Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Pendinginan Ikan Dengan Udara Dingin

Prinsip yang dianut sama misalnya dalam pendingin menggunakan menggunakan es. Udara dingin dibuat menggunakan mesin pendingin & disemprotkan ke pada ruangan dimana ikan disimpan.

Udara dingin tidak cepat mendinginkan ikan bahkan cenderung merusak ikan yakni ikan mengalami kekeringan (dehidrasi) yang menjadikan ikan sebagai kemarau / berkerut, warnanya kusam & terjadi penyusutan berat. Untuk itu pendinginan dengan udara dingin ini diperlukan es buat mendinginkan ikan dengan cara dicampur atau bagian atas ikan ditutup menggunakan es.

Sumber : Modul Teknologi Hasil Perikanan

Semoga Bermanfaat...

Produksi Benih Ikan Gurami (Osphronemus goramy, Lac) Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-6485.3-2000)

BATASAN

Standar  ini menetapkan  persyaratan dan cara pengukuran serta pemeriksaan  produksi  benih ikan gurami (Osphronemus goramy, Lac.) kelas benih sebar.

PERSYARATAN PRODUKSI

Pra produksi

1)   Lokasi kolam :  a) lahan : bebas banjir dan pengaruh pencemaran; b) tanah dasar : stabil, tekstur 50 – 60 %, lempung < 20 % pasir dan sisanya serbuk bahan organik.

2)   Sumber air :  tidak tercemar dan tersedia sepanjang tahun.

3)   Wadah : berupa kolam atau bak, bisa dikeringkan, untuk penetasan telur dan pemeliharaan larva berupa akuarium, corong penetasan kerucut atau Waskom, untuk pendederan I, II, III, IV dan V berupa kolam tanah atau tembok.

4)   Induk : sesuai dengan SNI 01-6485.1-2000.

5)   Bahan : a) pakan buatan : dengan kandungan protein > 30 % dan pakan hijauan antara lain daun sente (Alocasia macrosrhitia); b) pupuk organik; c) kapur tohor; d) bahan kimia dan obat-obatan : yang direkomendasikan.

6)   Peralatan : a) pemijahan, penetasan dan pemeliharaan larva : sarang tempat sampah plastik atau bambu, bahan sarang dari sabut kelapa atau ijuk yang halus, alat pengukur kualitas air dan alat lapang  (timbangan,waring, ember, lambit, sikat bak);   b) pendederan I, II, III, IV dan V :  pengukur kualitas air dan alat lapang yaitu hapa/waring, lambit, ember, cangkul.

Proses Produksi

1)   Pemijahan :  a) padat tebar  induk : 1 ekor /5 m2  (perbandingan jantan dan betina  1 : 3 - 4, produksi telur : 1.500 – 2.500 butir/kg induk betina; b) tata letak sarang : 1 - 2 m dari tempat bahan sarang, kedalaman 10 - 15 cm dari permukaan air dan diletakkan di permukaan air; c) panen telur : sarang diangkat setelah induk bertelur, pisahkan telur dari sarang untuk ditetaskan, telur yang baik berwarna kuning bening dan pisahkan telur berwarna kuning keruh untuk dibuang; d) kualitas air media pemijahan : suhu : 25 -      30 ºC,  pH  6,5 - 8,0, laju pergantian air : 10 - 15 % per hari, ketinggian air : 40 - 60 cm.

2)   Penetasan telur : a) kualitas air media di akuarium : suhu 29 - 30 ºC, pH  6,7 - 8,6 dan ketinggian air : 15 - 20 cm; b) padat tebar telur : 4 - 5 butir/cm2; c) waktu penetasan telur : 36 - 48 jam.

3)   Pemeliharaan larva : a) kualitas dan kuantitas air di akuarium : suhu 29 - 30 ºC,  pH : 6,5 - 8,0 dan ketinggian air : 15 - 20 cm; b) padat tebar : 15 - 20 ekor/liter; c) pakan : cacing Tubifex, Moina atau Daphnia; d) obat-obatan : antibiotika (jika diperlukan, oksitetrasiklina dengan dosis 5 mg/l-10 mg/l), garam 500 - 1000 mg/l dengan cara perendaman selama 24 jam. (Catatan  : saat ini sudah tidak diperbolehkan).

4)   Pendederan I, II, III, IV dan V : a) kualitas dan kuantitas air kolam : suhu : 25 - 30 ºC, pH : 6,5 - 8,5 , debit air : 0,4 - 0,7 liter/detik untuk lahan 500 m2, ketinggian air : 40 - 60 cm dan kecerahan :  > 30 cm;  b) penggunaan bahan pada pendederan I, II, III, IV dan V di kolam  : pakan,  pupuk organik dan  kapur tohor (lihat tabel ), penggunaan obat-obatan : antibiotika (jika diperlukan, oksitetrasiklina dosis 5 -10 mg/l), kalium permanganat 1 - 3 mg/l, formalin 25 ppm, garam 500 – 1.000 mg/l dengan cara merendam selama 24 jam. (Catatan : semua antibiotik saat ini sudah tidak diperbolehkan); c) ukuran benih yang ditebar;  d) padat tebar dan e)  waktu pemeliharaan seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel : Proses produksi ikan gurami dalam setiap tingkatan pemeliharaan

Pemanenan

1)   Sintasan : pada larva : 80 - 95 % & pendederan I, II, III, IV dan V : lihat tabel.

2)   Ukuran panjang total dan bobot benih yang dipanen; larva,  benih pada P I, P II, P III, P IV dan P V sesuai dengan SNI 01-6485.2-2000

CARA PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN

1)   Suhu : dengan termometer, dipermukaan dan dasar  pada pagi dan sore.

2)   pH air : pH meter atau pH indikator (kertas lakmus).

3)   Debit air : dengan mengukur volume air masuk ke wadah penampungan dibagi waktu yang dibutuhkan (liter /detik).

4)   Ketinggian air : dengan penggaris yaitu mengukur jarak antara dasar wadah sampai ke permukaan air, penggaris (cm).

5)   Kecerahan air : dengan sechi disk (garis tengah ≥ 25 cm) diberi tali/tangkai yang dimasukkan ke dalam wadah pemeliharaan, mengukur jarak antara permukaan air ke piringan saat pertama piringan tidak terlihat (cm).

6)   Penggunaan bahan : a) jumlah pakan = (bobot rata-rata ikan (≥ 30 ekor ikan sampel)) x  (Σ populasi ikan yang ditanam) X % tingkat pemberian pakan (gr atau kg); b) jumlah pupuk = (dosis pupuk/m2) X luas wadah pemeliharaan (g atau kg); c) jumlah kapur = (dosis kapur /m2) X luas wadah pemeliharaan (g atau kg); d) jumlah padat tebar benih = (Σ benih ditebar/m2)  X  luas wadah pemeliharaan; e) panjang total benih = mengukur jarak antara ujung mulut - ujung sirip ekor  dengan jangka sorong atau penggaris (cm); f) pengukuran bobot benih = benih ditimbangan dengan timbangan analitis (g atau mm).

REFERENSI

BSN, 2000. SNI 01-6485.3-2000 Produksi Benih Ikan Gurami (Osphronemus goramy, Lac)  Kelas Benih Sebar. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Pendinginan Ikan Dengan Air Yang Didinginkan

Pendinginan ikan dengan air dingin merupakan memanfaatkan air menjadi medium pendingin guna menurunkan suhu ikan mencapai 0? Hingga hingga 1? Dengan cara memasukan ikan kedalam air yang telah dinginkan.

Berdasarkan jenis air, pendinginan dapat dilakukan dengan cara :

  1. Air tawar didinginkan dengan es
  2. Air tawar direfrigerasi
  3. Air laut direfrigrasi dengan  es
  4. Air garam didinginkan dengan es
  5. Air garam direfrigerasi

Kelebihan pendinginan dengan air dingin :

  1. Daya awet lebih panjang
  2. Ikan kurang mengalami tekanan
  3. Laju pendingin lebih cepat
  4. Penanganan cepat dan mudah
  5. Daging ikan menjadi lebih padat bila menggunakan larutan garam dingin

Kekurangannya :

  1. Makin menghanyutkan protein
  2. Terjadi perubahan warna
  3. Penyerapan air oleh ikan yang berkadar lemak rendah
  4. Ikan menyerap garam jika menggunakan air garam / air laut.

Sumber : Modul Teknologi Hasil Perikanan

Semoga Bermanfaat...

Produksi Ikan Corydoras Albino (Corydoras alpeno) Ukuran “M” dan “L” (Ringkasan SNI 01-6496.1-2000)

BATASAN

Standar  ini menetapkan persyaratan serta cara pengukuran dan pemeriksaan produksi ikan corydoras albino ukuran M dan L. Standar ini merupakan suatu rangkaian kegiatan pra produksi, proses produksi dan pemanenan. Corydoras albino (Corydoras alpeno) adalah salah satu jenis corydoras yang warna seluruh tubuhnya albino dan matanya berwarna merah.

PERSYARATAN

Pra produksi

1)   Lokasi : bebas banjir dan pencemaran, ketinggian 0 – 1.000 m dpl, sumber air memenuhi persyaratan minimal budidaya, tersedia sepanjang tahun.

2)   Wadah :  bak fibre glass ukuran 1 ton atau bak semen ukuran 1 x 1 x 0.5 m.

3)   Benih : ukuran 1,75-2,0 cm (S) dan 2,5-3,0 cm (M).

4)   Pakan : tubifex sp (protein 57%), obat-obatan (metilene blue, KmnO4, antibiotik dan formalin).

5)   Peralatan : termometer, hardness, pH meter, DO meter, scoope net, ember, selang dan lainnya.

Produksi

1)   Kualitas air : suhu 21 – 27,5oC, pH 6 – 8, oksigen terlarut > 3 mg/l, ketinggian air 1012 cm.

2)   Standar produksi benih pembesaran di bak seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Standar produksi benih pembesaran di bak

CARA PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN

1)   Suhu : dengan termometer pada pagi dan sore hari di permukaan dan dasar wadah;

2)   pH : dengan kertas lakmus atau pH meter;

3)   Oksigen terlarut : dengan DO-meter, dipermukaan air dan dasar pada pagi dan sore.

4)   Ketinggian air : dengan meteran atau alat sejenis dengan satuan centimeter

5)   Panjang standar :dengan mengukur ujung mulut sampai pangkal ekor dalam sentimeter;

6)   Jumlah pakan : bobot rata-rata ikan (≥ 30 ekor ikan sampel) x jumlah populasi ikan yang ditebar x persentase tingkat pemberian pakan yang telah ditetapkan.

7)   Waktu pemeliharaan : menghitung waktu benih mulai ditebar sampai panen.

8)   Sintasan : membandingkan jumlah induk yang hidup ketika panen dengan benih yang ditebar (%)

9) Bobot tubuh : dengan menggunakan timbangan analitik (ketelitian 0,1 mg) dalam gram.

10) Pemanenan : disyaratkan memiliki sintasan 80% dengan panjang 2,2-2,3 cm/ekor untuk pembesaran I dan 2,5-3,0 cm/ekor untuk pembesaran II.

11) Pengukuran panjang standar : dengan mengukur jarak antara ujung mulut hingga pangkal ekor dan dinyatakan dalam satuan cm. Bobot tubuh dilakukan dengan menggunakan timbangan dan dinyatakan dalam gram atau kilogram. Pengukuran suhu dengan menggunakan termometer celcius dilakukan pada pagi dan sore hari. Oksigen terlarut diukur dengan DO-meter dan dilakukan pada pagi dan sore hari. Ketinggian air diukur dengan mengukur jarak antara dasar wadah dengan permukaan air dan dinyatakan dalam cm. Panjang baku diukur dari ujung mulut hingga pangkal sirip ekor. Keasaman diukur dengan pH tester. Bobot diukur dengan timbangan analitis.

12) Jumlah pemberian pakan : dengan menghitung bobot rata-rata ikan sampel (minimal dari 30 ekor) dikalikan jumlah ikan yang ditebar dikalikan persentase tingkat pemberian pakan yang telah ditetapkan dalam satuan gram atau kilogram. Jumlah benih yang ditebar dengan menghitung padat tebar dikalikan luas wadah pemeliharaan atau total volume air dengan satuan ekor/m2.

13) Pengambillan sampel untuk pengujian kesehatan : dilakukan secara acak sebanyak 1% dari populasi dan 5 ekor untuk pengamatan visual atau mikroskopik. Pengamatan visual untuk melihat gejala penyakit dan kesempurnaan morphologi ikan sedangkan mikroskopik untuk pemeriksaan jasad patogen (parasit, jamur, virus atau bakteri) di laboratorium.

REFERENSI

BSN, 2000. SNI 01-6496.1-2000 Produksi Ikan Corydoras Albino (Corydoras alpeno)  ukuran M dan L. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Kewirausahaan

Ilustrasi kewirausahaan

Secara harfiah Kewirausahaan terdiri atas istilah dasar wirausaha yang menerima awalan ked an akhiran an, sebagai akibatnya dapat diartikan kewirausahaan merupakan hal-hal yg terkait menggunakan wirausaha. Sedangkan wira berarti keberanian & usaha berarti aktivitas usaha yg komersial atau non-komersial, Sehingga kewirausahaan dapat jua diartikan sebagai keberanian seseorang buat melaksanakan suatu aktivitas bisnis.

Kewirausahaan (Entrepreneurship) atau Wirausaha adalah :

  • Proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan.
  • Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang dan  cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu (usaha).
  • Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru.

Beberapa definisi Kewirausahaan dari ahli :

  • Richard Cantillon (1775): misalnya, mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment).
  • Penrose (1963): kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi .
  • Harvey Leibenstein (1968, 1979):  kewirausahaan mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
  • Peter Drucke : kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.

Secara etimologi Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha.

  • Wira berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung.
  • Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu.Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu.

Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan.

Seorang wirausahawan (entrepreneur) HARUS mempunyai cara berpikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul.

Sejarah Kewirausahaan

Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan sang Richard Castillon dalam tahun 1755. Di luar negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal semenjak abad 16, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir abad 20. Kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja.

Sejalan menggunakan perkembangan dan tantangan misalnya adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun pembinaan-training di segala lapisan rakyat kewirausahaan sebagai berkembang

Sumber : Materi Kewirausahaan dalam Pelatihan Kelautan & Perikanan di Kab. Lebak 2016

Semoga Bermanfaat...

#Tag : penyuluhan

Induk Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) Kelas Induk Pokok (Ringkasan SNI 01-6145-1999)

BATASAN

Standar  ini menetapkan persyaratan, cara pengukuran dan pemeriksaan. Ikan kakap putih adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk spesies Lates calcarifer, Bloch, yang hidup di perairan tropis Indo-Pasifik.

PERSYARATAN

Kualitatif

1)   Asal : induk dari alam dan hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari keturunan pertama induk dasar atau induk penjenis yang dilakukan secara selektif;

2)   Warna : bagian atas abu-abu kehitaman, bagian samping putih keperakan, cerah dan tidak gelap atau pucat;

3)   Bentuk tubuh : badan memanjang, ramping, batang sirip ekor lebar, kepala lancip dengan bagian atas cekung dan menjadi cembung di depan sirip punggung, ikan jantan badannya lebih silindris sedangkan ikan betina lebih lebar, gigi viliform, tidak ada taring, tepi bawah dari preoperculum terdapat duri yang kuat, pada opercullum terdapat duri kecil bergerigi di atas garis lateral;

4)   Kesehatan : anggota organ tubuh lengkap, tidak cacat dan tidak tampak kelainan bentuk, sehat serta bebas penyakit;

5)   Gerakan : aktif/lincah, berenang normal, tidak menyendiri/memisahkan diri;

6)   Kekenyalan daging : kenyal dan kompak.

Kuantitatif

Persyaratan kuantitatif induk ikan kakap putih misalnya dalam tabel dibawah ini.

Tabel : Persyaratan kuantitatif induk ikan kakap putih

CARA PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN

1)   Umur  : dihitung sejak telur menetas.

2)   Kematangan gonad : ikan jantan dilakukan stripping (pengurutan), untuk induk betina dengan cara kanulasi (menyedot telur) menggunakan selang plastik diameter 2 mm.

3)   Panjang total : dari ujung mulut sampai ujung sirip ekor (cm).

4)   Berat badan : dengan menimbang (gram atau kg);

5)   Pemeriksaan kesehatan : pengambilan contoh dilakukan secara acak sebanyak 15– 25 ekor, pengamatan visual untuk pemeriksaan adanya ektoparasit dan morfologi ikan, pengamatan mikroskopik untuk pemeriksaan jasad patogen (endoparasit, jamur, bakteri dan virus) di laboratorium uji.

REFERENSI

BSN, 1999. SNI 01-6145-1999 Induk Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch)  Kelas Induk Pokok. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Mengenal Azolla Pakan Alami Mudah dan Murah

Azolla merupakan satu-satunya genus dari paku air mengapung suku Azollaceae. Terdapat tujuh spesies yang termasuk dalam genus ini. Suku Azollaceae sekarang dianjurkan untuk digabungkan ke dalam suku Salviniaceae.

Azolla dikenal mampu bersimbiosis dengan bakteri biru-hijau Anabaena azollae dan mengikat nitrogen langsung dari udara. Potensi ini membuat Azolla digunakan sebagai pupuk hijau baik di lahan sawah maupun lahan kering. Pada kondisi optimal Azolla akan tumbuh baik dengan laju pertumbuhan 35% tiap hari Nilai nutrisi Azolla mengandung kadar protein tinggi antara 24-30%. Kandungan asam amino essensialnya, terutama lisin 0,42% lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrat jagung, dedak, dan beras pecah (Arifin, 1996) dalam Akrimin 2002.

Tanaman Azolla Sp. Memang telah nir diragukan lagi konstribusinya pada memengaruhi peningkatan tanaman padi. Hal ini sudah dibuktikan dibeberpa tempat & beberapa negara. Konstribusi terbesar azolla merupakan menggunakan menjaga output panen tetap tinggi. Meskipun penggunaannya sebagai pupuk hijau dalam tumbuhan padi masih dilakukan pada China dan Vietnam, dengan adanya peningkatan porto energi kerja, membuatnya kurang diminati.

Meskipun demikian, seiring menggunakan perkembangan pupuk hijau, penggunaan azolla ini kini lebih poly dimanfaatkan buat budidaya perikanan.

SPECIES AZOLLA

  1. Azolla japonica Franch. & Sav. dari Jepang

  • Azolla filiculoides Lam.
  • Azolla pinnata R. Br. dari Asia Tenggara, juga dari Afrika
  • Azolla nilotica Dcne. ex Mett.
  • Azolla caroliniana Willd., dari Amerika Utara
  • Azolla mexicana Presl., dari Meksiko
  • Azolla microphylla Kaulf.

  • Sumber : Materi Pelatihan Pakan Alternatif

    Semoga Bermanfaat...

    Produksi Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-6147-1999)

    BATASAN

    Standar ini mencakup definisi, kata, persyaratan produksi serta cara pengukuran & pemeriksaan.

    PERSYARATAN PRODUKSI

    Pra produksi

    1)   Lokasi : a) produksi telur, benih D12, D30 dan D60 di bak, letak unit produksi di tepi pantai, air laut tidak tercemar dengan salinitas 28-35 ppt, sumber air laut dapat dipompa minimal 20 jam perhari, sumber air tawar dengan salinitas maksimal 5 ppt; b) produksi D60 di tambak: bebas banjir, tanah liat berpasir, pH tanah 5–7, sumber air tidak tercemar dengan salinitas 15–20 ppt.

    2)   Wadah : a) produksi telur : berbentuk bulat atau lonjong, volume 20 ton untuk pemijahan; berbentuk bulat, kedalaman 2,5–3,5 m, volume 50 ton untuk pematangan gonad; kantung jaring halus ukuran mata 300 mikron untuk pemanenan telur dan volume 50-500 liter untuk penampungan telur; b) produksi benih D12, D30 dan D60 di bak : ukuran 5x2x1,25 m3 dengan volume 10 ton untuk pemeliharaan larva; volume 10 m3 dengan total 200% dari total volume bak larva untuk pemeliharaan plankton;  berbentuk kerucut volume 20–500 liter untuk penetasan artemia; kapasitas 30–40% dari total bak larva dan bak pakan alami untuk penampungan air; saluran pemasukan dan pembuangan: pipa PVC dan saluran tembok kedap air; c) produksi D60 di tambak: konstruksi tembok atau tanah, luas 100–200 m2, ketinggian air 90–100 cm atau dengan hapa ukuran 1x1x1,25 m3 dengan ketinggian air 90–100 m.

    3)   Induk : sesuai dengan SNI 01-6145-1999.

    4)   Bahan : a) produksi telur : induk dari alam dan hasil budidaya, pakan ikan segar dengan protein tinggi dan lemak rendah, bahan kimia dan obat-obatan yang diijinkan, bahan pengkaya pakan hidup dan chlorine/kaporit; b) produksi D12 dan D30: pakan hidup (chlorella, tetraselmis, dunaliella, brachionus, artemia), pakan segar (daging ikan, udang rebon) dan pakan buatan protein ≥ 40% dan lemak ≤12%, pupuk organik dan atau anorganik, bahan kimia dan obat-obatan yang diijinkan, bahan pengkaya pakan hidup dan chlorine/kaporit; c) produksi D60 di bak: pakan hidup (jambret, mesopodopsis), pakan segar (daging ikan) dan pakan buatan protein ≥ 30% dan lemak ≤ 12%, pupuk organik dan atau anorganik, bahan kimia dan obat-obatan yang diijinkan, bahan pengkaya pakan hidup dan chlorine/kaporit;

    5)   Peralatan : a) produksi telur, benih D12, D30, D60 di bak: pembangkit listrik, pompa air laut, pompa air tawar, blower, freezer, peralatan lapangan (selang, ember, batu aerasi, serok/seser, gayung, egg collector, alat pemisah ikan dan hapa), pengukur kualitas air (termometer, salinometer atau refraktometer, DO meter, pH meter/kertas lakmus); b) produksi benih D60 di tambak: pompa air laut, peralatan lapangan (ember, serok/seser, gayung, alat pemisah ikan, alat persiapan tambak dan alat panen), pengukur kualitas air (termometer, salinometer, DO meter, pH meter/kertas lakmus).

    Proses produksi

    1)   Kualitas air : a) produksi telur, benih D12, D30 dan D60 di bak: suhu 28–32 0C, salinitas 28 – 35 ppt, kesadahan 80–120 mg/l, pH 7,0–8,5, oksigen terlarut ≥ 5 ppm, phosphate 10–1.100 mg/l, kecerahan air penetrasi cahaya sampai dasar bak, ammonia ≤ 0,01 mg/l, BOD maks 3 mg/l, nitrit ≤ 1 mg/l, nitrat ≥ 150 mg/l, Chlorine ≥ 0,8 mg/l; b) produksi D60 di tambak: suhu 26–32 0C, salinitas 15–20 ppt, pH 7,0–8,5, oksigen terlarut ≥ 4 ppm, kecerahan 30–40 cm, bahan organik < 50 ppm.

    2)   Padat tebar: induk 5 kg/m3 air; telur, benih D12, D30 dan D60 seperti tabel dibawah ini.

    Tabel : Padat tebar, waktu pemeliharaan dan pemanenan

    3)   Penggunaan bahan seperti pada  tabel dibawah ini.

    Tabel : Penggunaan bahan & takaran penggunaan

    4)   Penggunaan pakan pada setiap tingkatan benih seperti pada tabel dibawah ini.

    Tabel : Dosis dan jenis pakan pada setiap strata

    5)   Penggunaan pupuk organik dan anorganik seperti pada tabel dibawah ini.

    Tabel : Penggunaan pupuk organik & anorganik

    CARA PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN

    1)   Kualitas air : a) suhu, menggunakan termometer (oC); b) salinitas dengan salinometer atau refraktometer;  c) oksigen terlarut dengan DO meter; d) pH air dengan pH meter atau kertas lakmus; e) Ketinggian Air dengan penggaris (cm).

    2)   Penggunaan bahan : pupuk, pakan hidup, hormon, obat-obatan dan bahan kimia.

    3)   Penghitungan : a) sintasan : derajat kelangsungan hidup benih pada saat pemanenan dibagi dengan jumlah benih yang ditebar (%); b) waktu pemeliharaan : dengan mencatat waktu mulai benih disebar sampai saat panen (hari); c) derajat pembuahan : menghitung jumlah telur yang dibuahi dibagi jumlah yang dihasilkan dikalikan (%); d) derajat penetasan : dengan membagi jumlah telur dengan jumlah yang ditebar (%); e) panjang total benih : menggunakan penggaris atau jangka sorong (cm).

    REFERENSI

    BSN, 1999. SNI 01-6147-1999 Produksi Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch)  Kelas Benih Sebar. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

    Https://www.Google.Co.Id/search

    #Tag :

    Azolla Microphylla Pakan Ikan Yang Murah dan Mudah

    Bentuk Azolla adalah sudut segitiga polygonal dan mengambang di permukaan air secara individu atau bergerombol. Diameter tanaman berkisar antara 0,3 – 1 inchi (1-2,5 cm) bagi spesies kecil seperti Azolla pinnata, sampai 6 inchi (15 cm) atau lebih bagi Azolla nilotica, Azolla filiculoides yang di kembangkan di Hawai awal abad ke-20. Lingkungan ideal bagi Azolla adalah kolam-kolam berisi air segar atau daerah berair/lembab berlumpur.

    KANDUNGAN UNSUR HARA AZOLLA

    Sebagai pakan ikan, Azolla menyimpan kandungan nutrisi yg komplit. Selain kaya protein, Azolla pula mengandung Vitamin A, B12, Asam Amino Esensial, Beta Carotene. Lemak, Karbohidrat dan mineral. Kandungan protein Azolla mencapai 25-35%, Mineral 10-15%, Lemak 7-7.Lima% & Karbohidrat 6-6.Lima%.

    Apabila diberikan sebagai pakan ikan, Azolla dapat diberikan langsung pada keadaan segar. Alternatif lain, Azolla bisa diolah terlebih dahulu menjadi tepung Azolla. Tepung Azolla ini kemudian dijadikan adonan buat menciptakan pellet ikan

    Bagi pembudidaya ikan tentunya penggunaan Azolla menjadi pakan ikan akan menekan biaya produksi. Namun sayang, belum banyak pembudidaya yang membuatkan Azolla menjadi pakan ikan.

    CARA MEMPERBANYAK AZOLLA

    Buatlah stok Azolla dengan bak plastik atau pada kolam yang tidak ada ikannya. Semprot stok setiap 1 bulan sekali dengan pupuk P (satu sdm SP-36 per liter air). Sebaiknya Sp-36 digerus halus agar mudah larut dalam air.

    Pembiakan Azolla di kolam sanggup dilakukan dengan mempersiapkan lahan tanam persis seperti pengolahan tanah untuk bertanam padi. Bedanya ketebalan tanah kolam berdasarkan dasar setidaknya antara lima-10 cm, kemudian diberi pupuk dasar N,P & K, pada genangi dengan air & jangan dibiarkan kemarau. Jika bibit azolla didapat dari lapang jangan pada tanam di kolam akbar yang terkena sinar mentari eksklusif. Sebaiknya diadaptasikan dulu pada kolam mini untuk beradaptasikan dengan lingkungan yang baru. Lalu kemudian ditransplantasikan ke kolam induk.

    Sumber : Materi Pelatihan Pakan Alternatif

    Semoga Bermanfaat...

    Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) Kelas Pembesaran (Ringkasan SNI 01-6493-2000)

    BATASAN

    Standar ini  menetapkan persyaratan, cara pemeriksaan dan pengujian ikan kakap putih kelas pembesaran.

    PERSYARATAN

    Kualitatif

    1)   Ikan kakap putih kelas pembesaran ukuran pendederan, ukuran penggelondongan dan ukuran konsumsi, asal : benih hasil pembenihan untuk pendederan, benih hasil pendederan untuk penggelondongan dan benih hasil penggelondongan untuk konsumsi.

    2)   Warna : putih keperakan, tidak gelap dan tidak pucat.

    3)   Bentuk tubuh : tubuh tidak bengkok, sirip lengkap.

    4)   Kesehatan : anggota organ tubuh lengkap, tidak cacat dan tidak nampak kelainan bentuk, sehat serta bebas penyakit.

    5)   Gerakan/perilaku : responsif, bergerombol.

    6)   Respon terhadap pakan : aktif, sangat responsif.

    Kuantitatif

    Kriteria ikan kakap putih kelas pembesaran misalnya pada tabel dibawah ini.

    Tabel : Kriteria ikan kakap putih kelas pembesaran

    CARA PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

    1)   Waktu pemeliharaan : dengan mencatat waktu mulai ikan ditebar sampai saat panen dilakukan (hari);

    2)   Panjang badan total : jarak dari ujung mulut sampai ujung sirip ekor (cm)

    3)   Berat badan : menimbang (g)

    4)   Pemeriksaan kesehatan : pengambilan contoh untuk pengujian kesehatan dilakukan secara acak dengan mengambil 5% dari populasi atau minimal 30 ekor, pengamatan visual dan organoleptik untuk memeriksa ektoparasit dan morfologi, mikroskopik untuk pemeriksaan jasad patogen (parasit, jamur, bakteri dan virus).

    5)   Respon dan daya tahan : ikan dengan menggerakkan air media pemeliharaan atau penampungan ikan yang sehat bergerak melawan arus, tanpa pemberian aerasi ikan berenang normal, bila direndam air tawar selama 10–15 menit ikan berenang normal.

    6)   Keseragaman ikan : dilakukan secara visual dinyatakan seragam bila  80 % dari populasi benih seragam dan ≤ 20% berukuran lebih kecil atau lebih besar dari ukuran standar.

    REFERENSI

    BSN, 2000. SNI 01-6493-2000 Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch)  Kelas Pembesaran. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

    Https://www.Google.Co.Id/search

    #Tag :