumbuhan rumput laut berkisar 20 ? 28o. Arus dapat disebabkan oleh arus pasang surut. Besarnya kecepatan arus yang baik antara : 20 ? 40 cm/dtk. Indikator suatu lokasi yang mempunyai arus yang baik umumnya ditumbuhi karang lunak dan padang lamun yang bersih berdasarkan kotoran dan miring ke satu arah.

B. Kondisi Dasar Perairan; Perairan yang memiliki dasar pecahan-pecahan karang dan pasir kasar, dicermati baik buat budidaya rumput bahari Eucheuma cottonii. Kondisi dasar perairan yg demikian merupakan petunjuk adanya gerakan air yang baik, sedangkan apabila dasar perairan yg terdiri menurut karang yg keras, menampakan dasar itu terkena gelombang yg besar & apabila dasar perairan terdiri menurut lumpur, menampakan gerakan air yg kurang.

C. Kedalaman Air; Kedalaman perairan yg baik buat budidaya rumput bahari Eucheuma cottonii adalah 30 ? 60 cm pada ketika surut terendah buat (lokasi yang ber arus kencang) metoda tanggal dasar, dan dua - 15 m buat metoda rakit apung, metode rawai (long-line) & sistem jalur. Kondisi ini buat menghindari rumput bahari mengalami kekeringan & mengoptimalkan perolehan sinar mentari .

D. Salinitas; Eucheuma cotonii (sinonim: Kappaphycus alvarezii) merupakan alga bahari yg bersifat stenohaline, nisbi tidak tahan terhadap disparitas salinitas yg tinggi. Salinitas yang baik berkisar antara 28 - 35 ppt dengan nilai optimum adalah 33 ppt. Untuk memperoleh perairan dengan salinitas demikian perlu dihindari lokasi yang berdekatan menggunakan muara sungai.

E. Kecerahan; Rumput laut memerlukan cahaya mentari sebagai sumber tenaga guna pembentukan bahan organik yang diperlukan bagi pertumbuhan & perkembangannya yang normal. Kecerahan perairan yang ideal lebih menurut 1 (satu) m. Air yang keruh umumnya mengandung lumpur yang dapat menghalangi tembusnya cahaya mentari pada dalam air, sebagai akibatnya kotoran dapat menutupi bagian atas thallus, yang akan mengganggu pertumbuhan & perkembangannya

f. Pencemaran; Lokasi yg sudah sang limbah tempat tinggal tangga, industri, juga limbah kapal laut harus dihindari.

G. Ketersediaan Bibit; Lokasi yg masih ada stock alami rumput bahari yang akan dibudidaya, adalah petunjuk lokasi tadi cocok buat bisnis rumput bahari. Apabila tidak masih ada asal bibit bisa memperolehnya dari lokasi lain. Pada lokasi dimana Eucheuma cottonii mampu tumbuh, umumnya terdapat juga jenis lain misalnya Gracilaria & Sargassum.

H. Tenaga Kerja; Dalam menentukan tenaga kerja yang akan ditempatkan pada lapangan sebaiknya dipilih yang bertempat tinggal berdekatan dengan lokasi budidaya, sebagai akibatnya dapat menaikkan kinerja dan sekaligus berhemat biaya transportasi.

Sumber:

http//supmladong.Kkp.Go.Id/

SUPM Ladong, 2012. Modul ?Budidaya Rumput Laut?. Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Pusat Pendidikan Kelautan & Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, Aceh.

#Tag : Rumput Laut

MEMAHAMI SARANA DAN PRASARANA BUDIDAYA RUMPUT LAUT

Dalam budidaya pembesaran ikan kerapu, sarana dan prasarana untuk menunjang keberhasilan budidaya mutlak diharapkan. Ada beberapa bentuk karamba jaring apung yang mampu digunakan buat budidaya ikan bahari, diantaranya karamba yg berbentuk empat persegi dan karamba yg berbentuk lingkaran/bulat. Ukuran karamba pula bervariasi ada yg berukuran 5x5 meter, 5x8 meter & 8x8 meter. Sedangkan buat karamba yeng berbentuk bulat biasanya terbuat dari bahan pipa galvanis, pipa polyetheline (HDPE) dengan ukuran diameter 5 ? 15 meter. Di Indonesia, bentuk dan ukuran karamba yg generik dipakai adalah bentuk persegi menggunakan ukuran 8x8 meter yang terdiri 4 kotak dengan ukuran tiga x tiga meter buat masing-masing kotaknya.

Gambar 1. Karamba bentuk bundar

 SARANA POKOK

1.    Rakit

Rakit adalah bagian atau frame yang dilengkapi dengan pelampung untuk tempat melekatkan atau mengikat waring dan jaring. Rakit dapat dibuat dari bambo, kayu, pipa polyetheline high dencity (HDPE), ataupun dari pipa galvanis. Akan tetapi bahan yang umum digunakan untuk membuat rakit adalah kayu.  Untuk pembesaran ikan kerapu Tikus dan Kerapu Macan ukuran bingkai rakit yang umum digunakan adalah ukuran 8 x 8 meter yang terbagi menjadi empat kotak dengan ukuran 3x3 meter per kotaknya.

Bahan-bahan yg diharapkan buat menciptakan 1 butir rakit merupakan :

-        14 batang kayu balok ukuran 7 cm x 14 cm x 800 cm dengan rincian 12 btg untuk bingkai dan 2 batang untuk dipotong-potong (ukuran 50 cm) untuk tempat penyangga dan pemakuan papan pijakan.

-        24 keping papan dengan tebal 3-4 cm, panjang 400 cm sebagai tempat pijakan.

Untuk mengapungkan rakit dapat digunakan pelampung. Ada 3 jenis pelampung yang umum digunakan yaitu pelampung dari sterefoam, menurut drum plastic dan drum oli atau minyak. Dari ketiga jenis pelampung ini yg paling baik adalah pelampung menurut sterefoam, lantaran daya apungnya tinggi. Untuk 1 buah rakit ukuran 8x8 meter dibutuhkan 15 butir pelampung.

Rakit jua dilengkapi dengan jangkar dan tali jangkar yang terbuat menurut bahan polyehteline (PE) berdiameter dua-4 centimeter. Panjang tali jangkar yg diharapkan buat satu sudut rakit merupakan 3 kali kedalaman perairan, sebagai akibatnya buat satu unit rakit yang terdiri dari empat sudut memerlukan panjang tali jangkar 4 x tiga kali kedalaman perairan.

Konstruksi rakit sebaiknya mempunyai kriteria-kriteria sbb :

*      Kuat, ringan, tidak gampang lapuk/kerpos/karatan

*      Mempunyai ketahanan terhadap organisme pengganggu

*      Mudah dikerjakan & diperbaiki

*      Tidak adalah hambatan, lentur dan tidak meluaki ikan

*      Murah & gampang didapat.

Gambar 2. Karamba menggunakan pelampung drum plastik.

2.    Waring

Waring adalah bahan yang digunakan untuk membuat kantong pemeliharaan. Kantong yang  terbuat dari bahan waring ini umumnya digunakan untuk pemeliharaan kerapu phase awal atau pendederan. Waring sering juga disebut hapa atau jaring bagan. Waring ini terbuat dari bahan polyetheline berwarna hitam dengan ukuran mata waring 4 mm. Umumnya ukuran kantong waring yang digunakan untuk pemeliharaan pada phase pendederan dan penggelondongan adalah 1x1x1,5 meter dan 1x1,5x3 meter.

3.    Jaring

Ada beberapa jenis jaring yang dapat digunakan untuk  pembuatan kantong pemeliharaan. Namun yang biasa digunakan adalah jaring yang terbuat dari polyetheline. Ukuran kantong jaring untuk pemeliharaan penggelondongan adalah 1x1x1,5 meter, dan 1 x 1,5 x 3 meter dengan ukuran mata jaring 0,75 – 1 inchi. Sedangkan untuk pembesaran menggunakan kantong jaring berukuran 3 x 3 x 3 meter dengan ukuran mata jaring 1,25 sampai dengan 1,5 inchi.  Ukuran benang jaring yang digunakan untuk penggelondongan adalah D12 – D15 dan D18-24 untuk pembesaran.

B.   SARANA PENUNJANG

a.    Perahu

bahtera atau motor temple dibutuhkan menjadi indera transportasi setiap hari baik buat pembelian pakan juga buat keperluan lainnya. Biasanya buat penggunaan transportasi dari darat ke karamba mampu digunakan perahu motor temple dengan mesin lima-10 PK.

b.    Freezer

Freezer selain sebagai tempat buat mempertahankan kesegaran pakan ikan rucah, juga dipakai menjadi loka buat menyimpan stock pakan buat lebih berdasarkan 1 hari.

c.     Mesin Penyemprot Jaring

mesin semprot jaring adalah sarana penunjang yang sangat membantu dalam usaha budidaya ikan di karamba jaring apung. Mesin ini sangat efektif & membantu pada proses pencucian jaring sehingga penggantian jaring yg kotor selama pemeliharaan bisa cepat.

Gambar tiga. Mesin penyemprot jaring.

d.    Peralatan kerja Lapangan

Peralatan kerja lapangan mencakup :

-        Gunting

-        Tempat pakan

-        Timbangan

-        Penggaring

-        Skop net

-        Dll.

e.    Aerator

Aerator  adalah alat penambah oksigen. Alat ini digunakan pada saat dilakukan pengobatan ikan yang terserang penyakit. Aerator yang biasa digunakan selama pengobatan ikan bisa aerator baterai atau compressor, karena aerator dari compressor tekanan udara atau oksigen yang dihasilkan lebih besar sehingga efektif untuk digunakan saat treatment atau perendaman ikan Kerapu di KJA.

SUMBER:

http//supmladong.Kkp.Go.Id

Mulyadi A., 2014. Diktat Pembesaran Ikan Kerapu di Karamba Jaring Apung. Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Aceh.

#Tag : Rumput Laut

MEMAHAMI TEKNIK PEMILIHAN BIBIT DAN PENANAMAN RUMPUT LAUT

Bibit sebaiknya dipilih berdasarkan tumbuhan yg masih segar yang bisa diperoleh berdasarkan flora rumput bahari yang tumbuh secara alami maupun dari flora budidaya. Penyediaannya segera dilakukan sesudah konstruksi rakit aktivitas budidaya telah terpasang dan sumber bibit telah tersedia. Bibit yg dipakai berupa stek, wajib baru, dan masih belia & banyak cabang.

Kriteria Bibit :

Dalam penyediaan bibit  sebaiknya diseleksi bibit yang baik dari hasil  panen dengan ciri-ciri : (a). Bercabang banyak,  rimbun  dan runcing (b). Tidak terdapat bercak dan terkelupas (c). Warna spesifik (cerah). (d). Umur 25 – 35 hari.  Berat bibit yang ditanam adalah antara 50 – 100 gram per rumpun dan (e). Tidak terkena penyakit ice-ice.

Penanganan Bibit :

Yang wajib diperhatikan pada membawa bibit supaya tidak terjadi kerusakan selama dalam bepergian adalah :

§  Bibit harus tetap dalam keadaan basah/lembab  selama dalam perjalanan

§  Tidak terkena air tawar atau hujan

§  Tidak terkena minyak atau kotoran-kotoran lain

§  Jauh dari sumber panas seperti mesin kendaraan dan lainnya

§  Tidak terkena sinar matahari.

Sedangkan ciri-ciri bibit yg buruk merupakan :

§  warna kemerahan

§  Thallus berlendir

§  Bau tidak enak/busuk

§  Thallus rusak/patah-patah.

§  Tidak ada bagain  thallus yang transparan tidak berpigmen.

Cara pengepakan bibit :

§  Kantong plastik lebar sesuai dengan potongan-potongan bibit yang akan dibawa

§  Bibit rumput laut  dimasukan ke dalam kantong plastik tanpa dipadatkan supaya bibit tidak rusak, kemudian diikat.

§  Bagian atas kantong dilubangi dengan  jarum untuk sirkulasi udara

§  Kantong plastik dimasukkan ke dalam kotak karton

Setelah hingga pada tujuan, bibit harus segera dibuka & direndam dalam air bahari yang diberi aerasi kemudian diseleksi selanjutnya siap dilakukan penanaman.

Metode Budidaya Rumput Laut Eucheuma sp

Budidaya Eucheuma dapat dilakukan dengan 5 (lima) metode yaitu : metoda lepas dasar,  metoda rakit apung, metode long line (rawai), metode jalur (kombinasi), dan metode kantong jaring.

Metoda Lepas Dasar

Metode ini dilakukan di atas dasar perairan yang berpasir atau pasir berlumpur. Hal ini penting  untuk memudahkan penancapan patok/pacang. Penancapan patok akan sulit dilakukan bila dasar perairan terdiri dari batu karang.  Patok terbuat dari kayu yang berdiameter sekitar  5 cm sepanjang 1 m yang salah satu ujungnya runcing. Jarak antara patok untuk merentangkan tali ris sekitar 2,5 m. Setiap patok dipasang berjajar dan dihubungkan dengan tali ris polyethylen(PE) berdiameter 8 mm. Jarak antara tali rentang sekitar 20 cm. Tali ris yang telah berisi ikatan tanaman direntangkan pada tali ris utama dan posisi tanaman budidaya berada sekitar 30 cm diatas dasar perairan (perkirakan pada saat surut terendah masih tetap terendam air).

Metode tanggal dasar umumnya berukuran 100 m x 5m. Luasan ini membutuhkan bahan-bahan sebanyak :

Æ  Patok kayu : panjang 1 m (diameter 5 cm) sebanyak  275 buah

Æ  Tali rentang : bahan PE (diameter 3,5 – 4 mm) sebanyak  10 kg

Æ  Tali ris : bahan PE  (diameter 8 mm)   sebanyak  15 kg

Æ  Tali  PE (diameter 1-2 mm) sebanyak 1 kg

Æ  Bibit rumput laut sebanyak  1.000  kg (ukuran bibit  biasanya  50-100 gram/titik)

Metode  Rakit Apung

Metode rakit apung adalah cara pembudidayaan rumput laut dengan menggunakan rakit yang terbuat dari bambu/kayu. Metode ini cocok diterapkan pada perairan berkarang dengan pergerakan airnya didominasi oleh ombak. Ukuran tiap rakit sangat bervariasi bergantung pada ketersediaan material dan disesuaikan dengan kondisi perairan tetapi pada prinsipnya tidak terlalu besar sehingga mempermudah perawatan rumput laut yang ditanam. Metoda rakit apung cocok dilakukan pada kedalaman  lebih dari 2 meter.

Untuk menahan agar rakit tidak hanyut terbawa oleh arus digunakan jangkar atau patok dengan tali penahan (rope) yang berukuran 9 mm. Untuk menghemat areal dan memudahkan pemeliharaan, beberapa rakit dapat dijadikan satu dan tiap rakit diberi jarak sekitar 1 meter.

Keuntungan pemeliharaan dengan metode ini adalah antara lain pemeliharaan mudah dilakukan, tanaman terbebas dari gangguan hama, pemilihan lokasi lebih fleksibel dan intensitas cahaya matahari lebih besar. Kelemahan dari metode ini adalah biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan sarana budidaya relatif tinggi, tanaman sering muncul kepermukaan air terutama saat laut kurang berombak sehingga  dapat menyebabkan cabang-cabang tanaman menjadi pucat karena kehilangan pigmen dan akhirnya akan mati.

Untuk pemeliharan yg efektif & efisien, umumnya 1 unit usaha terdiri dari 20 rakit yg masing-masing rakit berukuran lima m x dua,5 m. Satu rakit terdiri berdasarkan 24 tali menggunakan jeda antara masing-masing tali 20-25 centimeter. Setiap tali dapat diikatkan 9 rumpun tanaman , jeda antara rumpun yang satu menggunakan yg lainnya adalah 25 cm, sebagai akibatnya dalam satu rakit akan terdiri berdasarkan 300 rumpun menggunakan berat rata-rata per rumpun 100 gram atau diharapkan bibit sebesar 30 kg . Pertumbuhan tanaman dengan menggunakan metode apung, umumnya lebih baik daripada metode tanggal dasar, lantaran pergerakan air dan intensitas cahaya lebih baik bagi pertumbuhan rumput bahari.

Sarana & alat-alat yg dibutuhkan buat 1 unit usaha budidaya rumput laut berukuran 5 m x 2,lima m adalah menjadi berikut :

Æ  bambu sebanyak 80 batang

Æ  tali rakit PE berdiameter 10 mm sebanyak 6 kg

Æ  tali rentang PE (diameter 3,5 mm – 4 mm) sebanyak  33 kg

Æ  jangkar  4  buah

Æ  tali D15 60 gulung

Æ  tempat penjemuran  1.2 m  x  10 m

Æ  peralatan budidaya (keranjang, pisau, gergaji, dan parang)

Æ  perahu jukung, sebanyak 1 unit,

Æ  bibit rumput laut sebanyak 600 kg.

Metode Rawai (Long Line)

Metode rawai (long line) adalah metode budidaya dengan menggunakan tali panjang yang dibentangkan. Metode budidaya ini banyak diminati oleh masyarakat karena alat dan bahan yang digunakan lebih tahan  lama, lebih murah dan mudah untuk didapat. Tali (diameter 8 mm) yang digunakan sepanjang 50 – 100 meter yang pada kedua ujungnya diberi jangkar dan pelampung besar, kemudian setiap 25 meter diberi pelampung utama yang dapat terbuat dari drum plastik atau styrofoam kemudian pada setiap jarak 5 meter diberi pelam-pung yaitu berupa potongan styrofoam/ karet sandal atau botol aqua bekas 500 ml yang berfungsi untuk memudahkan pergerakan tanaman setiap saat.

Sewaktu memasang tali utama harus diperhatikan arah arus  pada posisi  sejajar atau sedikit  menyudut untuk menghindari terjadinya  belitan tali satu dengan lainnya. Bibit rumput laut seberat 100 gram diikatkan sepanjang tali dengan jarak titik 20-25 cm. Antara tali satu dengan lainnya berjarak antara 1-3 m dengan mempertimbangkan kondisi arus dan gelombang setempat.

Jarak antar blok selebar 1 m (dalam satu blok terdapat 4 tali) yang berfungsi untuk jalur sampan pengontrolan (jika dibutuh-kan). Untuk satu hektar hamparan dapat dipasang 142 tali, @ 500 titik atau diperoleh 71.000 titik.  Dengan berat bibit awal 100 gram maka untuk 1 ha areal dibutuhkan bibit 7.100 kg .

Panen dilakukan setelah rumput laut berumur lebih kurang 45 hari.  Bila 100 gram bibit dapat mengasilkan 1 kg, maka panen diperkirakan  dapat mencapai 71.000 kg per ha. Bibit  untuk penanaman berikutnya dapat diambil dari seleksi hasil panen sebanyak 10%-nya atau sebanyak 7.100 kg, sehingga hasil panen yang dikeringkan sebanyak 62.900 kg basah atau 7.800 kg kering (dengan konversi 1 : 8).

Sarana dan peralatan yang diperlukan untuk 1 unit usaha budidaya rumput laut dengan metode long-line  adalah sebagai berikut:

Bahan dan alat primer :

Æ  Tali titik (ukuran 0,4 cm) sebanyak 10 kg

Æ  Tali jangkar (diameter 10 mm) sebanyak 50 kg

Æ  Tali jangkar sudut (diameter 6 mm) sebanyak 10 kg

Æ  Jangkar tancap dari kayu (diameter 50 mm) sebanyak 104 buah

Æ  Pelampung styrofoam sebanyak 60 kg

Æ  Pelampung botol aqua/karet sandal secukupnya

Sarana penunjang :

Æ  Perahu sampan sebanyak 1 buah

Æ  Timbangan seberat 100 kg

Æ  Waring 50 m3

Æ  Para-para penjemuran dari kayu/bambu (ukuran 6 m x 8 m) sebanyak 3 unit

Æ  Pisau kerja 5 buah

Æ  Masker/snorkel 1 buah

Æ  Karung plastik (ukuran 50 kg)  sebanyak 1000 lembar

Metode Jalur (Kombinasi)

Metode ini merupakan kombinasi antara metode rakit dan metode long line. Kerangka metode ini terbuat dari bambu yang disusun sejajar. Pada kedua ujung setiap bambu dihubungkan dengan tali PE 0,6 mm sehingga membentuk persegi panjang dengan ukuran 5 m x 7 m perpetak. Satu unit terdiri dari 7 – 10 petak. Pada kedua ujung setiap unit diberi jangkar seberat 100 kg.   Penanaman dimulai dengan mengikat bibit rumput laut ke tali jalur yang telah dilengkapi tali PE 0,1 cm sebagai pengikat bibit rumput laut.  Setelah bibit diikat  kemudian tali jalur tersebut dipasang pada kerangka yang telah tersedia dengan jarak tanam yang digunakan minimal 20 cm x 30 cm.

Metode Keranjang (kantong jaring)

Metode keranjang adalah metode budidaya rumput bahari dengan memakai kantong jaring sebagai indera produksi. Kantong jaring tersebut diikatkan dalam lali (long line) atau pada rakit. Metode ini digunakan buat mengatasi agresi ikan dan penyu.

Dalam metode ini digunakan kantong jaring menggunakan berukuran 1 ? 1.5 inchi yg terbuat menurut tali PE ukuran D18-21. Kantong memiliki berukuran diameter 30 ? 50 cm dan tinggi 50 ? 75 cm & ditunjang sang rangka kawat. Kantong digantungkan dalam tali atuu rakit menggunakan jeda 50 ? 100 cm antara kantong.

Persyaratan lokasi metode ini merupakan arus wajib lebih kuat (25 ? 40 cm/dtk) sehingga peredaran air relatif baik. Kecepatan arus yang kurang baik akan menyebabkan rumput laut tewas & membusuk lantaran kurang oksigen dan nutrien.

Beberapa pengalamn memakai metode ini adalah sbb: a) biomas pada saat awal penanaman 0.Lima kg ; b) lama pemeliharaan 45 ? 60 hari ; c) biomas akhir 7 ? 10 kali biomas awal (dapat mencapai lima kg/kantong). Bahan & alat-alat yang dibutuhkan pada metode ini adalah :

§  Kantong jaring

§  Tambang utama (12 mm)

§  Tambang ris (10 mm)

§  Tambang jangkar (20 mm)

§  Jangkar

§  Pelampung utama (V : 10 L)

§  Pelampung antara (V : 1 – 5 L)

Selain sarana utama,  metode ini membutuhkan sarana penunjang seperti pada metode lainnya.

Perawatan

Keberhasilan suatu usaha rumput laut sangat tergantung pada perawatan. Perawatan harus dilakukan   setiap  hari  untuk   membersihkan   tanaman  dari  tumbuhan pengganggu   dan  menyulam tanaman yang mati dan terlepas.  Khusus untuk kegiatan penyulaman hanya dilakukan pada minggu pertama setelah rumput laut  ditanam.

Monitoring pertumbuhan rumput laut perlu dilakukan beberapa kali dengan cara sampling.  Berat awal bibit berkisar antara 50 – 100 gram. Sampling pertma dilakukan setelah tanaman berumur 21 hari.    Sedangkan sampling ke dua dilakukan pada saat panen .  Penentuan sampel dilakukan secara acak. Suatu kegiatan budidaya rumput laut Eucheuma Cottonii dikatakan baik jika laju pertumbuhan rata-rata harian minimal 3 %.

SUMBER:

http//supmladong.Kkp.Go.Id

Mulyadi A., 2014. Modul "Budidaya Rumput Lautdanquot; menjadi Bahan Ajar. Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Aceh.

#Tag : Rumput Laut

ANALISA USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT METODE RAKIT APUNG

Komoditas rumput laut merupakan salah satu komoditas yg telah diperdagangkan secara global & mempunyai potensi yang sangat besar dan potensial buat dikembangkan & bisa diandalkan. Wilayah potensi produsen komoditas rumput bahari di Indonesia terdapat di semua daerah Indonesia kecuali Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, & D.I. Yogyakarta.

1. Investasi

Investasi pada usaha budidaya rumput bahari menggunakan metode rakit apung berupa bahtera jukung, pemberat, tali pemberat, pelampung, tali ris, tali rapiah, bambu & bibit rumput bahari.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa budidaya rumput bahari dengan metode rakit apung memerlukan investasi awal sebanyak Rp. Tiga.050.000,- komponen Investasi disusutkan selama 1 tahun dan saat usaha adalah 1 tahun.

2. Modal Kerja.

Modal kerja buat budidaya rumput laut dengan metode rakit apung mencakup pembuatan rakit, pemasangan pemberat dan rakit, pengikatan bibit, penanaman bibit, porto panen, pembuatan tali ris bentang & perawatan.

3. Investasi dan Modal Kerja

Kebutuhan dana buat budidaya rumput laut menggunakan metode rakit apung meliputi Investasi Rp. 3.535.000,- mencakup Investasi Rp. Tiga.050.000,- dan kapital kerja Rp. 485.000,-. Pada biasanya pinjaman (Kredit) buat menutup Investasi dan kapital kerja. Dana tersebut dipenuhi menurut kredit yang mempunyai jangka ketika pengembalian selama 1 tahun menggunakan taraf suku bunga 16 %.

4. Proyeksi Produksi & Pendapatan

Hasil penjualan bisnis budidaya Rumput Laut menggunakan Metode Rakit Apung. Dengan jumlah bibit yang ditebar sebanyak 350 kg, dan output produksi sebesar 438 kg/daur serta harga jual per kg Rp. 7.000,- maka diperoleh pendapatan sebanyak Rp. 3.062.500,- setiap periode/siklus atau Rp. 15.312.500,- per tahun (5 daur).

Lima. Proyeksi Laba Rugi

Proyeksi keuntungan rugi bisnis budidaya rumput bahari dengan metode rakit apung dapat dipandang dalam tabel di bawah ini.

Tabel pada atas menerangkan bahwa dalam tahun pertama budidaya rumput laut dengan metode rakit apung sanggup membuat laba sebesar Rp. 9.441.580,- dengan profit margin sebesar 61,66%.

6. Kelayakan Usaha

Kelayakan usaha budidaya rumput laut menggunakan metode rakit apung bisa ditinjau menurut tabel berikut:

Berdasarkan perhitungan analisa kelayakan usaha diatas budidaya Rumput Laut dengan Metode Rakit Apung ini menguntungkan dikarenakan pada discount factor 20% per tahun net B/C ratio sebesar 3,04 (> 1), PBP 0,33 tahun dan NPV sebesar Rp. 7.200.288,- (> 0). Sedangkan nilai IRR 264,57% (> discount rate) maka usaha ini masih layak dilakukan sampai pada tingkat suku bunga sebesar 264,57% per tahun. Sedangkan jangka waktu pengembalian seluruh Investasi/PBP (usaha) adalah + 0,33 tahun (0,33 tahun = dua siklus). Dengan demikian usaha ini layak dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian Investasi lebih kecil dari periode usaha yaitu 1 tahun.

SUMBER:

DUB-DJPB, 2012. Leaflet  ANALISA USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT METODE RAKIT APUNG. http//dub.djpb.kkp.go.id Direktorat Usaha Budidaya, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Jakarta.

#Tag : Rumput Laut