Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Download Materi Penyuluhan Perikanan : Folder

Berikut model media penyuluhan perikanan yang berbentuk folder yang dapat anda download :

No

Materi

Download

1.

Manfaat Terumbu Karang Bagi Indonesia

DOWNLOAD

dua.

Cara Membuat Pellet Ikan

DOWNLOAD

tiga.

Cara Pemeliharaan Alat Tangkap Ikan

DOWNLOAD

4.

Cara Pembuatan Kecap Ikan

DOWNLOAD

lima.

Cara Pembuatan Media Kultur Probiotik

DOWNLOAD

6.

Cara Memilih Bibit Ikan Lele yang Baik

DOWNLOAD

7.

Mengenal Multitester

DOWNLOAD

8.

Sanitasi & Higienis Produk Perikanan

DOWNLOAD

9.

Wadah Produk Perikanan

DOWNLOAD

10.

Analisa Usaha Pembesaran Ikan Patin

DOWNLOAD

11.

Budidaya Bekicot

DOWNLOAD

1dua.

Pemijahan Ikan Mas Koki

DOWNLOAD

1tiga.

Prinsip Memulai Usaha

DOWNLOAD

14.

Cara Pembuatan Nugget Ikan Lele

DOWNLOAD

1lima.

Cara Pemberian Pakan Ikan

DOWNLOAD

16.

Budidaya Belut

DOWNLOAD

17.

Budidaya Cacing Tanah

DOWNLOAD

18.

Cara Pembuatan Kerupuk Ikan

DOWNLOAD

19.

Budidaya Lobster Air Tawar

DOWNLOAD

20.

Cara Pembuatan Bandeng Tanpa Duri

DOWNLOAD

21.

Teknik Kultur Kutu Air

DOWNLOAD

2dua.

Budidaya Ikan Gurame

DOWNLOAD

2tiga.

Budidaya Ikan Lele

DOWNLOAD

24.

Budidaya Ikan Patin

DOWNLOAD

2lima.

Budidaya Udang Galah

DOWNLOAD

26.

Budidaya Ikan Lele Sistem Bioflok

DOWNLOAD

27.

Pembenihan Ikan Lele

DOWNLOAD

28.

Pengelolaan Kolam

DOWNLOAD

29.

Budidaya Udang Bersama Padi

DOWNLOAD

30.

Fungsi Gizi Dalam Pakan Ikan

DOWNLOAD

31.

Cara Membuat Kastangel Ikan

DOWNLOAD

3dua.

Budidaya Pakan Alami

DOWNLOAD

3tiga.

Bahan Alat Penangkap Ikan

DOWNLOAD

34.

Klasifikasi Alat Penangkap Ikan

DOWNLOAD

3lima.

Mengenal Mesin Kapal Perikanan

DOWNLOAD

36.

Pentingnya Merawat Mesin Kapal Perikanan

DOWNLOAD

37.

Cara Pembuatan Bandeng Crispy

DOWNLOAD

38.

Cara Pembuatan Bandeng Isi

DOWNLOAD

39.

Manfaat Mangrove

DOWNLOAD

40.

Manfaat Padang Lamun

DOWNLOAD

*file akan diupdate bila terdapat materi penyuluhan perikanan dalam bentuk folder yang terkini

Semoga Bermanfaat...

PENGUKURAN KINERJA PENYULUH PERIKANAN PNS MELALUI DAFTAR USULAN PENILAIAN ANGKA KREDIT

ABSTRAK

Penyuluh Perikanan merupakan jabatan yg memiliki ruang lingkup tugas, tanggung jawab & kewenangan untuk penyuluhan perikanan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban secara penuh yang diberikan oleh pejabat yang berwenang. Penyuluh Perikanan memegang peranan penting pada upaya pencapaian peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia pelaku utama/pelaku usaha perikanan sebagai perantara, motifator dan fasilitator. Dengan demikian maka perlu adanya agunan pengembangan karier, termasuk kejelasan kenaikan pangkat dan golongan secara proporsional terhadap penyuluh perikanan Pegawai Negeri Sipil.

Kata kunci: angka kredit, DUPAK, penyuluh perikanan.

PENDAHULUAN

Dalam rangka menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana diubah Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009, pada Pasal 57 ayat (1) disebutkan bahwa ?Pemerintah menyelenggarakan pendidikan, pembinaan, & penyuluhan perikanan buat mempertinggi pengembangan sumber daya manusia pada bidang perikanan? Dan pada Undang-Undang tersebut dipengaruhi bahwa Pemerintah memberdayakan nelayan kecildan pembudidaya ikan mini melalui penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, & penyuluhan bagi nelayan kecil serta pembudidaya ikan mini untuk menaikkan pengetahuan dan keterampilan pada bidang penangkapan, pembudidayaan, pengolahan, & pemasaran ikan.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, khususnya dalam Pasal 22 ayat (1) disebutkan bahwa ?Penyuluh Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat fungsional yg diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan?. Dengan demikian maka perlu adanya jaminan pengembangan karier, termasuk kejelasan promosi dan golongan secara proporsional terhadap penyuluh Pegawai Negeri Sipil termasuk pada dalamnya penyuluh perikanan.

Dengan adanya landasan hukum yang kuat sebagaimana tersebut pada atas, penyuluh perikanan memegang peranan yg sangat strategis pada rangka mewujudkan pencapaian tujuan pembangunan perikanan, oleh karena itu diperlukan penyuluh perikanan yang handal & profesional yg didukung sang kepastian karier dan training jabatan fungsional penyuluh perikanan.

Sebagai implementasi peningkatan mutu profesionalisme & training karir PNS yg bertugas di bidang penyuluhan perikanan, telah ditetapkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/19/M.PAN/10/2008 mengenai Jabatan Fungsional Penyuluh Perikanan dan Angka Kreditnya. Selanjutnya Kementerian Kelautan dan Perikanan beserta menggunakan Badan Kepegawaian Negara (BKN) menerbitkan Peraturan Bersama Nomor PB.01/MEN/2009 & Nomor 14 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Perikanan dan Angka Kreditnya.

ANGKA KREDIT BAGI PENYULUH PERIKANAN

1.   Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, khususnya dalam Pasal 22 ayat (1) disebutkan bahwa ?Penyuluh Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat fungsional yg diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan?. Dengan demikian maka perlu adanya jaminan pengembangan karier, termasuk kejelasan promosi dan golongan secara proporsional terhadap penyuluh Pegawai Negeri Sipil termasuk pada dalamnya penyuluh perikanan.

2.   Sebagai implementasi peningkatan mutu profesionalisme & training karir PNS yg bertugas di bidang penyuluhan perikanan, telah ditetapkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/19/M.PAN/10/2008 mengenai Jabatan Fungsional Penyuluh Perikanan dan Angka Kreditnya. Selanjutnya Kementerian Kelautan dan Perikanan beserta menggunakan Badan Kepegawaian Negara (BKN) menerbitkan Peraturan Bersama Nomor PB.01/MEN/2009 & Nomor 14 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Perikanan dan Angka Kreditnya.

3.   Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh Penyuluh Perikanan dalam rangka pembinaan karier yang bersangkutan.

Tabel 1. Simulasi kebutuhan angka kredit untuk kenaikan pangkat standar (4 tahun)

NO

GOL/RUANG

ANGKA KREDIT

ANGKA KREDIT DIBUTUHKAN

UNTUK NAIK PANGKAT

4 TAHUN

1 TAHUN

1 BULAN (12)

1 MINGGU (52)

1

II/a

25

15

15

3.75

0.31

0.07

2

II/b

40

20

20

5

0.42

0.10

3

II/c

60

20

20

5

0.42

0.10

4

II/d

80

20

20

5

0.42

0.10

5

III/a

100

50

50

12.5

1.04

0.24

Sambungan Tabel 1.

NO

GOL/RUANG

ANGKA KREDIT

ANGKA KREDIT DIBUTUHKAN

UNTUK NAIK PANGKAT

4 TAHUN

1 TAHUN

1 BULAN (12)

1 MINGGU (52)

6

III/b

150

50

50

12.5

1.04

0.24

7

III/c

200

100

100

25

2.08

0.48

8

III/d

300

100

100

25

2.08

0.48

9

IV/a

400

150

150

37.5

3.13

0.72

10

IV/b

550

150

150

37.5

3.13

0.72

11

IV/c

700

150

150

37.5

3.13

0.72

12

IV/d

850

200

200

50

4.17

0.96

13

IV/e

1050

Sumber: data diolah, 2014.

DAFTAR USULAN PENILAIAN ANGKA KREDIT (DUPAK)

1.   Untuk kelancaran penilaian dan penetapan angka kredit, setiap Penyuluh Perikanan diwajibkan mencatat, menginventarisasi seluruh kegiatan yang dilakukan dan mengusulkan Daftar Usulan Penilaian Angka Kredit (DUPAK) (Sumber: Pasal 17 ayat (1) Permenpan Nomor PER/19/M.PAN/10/2008).

2.   Setiap Penyuluh Perikanan mengusulkan secara hirarkhi Daftar Usulan Penilaian Angka Kredit (DUPAK) setiap tahun. Penilaian dan penetapan angka kredit Penyuluh Perikanan dilakukan paling singkat 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun, yaitu 3 (tiga) bulan sebelum periode kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil (Sumber: Pasal 17 ayat (2) dan (3) Permenpan Nomor PER/19/M.PAN/10/2008).

3.   Hasil inventarisasi kegiatan dalam bentuk daftar usul penetapan angka kredit (DUPAK) wajib diusulkan paling kurang 1 (satu) kali dalam setahun (Sumber Pasal 5 ayat (2) Perber MKP dan BKN Nomor: PB.01/MEN/2009 dan Nomor 14 Tahun 2009).

4.   Penilaian dan penetapan angka kredit terhadap setiap Penyuluh Perikanan dilakukan paling kurang 1 (satu) kali dalam setahun (Sumber Pasal 5 ayat (2) Peraturan Bersama MKP dan BKN Nomor: PB.01/MEN/2009 dan Nomor 14 Tahun 2009).

SANKSI JIKA TIDAK MENGUMPULKAN ANGKA KREDIT

1.   Penyuluh Perikanan Pelaksana Pemula pangkat Pengatur Muda golongan ruang II/a sampai dengan Penyuluh Perikanan Penyelia pangkat Penata golongan ruang III/c, dan Penyuluh Perikanan Pertama pangkat Penata Muda golongan ruang III/a sampai dengan Penyuluh Perikanan Utama pangkat Pembina Utama Madya golongan ruang IV/d, dibebaskan sementara dari jabatannya apabila telah 5 (lima) tahun dalam jabatan terakhir tidak dapat mengumpulkan angka kredit untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi bagi Penyuluh Perikanan yang akan mendapatkan kenaikan pangkat pertama sejak diangkat dalam jabatan terakhir (Pasal 20 ayat (2) Peraturan Bersama MKP dan BKN Nomor: PB.01/MEN/2009 dan Nomor 14 Tahun 2009).

2.   Penyuluh Perikanan diberhentikan dari jabatannya , karena dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan  sementara dari jabatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1), (2) dan (3) tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan (Pasal 24 ayat (1) Peraturan Bersama MKP dan BKN Nomor: PB.01/MEN/2009 dan Nomor 14 Tahun 2009).

3.   Penilaian kinerja PNS dilakukan berdasarkan perencanaan kinerja pada tingkat individu dan tingkat unit atau organisasi, dengan memperhatikan target, capaian, hasil, dan manfaat yang dicapai , serta perilaku PNS (Sumber: Pasal 76 ayat (1) Undang-Undang  Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara).

4.   PNS yang penilaian kinerjanya tidak mencapai target kinerja dikenakan sanksi administrasi sampai dengan pemberhentian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Sumber: Pasal 77 ayat (6) Undang-Undang  Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara).

PUSTAKA:

Peraturan Bersama Menteri Kelautan dan Perikanan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor:  PB.01/MEN/2009 Nomor: 14 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Perikanan dan Angka Kreditnya.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/19/M.PAN/10/2008 mengenai Jabatan Fungsional Penyuluh Perikanan & Angka Kreditnya.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, & Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4660).

Undang-Undang  Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

Peta Sebaran Kelompok Perikanan di Kabupaten Ciamis

Peta sebaran merupakan peta yg menggambarkan sebaran lokasi loka/bangunan pada suatu daerah.

Peta sebaran kelompok perikanan merupakan gambaran lokasi kelompok - kelompok perikanan yang ada di Kabupaten Ciamis. Peta ini merupakan salah satu alat bantu penyuluh perikanan ataupun stakeholder agar lebih mengetahui posisi dari kelompok - kelompok perikanan yang ada di Kabupaten Ciamis

Untuk posisi gambar yg lebih kentara anda bisa melihatnya diPeta Sebaran Kelompok Perikanan Di Kabupaten Ciamis.

PENGOLAHAN IKAN PINDANG DURI LUNAK

PENDAHULUAN

Ikan pindang merupakan ikan setengah basah yg mengandung garam pada konsentrasi agak tinggi (10-20%) melalui proses perebusan. Tingginya kadar garam memungkinkan ikan pindang disimpan dalam ketika yg relatif lama (4-8 minggu).

Gambar 1. Ikan Pindang

Sumber: https://www.google.com/search?q=ikan+pindang+ duri+lunak&source=

Pengolahan ikan pindang mudah dilakukan. Ikan digarami, kemudian direbus sampai matang. Setelah perebusan, ikan tetap dibiarkan di dalam wadah perebus. Ikan pindang lunak dibuat dengan merebus ikan pada suhu dan tekanan tinggi, yaitu 1210C selama 1,5-2,0 jam. Proses ini menyebabkan duri menjadi lunak dan rapuh.

BAHAN

1) Ikan

2) Garam

PERALATAN

Retort. Alat ini digunakan untuk memasak ikan pada suhu dan tekanan tinggi dengan menggunakan uap panas dari air. Untuk usaha rumahtangga, dapat digunakan pressure cooker.

CARA PEMBUATAN

1)    Proses pendahuluan. Sisik ikan dibuang, kemudian perut dibelah, insang dan jeroan dibuang. Setelah itu ikan dibelah dan atau mengalami filleting seperti proses pendahuluan yang diberikan terhadap ikan yang akan dikeringkan. Proses pendahuluan dapat juga hanya berupa pembuangan sisik, jeroan dan insang.

2)    Penggaraman. Ikan direndam di dalam larutan garam 30% (untuk membuat 1 liter larutan garam 30%: garam 300 g ditambah dengan air sambil diaduk sampai volumenya 1 liter).

3)    Ke dalam larutan garam ditambahkan natrium cribonat dan kalium sorbat, masing-masing 5 dan 10 g untuk setiap 1 liter larutan garam. Lama perendaman adalah 1,5-2,0 jam. Setelah perendaman, ikan ditiriskan3) Pemasakan. Ikan dimasak di dalam retort, atau di dalam press cooker pada suhu 1210C selama 1,5-2,0 jam.

4)    Pengeringan. Setelah dimasak, ikan yang masih panas segera dikeringkan di dalam alat pengering bersikulasi udara pada suhu 65-700C selama 6 jam. Setiap 1 jam, dilakukan pembalikan.

5)    Pengemasan. Ikan dikemas di dalam kantong plastik. Paling baik, jika pengemasan dilakukan secara vakum.

SUMBER:

http://www.ristek.go.id

https://www.google.com/search?q=ikan+pindang+ duri+lunak&source=

Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat.

Profil Kecamatan Rancah

Kecamatan Rancah adalah adalah bagian daripada wilayah Kabupaten Ciamis. Luas daerah kecamatan Rancah adalah 8.693,17 Ha. Jumlah penduduk yang terdapat di kecamatan Rancah merupakan sekitar 55.571 jiwa. Yang meliputi 27.300 jiwa terdiri berdasarkan Laki-Laki & wanita kira-kira 28.271 jiwa.

Dilihat berdasarkan aspek geografis Kecamatan Rancah termasuk wilayah yg kesuburan tanah terbilang fertile dan terletak pada ketinggian 650 M dari atas permukaan bahari. Sedangkan curah hujan yang dimiliki rata-rata pertahun merupakan 2400 mm, menggunakan perkiraan suhu udaranya pada rata-rata 28 ?C yang dipengaruhi oleh 2 ekspresi dominan yaitu ekspresi dominan hujan dan trend kering.

Batas wilayah Kecamatan Rancah yg berada pada :

  1. Sebelah Utara : Sungai Cijolang Kecamatan Subang, Kecamatan Selajambe yang termasuk wilayah Kabupaten Kuningan.
  2. Sebelah Selatan : Kecamatan Cisaga dan Kecamatan Purwaharja serta Kec. Sukadana
  3. Sebelah Barat : Kecamatan Rajadesa dan Kecamatan Jatinagara
  4. Sebelah Timur : Kecamatan Tambaksari.

Kecamatan Rancah terdiri menurut 13 desa yakni :

  1. Desa Rancah
  2. Desa Patakaharja
  3. Desa Dadiharja
  4. Desa Janggalaharja
  5. Desa Giriharja
  6. Desa Situmandala
  7. Desa Cileungsir
  8. Desa Cisontrol
  9. Desa Bojonggedang
  10. Desa Kawunglarang
  11. Desa Wangunsari
  12. Desa Kiarapayung
  13. Desa Karangpari

Sedangkan asumsi jarak ke bunda kota Kabupaten yakni ke Kota Ciamis kira-kira sejauh 40 KM.

STRATEGI PENERAPAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI INDONESIA

ABSTRAK

Pembangunan perikanan budidaya yang dilakukan dengan pendekatan berbasis ekosistem merupakan strategi pengembangan usaha budidaya ikan sesuai dengan permintaan dan kebutuhan, dengan memelihara keterpaduan dan  pengelolaan berbasis ekosistem menggunakan cara-cara yang bertanggung jawab (responsible) dan berkelanjutan  (sustainable). Beberapa manfaat dari pengelolaan perikanan budidaya yang berkelanjutan adalah: (a) menjadi pembudidaya yang bertanggung jawab atas mutu produknya; (b) mendapatkan kepercayaan pasar; (c) ikut menjaga kualitas mutu hasil budidaya dan kelestarian lingkungan; dan (d) menjadi pembudidaya profesional dan bermartabat. Stakeholders terkait perikanan budidaya sudah menerapkan konsep pembangunan perikanan berkelanjutan, melalui pelaksanaan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB). CBIB dan CPIB merupakan bagian dari Sistem Pengendalian Jaminan Mutu Hasil Perikanan. Sehingga CBIB dan CPIB dapat diartikan cara memelihara dan/atau membesarkan dan/atau membenihkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, sehingga memberikan jaminan pembudidayaan dengan memperhatikan sanitasi, benih, pakan, obat ikan, bahan kimia dan biologis, serta memperhatikan keseimbangan ekosistem dan lingkungan.

Kata kunci: pembangunan perikanan, perikanan budidaya, budidaya berkelanjutan

PENDAHULUAN

Pembangunan perikanan yang berkelanjutan dapat diartikan sebagai pemanfaatan hasil perikanan yang dapat dipertanggungjawabkan, baik terhadap generasi setelah kita maupun terhadap lingkungan.  Bentuk pertanggungjawaban pada generasi setelah kita dapat dilakukan dengan cara menjaga kelestarian sumberdaya perikanan yang ada. Sedangkan bentuk tanggungjawab kita  terhadap lingkungan dapat kita lakukan dengan cara lebih memperhatikan kelestarian lingkungan. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari terjadinya global warming yang ditujukan oleh terjadinya banyak bencana alam yang disebabkan oleh tingkah laku manusia yang cenderung tidak peduli terhadap lingkungan (sumber: http://www.Ut.Ac.Id/html/suplemen/mmpi5102/materi3.Htm).

Stakeholders terkait perikanan budidaya & para pembudidaya ikan sudah mulai menerapkan konsep pembangunan perikanan berkelanjutan, melalui aplikasi Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) & Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB).

Cara budidaya ikan yg baik merupakan cara memelihara &/atau membesarkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yg terkontrol sebagai akibatnya memberikan jaminan keamanan pangan berdasarkan pembudidayaan dengan memperhatikan sanitasi, pakan, obat ikan, & bahan kimia, dan bahan biologis (KepmenKP Nomor: KEP. 02/MEN/2007).

CBIB dan CPIB merupakan bagian menurut Sistem Pengendalian Jaminan Mutu Hasil Perikanan. Sehingga CBIB dan CPIB bisa diartikan cara memelihara &/atau membesarkan &/atau membenihkan ikan dan memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, sehingga memberikan jaminan pembudidayaan menggunakan memperhatikan sanitasi, benih, pakan, obat ikan, bahan kimia dan biologis, serta memperhatikan ekuilibrium ekosistem & lingkungan. Tujuan konsep pembangunan perikanan budidaya berkelanjutan melalui pelaksanaan CBIB dab CPIB bertujuan: (a) Menjamin mutu output pembudidayaan ikan; (b) Meningkatkan daya saing produk; & (c) Menjamin keberlangsungan bisnis budidaya.

Cara Budidaya Ikan yg Baik (CBIB) merupakan sebuah konsep bagaimana memelihara ikan, agar ikan yg kita pelihara nantinya mempunyai kualitas yg baik & menaikkan daya saing produk, yaitu bebas kontaminasi bahan kimia maupun biologi & kondusif buat dikonsumsi. Disamping itu konsep CBIB pula menolong kita supaya pada proses pemeliharaan ikan sebagai lebih efektif, efisien, memperkecil resiko kegagalan, menaikkan agama pelangggan, mengklaim kesempatan eksport dan ramah lingkungan. Hal tadi sinkron dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 02/MEN/2007 tentang Cara Budidaya Ikan yang Baik (asal: http://drkurnia.Wordpress.Com/2013/01/24/cara-budidaya-ikan-yg-baik-cbib-dan-cara-pembenihan-ikan-yg-baik-cpib/).

Kementerian Kelautan dan Perikanan waktu ini tengah mendorong pelaku bisnis budidaya/pembenihan ikan buat menerapkan CBIB dan CPIB. Bagi para pembudidaya/pembenih yang serius melakukannya, disarankan untuk mengajukan tunjangan profesi CBIB & CPIB pada unit usahanya. Untuk memperoleh sertifikat tadi, tentu ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Melalui tulisan ini akan coba diuraikan taktik memperoleh tunjangan profesi CBIB dan CPIB melalui penerapan pembangunan perikanan budidaya yg berkelanjutan.

METODOLOGI

Pengkajian strategi memperoleh sertifikasi CBIB dan CPIB melalui penerapan pembangunan perikanan budidaya yang berkelanjutan dilaksanakan pada tanggal 1 – 3 Oktober 2014. Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan teknik yang digunakan: (1) pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari buku, jurnal dan internet yang berhubungan dengan topik yang diangkat; (2) pengolahan data dan penyusunan kajian, dengan penjabaran dan penggalian ide/gagasan utama dan ide pendukung dengan menggunakan 5 W (What, Who, When, Where, Why), dan 1 H (How) melalui pengolahan data dan penelusuran pustaka.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peningkatan kualitas Hasil Perikanan Budidaya sangat diperlukan dalam memenuhi kebutuhan pasar baik dalam maupun luar negeri. Apalagi dalam menghadapi era Pasar Bebas ASEAN 2015, produk perikanan budidaya yang bermutu dan berdaya saing menjadi sangat diperlukan agar Indonesia menjadi Negara produsen produk perikanan budidaya yang berkualitas, dan tidak hanya menjadi konsumen. “Sertifikasi Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) perlu terus dievaluasi dan ditingkatkan sekaligus dimantapkan sehingga mampu mendu       kung pelaksanakan Pengendaliaan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Budidaya (SJMKHPB) yang lebih baik dari tahun ke tahun” (sumber: http://www.Djpb.Kkp.Go.Id/informasi.Php?Id=985).

Menurut Kurnia (2013) pada penerapan CBIB dan CPIB ada 4 Aspek yang wajib diperhatikan, yaitu aspek teknis, aspek manajemen, aspek keamanan pangan & aspek lingkungan:

1.   Aspek teknis meliputi kelayakon lokasi dan sumber air, kelayakan fasilitas, proses produksi dan penerapan biosecurity. Lokasi harus bebas banjir dan bebas cemaran, sumber air juga harus diperiksa laboratorium untuk mengetahui kandungan logam berat dan bakteri coliform. Fasilitas juga harus sesuai, diantaranya terdapat gudang pakan dan gudang peralatan yang layak, sarana pengemasan dan lain sebagainya. Proses produksi/pemeliharaan sebaiknya mengacu pada Standard Nasional Indonesia (SNI) dari pemeliharaan sampai pengemasan. Benih ikan harus berasal dari unit pembenihan yang bersertifikasi CPIB, dibuktikan dengan Surat Keterangan Asal (SKA) Benih Ikan. Induk Ikan juga harus berasal dari lembaga yang berwenang memproduksi Induk Ikan, dibuktikan dengan Surat Keterangan Asal (SKA) Induk Ikan. Penerapan biosecurity adalah sebuah upaya agar tempat budidaya/pembenihan tidak terkontaminasi zat-zat atau organisme berbahaya yang dapat mengganggu proses pemeliharaan. Diantaranya adalah dengan membuat pagar keliling, foot bath, sebelum memasuki ruang pembenihan, pencuci roda mobil/motor di pintu gerbang dsb.

2.   Aspek manajemen meliputi struktur organisasi dan manajemen serta pengolahan data untuk dokumentasi dan rekaman. Dokumentasi dalam hal ini adalah Standard Operasional Prosedur (SOP) atau Instruksi Kerja, yang merupakan pedoman dalam melaksanakan kegiatan, yang dilengkapi dengan formulir isian untuk mengumpulkan data yang diperlukan selama proses pemeliharaan. Rekaman dalam hal ini adalah merupakan bukti obyektif untuk menunjukan efektivitas penerapan CBIB/CPIB. Contoh rekaman diantaranya adalah pembelian pakan, pengolahan kolam, data kematian, pemberian pakan, pemeriksaan kualitas air dsb.

3.   Aspek keamanan pangan merupakan sebuah ketentuan bahwa dalam memelihara ikan tidak boleh menggunakan obat-obatan/bahan kimia/bioloi yang dilarang yang bisa menyebabkan residu termasuk antibiotik. Obat-obatan yang boleh digunakan adalah obat-obatan yang sudah mendapat ijin dari kementerian kelautan dan perikanan. Demikian juga dengan pakan, pakan yang boleh digunakan adalah pakan yang sudah disertifikasi Kementerian Kelautan dan Perikanan. Apabila pembudidaya/pembenih menggunakan pakan buatan sendiri, maka pembudidaya harus bisa menjelasakan tentang bahan, formula serta proses produksi pakan tersebut dan juga memberikan sejumlah sampel pakan yang diproduksi untuk dianalisis di laboratorium.

4.   Aspek lingkungan adalah sebuah jaminan bahwa kegiatan budidaya/pembenihan ikan kita tidak mencemari lingkungan sekitar. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara mengendapkan air buangan dari proses budidaya/pembenihan ikan kita dalam sebuah bak sebelum dibuang ke perairan umum.

Dalam menghadapi era pasar global dan khususnya ASEANEconomic Community (AEC) atau Pasar Bebas ASEAN 2015, Sertifikasi CBIB adalah salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing produk perikanan budidaya. “Saat ini sedang disusun standar CBIB untuk kawasan ASEAN atau yang disebut ASEANGood Aquaculture Practices (ASEAN GAqP)Guidelines  ASEAN GAqP ini nantinya akan menjadibenchmark dalam perdagangan produk perikanan budidaya di kawasan ASEAN. Dalam kaitan ini standar CBIB telah diharmoniskan dengan FAOGuidelines for Aquaculture Certification, ASEANShrimp GAP Standard maupun ASEAN GaqPGuidelines (sumber: http://www.djpb.kkp.go.id/ berita.php?id=985).

Beberapa strategi sederhana yang harus diterapkan dalam usaha budidaya ikan supaya usahanya menguntungkan, memperoleh sertifikasi dan berkelanjutan, diantaranya merupakan menjadi berikut:

1.   Memiliki niat yang kuat untuk berhasil dalam usaha budidaya ikan, yang ditandai dengan: (a) menghitung analisa usaha dari kegiatan yang akan dilakukan, kuncinya jangan pernah memulai suatu usaha budidaya, jika belum menguntungkan; (b) membuat langkah kerja dalam tahapan-tahapan usaha, misal: pola tebar, pengelolaan pakan, pengelolan air, pengelolaan hama dan penyakit; dan (c) memastikan semua rencana usaha dan langkah kerja dalam tahapan usaha dibuat tertulis, sehingga dapat dijadikan panduan dan standar kerja.

2.   Menetapkan Biosecurity (keamanan biologi), berupa upaya-upaya  mencegah/mengurangi peluang masuknya suatu penyakit ke suatu sistem budidaya dan mencegah penyebarannya dari satu tempat ke tempat lain yang masih bebas.

3.   Melakukan usaha perikanan yang bertanggung jawab, tertelusur, ramah lingkungan, bertanggungjawab social dan memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan ikan yang dibudidayakan.

4.   Berupaya menjaga kelestarian sumber daya: untung itu tidak untuk diri sendiri (ada rezeki anak cucu) dan tidak untuk saat ini saja.

Dalam penerapan pembangunan perikanan budidaya yg berkelanjutan perlu dilaksanakan standar kriteria pengelolaan bisnis budidaya ikan yang memenuhi prinsip-prinsip CBIB, berupa:

a.   Lokasi

Lokasi budidaya harus tidak menimbulkan bahaya keamanan pangan,  akibat kondisi sekitar, baik air pasok maupun pencemaran udara

b.   Suplai Air

Air pasok untuk budidaya harus tidak menimbulkan bahaya keamanan pangan

c.    Tata Letak Dan Desian

Unit Usaha Budidaya didesain dengan baik, dimana tata letak yang dapat meminimalkan resiko yang berhubungan dengan kontaminasi

d.   Kebersihan fasilitas dan perlengkapan

e.   Persiapan Wadah Budidaya

-       Prosedur persiapan wadah dapat menimbulkan bahaya keamanan pangan.

-       Prosedur persiapan wadah seharusnya bertujuan untuk meminimalkan bahaya keamanan pangan seperti bakteri patogen, inang perantara parasit zoonotik.

-       Prosedur persiapan yang efektif juga menurunkan resiko masalah kesehatan hewan air yang akan menurunkan kebutuhan atau penggunaan obat ikan dan penggunaan bahan kimia.

f.     Pengelolaan Air

-       Mutu air dan sedimen seharusnya dijaga pada level yang mencukupi untuk kesehatan lingkungan budidaya dengan melakukan angka penebaran benih dan pakan yang sesuai.

-       Air pasok dan keluar di wadah budidaya seharusnya difiltrasi/ saring untuk mencegah masuknya species yang tidak diinginkan termasuk parasit dalam air tawar.

g.   Benih

-       Penggunaan obat ikan dan bahan kimia selama pembenihan dapatmenimbulkan residu dan beresiko pada keamanan pangan.

-       Mutu benih yang buruk dapat pula mengganggu kesehatan selamapembudidayaan dan akan memicu penggunaan obat dan atau bahan kimia.

h.   Pakan

-       Pakan dapat menyebabkan masalah keamanan pangan dengan menarik datangnya hama pengerat, penanganan pakan tidak tepat atau menjadi media penular pada udang/ikan.

-       Pada usaha budidaya, selain menggunakan pakan komersial yang dijual, pembudidaya terkadang membuat sendiri pakannya.

-       Bahan baku pakan seharusnya tidak menggunakan pestisida, bahan kimia, termasuk logam berat dan kontaminan lain yang dilarang dan membahayakan.

i.     Penggunaan Bahan Kimia, Bahan Biologi Dan Obat Ikan

-       Bahaya yang berhubungan dengan obat ikan (termasuk antimikroba) dalam pembudidayaan adalah residu pada produk akhir. Penerapan CBIB seharusnya dapat menurunkan penggunaan obat ikan, dll.

-       Untuk itu perlu pengelolaan kesehatan yang efektif selama proses budidaya, dengan meningkatkan sistem keamanan hayati dan menurunkan insiden wabah dan resiko yang ditimbulkan.

-       Program preventif terhadap kesehatan ikan lebih diutamakan dari pada upaya pengobatan.

j.     Penggunaan Es Dan Air

-       Air bersih tersedia dan digunakan untuk membersihkan bahan baku, juga untuk udang yang langsung dari kolam.

-       Definisi air bersih adalah dari kualitas mikrobiologi sama dengan air minum tetapi dapat juga air yang mengandung garam atau unsur lain yang "tidak berbahaya" sebagai tambahan.

-       Tersedia data kualitas air yang diperlukan.

k.    Panen

-       Bahaya keamanan pangan dapat muncul dari teknik panen yang tidak sesuai, seperti temperatur yang tinggi dapat menyebabkan pembusukan produk selama kegiatan panen.

-       Selain itu, dari penggunaan air atau es yang tercemar dan kurang bersihnya fasilitas dan peralatan.

-       Kerusakan ikan selama panen dapat menyebabkan pencemaran yang mengarah kepada saluran usus   atau pembusukan produk.

-       Teknik panen yang sesuai akan memperkecil resiko pencemaran, kerusakan fisik dan stres ikan.

l.     Penanganan Hasil

-       Peralatan, perlengkapan  penanganan hasil selalu dijaga dalam keadaan bersih

-       Proses penanganan (sortir, penimbangan, pencucian dilakukan dg cepat dan higienis.

-       Bahan tambahan dan kimia terlarang tidak digunakan

m. Pengangkutan

-       Peralatan dan fasilitas pengangkutan dlm kondisi higienis

-       Suhu produk selama pengangkutan mendekati suhu cair es (0°C) pada seluruh bagian badan

-       Ikan hidup ditangani dan dijaga dalam kondisi yg tdk menyebabkan kerusakan fisik atau kontamina

n.   Pembuangan Limbah

Limbah (cair, padat & bahaya) dikelola menggunakan cara yang bersih & saniter buat mencegah kontaminasi

o.   Pencataan

-       Catatan asal dan penggunaan pakan di kolam/KJA.

-       Penelusuran produk pakan dan bahan-bahan pembuatnya dapat dilihat pada catatan tersebut.

-       Catatan kualitas air harus disimpan. Catatan menunjukkan air yang digunakan untuk pembudidayaan  serta bahan berbahaya (logam berat, antibiotik dll) sampai batas yang ditentukan.

-       Catatan harus mencakup jumlah panen, tanggal dan lokasi penjual dan pembeli.

p.   Tindakan Perbaikan

Tindakan perbaikan (atas bahaya kemanan pangan) dilakukan sebagai kegiatan yang rutin dan terkendali.

q.   Pelatihan

Pekerja dan pemilik unit usaha budidaya seharusnya memiliki tingkat kesadaran yang memadai pada pengendalian pangan & pencegahan bahaya keamanan pangan dalam budidaya perikanan dan pengetahuan & keterampilan yg diperlukan tentang penanganan ikan secara bersih dan menggunakan cara yang baik.

r.    Kebersihan Personil

-       Pekerja yang menangani ikan dalam keadaan sehat.

-       Ada pemeriksaan kesehatan secara teratur untuk staf yang menangani produk.

-       Tidak terdapat bukti yang menunjukkan bahwa pekerja yang menangani ikan selama panen, penanganan pasca panen dan transportasi mengalami cedera, infeksi atau penyakit yang dapat mengkontaminasi ikan.

-       Tidak diperkenankan merokok, khususnya disekitar produk.

SIMPULAN

Dalam penerapan pembangunan perikanan yang berkelanjutan, beberapa strategi sederhana yg harus diterapkan pada usaha budidaya ikan supaya usahanya menguntungkan, memperoleh sertifikasi dan menjaga kelestarian sumber daya perikanan, antara lain merupakan sebagai berikut:

1.   Memiliki niat yang kuat untuk berhasil dalam usaha budidaya ikan, yang ditandai dengan: (a) menghitung analisa usaha dari kegiatan yang akan dilakukan, kuncinya jangan pernah memulai suatu usaha budidaya, jika belum menguntungkan; (b) membuat langkah kerja dalam tahapan-tahapan usaha, misal: pola tebar, pengelolaan pakan, pengelolan air, pengelolaan hama dan penyakit; dan (c) memastikan semua rencana usaha dan langkah kerja dalam tahapan usaha dibuat tertulis, sehingga dapat dijadikan panduan dan standar kerja.

2.   Menetapkan biosecurity (keamanan biologi), berupa upaya-upaya  mencegah/mengurangi peluang masuknya suatu penyakit ke suatu sistem budidaya dan mencegah penyebarannya dari satu tempat ke tempat lain yang masih bebas.

3.   Melakukan usaha perikanan yang bertanggung jawab, tertelusur, ramah lingkungan, bertanggungjawab social dan memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan ikan yang dibudidayakan.

4.   Berupaya menjaga kelestarian sumber daya: untung itu tidak untuk diri sendiri (ada rezeki anak cucu) dan tidak untuk saat ini saja.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.Djpb.Kkp.Go.Id/informasi.Php?Id=985

http://www.Ut.Ac.Id/html/suplemen/mmpi5102/materi3.Htm

KepmenKP Nomor: KEP. 02/MEN/2007. Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor: KEP. 02/MEN/2007 tentang Cara Budidaya Ikan Yang Baik. Biro Hukum dan Organisasi, Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Kurnia, 2013. Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) dalam http://drkurnia.wordpress.com/2013/01/24/cara-budidaya-ikan-yang-baik-cbib-dan-cara-pembenihan-ikan-yang-baik-cpib/

#Tag : Ekosistem

Potensi Perikanan Kecamatan Rancah

Potensi luas huma untuk sektor perikanan di daerah Kecamatan Rancah adalah lebih kurang 253,740 hektar buat Kolam Air Tenang (KAT) & 354,51 hektar buat lahan minapadi sebagai akibatnya total mencapai luas potensi sebanyak 608,25 hektar, sementara potensi Kolam Air Deras (KAD) berada disepanjang pinggiran dangkal sungai Cijolang belum dapat terukur secara jelas karena kesulitan menelusuri sepanjang sisi sungai tadi.

Luas lahan tersebut di wilayah Kecamatan Rancah pada umumnya berbentuk kolam air tenang saja. Data luas lahan perikanan disajikan dalam tabel berikut:
Potensi luas kolam di Kecamatan Rancah

SUMBER AIR

Sumber air yang dimanfaatkan untuk sektor perikanan yang berada di Kecamatan Rancah disajikan dalam tabel berikut:
Sumber air di Kecamatan Rancah

KUALITAS DAN KUANTITAS AIR

Kualitas air di daerah Kecamatan Rancah masih sangat baik, tidak terlalu poly pencemaran dan jua tidak beracun bagi ikan. Hal ini ditimbulkan Kecamatan Rancah berada pada asal air Tengah dimana air belum pernah digunakan & belum mengalami pencemaran. Hanya sedikit tingkat pencemaran yang terjadi yaitu berupa limbah tempat tinggal tangga. Sementara itu, limbah pabrik memahami secara asas manfaat belum mengakibatkan pencemaran bagi ikan, justru bermanfaat karena menyediakan zat hara buat pertumbuhan plankton sebagai asal kuliner ikan di sungai. Secara fisik, umumnya air berwarna bening (jernih) dan tidak berbau.

Kuantitas air adalah kasus yg sering terjadi pada wilayah Kecamatan Rancah karena asal-asal perairan mengalami kekeringan disaat musim kemarau. Sumber mata air hanya mengalir sedikit bahkan sampai terhenti. Sumber sungai hanya mampu sedikit mengaliri sawah sementara kolam tadah hujan terjadi kekeringan total. Masalah kuantitas air merupakan salah satu masalah yang akan dipecahkan. Metode pemecahan masalahnya adalah manajemen produksi ikan, dimana saat terjadi kering atau kekeringan, maka produksi perikanan dihentikan ad interim waktu.

Sesuai potensinya, maka Kecamatan Rancah memiliki potensi pengembangan produksi ikan gurame, ikan mas, ikan nila, ikan lele, ikan tambakan dan ikan nilem.

Sumber : Programa Kecamatan Rancah

KONEKTIVITAS EKOLOGIS DAN BIOTA ANTARA EKOSISTEM ESTUARIA DENGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG

ABSTRAK

Ekosistem estuaria sebagai daerah ekoton, yaitu daerah pertemuan antara ekosistem air tawar dengan air laut, menjadikan biota yang hidup di perairan estuaria juga merupakan kombinasi dari kedua ekosistem asal tersebut. Walaupun demikian secara relative, jumlah spesies laut lebih banyak dijumpai di daerah estuaria. Ekosistem terumbu karang sebagai habitat bagi berbagai jenis biota laut dengan tingkat keragaman hayati yang sangat tinggi dan sulit ditandingi oleh ekosistem lainnya. Ekosistem estuaria dan terumbu karang mempunyai konektivitas ekologis dan biota.  Oleh karena itu apabila salah satu ekosistem tersebut terganggu, maka ekosistem yang lain juga akan ikut terganggu. Yang jelas interaksi yang harmonis antara kedua ekosistem ini harus dipertahankan agar tercipta sinergi keseimbangan lingkungan.

Kata kunci: hubungan ekologis dan biota, perairan estuaria, terumbu karang

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan galat satu negara kepulauan terbesar pada dunia, terdiri atas 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.791 km, mempunyai keanekaragaman hayati yang cukup tinggi misalnya hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, ikan, mamalia, reptilia, krustasea & aneka macam jenis moluska. Sumberdaya alam bahari tadi merupakan galat satu kapital dasar yg bisa dimanfaatkan buat pembangunan nasional (Dewanto, 2012).

Keberadaan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh interaksi timbal pulang antara mahluk hidup dengan lingkungannya dianggap dengan ekosistem. Menurut Kusumastanto (2012) sebagai Negara yg terletak pada daerah tropis, Indonesia memiliki keanekaragaman biologi yang sangat tinggi serta kelengkapan komponen-komponen penyusun ekosistem. Ekositem pesisir tropis, misalnya di Indonesia terdiri atas aneka macam jenis ekositem, misalnya ekositem mangrove, padang lamun, terumbu karang, estuaria pantai berpasir & berbatu. Setiap jenis ekosistem pesisir tersebut memiliki karakter tersendiri dan syarat lingkungan biofisik yg spesial .

Estuaria adalah perairan muara sungai semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar. Sebagai tempat pertemuan air laut dan air tawar, salinitas di estuaria sangat bervariasi.  Baik menurut lokasinya di estuaria, ataupun menurut waktu (Universitas Terbuka, 2014).

Terumbu karang merupakan komunitas yang khas dan tumbuh terbatas di daerah tropika.  Struktur dasar terumbu adalah bangunan kalsium karbonat (kapur) yang sangat banyak, yang sebagian besar dibentuk oleh binatang karang (polip).  Hewan karang ini termasuk kelas Anthozoa, filum Coelenterata, yang hidup berkoloni dan masing-masing menempati semacam mangkuk kecil dari bahan kapur yang keras tadi. Komunitas terumbu karang merupakan salah satu komunitas yang paling kaya jenis di lautan dan bahkan juga di dunia (Universitas Terbuka, 2014).

Produktifitas estuaria, pada kenyataannya bertumpu atas bahan-bahan organik yang terbawa masuk estuaria melalui aliran sungai atau arus pasang surut air laut. Produktifitas primernya sendiri, karena sifat-sifat dinamika estuaria sebagaimana telah diterangkan di atas dan karena kekeruhan airnya yang berlumpur, hanya dihasilkan secara terbatas oleh sedikit jenis alga, rumput laut, diatom bentik dan fitoplankton (http://www.ut.ac.id/ html/suplemen/mmpi5104/ f_peranan_estuaria.htm). Sedangkan pada ekosistem terumbu karang, penyusun utama komunitas ini adalah hewan-hewan karang yang membentuk aneka rupa karang keras (ordo Madreporaria).  Di samping itu juga terdapat aneka jenis karang lunak (Octocorallia), gorgonia, kipas laut, cambuk laut serta berbagai jenis alga. Beberapa macam alga juga memproduksi kalsium karbonat, bahkan kelompok alga yang disebut alga koralin menghasilkan endapan kalsium karbonat di substrat yang ditumbuhinya dan merekatkan bagian-bagian yang lepas, seperti pecahan karang, menjadi satu (Universitas Terbuka, 2014).

Ekosistem estuaria & ekosistem terumbu karang mempunyai interaksi yg sinergis ditinjau berdasarkan aspek ekologis & biota, tidak hanya tergantung di mana organisme tersebut hidup, namun jua pada apa yang dilakukan organisme termasuk membarui energi, bertingkah laku , bereaksi, mengganti lingkungan fisik maupun hayati & bagaimana organisme dihambat oleh spesies lain. Melalui goresan pena ini akan coba diuraikan seberapa akbar konektivitas ekologis & biota antara ke 2 ekosistem tadi dan bila salah satu sistem mengalami gangguan, berpengaruhkah terhadap ekosistem yang lain.

METODOLOGI

Pengkajian konektivitas antara ekosistem estuaria dengan ekosistem terumbu karang dari sisi ekologis dan biota dilaksanakan pada tanggal 9 – 10 September 2014. Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan teknik yang digunakan: (1) pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari buku, jurnal dan internet yang berhubungan dengan topik yang diangkat; (2) pengolahan data dan penyusunan kajian, dengan penjabaran dan penggalian ide/gagasan utama dan ide pendukung dengan menggunakan 5 W (What, Who, When, Where, Why), dan 1 H (How) melalui pengolahan data dan penelusuran pustaka.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Konektivitas Ekologis

Menurut Kusumastanto (2012) Estuaria merupakan sebuah perairan semi tertutup & memiliki hubungan pribadi dengan laut tanggal dihadapannya serta pada umumnya senantiasa menerima suplai air tawar berdasarkan daratan. Di tempat ini, proses ekamatra perairan, misalnya pasang surut senantiasa berlangsung membuahkan tempat ini senantiasa berkecimpung dan dinamis secara fisik kolom airnya. Pada saatnya, pergerakan kolom air yg sangat bergerak maju berakibat estuaria senantiasa bertukar masa air baik dengan perairan tawar maupun menggunakan perairan laut lepas.

Kombinasi imbas air laut dan air tawar pada perairan estuaria akan membuat suatu komunitas yang khas, menggunakan lingkungan yang bervariasi, antara lain: (1) Tempat bertemunya arus air tawar menggunakan arus pasang-surut, yang antagonis mengakibatkan suatu pengaruh yang bertenaga pada sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-karakteristik fisika lainnya, dan membawa impak akbar dalam biotanya; (dua) Pencampuran kedua macam air tersebut membentuk suatu sifat fisika lingkungan spesifik yang nir sama dengan sifat air sungai maupun sifat air bahari; (3) Perubahan yg terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis menggunakan lingkungan sekelilingnya; dan (4) Tingkat kadar garam pada daerah estuaria tergantung dalam pasang-surut air bahari, banyaknya aliran air tawar & arus-arus lainnya, serta topografi wilayah estuaria tersebut (http://www.Ut.Ac.Id/html/suplemen/mmpi5104/f_definis.Htm).

Secara generik salinitas yg tertinggi berada pada bagian luar, yakni dalam batas daerah estuaria dengan laut, ad interim yang terendah berada pada tempat-loka pada mana air tawar masuk ke estuaria. Pada garis vertikal, umumnya salinitas di lapisan atas kolom air lebih rendah daripada salinitas air di lapisan bawahnya. Ini disebabkan karena air tawar cenderung terapung pada atas air laut yg lebih berat oleh kandungan garam. Kondisi ini dianggap estuaria positif atau estuaria baji garam (salt wedge estuary) (Nybakken, 1988).

Sementara perubahan-perubahan salinitas pada kolom air estuaria bisa berlangsung cepat & bergerak maju, salinitas substrat pada dasar estuaria berubah menggunakan sangat lambat. Substrat estuaria biasanya berupa lumpur atau pasir berlumpur, yg berasal dari sedimen yang terbawa genre air, baik dari darat juga menurut bahari. Sebabnya merupakan lantaran pertukaran partikel garam & air yg terjebak di antara partikel-partikel sedimen, dengan yang berada pada kolom air di atasnya berlangsung menggunakan lamban (http://www.Ut.Ac.Id/html/suplemen/mmpi5104/f_sifat_estuaria.Htm).

Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang dinamis, mengalami perubahan terus menerus dan tidak tahan terhadap gangguan-gangguan alam yang berasal dari luar terumbu.  Beberapa faktor  yang  membatasi  pertumbuhan  karang adalah : cahaya, diperlukan oleh Zooxanthellae  untuk  melakukan    fotosintesis    dalam   jaringan   karang.   Suhu dapat merupakan faktor pembatas yang umum bagi karang. Pertumbuhan karang yang optimum terjadi pada perairan yang rata-rata suhu tahunannya berkisar 23 – 25oC, akan tetapi karang juga dapat mentoleransi suhu pada kisaran 20oC, sampai dengan 36 – 40oC  (Nybakken, 1988).

Sementara itu sebagai hewan laut sejati, terumbu karang memerlukan kadar garam air laut yang normal antara 32-35 atau yang lebih tinggi.  Di bagian laut yang berkadar garam lebih rendah, misalnya dekat muara sungai-sungai besar, terumbu karang akan terhalang pertumbuhannya. Berkurangnya laju fotosintesis akan mempengaruhi kemampuan karang membentuk terumbu.  Sehingga kedalaman laut yang optimal untuk membentuk terumbu berada kurang dari 25 m, di mana cahaya matahari masih memadai untuk fotosintesis.  Umumnya terumbu karang tidak dapat terbentuk pada kedalaman lebih dari 50-70 m (http://www.Ut.Ac.Id/html/suplemen/mmpi5104/f_dskrip_tk.Htm)

Di samping itu aliran sungai juga membawa serta endapan tanah dan bahan organik lainnya.  Bahan-bahan ini akan memperkeruh air laut, mengurangi penetrasi sinar matahari, dan endapannya dapat menutupi karang serta mematikan hewan-hewan karang.  Oleh sebab itu karang lebih berkembang pada wilayah-wilayah perairan dengan gelombang besar.  Gelombang laut yang kuat tidak banyak merusak karang yang masif.  Sementara itu, gelombang justru menghalangi pengendapan, memberikan air yang segar dan memperkaya kandungan oksigen dalam air laut (http://www.ut.ac.id/ html/suplemen/mmpi5104/f_tipe_trumbu.htm).

Konektivitas:

a.   Interaksi fisik

Estuaria & terumbu karang berinteraksi secara fisik melalui beberapa mekanisme, yaitu reduksi energi gelombang, reduksi sedimen, dan pengaturan pasokan air baik air bahari maupun air tawar berdasarkan sungai. Biota perairan estuaria sangat bergantung pada keberadaan struktur kokoh menurut bangunan kapur terumbu karang sebagai penghalang aksi hidrodinamis lautan, yaitu arus dan gelombang. Di zona reef front, terjadi produksi pecahan fragmen kapur dampak hempasan gelombang dan terpaan arus yang monoton. Fragmen-fragmen kapur ini akan diproses sang beberapa jenis ikan, bulu babi, & sponge buat menghasilkan kerikil, pasir, & lumpur. Selanjutnya kerikil, pasir, & lumpur akan diteruskan ke arah pantai sang aksi gelombang dan arus yg telah dilemahkan, sehingga membangun akumulasi sedimen yg sebagai substrat utama yg dibutuhkan pada ekosistem estuaria.

b.   Interaksi ekosistem daratan dan laut

-    Estuaria: kawasan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang surut, intrusi air laut dan percikan air gelombang.

-    Terumbu karang: kawasan perairan laut yang masih dipengaruhi proses-proses aliran air sungai, limpasan air permukaan, sedimen dan bahan pencemar.

c.    Interaksi bahan organik

Bahan organik yg asal menurut estuaria bisa menghipnotis pertumbuhan menurut terumbu karang. Tingginya partikel organik yang tersuspensi diperairan bisa menurunkan fotosintesis di perairan. Partikel organik ini akan mengurangi intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan buat proses fotosintesis. Selain itu partikel organik yg terbawa berdasarkan ekosistem mangrove ke ekosistem estuaria merupakan kuliner bagi biota-biota perairan misalnya filter feeder dan detritus feeder. Beragam kegiatan manusia didaratan seperti penebangan hutan bisa meningkatkan partikel organik diperairan. Partikel yang tersuspensi terutama pada bentuk partikel halus juga kasar, akan mengakibatkan impak negatif terhadap biota perairan estuaria & ekosistem terumbu karang, menjadi contoh menutupi sistem pernafasan yg menyebabkan biota tadi susah bernafas.

2. Konektivitas Biota

Sebagai wilayah peralihan atau percampuran, estuaria memiliki tiga komponen biota, yakni fauna yang berasal dari lautan, fauna perairan tawar, dan fauna khas estuaria atau air payau. Fauna lautan yang tidak mampu mentolerir perubahan-perubahan salinitas yang ekstrem biasanya hanya dijumpai terbatas di sekitar perbatasan dengan laut terbuka, di mana salinitas airnya masih berkisar di atas 30‰.  Sebagian fauna lautan yang toleran (eurihalin) mampu masuk lebih jauh ke dalam estuaria, di mana salinitas mungkin turun hingga 15‰ atau kurang. Sebaliknya fauna perairan tawar umumnya tidak mampu mentolerir salinitas di atas 5‰, sehingga penyebarannya terbatas berada di bagian hulu dari estuaria. Fauna khas estuaria adalah hewan-hewan yang dapat mentolerir kadar garam antara 5-30‰, namun tidak ditemukan pada wilayah-wilayah yang sepenuhnya berair tawar atau berair laut.  Di antaranya terdapat beberapa jenis tiram dan kerang (Ostrea, Scrobicularia), siput kecil Hydrobia, udang Palaemonetes, dan cacing polikaeta nereis (Universitas Terbuka,  2014).

Di samping itu terdapat pula fauna-fauna yang tergolong peralihan, yang berada di estuaria untuk sementara waktu saja.  Beberapa jenis udang Penaeus, misalnya, menghabiskan masa juvenilnya di sekitar estuaria, untuk kemudian pergi ke laut ketika dewasa.  Jenis-jenis sidat (Anguilla) dan ikan salem (Salmo, Onchorhynchus) tinggal sementara waktu di estuaria dalam perjalanannya dari hulu sungai ke laut, atau sebaliknya, untuk memijah.  Dan banyak jenis hewan lain, dari golongan ikan, reptil, burung dan lain-lain, yang datang ke estuaria untuk mencari makanan (Nybakken, 1988).

Organisme terbanyak di estuaria adalah para pemakan detritus, yang sesungguhnya bukan menguraikan bahan organik menjadi unsur hara, melainkan kebanyakan mencerna bakteri dan jasad renik lain yang tercampur bersama detritus itu. Pada gilirannya, para pemakan detritus berupa cacing, siput dan aneka kerang akan dimakan oleh udang dan ikan, yang selanjutnya akan menjadi mangsa tingkat trofik di atasnya seperti ikan-ikan pemangsa dan burung.  Melihat banyaknya jenis hewan yang sifatnya hidup sementara di estuaria, bisa disimpulkan bahwa rantai makanan dan rantai energi di estuaria cenderung bersifat terbuka. Dengan pangkal pemasukan dari serpih-serpih bahan organik yang terutama berasal dari daratan (sungai, rawa asin, hutan bakau), dan banyak yang berakhir pada ikan-ikan atau burung yang kemudian membawa pergi energi keluar dari system (http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ mmpi5104/f_peranan_estuaria.htm).

Terumbu karang merupakan komunitas yang khas dan tumbuh terbatas di daerah tropika.  Struktur dasar terumbu adalah bangunan kalsium karbonat (kapur) yang sangat banyak, yang sebagian besar dibentuk oleh binatang karang (polip).  Hewan karang ini termasuk kelas Anthozoa, filum Coelenterata, yang hidup berkoloni dan masing-masing menempati semacam mangkuk kecil dari bahan kapur yang keras tadi. Komunitas terumbu karang merupakan salah satu komunitas yang paling kaya jenis di lautan dan bahkan juga di dunia (Universitas Terbuka, 2014).

Sebetulnya jenis-jenis binatang karang hidup di lautan di seluruh dunia, termasuk di wilayah kutub dan ugahari (temperate, bermusim empat).  Akan tetapi hanya hewan karanghermatipik yang bisa menghasilkan terumbu, dan karang ini hidup terbatas di wilayah tropis.  Salah satu sebabnya ialah karena karang hermatipik hidup bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan (dinoflagellata) di dalam sel-sel tubuhnya.  Kehidupan simbiotik yang dikenal sebagai zooxanthellae ini memerlukan sinar matahari yang cukup sepanjang tahun untuk berfotosintesis, dan lingkungan yang relatif hangat dengan suhu optimal perairan sekitar 23-250C (http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ mmpi5104/ f_dskrip_tk.htm).

Konektivitas

a.   Integrasi migrasi biota

Migrasi biota bahari adalah suatu hubungan yang penting & konkret antara terumbu karang dan ekosistem estuaria. Ada 2 kategori migrasi biota, yaitu:

-          Migrasi jangka pendek untuk makan

Tipe migrasi ini umumnya dilakukan oleh biota-biota dewasa. Ada dua strategi migrasi makan, yaitu: (1) Edge feeders merupakan biota yg memanfaatkan suatu sistem tempat asli untuk berlindung, tetapi berkelana jauh berdasarkan sistemnya buat mencari makan; dan (2) Tipe migratory feeders memiliki jarak migrasi yg relative jauh dan mempunyai ketika eksklusif pada melakukan kegiatannya.

-          Migrasi daur hidup antara sistem yang berbeda

Tipe migrasi ini acapkali dijumpai dalam spesies-spesies ikan & udang yg diketahui melakukan pemijahan dan pembesaran larva di hutan mangrove atau padang lamun yg tertunya melewati ekositem estuaria. Hal ini dimungkinkan sang tersedianya poly ruang berlindung, kaya akan asal makanan, & kondisi lingkungan perairan yg lebih statis dibandingkan terumbu karang. Lambat laun biota tersebut tumbuh dan sebagai akbar, sehingga ruang berlindung yg tersedia sudah tidak memadai lagi dan mereka pun bermigrasi ke perairan yg lebih dalam seperti terumbu karang atau bahari lepas.

b.   Interaksi spesies biota

Biota yang hidup di ekosistem estuari umumnya adalah percampuran antara yang hidup endemik, artinya yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal dari laut dan beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang mempunyai kemampuan osmoregulasi yang tinggi. Bagi kehidupan banyak biota akuatik komersial, ekosistem estuari merupakan daerah pemijahan dan asuhan. Kepiting, tiram dan banyak ikan komersial merupakan hewan estuari. Udang niaga yang memijah di laut lepas membesarkan larvanya di ekosistem ini dengan memanfaatkannya sebagai sumber makanan.

SIMPULAN

1.      Dari segi ekologis, ekosistem terumbu karang mempunyai keterkaitan dengan ekosistem estuaria. Hal ini disebabkan karena terumbu karang berada dekat dengan ekosistem tersebut serta daratan dan lautan. Berbagai dampak kegiatan manusia dan mahluk hidup serta perubahan faktor fisik dan kimia lingkungan yang ada di ekosistem estuaria akan menimbulkan dampak pula pada ekosistem terumbu karang. Demikian pula dengan kegiatan yang dilakukan di laut lepas dan ekosistem terumbu karang.

2.      Dari segi biota, sebagian besar biota penghuni ekosistem estuaria adalah biota yang berasal dari ekosistem terumbu karang dan laut. Bagi banyak biota akuatik, ekosistem estuari merupakan daerah mencari makan, pemijahan dan asuhan. Keterkaitan ekosistem antara ekosistem estuaria dan terumbu karang menciptakan suatu variasi habitat yang mempertinggi keanekaragaman jenis organism.

DAFTAR PUSTAKA

Dewanto R.H., 2012.Hubungan Ekologis dan Biologis yang terjadi antara Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang. http://fisheries90.blogspot.com/2012/06/ hubungan-ekologis-dan-biologis-yang.html

http://geographylovers.Files.Wordpress.Com/2011/05/ekologi-laut-tropis1.Pdf

http://www.Ut.Ac.Id/html/suplemen/mmpi5104/f_biota_estuaria.Htm

http://www.Ut.Ac.Id/html/suplemen/mmpi5104/f_definis.Htm

http://www.Ut.Ac.Id/html/suplemen/mmpi5104/f_peranan_estuaria.Htm

http://www.Ut.Ac.Id/html/suplemen/mmpi5104/f_tipe_trumbu.Htm

http://www.Ut.Ac.Id/html/suplemen/mmpi5104/f_Keanekaragaman_tk.Htm

http://www.Ut.Ac.Id/html/suplemen/mmpi5104/f_dskrip_tk.Htm

Kusumastanto T., Adrianto L., Damar A., 2012. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut. Universitas Terbuka, Tangerang Selatan.

Nybakken, J.W.  1988.Biologi Laut: suatu pendekatan ekologis.  Alih bahasa H. Muh. Eidman dkk.  Penerbit Gramedia, Jakarta.

Universitas Terbuka, 2014. Materi Inisiasi 3 “Ekosistem Estuaria”. http://student.ut.ac.id/

Universitas Terbuka, 2014. Materi Inisiasi 4 “Ekosistem Terumbu Karang”. http://student.ut.ac.id/

#Tag : Ekosistem

Profil Kecamatan Rajadesa

Kecamatan Rajadesa merupakan keliru satu kecamatan yg berlokasi disebelah utara dari ibukota Kabupaten Ciamis. Kecamatan ini yg berbatasan eksklusif dengan Kabupaten Kuningan dalam sisi utara dan timur wilayahnya, sedangkan pada sisi barat berbatasan menggunakan Kecamatan Jatinagara dan Kecamatan Panawangan & dalam sebelah selatan berbatasan menggunakan Kecamatan Rancah.

Sebagian besar topografi desa-desa yg ada di Kecamatan Rajadesa merupakan dataran menggunakan rata-homogen ketinggian 631,82 Meter di atas permukaan air laut. Desa Purwaraja, Desa Andapraja & Desa Sukaharja adalah tiga desa yg mempunyai ketinggian 700 meter pada atas bagian atas air bahari yang merupakan dataran tertinggi dibanding desa?Desa lainnya.

Luas wilayah kecamatan Rajadesa merupakan 57,23 KM2, dimana desa Tanjungsari merupakan desa terluas mencapai 17,14 persen berdasarkan luas daerah kecamatan sedangkan desa menggunakan luas wilayah terkecil merupakan Desa Rajadesa menggunakan luas 2,01 KM2 atau sebesar 3,63 persen menurut luas daerah kecamatan.

Kecamatan Rajadesa merupakan keliru satu kecamatan yg berlokasi disebelah utara dari ibukota Kabupaten Ciamis. Kecamatan ini yg berbatasan eksklusif dengan Kabupaten Kuningan dalam sisi utara dan timur wilayahnya, sedangkan pada sisi barat berbatasan menggunakan Kecamatan Jatinagara dan Kecamatan Panawangan & dalam sebelah selatan berbatasan menggunakan Kecamatan Rancah.

Sebagian besar topografi desa-desa yg ada di Kecamatan Rajadesa merupakan dataran menggunakan rata-homogen ketinggian 631,82 Meter di atas permukaan air laut. Desa Purwaraja, Desa Andapraja & Desa Sukaharja adalah tiga desa yg mempunyai ketinggian 700 meter pada atas bagian atas air bahari yang merupakan dataran tertinggi dibanding desa?Desa lainnya.

Luas wilayah kecamatan Rajadesa merupakan 57,23 KM2, dimana desa Tanjungsari merupakan desa terluas mencapai 17,14 persen berdasarkan luas daerah kecamatan sedangkan desa menggunakan luas wilayah terkecil merupakan Desa Rajadesa menggunakan luas 2,01 KM2 atau sebesar 3,63 persen menurut luas daerah kecamatan.

Semoga Bermanfaat...

Sumber : http://upkrajadesa.blogspot.co.id/2012/06/profil-kecamatan-rajadesa.html

BUDIDAYA UDANG VANNAMEI TEKNOLOGI INTENSIF PLASTIK MULSA

SUMBER:

DUB-DJPB, 2014. Leaflet Budidaya Udang Vannamei Teknologi Intensif Plastik Mulsa di download dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya pada laman http://www.djpb.kkp.go.id/download/udang%20vannamei%20plastik%20mulsa.pdf

#Tag : Udang Vaname