Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

MEMAHAMI TEKNIK IDENTIFIKASI AKAR MASALAH DENGAN MEMBUAT DIAGRAM ANCAMAN PADA PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP)

1. Alasan penting mengidentifikasi akar penyebab ancaman dan stakeholder pengguna yang terkait

Ketika tim perencana telah mengidentifikasi dan memetakan ancaman, langkah selanjutnya adalah menganalisis ancaman tersebut, termasuk siapa yang bertanggungjawab atas terjadinya ancaman tersebut. Informasi ini akan memandu kita dalam menentukan strategi-strategi pengelolaan karenasesungguhnya Anda harus menangani akar masalah atau akar penyebab ancaman, bukan menangani ancaman yang diketahui. Sebagai contoh, sebuah kelompok kerja dibentuk untuk mengatasi ancaman yang akan ditimbulkan akibat terlalu dekatnya jalur pelayaran dari sebuah KKP. Setelah menganalisis ancaman tersebut secara cermat, kelompok kerja menyimpulkan bahwa bahwa kedekatan jalur pelayaran bukan merupakan masalah dibandingkan dengan risiko besar jika terjadinya kecelakaan akibat tumpahan minyak.  Agar dapat bekerja dengan baik, maka susunan kelompok kerja tersebut kemudian ditata-ulang dengan menyertakan tenaga ahli yang dapat mengatasi tumpahan minyak, mengganti tenaga ahli di bidang industri pelayaran.

Beberapa metode dapat digunakan untuk membantu lebih memahami berbagai jenis ancaman, termasuk mengelompokkan ancaman atau rumusan permasalahan. Metode lainnya—salah satunya yang digunakan di bawah ini—didasarkan pada pendekatan pohon masalah, yaitu dengan memahami akar penyebab ancaman dan kelompok pengguna yang bertanggung jawab atas akar penyebab tersebut.

Tim perencana akan menggunakan informasi yang diperoleh dari proses curah gagasan sebagai dasar dari analisis ancaman (threat analysis). Tim akan menggunakan daftar ancaman tersebut untuk:  (1) untuk menentukan sumber setiap ancaman yang teridentifikasi dari sesi curah gagasan, dan (2) mengidentifikasi kelompok pengguna yang terkait dengan sumber ancaman.

Anda mungkin menginginkan agar peserta membentuk kelompok yang lebih kecil dan setiap kelompok kecil menangani satu ancaman, sehingga secara keseluruhan kelompok akan menangani seluruh ancaman, atau beberapa kombinasi alternatif.

2.   Cara membuat diagram ancaman

Beberapa metode dapat diterapkan untuk membantu kita lebih memahami ancaman, termasuk mengembangkan penggolongan ancaman atau pernyataan masalah. Metode lainnya—salah satunya digunakan di bawah ini—didasarkan pada pendekatan pohon masalah (tree diagram), yaitu dengan memahami akar penyebab ancaman dan kelompok pengguna yang bertanggung jawab atas akar penyebab tersebut.

Tim perencana Anda akan menggunakan informasi yang didapat dari proses curah gagasan sebagai dasar dari analisis ancaman. Tim akan menggunakan daftar ancaman tersebut (1) untuk menentukan sumber setiap ancaman yang teridentifikasi dari sesi curah gagasan dan (2) mengidentifikasi kelompok pengguna yang terkait dengan sumber ancaman.

Anda mungkin menginginkan agar peserta membentuk kelompok yang lebih kecil dan setiap kelompok menangani satu ancaman, seluruh kelompok akan menangani seluruh ancaman, atau beberapa kombinasi alternatif.

SUMBER:

PUSLATKP, 2014. MODUL A.033101.004.01 Merumuskan Masalah Yang Akan Ditangani pada Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.

MEMAHAMI TEKNIK MERANGKUM JENIS ANCAMAN DAN RUMUSAN MASALAH DALAM MODEL KONSEPTUAL PENILAIAN AWAL PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP)

Ketika tim perencana Anda telah merampungkan Latihan dua.5, mereka wajib merampungkan analisis ancaman. Selanjutnya merupakan mencatat seluruh output berdasarkan upaya Anda dalam model logis yang mengkompilasi seluruh kerja perencanaan yg sudah diselesaikan sampai waktu ini. Dengan melengkapinya akan memberi kesempatan buat membawa seluruh keputusan yang telah Anda buat hingga ketika ini ke dalam satu diagram alur yang merupakan kerangka, mulai menurut Anda bekerja sampai pengembangan rencana pengelolaan.

Ringkasan contoh logis memiliki 3 tujuan:

(1)   Memberikan kesempatan untuk membawa seluruh kerja perencanaan yang sejauh ini telah dicapai menjadi sebuah model visual, sehingga tim perencana dapat melihat hubungan antara setiap langkah perencanaan.

(2)   Membentuk catatan mengenai seluruh keputusan untuk pengembangan rencana pengelolaan.

(3) Merupakan sarana komunikasi yang baik untuk berbagi dengan para pemangku kepentingan lainnya, anggota masyarakat lokal dan para pembuat keputusan.

2.   Alasan penting membuat rumusan masalah dalam perencanaan pengelolaan

Sejauh ini ini anda telah selesai melakukan analisis ancamandan mengetahui akar penyebab masalah yang mempunyai dampak buruk pada sumberdaya sasarandi KKP.  Sekarang adalah saatnya untuk membuat rumusan masalah yang akan dimanfaatkan dalam menentukan strategi pengelolaan.  Sebuah rumusan masalah pada prinsipnya menjelaskan penyebab dan dampak dari setiap ancaman. Dengan mencermati suatu rumusan masalah, perencana akan dapat menentukan cara atau strategi pengelolaan yang akan diterapkan untuk menangani penyebab munculnya ancaman.

Rumusan masalah harus dinyatakan sebagai penyebab utama yang dibingkai sedemikian rupa sehingga mengarah pada solusi. Sebagai contoh, kerusakan terumbu karang bukanlah suatu masalah tetapi lebih merupakan fenomena atau gejala masalah.  Masalah yang sebenarnya adalah kehadiran kapal-kapal para penyelam yang membuang jangkar pada terumbu karang dan berbagai dampak yang terkait dengan kegiatan tersebut.  Masalah ini harus mulai dibingkai dan diarahkan pada cara pemecahannya, yaitu menangani pembuangan jangkar sehingga ancaman kerusakan pada terumbu karang tersebut dapat dikurangi.

Kiat-kiat merumuskan masalah

Bekerja dengan para pemangku kepentingan melalui proses merumuskan permasalahan merupakan pendekatan terbaik untuk  mengenali masalah yang umum,  agar setiap orang mengambil sedikit tanggung jawab untuk menangani suatu persoalan.

Di lain pihak, kita perlu menghindari rumusan permasalahan yang terlalu spesifik dan terlalu mengarah atau menunjuk pada satu cara atau strategi penanganan tertentu. Sebagai contoh, cara menangani masalah pembuangan jangkar bukan hanya dengan cara melarang kapal-kapal penyelam beroperasi di terumbu karang, namun ada pilihan lain, seperti mengendalikan jumlah kapal penyelam pada periode waktu tertentu pada terumbu karang tertentu, menyediakan fasilitas tambat apung sehingga kapal-kapal tersebut tidak perlu membuang jangkar ke terumbu karang, memberikan penyuluhan tentang penggunaan tambat apung, mencarikan operator kapal penyelam lokasi-lokasi penyelaman (dive sites) lainnya, serta memperkenalkan para penyelam untuk menerapkan praktek-praktek teladan (best practices). Solusi untuk menangani masalah ini dapat bermacam-macam, yaitu yang dapat mengurangi dampak kegiatan penyelaman terhadap terumbu karang.  Oleh karena itu, sebuah rumusan masalahtidak perlu mencantumkan solusi yang akan diterapkan, tetapi hanya ancaman dan akar penyebabnya.

Agar suatu masalah dapat dieksplorasi secara cukup,membingkai masalah tersebut menjadi sangat penting. Membingkai suatu masalah berarti mendefinisikannya – yaitu memberikan batasan tentang pengertiannya dan memberikan arahan untuk memeriksanya. Bingkai tersebut merupakan road map atau garis besar yang memandu kita untuk menyelidiki masalah lebih lanjut. Dalam membingkai suatu masalah Anda harus:

a)      menggunakan istilah sesedikit mungkin untuk menggambarkan masalah,

b)      memilih istilah yang paling tepat untuk menggambarkan masalah tersebut.

3. Beberapa pertanyaan untuk merumuskan masalah

Ada poly pendekatan buat merumuskan pertarungan. Salah satu pendekatan yang dipakai merupakan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

Dampak spesifik apa yg terkait dengan dilema ini (biofisik, sosial ekonomi, pengaturan atau rapikan kelola)?

Misalnya:

(1)   hilangnya habitat dan makanan untuk ikan dan avertebrata di sebuah terumbu karang (biofisik),

(2)   keluhan dari para penyelam karena menurunnya kepuasan dalam mengamati hidupan liar padahal mereka sudah mengeluarkan ongkos banyak untuk datang ke lokasi tersebut (sosial ekonomi), atau

(3)   kedatangan kapal penyelam tanpa ijin (illegal) memasuki kawasan wisata di dalam KKP tanpa ada penindakan tegas dari penjaga pantai; tidak adil bagi kapal-kapal lain yang sudah memiliki izin masuk (pengaturan).

Jelaskan gambaran banyak sekali akar penyebab berdasarkan masalah ini.

(1)   operator kapal-kapal penyelam tidak peduli dan tidak menggunakan sarana tambat apung yang ada, mereka dengan seenaknya membuang jangkar.

(2)   operator kapal-kapal penyelam tidak menyadari dampak kumulatif dari kegiatan membuang jangkar pada terumbu karang.

(3)   kapal-kapal penyelam tidak mengetahui adanya sistem perijinan untuk masuk ke kawasan KKP, atau kapal-kapal penyelam illegaltidak mengetahui bahwa masih ada banyak terumbu karang yang masih bagus di luar KKP.

Apaindikatoryang digunakan buat mengukur taraf pengaruh?

(1)   Luasan (persentase) terumbu karang yang rusak pada beberapa titik atau lokasi yang dianggap kondisi lokasi penyelaman yang populer.

Berapa batas kerusakan maksimum yg dapat diterima akibat berdasarkan kedatangan kapal penyelaman yang dapat diterima?

(2)   Kerusakansebanyak 2% dari luasan terumbu karang pada beberapa lokasi perwakilan selama kurun waktu 10 tahun.

Contoh rumusan buat kasus pada atas:

(1)   Terumbu karang di Tuva mengalami kerusakan akibat pembuangan jangkar oleh kapal-kapal penyelam sehingga terjadi kerusakan habitat ikan dan gangguan pada kehidupan liar.

Rumusan masalah ini terfokus pada penyebab utamanya (yaitu pembuangan jangkar).  Dengan rumusan seperti ini kita akan lebih mudah untuk menemukan sejumlah solusi, yaitu strategi pengelolaan yang akan mengatur dan mengarahkan pembuangan jangkar.

Proses merumuskan masalah ini merupakan cara yang baik untuk membawa seluruh pemangku kepentingan menyetujui beberapa masalah umum yang ada di KKP.   Pada beberapa kasus, kita akan menjumpai bahwa para pemangku kepentingan, terutama kelompok pengguna (resource users),memiliki perhatian yang sama dengan perhatian pengelola KKP. Bekerja bersama untuk mengidentifikasi pemecahan dalam menangani masalah atau ancaman akan membantu anda bergerak maju bersama untuk menggalang dukungan bagi pengembangan dan pelaksanaan rencana pengelolaan KKP.

4.  Cara membuat rumusan masalah

Dalam membuat rumusan kasus dilakukan menggunakan langkah-langkah berikut:

1)      Dampak spesifik apa yang terkait dengan persoalan ini (biofisik, sosial ekonomi, pengaturan/tata kelola).

2)      Gambarkan berbagai akar penyebab dari dampak buruk yang dialami sumber daya ataupun masyarakat.

3)      Apa indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat dampak?

4)   Tetapkan nilai batas kerusakan maksimum yang dapat diterima?

SUMBER:

PUSLATKP, 2014. MODUL A.033101.004.01 Merumuskan Masalah Yang Akan Ditangani pada Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.

#Tag : Pemberdayaan

PENGGARAMAN IKAN

Penggaraman merupakan cara pengawetan ikan yg banyak dilakukan oleh pengolah ikan. Ikan yang diawet menggunakan garam diklaim ikan asin.

Garam yg dipakai berupa garam dapur NaCl) baik yg berbentuk kristal juga larutan.Fungsi garam buat membunuh bakteri secara langsung.

Kematian bakteri dampak garam menyerap air berdasarkan tubuh ikan melalui poses osmosa. Akibatnya air bagi bakteri berkurang sebagai akibatnya metabolisme bakteri terganggu. Selain itu gram akan menyerap air berdasarkan tubuh bakteri itu sendiri sampai bakteri mengalami plasmolisis akhirnya mati.

Penggaraman acapkali dilanjutkan dengan proses pengeringan atau perebusan. Oleh karenanya kita menjumpai 3 macam ikan asin yakni:

a.  Ikan asin basah (tidak dikeringkan setelah digarami)

b. Ikan asin kering (dikeringkan sehabis digarami)

c.  Ikan asin rebus (direbus setelah digarami, misalnya ikan Pindang)

Garam yang digunakan pada proses penggaraman bisa dikelompokkan sebagai tiga kelas misalnya terlihat dalam tabel di bawah ini:

Penggaraman dapat dilakukan menggunakan tiga cara, yaitu penggaraman kering (dry salting), penggaraman basah (wet salting) & pelumuran garam (kench salting). Penggaraman kemarau dilakukan menggunakan menaburkan garam Kristal dalam lapisan ikan yang disusun rapi. Dalam proses penggaraman ini cairan tubuh ikan akan diserap sang kristal garam. Akibatnya kristal garam akan mencair dan terbentuk larutan garam pekat. Jumlah garam yang dipakai umumnya 10%-35% berdasarkan berat ikan.

Penggaraman basah dilakukan dengan merendam ikan pada larutan garam pekat. Bedanya menggunakan penggaraman kemarau merupakan larutan garam perendam ikan dibentuk lebih dulu sebagai akibatnya konsentrasi larutan ini diadaptasi dengan selera & keperluan. Umumya larutan garam yang dipakai 30% - 50% (setiap 100 liter larutan garam berisi 30 - 50 kg garam). Kench salting hampir sama dengan penggaraman kering, tetapi larutan garam yg terbentuk dibiarkan mengalir keluar dari wadah. Wadah yg digunakan tidak rapat air namun berupa keranjang. Ikan yg dilumuri garam ditumpuk dalam keranjang dan dipadatkan dan ditutup kedap.

Gambar 1. Penggaraman kemarau

Gambar 2. Penggaraman basah

Gambar 3. Penggaraman cara kench

SUMBER:

Masyamsir, 2001.  Modul Penanganan Hasil Perikanan. Departemen Pendidikan Nasional, Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan SMK, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta.

REFERENSI:

Afrianto, E. & Evi Liviawati. 1991. Pengawetan & Pengolahan Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 123 hal.

Burgess, G.H.O., C.L. Cutting, J.A. Lovern & J.J. Waterman. 1965. Fish Handling and Processing. Her majesty?S Stationary Office. Edinburg. 390 hal.

Djariah AS. 1995. Ikan Asin. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 56 hal.

Murniyati AS & Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan & Pengawetan Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 220 hal.

Nitibaskara, R. 1981. Laporan Studi Pengembangan Industri Kecil Pengolahan Ikan. Laporan Fakultas Perikanan IPB. Bogor. 98 hal.

Purwaningsih S. 2000. Teknologi Pembekuan Udang. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 73 hal.

Rahardi F, Regina Kristiawati dan Nazaruddin. 2001. Agribisnis Perikanan. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 63 hal.

Soekarto, S.T. 1990. Dasar-dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan. Penerbit IPB Press.  Bogor. 357 hal.

Zaitsev, V., I. Kizevetter, L. Lagunov, T. Makarova, L. Munder dan V. Podsevalow. 1969 Fish Curing and Processing. Terjemahan A. De Marindol. M.R. Publisher, Moskow.

STRUKTUR DAN DINAMIKA WILAYAH PESISIR DAN LAUT

Suhu & Stratifikasi Vertikal

Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Di lautan, suhu bervariasi secara horisontal sesuai menggunakan garis lintang, & jua secara vertikal sinkron menggunakan kedalaman. Suhu adalah keliru satu faktor yg sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital, yg secara kolektif diklaim metabolisme, hanya berfungsi pada pada kisaran suhu yang relatif sempit, umumnya antara 0-40?C. Ada juga organisme yang sanggup mentolerir suhu sedikit pada atas dan sedikit di bawah batas-batas tadi, misalnya ganggang hijau-biru yang hayati dalam suhu 85?C di asal air panas. Di pada kisaran suhu pada mana proses-proses kehidupan berlangsung, metabolisme bergantung dalam suhu. Pada umumnya, organisme-organisme yg nir bisa mengatur suhu tubuhnya, proses metabolismenya meningkat 2 kali buat setiap kenaikan suhu sebanyak 10?C.

Semua organisme bahari, kecuali burung-burung dan mamalia bahari, bersifat poikilotermik atau ektotermik, merupakan suhu tubuhnya ditentukan oleh suhu massa air di sekitarnya. Burung dan mamalia bahari bersifat homiotermik atau endotermik, ialah memiliki kemampuan mengatur sendiri suhu tubuhnya tanpa ditentukan sang suhu massa air. Kebanyakan organisme bahari telah mengalami adaptasi buat hidup dan berkembang biak pada kisaran suhu yang lebih sempit daripada kisaran total 0-40?C. Karena sebagain akbar organisme laut juga bersifat poikilotermik & suhu air bahari bervariasi menurut garis lintang, maka penyebaran organisme laut sangat mengikuti disparitas suhu lautan secara geografik.

Berdasarkan penyebaran suhu permukaan laut & penyebaran organisme secara holistik, dapat dibedakan empat zona biogeografik utama: kutub, tropik, beriklim sedang-panas, & beriklim sedang-dingin. Terdapat juga zona peralihan antara daerah-daerah ini, tetapi nir absolut lantaran pembatasannya dapat relatif berubah sinkron menggunakan isu terkini.

Suhu dalam lautan jua bervariasi sinkron menggunakan kedalaman. Massa air permukaan di wilayah tropik, panas sepanjang tahun, yaitu 20-30?C, sedangkan massa air permukaan dalam zona beriklim sedang, hangat pada trend panas.

Di bawah air permukaan yang hangat, suhu mulai menurun, & mengalami penurunan yg sangat cepat dalam kisaran kedalaman yg sempit yaitu antara 50-300 m. Zona kedalaman pada mana terjadi penurunan suhu yg paling cepat dianggap termoklin. Di bawah termoklin, suhu terus turun dengan bertambahnya kedalaman, tetapi penurunannya jauh lebih lambat, sehingga massa air di bawah termoklin hampir isotermal seterusnya sampai ke dasar perairan. Termoklin adalah suatu gambaran yg terjadi sepanjang tahun di perairan tropik, sedangkan di wilayah beriklim sedang hanya terjadi pada trend panas. Di wilayah kutub, termoklin tidak dikenal.

Suhu jua berpengaruh terhadap kerapatan air bahari. Air bahari yang hangat kerapatannya lebih rendah daripada air laut yg dingin dalam salinitas yg sama.

Gambar 1. Pemukiman Nelayan pada Indonesia

Sumber: http://architectureconsepdesign.Blogspot.Com/2012_02_01_archive.Html

Kerapatan juga merupakan suatu fungsi berdasarkan salinitas, kenaikan salinitas menyebabkan kenaikan kerapatn. Akan namun variasi suhu yg ditemukan pada semua lautan lebih akbar daripada variasi salinitas. Oleh karena itu, suhu lebih krusial dalam mensugesti kerapatan.

Gambar 2. Wilayah Pesisir di Indonesia

Sumber: http://egsaugm.Blogspot.Com/2011/10/kawasan-pesisir-indonesia.Html

Massa & Sirkulasi Air

Sebagai akibat perbedaan suhu dan salinitas serta pengaruhnya terhadap kerapatan air laut di samudera dapat dibagi menjadi beberapa massa air, antara lain: massa air-permukaan (upper water mass) yang meluas sampai ke dasar lautan.

Massa air-permukaan selalu dalam keadaan bergerak. Gerakan ini ditimbulkan terutama oleh kekuatan angin yang bertiup melintasi permukaan air. Angin ini menghasilkan dua macam gerakan yaitu ombak atau gelombang dan arus. Gelombang mempunyai ukuran yang bervariasi, mulai dari riak dengan ketinggian beberapa sentimer hingga pada gelombang angin badai yang dapat mencapai ketinggian 30 m. Selain ketinggian, gelombang selanjutnyadicirkan oleh panjang gelombang, yang merupakan jarak horisontal antara puncak dua gelombang yang berurutan. Periode satu gelombang adalah waktu yang diperlukan oleh dua puncak gelombang yang berurutan melalui satu titik yang sama. Selain oleh angin, gelombang dapat juga ditimbulkan oleh gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tanah longsor bawah air, yang menimbulkan gelombang yang merusak yang disebut tanah longsor bawah air, yang menimbulkan gelombang yang merusak yang disebut tsunami, serta oleh daya tarik bulan dan bumi yang menghasilkan gelombang tetap dikenal sebaai pasang surut.

SUMBER:

http://student.Ut.Ac.Id/

http://architectureconsepdesign.Blogspot.Com/2012_02_01_archive.Html

http://egsaugm.Blogspot.Com/2011/10/tempat-pesisir-indonesia.Html

#Tag : Ekosistem

IKAN ASAP

PENDAHULUAN

Ikan adalah bahan kuliner yang poly dikonsumsi warga selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan kuliner lain. Bakteri & perubahan kimiawi pada ikan mati menyebabkan pembusukan. Mutu olahan ikan sangat tergantung dalam mutu bahan mentahnya.

Tanda ikan yg sudah busuk:

- mata suram dan karam;

- sisik suram & mudah lepas;

- rona kulit suram menggunakan lendir tebal;

- insang berwarna kelabu menggunakan lendir tebal;

- dinding perut lembek;

- warna keseluruhan suram & berbau busuk.

Tanda ikan yg masih segar:

- daging kenyal;

- mata jernih menonjol;

- sisik kuat dan mengkilat;

- sirip kuat;

- rona keseluruhan termasuk kulit cemerlang;

- insang berwarna merah;

- dinding perut bertenaga;

- bau ikan segar.

Ikan merupakan galat satu sumber protein hewani yg poly dikonsumsi warga , mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami proses pembusukan. Oleh sebab itu pengawetan ikan perlu diketahui semua lapisan rakyat. Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan buat mengurangi kadar air pada tubuh ikan, sebagai akibatnya tidak menaruh kesempatan bagi bakteri buat berkembang biak. Untuk mendapatkan output awetan yg bermutu tinggi dibutuhkan perlakukan yang baik selama proses pengawetan seperti : menjaga kebersihan bahan & indera yang digunakan, menggunakan ikan yg masih segar, serta garam yg bersih. Ada beragam pengawetan ikan, antara lain dengan cara: penggaraman, pengeringan, pemindangan, perasapan, peragian, & pendinginan ikan.

Dari tabel pada atas, dapat dicermati bahwa ikan mempunyai nilai protein tinggi, & kandungan lemaknya rendah sebagai akibatnya banyak menaruh manfaat kesehatan bagi tubuh manusia.

Manfaat makan ikan sudah banyak diketahui orang, seperti di negara Jepang  dan Taiwan ikan merupakan makanan utama dalam lauk sehari-hari yang memberikan efek awet muda dan harapan hidup lebih tinggi dari negara lainnya.

Penggolahan ikan dengan aneka macam cara dan rasa mengakibatkan orang mengkonsumsi ikan lebih poly.

Ikan asap merupakan hasil pengawetan ikan secara tradisional yg pengerjaannya adalah adonan dari penggaraman (perendaman dalam air garam) & pengasapan sehingga memberikan rasa khas.

Berbagai cara penggasapan tergantung kepada faktor-faktor berikut :

a. Jenis ikan yang diasap;

b. Akbar kecilnya ikan yang diasap.

  BAHAN

1) Ikan bandeng 6 kg

dua) Garam 1 kg

3) Arang, potongan kayu, atau serbuk gergaji secukupnya

ALAT

1) Lemari asap (tungku, drum)

dua) Pisau

tiga) Baskom

CARA PEMBUATAN

1)    Siangi ikan, cuci, dan kelompokkan menurut ukuran;

2)    Masukkan garam ke dalam ½ liter air dan didihkan, kemudian dinginkan.

3)    Rendam ikan selama ± 15-20 menit, tiriskan, dan angin-anginkan sampai permukaan kering;

4)    Ikat satu persatu kemudian :

a.     gantungkan dalam ruang pengasapan, dengan jarak masing-masing ± 1 cm atau;

b.    gantung dengan ekor ke bawah dan kepala menghadap ke atas dengan menggunakan kaitan kawat, atau

c.     susun satu persatu di atas anyaman bambu, kemudian disusun dalam lemari pengasapan secara berlapis-lapis. Antara masing-masing lapisan diberi jarak kira-kira sama dengan rata-rata panjang ikan. Agar pengasapan merata ikan harus dibolak-balik.

5)    Siapkan bahan bakar berupa arang dan potong-potong kayu di bawah ruang pengasap, kemudian bakar;

6)    Bubuhkan ampas tebu atau serbuk gergaji sedikit demi sedikit sampai timbul asap :

a.     Panas diatur pada suhu ± 700 ~ 800 C. selama 2-3 jam (harus dijaga agar panas merata dan ikan tidak sampai hangus);

b.    Panas diatur pada suhu ± 300 ~ 400 C selama 4 jam terus menerus. Hasil pengasapan ditandai dengan bau harum yang khas dari ikan asap;

7)    Keluarkan ikan asap dari lemari pengasapan lalu bungkus atau kemas dalam kantong plastik.

Catatan:

1. Ciri-ciri khas ikan asap yang baik merupakan :

a.  rupa dan warna: produk harus licin, mengkilat, dan berwarna coklat emas muda;

b. Bau dan rasa: produk menaruh bau atau aroma yang khas ikan asap (bau asap yang sedap & merangsang selera);

c.  berair.

2. Dengan cara pengasapan pada suhu 700 ~ 800 C, ikan tahan usang disimpan hingga 1 bulan, dibandingkan menggunakan pengasapan pada suhu 200 - 300C (kurang menurut 1 bulan) panas dibandingkan menggunakan pengasapan pada suhu 200 - 300C. (hingga 1 bulan).

Tiga. Selain bandeng, ikan yang biasa diasap adalah ikan tembang, lemuru, kembung, selar, tongkol, dan cakalang.

SUMBER:

http://www.Ristek.Go.Id

Ikan asap. Jakarta : Dirjen Industri Kecil, Departemen Perindustrian, s.A.

Moeljanto. Pengasapan & fermentasi. Jakarta : Penebar Swadaya, 1987

MEMAHAMI TEKNIK MERUMUSKAN TUJUAN AKHIR (GOAL) DAN TUJUAN (OBJECTIVES) DALAM PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERIKANAN (KKP)

Mengembangkan tujuan akhir dan tujuan antara pada setiap tahapan diyakini sebagai salah satu langkah tersulit dalam setiap proses perencanaan. Alasan dari kesulitan tersebut umumnya karena kurangnya penjelasan tentang perbedaan di antara tujuan akhir dan tujuan masing-masing kegiatan konservasi sehingga tujuan akhir dan tujuan tersebut kemudian diungkapkan dengan  tidak tepat. Salah satu langkah awal untuk menuliskan tujuan akhir dan tujuan setiap masing-masing kegiatan konservasi yang jelas adalah dengan memahami keperluan dan perannya dalam proses perencanaan pengelolaan seperti contoh Table 1 berikut ini.

Tabel  1.  Perbedaan di antara tujuan akhir (goal) dan tujuan antara (objective)

Aspek

Tujuan akhir (goal)

Tujuan antara (objectives)

Cakupan

Luas:  mimpi Anda atau tujuan akhir yang dinyatakan dalam istilah praktis

Spesifik:  bagaimana mencapai mimpi Anda tersebut, tujuan yang baik seharusnya berorientasi pada hasil.

Pernyataan

Kebalikan menurut masalah

Membantu memecahkan masalah

Kelompok sasaran

Praktis dipahami oleh publik

Praktis diigunakan sang staf proyek buat memandu aktivitas Anda

Tujuan akhir (goal) merupakan sebuah pernyataan terkait ke belakang menggunakan tujuan akhir KKP & terkait ke depan dengan taktik pengelolaan KKPTujuan akhir

Tujuan akhir juga dapat dinyatakan sebagai suatu rangkaian dari beberapa tujuan antara pada bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Tergantung pada prioritas suatu KKP, tujuan akhir ini bisa dibuat dengan menetapkan target atau standar dalam berbagai bidang, seperti zona penggunaan ruang, fungsi ekosistem, konservasi keanekaragaman hayati dan pemanfaatan yang berkelanjutan, pengentasan kemiskinan, serta partisipasi masyarakat adat dan lokal.  Biasanya tujuan akhir ini berasal dari prinsip-prinsip dasar yang dikombinasikan dengan konsep konservasi laut: kegiatan berdampak rendah di KKP, manfaatnya bagi masyarakat lokal, pembiayaan konservasi pendidikan lingkungan. Tujuan akhir ini mungkin tidak akan berubah untuk waktu yang lama, walaupun strategi yang dirancang untuk mencapainya dapat berubah sesuai dengan kondisi terkini.Tujuan antara memberikan arahan bagaimana kita dapat mencapai tujuan akhir

Untuk membantu mewujudkan tujuan akhir atau visi yang luas ini, tim perencana perlu menetapkan tujuan-tujuan jangka pendek atau tujuan-tujuan antara, yang akan kita sebut tujuan (objectives). Tujuan ini mencakup target dan jadwal yang jelas untuk memastikan bahwa setiap kegiatan dalam KKP menghasilkan dampak lingkungan yang masih dalam batas-batas yang dapat diterima dan memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan, atau prioritas lainnya. Contoh-contohnya termasuk adopsi hukum dan tindakan lain yang diperlukan untuk menetapkan dan mendukung kawasan konservasi, menyisihkan area tertentu untuk memenuhi persyaratan rencana zonasi, memperkuat jaringan kawasan konservasi, menggunakan kebijakan ekonomi dan mendorong sektor swasta agar mereka mendukung upaya konservasi secara aktif. Tujuan tersebut dapat dirumuskan berdasarkan pada kinerja maupun proses.Ketika sedang mengerjakan topik ini fokuslah pada pengembangan tujuan akhir.Ingatlah bahwa, secara umum:

1)      tujuan akhir itu sangat luas, sedangkan tujuan masing-masing kegiatan konservasi itu sangat spesifik atau pasti.

dua)      tujuan akhir mencerminkan tujuan akhir dan misi KKP, sedangkan tujuan masing-masing kegiatan konservasi mencerminkan strategi atau aksi.

Tiga)      Tujuan akhir mudah dipahami oleh publik, sedangkan tujuan masing-masing kegiatan konservasi merupakan perangkat bagi staf KKP dalam mengelola KKP.

Kiat-kiat menentukan tujuan akhir & tujuan antara

Sebelum melibatkan tim perencana Anda dalam berbagi tujuan akhir dan tujuan masing-masing aktivitas konservasi, berilah penjelasan tentang fokus-fokus dalam KKP, rencana pengelolaan, atau asal daya sasaran.

Dalam konteks perencanaan pengelolaan KKP, tujuan akhir bisa difokuskan pada beberapa komponen rencana yg berbeda:

1)      Tujuan akhir keseluruhan untuk KKP,

dua)      Tujuan akhir keseluruhan untuk rencana pengelolaan, atau

Tiga)      Tujuan akhir diarahkan pada sumber daya sasaran prioritas.

dua.  Kriteria sebuah tujuan (objective)

Untuk setiap tujuan akhir Anda harus mengembangkan serangkaian tujuan (objective) yang spesifik dan terprogram yang harus dipenuhi bila segala upaya Anda diyakini akan berhasil. Tujuan antara merupakan pernyataan spesifik yang merinci pencapaian yang diinginkan atau hasil dari strategi rencana pengelolaan Anda. Jika sebuah proyek memiliki konsep dan dirancang secara baik, realisasi tujuan proyek harus mengarah pada pemenuhan tujuan akhir yang tersirat dalam rencana pengelolaan pengelolaan.

Suatu tujuan usahakan memenuhi kriteria SMART, yaitu singkatan menurut :

· SSpecific/spesifik

· M Measurable/terukur

· AAchievement-oriented/berorientasi pada pencapaian

· RRealistic/realistis

· TTime-limited/dibatasi waktu

Menetapkan suatu tujuan yang memenuhi seluruh kriteria tadi nir sesulit seperti yg mungkin diduga, yaitu hanya dengan membuat tujuan tadi secara khusus. Beberapa model khusus menurut tujuan yg baik merupakan menjadi berikut:

1)      Setelah tiga tahun, dua jalur pendidikan akan dirancang, dibangun dan digunakan.

dua)      Pada akhir tahun kelima, pendapatan rumah tangga yang berpartisipasi dalam kegiatan produksi kerajinan tangan akan meningkat paling sedikit dua5% dari baseline.

Tiga)      Setelah dua tahun, volume sampah yang tercecer di pantai Pulau Fiofi akan turun 75% dari volume sampah pada tahun dua005.

4)      Selama enam bulan pertama di tahun dua011, KKP akan memiliki Panitia Penasihat Program Ekowisata yang berfungsi membantu Kepala Program dalam pelaksanaan kegiatan program, mengevaluasi kemajuan program, dan memberi saran mengenai cara terbaik untuk berurusan dengan sektor swasta dan lembaga lainnya.

5)      Lima pemandu mengenai sumber daya alam dari masyarakat lokal akan dilatih dan telah bekerja di akhir tahun pertama.

Tujuan dapat ditulis dengan beberapa cara yang berbeda. Pendekatan pertama adalah dengan menyatakan keinginan Anda, sebagai contoh, “untuk memperbaiki rambu-rambu pelayaran  pada …”. Pendekatan lainnya adalah dengan menyatakan keinginan dan hasil , sebagai contoh “rambu-rambu dipasang pada semua  tempat yang dilindungi”. Bentuk rambu-rambu yang Anda gunakan sangat  tergantung pada pilihan yang tersedia dan konteks lokasi penempatannya.

Anda juga dapat mengukur apakah tujuan Anda dapat atau tidak terpenuhi dengan membuat indikator atau bukti-bukti yang dapat diukur untuk mencapai tujuan akhir.  Sebagai contoh, ”jumlah rambu yang sudah dipasang”. Anda juga mungkin berpikir tentang capaian jangka pendek (milestone) yang akan membantu membagi pekerjaan Anda ke dalam suatu tahapan yang dapat dicapai.  Sebagai hasilnya, semua bentuk pelaporan harus merujuk pada kemajuan pencapaian tujuan Anda sehingga Anda atau orang lain dapat memantau kinerjanya.

Tabel dua. Contoh tujuan akhir yang tidak efektifdan tujuan akhir yang efektif

No

Tujuan akhir yang nir efektif

Tujuan akhir yg efektif

1

Menyelamatkan Teluk Bai Long

Kesehatan perikanan karang di Teluk Bai Long pulih kembali

dua

Menetapkan area yang dikelola buat mempertinggi kelimpahan ikan.

Sampai akhir tahun ketiga, terdapat peningkatan kelimpahan jenis ikan sasaran di Teluk Bai Long sampai 10% pada mana terdapat daerah asal ikan yang sehat.

Tiga

Melibatkan anggota warga

50% anggota masyarakat akan aktif berpartisipasi dalam program relawan KKP pada Desember dua01dua.

4

Menurunkan pelanggaran

Pelanggaran terhadap peraturan KKP akan berkurang hingga 50%  pada Januari dua011.

Pendekatan sistematik untuk membuat tujuan yang “SMART”.

Ancaman

Strategi #1

Hasil yang ingin dicapai dari strategi

Di mana?

Kapan?

Penangkapan ikan yang berlebihan menyebabkan penurunan sumber daya perikanan

Membuat zona larangan penangkapan ikan

10% kenaikan kelimpahan jenis ikan sasaran

Di Teluk Bai Long di mana terdapat habitat ikan yang sehat

Dalam Tiga tahun ke depan

Kurangnya penegakan hukum

Meningkatkan patroli penegakan hukum

kasus pelangaran terhadap peraturan berkurang sebaganya 50% dari jumlah kasus tahun dua009

Di perairan yang masuk dalam KKP

Sampai Januari dua011

Apakah tujuan setiap kegiatan memenuhi persyaratan  “SMART”?

Tujuan 1: Sampai akhir tahun ketiga, kelimpahan jenis ikan sasaran di teluk Bai Long yang memiliki habitat ikan yang sehat meningkat hingga 10% dari kelimpahan pada tahun dua006.

1. Apakah spesifik?

Teluk Bai Long, habitat ikan yang sehat, 10% kenaikan, jenis ikan sasaran

dua. Apakah terukur?

10% kenaikan, Tiga tahun

Tiga. Apakah berorientasi pada pencapaian?

Peningkatan kelimpahan ikan

4. Apakah realistis?

Ya: didukung oleh para pemangku kepentingan, fokus pada habitat ikan yang sehat, mengharapkan keuntungan yang wajar

5. Apakah dibatasi oleh waktu?

Tiga tahun

Kesimpulan: Tujuan di atas merupakan tujuan yang ?SMART?!

SUMBER:

PUSLATKP, dua014. MODUL A.0TigaTiga101.005.01 Menyusun Strategi Pengelolaan pada Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kpTigak.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.

#Tag : Pemberdayaan

PERAN PAKAN DALAM KEBERHASILAN BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR

ABSTRAK

Kebutuhan ikan sebagai sumber protein meningkat pesat, ditengah semakin langkanya ikan tangkapan dari laut, budidaya ikan air tawar menjadi pilihan untuk memenuhi permintaan pasar. Pakan yang baik pada ikan dalam sistem produksi  adalah hal yang penting untuk memproduksi ikan yang sehat dan berkualitas tinggi. Budidaya ikan berbasis pelet (budidaya intensif) merupakan kegiatan usaha yang efisien secara mikro tetapi inefisien secara makro, terutama apabila ditinjau dari segi dampaknya terhadap lingkungan. Pemilihan pakan yang tepat dapat meningkatkan produktivitas budidaya perikanan sekaligus dapat meningkatkan keuntungan usaha. Beberapa hal yang ingin dijelaskan dalam artikel ini adalah kelebihan pakan alami dan pakan buatan, pemilihan pakan ikan yang tepat, teknis untuk menjaga kualitas air terhadap limbah pakan, perhitungan konversi dan efisiensi pakan, serta peran pakan dalam keberhasilan budidaya ikan.

Kata kunci: kiprah pakan ikan, pengelolaan pakan, keberhasilan budidaya ikan.

PENDAHULUAN

Ikan adalah bahan pangan yg poly digemari, karena mempunyai kandungan yang kaya akan vitamin A, vitamin D, fosfor, magnesium, selenium, yodium, serta kalsium. Secara fundamental ikan mempunyai protein hewani yang sama menggunakan daging sapi, tetapi kelebihan ikan merupakan memiliki kandungan total lemak yang paling rendah dibandingkan asal protein hewani lainnya & nutrisinya sangat mudah diserap tubuh.

Besarnya kandungan gizi ikan, harga ikan yg relative murah dan semua agama menghalalkan konsumsi ikan mengakibatkan tingginya permintaan akan ikan. Kebutuhan ikan sebagai sumber protein meningkat pesat, ditengah semakin langkanya ikan tangkapan dari bahari, budidaya ikan air tawar menjadi pilihan buat memenuhi permintaan pasar.

Pakan yang baik pada ikan dalam sistem produksi  adalah hal yang penting untuk memproduksi ikan yang sehat dan berkualitas tinggi. Budidaya ikan berbasis pelet (budidaya intensif) merupakan kegiatan usaha yang efisien secara mikro tetapi inefisien secara makro, terutama apabila ditinjau dari segi dampaknya terhadap lingkungan. Pemilihan pakan yang tepat dapat meningkatkan produktivitas budidaya perikanan sekaligus dapat meningkatkan keuntungan usaha. Berdasarkan beberapa keadaan dan permasalahan tersebut perlu dilakukan penulisan ilmiah mengenai “Peran Pakan dalam Keberhasilan Budidaya Ikan Air Tawar” dalam rangka turut memberikan masukan kepada pihak terkait.

TUJUAN PENULISAN ARTIKEL

Berdasarkan permasalahan pada bagian latar belakang, tujuan penulisan makalah ini adalah:

1.    Menjelaskan kelebihan yang dimiliki oleh pakan alami dibandingkan dengan pakan buatan.

2.   Menjelaskan kelebihan yang dimiliki oleh pakan buatan dibandingkan dengan pakan alami.

3.   Menjelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemilihan pakan ikan yang tepat.

4.   Menjelaskan teknis untuk menjaga kualitas air dalam budidaya ikan agar tidak terganggu oleh limbah pakan atau limbah lainnya.

5.   Menjelaskan alasan mengapa kita perlu melakukan perhitungan konversi dan efisiensi pakan.

6.   Menjelaskan seberapa penting pakan menentukan keberhasilan budidaya ikan.

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Darmanto (2000), Pakan alami merupakan makanan hayati bagi larva atau benih ikan dan udang. Beberapa jenis pakan alami yang sesuai buat benih ikan air tawar, diantaranya lnfusoria (Paramaecium sp.), Rotifera (Brachionus sp.), Kladosera (Moina sp.), dan Daphnia sp. Pakan alami tersebut memiliki kandungan gizi yg lengkap & mudah dicerna dalam usus benih ikan. Ukuran tubuhnya yg nisbi mini sangat sinkron dengan lebar bukaan ekspresi larva/benih ikan. Sifatnya yg selalu berkiprah aktif akan merangsang benih/larva ikan buat memangsanya. Pakan alami ini dapat diibaratkan "air susu ibu" bagi larva/benih ikan yang dapat menaruh gizi secara lengkap sesuai kebutuhan buat pertumbuhan dan perkembangannya.

Pelet adalah bentuk makanan buatan yg terdiri dari beberapa macam bahan yg kita ramu dan kita jadikan campuran, kemudian kita cetak sebagai akibatnya bentuknya adalah batangan mini -kecil misalnya bentuk obat nyamuk bakar. Panjangnya umumnya berkisar 1-2 cm. Jadi pelet tidak berupa tepung, nir berupa butiran, & pula tidak berupa larutan (Mudjiman, 1996). Menurut Syahputra (2009) usaha budidaya ikan saat ini semakin intensif menuntut tersedianya makanan pada jumlah yang relatif, tepat waktu, & berkesinambungan.

Ketersediaan pakan yg memadai secara kualitas dan kuantitas akan berpengaruh terhadap keberhasilan budidaya ikan. Pakan berkualitas harus mempunyai kandungan nutrisi ikan dan mudah dicerna, sehingga bisa diserap oleh tubuh ikan (Khairuman & Amri, 2002).

Konversi dan efisiensi pakan erat hubungannya menggunakan nilai kecernaan yang menggambarkan persentase nutrien yg dapat diserap oleh saluran pencernaan tubuh ikan. Semakin besar nilai kecernaan suatu pakan maka semakin banyak nutrien pakan yang dimanfaatkan sang ikan tadi. Penyerapan nutrien oleh tubuh dipengaruhi sang aneka macam hal seperti kualitas pakan dan jumlah pakan yg dikonsumsi. Nutrien yg dimanfaatkan oleh ikan dapat mensugesti penyediaan energi protein dan non protein dalam tubuh. Semakin banyak energi yang tersedia pada tubuh akan meningkatkan kemampuan ikan buat mengganti energi tersebut dan disimpan dalam bentuk daging berupa protein dan lemak (Akbar, 2000).

PEMBAHASAN

Kelebihan Pakan Alami dan Pakan Buatan

Kelebihan yang dimiliki oleh pakan alami dibandingkan dengan buatan, antara lain adalah: (a) Harga pakan alami relative lebih murah jika dibandingkan pakan buatan; (b) Pakan alami umumnya mudah dicerna, nilai gizi pakan alami lebih lengkap,  sesuai dengan tubuh ikan, dan tidak menyebabkan penurunan kualitas air pada wadah budidaya ikan; dan (c) Tingkat pencemaran terhadap air kultur akan lebih rendah daripada menggunakan pakan buatan.

Sedangkan kelebihan yang dimiliki oleh pakan buatan dibandingkan dengan pakan alami, antara lain adalah: (a) Kelebihan pakan buatan adalah mengurangi kemungkinan penularan penyakit (dibandingkan dengan makanan alami). Pakan alami adalah organisme hidup yang tentunya dapat terserang oleh penyakit pada media hidupnya. Penyekit yang menyerang pakan alami dapat berpindah pada ikan yang kita budidayakan, setelah pakan alami dimakan oleh ikan; (b) Pengelolaan kualitas, kuantitas dan kuntinuitas pakan buatan jauh lebih mudah  dibandingkan pakan alami. Pakan buatan tidak memerlukan pemeliharaan, pakan buatan yang diproduksi oleh pabrik dapat dibeli ketika diperlukan sehingga pekerjaan pembudidayaan lebih ringan, waktu yang diperlukan lebih sedikit dan hemat tenaga kerja.

Pemilihan Pakan Ikan yang Tepat

Beberapa syarat-syarat yang wajib dipenuhi pada pemilihan pakan ikan yang tepat, antara lain berupa:

1.    Mutu pakan yang tinggi, dilihat dari:

-       Formula pakan ikan yang dipilih harus mencukupi kebutuhan gizi ikan yang dibudidayakan, dilihat dari kandungan nutrisi makanan yang menyangkut: protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Kandungan gizi pakan terutama protein harus sesuai dengan kebutuhan ikan.

-       Bahan formulasi pakan sesuai dengan jenis makanan dan panjangnya usus ikan yang dibudidayakan. Pemilihan jenis pakan yang sesuai dengan karakteristik jenis makanan dan panjangnya usus ikan akan meningkatkan ratio konversi makanan ikan menjadi daging ikan.

-       Tidak mengandung antibiotik dan zat racun.

-       Memperhatikan batas kadaluarsa pakan.

2.    Bentuk dan karakteristik pakan sesuai kebutuhan, dilihat dari:

-       Ukuran pakan dipilih sesuai dengan umur dan bukaan mulut ikan.

-       Memiliki  aroma yang disukai ikan yang dibudidayakan.

-       Kestabilan pakan dan ketahanan pakan dalam air sesuai dengan kebiasaan makan ikan.

3.    Secara ekonomis menguntungkan, dilihat dari:

-       Mudah diperoleh (kuntinuitas dan kemudahan transportasi).

-       Harganya relatif murah jika dibandingkan harga ikan yang dibudidayakan, dengan ratio harga pakan maksimal 70% dari harga ikan.

Teknis untuk Menjaga Kualitas Air terhadap Limbah Pakan

Beberapa langkah teknis yg bisa dilakukan buat menjaga kualitas air pada budidaya ikan (pada Karamba Jaring Apung) supaya nir terganggu sang limbah pakan atau limbah lainnya, antara lain berupa:

1.   Optimalisasi pengelolaan pakan yang ramah terhadap kualitas air

-       Porsi makan ikan diberikan sesuai dengan daya tumbuh optimum perhari (Average Daily Growth) atau porsi makan hanya diberikan 80% dari daya kenyang, sehingga masih tersedia ruang dilambung untuk produksi enzym-enzym pencernaan. Diharapkan efisiensi pakan 100% terserap sempurna.

-       Frekuensi pakan sesuai dengan metabolisme ikan 2 x sehari, metabolisme ikan berkisar 8 jam, bila waktu pemberian pakan 7 pagi dan 5 sore. Maka ada rentang waktu 2 jam untuk istirahat organ-organ pencernaan, dengan tujuan organ pencernaan tetap sehat, ikan pun sehat.

-       Pakan difermentasi menggunakan probiotik untuk menghasilkan enzim: protease, amilase, lipase dan cellulose. Sistem ini meringankan kerja dari organ pencernaan 30%, dan membantu pemotongan rantai panjang pada protein dan lemak, serta membantu menghasilkan kotoran ikan yang mudah terurai dan ramah lingkungan.

2.   Optimalisasi pengelolaan wadah budidaya ikan yang ramah terhadap kualitas air

-       Penerapan Integrated Management Total Aquaculture yang dapat dilakukan dengan melakukan pemeliharaan multispesies dalam satu wadah (misalnya jaring bertingkat) sehingga buangan pakan pada jaring pertama (misal ikan omnivora) dapat dikonsumsi lagi terlebih dahulu oleh ikan pada jaring lapis kedua (misalnya herbivora), sehingga buangan sisa pakan ke dasar dapat diminimalisir.

-       Pengaturan lokasi ataupun jumlah petakan yang dapat dipelihara dengan memperhatikan daya dukung lingkungan perairan ataupun flushing rate waduk/danau tersebut sehingga tidak terjadi over populasi ikan yang dipelihara yang dapat meningkatkan limbah pakan ke dasar.

-       Pengaturan musim tanam, pengendalian jumlah KJA dan padat tebar ikan di KJA dikurangi atau ikan budidaya diganti dengan jenis yang lebih toleran terhadap konsentrasi DO yang rendah seperti ikan patin, lele, dan betutu.

3.   Melakukan penebaran (stocking)  ikan herbivora secara lepas seperti ikan grass carp yang dapat menjaga keseimbangan ekosistem danau/waduk sehingga blooming akibat eutrofikasi dapat dicegah sedini mungkin.

4.   Meningkatkan kadar oksigen terlarut di perairan. Menurut Lukman (2002), pasokan oksigen dalam pengelolaan KJA adalah untuk respirasi biota, pembusukan feses ikan dan pembusukan sisa pakan ikan. Menurutnya untuk setiap gram organik (limbah budidaya ikan) diperlukan 1,42 gram oksigen. Konsentrasi oksigen yang tersedia berpengaruh secara langsung pada kehidupan akuatik khususnya respirasi aerobik, pertumbuhan dan reproduksi. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut di perairan:

-       Mengurangi bahan-bahan organik dalam air, karena jika banyak terdapat bahan organik dalam air maka kadar oksigen terlarutnya rendah.

-       Diusahakan agar air tersebut mengalir.

-       Pembersihan sampah dan limbah yang ada di perairan, baik melalui pengelolaan fisik (pembersihan), pengelolaan kimiawi (penambahan bahan-bahan pengurai), dan pengelolaan biologi (penggunaan tanaman air, pro biotic, bakteri dan mikroba) yang dapat membantu pengelolaan kualitas air.

Perhitungan konversi dan efisiensi pakan

Beberapa alasan mengapa kita perlu melakukan perhitungan konversi & efisiensi pakan adalah:

1.    Sebagai upaya dalam meningkatkan produktifitas budidaya ikan:

-       dapat mengetahui seberapa besar pengaruh pakan yang kita berikan terhadap pertumbuhan ikan yang kita pelihara.

-       dapat mengetahui besaran daya dukung perairan terkait buangan sisa pakan dan kotoran ikan.

-       dapat membantu dalam penentuan pemilihan jenis pakan yang baik untuk menghasilkan ikan yang sehat, tumbuh optimal dan berkualitas tinggi.

2.    Sebagai upaya dalam meningkatkan keuntungan usaha:

-       dapat menghitung biaya yang dikeluarkan dalam pembelian pakan selama proses pemeliharaan ikan, karena pakan merupakan faktor penting karena mewakili 40-75% dari biaya produksi dalam budidaya ikan.

-       dapat menghindari pemborosan dalam penggunaan pakan.

-       dapat mengoptimalkan penggunaan biaya produksi dengan menggunakan pakan yang baik dan jumlah pakan sesuai kebutuhan ikan.

Pakan memilih keberhasilan budidaya ikan

Pakan merupakan faktor yg sangat menentukan keberhasilan budidaya ikan, antara lain lantaran:

1.    Ketersediaan pakan yang memadai secara kualitas dan kuantitas akan berpengaruh terhadap keberhasilan pada ikan dalam sistem produksi, berupa: ikan yang sehat, tumbuh optimal dan berkualitas tinggi.

2.    Pakan merupakan faktor penting karena mewakili 40-75% dari biaya produksi dalam budidaya ikan.

3.    Pakan yang berkualitas baik merupakan faktor penting penentu keberhasilan budidaya ikan secara intensif seperti dalam sistem KJA. Salah satu cara untuk menekan biaya pakan sekaligus dapat meningkatkan keuntungan adalah dengan penggunaan pakan secara efisien baik dalam pemilihan jenis, jumlah, jadwal dan cara pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan ikan.

PENUTUP

Pengelolaan  pakan merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya ikan air tawar, karena ketersediaan pakan yang memadai secara kualitas dan kuantitas akan berpengaruh terhadap keberhasilan pada ikan dalam sistem produksi, berupa: ikan yang sehat, tumbuh optimal dan berkualitas tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, A. D. 2002. Pengaruh Penggantian Tepung Terigu dengan Tepung Singkong terhadap Efisiensi Pakan dan Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Skripsi. IPB. Bogor. 43 hal.

Darmanto dkk, 2000. Budidaya Pakan Alami Untuk Benih Ikan Air Tawar. Jakarta, Badan Penelitian & Pengembangan Pertanian - Instalasi Penelitian & Pengkajian Teknologi Pertanian. Pada download menurut http://defishery.Files.Wordpress.Com/2009/11/budidaya-pakan-alami-buat-benih-air-tawar.Pdf.

Effendi I., dkk. 2012. Materi Pokok Budidaya Perikanan; 1- 9; MMPI5201/3sks Cetakan ketiga Edisi 1. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Khairuman & Amri, 2002. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. PT. Agro Media Pustaka, Depok.

Lukman & Hidayat. 2002. Pembebanan dan Distribusi Organik pada Waduk Cirata. Jurnal Teknologi Lingkungan. P3TL-BPPT. Vol. 3 (2): 129 ? 135.

Mudjiman, A., 1996. Makanan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Syahputra, A., 2009. Rancang Bangun Alat Pembuat Pakan Ikan Mas & Ikan Lele Bentuk Pelet. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

#Tag : Pakan Ikan

PENGERINGAN IKAN

Pengeringan adalah cara pengawetan ikan menggunakan mengurangi kadar air dalam tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, apabila kandungan air ini dikurangi, maka metabolisme bakteri terganggu dan akhirnya mangkat . Pada kadar air 40% bakteri sudah tidak dapat aktif, bahkan sebagian mati, tetapi sporanya masih permanen hidup. Spora ini akan tumbuh dan aktif balik apabila kadar air meningkat. Oleh karenanya, ikan hampir selalu digarami sebelum dilakukan pengeringan.

Kecepatan pengeringan ditentukan oleh faktor-faktor menjadi berikut:

a.     Kecepatan udara, makin cepat udara di atas ikan, makin cepat ikan sebagai kemarau.

b.    Suhu udara, makin tinggi suhu, makin cepat ikan sebagai kemarau

c.     Kelembaban udara, makin lembab udara, makin lambat ikan

sebagai kemarau

d.    Ukuran dan tebal ikan, makin tebal ikan, makin lambat kering.

e.    Makin luas permukaan ikan, makin cepat ikan sebagai kemarau.

f.      Arah aliran udara terhadap ikan, makin kecil sudutnya, makin

cepat ikan sebagai kemarau.

g.     Sifat ikan, ikan berlemak lebih sulit dikeringkan

Cara pengeringan terbagi 2 golongan yaitu pengeringan alami & protesis. Pada pengeringan alami, ikan dijemur di atas rak-rak yg dipasang relatif miring ( 15?) ke arah datangnya angin, dan diletakkan pada bawah sinar surya tempat angin bebas bertiup. Lamanya penjemuran 8 jam/hari selama 3 hari pada wilayah menggunakan intensitas sinar matahari tinggi. Pekerjaan penjemuran harus disertai pembalikkan 2-tiga kali setiap hari. Untuk mengukur tingkat kekeringan ikan, menggunakan cara menekan tubuh ikan menggunakan mak jari & telunjuk tangan. Pada ikan kemarau tekanan jari tidak akan menyebabkan bekas. Cara lain dengan melipat tubuh ikan. Ikan kering tidak akan patah jika tubuhnya dilipatkan.

Pengeringan buatan dilakukan secara mekanis. Keuntungan pengeringan secara mekanis antara lain suhu, kelembaban dan kecepatan angin dapat diatur. Selain itu sanitasi dan hihiene lebih mudah dikendalikan. Namun cara ini belum memasyarakat sebab biaya alat mekanis relatif lebih mahal jika dibandingkan pengeringan alami. Alat pengering mekanis antara lain: oven, alat pengering berbentuk kotak (cabinet-type dryer), alat pengering berbentuk lorong (tunnel dryer), alat pengering bersuhu rendah (cold dryer), alat pengering dengan sinar infra merah, alat pengering beku hampa (vacuum freeze drying).

Gambar 1. Alat pengering matahari bentuk kotak

Gambar 2. Alat pengering matahari bentuk rumah

Gambar tiga. Alat pengering lorong (tunnel dryer)

Gambar 4. Alat pengering bersuhu rendah

Gambar lima. Alat pengering beku-hampa

SUMBER:

Masyamsir, 2001.  Modul Penanganan Hasil Perikanan. Departemen Pendidikan Nasional, Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan SMK, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta.

REFERENSI:

Afrianto, E. & Evi Liviawati. 1991. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 123 hal.

Burgess, G.H.O., C.L. Cutting, J.A. Lovern & J.J. Waterman. 1965. Fish Handling and Processing. Her majesty?S Stationary Office. Edinburg. 390 hal.

Djariah AS. 1995. Ikan Asin. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 56 hal.

Murniyati AS & Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan & Pengawetan Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 220 hal.

Nitibaskara, R. 1981. Laporan Studi Pengembangan Industri Kecil Pengolahan Ikan. Laporan Fakultas Perikanan IPB. Bogor. 98 hal.

Purwaningsih S. 2000. Teknologi Pembekuan Udang. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 73 hal.

Rahardi F, Regina Kristiawati dan Nazaruddin. 2001. Agribisnis Perikanan. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 63 hal.

Soekarto, S.T. 1990. Dasar-dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan. Penerbit IPB Press.  Bogor. 357 hal.

Zaitsev, V., I. Kizevetter, L. Lagunov, T. Makarova, L. Munder dan V. Podsevalow. 1969 Fish Curing and Processing. Terjemahan A. De Marindol. M.R. Publisher, Moskow.

MEMAHAMI TEKNIK IDENTIFIKASI KEKUATAN DAN KELEMAHAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP)

Strategi pengelolaan yg realistis penting sekali dikembangkan. Pada titik ini, kita telah menciptakan suatu rangkaian pengujian buat memastikan bahwa tim perencana akan bisa menciptakan planning pengelolaan yang realistis & dapat diterapkan. Tahap ini adalah kesempatan pada tim perencana buat meninjau atau menyelidiki berbagai kekuatan dan kelemahan KKP, pengaturannya, kemitraan serta prosedur dukungan lembaga dalam memilih strategi mana yg realistis berdasarkan kapasitas yg dimiliki KKP.

Kiat menentukan taktik pengelolaan

Sebelum Anda melibatkan tim perencana pada memilih strategi pengelolaan, tentukan & buat kesepakatan PENUH tentang bagaimana Anda akan mengevaluasi, menciptakan prioritas & menganalisis usulan taktik tadi. JANGAN menangguhkannya hingga setelah Anda memilih taktik Anda!

Sekali lagi analisis SWOT direkomendasikan, walaupun analisis ini bukan satu-satunya indera yang bisa dipakai. SWOTakan menunjukkan kekuatan, kelemahan, peluang & ancaman. Tujuan & pertimbangan pengelolaan dari taktik pengelolaan yang mungkin ingin Anda usulkan juga terdapat pada diagram SWOT. Anda pula bisa menggunakan analisis SWOT sesudah memilih taktik pengelolaan, buat mengevaluasi mereka terhadap kapasitas tempat (sumber daya manusia, keuangan, keahlian, kemitraan, dukungan rakyat, dll.) pada melaksanakan taktik ini.

Semua strategi dan tujuan harus dianalisis sebagai satu kesatuan. Melalui SWOT, seharusnya Anda pun dapat mengidentifikasi suatu pola yang menunjukkan peluang keberhasilan dan kegagalan. Tahap ini merupakan saat yang tepat untuk berdiskusi dengan tim perencana mengenai strategi dan pendekatan pengelolaan yang paling sesuai untuk kawasan, serta strategi mana yang mungkin tidak dapat mencapai keberhasilan.  Jangan membuang strategi-strategi tertentu karena di kemudian hari mungkin akanmenjadi strategi yang lebih baik jika disertai dengan strategi tambahan.

Tim perencana akan membuat keputusan krusial mengenai strategi yang akan dicantumkan pada rencana pengelolaan. Bila suatu proses pengambilan keputusan belum sempat dibentuk sang tim perencana, maka sekarang adalah waktu yang baik buat mendiskusikan pilihan-pilihan Anda.

2.  Beberapa pertanyaan untuk menganalisis SWOT

Beberapa model pertanyaan yang diajukan pada analisis SWOT:

I  N  T  E  R  N  A  L

Kekuatan

1)      Aspek lingkungan mana yang Anda kelola dengan baik?

2)      Apakah kekuatan staf Anda?

3)      Apakah kekhususan dan keunikan kawasan Anda?

4)      Apa saja asset Anda (pendanaan, peralatan, orang, data)?

Kelemahan

1)      Apakah sulit untuk melakukan zonasi di kawasan Anda?

2)      Adakah kekurangan kapasitas pengelolaan (keahlian) di kawasan Anda?

3)      Apakah pendanaan Anda berkelanjutan?

4)      Apa saja hal-hal rawan di dalam kawasan Anda?

Peluang

1)      Apakah masyarakat mendukung KKP Anda?

2)      Adakah peluang untuk bermitra dan bekerja sama?

3)      Apakah baru-baru ini ada kejadian, pengembangan atau pengaruh yang mungkin memberikan kontribusi terhadap upaya konservasi di kawasan Anda?

Ancaman

1)      Apakah di kawasan Anda terdapat ancaman terhadap sumber daya alam?

2)      Adakah ancaman terhadap mata pencaharian, atau kelangsungan hidup perekonomian pada masyarakat lokal?

3)      Adakah peristiwa alam yang berdampak pada sumber daya alam di kawasan Anda?

E  K  S  T  E  R  N  A  L

Gunakan hasil-hasil SWOT untuk lebih memahami KKP Anda dan selesaikan enam pertanyaan di bawah tentang cara terbaik untuk mengembangkan suatu rencana yang mencerminkan kekuatan dan kelemahan KKP Anda.

Hasil SWOT Anda . . .. . . dapat menolong Anda menjawab 6 pertanyaan perencanaan berikut ini:

Yang diidentifikasi dari kekuatan . . .

(1)   Perlukah Anda mempertahankan pekerjaan kita ke depan?

(2)   Perlukah Anda membangun (meningkatkan) atau memperkuat kawasan?

Yang diidentifikasi dari peluang . . .

(3)   Perlukah Anda menekankan atau mengoptimalkan ketika membangun rencana pengelolaan Anda?

Yang diidentifikasi dari kelemahan .

(4)   Akankah Anda mengatasinya sebelum melaksanakan rencana pengelolaan Anda yang baru?

(5)   mengharuskan Anda memilih kegiatan pengelolaan tertentu?

Yang diidentifikasi dari ancaman

(6)   mengharuskan Anda mengambil strategi untuk mengatasi dampak dari ancaman tersebut?

SUMBER:

PUSLATKP, 2014. MODUL A.033101.005.01 Menyusun Strategi Pengelolaan pada Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.

#Tag : Ekosistem

MEMAHAMI TEKNIK PENENTUAN STRATEGI PENGELOLAAN YANG REALISTIS PADA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP)

Setelah mengetahui  kekuatan dan kelemahan kawasan, peluang dan tantangan/hambatan yang dihadapi maka Anda dapat menyusun strategi-strategi  untuk mencapai tujuan.  Pada tahap proses perencanaan ini, tim perencana pengelolaan harus siap untuk menyusun berbagai strategi atau kegiatan yang akan dicantumkan dalam rencana pengelolaan. Seperti halnya dengan tahapan perencanaan lainnya, tidak semua langkah yang tercakup dalam pelatihan ini diperlukan pada setiap proses perencanaan KKP, dan urutannya dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan spesifik kawasan atau kebutuhan tim perencana. Sebagai bagian dari pengembangan rencana pengelolaan yang efektif, sedapat mungkin Anda juga ingin memahami seluruh implikasi dan dampak dari setiap strategi yang diusulkan. Untuk memastikan tujuan itu, tahapan dalam proses perencanaan ini mencakup serangkaian pengujian:

1)      menentukan apakah kegiatan yang diusulkan langsung atau tidak langsung akan menangani ancaman pada sumber daya sasaran;

2)      menempatkan strategi pengelolaan ke dalam sebuah model untuk melihat apakah mereka dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Analisis SWOT yang baru dilakukan merupakan salah satu pengujian. Namun demikian, dalam dua hari ke depan Anda akan meneruskan mengevaluasi strategi pengelolaan yang diusulkan.

Ciri-karakteristik planning pengelolaan yg baik:

1)      Jelas: mudah dibaca, tidak ada istilah teknis (jargon), dan disajikan dengan baik

2)      Ringkas dan komprehensif: tidak lebih panjang daripada yang betul-betul diperlukan tetapi dengan informasi yang cukup untuk melengkapi fungsinya.

3)      Akurat: tanpa kesalahan besar dan dengan penjelasan yang baik untuk semua keputusan.

4)      Logis: berdasarkan penilaian kawasan yang menyeluruh, termasuk alasan yang jelas untuk seluruh tujuan dan kegiatan (misalnya, berdasarkan informasi biologi dan sosial terbaik yang tersedia).

5)      Dapat diterima: bagi semua yang memiliki minat dan keterkaitan emosional dengan kawasan.

6)      Praktis: Dengan tujuan yang jelas dan metoda yang realistis untuk mencapainya, menghasilkan keluaran yang diinginkan dan dapat dipantau.

7)      Fokus: Efektif sebagai alat pengelolaan kawasan, memenuhi kebutuhan para manajer dan memenuhi sisi hukum atau kewajiban lainnya.

Pengujian ini akan membantu tim perencana menentukan strategi yang paling sinkron buat mengatasi berbagai ancaman terhadap asal daya target sekaligus memastikan tidak ada konsekuensi pada masa depan yg berpotensi buat merusak keberhasilan aplikasi rencana tadi?Impak negatif bidang ekonomi atau sosial yg nir disengaja terhadap masyarakat lokal, contohnya. Juga karena sebagian besar KKP mempunyai sumber daya keuangan dan insan yang terbatas, maka setiap strategi pada planning pengelolaan harus adalah investasi yang baik bagi sumber daya yang terbatas tersebut menggunakan imbalan maksimum dan melindungi sumber daya sasaran.

Seperti dengan semua tahap pada perencanaan pengelolaan, tim perencana memainkan peranan yg krusial. Pada titik ini, Anda juga mungkin ingin menentukan tim penyusun, yg nantinya akan menulis planning pengelolaan. Dua sampai tiga orang menurut tim penyusun mungkin akan atau mungkin tidak akan sebagai bagian dari tim perencana. Jika mereka nir sebagai bagian dari tim perencana, libatkan mereka pada proses sebagai pengamat atau berkomunikasi dengan mereka secara teratur tentang kemajuan dengan perencanaan pengelolaan.

Bagi siapa pun yang belum pernah bekerja untuk rencana pengelolaan KKP atau yang sedang berupaya memperbaiki rencana pengelolaan yang ada, sebuah daftar pilihan strategi pengelolaan telah disediakan berdasarkan lima kategori strategi pengelolaan yang umum untuk dipertimbangkan.  Kelima kategori pengelolaan tersebut adalah:

(1)   Mempengaruhi perilaku: menerapkan pendidikan dan penyadartahuan untuk membantu pengguna memahami dampak dari perilaku mereka, serta bagaimana membuat pilihan untuk memodifikasi perilaku mereka dalam mengurangi dampak terhadap sumber daya sasaran.

(2)   Memodifikasi perilaku: menerapkan sistem penjatahan (membatasi penggunaan suatu area), alokasi (mendistribusi penggunaan terbatas bagi kelompok yang bersaing) atau zonasi (penggunaan tertentu di area tertentu) untuk mengontrol di mana dan kapan suatu penggunaan tertentu terjadi.

(3)   Mengendalikan perilaku: menerapkan berbagai peraturan dan larangan untuk mengendalikan perilaku tertentu yang tidak sesuai dengan perlindungan sumber daya sasaran.

(4)   Mencegah perilaku: menerapkan penegakan hukum secara interpretif atau strategi penegakan hukum untuk menghalangi atau menanggapi perilaku yang tidak tepat dan mendorong pengguna untuk bertindak dengan cara yang bertanggung jawab, serta membuat larangan tegas yang melawan dan konsekuensi terhadap perilaku yang tidak diinginkan.

(5)   Memahami dampak dari perilaku: menerapkan pengamatan atau pemantauan dan penelitian untuk memahami dampak dari kegiatan manusia menggunakan sumber daya sasaran.

Seperti yg sudah disebutkan sebelumnya, taktik planning pengelolaan wajib pribadi menangani akar penyebab (dan konduite manusia yg berkaitan) yang membuat ancaman terhadap asal daya target yang dilindungi oleh KKP Anda. Dengan demikian, kita umumnya mengambil taktik pengelolaan pada enam kategori akbar :

(1)   Pengelolaan kawasan: Untuk mengarahkan, menyalurkan pemanfaatan dan menjaga kondisi lingkungan.

(2)   Pertimbangan dan pengalokasian: Untuk mengatur intensitas kegiatan manusia dengan membatasi penggunaan ruang sekaligus mengalokasikanpemanfaatan sumber daya secara terbatas kepada kelompok-kelompok pemanfaat yang saling berkompetisi.

(3)   Peraturan: Untuk mengendalikan pengunjung pada suatu area dengan menentukan kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada area tersebut.

(4)   Pencegahan dan penegakan: Untuk mengendalikan dan menghilangkan perilaku pelanggaran dengan mendorong kelompok pengguna agar bertindak secara bertanggung jawab dengan membuat peraturan dan sanksi yang tegas atas perilaku yang tidak diinginkan.

(5)   Pendidikan untuk pengguna: Untuk mempengaruhi perilaku pengguna sekaligus membangun rasa tanggung jawab dan kepemilikan.

(6)   Gunakan berbagai pola dan dampak: Untuk memahami dampak saat ini dan mengantisipasi dampak yang akan dialami sumber daya sasaranakibat kegiatan manusia. Memahami pola-pola fenomena yang terjadi sebagai pengetahuan akan adanya perubahan dari waktu ke waktu serta keberhasilan (atau kegagalan) dari strategi pengelolaan.

Anda tidak perlu menganggap daftar kategori pengelolaan di atas ini sebagai daftar yang pasti. Daftar di bawah hanyalah jenis strategi pengelolaan yang paling umum digunakan di dalam KKP, sesungguhnya Anda bebas untuk menggunakan pemikiran Anda sendiri.

SUMBER:

PUSLATKP, 2014. MODUL A.033101.005.01 Menyusun Strategi Pengelolaan pada Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.

#Tag : Ekosistem