Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Penerangan Diatas Kapal

Menurut Convention on The International Regulation For Preventing Collisions At Sea, 1972. Penerangan diatas kapal berupa lampu - lampu operasi yang diletakkan sepanjang kapal sesuai dengan keperluan pada berbagai ruangan yang berada diatas kapal seperti di main deck, deck house, dan sebagainya. Lampu - lampu diatas kapal ada juga yang disebut lampu navigasi yaitu lampu - lampu kapal yang harus dipasang pada waktu kapal berlayar diantara matahari terbit dan terbenam, sedemikian rupa sehingga jenis kapal, letak dan arah kapal dapat diketahui.

Untuk kapal yang sedang melakukan aktivitas dalam malam hari diharuskan memakai penerangan antara lain :

1. Penerangan Tiang

Menggunakan lampu warna putih yang diletakkan diatas sumbu tengah muka belakang kapal yang memperlihatkan cahaya tetap dengan busur cakrawala sebesar 225. Untuk kapal dengan panjang > 50 m harus mempunyai dua penerangan tiang, dimana letak lampu pada tiang belakang harus lebih tinggi dari tiang depan .
Lampu Penerangan Tiang

2. Penerangan Lambung

Menggunakan dua lampu dengan warna yang berbeda Merah untuk lambung kiri dan Hijau untuk lambung kanan. Keduanya harus memperlihatkan cahaya tetap/terus-menerus dengan busur cakrawala 112,5˚ dan dipasang sedemikian rupa sehingga memperlihatkan cahaya lurus ke depan sampai 22,5˚ di belakang arah melintang pada sisi yang bersangkutan. Untuk kapal yang berukuran < 20 m, penerangan lambung boleh dipadukan pada satu lentera yang dipasang diatas di muka belakang kapal.
Lampu Penerangan Lambung Kapal

3. Penerangan Buritan

Penerangan pada buritan dengan menggunakan lampu warna putih yang memperlihatkan warna tetap meliputi busur cakrawala 135˚. Dipasang sedemikian rupa sehingga memperlihatkan cahaya 67,5˚ lurus kebelakang pada masing-masing sisi kapal.

4. Penerangan Tunda

Penerangan ini memakai warna kuning yang memiliki karakteristik yang sama dengan penjelasan buritan & dipasang di atas penerangan buritan.

5. Penerangan Keliling

Penerangan ini memperlihatkan penjelasan permanen meliputi busur cakrawala sebesar 360? & umumnya digunakan apabila kapal sedang melakukan aktivitas

6. Penerangan Cerlang

Penerangan dengan menggunakan cahaya yang berkedip-kedip dengan interval waktu 120 kedipan/menit. Penerangan-penerangan tersebut mempunyai intensitas atau daya tampak yang berbeda-beda sehingga mempunyai jarak jangkau minimal penerangan kapal yang berbeda-beda pula. Daya tampak penerangan sebesar x mil, artinya bahwa penerangan tersebut harus sudah kelihatan pada batas minimal x mil.

Sumber : Materi Pelatihan Penangkapan Ikan

Semoga Bermanfaat...

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA RUMPUT LAUT

Penyakit rumput bahari bisa didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsi atau terjadinya perubahan anatomi atau struktur yg normal, seperti terjadinya perubahan dalam laju pertumbuhan, rona dan bentuk. Yang dalam akhirnya berpengaruh dalam tingkat produktivitas output. Terjadinya penyakit umumnya disebabkan sang hubungan antara faktor lingkungan (suhu, kecerahan, salinitas dan lain-lain) dengan jasad patogen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa timbulnya penyakit dimulai berdasarkan adanya penurunan/perubahan lingkungan.

Dengan semakin berkembangnya bisnis budidaya rumput bahari pada Indonesia segala pertarungan dan kendala mungkin terjadi terutama terhadap kemungkinan serangan hama & penyakit pada tumbuhan rumput bahari jua perlu diperhatikan.Oleh karena itu perlu diketahui jenis hama dan penyakit yang menyerang rumput bahari serta berapa akbar pengaruhnya terhadap produksi, sebagai akibatnya dapat diambil langkah-langkah penaggulangannya atau paling nir dapat memperkecil kerugian. Data mengenai efek panyakit terhadap produksi budidaya rumput laut masih sangat terbatas. Walaupun demikian hal ini telah cukup digunakan menjadi bukti awal pada mendefinisikan konsep tentang penyakit pada flora rumput laut.

TAKSONOMI

Taksonomi menurut Euchema cottoni Lin dapat dikalsifikasikan sebagai berikut :

Phylum : Rhodophyta

Kelas : Rhodophyceae

Sub Kelas : Florideophycidae

Ordo : Gigartinales

Famili : Soliericeae

Genus : Euchema

Spesies : Euchema cottoni Lin (Kappapphycus alvarezii)

MORFOLOGI Rumput laut merupakan ganggang yang berukuran akbar atau macro algae yang merupakan tanaman tingkat rendah dan termasuk kedalam divisio thallophyta. Morfologi flora ini hanya terdiri menurut thallus, tidak mempunyai akar, batang & daun sejati. Fungsi dari ketiga tersebut digantikan oleh thallus. Euchema cottoni Lin memiliki morfologi thallus yg tegak lurus, silendris menggunakan 2 sisi yang tidak sama lebarnya. Terdapat tonjolan-tonjolan (nodule) & duri (spine), thallus terbentuk silendris atau pipih, bercabang-cabang tidak teratur, warna hijau kemerahan bila hidup & bila kemarau berwarna kuning kecoklatan.

C. DAERAH PENYEBARANNYA

Rumput laut pertama kali ditemukan hidup bukan secara almi bukan hasil budidaya & hidup beredar pada perairan sesuai lingkungan yang dibutuhkannya. Daerah penyebaran rumput laut secara alami bisa dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Daerah Penyebaran Rumput Laut Secara Potensial

REPRODUKSI

1. Reproduksi Generatif

Rumput laut dapat berkembang secara generatif atau secara kawin. Pada insiden perbanyakan secara generatif rumput laut yang diploid membentuk spora yang haploid spora ini kemudian menjadi dua jenis rumput bahari yaitu jantan & betina yang masing-masing haploid yang tidak memiliki alat mobilitas. Selanjutnya rumput laut jantan akan menghasilkan sperma dan betina membentuk sel telur. Jika syarat lingkungan memenuhi kondisi akan menghasilkan perkawinan menggunakan terbentuknya zigot yg akan tumbuh sebagai flora rumput bahari.

2. Reproduksi Vegetatif

Proses perbanyakan secara vegetatif berlangsung tanpa melalui perkawinan, setiap bagian rumput laut yang dipotong akan tumbuh menjadi rumput laut belia yang mempunyai sifat seperti induknya, atau perkembangbiakannya mampu dilakukan menggunakan cara stek Dari cabang-cabang rumput bahari menggunakan syarat potongan rumput bahari tersebut merupakan thallus yg muda, masih segar, berwarna cerah, & memiliki percabangan yang poly, nir tercampur menggunakan lumut & kotoran serta bebas berdasarkan penyakit.

PENYAKIT YANG MENYERANG RUMPUT LAUT

Tabel 2

PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

Tabel tiga

DAFTAR PUSTAKA

Balai Budidaya Laut Lampung, 2001. Teknologi Budidaya Rumput Laut. Departemen Kelautan & Perikanan, Jakarta

http://www.Republika.Co.Id/warta/nasional/generik/13/04/15/mlai46-indonesia-jadi-tuan-tempat tinggal -simposium-rumput-laut-internasional

Sulistijo, 1998. Perkembangan budidaya Rumput Laut di Indonesia, dalam WS. Atmadja dkk.

Tahang H. & Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Rumput Laut Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Tim Penulis PS, 1999. Budidaya, pegolahan dan Pemasaran Rumput Laut, PT. Penebar Swadaya, Jakarta

#Tag :

Peluang Usaha Budidaya Kepiting Bakau

Kepiting bakau (Scylla serrata) adalah keliru satu jenis komoditas perikanan yang potensial buat dibudidayakan. Kepiting bakau poly dijumpai pada perairan payau yg poly ditumbuhi tumbuhan mangrove. Kepiting bakau sangat disenangi sang warga mengingat rasanya yang lezat menggunakan kandungan nutrisi sejajar menggunakan crustacea yang lain seperti udang yg poly diminati baik pada pasaran dalam negeri maupun luar negeri.

Begitu poly output bahari dan air tawar yg adalah komoditas andalan suatu daerah bahkan suatu negara misalnya, ikan, kerang, udang, lobster & kepiting. Khusus buat kepiting sangat jarang rakyat kita yg membudidayakan kepiting secara spesifik, padahal apabila dikelola & dikembangkan secara terpadu, maka kepiting ini sangat menjanjikan.

Potensi pasar yang cukup besar memberi peluang bagi pengembangan budidaya kepiting bakau secara lebih berfokus & komersial. Di sisi lain produksi kepiting selama ini secara keseluruhan masih mengandalkan tangkapan dari alam, sehingga transedental produksinya tidak dapat dipertahankan.

Saat ini budidaya kepiting bakau ini nir wajib di laut & pada daerah bakau, tetapi dapat juga & telah berhasil dibenihkan dalam bak-bak terkontrol dan dapat diproduksi di hatchery ikan bahari maupun udang windu. Kepiting bakau atau yg lebih dikenal dengan kepiting lumpur adalah keliru satu asal daya perikanan pantai yang memiliki nilai ekonomis yg tinggi apabila dikembangkan dan dibudidayakan. Pembudidayaan atau pemanfaatan secara komersil menurut komoditas ini semakin meningkatkan baik buat dikonsumsi dalam negeri juga buat diekspor.

Di pada negeri kepiting bakau ini pula telah poly dijual pada pasaran-pasaran tradisional hingga ke supermarket glamor (pasar swalayan), dan disajikan di rumah makan kecil di pinggiran jalan sampai restoran bahkan hingga hotel berbintang. Untuk pangsa pasar eksport kepiting bakau Indonesia ini diantaranya Jepang, Malaysia, Prancis sampai ke Amerika Serikat (Alaihi Salam), sebagai akibatnya sangat lumrah apabila pendaftar kepiting tadi sangat tinggi, karena hewan yg berkulit keras ini selain memiliki rasa gurih, lezat dan jua bergizi tinggi. Dengan alasan tadi, pihaknya berharap pada Pemkab agar bisa memprogramkan donasi buat budidaya kepiting para nelayan khususnya pada pesisir, lantaran hal tersebut kentara akan membantu pada peningkatan kesejahteraan warga terutama nelayan dan penurunan nomor pengangguran yg ada di Lampung Barat.

Budidaya kepiting ini tentunya akan menyerap energi kerja yg tidak mengecewakan poly apabila hal ini dikelola & dikembangkan secara terpadu & dalam skala akbar. Pada mulanya kepiting bakau hanya dipercaya hama oleh Petani tambak, karena tak jarang menciptakan kebocoran dalam pematang tambak. Namun selesainya mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi, maka keberadaannya poly diburu dan ditangkap oleh nelayan buat penghasilan tambahan & bahkan telah mulai dibudidayakan secara tradisional di tambak. Mengingat permintaan pasar ekspor akan kepiting bakau yg semakin semakin tinggi berdasarkan tahun ke tahun maka bisnis ekstensifikasi budidaya kepiting bakau mulai dirintis pada beberapa daerah.

Kepiting bakau dapat dipelihara secara terus menerus sepanjang tahun, lantaran ketersediaan benih di alam waktu ini relatif poly pula lahan tambak pembesaran dapat disiapkan menggunakan gampang dan cepat.

Diversifikasi usaha budidaya kepiting bakau di tambak akan menambah lapangan bisnis dan mengoptimalkan potensi lahan tambak yg ide serta dapat menyerap tenaga kerja, sebagai akibatnya mampu meningkatkan pendapatan masyarakat pembudidaya.

PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN HAMA PENYAKIT PADA IKAN BOTIA

Ikan botia adalah keliru satu ikan orisinil Indonesia yang kesohor keindahannya dikalangan penggemar ikan hias. Ikan ini juga memiliki kebiasaan merayap didasar air, sebagai akibatnya dalam pemeliharaan sebaiknya akuarium diletakkan pada tempat yg jauh dari keramaian. Kendala yg acapkali dihadapi merupakan sulitnya melakukan pemijahan serta penyakit yg acapkali menyerang pada saat pemeliharaan. Untuk itu dalam menjaga agar ikan botia tetap sehat perlu diketahui cara mencegah agresi penyakitnya. Tetapi tidak menutup kemungkinan kita pula perlu mengetahui cara buat mengobatinya.

Klasifikasi

Ordo : Ostariophysoidet

Sub ordo : Cyprinidea Famili : Cobitudae Genus : Botia Species : Botia macracantha

Morfologi Ikan Botia

Ikan botia bentuk tubuh yang indah, punggung agak bungkuk sehingga sepuntas tampak misalnya pesawat tempur warna tubuhnya nir rumit, berwarna dasar sawo matang & kadang-kadang kekuningan yang dibalut rona hitam di tiga tempat. Satu memotong dikepala persis melintas dimata. Sirip ekor tebal terbagi 2 menggunakan ujung lancip. Warnanya orange dengan ujung kemerahan, sementtara sirip anus hitam dengan tulang sirip kuning & sirip dada merah darah. Diujung kepala masih ada lisan yg ditempeli kumis, sedangkan pada bawah matanya masih ada semacam duri tajam yang pakai sebagai senjata, sebagai akibatnya tak heran jikalau botia dijuluki simata duri (thorn eyes).

Habitat & Kebiasaan Hidup

Ikan Botia merupakan ikan hias asli Indonesia. Namun tercatat paling tidak ada berdasarkan 10 spesies, namun begitu Botia macracantha berasal Indonesia inilah yg paling kesohor dikalangan penggemar ikan hias. Dialam Botia poly ditemukan dan berkumpul pada perairan yg tenang (nir berarus deras) & norma yg lain yankni menyukai atau merayap pada dasar air yg berlumpur menggunakan suhu 26-300C. Botia pula terkenal amat pemalu dan mudah terperanjat & ketakutan.

Di dalam proses budidaya ikan botia hingga saat kini belum sanggup buat dipijahkan. Kita harus puas menggunakan pemeliharaan dan pembesarannya saja. Malah membedakan jantan juga betina masih susah, belum ditentukan patokan yg sanggup dijadikan pegangan buat menentukan jenis kelaminnya. Pemeliharaan Ada beberapa persyaratan yang krusial yang mutlak wajib diperhatikan pada merawat ikan Botia didalam kolam juga diakuarium diantaranya: ? Air Air sebagai media hidunya harus disediakan yang kesadahannya normal dengan suhu antara 26-30oC. ? Kadar oksigen Kadar oksigen yg baik buat pemeliharaan ikan Botia sama dengan ikan hias lainya yaitu 3-5 ppm. ? Penggatian air Penggantian air dalam pemeliharaan di aquarium sebainya dilkukan dua-tiga kali sehari. ? Pakan akan yang berkualitas untuk ikan Botia merupakan cacing sutra, cuk, dan kutu air. ? Wadah pemeliharaan Wadah pemeliharaanuntuk ikan Botia samadengan ikan hias lainnya yaitu bak/kolam, yg ukuran 1 x 2 x 0,4m dan aquarium 0,40 x 0,40 0,70 cm dengan ketinggian air berdasarkan ke 2 wadah ini antara 30-40 cm dengan suhu 26-30oC.

Penyakit Yang Disebabkan Oleh Parasit

Penyakit Yang Sebabkan Oleh Bakteri

Uraian Bahan Alami

Sambang darah (Excoecaria cochinnensis Lour) Sambang darah umumnya ditanam sebagai tumbuhan hias atau tumbuh liar dihutan dan ditanam dipekarangan sebagai pagar hayati atau tumbuhan obat. Tumbuhan ini adalah tumbuhan perdu yang tumbuh tegak dengan tinggi 0,lima-1,5 meter & bercabang poly. Tumbuhan ini bisa diperbanyak dengan stek btg atau cangkokan. Sifat dan khasiat Tumbuhan ini berkhasiat membunuh parasit (parasitisid), menghilangkan gatal (antipuritik), dan menghentikan pendarahan (hemostatis). Sifatnya hangat & cita rasanya pedas. Kandungan kimia Sambang darah mengandung tanin, asam behenat, triterpenoid eksokarol, silosterol. Dan getahnya mengandung resin & senyawa beracun. Bagian yg bisa digunakan buat obat Bagian yg dapat dipakai sebagai obat adalah daun, btg & akarnya.

Kunyit (Curcuma domestica Val)

Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 centimeter. Batang adalah btg semua, tegak, bulat, membentuk rimpang menggunakan rona hijau kekuningan & tersusun menurut pelepah daun (relatif lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,lima cm & pertulangan menyirip dengan rona hijau pucat. Bunga beragam yang berambut & besisik berdasarkan pucuk batang seluruh, panjang 10-15 centimeter dengan mahkota lebih kurang 3 centimeter dan lebar 1,lima centimeter, berwarna putih kekuningan atau kekuningan. Ujung dan daun pangkal runcing, tetapi daunnya yg rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan.

Sifat & khasiat Kunyit bersifat mendinginka. Zat pada rimpang kunyit memiliki kegunaan untuk Mengganggu atau membunuh mikroba. Bagian yang bisa digunakan buat obat Bagian kunyit yg digunakan sebagi obat merupakan umbi akar. Pembuatan Ekstrak Bahan Alami Sambang darah Sebelum dibentuk sebagai ekstrak, daun sambang darah wajib dicuci bersih terlebih dahulu. Daun tadi dihaluskan sebesar 250 gram & ditambah air sebanyak 50 ml. Setelah dihaluskan airnya diambil menggunakan cara menyaring. Air yang sudah diambil adalah ekstrak sambang darah. Kunyit Sebelum dibuat menjadi ekstrak, rimpang kunyit dibersihkan terlebih dahulu. Rimpang yang telah dibersihkan diparut sebesar 250 gr & ditambah air higienis sebanyak 50 ml. Setelah diparut kunyit diambil ektraknya menggunakan cara menyaring.

DAFTAR PUSTAKA

http://palangkaraya.Bkipm.Kkp.Go.Id/llmp.Html

Lingga, Pinus dan Heru Susanto, 2001. ?Ikan Hias Air Tawar?. Penebar Swadaya, Jakarta.

Dalimartha, S. , 2004. ?Atlas Tumbuhan Obat Indonesia?. Puspa Swara, anggota IKAPI, Jakarta.

Yusuf D.M. & Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Botia Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Http://ikanhiasahmad.Blogspot.Com/2014/03/cara-merawat-ikan-botia-&.Html

#Tag :

Budidaya Kepiting Bakau

Faktor teknik yg perlu diperhatikan buat menunjang keberhasilan budidaya pembesaran kepiting, antara lain :

1. Pemilihan Lokasi Budidaya

Pemilihan lokasi budidaya wajib tepat secara teknis operasional dengan mempertimbangkan beberapa aspek sebagai berikut :

  • Mutu air : Salinitas 15 - 30 ppt, pH air 7 - 8, Suhu 25 - 30 derajat Celcius, Kandungan Oksigen > 3 ppm.
  • Mudah diawasi.
  • Substrat dasar tambak adalah lumpur berpasir.
  • Untuk sistem karamba harus terhindar dari pengaruh banjir dan mudah terjangkau oleh pasang surut.
  • Merupakan wilayah penangkapan kepiting.

Dua. Tempat pemeliharaan

Tempat pemeliharaan kepiting sanggup berupa kurungan bambu, waring, juga bak beton. Untuk loka pemeliharaan kepiting yang asal berdasarkan kurungan bambu (karamba) disarankan ukuran 1,5x1x1 meter atau 2x1x1 meter, hal ini bertujuan memperrmudah pengelolaannya terutama pada ketika mengangkat karamba pada waktu panen.

3. Pemilihan Benih

Kesehatan benih adalah satu diantara faktor yang menunjang keberhasilan dalam bisnis penggemukan kepiting. Oleh sebab itu pemilihan & pengelolaan benih wajib sahih & sempurna. Kesehatan benih jua mampu dicermati menurut kelengkapan kaki-kakinya. Hilangnya capit akan berpengaruh dalam kemampuan buat memegang makanan yang dimakan serta kemampuan sensorisnya. Walaupun pada akhirnya sehabis ganti kulit maka kaki yg baru akan tumbuh tetapi hal ini memerlukan ketika, belum lagi adanya sifat kanibalisme kepiting, sehingga kepiting yang tidak mampu jalan karena sedang ganti kulit seringkali menjadi mangsa kepiting lainnya. Untuk itu maka wajib dipilih benih yg mempunyai kaki masih lengkap. Benih kepiting yang kurang sehat warna karapas akan kemerah-merahan & pudar dan pergerakannya lamban.

4. Pengangkutan Benih

Walaupun kepiting bakau merupakan hewan yang tahan terhadap perubahan lingkungan tetapi cara pengangkutan yg salah sanggup mengakibatkan kematian dalam jumlah poly atau mengurangi sintasan. Pengangkutan benih usahakan dilakukan sewaktu suhu udara rendah dan kurang sinar surya. Tereksposenya benih kepiting ke pada sinar surya sanggup mengakibatkan kehilangan cairan tubuh yg pada akhirnya cairan pada tubuh kepiting akan keluar semuanya sehingga mengakibatkan kematian. Tingginya kematian benih setelah sampai tempat tujuan umumnya ditimbulkan lantaran benih yg dibeli memang sudah lemah akibat sudah ditampung beberapa hari oleh pedagang pengumpul. Biasanya kematian kepiting terjadi sesudah hari ke-4 pada penampungan tanpa air. Wadah yang digunakan pada pengangkutan kepiting sebaiknya tidak menyebabkan panas dan letakkan kepiting pada posisi hayati. Wadah sterofoam menggunakan panjang 1 m dan lebar 60 cm bisa menyimpan benih sebesar 100 - 150 ekor buat benih yang diikat. Lakukan penyiraman sebanyak dua - tiga kali penyiraman menggunakan air berkadar garam 10 - 25 ppt, selama pengangkutan 5 - 6 jam.

5. Penebaran

Penebaran kepiting dilakukan dalam pagi atau sore hari dalam karamba. Benih kepiting yang ditebarberukuran berat 200 - 300 gram per ekor. Untuk ukuran karamba 1,lima - 2 x 1 x 1 meter kepadatan tebar nya lebih kurang 15 - 25 kg atau sebesar 60 - 70 ekor.

Penebaran bibit kepiting

6. Pemeliharaan

Penempatan karamba dalam petak tambak disarankan diletakkan di dekat pintu masuk/keluar air. Posisi karamba sebaiknya menggantung berjarak 15 centimeter berdasarkan dasar perairan yang tujuannya supaya sisa pakan yang nir termakan jatuh ke dasar perairan tidak mengendap pada pada karamba. Diusahakan seminggu 2 kali karamba dipindah menurut posisi semula hal ini bertujuan agar terjadi aliran / pergantian air. Kegiatan pada pemeliharaan setelah penebaran dilakukan :

  • Pemberian pakan rucah lebih diutamakan dalam bentuk segar sebanyak 5 -10% dari berat badan dan diberikan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore/malam hari.
  • Penggantian air dilakukan bila terjadi penurunan kualitas air.
  • Sampling dilakukan setiap 5 hari untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan dan kesehatan kepiting.

Dengan pengelolaan pakan yang cermat, cocok & sempurna jumlah maka dalam tempo 10 hari pertumbuhan kepiting bisa diketahui.

Ikan rucah sebagai salah satu pakan primer kepiting bakau

7. Pemanenan

Pemeliharaan / penggemukan kepiting di karamba dapat dilakukan selama 15 hari, tergantung pada ukuran benih dan laju pertumbuhan. Laju pertumbuhan oleh jenis pakan yang diberikan dan kualitas air tambak. Untuk memanen kepiting digunakan alat berupa seser baik untuk tujuan pemanenan total maupun selektif. Pelaksanaan panen harus dilakukan oleh tenaga terampil untuk menangkap dan kemudian mengikatnya. Selain itu tempat dan waktu penyimpanan sebelum didistribusikan kepada konsumen menentukan kesegaran dan laju dehidrasi karena kehilangan berat sekitar 3 - 4% dapat menyebabkan kematian.
Kepiting bakau yang siap jual

Semoga berguna...

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA UDANG ROSTRIS

- Laju pertumbuhan yang menyerupai udang windu (bisa mencapai ukuran 30 gram/4 bulan).

- Toleran terhadap suhu rendah dan perubahan salinitas (khususnya pada salinitas tinggi).

- Toleran terhadap lingkungan yang ekstrim (kindisi tanah gambut & syarat lainnya).

Pemicu munculnya penyakit pada udang rostris terdapat 3, faktor yakni menurunnya kualitas lingkungan pemeliharaan, adanya jasad patogen, dan syarat udang yang lemah. Jika udang rostris terjangkit penyakit bisa dipastikan ditimbulkan oleh beberapa faktor tersebut. Untuk mencegah dan mengobatinya maka wajib diketahui faktor penyebabnya.

Klasifikasi

Klasifikasi menurut udang rostris (Litopenaeus stylirostris) merupakan sebagai berikut :

? Sub Phyllum : Crustacea

? Kelas : Malacostraca

? Ordo : Decapoda

? Famili : Penaidae

? Genus : Litopenaeus

? Species : Litopenaeus stylirostris

Morfologi

Ciri morfologi udang rostris ini tidak berapa beda dengan pelukisan udang pada biasanya. Secara kentara yang tampak merupakan udang ini berwarna biru kehitaman, keki renang merah kebiru-biruan, rostrum panjang bergigi 7 pada permukaan (dorsal) & 1 gigi lunak yg berkembang pada bagian ventral.

Persiapan Air Media

Dalam persiapan air media awal sudah dipercaya baik jika syarat parameter kualitas air & kelimpahan plankton nir mengalami goncangan (fluktuasi) yang mencolok. Tahapan dalam persiapan air media awal adalah sebagai berikut :

- Pengamatan parameter kualitas tanah (pH : 6,5-7,5 ; kandungan bahan organic 8-10 %). Tujuan berdasarkan pengamatan parameter kualitas tanah ini merupakan untuk mengetahui kondisi tanah tadi telah layak atau belum bagi kebutuhan biologis udang yang akan dipelihara.

- Pengisian air semua komponen petakan tambak sampai mencapai ketinggian yang optimal (1,dua-1,4 m), dilakukan pada ketika syarat air bahari sedang pasang tinggi. Kemudian air dibiarkan dua-5 hari dengan tujuan buat mengetahui tingkat porositas tanah & taraf evaporasi (penguapan) air dalam petakan tambak yg akan dioperasionalkan.

- Sterilisasi air media menggunakan kaporit berkisar antara 25-30 ppm & ditebar merata, kemudian diaerasi (dikincir) yang bertenaga selama tiga-5 jam. Pengadukan menggunakan kincir bertujuan agar kaporit yg diaplikasikan tersebar secara merata sampai ke dasar tambak, sehingga air media tersebut bisa segera steril.

- Pengamatan parameter kualitas air, seperti pH (7,5-8,5), suhu (28o-31o C), & salinitas (15-35 ppt), dan parameter air lainnya. Pengukuran parameter kualitas air ini bertujuan buat mengetahui syarat kualitas air secara awal, sebagai akibatnya dalam saat penebaran benur bisa diubahsuaikan (buat proses adaptasi penebaran benur).

Pemilihan dan Penebaran Benih

Jika kondisi air media sudah siap pada artian baik syarat parameter kualitas air dan syarat kelimpahan plankton, maka segera bisa dilakukan penebaran benih.

Pemilihan standar benih udang rostris merupakan menjadi berikut :

- Ukuran diusahakan seragam.

- Gerakan lincah & menantang arus.

- Respon terhadap gerakan.

- Warna tubuhnya putih transparan.

- Kaki & kulit higienis.

- Isi usus nir putus, dan

- Adaptif (tahan) terhadap perubahan salinitas.

Benih udang rostris yg ditebar adalah ukuran PL-15 atau berukuran tokolan (sebesar pentol korek api) dan telah pada syarat bebas virus. Standar standar benih yg baik merupakan setelah dipilah menggunakan formalin, kematiannya aporisma tidak lebih menurut lima %. Benih tadi diangkut ke tambak dan kemudian sebelum ditebar terlebih dahuludiadaptasikan terhadap parameter kualitas air yaitu suhu, salinitas, pH, & parameter lainnya secara perlahan-lahan selama lima-15 mnt.

Waktu penebaran yang baik diusahakan pagi hari (jam 0500- 0700). Dengan padat penebaran yg optimal pada pembesaran udang rostris dengan teknologi intensif dalam system ini merupakan berkisar antara 25-50 ekor/m2 (tergantung factor daya dukung huma & wahana penunjang lainnya).

Masa Pemeliharaan

Selama masa pemeliharaan udang rostris berlangsung (masa operasional berjalan) perlakuan & pengamatan sangatlah menentukan taraf keberhasilan. Untuk itu, dalam kurun ketika tersebut ada beberapa aktivitas, perlakuan, dan pengamatan krusial yang perlu diperhatikan, yaitu :

- Pengaturan dan hadiah pakan.

- Manajemen plankton.

- Pengelolaan air & lumpur.

- Pengamatan kondisi & pertumbuhan udang.

PENGELOLAAN KESEHATAN

Faktor yg sangat penting selam masa pemeliharaan udang adalah pengamatan mengenai kondisi & kesehatan udang rostris pada tambak yg dioperasionalkan. Untuk mengetahui kondisi ini bisa diindikatorkan dengan pengamatan secara visual yaitu diantaranya merupakan :

- Udang ditempeli sang jenis bakteri Zoothamium sp & jenis lainnya dalam insang & tubuh.

- Insang kotor.

- Kepala (karapas) dan kulit (abdomen) berlumut.

- Ekor geripis.

- Anthena putus.

- Daging udang keropos.

- Warna tubuh dan ekor kemerahan.

Udang yang sehat dicirikan menggunakan normalnya fungsi fisiologis yg secara fisik dapat terlihat berdasarkan nafsu makan, pertumbuhan, kelengkapan organ dan jaringan tubuh. Udang akan tetap dalam syarat sehat selama lingkungan masih sanggup buat mentolerir beban polusi internal menjadi output degradasi input produksi (pupuk, pakan, & obat-obatan). Penyakit yg dalam umumnya mulai terjadi dalam bulan kedua pada masa pemeliharaan.

Kemampuan mengendalikan factor penyebab stress & antisipasi yang tepat terhadap potensi dan gejala sakit akan menentukan kualitas dan kuantitas dalam akhir masa pemeliharaan sampai panen. Hampir seluruh kunci manajemen kesehatan merupakan pencegahan, namun tidak menutup kemungkinan dilakukannya pengobatan. Ada beberapa aktivitas monitoring kesehatan & perlakuan udang selama masa pemeliharaan, diantaranya :

- Pengamatan Rutin

- Pengamatan Visual

- Pencegahan Penyakit

PENYAKIT DAN PENANGGULANGANNYA

Penyakit yang biasa menyerang ikan sumatera merupakan sebagai berikut :

1. White Spot Syndrom Virus (WSSV)

? Gejala / Ciri-ciri

- Udang menempel di pematang/bamboo.

- Berenang abnormal.

- Secara mikroskopik terlihat bercak putih menggunakan bentuk bunga dan inti kehitaman.

- Timbul bercak putih di kulit.

? Pengobatan

- Dengan bahan kimia

Dapat diberikan Vitamin C sebesar 100 ppm yg dicampurkan pada pakan & diberikan kepada udang yang terjangkit selama tiga hari, atau dapat pula diberikan Fucoidan (ekstrak rumput bahari) sebanyak 60 - 100 mg/ kg udang/ hari selama 15 hari.

- Dengan bahan alami

Dapat digunakan ekstrak dari daun sambiloto dengan cara diremas, air tersebut dicampur dengan pakan & dikeringkan, sesudah itu baru diberikan pada udang, atau bisa juga memakai ekstrak daun Maiyana dengan takaran 0,5 gram/5 liter air.

? Pengendalian

- Memilih benih yang telah bebas virus.

- Aplikasikan air steril dan juga pagar keliling.

2. Bakteri Zoothalium sp

? Gejala / Ciri-ciri

- Kulit dan badan berlumut.

- Karapas & kulit abdomen.

- Warna tubuh kemerahan.

? Pengobatan

- Dengan bahan kimia

Dapat digunakan Formalin menggunakan takaran 30 ppm atau kaporit 1 ppm diberikan selama 1 hari.

- Dengan bahan alami

Menggunakan larutan kunyit atau daun sirih.

? Pengendalian

- Membuang lapisan dasar tambak.

- Pelihara ikan bandeng.

- Perbaiki dasar tambak.

Tiga. Lumutan

? Gejala

- Kulit misalnya berbulu.

- Tubuh keropos/kusam.

- Insang kotor.

? Pengobatan

- Dengan bahan kimia

Menggunakan Formalin 30 ppm atau larutan kaporit sebesar 1 ppm, yg dilarukan dengan air tambak.

- Dengan bahan alami

Dapat menggunakan daun sadah sebesar 2 gr/liter air, yang dilarutkan selama 15 mnt. Atau dapat jua menggunakan daun sirih yg sudah diremas, direndam dan disaring airnya, lalu udang yang terjangkit penyakit ini direndam selama 15 mnt.

? Pengendalian

Langkah pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan membuang lapisan Lumpur organic dan memberikan pengapuran dalam dasar tambak.

DAFTAR PUSTAKA

Kokarkin, C., 2002. ?Petunjuk Teknis Budidaya Udang Rostris?. Dirjen Perikanan. Jakarta.

Junaidah, S., 2004. ?Petunjuk Teknis Pembenihan Udang Rostris?. Dirjen Perikanan Budidaya. BBPBAP Jepara.

Basri H. Dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Udang Rostris Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

#Tag :

Mengenal Cacing Sutera dan Peluang Usahanya

Jika diperhatikan, sebenarnya ada banyak jenis budidaya yang memiliki nilai ekonomis. Salah satu jenis budidaya yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi adalah budidaya cacing sutra. Tampaknya jenis budidaya ini memang aneh. Bahkan banyak yang menganggap bahwa cacing yang satu ini tidak terlalu menguntungkan. Namun sebenarnya cacing ini sangat bermanfaat terutama sebagai pakan beberapa jenis  larva ikan. Karena itulah tidak mengherankan jika ada banyak orang yang mencari-cari cacing sutra.

Untuk membudidayakan cacing sutra, tentunya calon pembudidaya juga harus mengetahui cara ternak cacing sutra menggunakan benar. Sebenarnya cara memelihara cacing sutra tidaklah sulit. Yang diperlukan hanya tempat yg cukup buat menempatkan cacing sutra & bahan organik yg biasa digunakan sang cacing sutra. Bahan organik yg biasa digunakan buat membudidayakan cacing rambut adalah campuran antara kotoran ayam, dedak dan lumpur. Menemukan bahan-bahan organik tersebut pula sangat mudah.

Mengenal Cacing Sutera

Cacing sutra (Tubifex sp), dari Gusrina (2008) memiliki pembagian terstruktur mengenai menjadi berikut :

  • Filum : Annelida
  • Kelas : Oligochaeta
  • Ordo : Haplotaxida
  • Family : Tubifisidae
  • Genus : Tubifex
  • Spesies         : Tubifex sp.

Gerombolan cacing sutera

Cacing sutra  meruipakan organisme air tawar yang  memiliki bentuk dan ukuran yang kecil serta ramping dengan panjangnya 1,5-2,5 cm, sepintas tampak seperti koloni merah yang melambai-lambai karena warna tubuhnya kemerah-merahan, sehingga sering juga disebut dengan si Rambut Emas Merah. Cacing ini merupakan salah satu jenis benthos yang hidup di dasar perairan tawar daerah tropis dan subtropis, tubuhnya beruas-ruas dan mempunyai saluran pencernaan, termasuk kelompok Nematoda. Cacing sutera hidup diperairan tawar yang jernih dan sedikit mengalir. Dasar perairan yang disukai adalah berlumpur dan mengandung bahan organik. Makanan utamanya adalah bagian-bagian organik yang telah terurai dan mengendap di dasar perairan tersebut.

Sifat Cacing Sutera

Rak - Rak budidaya cacing sutera

  • Menyukai kegelapan dan sensitif terhadap sinar
  • Mempunyai dua kelamin, tetapi tidak bisa membuahi diri sendiri
  • Kanibal
  • Apabila stress atau tidak nyaman, cacing sutra akan menggerombol

Mengapa Cacing Sutera Perlu Dibudidayakan?

  • Cacing sutra merupakan suatu kebutuhan pokok bagi larva ikan, semua pemijah ikan pada umumnya sudah tahu kalau pakan alami larva ikan adalah cacing sutra, sangat bagus untuk pengembangan larva ikan, sehingga ikan sehat dan aman, karena kalau kebanyakan memasukkan cacing sutra kedalam kolah, airnya tidak terkontaminasi.
  • Harga mahal dan barangnya kadang langka, Pada saat tertentu terutama musim hujan, cacing sutra di alam langka dikarenakan terhanyut oleh banjir, sementara indukan lele musim bertelur, sehingga terjadi kekurangan pakan alami, hal tersebut penyebab mahalnya harga cacing sutra. Dengan adanya budidaya cacing sutra ini mengurangi kelangkaan pakan alami .
  • Mencegah virus atau bakteri pantogen masuk kekolam pembenihan, Dengan adanya budidaya, virus patogen dari alam tidak akan masuk kedalam kolam, karena cacing budidaya lebih steril daripada cacing sutra dari alam
  • Pakan budidaya cacing sutra murah, Pakan cacing sangat mudah didapatkan dan murah harganya. Hampir semua bahan yang makanan yang bisa dimakan oleh manusia jika busuk bisa dijadikan makanan cacing susah, misalnya nasi basi, sayur-sayuran busuk, ampas tahu, ampas ketela pohon, roti kadaluarsa, susu kadaluarsa, dll . atau bisa mengumpulkan sisa makanan dari warung makan disekitar anda.
  • Modal kecil hasil lumayan, Untuk pembuatan sarana dan prasrana budidaya cacing sutra, sangat mudah dan murah, sedangkan tempat yang dibutuhkan untuk budidaya tidak memerlukan tempat yang luas, bahkan tempat yang sempit sekalipun .

Dengan liputan diatas, bisa disimpulkan bahwa modal pakan yg diperlukan budidaya cacing sutra sangat murah dan mudah didapat . Sehingga porto produksi lebih lecil, maka laba lebih akbar .

Semoga Bermanfaat...

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA IKAN JELAWAT

Budidaya ikan air tawar terutama ikan Jelawat mengalami peningkatan produksi disemua negara lantaran ikan-ikan ini memiliki nilai jual bagi pembudidaya buat mendapatkan uang menggunakan teknik sederhana & investasi mini .

Namun ada beberapa kasus kematian pada tiap spesies yg berupa infeksi yang sebagai kendala dalam budidaya. Pengendalian penyakit ikan akan semakin krusial dibandingkan sebelumnya karena usaha budidaya akan menguntungkan apabila penyakit ikan dikendalikan

Booklet ini disusun supaya pembaca bisa mengetahui gambaran generik penyakit ikan budidaya ikan air tawar khususnya ikan Jelawat. Harapan kami, panduan ini bisa menjadi petunjuk yg bermanfaat bagi siapa yg melakukan budidaya & dan pengendalian penyakit pada budidaya ikan air tawar.

Klasifikasi Ikan Jelawat

Class : Pisces

Sub class : Tolestei

Ordo : Ostariophysi

Sub ordo : Cyprinoidea

Family : Cyprinidae

Sub Family : Cyprininae

Genus : Leptobarbus

Spesies : Leptobarbus hoevan

i Nama lain : Lemak, Klemak( Sumatra)

Manjuhan ( Kalimantan Tengah) Jelawat (Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan timur)

Bentuk Tubuh

Ikan jelawat mempunyai sisik yang akbar- akbar ini memiliki bentuk badan yang memanjang indah misalnya torpedo dan berenang sangat cepat. Reaksinya terhadap sesuatu rangsangan dari luar cekatan.

Mulutnya lebarnya terletak pada ujung moncongnya relatif ke bawah, dan dapat dijulurkan ke depan seperti bibir- bibir ikan karper. Ikan jelawat mempunyai empat kumis.

Badannya berwarna coklat kehitam - hitaman di bagian punggungnya, dan putih keperak - perakan pada bagian perutnya, sedangkan sirip- siripnya & ekornya berwarna merah. Dibandingkan ikan karper, Ikan Jelawat ini memang lebih menarik, lantaran bentuk tubuhnya yg gagah latif, & warnanya yg berseri-seri. Di waktu muda, dalam sisi badannya terdapat garis hitam yang memanjang menurut ketua ke pangkal sirip ekor, namun bila sudah tua, garis itu hilang.

Habitat & Makanannya

Sebagai ikan pada sungai, ikan jelawat hanya terkenal mendiami perairan bebas Kalimantan & Sumatra, sedangkan pulau lain nir diketemukan. Tempat- tempat yg mereka senangi adalah bagian-bagian sungai yg poly tunggul yang terbenam dalam air atau bagian- bagian lain yang dinaungi pohon akbar, terutama pohon- pohon yg buahnya bisa mereka makan jika jatuh ke air. Misalnya buah Tengkawang, bijinya poly mengandung lemak, biji karet, atau bunga- bunga di permukaan air seperti kambing menyikat rumput. Ikan jelawat tergolong ikan pemakan segala- galanya, makanan antara lain umbi singkong, daun pepaya, ampas kelapa, dan daging- daging ikan yg sudah dicincang.

Dari bentuk tubuhnya yang memanjang misalnya torpedo bisa diketahui mereka adalah perenang cepat. Ikan jelawat beruaya ke hulu dalam setiap permulaan animo kemarau (Juni - Juli) jika permukaan air mulai turun. Sebaliknya, mereka akan beruaya ke hilir dalam setiap permulaan animo hujan (Desember - Januari) jika permukaan mulai naik. Hal ini dilakukan sang ikan- ikan telah dewasa.

Tempat- tempat yg dituju waktu beruaya ke hilir ini selalu bekas - bekas daerah kering yg baru saja tergenang air. Di loka itulah terdapat makanan- makanan yg disukai. Dan mereka pun umumnya lebih gemuk daripada di waktu-saat lain diluar musim hujan.

Pada waktu-waktu jelawat beruaya inilah (umumnya berlangsung dalam malam hari) para nelayan menangkap secara besar - besaran. Memang pada saat - saat demikian ikan mudah diketahui tempatnya, karena timbulnya julur - julur di bagian atas liar.

Pematangan Gonad

? Induk dipelihara pada kolam spesifik ukuran 500-700 m2 penebaran 0,1-0,25 kg/m2

? Selama pemeliharaan, induk diberikan pakan pelet menggunakan kandungan protein 25-28%

? Pakan diberikan sebanyak 3 % menurut total berat badan menggunakan frekwensi dua-tiga per hari

? Selain pelet diberikan juga pakan berupa hijauan seperti daun singkong secukupnya

? Lama pemeliharaan induk lebih kurang 8 bulan ? Induk yg siap pijah diperoleh dengan cara seleksi Pemijahan

Pemijahan jelawat dapat dilakukan secara alami dan protesis. Dalam paket teknologi ini dilakukan pemijahan buatan. 1) Ciri induk matang gonad

? Induk jelawat betina matang gonad menggunakan ciri bentuk perut agak menggelembung ke arah anus, bila dipijit terasa lembut.

? Induk jelawat jantan matang gonad dengan ciri sirip dada terasa kasar, jika dipijit bagian testis mengeluarkan sperma. . 2) Alat:

? Jaring, hapa, serok, baskom, alat injeksi, bulu ayam, corong penetasan telur, akuarium, corong tetas artemia. Tiga) Bahan

? Induk jantan dan betina matang gonad ? Hormon Ovaprim 4) Metode:

? Pemijahan secara buatan (induced breeding): ? Induk terseleksi perlu diberok selama satu hari ? Penyuntikkan dengan hormon ovaprim takaran 0,5 mililiter/kg/induk. ? Penyuntikkan I dalam induk betina 1/tiga dari dosis dan penyuntikkan II sebesar dua/tiga dari dosis.

? Penyuntikkan pada induk jantan hanya satu kali bersamaan penyuntikkan II pada induk betina.

? 4 - 7 jam sehabis penyuntikkan II, induk telah ovulasi & bisa dilakukan stripping.

? Pembuahan telur dilakukan menggunakan mencampurkan sperma & telur di baskom plastik

? Apabila telur telah mengembang, siap buat disimpan pada wadah penetasan

Penetasan

? Penetasan telur pada wadah inkubasi berbentuk corong menggunakan diameter 60 centimeter & tinggi 50 cm. Padat tebar 400 - 500 butir telur per liter ? Selama penetasan air wajib dijaga kualitasnya (O2 4 - 8 ppm; pH 7,0 - 8,0 ; suhu 25 - 28 derajat 0C)

? Pada suhu air 25 - 28 derajat 0C telur akan menetas 18-24 jam selesainya pembuahan.

Hasil

? Fekunditas berkisar 29.000 - 44.000 butir telur/Kg induk, fertilisasi 80%, & Hatching Rate (derajat penetasan) 70%.

Pemeliharaan Larva

? Larva dipelihara eksklusif ditempat penetasan telur

? Cangkang & telur yang nir menetas dibersihkan secara penyiponan ? 1 - 2 hari selesainya menetas, telur dapat dipindahkan ke akuarium

? Hari ke tiga larva diberikan pakan Nauplii Artemia (yg baru menetas) secukupnya

? Pemberian pakan 3 kali sehari (pagi, siang ,sore)

? Hari ke 7 sesudah menetas benih ikan siap buat didederkan pada kolam.

Pendederan

? Persiapan kolam meliputi pengeringan 2 - tiga hari, perbaikan pematang, pembuatan saluran tengah (kemalir) dan pemupukan menggunakan pupuk sangkar sebesar 500 - 700 gram per m2. Kolam diisi air hingga ketinggian 80 - 100 cm. Pada saluran pemasukan dipasang saringan berupa hapa halus buat menghindari masuknya ikan liar.

? Benih ditebarkan 3 hari setelah pengisian air kolam dengan padat penebaran 100 - 150 ekor/m2.

? Benih ikan diberi pakan berupa tepung hancuran pelet dengan dosis 10 - 20% /hari yang mengandung sekitar 25% protein

? Lama pemeliharaan 2 - tiga minggu

?

Benih yang dihasilkan berukuran dua - 3 centimeter & siap buat pendederan lanjutan.

PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT

Penyakit ikan merupakan merupakan suatu keadaan fisik, morfologi, atau fungsi yg mengalami perubahan berdasarkan syarat normal karena beberapa penyebab, dan terbagi atas dua grup yaitu penyebab menurut dalam (internal) dan luar (eksternal). Penyakit ikan umumnya adalah eksternal. Penyakit internal menurut genetic, sekresi internal, imunodefisiensi, saraf & metabolik. Penyakit eksternal tergolong dua yaitu non patogen dan patogen. Non patogen dapat asal menurut lingkungan (suhu, kualitas air) dan nutrisi ( pakan yg kurang nutrisi atau bahan beracun ) sedangkan patogen yaitu penyakit virus, fungi, bakteri, & parasit. Karakteristik infeksi dalam ikan yaitu ikan adalah salah satu hewan air yang selalu bersentuhan dengan lingkungan perairan sehingga gampang terinfeksi patogen melalui air. Infeksi bakteri & parasit nir terjadi pada hewan dara melalui mediator udara, namun pada ikan tak jarang terjadi melalui air. Pada budidaya, air tidak hanya sebagai loka hayati bagi ikan, tapi jua mediator bagi patogen. Pencegahan yang wajib dilakukan yaitu melaui ikan, dan lingkungannya. Dalam manipulasi lingkungan yg harus diperhatikan :

1. Kondisi air

Air adalah media hidup ikan sehingga buat menjaga supaya ikan permanen sehat perlunya air disaring menggunakan filter. Filter tersebut menyaring air berdasarkan jenis kotoran yang masuk dan zat ? Zat yg bisa mengganggu kondisi ikan & pembawa penyakit. 2. Pakan

Dalam petumbuhan & reproduksi selama hidup ikan perlu di berikan pakan alami & protesis. Pakan buatan yg diberikan harus diperhatikan yaitu : - Bahan standar yang dibuat haruslah sesuai dengan kebutuhan gizi ikan , - Suhu dalam saat penyimpanan haruslah sesuai menggunakan kondisi kamar sehingga tidak cepat rusak.

- Pakan yg diberikan nir kadarluarsa

- Pakan yang diberikan terbungkus & tersimpan menggunakan rapi ( tidak kontak dengan lantai ).

3. Hygienis

Untuk menjaga syarat ikan agar tidak sakit galat satunya yaitu menggunakan menjaga dan menggunakan indera?Indera & bahan selama pemeliharaan haruslah desinfektan & diusahakan dalam satu wadah budi daya haruslah memiliki alat dan bahan sendiri sebagai akibatnya jika tertular penyakit ,maka wadah lain tidak eksklusif terkena penyakit. Selain itu ikan jua harus desinfektan agar bisa menjaga kesehatan ikan supaya baik.

4. Keberadaan Ikan Liar

Ikan liar dalam wadah budidaya dapat menjadi pembawa penyakit, bertindak sebagai competitor, dan menjadi loka melekat inang (parasit, fungi, bakteri). Selain sebagai competitor, ikan liar jua dipercaya menjadi pesaing dalam pemanfaatan pakan, oksigen & ruang pada dalam wadah budidaya. Agar ikan liar tidak bisa masuk ke dalam wadah budidaya, pada saluran pemasukan air diberi filter atau saringan. Selain pemasangan saringan, juga perlu dilakukan seleksi benih sebelum benih ditebar. Lima. Vektor Pest Control (VPC) VPC adalah suatu usaha yang dilakukan untuk pengontrolan organisme hayati sebagai pembawa penyakit pada organisme lainnya, misalnya Argulus sp yang adalah parasit bagi ikan, andaipun demikian Argulus sp jua bisa diserang sang parasit lain. Ikan seribu juga dapat sebagai pembawa penyakit larnea sp bagi ikan-ikan peliharaan. Vektor tersebut menggangu ikan peliharaan sehingga mengakibatkan produksi ikan menurun. 6. Pengaturan Air

Pengaturan air dilakukan dalam wadah budidaya supaya air masuk dan keluar seimbang, sehingga syarat air terjaga sinkron menggunakan kebutuhan hayati ikan.

7. Tindak Karantina dan Pemusnahan

Karantina adalah salah satu bisnis pencegahan masuk dan ke luarnya ikan yang membawa penyakit dari satu wilayah ke daerah lain sehingga penularan penyakit bisa dicegah. Bila ikan yang baru tiba berdasarkan loka lain sebaiknya dipelihara terpisah terlebih dahulu (1 ? Dua hari), dan apabila ikan-ikan tersebut nir menerangkan pertanda-pertanda terjangkit penyakit barulah ditebar pada kolam bersama ikan-ikan lain.

8. Monitoring

Dalam bisnis budidaya haruslah dilakukan monitoring secara bersiklus. Monitoring ini bertujuan buat melihat tanda-tanda-gejala yang timbul dalam ikan, apakah ikan tersebut sakit atau nir. Misalnya berdasarkan perubahan tingkah laris, penurunan nafsu makan dan perubahan warna tubuh.

9. Saluran Air

Saluran air pula dapat berperan sebagai faktor pendukung pada penyebaran penyakit. Saluran air yg baik dipakai untuk merusak penyebaran penyakit adalah saluran dengan system paralel, karena jika kolam yang satu terjangkit sang penyakit, nir gampang menyebar langsung ke kolam yg lain. Saluran air secara paralel dalam setiap kolam atau wadah budidaya telah tersedia masing - masing saluran pemasukan dan pengeluaran air. Berbeda menggunakan saluran air sistem seri, lantaran air yg ada dalam satu kolam dialirkan lagi kekolam yg lain sampai seluruh kolam yang ingin diairi terpenuhi, lantaran kolam yang satu dengan kolam yg lainnya mempunyai saluran yg menyatu sehiungga penyebaran penyakit gampang terjadi.

10. Seleksi Umur & Padat Tebar

Seleksi ini dilakukan agar ikan tidak kanibal. Selain itu pula perlu diperhatikan takaran dan ketika pemberian pakan buat mencegah kanibal tadi.

Upaya buat memperhatikan ikan itu sendiri, yaitu :

1. Manipulasi Genetik

Dengan manipulasi genetik, kita dapat membentuk ikan menggunakan kualitas yang baik, misalnya pertumbuhannya cepat & tahan terhadap agresi penyakit. Manipulasi genetik adalah keliru satu cara agar benih yg didapatkan baik atau normal (nir cacat).

Dua. Imunisasi

Imunisasi diberikan pada ikan buat mempertinggi daya tahan tubuh ikan. Vaksin bisa diberikan sewaktu memijah pada ikan dan akan berlanjut pada keturunannya (imunisasi pasif).

3. Stress

Stress merupakan gejala fisiologis dalam ikan yang kurang baik sehingga aktifitas ikan menurun. Seperti nafsu makan, berenang dan metabolismenya. Gejala tertekan ditentukan oleh saraf & hormon dalam tubuhnya.

4. Kepadatan

Padat tebar dalam bisnis budidaya haruslah sinkron sebagai akibatnya kebutuhan ruang O? & makan nir kekurangan. Untuk menebar benih perlu diperhatikan ukuran benih ikan, karena berukuran eksklusif akan mempengaruhi padat tebar ikan itu sendiri.

Pengobatan penyakit ikan sangatlah nir disarankan, merupakan alternative terakhir, menggunakan pertimbangan yang akurat. Teknik pengobatan yang dilakukan diagnosa yg tepat dan cepat, Jenis & takaran efektif obat & antibiotic , biaya dan ketersediaan, waktu dedah, peluang keberhasilan dan teknik aplikasi. Teknik aplikasi dapat dilakukan dengan perendaman (diping, short bat, long bath di akuarium/kolam). Langkah sebelum pengobatan usahakan, ikan dipuasakan, pakai bahan plastic buat mencampur, cek balik perhitungan dosis dan jumlah, lakukan dalam suhu terendah, percobaan skala kecil, evaluasi hasil percobaan, pengulangan apabila dibutuhkan dan takaran (mg/l) tergantung jenis sedianya obat dan teknik hadiah.

Tabel 1. Penyakit, gejala pencegahan dan pengobatan ikan jelawat

DAFTAR PUSTAKA

http :// www.Dkp.Go.Id/content.Php?C= 550. Informasi Teknologi Budidaya Ikan Jelawat. 01/09/03

http://global-perairan.Blogspot.Com/2012/08/ikan-jelawat.Html

Maksoem,S.O,. Dkk. 2000.?Peta Geografis Penyebaran Penyakit Ikan Air Tawar?. Direktorat Jendral Dinas Perikanan & Kelautan. Jakarta.

Syofan dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Jelawat Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Yuasa.K,. Dkk.2003. ? Paduan Diagnosa Penyakit Ikan Air Tawar ?.JICA. Departemen Kelautan dan Perikanan.

#Tag :

Teknik Budidaya Cacing Sutera

Budidaya cacing sutera dapat dilakukan pada kolam tanah, kolam plastik juga di rak nampan plastik bertingkat. Semua wadah mempunyai keunggulannya masing - masing. Tetapi yang paling gampang & berhemat ruang adalah budidaya cacing sutera pada rak nampan plastik bertingkat.

Budidaya cacing sutra dengan Tray/Nampan terhitung baru dilakukan. Sistem ini sebetulnya bukan hal baru pada sistem pembesaran pada budidaya udang. Sistem ini pada dasarnya mengolah dan menggunakan kembali air yang sudah dipakai pada proses budidaya udang. Pengisian air  baru dari luar sistem hanya dilakukan untuk mengganti air yang susut/berkurang akibat kebocoran ataupun evaporasi. Pada sistem budidaya cacing sutra dengan menggunakan nampan/tray ini mempunyai beberapa keuntungan, yaitu :

  1. Lebih hemat dalam penggunaan air. Air yang sudah melewati susunan media pada    nampan/tray ditampung dengan wadah yang ada dibagian bawah rak untuk kemudian dialirkan kembali ke media yang paling atas dengan menggunakan pompa air/dab.
  2. Menghemat Penggunaan Probiotik dan Obat-obatan lainnya. Probiotik dan obat-obatan yang dicampur pada media tumbuh/substrat budidaya cacing sutra yang ikut terbawa arus air tidak terbuang dengan percuma ke perairan luar. Probiotik yang ikut tertampung pada wadah bagian bawah wadah rak bersama air bisa digunakan kembali dengan cara dialirkan ke media yang paling atas dengan bantuan pompa air/dab.
  3. Budidaya cacing sutra dengan sistem ini tidak membutuhkan lahan yang luas, karena medianya disusun ke atas secar vertikal yang cenderung bisa juga dilahan yang sempit seperti disela-sela sekatan rumah ataupun tempat lainnya. Agar kapasitas produksinya bisa maksimal ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam budidaya tubifex sp  dengan sistem tray/nampan ini, yaitu :

  • Nampan diusahakan supaya yg awet dan tahan pecah, sebagai akibatnya bibit yang sudah terdapat dimedia tidak mesti mengulang menurut awal budidaya yang umumnya membutuhkan waktu 50 ? 57 hari mulai dari awal sampai menggunakan panen.
  • Kayu balok dan reng bambu yang dipakai jua diusahakan agar kwalitasnya juga bagus untuk menghindari peristiwa yang nir diinginkan misalnya patah/roboh dampak kayu/reng bambunya patah atau gampang ringkih.
  • Jumlah nampan/tray diatur sebanyak mungkin dengan tetap memperhatikan kekuatan rangka yang terdapat
  • Semakin banyak rak/susunan kerangka akan semakin banyak produksi cacing sutra

Rak nampan plastik bertingkat

Perkembangbiakan Cacing Sutera

Khairuman dan Amri (2002), menyatakan cacing sutra ( Tubifek sp ) adalah termasuk organism hermaprodit. Pada satu individu organism ini terdapat dua alat kelamin dan berkembangbiak dengan cara bertelur dari betina yang telah matengtelur. Sedangkan menurut Chumaidi dan Suprapto ( 1986 ), telur cacing sutra terjadi didalam kokon yaitu suatu bangunan berbentuk bangunan bulat telur, panjang 1mm dan diameter 0,7 mm yang dihasilkan oleh kelenjar epidermis dari salah satu segmen tubuh yang disebut kitelum. Tubuhnya sepanjang 1,5-2,5cm, terdiri dari 30-60 segmen atau ruas. Telur yang ada didalam tubuh mengalami pembelahan, selanjutnya berkembang membentuk segmen-segmen.Setelah beberapa hari embrio cacing sutra akan keluar dari kokon.

Induk yang dapat membuat kokon & mengeluarkan telur yg menetas sebagai cacing sutra memiliki usia kurang lebih 40-45 hari. Jumlah telur dalam setiap kokon berkisar antara 4-lima buah.Waktu yang dibutuhkan untuk proses perkembangbiakan telur didalam kokon hingga menetas sebagai embrio tubifex membutuhkan ketika sekitar 10-15 hari. Daur hidup cacing sutra berdasarkan telur, menetas sampai menjadi dewasa serta mengeluarkan kokon diharapkan saat kurang lebih 50-57 hari

Syarat Hidup Cacing Sutera

Cacing sutra memiliki bentuk & ukuran yang mini serta ramping dengan panjangnya 1,5-dua,5 cm, sepintas tampak seperti koloni merah yang melambai-lambai lantaran rona tubuhnya kemerah-merahan, sehingga seringkali jua dianggap menggunakan cacing rambut. Cacing ini adalah keliru satu jenis benthos yg hayati pada dasar perairan tawar wilayah tropis & subtropis, tubuhnya beruas-ruas dan memiliki saluran pencernaan, termasuk kelompok Nematoda. Cacing sutera hayati diperairan tawar yg jernih dan sedikit mengalir. Dasar perairan yg disukai adalah berlumpur & mengandung bahan organik. Makanan utamanya merupakan bagian-bagianorganik yang telah terurai dan mengendap pada dasar perairan tersebut.

Cacing sutera adalah organisme hermaprodit yg memiliki 2 indera kelamin jantan & betina sekaligus pada satu tubuh. Berkembangbiak dengan bertelur, proses peneluran terjadi di dalam kokon yaitu suatu segmen yg berbentuk bulat telur yang terdiri berdasarkan kelenjaar epidermis berdasarkan keliru satu segmen tubuhnya. Telur tersebut mengalami pembelahan, kemudian berkembang menciptakan segmen-segmen. Setelah beberapa hari embrio berdasarkan cacing ini akan keluar dari kokon. Cacing ini mulai berkembangbiak sehabis 7-11 hari .

Cacing sutera yang dikenal sebagai cacing rambut ini dapat hidup pada subtract lumpur dengan kedalaman antara 0 – 4 cm. pada prinsipnya Sama dengan hewan air lainnya, namun dalam kehidupannya cacing sutera ini senang dengan air, dan air memiliki peran  fungsi yang sangat penting untuk hidup tumbuh berkembang dengan baik diperlukan kwalitas air yang sesuai yaitu:

  • Pada pH : 5,5 – 8.0
  • Suhu yang baik antara 25 – 28 derajat celcius
  • DO ( oksigen terlarut ) : 2,5 – 28 ppm
  • Untuk kebutuhan debit air secukupnya dan tidak terlalu besar mengingat cacing ini sangat kecil

Cacing sutra tergolong hewan hermaprodit yg berkembangbiak melalui telur dengan pembuahan secara eksternal. Telur yg dibuahi oleh jantan akan membelah jadi 2 sebelum saat menetas.

Makanan Cacing Sutera

Semua bahan organik yang dilemebekkan alangkah bagusnya jika difermentasi, apabila difermentasi akan menaikkan kandungan nutrisi yang sangat diperlukan sang cacing sutra. Di alam fermentasi itu terjadi secara alami, sebagai akibatnya menumbuhkan tumbuhan ganggang yg bervilamen & pakan alami misalnya fittoplankton, yooplankton dan Hewan kecil lainnya . Itulah sebagian kuliner cacing sutra dialam. Untuk pakan budidaya cacing sutra yang paling efisien menggunakan ampas tahu yg pada fermentasi, karena ampas memahami telah steril & lembek. Ampas tahu sanggup dibubuhi lagi dengan buah-buahan, tepung ikan, & bahan yang mudah didapat.

Pembuatan Media Hidup Cacing Sutera

  1. Ambil Lumpur Kolam yg mengandung pasir yang Sudah Disaring
  2. Siapkan Kotoran Ayam  dan ampas tahu yg sudah difermentasi, bahan makanan tsb dicampur dengan perbandingan kohe 1 ampas tahu 10.
  3. Pencampuran makanan tadi dicampur lagi dg Lumpur media. Dg perbandingan makanan 1 lumpur halus 7. kemudian diamkan selama minimal 1 hari.
  4. Teknik budidaya cacing sutera secara umum dapat dilakukan pada media lumpur yang dicampur dengan kotaran ayam dan bekatul, yg sudah difermentasi.

Panen

Untuk mencapai masa panen, budidaya cacing sutra sebenarnya tidak membutuhkan waktu yg usang. Jika cara beternak yang diterapkan sudah benar, maka cacing sutra telah bisa dipanen selesainya 8 hingga 10 hari semenjak penebaran bibit. Setelah itu, output panen sudah bisa dijual pada tempat-tempat penjualan pakan ikan atau pada toko ikan.

Panen cacing sutera perdana sekitar 2 bulanan lalu dapat dilakukan 7 ? 10 hari sekali. Apabila dibiarkan terlalu lama , maka jumlah cacing sutera akan berkurang kembali, karena secara alami terjadi persaingan antar-cacing itu sendiri.

Konsep panen cacing sutera ialah mengurangi koloni, yaitu bila permukaan dipanen maka bagian bawah cacing akan tumbuh. Dalam satu wadah/nampan mampu membuat 100-150 ml cacing sutera.Panen cacing sutera dilakukan sehabis budidaya berlangsung beberapa minggu & berturut-turut bisa dipanen setiap 2 minggu sekali. Pemanenan cacing sutra dilakukan dg mengambil ca-sut yang terdapat dipermukaan bersama lumpurnya.Setelah terkumpul, output panen casut dicuci dg jaring khusus hingga lumpur halus keluar. Kemudian tiriskan sementara waktu.

Letakkan cacing sutrayg masih bercampur lumpur kasar kedlm wadah dg ketebalan 3-4 cm.

Semoga Bermanfaat...

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN CUPANG

Ikan ini pertama kali ditemukan pada perairan Thailand, Malaysia. Sekalipun dahulu belum mengetahui kehebatanya bertarung, namun keliru satu yang acapkali mendapatkan perhatian adalah sijantan mempunyai warna yang menarik, selain itu juga muda diurus, karena tahan ditempatkan dalam wada yg berukuran kecil dan muda menyesuaikan diri.

Keunggulan cupang buat bertahan hayati (dan bukan berkembang biak) di tempat sempit tidak bias tidak karena cupang mempunyai lebirinth, yaitu perangkat pernapasan tambahan yg terletak pada sebelah rongga insangnya. Dengan alat canggih nyang konstruktif ini cupang sanggup mengkonsumsi osigen eksklusif berdasarkan udara bebas, yg sporadis bias dilakukan sang ikan lain. Kenyataan ini mudah dideteksi apabila kita perhatikan bahwa setiap beberapa mnt cupang menyembulkan moncongnya ke bagian atas air.

Klasifikasi ikan cupang

Ikan cupangmempunyai daftar klasifikasi yang panjang. Daftar pembagian terstruktur mengenai yg popular dengan sebutan sistematika ikan tersebut merupakan sebagai berikut:

Filum : Chordata

Subfilum : Craniata

Superkelas : Gnathostomata

Kelas : Osteichthyes

Subkelas : Actinopterygii

Superordo : Teleostei

Ordo : Percomorphoidei

Subordo : Anabantoidei

Famili : Antibantidae

Genus : Betta

Spesies : Betta splendens

Morfologi Ikan Cupang

Bettea splendens alam-yang diambil menurut alam aslinya adalah ikan yg mempunyai postur badan memanjang, & jika diliat dari depan atau dari belakang memiliki potongan badan yang pipih kesamping (compressed). Sebagai ikan liar, ternyata badannya seperti menggunakan bunglon, beragam tergantung alam yg membentuknya. Beberapa spesimen yg tergolong anggun mempunyai rona badan dasar coklat kemerah-merahan menggunakan corak kebiru-biruan. Semua sisi sangat dekoratif dan warnanya sangat beragam. Sirip punggung sangat lebar & terentang sampai kebelakang, walaupun badannya tidak terlalu besar akan tetapi keliatan kokoh & menawan. Sirip ekornya berbentuk membulat (rounded) berwarna dasar sama menggunakan badannya.

Sirip ekor ini strip berwarna dasar sama dengannya. Sirip ekor ini jua dihiasi dengan strip berwarna sedikit kehijau-hijauan, tak jarang kali ujungnya berwarna oranye. Sirip analnya berwarna hijau kebiru-biruan, juga memanjang, memantapan eksistensinya sebagai ikan jago berkelahi. Sirip anal ini kadang-kadang dibubuhi rona coklat & merah. Sirip perutnya pula panjang dan rona merah oranye. Hanya saja, ujang siripnya tak jarang kali dihiasi warna putih susu. Ukuran badan ikan cupang ini buat yang jantan mencapai lima - 6 cm, tapi buat betina biasanya berukuran badannya lebih kecil berdasarkan badan jantan.

Pemilihan Induk

Induk cupang yg hendak dipijahkan bila telah mencapai umur kurang lebih 6-7 bulan, menggunakan panjang total antara 5-6 centimeter. Induk-induk wajib sehat, nir cacat badannya atau mengidap galat satu penyakit. Pejantan belum pernah diadu. Untuk mengetahui betina yang telah matang gonad dapat diperhatikan perutnya. Selain lebih gemuk menurut dalam umumnya, dalam perut betina sudah nampak menurut luar bayangan telur-telurnya. Sedangkan pejantan biasanya akan selalu siap diawinkan asalkan umurnya sudah memenuhi kondisi.

Persiapan Wadah

Tempat buat pemijahan ikan cupang sangatlah mudah, cupang sanggup dipijahkan pada akuarium dengan berukuran 20x20x20 centimeter, atau pada bak yang disekat-sekat bahkan bisa dipijahkan pada toples sekalipun. Wadah pemijahan dibersihkan & diisi air, kemudian masukkan tumbuhan air buat pemempatan telur-telur hasil dari pemijahan.

Pemasukan Induk

Setelah persiapan wadah terselesaikan maka induk jantan bisa dimasukkan lebih dahulu agar dapat mengikuti keadaan terlebih dahulu. Setelah itu masukkan induk betinanya, selesainya beberapa lama induk jantan akan menciptakan sarang telur menggunakan mengeluarkan gelembung-gelembung.

Proses Pemijahan

Pemijahan ikan ini dapat diketahui menggunakan menyaksikan cupang-cupang tersebut saling berpelukan pada flora air & melayang hingga beberapa saat, lalu akan keluar telur dan akan segera dibuahi oleh induk jantan. Telur-telur yg melayang pada pada air akan segera di tangkap sang induk jantan buat disusun di gelembung-gelembung busa yang telah dibuatnya.

Perawatan Benih

Telur-telur akan menetas selesainya dua-3 hari, setelah menetas induk ikan diangkat. Benih-benih ikan dapat diberi pakan setelah berumur 4 yaitun kutu air saring. Pergantian air dilakukan 2 hari menggunakan menyipon kotoran- kotoran yang terdapat di dasar wadah.

Setidak-tidaknya ada 3 penyebab utama yg biasa mematikan cupang-cupang kesayangan kita. Antara karena yg satu dengan lainnya kadang-kadang erat kaitannya. Penyebab utama merupakan hama ikan. Batasan hama di sini adalah segala macam makhluk, baik pada dalam air ataupun di luar air yang biasa memangsa ikan cupang. Penyebab ke 2 adalah parasit, yaitu makhluk air atau non air yg mengakibatkan ikan terjangkit penyakit dan akhirnya ikan mampu mati. Penyebab ketiga adalah nonparasit, yaitu selain parasit yg pula bisa mengakibatkan cupang sakit, & akhirnya tewas.

Hama

Seperti telah disinggung pada atas hama adalah segala bentuk makhluk hayati yg ?Doyan?Memangsa cupang, entah barasal dari dalam air atau menurut luar. Hama yang kerap sebagai pemangsa cupang adalah burung, kucing, kadal, kodok, ular, anjing air & lain sebagainya.

Menghalau hama tersebut secara total memang nir mungkin dilakukan, lantaran sifatnya yg hayati. Namun mengurangi serangannya dengan Mengganggu hama tadi menghambat mendekati cupang mungkin merupakan cara yang efektip. Tentu saja upaya penanggulangan ini baru efisien bila kita mempunyai suatu unit buddaya cupang, dan bukannya hanya satu atau 2 ekor saja.

Untuk menghindari burung, biasanya para petani cupang memasang jaring diatas kolam-kolam cupang. Tentu saja tidak perlu jaring yang cantik, lantaran mahal harganya. Jaring bekas & telah bolong di sana sini cukup memadai buat keperluan ini. Bagian yg bolong kita tambal sulam dulu dengan tali rafia atau benang. Untuk menunjang benang jaring, biasa pula diberi pita kaset bekas yg direntangkan pada sana sini. Kilauan sinar matahari yg menyilaukan dari pantulan pita tersebut akan mengurangi keinginan burung mendekati kolam cupang. Beberapa petani memasang kincir angin yg bisa berbunyi buat menakut-nakuti burung pemangsa.

Jaring bermata halus dapat jua dipakai menjadi penghambat ular pengganggu cupang. Jaring tadi dipasang sekeliling kolam & akan menjerat bila ular mencoba menerobosnya. Agar areal kolam cupang jangan hingga didekati ular, umumnya orang membersihkan rumput-rumput liar dan menaburinya dengan garam krosok. Cara ini tak jarang dilakukan orang yg baru pindah rumah, agar terhindar berdasarkan ular yang nyasar.

Kucing adalah binatang tempat tinggal ,yg acapkali dipelihara buat sahabat anak-anak. Tetapi apabila kita hendak mengusahakan cupang,kehadirannya diusahakan nir mengganggu cupang-cupang. Hal ini sanggup ditempuh menggunakan memberikan cupang ditempat yang tertutup. Enceng gondok atau daun-daunan yang bisa digunakan cupang menjadi loka ?Berteduh? Umumnya relatif menolong. Cupang-cupang yang terdapat di bawah perakaran enceng gondok paling tidak akan selamat dari keusilan kucing.

Anjing air terenal sebagai hama yang sangat rakus memangsa ikan-ikan dan sulit diberantas. Bahkan pada areal budidaya ikan konsumsi, anjing air ini populer menjadi perampok angka satu, terutama kita tinggal didaerah baru yg masih poly tumbuh tanaman yg besar dan dekat dengan sungai. Anjing ini akan datang berbondong-bondong pada malam hari dan menyikat habis ikan dalam kolam. Untuk mengamankannya, wajib ditinjau berdasarkan mana anjing ini tiba, lalu loka itu kita tanami pandan berduri kedap-kedap. Hanya menggunakan cara itulah kita boleh berharap anjing air tidak tiba, lantaran apabila hanya dawai berduri anjing ini masih dapat menerobos.

Penyakit Parasiter

Sebagaimana sudah disinggung diatas, penyakit parasiter adaah penyakit yang ditimbulkan oleh parasit, yaitu sebangsa fauna renik yg menyebaban ikan cupang sakit & mangkat . Berbeda menggunakan hama, umumnya parasit ukuran lebih kecil berdasarkan dalam cupang, & menyerang pada galat satu atau beberapa bagian tubuh ikan. Jika parasit menyerang beberapa saat kemudian ikan-ikan akan meninggal.

Beberapa parasit yg biasa menyerang cupang adalah kutu ikan, bintik putih velvet, & fungi lain sebagainya. Cupang yang terjangkit penyakit ini umumnya mengalami perubahan dalam seluruh bagian tubuhnya, selain perilakunya. Perubahan perilaku yang acapkali tampak merupakan cara berenangnya, mogok makan & menentukan buat tetap tinggal dipermukaan air. Perubahan warna juga terjadi pada seluruh badannya, & nir jarang beberapa bagian siripnya hilang.Kutu ikan merupakan sebangsa udang renik primitif, yg hidup secara berpindah-pindah menurut satu ikan ke ikan lain & mengisap darah mangsanya. Cupang dapat ditulari kutu ikan dari telur-telurnya yg secara nir segaja terbawa serokan atau melekat ditempat pemeliharaan.

Cupang yang terjangkit kutu ikan (Argulus indicus) dapat dikenali berdasarkan badannya yg ditempeli kutu ikan ini (berwarna putih kelabu). Dalam jumlah sedikit kutu ikan ini dapat diambil dengan pinset (penjepit), emudian bekas lukanya diobati dengan obat merah.Untuk mencegah menjangkitnya penyakit ini, sebelum dipaai bak harus dibersihkan dan dikeringkan. Bak yg lama nir dibersihkan & airnya arang diganti dapat memungkinkan hidupnya kutu ikan. Kutu ikan tidak sama dengan kutu air yang biasa untuk makanan cupang. Sejumlah garan yg dimasukkan kedalam akuarium yang berisi ikan sakit, bisa menghilangkan kutu ikan ini.

Jamur dapat menyerang tubuh ikan cupang bila tubuh cupang terluka dan kemudian terinfeksi oleh fungi. Jamur merupakan infeksi sekunder dan bukannya penyebab pertama ikan-ikan sakit. Cupang-cupang yang telah terselesaikan diadu atau berantem secara nir segaja, kemungkinan akbar akan terserang jamur, bila tidak dilakukan langkah-langkah pencegahan. Jamur bias hadir diakuarium atau bak, jika masih ada organ yg mangkat atau rusak. Untuk mengobati cupang yg terjangkit jamur bisa dipakai Malachygreen.

Bintik putih ditimbulkan sang Ichthyophthirius multifiliis yang poly jumlahnya pada tubuh cupang, sebagai akibatnya membangun bintik putih (white spot) dalam tubuh cupang. Parasit ini dapat merusak tubuh ikan, dan menyebabkan pendarahan pada sirip & insang ikan. Pada termin yang sudah kronis dapat mengakibatkan ikan tewas. Serangannya cepat menyebar dalam seluruh bak, atau dalam bak lain jika terjadi kontak lewt serokkan atau ikan yang dimasukkan dalam bak lain. Cupang-cupang yg terserang bintik putih sebaiknya dipisahkan & diobati dengan Malachytgreen & Metheleneblue. Sedangkan ikan-ikan lainnya pula diobati, & bak atau tempatnya dibersihkan dan dikeringkan.

Penyakit lain yg tak jarang menyerang ikan cupang adalah penyakit yg dikalangan petani populer dengan sebutan penyakit stip. Tubuh cupang terserang, sirip punggung ataupun ekornya gosong atau hitam. Petani umumnya mengobati dengan tetra ? Sendok dan 1 sendok garam yang dilarutkan dalam 25 liter air. Ikan-ikan yang sakit, kemudian dilarutkan kedalam larutan ini dan dibiarkan selama beberapa waktu sebagai akibatnya keadaannya baik balik . Seperti halnya pada penyakit-penyakit lainnya, buat mencegah penularan dan penyerangan ulang, sebaiknya loka cupang dibersihkan & dikeringkan.

Penyakit lainnya merupakan penyakit sariawan, yg ditandai dengan timbulnya keputih-putihan pada verbal ikan ikan. Ikan yang terjangkit sariawan bisa jua diobati dengan cara mengobati stip.

Penyakit Non-Parasiter

Penyakit non-parasiter adalah penyakit yg bukan disebabkan sang parasit. Artinya, selain parasit yakni organ diluar cupang yg kentara-kentara bisa mengakibatkan ikan sakit, ada hal-hal lain bersifat teknis yg pula bisa menyebabkan ikan cupang sakit bahkan meninggal.

Penyakit non-parasiter biasanya berupa perubahan suhu yang mendadak, suhu yang terlalu tinggi atau rendah,kandungan karbon dioksida yg terlalu tinggi pada kolam/bak, dan lain sebagainya.

Yang paling seringkali dialami oleh para pemula adalah nir cocoknya air dipakai ketika pertama kali. Mereka yg memakai air baru akan mengalami hal misalnya ini. Air wajib diendapkan terlebih dahulu selama 24 jam baru kemudian digunakan. Apabila mengganti air, bisa saja digunakan air yang benar-benar baru, asalkan masih tersisa air lama minimal setengahnya.

Yang jua sering terjadi, dalam waktu memasukkan ikan baru, acapkali kali ikan sakit atau bahkan ikan mati bila pribadi dimasukkan tanpa mengalami proses adaptasi terlebih dahulu. Juga pada waktu pengangkutan dalam siang hari yg terik, tanpa mengindahkan ikan cupang yang kepanasan, umumnya kita akan temukan ikan-ikan cupang yg 1/2 meninggal ketika hingga dirumah.

Hal-hal tersebut seperti diatas aan menyebabkan ikan sakit atau mangkat , padahal jelas bukan parasit penyebabnya. Oleh karenanya penyakit seperti ini diklaim penyakit non-parasiter.

DAFTAR PUSTAKA

Daelami, D. 2002. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya. Jakarta

Hardjamulia, A. 1978. Budidaya. Departemen Pertanian Badan Pendidikan & Penyuluhan Pertanian. SUPM Bogor

Hermanto dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Ikan Cupang Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Http://www.Artikelwirausaha.Com/category/database/ikan-cupang/

Kusumah, H. 1985. Penyakit & Hama Ikan. Departemen Pertanian Badan

Susanto, Heru. 1992. Memelihara Cupang. Kanisius.Tanggerang

#Tag :