Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

PERAN PAKAN DALAM KEBERHASILAN BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR

ABSTRAK

Kebutuhan ikan sebagai sumber protein meningkat pesat, ditengah semakin langkanya ikan tangkapan dari laut, budidaya ikan air tawar menjadi pilihan untuk memenuhi permintaan pasar. Pakan yang baik pada ikan dalam sistem produksi  adalah hal yang penting untuk memproduksi ikan yang sehat dan berkualitas tinggi. Budidaya ikan berbasis pelet (budidaya intensif) merupakan kegiatan usaha yang efisien secara mikro tetapi inefisien secara makro, terutama apabila ditinjau dari segi dampaknya terhadap lingkungan. Pemilihan pakan yang tepat dapat meningkatkan produktivitas budidaya perikanan sekaligus dapat meningkatkan keuntungan usaha. Beberapa hal yang ingin dijelaskan dalam artikel ini adalah kelebihan pakan alami dan pakan buatan, pemilihan pakan ikan yang tepat, teknis untuk menjaga kualitas air terhadap limbah pakan, perhitungan konversi dan efisiensi pakan, serta peran pakan dalam keberhasilan budidaya ikan.

Kata kunci: kiprah pakan ikan, pengelolaan pakan, keberhasilan budidaya ikan.

PENDAHULUAN

Ikan adalah bahan pangan yg poly digemari, karena mempunyai kandungan yang kaya akan vitamin A, vitamin D, fosfor, magnesium, selenium, yodium, serta kalsium. Secara fundamental ikan mempunyai protein hewani yang sama menggunakan daging sapi, tetapi kelebihan ikan merupakan memiliki kandungan total lemak yang paling rendah dibandingkan asal protein hewani lainnya & nutrisinya sangat mudah diserap tubuh.

Besarnya kandungan gizi ikan, harga ikan yg relative murah dan semua agama menghalalkan konsumsi ikan mengakibatkan tingginya permintaan akan ikan. Kebutuhan ikan sebagai sumber protein meningkat pesat, ditengah semakin langkanya ikan tangkapan dari bahari, budidaya ikan air tawar menjadi pilihan buat memenuhi permintaan pasar.

Pakan yang baik pada ikan dalam sistem produksi  adalah hal yang penting untuk memproduksi ikan yang sehat dan berkualitas tinggi. Budidaya ikan berbasis pelet (budidaya intensif) merupakan kegiatan usaha yang efisien secara mikro tetapi inefisien secara makro, terutama apabila ditinjau dari segi dampaknya terhadap lingkungan. Pemilihan pakan yang tepat dapat meningkatkan produktivitas budidaya perikanan sekaligus dapat meningkatkan keuntungan usaha. Berdasarkan beberapa keadaan dan permasalahan tersebut perlu dilakukan penulisan ilmiah mengenai “Peran Pakan dalam Keberhasilan Budidaya Ikan Air Tawar” dalam rangka turut memberikan masukan kepada pihak terkait.

TUJUAN PENULISAN ARTIKEL

Berdasarkan permasalahan pada bagian latar belakang, tujuan penulisan makalah ini adalah:

1.    Menjelaskan kelebihan yang dimiliki oleh pakan alami dibandingkan dengan pakan buatan.

2.   Menjelaskan kelebihan yang dimiliki oleh pakan buatan dibandingkan dengan pakan alami.

3.   Menjelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemilihan pakan ikan yang tepat.

4.   Menjelaskan teknis untuk menjaga kualitas air dalam budidaya ikan agar tidak terganggu oleh limbah pakan atau limbah lainnya.

5.   Menjelaskan alasan mengapa kita perlu melakukan perhitungan konversi dan efisiensi pakan.

6.   Menjelaskan seberapa penting pakan menentukan keberhasilan budidaya ikan.

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Darmanto (2000), Pakan alami merupakan makanan hayati bagi larva atau benih ikan dan udang. Beberapa jenis pakan alami yang sesuai buat benih ikan air tawar, diantaranya lnfusoria (Paramaecium sp.), Rotifera (Brachionus sp.), Kladosera (Moina sp.), dan Daphnia sp. Pakan alami tersebut memiliki kandungan gizi yg lengkap & mudah dicerna dalam usus benih ikan. Ukuran tubuhnya yg nisbi mini sangat sinkron dengan lebar bukaan ekspresi larva/benih ikan. Sifatnya yg selalu berkiprah aktif akan merangsang benih/larva ikan buat memangsanya. Pakan alami ini dapat diibaratkan "air susu ibu" bagi larva/benih ikan yang dapat menaruh gizi secara lengkap sesuai kebutuhan buat pertumbuhan dan perkembangannya.

Pelet adalah bentuk makanan buatan yg terdiri dari beberapa macam bahan yg kita ramu dan kita jadikan campuran, kemudian kita cetak sebagai akibatnya bentuknya adalah batangan mini -kecil misalnya bentuk obat nyamuk bakar. Panjangnya umumnya berkisar 1-2 cm. Jadi pelet tidak berupa tepung, nir berupa butiran, & pula tidak berupa larutan (Mudjiman, 1996). Menurut Syahputra (2009) usaha budidaya ikan saat ini semakin intensif menuntut tersedianya makanan pada jumlah yang relatif, tepat waktu, & berkesinambungan.

Ketersediaan pakan yg memadai secara kualitas dan kuantitas akan berpengaruh terhadap keberhasilan budidaya ikan. Pakan berkualitas harus mempunyai kandungan nutrisi ikan dan mudah dicerna, sehingga bisa diserap oleh tubuh ikan (Khairuman & Amri, 2002).

Konversi dan efisiensi pakan erat hubungannya menggunakan nilai kecernaan yang menggambarkan persentase nutrien yg dapat diserap oleh saluran pencernaan tubuh ikan. Semakin besar nilai kecernaan suatu pakan maka semakin banyak nutrien pakan yang dimanfaatkan sang ikan tadi. Penyerapan nutrien oleh tubuh dipengaruhi sang aneka macam hal seperti kualitas pakan dan jumlah pakan yg dikonsumsi. Nutrien yg dimanfaatkan oleh ikan dapat mensugesti penyediaan energi protein dan non protein dalam tubuh. Semakin banyak energi yang tersedia pada tubuh akan meningkatkan kemampuan ikan buat mengganti energi tersebut dan disimpan dalam bentuk daging berupa protein dan lemak (Akbar, 2000).

PEMBAHASAN

Kelebihan Pakan Alami dan Pakan Buatan

Kelebihan yang dimiliki oleh pakan alami dibandingkan dengan buatan, antara lain adalah: (a) Harga pakan alami relative lebih murah jika dibandingkan pakan buatan; (b) Pakan alami umumnya mudah dicerna, nilai gizi pakan alami lebih lengkap,  sesuai dengan tubuh ikan, dan tidak menyebabkan penurunan kualitas air pada wadah budidaya ikan; dan (c) Tingkat pencemaran terhadap air kultur akan lebih rendah daripada menggunakan pakan buatan.

Sedangkan kelebihan yang dimiliki oleh pakan buatan dibandingkan dengan pakan alami, antara lain adalah: (a) Kelebihan pakan buatan adalah mengurangi kemungkinan penularan penyakit (dibandingkan dengan makanan alami). Pakan alami adalah organisme hidup yang tentunya dapat terserang oleh penyakit pada media hidupnya. Penyekit yang menyerang pakan alami dapat berpindah pada ikan yang kita budidayakan, setelah pakan alami dimakan oleh ikan; (b) Pengelolaan kualitas, kuantitas dan kuntinuitas pakan buatan jauh lebih mudah  dibandingkan pakan alami. Pakan buatan tidak memerlukan pemeliharaan, pakan buatan yang diproduksi oleh pabrik dapat dibeli ketika diperlukan sehingga pekerjaan pembudidayaan lebih ringan, waktu yang diperlukan lebih sedikit dan hemat tenaga kerja.

Pemilihan Pakan Ikan yang Tepat

Beberapa syarat-syarat yang wajib dipenuhi pada pemilihan pakan ikan yang tepat, antara lain berupa:

1.    Mutu pakan yang tinggi, dilihat dari:

-       Formula pakan ikan yang dipilih harus mencukupi kebutuhan gizi ikan yang dibudidayakan, dilihat dari kandungan nutrisi makanan yang menyangkut: protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Kandungan gizi pakan terutama protein harus sesuai dengan kebutuhan ikan.

-       Bahan formulasi pakan sesuai dengan jenis makanan dan panjangnya usus ikan yang dibudidayakan. Pemilihan jenis pakan yang sesuai dengan karakteristik jenis makanan dan panjangnya usus ikan akan meningkatkan ratio konversi makanan ikan menjadi daging ikan.

-       Tidak mengandung antibiotik dan zat racun.

-       Memperhatikan batas kadaluarsa pakan.

2.    Bentuk dan karakteristik pakan sesuai kebutuhan, dilihat dari:

-       Ukuran pakan dipilih sesuai dengan umur dan bukaan mulut ikan.

-       Memiliki  aroma yang disukai ikan yang dibudidayakan.

-       Kestabilan pakan dan ketahanan pakan dalam air sesuai dengan kebiasaan makan ikan.

3.    Secara ekonomis menguntungkan, dilihat dari:

-       Mudah diperoleh (kuntinuitas dan kemudahan transportasi).

-       Harganya relatif murah jika dibandingkan harga ikan yang dibudidayakan, dengan ratio harga pakan maksimal 70% dari harga ikan.

Teknis untuk Menjaga Kualitas Air terhadap Limbah Pakan

Beberapa langkah teknis yg bisa dilakukan buat menjaga kualitas air pada budidaya ikan (pada Karamba Jaring Apung) supaya nir terganggu sang limbah pakan atau limbah lainnya, antara lain berupa:

1.   Optimalisasi pengelolaan pakan yang ramah terhadap kualitas air

-       Porsi makan ikan diberikan sesuai dengan daya tumbuh optimum perhari (Average Daily Growth) atau porsi makan hanya diberikan 80% dari daya kenyang, sehingga masih tersedia ruang dilambung untuk produksi enzym-enzym pencernaan. Diharapkan efisiensi pakan 100% terserap sempurna.

-       Frekuensi pakan sesuai dengan metabolisme ikan 2 x sehari, metabolisme ikan berkisar 8 jam, bila waktu pemberian pakan 7 pagi dan 5 sore. Maka ada rentang waktu 2 jam untuk istirahat organ-organ pencernaan, dengan tujuan organ pencernaan tetap sehat, ikan pun sehat.

-       Pakan difermentasi menggunakan probiotik untuk menghasilkan enzim: protease, amilase, lipase dan cellulose. Sistem ini meringankan kerja dari organ pencernaan 30%, dan membantu pemotongan rantai panjang pada protein dan lemak, serta membantu menghasilkan kotoran ikan yang mudah terurai dan ramah lingkungan.

2.   Optimalisasi pengelolaan wadah budidaya ikan yang ramah terhadap kualitas air

-       Penerapan Integrated Management Total Aquaculture yang dapat dilakukan dengan melakukan pemeliharaan multispesies dalam satu wadah (misalnya jaring bertingkat) sehingga buangan pakan pada jaring pertama (misal ikan omnivora) dapat dikonsumsi lagi terlebih dahulu oleh ikan pada jaring lapis kedua (misalnya herbivora), sehingga buangan sisa pakan ke dasar dapat diminimalisir.

-       Pengaturan lokasi ataupun jumlah petakan yang dapat dipelihara dengan memperhatikan daya dukung lingkungan perairan ataupun flushing rate waduk/danau tersebut sehingga tidak terjadi over populasi ikan yang dipelihara yang dapat meningkatkan limbah pakan ke dasar.

-       Pengaturan musim tanam, pengendalian jumlah KJA dan padat tebar ikan di KJA dikurangi atau ikan budidaya diganti dengan jenis yang lebih toleran terhadap konsentrasi DO yang rendah seperti ikan patin, lele, dan betutu.

3.   Melakukan penebaran (stocking)  ikan herbivora secara lepas seperti ikan grass carp yang dapat menjaga keseimbangan ekosistem danau/waduk sehingga blooming akibat eutrofikasi dapat dicegah sedini mungkin.

4.   Meningkatkan kadar oksigen terlarut di perairan. Menurut Lukman (2002), pasokan oksigen dalam pengelolaan KJA adalah untuk respirasi biota, pembusukan feses ikan dan pembusukan sisa pakan ikan. Menurutnya untuk setiap gram organik (limbah budidaya ikan) diperlukan 1,42 gram oksigen. Konsentrasi oksigen yang tersedia berpengaruh secara langsung pada kehidupan akuatik khususnya respirasi aerobik, pertumbuhan dan reproduksi. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut di perairan:

-       Mengurangi bahan-bahan organik dalam air, karena jika banyak terdapat bahan organik dalam air maka kadar oksigen terlarutnya rendah.

-       Diusahakan agar air tersebut mengalir.

-       Pembersihan sampah dan limbah yang ada di perairan, baik melalui pengelolaan fisik (pembersihan), pengelolaan kimiawi (penambahan bahan-bahan pengurai), dan pengelolaan biologi (penggunaan tanaman air, pro biotic, bakteri dan mikroba) yang dapat membantu pengelolaan kualitas air.

Perhitungan konversi dan efisiensi pakan

Beberapa alasan mengapa kita perlu melakukan perhitungan konversi & efisiensi pakan adalah:

1.    Sebagai upaya dalam meningkatkan produktifitas budidaya ikan:

-       dapat mengetahui seberapa besar pengaruh pakan yang kita berikan terhadap pertumbuhan ikan yang kita pelihara.

-       dapat mengetahui besaran daya dukung perairan terkait buangan sisa pakan dan kotoran ikan.

-       dapat membantu dalam penentuan pemilihan jenis pakan yang baik untuk menghasilkan ikan yang sehat, tumbuh optimal dan berkualitas tinggi.

2.    Sebagai upaya dalam meningkatkan keuntungan usaha:

-       dapat menghitung biaya yang dikeluarkan dalam pembelian pakan selama proses pemeliharaan ikan, karena pakan merupakan faktor penting karena mewakili 40-75% dari biaya produksi dalam budidaya ikan.

-       dapat menghindari pemborosan dalam penggunaan pakan.

-       dapat mengoptimalkan penggunaan biaya produksi dengan menggunakan pakan yang baik dan jumlah pakan sesuai kebutuhan ikan.

Pakan memilih keberhasilan budidaya ikan

Pakan merupakan faktor yg sangat menentukan keberhasilan budidaya ikan, antara lain lantaran:

1.    Ketersediaan pakan yang memadai secara kualitas dan kuantitas akan berpengaruh terhadap keberhasilan pada ikan dalam sistem produksi, berupa: ikan yang sehat, tumbuh optimal dan berkualitas tinggi.

2.    Pakan merupakan faktor penting karena mewakili 40-75% dari biaya produksi dalam budidaya ikan.

3.    Pakan yang berkualitas baik merupakan faktor penting penentu keberhasilan budidaya ikan secara intensif seperti dalam sistem KJA. Salah satu cara untuk menekan biaya pakan sekaligus dapat meningkatkan keuntungan adalah dengan penggunaan pakan secara efisien baik dalam pemilihan jenis, jumlah, jadwal dan cara pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan ikan.

PENUTUP

Pengelolaan  pakan merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya ikan air tawar, karena ketersediaan pakan yang memadai secara kualitas dan kuantitas akan berpengaruh terhadap keberhasilan pada ikan dalam sistem produksi, berupa: ikan yang sehat, tumbuh optimal dan berkualitas tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, A. D. 2002. Pengaruh Penggantian Tepung Terigu dengan Tepung Singkong terhadap Efisiensi Pakan dan Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Skripsi. IPB. Bogor. 43 hal.

Darmanto dkk, 2000. Budidaya Pakan Alami Untuk Benih Ikan Air Tawar. Jakarta, Badan Penelitian & Pengembangan Pertanian - Instalasi Penelitian & Pengkajian Teknologi Pertanian. Pada download menurut http://defishery.Files.Wordpress.Com/2009/11/budidaya-pakan-alami-buat-benih-air-tawar.Pdf.

Effendi I., dkk. 2012. Materi Pokok Budidaya Perikanan; 1- 9; MMPI5201/3sks Cetakan ketiga Edisi 1. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Khairuman & Amri, 2002. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. PT. Agro Media Pustaka, Depok.

Lukman & Hidayat. 2002. Pembebanan dan Distribusi Organik pada Waduk Cirata. Jurnal Teknologi Lingkungan. P3TL-BPPT. Vol. 3 (2): 129 ? 135.

Mudjiman, A., 1996. Makanan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Syahputra, A., 2009. Rancang Bangun Alat Pembuat Pakan Ikan Mas & Ikan Lele Bentuk Pelet. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

#Tag : Pakan Ikan

PENGERINGAN IKAN

Pengeringan adalah cara pengawetan ikan menggunakan mengurangi kadar air dalam tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, apabila kandungan air ini dikurangi, maka metabolisme bakteri terganggu dan akhirnya mangkat . Pada kadar air 40% bakteri sudah tidak dapat aktif, bahkan sebagian mati, tetapi sporanya masih permanen hidup. Spora ini akan tumbuh dan aktif balik apabila kadar air meningkat. Oleh karenanya, ikan hampir selalu digarami sebelum dilakukan pengeringan.

Kecepatan pengeringan ditentukan oleh faktor-faktor menjadi berikut:

a.     Kecepatan udara, makin cepat udara di atas ikan, makin cepat ikan sebagai kemarau.

b.    Suhu udara, makin tinggi suhu, makin cepat ikan sebagai kemarau

c.     Kelembaban udara, makin lembab udara, makin lambat ikan

sebagai kemarau

d.    Ukuran dan tebal ikan, makin tebal ikan, makin lambat kering.

e.    Makin luas permukaan ikan, makin cepat ikan sebagai kemarau.

f.      Arah aliran udara terhadap ikan, makin kecil sudutnya, makin

cepat ikan sebagai kemarau.

g.     Sifat ikan, ikan berlemak lebih sulit dikeringkan

Cara pengeringan terbagi 2 golongan yaitu pengeringan alami & protesis. Pada pengeringan alami, ikan dijemur di atas rak-rak yg dipasang relatif miring ( 15?) ke arah datangnya angin, dan diletakkan pada bawah sinar surya tempat angin bebas bertiup. Lamanya penjemuran 8 jam/hari selama 3 hari pada wilayah menggunakan intensitas sinar matahari tinggi. Pekerjaan penjemuran harus disertai pembalikkan 2-tiga kali setiap hari. Untuk mengukur tingkat kekeringan ikan, menggunakan cara menekan tubuh ikan menggunakan mak jari & telunjuk tangan. Pada ikan kemarau tekanan jari tidak akan menyebabkan bekas. Cara lain dengan melipat tubuh ikan. Ikan kering tidak akan patah jika tubuhnya dilipatkan.

Pengeringan buatan dilakukan secara mekanis. Keuntungan pengeringan secara mekanis antara lain suhu, kelembaban dan kecepatan angin dapat diatur. Selain itu sanitasi dan hihiene lebih mudah dikendalikan. Namun cara ini belum memasyarakat sebab biaya alat mekanis relatif lebih mahal jika dibandingkan pengeringan alami. Alat pengering mekanis antara lain: oven, alat pengering berbentuk kotak (cabinet-type dryer), alat pengering berbentuk lorong (tunnel dryer), alat pengering bersuhu rendah (cold dryer), alat pengering dengan sinar infra merah, alat pengering beku hampa (vacuum freeze drying).

Gambar 1. Alat pengering matahari bentuk kotak

Gambar 2. Alat pengering matahari bentuk rumah

Gambar tiga. Alat pengering lorong (tunnel dryer)

Gambar 4. Alat pengering bersuhu rendah

Gambar lima. Alat pengering beku-hampa

SUMBER:

Masyamsir, 2001.  Modul Penanganan Hasil Perikanan. Departemen Pendidikan Nasional, Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan SMK, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta.

REFERENSI:

Afrianto, E. & Evi Liviawati. 1991. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 123 hal.

Burgess, G.H.O., C.L. Cutting, J.A. Lovern & J.J. Waterman. 1965. Fish Handling and Processing. Her majesty?S Stationary Office. Edinburg. 390 hal.

Djariah AS. 1995. Ikan Asin. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 56 hal.

Murniyati AS & Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan & Pengawetan Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 220 hal.

Nitibaskara, R. 1981. Laporan Studi Pengembangan Industri Kecil Pengolahan Ikan. Laporan Fakultas Perikanan IPB. Bogor. 98 hal.

Purwaningsih S. 2000. Teknologi Pembekuan Udang. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 73 hal.

Rahardi F, Regina Kristiawati dan Nazaruddin. 2001. Agribisnis Perikanan. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 63 hal.

Soekarto, S.T. 1990. Dasar-dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan. Penerbit IPB Press.  Bogor. 357 hal.

Zaitsev, V., I. Kizevetter, L. Lagunov, T. Makarova, L. Munder dan V. Podsevalow. 1969 Fish Curing and Processing. Terjemahan A. De Marindol. M.R. Publisher, Moskow.

MEMAHAMI TEKNIK IDENTIFIKASI KEKUATAN DAN KELEMAHAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP)

Strategi pengelolaan yg realistis penting sekali dikembangkan. Pada titik ini, kita telah menciptakan suatu rangkaian pengujian buat memastikan bahwa tim perencana akan bisa menciptakan planning pengelolaan yang realistis & dapat diterapkan. Tahap ini adalah kesempatan pada tim perencana buat meninjau atau menyelidiki berbagai kekuatan dan kelemahan KKP, pengaturannya, kemitraan serta prosedur dukungan lembaga dalam memilih strategi mana yg realistis berdasarkan kapasitas yg dimiliki KKP.

Kiat menentukan taktik pengelolaan

Sebelum Anda melibatkan tim perencana pada memilih strategi pengelolaan, tentukan & buat kesepakatan PENUH tentang bagaimana Anda akan mengevaluasi, menciptakan prioritas & menganalisis usulan taktik tadi. JANGAN menangguhkannya hingga setelah Anda memilih taktik Anda!

Sekali lagi analisis SWOT direkomendasikan, walaupun analisis ini bukan satu-satunya indera yang bisa dipakai. SWOTakan menunjukkan kekuatan, kelemahan, peluang & ancaman. Tujuan & pertimbangan pengelolaan dari taktik pengelolaan yang mungkin ingin Anda usulkan juga terdapat pada diagram SWOT. Anda pula bisa menggunakan analisis SWOT sesudah memilih taktik pengelolaan, buat mengevaluasi mereka terhadap kapasitas tempat (sumber daya manusia, keuangan, keahlian, kemitraan, dukungan rakyat, dll.) pada melaksanakan taktik ini.

Semua strategi dan tujuan harus dianalisis sebagai satu kesatuan. Melalui SWOT, seharusnya Anda pun dapat mengidentifikasi suatu pola yang menunjukkan peluang keberhasilan dan kegagalan. Tahap ini merupakan saat yang tepat untuk berdiskusi dengan tim perencana mengenai strategi dan pendekatan pengelolaan yang paling sesuai untuk kawasan, serta strategi mana yang mungkin tidak dapat mencapai keberhasilan.  Jangan membuang strategi-strategi tertentu karena di kemudian hari mungkin akanmenjadi strategi yang lebih baik jika disertai dengan strategi tambahan.

Tim perencana akan membuat keputusan krusial mengenai strategi yang akan dicantumkan pada rencana pengelolaan. Bila suatu proses pengambilan keputusan belum sempat dibentuk sang tim perencana, maka sekarang adalah waktu yang baik buat mendiskusikan pilihan-pilihan Anda.

2.  Beberapa pertanyaan untuk menganalisis SWOT

Beberapa model pertanyaan yang diajukan pada analisis SWOT:

I  N  T  E  R  N  A  L

Kekuatan

1)      Aspek lingkungan mana yang Anda kelola dengan baik?

2)      Apakah kekuatan staf Anda?

3)      Apakah kekhususan dan keunikan kawasan Anda?

4)      Apa saja asset Anda (pendanaan, peralatan, orang, data)?

Kelemahan

1)      Apakah sulit untuk melakukan zonasi di kawasan Anda?

2)      Adakah kekurangan kapasitas pengelolaan (keahlian) di kawasan Anda?

3)      Apakah pendanaan Anda berkelanjutan?

4)      Apa saja hal-hal rawan di dalam kawasan Anda?

Peluang

1)      Apakah masyarakat mendukung KKP Anda?

2)      Adakah peluang untuk bermitra dan bekerja sama?

3)      Apakah baru-baru ini ada kejadian, pengembangan atau pengaruh yang mungkin memberikan kontribusi terhadap upaya konservasi di kawasan Anda?

Ancaman

1)      Apakah di kawasan Anda terdapat ancaman terhadap sumber daya alam?

2)      Adakah ancaman terhadap mata pencaharian, atau kelangsungan hidup perekonomian pada masyarakat lokal?

3)      Adakah peristiwa alam yang berdampak pada sumber daya alam di kawasan Anda?

E  K  S  T  E  R  N  A  L

Gunakan hasil-hasil SWOT untuk lebih memahami KKP Anda dan selesaikan enam pertanyaan di bawah tentang cara terbaik untuk mengembangkan suatu rencana yang mencerminkan kekuatan dan kelemahan KKP Anda.

Hasil SWOT Anda . . .. . . dapat menolong Anda menjawab 6 pertanyaan perencanaan berikut ini:

Yang diidentifikasi dari kekuatan . . .

(1)   Perlukah Anda mempertahankan pekerjaan kita ke depan?

(2)   Perlukah Anda membangun (meningkatkan) atau memperkuat kawasan?

Yang diidentifikasi dari peluang . . .

(3)   Perlukah Anda menekankan atau mengoptimalkan ketika membangun rencana pengelolaan Anda?

Yang diidentifikasi dari kelemahan .

(4)   Akankah Anda mengatasinya sebelum melaksanakan rencana pengelolaan Anda yang baru?

(5)   mengharuskan Anda memilih kegiatan pengelolaan tertentu?

Yang diidentifikasi dari ancaman

(6)   mengharuskan Anda mengambil strategi untuk mengatasi dampak dari ancaman tersebut?

SUMBER:

PUSLATKP, 2014. MODUL A.033101.005.01 Menyusun Strategi Pengelolaan pada Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.

#Tag : Ekosistem

MEMAHAMI TEKNIK PENENTUAN STRATEGI PENGELOLAAN YANG REALISTIS PADA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP)

Setelah mengetahui  kekuatan dan kelemahan kawasan, peluang dan tantangan/hambatan yang dihadapi maka Anda dapat menyusun strategi-strategi  untuk mencapai tujuan.  Pada tahap proses perencanaan ini, tim perencana pengelolaan harus siap untuk menyusun berbagai strategi atau kegiatan yang akan dicantumkan dalam rencana pengelolaan. Seperti halnya dengan tahapan perencanaan lainnya, tidak semua langkah yang tercakup dalam pelatihan ini diperlukan pada setiap proses perencanaan KKP, dan urutannya dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan spesifik kawasan atau kebutuhan tim perencana. Sebagai bagian dari pengembangan rencana pengelolaan yang efektif, sedapat mungkin Anda juga ingin memahami seluruh implikasi dan dampak dari setiap strategi yang diusulkan. Untuk memastikan tujuan itu, tahapan dalam proses perencanaan ini mencakup serangkaian pengujian:

1)      menentukan apakah kegiatan yang diusulkan langsung atau tidak langsung akan menangani ancaman pada sumber daya sasaran;

2)      menempatkan strategi pengelolaan ke dalam sebuah model untuk melihat apakah mereka dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Analisis SWOT yang baru dilakukan merupakan salah satu pengujian. Namun demikian, dalam dua hari ke depan Anda akan meneruskan mengevaluasi strategi pengelolaan yang diusulkan.

Ciri-karakteristik planning pengelolaan yg baik:

1)      Jelas: mudah dibaca, tidak ada istilah teknis (jargon), dan disajikan dengan baik

2)      Ringkas dan komprehensif: tidak lebih panjang daripada yang betul-betul diperlukan tetapi dengan informasi yang cukup untuk melengkapi fungsinya.

3)      Akurat: tanpa kesalahan besar dan dengan penjelasan yang baik untuk semua keputusan.

4)      Logis: berdasarkan penilaian kawasan yang menyeluruh, termasuk alasan yang jelas untuk seluruh tujuan dan kegiatan (misalnya, berdasarkan informasi biologi dan sosial terbaik yang tersedia).

5)      Dapat diterima: bagi semua yang memiliki minat dan keterkaitan emosional dengan kawasan.

6)      Praktis: Dengan tujuan yang jelas dan metoda yang realistis untuk mencapainya, menghasilkan keluaran yang diinginkan dan dapat dipantau.

7)      Fokus: Efektif sebagai alat pengelolaan kawasan, memenuhi kebutuhan para manajer dan memenuhi sisi hukum atau kewajiban lainnya.

Pengujian ini akan membantu tim perencana menentukan strategi yang paling sinkron buat mengatasi berbagai ancaman terhadap asal daya target sekaligus memastikan tidak ada konsekuensi pada masa depan yg berpotensi buat merusak keberhasilan aplikasi rencana tadi?Impak negatif bidang ekonomi atau sosial yg nir disengaja terhadap masyarakat lokal, contohnya. Juga karena sebagian besar KKP mempunyai sumber daya keuangan dan insan yang terbatas, maka setiap strategi pada planning pengelolaan harus adalah investasi yang baik bagi sumber daya yang terbatas tersebut menggunakan imbalan maksimum dan melindungi sumber daya sasaran.

Seperti dengan semua tahap pada perencanaan pengelolaan, tim perencana memainkan peranan yg krusial. Pada titik ini, Anda juga mungkin ingin menentukan tim penyusun, yg nantinya akan menulis planning pengelolaan. Dua sampai tiga orang menurut tim penyusun mungkin akan atau mungkin tidak akan sebagai bagian dari tim perencana. Jika mereka nir sebagai bagian dari tim perencana, libatkan mereka pada proses sebagai pengamat atau berkomunikasi dengan mereka secara teratur tentang kemajuan dengan perencanaan pengelolaan.

Bagi siapa pun yang belum pernah bekerja untuk rencana pengelolaan KKP atau yang sedang berupaya memperbaiki rencana pengelolaan yang ada, sebuah daftar pilihan strategi pengelolaan telah disediakan berdasarkan lima kategori strategi pengelolaan yang umum untuk dipertimbangkan.  Kelima kategori pengelolaan tersebut adalah:

(1)   Mempengaruhi perilaku: menerapkan pendidikan dan penyadartahuan untuk membantu pengguna memahami dampak dari perilaku mereka, serta bagaimana membuat pilihan untuk memodifikasi perilaku mereka dalam mengurangi dampak terhadap sumber daya sasaran.

(2)   Memodifikasi perilaku: menerapkan sistem penjatahan (membatasi penggunaan suatu area), alokasi (mendistribusi penggunaan terbatas bagi kelompok yang bersaing) atau zonasi (penggunaan tertentu di area tertentu) untuk mengontrol di mana dan kapan suatu penggunaan tertentu terjadi.

(3)   Mengendalikan perilaku: menerapkan berbagai peraturan dan larangan untuk mengendalikan perilaku tertentu yang tidak sesuai dengan perlindungan sumber daya sasaran.

(4)   Mencegah perilaku: menerapkan penegakan hukum secara interpretif atau strategi penegakan hukum untuk menghalangi atau menanggapi perilaku yang tidak tepat dan mendorong pengguna untuk bertindak dengan cara yang bertanggung jawab, serta membuat larangan tegas yang melawan dan konsekuensi terhadap perilaku yang tidak diinginkan.

(5)   Memahami dampak dari perilaku: menerapkan pengamatan atau pemantauan dan penelitian untuk memahami dampak dari kegiatan manusia menggunakan sumber daya sasaran.

Seperti yg sudah disebutkan sebelumnya, taktik planning pengelolaan wajib pribadi menangani akar penyebab (dan konduite manusia yg berkaitan) yang membuat ancaman terhadap asal daya target yang dilindungi oleh KKP Anda. Dengan demikian, kita umumnya mengambil taktik pengelolaan pada enam kategori akbar :

(1)   Pengelolaan kawasan: Untuk mengarahkan, menyalurkan pemanfaatan dan menjaga kondisi lingkungan.

(2)   Pertimbangan dan pengalokasian: Untuk mengatur intensitas kegiatan manusia dengan membatasi penggunaan ruang sekaligus mengalokasikanpemanfaatan sumber daya secara terbatas kepada kelompok-kelompok pemanfaat yang saling berkompetisi.

(3)   Peraturan: Untuk mengendalikan pengunjung pada suatu area dengan menentukan kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada area tersebut.

(4)   Pencegahan dan penegakan: Untuk mengendalikan dan menghilangkan perilaku pelanggaran dengan mendorong kelompok pengguna agar bertindak secara bertanggung jawab dengan membuat peraturan dan sanksi yang tegas atas perilaku yang tidak diinginkan.

(5)   Pendidikan untuk pengguna: Untuk mempengaruhi perilaku pengguna sekaligus membangun rasa tanggung jawab dan kepemilikan.

(6)   Gunakan berbagai pola dan dampak: Untuk memahami dampak saat ini dan mengantisipasi dampak yang akan dialami sumber daya sasaranakibat kegiatan manusia. Memahami pola-pola fenomena yang terjadi sebagai pengetahuan akan adanya perubahan dari waktu ke waktu serta keberhasilan (atau kegagalan) dari strategi pengelolaan.

Anda tidak perlu menganggap daftar kategori pengelolaan di atas ini sebagai daftar yang pasti. Daftar di bawah hanyalah jenis strategi pengelolaan yang paling umum digunakan di dalam KKP, sesungguhnya Anda bebas untuk menggunakan pemikiran Anda sendiri.

SUMBER:

PUSLATKP, 2014. MODUL A.033101.005.01 Menyusun Strategi Pengelolaan pada Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.

#Tag : Ekosistem

MEMAHAMI KONSEP PERBAIKAN KESELARASAN DI ANTARA STRATEGI PENGELOLAAN DAN RENCANA ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

1. Alasan melakukan analisis keselarasan di antara strategi dan rencana zonasi KKP

2.         Cara melakukan analisis keselarasan di antara strategi pengelolaan dan rencana zonasi KKP

Proses pengembangan rencana manajemen harus mempertimbangkan pembentukan zona buat mengontrol penggunaan & akses dan buat mengatasi permasalahan. Beberapa KKP relatif sederhana & hanya memiliki zona satu, sementara KKP lainnya terdapat yang mengikuti contoh cagar biosfer dalam zona konsentris. Berbagai zona dibuat buat mengelola aktivitas misalnya berperahu, penelitian, pariwisata & akses generik. Dalam seluruh kasus, keliru satu langkah pertama pada proses zonasi merupakan mengkaji pengaturan kewenangan KKP untuk memastikan bahwa Anda memiliki wewenang buat mengendalikan & mengatur kegiatan yg dilakukan oleh insan di dalam KKP.

Mengembangkan zona yang efektif dan dapat dipatuhi serta disepakati oleh semua kalangan adalah gabungan ilmu pengetahuan dan seni. Ilmu pengetahuan tentang zonasi dan peraturan berkaitan dengan lokasi dan luas zona serta dengan penggunaan bahasa yang tepat diperlukan untuk membantu tercapainya tujuan KKP. Zonasi dan peraturan harus, pertama dan terutama, didasarkan pada pemahaman yang akurat tentang kondisi biologi, sosial, ekonomi dan budaya daerah tersebut. Langkah kedua dalam proses pengembangan peraturan dan zonasi bertujuan untuk mempelajari karakter lokasi. Bisa saja selama tahap karakterisasi lokasi, tim perencana sudah dapat membuat peta biologi, fisik, manusia, dan nilai-nilai KKP. Gunakanlah peta tersebut sebagai rujukan ketika menentukan lokasi dan luasan setiap zona peruntukan.

Seni dari pembuatan zonasi dan peraturan adalah proses bekerja bersama para pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi zonasi dan peraturan yang saling menguntungkan dan dapat dilaksanakan. Proses pengembangan zonasi dan peraturan dapat sangat rumit karena mempertimbangkan masukan dan pendapat dari berbagai pemangku kepentingan. Masukan dari mereka harus dipertimbangkan sesuai dengan tujuan yang telah dikembangkan untuk area tersebut.

LANGKAH 1: Meninjau peraturan mengenai kewenangan KKP untuk memastikan bahwa KKP memiliki kewenangan dalam mengontrol dan mengatur kegiatan manusia di dalam KKP.

LANGKAH 2: Meninjau karakterisasi kawasan Anda untuk membangun pemahaman umum dan yang telah disepakati oleh tim perencanaan pengelolaan mengenai lokasi dan pengaturan secara biologi, fisik, pemanfaatan oleh manusia dan nilai-nilai (ekonomi dan intrinsik) KKP.

LANGKAH 3: Meninjau tujuan akhir dan tujuan rencana pengelolaan yang telah ditetapkan oleh tim perencanaan, karena Anda akan menggunakan zonasi dan peraturan sebagai alat pengelolaan untuk memenuhi tujuan akhir dan tujuan tertentu.

LANGKAH 4: Meninjau strategi pengelolaan prioritas yang baru diselesaikan oleh tim perencanaan untuk menentukan kemungkinan terdapat kesenjangan dalam memenuhi tujuan pengelolaan.

LANGKAH 5: Dengan menggunakan peta Anda sebagai rujukan, tentukan bagaimana zonasi dan peraturan dapat digunakan untuk membantu mencapai tujuan pengelolaan.

Tujuan dari mengevaluasi strategi pengelolaan adalah untuk menentukan apakah strategi yang diusulkan sudah sesuai untuk mengatasi dampak yang dialami oleh sumber daya sasaran. Dari evaluasi ini akan diketahui strategi mana saja yang akan dicantumkan dalam rencana pengelolalan dan strategi lain yang diperlukan.  Tahap ini merupakan pengenalan menuju langkah selanjutnya yaitu, memprioritaskan strategi pengelolaan.

SUMBER:

PUSLATKP, 2014. MODUL A.033101.005.01 Menyusun Strategi Pengelolaan pada Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.

#Tag : Ekosistem

MEMAHAMI TEKNIK MERANGKUM STRATEGI PENGELOLAAN DALAM MODEL KONSEPTUAL STRATEGI PENGELOLAAN

Komponen-komponen dalam model konseptual rencana pengelolaan mencakup pengaruh luar KKP (eksternal) dan pengaruh dari dalam KKP (internal).  Pengaruh eksternal di antaranya adalah:

(1)   Hasil jangka panjang:  Menjelaskan perubahan akhir yang diharapkan atau tujuan program terhadap isu-isu. Dapat berupa konsekuensi sosial, ekonomi, lingkungan atau individu.

(2)   Hasil jangka menengah: Menjelaskan perubahan yang diharapkan dari lingkungan atau perilaku audiensi berdasarkan kelanjutan dari program atau sejumlah proyek.

(3)   Hasil jangka pendek:  Menjelaskan perubahan segera yang diharapkan dari program atau proyek (misalnya, reaksi atau kemampuan dari audiensi, perubahan lingkungan).

Sedangkan imbas internal pada antaranya merupakan:

(1)   Keluaran: Produk-produk fisik yang dihasilkan dari strategi yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

(2)   Strategi:  Waktu yang Anda habiskan untuk mencapai hasil yang diinginkan, menghasilkan keluaran yang diperlukan atau mendapatkan sumber daya.

(3)   Sumber daya:  Waktu, uang, sumber daya manusia, ruang kantor, peralatan, ATK, persediaan, manajemen, dukungan mitra, dll. yang diperlukan untuk menyelesaikan program.

Beberapa manfaat menurut pembuatan model konseptualini di antaranya adalah:

(1)   Menunjukkan bagaimana seluruh komponen bersatu bersama.

(2)   Membantu individu melihat bagaimana mereka berkontribusi terhadap misi KKP.

(3)   Membantu menghubungkan bagaimana sumber daya yang digunakan dengan dampak dari penggunaannya.

(4)   Membantu mengidentifikasi indikator yang sesuai atau keefektifan kinerja, dan

(5)   Menyediakan dasar untuk perencanaan, evaluasi dan keputusan pengelolaan.

Jebakan ketika menggunakan model konseptual di antaranya merupakan:

(1)   Pengelola menjadi terlalu khawatir dengan kata-kata yang digunakan.

(2)   Pengelolamelupakan kaitan-kaitan yang merangkai sebuah proses yang logis.

(3)   Proses penyusunan rencanadicampur-adukan dengan proses evaluasi.

(4)   Proses pembuatan model konsep ini tidak sepenuhnya linear, karena bisa saja ada perbedaan skala cakupan  kewenangan untuk setiap tingkat organisasi dan seterusnya.

(5)   Proses penyusunan rencana dikacaukan oleh kegiatan lain yang tidak memberikan hasil apa-apa, dan akhirnya

(6) Proses perencanaan ini  bukanlah obat mujarab atau satu-satunya solusi akhir.

SUMBER:

PUSLATKP, 2014. MODUL A.033101.005.01 Menyusun Strategi Pengelolaan pada Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.

#Tag : Ekosistem

PERSYARATAN JAMINAN MUTU DAN KEMANAN HASIL PERIKANAN PADA KAPAL PENANGKAP DAN PENGANGKUT IKAN

1. Persyaratan umum

a.     kapal penangkap dan pengangkut ikan yang digunakan harus memenuhi persyaratan ketentuan sanitasi dan hygiene kapal;

b.    kapal penangkap dan pengangkut ikan harus didesain sesuai standar yang ada sehingga tidak menyebabkan kontaminasi terhadap produk dari faktor eksternal antara lain air kotor, limbah, asap, minyak, oli, gemuk atau bahan-bahan lain;

c.     palka kapal penangkap harus didesain sesuai standar sehingga tidak menyebabkan kontaminasi produk dari jenis material/faktor internal palka (fibreglass, kayu, baja dan lain-lain);

d.    seluruh permukaan material sarana dan prasarana kapal penangkap dan pengangkut ikan yang kontak langsung dengan produk harus dibuat dari bahan yang tidak korosif yang halus dan mudah dibersihkan, serta permukaan yang menggunakan pelapis harus kuat dan tahan lama; dan

e.    kapal penangkap dan/atau pengangkut ikan yang mempunyai penampung air untuk penanganan ikan, maka harus ditempatkan pada lokasi yang terhindar dari kontaminasi.

2. Persyaratan kapal berdasarkan jenis penanganan/penyimpanan/pengolahan:

a.     Kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan yang didesain dan dilengkapi peralatan untuk mempertahankan kesegaran ikan selama penangkapan dengan lama penyimpanan lebih dari 24 jam, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1)    kapal yang didesain dan dilengkapi peralatan untuk menjaga kesegaran ikan lebih dari 24 jam harus dilengkapi peralatan palka, tanki, atau wadah untuk menyimpan ikan dan menjaga suhu pendinginannya pada titik leleh es;

2)    untuk mencegah kontaminasi, palka harus terpisah dari ruang mesin dan ruang anak buah kapal. Palka dan wadah yang digunakan harus menjamin bahwa kondisi penyimpanan dapat menjaga kesegaran ikan dan memenuhi persyaratan higienis;

3)    kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan dilengkapi dengan mesin pendingin air laut bersih dingin/Chilled Sea Water (CSW). Palka harus dilengkapi dengan peralatan yang menjamin kondisi suhu air pada palka yang berisi ikan mencapai ≤ 3oC dalam waktu 6 jam setelah ikan dimasukkan ke dalam palka dan mencapai 0oC dalam waktu 16 jam setelah ikan dimasukkan ke dalam palka; dan

4)    kondisi suhu palka/produk dimonitor dan dicatat secara periodic dengan menggunakan alat perekam suhu otomatis.

b.    Kapal penangkap dan pengangkut ikan yang dilengkapi dengan pembeku (freezer), harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1)    memiliki peralatan pembekuan dengan kapasitas yang cukup untuk menurunkan suhu secara cepat sehingga mencapai suhu pusat ikan sama atau kurang dari -18 °C;

2)    mempunyai peralatan penyimpanan yang cukup untuk menjaga produk dalam palka tidak lebih besar dari -18oC;

3)    ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan alat pencatat/perekam suhu otomatis yang ditempatkan pada tempat yang mudah dibaca; dan

4)    sensor alat pencatat suhu sebagaimana dimaksud pada huruf c harus ditempatkan pada tempat suhu tertinggi di dalam palka/tempat penyimpanan (cold storage).

Tiga. Persyaratan Higiene Kapal Penangkap & Pengangkut Ikan

a.  Sanitasi

1)    ketika digunakan, bagian-bagian dari kapal atau wadah untuk penyimpan hasil tangkap harus dijaga kebersihannya dan dijaga selalu dalam kondisi baik, sehingga terhindar dari kontaminasi bahan bakar dan air kotor;

2)    produk hasil perikanan harus dijaga dari kontaminasi, segera setelah diangkat ke geladak;

3)    air/es yang digunakan untuk pencucian dan pendinginan ikan harus memenuhi persyaratan air minum, bersih, atau memenuhi persyaratan negara tujuan;

4)    hasil perikanan harus ditangani dan disimpan sehingga terhindar dari kerusakan fisik (memar), apabila penanganan hasil perikanan menggunakan ganco untuk menangani ikan besar harus dijaga agar tidak melukai daging ikan;

5)    apabila ikan dipotong kepalanya dan/atau dihilangkan isi perut, maka kegiatan tersebut harus memenuhi persayaratan penanganan/pengolahan dan dilakukan secara higienis setelah penangkapan, serta produk harus dicuci segera dan menyeluruh dengan air yang memenuhi standar air minum atau air laut bersih atau memenuhi persyaratan negara tujuan. Isi perut dan bagian lain yang dapat mengakibatkan bahaya kesehatan harus segera disingkirkan;

6)    pembuangan kepala dan isi perut harus dilakukan secara higienis dan segera dicuci dengan air yang memenuhi standar air minum atau air laut bersih atau memenuhi persyaratan negara tujuan;

7)    hasil perikanan yang dibungkus dan dikemas harus dilakukan pada kondisi yang higienis untuk menghindari kontaminasi; dan

8)    bahan kemasan dan bahan lain yang kontak langsung dengan hasil perikanan harus memenuhi persyaratan higiene, cukup kuat melindungi hasil perikanan, dan khususnya tidak boleh: (a) mempengaruhi karakteristik organoleptik dari hasil perikanan; dan (b) menularkan bahan-bahan yang membahayakan kesehatan manusia.

B. Rantai dingin

1)    ikan hasil tangkapan harus terhindar dari panas matahari atau sumber panas lainnya;

2)    hasil perikanan yang tidak disimpan dalam keadaan hidup harus segera didinginkan setelah naik ke kapal penangkap dan/atau pengangkut ikan;

3)    hasil perikanan dan bagian-bagiannya untuk tujuan konsumsi manusia harus disimpan dengan es pada suhu dingin (chilling), atau dibekukan;

4)    jika menggunakan pembekuan dengan air garam (brine) untuk ikan utuh sebagai bahan baku pengalengan, suhu pusat ikan tidak boleh lebih tinggi dari -9°C dan air garam tidak menjadi sumber kontaminasi ikan;

5)    penyimpanan hasil perikanan di atas kapal harus dijaga suhunya sesuai dengan persyaratan, khususnya:

a)    hasil perikanan segar atau dilelehkan termasuk krustasea rebus yang didinginkan dan produk kekerangan harus disimpan pada suhu leleh es;

b)    hasil perikanan beku, kecuali ikan beku yang menggunakan air garam untuk keperluan pengalengan, harus dipertahankan pada suhu pusat 18°C atau lebih rendah, untuk semua bagian produk dengan fluktuasi tidak lebih dari 3°C selama pengangkutan.

4. Persyaratan Penanggungjawab & Awak Kapal

a.     Penanggungjawab harus memiliki Sertifikat Keterampilan Penanganan Ikan (SKPI). Penanggung jawab mempunyai tugas:

1)    menyusun perencanaan, penerapan dan pengawasan internal terhadap cara pananganan ikan yang baik;

2)    menjamin bahwa persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam ketentuan ini diterapkan; dan

3)    menyediakan akses bagi otoritas kompeten untuk melakukan pengendalian.

b.    Awak kapal yang menangani hasil perikanan harus memenuhi persyaratan:

1)    harus sehat, tidak sedang mengalami luka, tidak menderita penyakit menular atau menyebarkan kuman penyakit menular, dan dilakukan pemeriksaan kesehatan secara periodik sekurangkurangnya 1 (satu) kali dalam setahun;

2)    menggunakan pakaian kerja yang bersih dan tutup kepala sehingga menutupi rambut secara sempurna;

3)    mencuci tangan sebelum memulai pekerjaan; dan

4)    tidak diperbolehkan merokok, meludah, makan dan minum di area penanganan dan penyimpanan produk.

c.     Pelaku usaha penangkapan dan pengangkutan ikan harus:

1)    memiliki komitmen untuk menerapkan dan mendokumentasikan cara penanganan ikan yang baik;

2)    menjamin bahwa dokumen cara penanganan ikan yang baik selalu dimutakhirkan; dan

3)    memelihara rekaman sesuai masa simpan produk.

Lima. Teknik dan Metode Alat Penangkap Ikan

Teknik dan metode alat penangkap ikan turut berperan menentukan mutu ikan output tangkapan sehingga wajib memenuhi persyaratan menjadi berikut:

a.     tidak menggunakan teknologi penangkapan ikan yang dapat merusak fisik ikan;

b.    tidak menggunakan alat penangkap ikan yang dapat mempercepat penurunan mutu ikan dan mengakibatkan ikan tersebut terkontaminasi misalkan penangkapan dengan menggunakan racun;

c.     tidak melakukan penangkapan ikan di daerah yang terkontaminasi;

d.    tidak melakukan penangkapan ikan pada daerah dan musim memijah sehingga menurunkan mutu ikan; dan

e.    agar lebih menekankan pada persyaratan alat penangkapan ikan terkait sistem jaminan mutu (misalnya: bahan konstruksi alat).

6. Peralatan dan Perlengkapan

a.     peralatan dan perlengkapan yang digunakan berhubungan langsung dengan ikan harus dirancang dan terbuat dari bahan tahan karat, tidak beracun, tidak menyerap air, mudah dibersihkan dan tidak menyebabkan kontaminasi terhadap hasil perikanan;

b.    peralatan dan perlengkapan harus ditata sedemikian rupa pada setiap tahapan proses untuk menjamin kelancaran, mencegah kontaminasi silang dan mudah dibersihkan; dan

c.     peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk menangani limbah yang dapat menyebabkan kontaminasi, harus diberi tanda dan dipisahkan dengan jelas supaya tidak dipergunakan untuk menangani ikan, bahan penolong, bahan tambahan pangan serta produk akhir.

SUMBER:

Ditjen P2HP, 2013. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 52A/KEPMEN-KP/2013 tentang Persyaratan Jaminan Mutu & Keamanan Hasil Perikanan dalam Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi.

MEMAHAMI TEKNIK IDENTIFIKASI STRATEGI PENGELOLAAN TAMBAHAN DAN KOMPONEN LAIN PADA PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP)

Jenis-jenis rencana pengelolaan pilihan atau tambahan merupakan sebagai berikut:

(1) Rencana Administratif: Anda ingin mengembangkan sebuah rencana administratif berdasarkan ukuran, kompleksitas dan kebutuhan profesional untuk melaksanakan rencana pengelolaan. Rencana administratif harus mencakup rencana umum kepegawaian, peran dan tanggung jawab serta hubungan hirarki pada posisi staf. Untuk menjaga tingginya tingkat profesionalisme staf, penting untuk mempertimbangkan standar kompetensi untuk setiap posisi dan pelatihan kapasitas untuk memastikan bahwa staf memiliki kesempatan untuk selalu berkembang dalam posisinya tersebut (seringkali disebut sebagai pengelolaan sumber daya manusia). Masalah yang umum dijumpai dalam KKP adalah ketidakmampuan mereka dalam mempertahankan staf yang telah dilatih dengan baik. Semakin tinggi Anda dapat mempertahankan tingkat profesionalisme, semakin mudah untuk mempertahankan staf Anda. Karena sebagian besar KKP tidak memiliki cukup pendanaan untuk staf, pertimbangkan untuk membangun kemitraan yang kuat di dalam jaringan KKP untuk berbagi staf dengan keterampilan khusus (misalnya, spesialisasi GIS); dengan lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian; serta dengan LSM.

(2) Rencana Peralatan dan Infrastruktur: Salah satu bagian dari KKP adalah operasional, termasuk di dalamnya infrastruktur fisik. Ada kebutuhan praktis infrastruktur seperti untuk ruang kantor dan bangunan lainnya (misal, pusat informasi pengunjung, laboratorium), pemeliharaan peralatan, kapal, sistem energi, kendaraan, radio dan telekomunikasi, peralatan SCUBA dan tambat apung. Infrastruktur juga menandakan kehadiran fisik dari pengelola KKP yang berwenang, dan membuat Anda lebih mudah diakses oleh publik, pencegahan terhadap pelanggaran, dan merupakan sumber informasi bagi pengunjung. Membangun infrastruktur memerlukan investasi yang besar, namun demikian perlu juga dipertimbangkan pengembalian investasi tersebut.

(3) Rencana Kemitraan: Rencana akan sangat membantu dalam mengidentifikasi peran dan tanggung jawab berbagai kemitraan dalam pelaksanaan rencana pengelolaan KKP. Kebanyakan KKP memiliki beberapa mitra yang terlibat dalam pengelolaan, termasuk otoritas pengelolaan pemerintah, lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian, pemangku kepentingan kunci dan anggota masyarakat, serta LSM. Anda dapat menyiapkan gambaran mengenai peran dan tanggung jawab dari setiap mitra utama yang terlibat dalam pelaksanaan. Rencana ini harus dibangun sebagai pelengkap dari rencana administratif.

(4) Rencana Penegakan Hukum: Rencana penegakan hukum akan mencakup unsur logistik dan operasional yang diperlukan untuk menegakkan zonasi dan peraturan dalam rencana. Di sebagian besar KKP, tidak ada kelompok penegakan hukum yang aktif hanya untuk mengurus penegakan hukum dalam KKP. Penegakan hukum dapat dilakukan oleh petugas penegakan hukum di KKP, pihak militer atau penjaga pantai, serta pemerintahan kota seperti pegawai dinas perikanan, atau oleh anggota masyarakat lokal dengan memberikan tekanan sosial. Bila Anda ingin memiliki rencana zonasi dan/atau peraturan, rencana pengelolaan Anda perlu menerangkan dengan jelas di mana pengelolaan kewenangan berada, pendekatan atau taktik penegakan hukum, biaya atau daftar denda atau hukuman lainnya. Rencana penegakan hukum juga harus mencakup penegakan hukum secara lunak (interpretive enforcement) , sebuah rencana penjangkauan untuk menghubungi dan memberitahukan kelompok pengguna mengenai pentingnya KKP, tata batasnya, dan lokasi serta tujuan zonasi dan peraturan.

(5) Rencana Anggaran dan Keuangan: Setiap rencana hanya akan berguna bila memiliki pendanaan jangka panjang yang cukup untuk melaksanakannya. Karena itu, sangat penting untuk mengidentifikasi seluruh biaya dan biaya tambahan untuk melaksanakan rencana pengelolaan. Skenario pendanaan harus terkait langsung dengan prioritas rencana pengelolaan. Dengan kata lain, begitu dananya tersedia, strategi pengelolaan dengan prioritas tertinggi harus segera dilaksanakan. Bila KKP tersebut didukung pemerintah, akan berguna untuk melibatkan lembaga/otoritas pendanaan pada awal proses perencanaan pengelolaan. Bila kementrian/lembaga keuangan lebih memahami KKP dan kepentingannya, mereka akan lebih mudah menyediakan pendanaan untuk rencana pengelolaan. Anda juga perlu mempertimbangkan untuk memiliki lembaga perwakilan dalam tim perencanaan; setidaknya bertemu mereka secara teratur untuk menginformasikan tentang kemajuan dan proses yang berlangsung. Sumber pendanaan lainnya dapat berasal dari biaya pengguna, pendapatan langsung, denda penegakan hukum, biaya konsesi, dana perwalian lingkungan dan sumbangan dari donor.

(6) Tata Waktu Implementasi: Tata waktu implementasi terkait dengan rencana pengelolaan dan penganggaran. Tata waktu merupakan organisasi penting dan alat perencanaan yang memungkinkan Anda mengatur kecepatan kegiatan pengelolaan sesuai dengan prioritas yang telah ditentukan sebelumnya, kemampuan mengatur kepegawaian, kemitraan dan tingkat pendanaan. Tata waktu Anda akan dimasukkan langsung ke dalam rencana kerja staf dan kawasan. Tata waktu juga merupakan sarana yang hebat untuk berkomunikasi dengan publik, apa, kapan dan bagaimana rencana Anda untuk melaksanakan rencana pengelolaan, menyusun pengharapan yang realistis untuk KKP, pemerintah yang berwenang dan masyarakat lokal. Dalam membangun tata waktu memerlukan unsur fleksibiltas. Yang melekat pada semua pengaturan pengelolaan sumber daya adalah ketidakpastian yang tidak direncanakan, bencana, peristiwa atau kejadian prioritas atau yang baru muncul (contoh, tumpahan minyak) yang dapat segera mengubah prioritas Anda.

(7) Rencana Pemantauan dan Evaluasi: Pemantauan indikator biologi, sosial dan tata kelola akan membantu anda menentukan apakah strategi pengelolaan Anda bergerak menuju tujuan pengelolaan. Bila ya, maka Anda memiliki rencana pengelolaan yang efektif, bila tidak, maka Anda perlu menemukan apa yang telah dikatakan oleh indikator. Mungkin perlu menyesuaikan dengan strategi pengelolaan yang baru atau yang telah dimodifikasi. Evaluasi juga akan membantu menginformasikan pengelola KKP tentang keperluan untuk memperbaiki proyek dan efisiensi pengelolaan serta bagaimana melakukannya. Implementasi rencana pemantauan dan evaluasi memerlukan sumber daya manusia dan waku, karena harus dipertimbangkan selama proses perencanaan.

(8) Rencana Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif: Dalam banyak kasus—khususnya bagi KKP yang dibentuk untuk melindungi sumber daya perikanannya—perencanaan mata pencaharian alternatif merupakan tanggung jawab dari KKP. Dalam beberapa kasus, mungkin hal ini yang diminta sebagai persyaratan untuk penetapan KKP atau pendanaan yang diperlukan untuk penetapan KKP dan proyek perencanaan pengelolaan. Penentuan jenis program mata pencaharian alternatif harus terkait dengan jenis mata pencaharian yang berpotensi memberikan dampak terhadap rencana zonasi dan peraturan KKP. Merencanakan program mata pencaharian alternatif memerlukan staf dengan keterampilan tertentu, identifikasi sumber pendanaan, pengembangan skema kredit, dan pemahaman akan konsekuensi sosial, ekonomi dan keamanan pangan. Ketika mengembangkan rencana mata pencaharian alternatif tersebut, tinjaulah dampak positif dan negatif dari strategi pengelolaan terhadap pemangku kepentingan untuk lebih memahami apa yang perlu disarankan kepada mereka. Hal ini akan membantu Anda dalam memprioritaskan kelompok mana yang akan mulai diajak bekerja sama dalam program mata pencaharian alternatif tersebut.

(9) Rencana Komunikasi dan Penjangkauan: Perlunya pelaksanaan dan dukungan terhadap program komunikasi dan penjangkauan tidak perlu dinyatakan secara berlebihan. Program komunikasi dan penjangkauan harus dibangun untuk target penerima yang spesifik, dengan pesan yang dibuat sesuai dengan masing-masing target penerima. Kegiatan komunikasi dan penjangkauan juga dapat ditujukan bagi para pengambil keputusan, menginformasikan kepada mereka mengenai pentingnya KKP. Kegiatan pengelolaan dapat menyasar pada para manajer, menginformasikan tentang berbagai keputusan dalam mengelola sumber daya. Anda juga dapat menyasar pada para pemangku kepentingan, menginformasikan tentang keberhasilan dan nilai tambah memiliki KKP, sekaligus juga mendidik mereka tentang pembatasan atau zonasi dalam KKP. Lebih dari pada itu semua, kegiatan pendidikan harus fokus pada menginformasikan, membangun rasa pelayanan dan tanggung jawab, serta mengubah perilaku, sehingga setiap orang menjadi konservasionis. Anak-anak dan pemuda dapat menjadi penerima pesan yang terbaik karena mereka akan memengaruhi kelompok generasi yang lebih tua.

(10) Rencana Koordinasi Antar Lembaga: Kebanyakan tata batas KKP bertumpang tindih dengan kewenangan wilayah hukum lainnya. Kewenangan KKP pesisir, dekat pantai atau bahkan pulau dapat berbagi, menggantikan, atau menyerahkannya kepada badan yang berwenang lainnya seperti negara, otoritas di tingkat kota atau propinsi. Masyarakat lokal juga memiliki kewenangan jangka waktu, komunal atau suku. Kewenangan KKP juga tumpang tindih dengan kewenangan militer, penjaga pantai, penegak hukum perikanan atau badan penegak hukum obat-obatan. Karenanya sedari awal penting untuk menjaga komunikasi dan berkoordinasi dengan badan-badan atau masyarakat ini. Otoritas geografi yang luas, jenis dan hubungannya dengan otoritas yang berbeda harus dijelaskan di antara badan-badan tersebut dan harus dikomunikasikan dengan jelas dalam rencana pengelolaan. Berbagi kewenangan wilayah hukum membuka peluang memperkuat kemitraan di antara badan dan pemangku kepentingan lainnya. Selain itu, lembaga pemerintahan lain yang memiliki kewenangan untuk menyetujui rencana pengelolaan KKP atau menyiapkan pendanaan untuk rencana pengelolaan. Sekali lagi, berkoordinasi sejak awal dalam proses perencanaan pengelolaan dan dapatkan “ketertarikan” dari lembaga lain akan membawa pada keberhasilan pelaksanaan rencana pengelolaan.

(11) Masalah yang baru atau muncul:  Salah satu hal yang paling sering diabaikan untuk dipertimbangkan dalam rencana pengelolaan KKP adalah isu-isu yang baru dan muncul. Hal ini mudah terabaikan karena sering dianggap tidak terlalu penting. Isu-isu yang baru dan muncul dapat terkait dengan gangguan terhadap teknologi (seperti tiupan angin dan gelombang), gangguan alami terhadap kesehatan terumbu karang (seperti perubahan suhu permukaan air laut) , atau bahkan bencana alam(seperti tsunami, badai atau banjir). Isu-isu yang baru dan muncul dapat terkait dengan faktor-faktor yang mungkin tidak terbayangkan ketika para perencanan menyusun sebuah rencana pengelolaan. Perencanaan pengelolaan yang terbaik meliputi sebuah sistem yang terpadu di mana staf KKP secara teratur memantau dan mengevaluasi peristiwa dan kegiatan terkini dalam mengantisipasi berbagai informasi baru, peluang dan tantangan yang akan muncul. Cara lain untuk merencanakan isu-isu yang baru dan muncul adalah membangun fleksibilitas dalam rencana pengelolaan Anda, sehingga prioritas pengelolaan sumber daya dapat dialihkan, bila diperlukan.

SUMBER:

PUSLATKP, 2014. MODUL A.033101.006.01 Membuat Konsep Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Yang Efektif pada Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.

#Tag : Ekosistem

EKOSISTEM ESTUARIA

Gambar 1.1.

Estuaria di Muara Sungai Swinhoe (Foto: Wikipedia Commons)

Estuaria adalah perairan muara sungai semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar.  Estuaria dapat terjadi pada lembah-lembah sungai yang tergenang air laut, baik karena permukaan laut yang naik (misalnya pada zaman es mencair) atau pun karena turunnya sebagian daratan oleh sebab-sebab tektonis.  Estuaria juga dapat terbentuk pada muara-muara sungai yang sebagian terlindungi oleh beting pasir atau lumpur.

Kombinasi dampak air laut & air tawar akan membuat suatu komunitas yg spesial , menggunakan lingkungan yang bervariasi, antara lain:

(1) Tempat bertemunya arus air tawar menggunakan arus pasang-surut, yg berlawanan menyebabkan suatu efek yg kuat pada sedimentasi, pencampuran air, & ciri-ciri ekamatra lainnya, serta membawa impak akbar pada biotanya;

(dua) Pencampuran kedua macam air tadi membuat suatu sifat fisika lingkungan khusus yg nir sama dengan sifat air sungai maupun sifat air bahari;

(tiga) Perubahan yg terjadi dampak adanya pasang-surut mengharuskan komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya; dan

(4) Tingkat kadar garam pada wilayah estuaria tergantung pada pasang-surut air bahari, banyaknya aliran air tawar & arus-arus lainnya, serta topografi wilayah estuaria tadi.

SIFAT-SIFAT EKOLOGIS

Sebagai tempat pertemuan air laut dan air tawar, salinitas di estuaria sangat bervariasi.  Baik menurut lokasinya di estuaria, ataupun menurut waktu.

Secara umum salinitas yang tertinggi berada pada bagian luar, yakni pada batas wilayah estuaria dengan laut, sementara yang terendah berada pada tempat-tempat di mana air tawar masuk ke estuaria.  Pada garis vertikal, umumnya salinitas di lapisan atas kolom air lebih rendah daripada salinitas air di lapisan bawahnya.  Ini disebabkan karena air tawar cenderung ‘terapung’ di atas air laut yang lebih berat oleh kandungan garam.  Kondisi ini disebut ‘estuaria positif’ atau ‘estuaria baji garam’ (salt wedge estuary) (Nybakken, 1988).

Gambar  1.2.

Sebuah Estuaria yang Ramai oleh Lalu Lintas Air (Foto: Wikipedia Commons)

Akan tetapi ada pula estuaria yang memiliki kondisi brkebalikan, dan karenanya dinamai ‘estuaria negatif’.  Misalnya pada estuaria-estuaria yang aliran air tawarnya sangat rendah, seperti di daerah gurun pada musim kemarau.  Laju penguapan air di permukaan, yang lebih tinggi daripada laju masuknya air tawar ke estuaria, menjadikan air permukaan dekat mulut sungai lebih tinggi kadar garamnya.  Air yang hipersalin itu kemudian tenggelam dan mengalir ke arah laut di bawah permukaan.  Dengan demikian gradien salinitas airnya berbentuk kebalikan daripada ‘estuaria positif’.

Dalam pada itu, dinamika pasang surut air laut sangat mempengaruhi perubahan-perubahan salinitas dan pola persebarannya di estuaria.  Pola ini juga ditentukan oleh geomorfologi dasar estuaria.

Sementara perubahan-perubahan salinitas di kolom air dapat berlangsung cepat dan dinamis, salinitas substrat di dasar estuaria berubah dengan sangat lambat.  Substrat estuaria umumnya berupa lumpur atau pasir berlumpur, yang berasal dari sedimen yang terbawa aliran air, baik dari darat maupun dari laut.  Sebabnya adalah karena pertukaran partikel garam dan air yang terjebak di antara partikel-partikel sedimen, dengan yang berada pada kolom air di atasnya berlangsung dengan lamban.

BIOTA ESTUARIA

Sebagai daerah peralihan atau percampuran, estuaria memiliki tiga komponen biota, yakni fauna yg dari berdasarkan lautan, hewan perairan tawar, dan fauna khas estuaria atau air payau.

Fauna lautan yang tidak mampu mentolerir perubahan-perubahan salinitas yang ekstrem biasanya hanya dijumpai terbatas di sekitar perbatasan dengan laut terbuka, di mana salinitas airnya masih berkisar di atas 30‰.  Sebagian fauna lautan yang toleran (eurihalin) mampu masuk lebih jauh ke dalam estuaria, di mana salinitas mungkin turun hingga 15‰ atau kurang.

Sebaliknya hewan perairan tawar umumnya tidak mampu mentolerir salinitas pada atas lima?, sebagai akibatnya penyebarannya terbatas berada di bagian hulu dari estuaria.

Fauna khas estuaria adalah hewan-hewan yang dapat mentolerir kadar garam antara 5-30‰, namun tidak ditemukan pada wilayah-wilayah yang sepenuhnya berair tawar atau berair laut.  Di antaranya terdapat beberapa jenis tiram dan kerang (Ostrea, Scrobicularia), siput kecil Hydrobia, udang Palaemonetes, dan cacing polikaeta Nereis.

Di samping itu terdapat pula fauna-fauna yang tergolong peralihan, yang berada di estuaria untuk sementara waktu saja.  Beberapa jenis udang Penaeus, misalnya, menghabiskan masa juvenilnya di sekitar estuaria, untuk kemudian pergi ke laut ketika dewasa.  Jenis-jenis sidat (Anguilla) dan ikan salem (Salmo, Onchorhynchus) tinggal sementara waktu di estuaria dalam perjalanannya dari hulu sungai ke laut, atau sebaliknya, untuk memijah.  Dan banyak jenis hewan lain, dari golongan ikan, reptil, burung dan lain-lain, yang datang ke estuaria untuk mencari makanan (Nybakken, 1988).

Akan tetapi sesungguhnya, dari segi jumlah spesies, fauna khas estuaria adalah sangat sedikit apabila dibandingkan dengan keragaman fauna pada ekosistem-ekosistem lain yang berdekatan.  Umpamanya dengan fauna khas sungai, hutan bakau atau padang lamun, yang mungkin berdampingan letaknya dengan estuaria.  Para ahli menduga bahwa fluktuasi kondisi lingkungan, terutama salinitas, dan sedikitnya keragaman topografi yang hanya menyediakan sedikit relung (niche), yang bertanggung jawab terhadap terbatasnya fauna khas setempat.

PERANAN EKOSISTEM ESTUARIA

Produktifitas estuaria, pada kenyataannya bertumpu atas bahan-bahan organik yang terbawa masuk estuaria melalui aliran sungai atau arus pasang surut air laut.  Produktifitas primernya sendiri, karena sifat-sifat dinamika estuaria sebagaimana telah diterangkan di atas dan karena kekeruhan airnya yang berlumpur, hanya dihasilkan secara terbatas oleh sedikit jenis alga, rumput laut, diatom bentik dan fitoplankton.

Meski demikian, bahan-bahan organik dalam rupa detritus yang terendapkan di estuaria membentuk substrat yang penting bagi tumbuhnya alga dan bakteri, yang kemudian menjadi sumber makanan bagi tingkat-tingkat trofik di atasnya.  Banyaknya bahan-bahan organik ini dibandingkan oleh Odum dan de la Cruz (1967, dalam Nybakken 1988) yang mendapatkan bahwa air drainase estuaria mengandung sampai 110 mg berat kering bahan organik per liter, sementara perairan laut terbuka hanya mengandung bahan yang sama 1-3 mg per liter.

Oleh sebab itu, organisme terbanyak di estuaria adalah para pemakan detritus, yang sesungguhnya bukan menguraikan bahan organik menjadi unsur hara, melainkan kebanyakan mencerna bakteri dan jasad renik lain yang tercampur bersama detritus itu.  Pada gilirannya, para pemakan detritus berupa cacing, siput dan aneka kerang akan dimakan oleh udang dan ikan, yang selanjutnya akan menjadi mangsa tingkat trofik di atasnya seperti ikan-ikan pemangsa dan burung.

Melihat banyaknya jenis hewan yang sifatnya hidup sementara di estuaria, bisa disimpulkan bahwa rantai makanan dan rantai energi di estuaria cenderung bersifat terbuka.  Dengan pangkal pemasukan dari serpih-serpih bahan organik yang terutama berasal dari daratan (sungai, rawa asin, hutan bakau), dan banyak yang berakhir pada ikan-ikan atau burung yang kemudian membawa pergi energi keluar dari sistem.

SUMBER:

http://student.Ut.Ac.Id/

Nybakken, J.W.  (1988).  Biologi Laut: suatu pendekatan ekologis.  Alih bahasa H. Muh. Eidman dkk.  Penerbit Gramedia.  Jakarta.

Wikipedia,  Estuary. http://en.wikipedia.org/wiki/estuary.htm   Diakses tanggal 12/06/2007.

#Tag : Ekosistem

MEMAHAMI TEKNIK PENENTUAN URUTAN PRIORITAS STRATEGI PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP)

Selama beberapa tahapan perencanaan yg terakhir, Anda telah menyebarkan tujuan, mengidentifikasi taktik buat mencapai tujuan tadi, & mengevaluasi taktik buat memilih seberapa baik mereka menangani akar kasus atau penyebab efek. Langkah selanjutnya merupakan memilih taktik prioritas menurut penerapan praktisnya pada tingkat lokasi.

Salah satu masalah terbesar dalam pengembangan rencana pengelolaan KKP adalah ketidakmampuan banyak lokasi buat melaksanakan rencana mereka dengan sukses. Kini saatnya buat mengevaluasi apakah unsur-unsur pada rencana Anda realistis, dan taktik pengelolaan mana yang wajib diberikan prioritas tertinggi berdasarkan kemungkinan keberhasilan rencana secara keseluruhan. Masalah yang dijumpai dalam pelaksanaan planning bisa asal menurut lemahnya pengembangan rencana tadi ? Dari isi & gaya, buat membangun suatu asa yg nir masuk akal mengenai apa yg sebenarnya bisa dicapai. Seperti yg telah kita ketahui, kebanyakan KKP nir mempunyai sumber daya insan dan keuangan yg relatif buat melaksanakan semua kegiatan pengelolaan yang diusulkan & diinginkan buat dikembangkan selama proses perencanaan.

Dengan memberikan peringkat bagi strategi pengelolaan yang diusulkan, Anda bisa mulai menangani baik kapasitas realistis bagi kawasan Anda pada melaksanakan rencana, demikian juga dengan beberapa kesulitan lain dalam menyukseskan pelaksanaan.

Dua hal yg perlu dipertimbangkan ketika Anda membuat prioritas strategi pengelolaan merupakan: 1) apakah Anda ingin membuat peringkat atau nilai dalam taktik pengelolaan yg Anda usulkan, & 2) apa yang akan Anda pakai buat menciptakan prioritas kriteria. Salah satu pendekatan yang terpenting adalah konsistensi selama proses pembuatan prioritas, baik pada pembuatan peringkat atau evaluasi juga dalam pemilihan kriteria.

Beberapa Tantangan pada Pelaksanaan Rencana Pengelolaan

(1)   Anggaran tidak mencukupi

(2)   Kapasitas kawasan tidak mencukupi

(3)   Kapasitas staf tidak mencukupi

(4)   Rencana pengelolaan dan rencana aksi yang tidak realistis

(5)   Kegagalan untuk menetapkan tanggung jawab dalam pelaksanaan rencana aksi

(6)   Ketidakstabilan keuangan, manajerial dan/atau politik.

(7)   Kegagalan untuk menetapkan prioritas yang jelas dan realistis.

.

2.  Cara membuat peringkatprioritas strategi pengelolaan

Dalam membuat urutan prioritas, kita akan melakukan proses pemeringkatan, yaitu membandingkan satu strategi dengan strategi pengelolaan yang diusulkan lainnya.  Proses ini berbeda dengan proses penilaian strategi.  Proses penilaian mengevaluasi mengevaluasi setiap strategi pengelolaan yang diusulkan secara independen, tidak ada pembandingan di antara satu strategi dengan strategi lainnya. Alasan kita memilih menggunakan pemeringkatan karena beberapa pengambil keputusan lebih suka membandingkan nilai-nilai strategi yang diusulkan. Sementara yang lainnya lebih suka melihat nilai setiap strategi yang diusulkan tanpa melakukan perbandingan. Kedua cara tersebut sebenarnya bisa dilakukan. Pada akhirnya pun, tidak peduli pendekatan mana yang digunakan, tim perencana perlu membuat konsensus tentang strategi pengelolaan menempati urutan prioritas teratas.

Akhirnya kita menemukan bahwa kriteria yang digunakan untuk membuat prioritas strategi pengelolaan merupakan kriteria yang cukup standar dan dapat digunakan baik untuk pemeringkatan maupun penilaian strategi pengelolaan. Kini terserah pada tim perencana untuk menetapkan dan menyetujui kriteria mana yang akan digunakan. Kriteria-kriteria tersebut hendaknya penting dilakukan sebelum proses pembuatan peringkat atau prioritas dilakukan.

Berikut merupakan beberapa contoh kriteria buat menciptakan urutan prioritas atau peringkat taktik yg diusulkan:

(1)   KAPASITAS:  kemampuan KKP untuk melaksanakan strategi sekarang, yaitu dengan menilai faktor sumber daya manusia, keahlian yang dimiliki KKP, para mitra, peralatan, dan peluang yang memadai untuk melakukan pengelolaan.

(2)   KONDISI PENDUKUNG (enabling environment atau condition): kondisi yang memberikan peluang terlaksananya pengelolaan dengan mudah, yaitu dengan menilai apakah KKP memiliki wewenang untuk melaksanakan strategi ini dan ada kekuatan politik yang mendukung KKP untuk melaksanakan strategi ini.

(3)   DANA: potensi keuangan untuk membiayai penerapan strategi berdasarkan ketersediaan dana yang segera dapat digunakan, kemampuan untuk menggalang dana, serta kemitraan untuk memberikan dukungan pembiayaan.

(4)   DUKUNGAN dari masyarakat yang ada sekarang terhadap strategi berdasarkan keseimbangan antara dukungan dan konflik di antara masyarakat yang mungkin timbul akibat dari penerapan strategi ini.

(5)   ANCAMAN yang dinilai dari jumlah jenis ancaman yang dapat diatasi oleh sebuah strategi.

(6)   SUMBER DAYA SASARAN yang dinilai dari jumlah total sumber daya sasaran yang akan mendapat manfaat dari strategi pengelolaan ini.

(7)   URGENSI yang dinilai dari seberapa mendesaknya strategi ini harus segera diterapkan untuk menangani ancaman yang dialami sumber daya sasaran Anda.

Setelah urutan prioritas untuk setiap strategi selesai dibuat, sebaiknya semua strategi yang diusulkan dipertahankan atau dicatat walaupun beberapa strategi mendapat peringkat di urutan bawah karena nilai-nilainya rendah sekali.  Hal ini untuk mengantisipasi jika di kemudian hari kita memiliki peluang untuk menerapkannya.  Catatan ini tidak hanya penting untuk pengelola KKP, tetapi juga bagi konstituen atau para pendukung KKP.

Berikut ini adalah beberapa contoh metode pengambilan keputusan:

(1)   Membangun kesepakatan untuk mengerjakan hal-hal yang akan dikerjakan bersama: Sering diterapkan di antara kelompok yang memiliki tujuan akhir, latar belakang atau minat yang sama.  Setiap kelompok siap bersepakat untuk menerima hal-hal yang akan dijalankan, sementara hal-hal lain yang tidak disepakati akan disisihkan untuk dibahas kemudian. Keuntungan: Mudah untuk bergerak maju dan tetap fokus pada kepentingan umum.

(2)   Pengambilan suara terbanyak (voting): Dapat digunakan dalam kelompok yang memiliki tujuan akhir dan latar belakang yang sama dengan kelompok yang memiliki berbagai kepentingan. Suara yang terbanyak akan menentukan keputusan apa yang akan diterima untuk terus dijalankan dan mana yang tidak. Keuntungan: Mudah bergerak maju dengan cepat. Kerugian: Kecil kesempatannya untuk memahami sudut pandang yang lain.

(3) Konsensus: Setiap orang dalam kelompok harus datang dengan tingkat penerimaan yang telah ditentukan sebelumnya terhadap keputusan yang akan diambil.  Keuntungan: Setiap orang dalam kelompok memahami sudut pandang yang lain.  Kerugian: Memerlukan keterampilan fasilitasi yang baik, kesabaran dan waktu.

SUMBER:

PUSLATKP, 2014. MODUL A.033101.006.01 Membuat Konsep Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Yang Efektif pada Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.

#Tag : Ekosistem