Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Potensi Perikanan Kecamatan Rancah

Potensi luas huma untuk sektor perikanan di daerah Kecamatan Rancah adalah lebih kurang 253,740 hektar buat Kolam Air Tenang (KAT) & 354,51 hektar buat lahan minapadi sebagai akibatnya total mencapai luas potensi sebanyak 608,25 hektar, sementara potensi Kolam Air Deras (KAD) berada disepanjang pinggiran dangkal sungai Cijolang belum dapat terukur secara jelas karena kesulitan menelusuri sepanjang sisi sungai tadi.

Luas lahan tersebut di wilayah Kecamatan Rancah pada umumnya berbentuk kolam air tenang saja. Data luas lahan perikanan disajikan dalam tabel berikut:
Potensi luas kolam di Kecamatan Rancah

SUMBER AIR

Sumber air yang dimanfaatkan untuk sektor perikanan yang berada di Kecamatan Rancah disajikan dalam tabel berikut:
Sumber air di Kecamatan Rancah

KUALITAS DAN KUANTITAS AIR

Kualitas air di daerah Kecamatan Rancah masih sangat baik, tidak terlalu poly pencemaran dan jua tidak beracun bagi ikan. Hal ini ditimbulkan Kecamatan Rancah berada pada asal air Tengah dimana air belum pernah digunakan & belum mengalami pencemaran. Hanya sedikit tingkat pencemaran yang terjadi yaitu berupa limbah tempat tinggal tangga. Sementara itu, limbah pabrik memahami secara asas manfaat belum mengakibatkan pencemaran bagi ikan, justru bermanfaat karena menyediakan zat hara buat pertumbuhan plankton sebagai asal kuliner ikan di sungai. Secara fisik, umumnya air berwarna bening (jernih) dan tidak berbau.

Kuantitas air adalah kasus yg sering terjadi pada wilayah Kecamatan Rancah karena asal-asal perairan mengalami kekeringan disaat musim kemarau. Sumber mata air hanya mengalir sedikit bahkan sampai terhenti. Sumber sungai hanya mampu sedikit mengaliri sawah sementara kolam tadah hujan terjadi kekeringan total. Masalah kuantitas air merupakan salah satu masalah yang akan dipecahkan. Metode pemecahan masalahnya adalah manajemen produksi ikan, dimana saat terjadi kering atau kekeringan, maka produksi perikanan dihentikan ad interim waktu.

Sesuai potensinya, maka Kecamatan Rancah memiliki potensi pengembangan produksi ikan gurame, ikan mas, ikan nila, ikan lele, ikan tambakan dan ikan nilem.

Sumber : Programa Kecamatan Rancah

KONEKTIVITAS EKOLOGIS DAN BIOTA ANTARA EKOSISTEM ESTUARIA DENGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG

ABSTRAK

Ekosistem estuaria sebagai daerah ekoton, yaitu daerah pertemuan antara ekosistem air tawar dengan air laut, menjadikan biota yang hidup di perairan estuaria juga merupakan kombinasi dari kedua ekosistem asal tersebut. Walaupun demikian secara relative, jumlah spesies laut lebih banyak dijumpai di daerah estuaria. Ekosistem terumbu karang sebagai habitat bagi berbagai jenis biota laut dengan tingkat keragaman hayati yang sangat tinggi dan sulit ditandingi oleh ekosistem lainnya. Ekosistem estuaria dan terumbu karang mempunyai konektivitas ekologis dan biota.  Oleh karena itu apabila salah satu ekosistem tersebut terganggu, maka ekosistem yang lain juga akan ikut terganggu. Yang jelas interaksi yang harmonis antara kedua ekosistem ini harus dipertahankan agar tercipta sinergi keseimbangan lingkungan.

Kata kunci: hubungan ekologis dan biota, perairan estuaria, terumbu karang

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan galat satu negara kepulauan terbesar pada dunia, terdiri atas 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.791 km, mempunyai keanekaragaman hayati yang cukup tinggi misalnya hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, ikan, mamalia, reptilia, krustasea & aneka macam jenis moluska. Sumberdaya alam bahari tadi merupakan galat satu kapital dasar yg bisa dimanfaatkan buat pembangunan nasional (Dewanto, 2012).

Keberadaan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh interaksi timbal pulang antara mahluk hidup dengan lingkungannya dianggap dengan ekosistem. Menurut Kusumastanto (2012) sebagai Negara yg terletak pada daerah tropis, Indonesia memiliki keanekaragaman biologi yang sangat tinggi serta kelengkapan komponen-komponen penyusun ekosistem. Ekositem pesisir tropis, misalnya di Indonesia terdiri atas aneka macam jenis ekositem, misalnya ekositem mangrove, padang lamun, terumbu karang, estuaria pantai berpasir & berbatu. Setiap jenis ekosistem pesisir tersebut memiliki karakter tersendiri dan syarat lingkungan biofisik yg spesial .

Estuaria adalah perairan muara sungai semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar. Sebagai tempat pertemuan air laut dan air tawar, salinitas di estuaria sangat bervariasi.  Baik menurut lokasinya di estuaria, ataupun menurut waktu (Universitas Terbuka, 2014).

Terumbu karang merupakan komunitas yang khas dan tumbuh terbatas di daerah tropika.  Struktur dasar terumbu adalah bangunan kalsium karbonat (kapur) yang sangat banyak, yang sebagian besar dibentuk oleh binatang karang (polip).  Hewan karang ini termasuk kelas Anthozoa, filum Coelenterata, yang hidup berkoloni dan masing-masing menempati semacam mangkuk kecil dari bahan kapur yang keras tadi. Komunitas terumbu karang merupakan salah satu komunitas yang paling kaya jenis di lautan dan bahkan juga di dunia (Universitas Terbuka, 2014).

Produktifitas estuaria, pada kenyataannya bertumpu atas bahan-bahan organik yang terbawa masuk estuaria melalui aliran sungai atau arus pasang surut air laut. Produktifitas primernya sendiri, karena sifat-sifat dinamika estuaria sebagaimana telah diterangkan di atas dan karena kekeruhan airnya yang berlumpur, hanya dihasilkan secara terbatas oleh sedikit jenis alga, rumput laut, diatom bentik dan fitoplankton (http://www.ut.ac.id/ html/suplemen/mmpi5104/ f_peranan_estuaria.htm). Sedangkan pada ekosistem terumbu karang, penyusun utama komunitas ini adalah hewan-hewan karang yang membentuk aneka rupa karang keras (ordo Madreporaria).  Di samping itu juga terdapat aneka jenis karang lunak (Octocorallia), gorgonia, kipas laut, cambuk laut serta berbagai jenis alga. Beberapa macam alga juga memproduksi kalsium karbonat, bahkan kelompok alga yang disebut alga koralin menghasilkan endapan kalsium karbonat di substrat yang ditumbuhinya dan merekatkan bagian-bagian yang lepas, seperti pecahan karang, menjadi satu (Universitas Terbuka, 2014).

Ekosistem estuaria & ekosistem terumbu karang mempunyai interaksi yg sinergis ditinjau berdasarkan aspek ekologis & biota, tidak hanya tergantung di mana organisme tersebut hidup, namun jua pada apa yang dilakukan organisme termasuk membarui energi, bertingkah laku , bereaksi, mengganti lingkungan fisik maupun hayati & bagaimana organisme dihambat oleh spesies lain. Melalui goresan pena ini akan coba diuraikan seberapa akbar konektivitas ekologis & biota antara ke 2 ekosistem tadi dan bila salah satu sistem mengalami gangguan, berpengaruhkah terhadap ekosistem yang lain.

METODOLOGI

Pengkajian konektivitas antara ekosistem estuaria dengan ekosistem terumbu karang dari sisi ekologis dan biota dilaksanakan pada tanggal 9 – 10 September 2014. Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan teknik yang digunakan: (1) pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari buku, jurnal dan internet yang berhubungan dengan topik yang diangkat; (2) pengolahan data dan penyusunan kajian, dengan penjabaran dan penggalian ide/gagasan utama dan ide pendukung dengan menggunakan 5 W (What, Who, When, Where, Why), dan 1 H (How) melalui pengolahan data dan penelusuran pustaka.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Konektivitas Ekologis

Menurut Kusumastanto (2012) Estuaria merupakan sebuah perairan semi tertutup & memiliki hubungan pribadi dengan laut tanggal dihadapannya serta pada umumnya senantiasa menerima suplai air tawar berdasarkan daratan. Di tempat ini, proses ekamatra perairan, misalnya pasang surut senantiasa berlangsung membuahkan tempat ini senantiasa berkecimpung dan dinamis secara fisik kolom airnya. Pada saatnya, pergerakan kolom air yg sangat bergerak maju berakibat estuaria senantiasa bertukar masa air baik dengan perairan tawar maupun menggunakan perairan laut lepas.

Kombinasi imbas air laut dan air tawar pada perairan estuaria akan membuat suatu komunitas yang khas, menggunakan lingkungan yang bervariasi, antara lain: (1) Tempat bertemunya arus air tawar menggunakan arus pasang-surut, yang antagonis mengakibatkan suatu pengaruh yang bertenaga pada sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-karakteristik fisika lainnya, dan membawa impak akbar dalam biotanya; (dua) Pencampuran kedua macam air tersebut membentuk suatu sifat fisika lingkungan spesifik yang nir sama dengan sifat air sungai maupun sifat air bahari; (3) Perubahan yg terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis menggunakan lingkungan sekelilingnya; dan (4) Tingkat kadar garam pada daerah estuaria tergantung dalam pasang-surut air bahari, banyaknya aliran air tawar & arus-arus lainnya, serta topografi wilayah estuaria tersebut (http://www.Ut.Ac.Id/html/suplemen/mmpi5104/f_definis.Htm).

Secara generik salinitas yg tertinggi berada pada bagian luar, yakni dalam batas daerah estuaria dengan laut, ad interim yang terendah berada pada tempat-loka pada mana air tawar masuk ke estuaria. Pada garis vertikal, umumnya salinitas di lapisan atas kolom air lebih rendah daripada salinitas air di lapisan bawahnya. Ini disebabkan karena air tawar cenderung terapung pada atas air laut yg lebih berat oleh kandungan garam. Kondisi ini dianggap estuaria positif atau estuaria baji garam (salt wedge estuary) (Nybakken, 1988).

Sementara perubahan-perubahan salinitas pada kolom air estuaria bisa berlangsung cepat & bergerak maju, salinitas substrat pada dasar estuaria berubah menggunakan sangat lambat. Substrat estuaria biasanya berupa lumpur atau pasir berlumpur, yg berasal dari sedimen yang terbawa genre air, baik dari darat juga menurut bahari. Sebabnya merupakan lantaran pertukaran partikel garam & air yg terjebak di antara partikel-partikel sedimen, dengan yang berada pada kolom air di atasnya berlangsung menggunakan lamban (http://www.Ut.Ac.Id/html/suplemen/mmpi5104/f_sifat_estuaria.Htm).

Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang dinamis, mengalami perubahan terus menerus dan tidak tahan terhadap gangguan-gangguan alam yang berasal dari luar terumbu.  Beberapa faktor  yang  membatasi  pertumbuhan  karang adalah : cahaya, diperlukan oleh Zooxanthellae  untuk  melakukan    fotosintesis    dalam   jaringan   karang.   Suhu dapat merupakan faktor pembatas yang umum bagi karang. Pertumbuhan karang yang optimum terjadi pada perairan yang rata-rata suhu tahunannya berkisar 23 – 25oC, akan tetapi karang juga dapat mentoleransi suhu pada kisaran 20oC, sampai dengan 36 – 40oC  (Nybakken, 1988).

Sementara itu sebagai hewan laut sejati, terumbu karang memerlukan kadar garam air laut yang normal antara 32-35 atau yang lebih tinggi.  Di bagian laut yang berkadar garam lebih rendah, misalnya dekat muara sungai-sungai besar, terumbu karang akan terhalang pertumbuhannya. Berkurangnya laju fotosintesis akan mempengaruhi kemampuan karang membentuk terumbu.  Sehingga kedalaman laut yang optimal untuk membentuk terumbu berada kurang dari 25 m, di mana cahaya matahari masih memadai untuk fotosintesis.  Umumnya terumbu karang tidak dapat terbentuk pada kedalaman lebih dari 50-70 m (http://www.Ut.Ac.Id/html/suplemen/mmpi5104/f_dskrip_tk.Htm)

Di samping itu aliran sungai juga membawa serta endapan tanah dan bahan organik lainnya.  Bahan-bahan ini akan memperkeruh air laut, mengurangi penetrasi sinar matahari, dan endapannya dapat menutupi karang serta mematikan hewan-hewan karang.  Oleh sebab itu karang lebih berkembang pada wilayah-wilayah perairan dengan gelombang besar.  Gelombang laut yang kuat tidak banyak merusak karang yang masif.  Sementara itu, gelombang justru menghalangi pengendapan, memberikan air yang segar dan memperkaya kandungan oksigen dalam air laut (http://www.ut.ac.id/ html/suplemen/mmpi5104/f_tipe_trumbu.htm).

Konektivitas:

a.   Interaksi fisik

Estuaria & terumbu karang berinteraksi secara fisik melalui beberapa mekanisme, yaitu reduksi energi gelombang, reduksi sedimen, dan pengaturan pasokan air baik air bahari maupun air tawar berdasarkan sungai. Biota perairan estuaria sangat bergantung pada keberadaan struktur kokoh menurut bangunan kapur terumbu karang sebagai penghalang aksi hidrodinamis lautan, yaitu arus dan gelombang. Di zona reef front, terjadi produksi pecahan fragmen kapur dampak hempasan gelombang dan terpaan arus yang monoton. Fragmen-fragmen kapur ini akan diproses sang beberapa jenis ikan, bulu babi, & sponge buat menghasilkan kerikil, pasir, & lumpur. Selanjutnya kerikil, pasir, & lumpur akan diteruskan ke arah pantai sang aksi gelombang dan arus yg telah dilemahkan, sehingga membangun akumulasi sedimen yg sebagai substrat utama yg dibutuhkan pada ekosistem estuaria.

b.   Interaksi ekosistem daratan dan laut

-    Estuaria: kawasan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang surut, intrusi air laut dan percikan air gelombang.

-    Terumbu karang: kawasan perairan laut yang masih dipengaruhi proses-proses aliran air sungai, limpasan air permukaan, sedimen dan bahan pencemar.

c.    Interaksi bahan organik

Bahan organik yg asal menurut estuaria bisa menghipnotis pertumbuhan menurut terumbu karang. Tingginya partikel organik yang tersuspensi diperairan bisa menurunkan fotosintesis di perairan. Partikel organik ini akan mengurangi intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan buat proses fotosintesis. Selain itu partikel organik yg terbawa berdasarkan ekosistem mangrove ke ekosistem estuaria merupakan kuliner bagi biota-biota perairan misalnya filter feeder dan detritus feeder. Beragam kegiatan manusia didaratan seperti penebangan hutan bisa meningkatkan partikel organik diperairan. Partikel yang tersuspensi terutama pada bentuk partikel halus juga kasar, akan mengakibatkan impak negatif terhadap biota perairan estuaria & ekosistem terumbu karang, menjadi contoh menutupi sistem pernafasan yg menyebabkan biota tadi susah bernafas.

2. Konektivitas Biota

Sebagai wilayah peralihan atau percampuran, estuaria memiliki tiga komponen biota, yakni fauna yang berasal dari lautan, fauna perairan tawar, dan fauna khas estuaria atau air payau. Fauna lautan yang tidak mampu mentolerir perubahan-perubahan salinitas yang ekstrem biasanya hanya dijumpai terbatas di sekitar perbatasan dengan laut terbuka, di mana salinitas airnya masih berkisar di atas 30‰.  Sebagian fauna lautan yang toleran (eurihalin) mampu masuk lebih jauh ke dalam estuaria, di mana salinitas mungkin turun hingga 15‰ atau kurang. Sebaliknya fauna perairan tawar umumnya tidak mampu mentolerir salinitas di atas 5‰, sehingga penyebarannya terbatas berada di bagian hulu dari estuaria. Fauna khas estuaria adalah hewan-hewan yang dapat mentolerir kadar garam antara 5-30‰, namun tidak ditemukan pada wilayah-wilayah yang sepenuhnya berair tawar atau berair laut.  Di antaranya terdapat beberapa jenis tiram dan kerang (Ostrea, Scrobicularia), siput kecil Hydrobia, udang Palaemonetes, dan cacing polikaeta nereis (Universitas Terbuka,  2014).

Di samping itu terdapat pula fauna-fauna yang tergolong peralihan, yang berada di estuaria untuk sementara waktu saja.  Beberapa jenis udang Penaeus, misalnya, menghabiskan masa juvenilnya di sekitar estuaria, untuk kemudian pergi ke laut ketika dewasa.  Jenis-jenis sidat (Anguilla) dan ikan salem (Salmo, Onchorhynchus) tinggal sementara waktu di estuaria dalam perjalanannya dari hulu sungai ke laut, atau sebaliknya, untuk memijah.  Dan banyak jenis hewan lain, dari golongan ikan, reptil, burung dan lain-lain, yang datang ke estuaria untuk mencari makanan (Nybakken, 1988).

Organisme terbanyak di estuaria adalah para pemakan detritus, yang sesungguhnya bukan menguraikan bahan organik menjadi unsur hara, melainkan kebanyakan mencerna bakteri dan jasad renik lain yang tercampur bersama detritus itu. Pada gilirannya, para pemakan detritus berupa cacing, siput dan aneka kerang akan dimakan oleh udang dan ikan, yang selanjutnya akan menjadi mangsa tingkat trofik di atasnya seperti ikan-ikan pemangsa dan burung.  Melihat banyaknya jenis hewan yang sifatnya hidup sementara di estuaria, bisa disimpulkan bahwa rantai makanan dan rantai energi di estuaria cenderung bersifat terbuka. Dengan pangkal pemasukan dari serpih-serpih bahan organik yang terutama berasal dari daratan (sungai, rawa asin, hutan bakau), dan banyak yang berakhir pada ikan-ikan atau burung yang kemudian membawa pergi energi keluar dari system (http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ mmpi5104/f_peranan_estuaria.htm).

Terumbu karang merupakan komunitas yang khas dan tumbuh terbatas di daerah tropika.  Struktur dasar terumbu adalah bangunan kalsium karbonat (kapur) yang sangat banyak, yang sebagian besar dibentuk oleh binatang karang (polip).  Hewan karang ini termasuk kelas Anthozoa, filum Coelenterata, yang hidup berkoloni dan masing-masing menempati semacam mangkuk kecil dari bahan kapur yang keras tadi. Komunitas terumbu karang merupakan salah satu komunitas yang paling kaya jenis di lautan dan bahkan juga di dunia (Universitas Terbuka, 2014).

Sebetulnya jenis-jenis binatang karang hidup di lautan di seluruh dunia, termasuk di wilayah kutub dan ugahari (temperate, bermusim empat).  Akan tetapi hanya hewan karanghermatipik yang bisa menghasilkan terumbu, dan karang ini hidup terbatas di wilayah tropis.  Salah satu sebabnya ialah karena karang hermatipik hidup bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan (dinoflagellata) di dalam sel-sel tubuhnya.  Kehidupan simbiotik yang dikenal sebagai zooxanthellae ini memerlukan sinar matahari yang cukup sepanjang tahun untuk berfotosintesis, dan lingkungan yang relatif hangat dengan suhu optimal perairan sekitar 23-250C (http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ mmpi5104/ f_dskrip_tk.htm).

Konektivitas

a.   Integrasi migrasi biota

Migrasi biota bahari adalah suatu hubungan yang penting & konkret antara terumbu karang dan ekosistem estuaria. Ada 2 kategori migrasi biota, yaitu:

-          Migrasi jangka pendek untuk makan

Tipe migrasi ini umumnya dilakukan oleh biota-biota dewasa. Ada dua strategi migrasi makan, yaitu: (1) Edge feeders merupakan biota yg memanfaatkan suatu sistem tempat asli untuk berlindung, tetapi berkelana jauh berdasarkan sistemnya buat mencari makan; dan (2) Tipe migratory feeders memiliki jarak migrasi yg relative jauh dan mempunyai ketika eksklusif pada melakukan kegiatannya.

-          Migrasi daur hidup antara sistem yang berbeda

Tipe migrasi ini acapkali dijumpai dalam spesies-spesies ikan & udang yg diketahui melakukan pemijahan dan pembesaran larva di hutan mangrove atau padang lamun yg tertunya melewati ekositem estuaria. Hal ini dimungkinkan sang tersedianya poly ruang berlindung, kaya akan asal makanan, & kondisi lingkungan perairan yg lebih statis dibandingkan terumbu karang. Lambat laun biota tersebut tumbuh dan sebagai akbar, sehingga ruang berlindung yg tersedia sudah tidak memadai lagi dan mereka pun bermigrasi ke perairan yg lebih dalam seperti terumbu karang atau bahari lepas.

b.   Interaksi spesies biota

Biota yang hidup di ekosistem estuari umumnya adalah percampuran antara yang hidup endemik, artinya yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal dari laut dan beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang mempunyai kemampuan osmoregulasi yang tinggi. Bagi kehidupan banyak biota akuatik komersial, ekosistem estuari merupakan daerah pemijahan dan asuhan. Kepiting, tiram dan banyak ikan komersial merupakan hewan estuari. Udang niaga yang memijah di laut lepas membesarkan larvanya di ekosistem ini dengan memanfaatkannya sebagai sumber makanan.

SIMPULAN

1.      Dari segi ekologis, ekosistem terumbu karang mempunyai keterkaitan dengan ekosistem estuaria. Hal ini disebabkan karena terumbu karang berada dekat dengan ekosistem tersebut serta daratan dan lautan. Berbagai dampak kegiatan manusia dan mahluk hidup serta perubahan faktor fisik dan kimia lingkungan yang ada di ekosistem estuaria akan menimbulkan dampak pula pada ekosistem terumbu karang. Demikian pula dengan kegiatan yang dilakukan di laut lepas dan ekosistem terumbu karang.

2.      Dari segi biota, sebagian besar biota penghuni ekosistem estuaria adalah biota yang berasal dari ekosistem terumbu karang dan laut. Bagi banyak biota akuatik, ekosistem estuari merupakan daerah mencari makan, pemijahan dan asuhan. Keterkaitan ekosistem antara ekosistem estuaria dan terumbu karang menciptakan suatu variasi habitat yang mempertinggi keanekaragaman jenis organism.

DAFTAR PUSTAKA

Dewanto R.H., 2012.Hubungan Ekologis dan Biologis yang terjadi antara Mangrove, Lamun, dan Terumbu Karang. http://fisheries90.blogspot.com/2012/06/ hubungan-ekologis-dan-biologis-yang.html

http://geographylovers.Files.Wordpress.Com/2011/05/ekologi-laut-tropis1.Pdf

http://www.Ut.Ac.Id/html/suplemen/mmpi5104/f_biota_estuaria.Htm

http://www.Ut.Ac.Id/html/suplemen/mmpi5104/f_definis.Htm

http://www.Ut.Ac.Id/html/suplemen/mmpi5104/f_peranan_estuaria.Htm

http://www.Ut.Ac.Id/html/suplemen/mmpi5104/f_tipe_trumbu.Htm

http://www.Ut.Ac.Id/html/suplemen/mmpi5104/f_Keanekaragaman_tk.Htm

http://www.Ut.Ac.Id/html/suplemen/mmpi5104/f_dskrip_tk.Htm

Kusumastanto T., Adrianto L., Damar A., 2012. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut. Universitas Terbuka, Tangerang Selatan.

Nybakken, J.W.  1988.Biologi Laut: suatu pendekatan ekologis.  Alih bahasa H. Muh. Eidman dkk.  Penerbit Gramedia, Jakarta.

Universitas Terbuka, 2014. Materi Inisiasi 3 “Ekosistem Estuaria”. http://student.ut.ac.id/

Universitas Terbuka, 2014. Materi Inisiasi 4 “Ekosistem Terumbu Karang”. http://student.ut.ac.id/

#Tag : Ekosistem

Profil Kecamatan Rajadesa

Kecamatan Rajadesa merupakan keliru satu kecamatan yg berlokasi disebelah utara dari ibukota Kabupaten Ciamis. Kecamatan ini yg berbatasan eksklusif dengan Kabupaten Kuningan dalam sisi utara dan timur wilayahnya, sedangkan pada sisi barat berbatasan menggunakan Kecamatan Jatinagara dan Kecamatan Panawangan & dalam sebelah selatan berbatasan menggunakan Kecamatan Rancah.

Sebagian besar topografi desa-desa yg ada di Kecamatan Rajadesa merupakan dataran menggunakan rata-homogen ketinggian 631,82 Meter di atas permukaan air laut. Desa Purwaraja, Desa Andapraja & Desa Sukaharja adalah tiga desa yg mempunyai ketinggian 700 meter pada atas bagian atas air bahari yang merupakan dataran tertinggi dibanding desa?Desa lainnya.

Luas wilayah kecamatan Rajadesa merupakan 57,23 KM2, dimana desa Tanjungsari merupakan desa terluas mencapai 17,14 persen berdasarkan luas daerah kecamatan sedangkan desa menggunakan luas wilayah terkecil merupakan Desa Rajadesa menggunakan luas 2,01 KM2 atau sebesar 3,63 persen menurut luas daerah kecamatan.

Kecamatan Rajadesa merupakan keliru satu kecamatan yg berlokasi disebelah utara dari ibukota Kabupaten Ciamis. Kecamatan ini yg berbatasan eksklusif dengan Kabupaten Kuningan dalam sisi utara dan timur wilayahnya, sedangkan pada sisi barat berbatasan menggunakan Kecamatan Jatinagara dan Kecamatan Panawangan & dalam sebelah selatan berbatasan menggunakan Kecamatan Rancah.

Sebagian besar topografi desa-desa yg ada di Kecamatan Rajadesa merupakan dataran menggunakan rata-homogen ketinggian 631,82 Meter di atas permukaan air laut. Desa Purwaraja, Desa Andapraja & Desa Sukaharja adalah tiga desa yg mempunyai ketinggian 700 meter pada atas bagian atas air bahari yang merupakan dataran tertinggi dibanding desa?Desa lainnya.

Luas wilayah kecamatan Rajadesa merupakan 57,23 KM2, dimana desa Tanjungsari merupakan desa terluas mencapai 17,14 persen berdasarkan luas daerah kecamatan sedangkan desa menggunakan luas wilayah terkecil merupakan Desa Rajadesa menggunakan luas 2,01 KM2 atau sebesar 3,63 persen menurut luas daerah kecamatan.

Semoga Bermanfaat...

Sumber : http://upkrajadesa.blogspot.co.id/2012/06/profil-kecamatan-rajadesa.html

BUDIDAYA UDANG VANNAMEI TEKNOLOGI INTENSIF PLASTIK MULSA

SUMBER:

DUB-DJPB, 2014. Leaflet Budidaya Udang Vannamei Teknologi Intensif Plastik Mulsa di download dari Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya pada laman http://www.djpb.kkp.go.id/download/udang%20vannamei%20plastik%20mulsa.pdf

#Tag : Udang Vaname

Persiapan Pembenihan Ikan Patin

Budidaya ikan patin (Pangasius hypopthalmus) mulai berkembang pada tahun 1985. Tidak seperti ikan mas dan ikan nila, pembenihan Patin Siam agak sulit. Karena ikan ini tidak bisa memijah secara alami (Rochimah,1980). Pemijahan Patin Siam hanya bisa dilakukan secara buatan atau lebih dikenal dengan istilah kawin suntik (induce breeding).

Di setiap tempat, nama patin berbeda-beda. Di Vietnam, Patin Siam disebut Ca Tre Yu, di Kamboja disebut Trey Pra. Dalam Bahasa Inggeris, Patin Siam disebut Catfish, River Catfish, atau Striped Catfish (Zonevelt,1991). Sedangkan di Indonesia, selain dinamakan ikan patin disebut juga jambal siam, atau patin bangkok (Jawa), dan ikan juara (Anonymous, 1990)
Ikan Patin (Pangasius pangasius). [sumber]

Pemeliharaan ikan merupakan adalah bagian menurut kegiatan onn farm, dimana kegiatan pemeliharaan yang baik akan membuat ikan yang berkualitas tinggi dan menaruh keuntungan yang aporisma bagi pelaksana budidaya.

Pertumbuhan ikan ditentukan sang faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yg herbi ikan itu sendiri seperti umur, & sifat genetik ikan yang mencakup keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan makanan & ketahanan terhadap penyakit. Faktor eksternal merupakan faktor yg berkaitan menggunakan lingkungan tempat hidup ikan yg meliputi sifat ekamatra & kimia air, ruang mobilitas dan ketersediaan kuliner dari segi kualitas dan kuantitas ( Mudjiman, 1998).

Kegiatan pemeliharaan ikan dalam budidaya perikanan sangat erat menggunakan kegiatan-kegiatan lainnya misalnya ; manajemen pakan, manajemen kualitas air, pemantauan pertumbuhan & pemantauan kesehatan. Oleh karenanya dalam bahan ajar ini akan dibahas mengenai hal-hal tersebut sehingga kegiatan budidaya bisa menaruh output yang maksimal .

PEMBENIHAN IKAN PATIN

1. Kolam Indukan

Luas kolam ditentukan oleh seberapa banyak jumlah induk dan intensitas dalam pengolahannya, misalnya untuk 100 kilogram induk sebaiknya dipelihara di dalam kolam dengan luas kira-kira 500 m2 , persyaratan memilih kolam jenis ini jika anda hanya mengandalkan sumber pakan alami ditambah dedak.
Kolam induk ikan patin. [sumber]

Tetapi jika pakan yang akan diberikan berupa pelet maka buat 100 kilogram induk bisa dipelihara pada dalam kolam menggunakan luas antara 150 hingga dengan 200 m2 saja. Kolam usahakan memiliki bentuk persegi panjang, dinding samping kolam sanggup ditembok, tetapi buat jenis kolam tanah sebaiknya dinding samping dilapisi anyaman bambu.

Dua. Kolam Pemijahan

Kolam tempat memijahkan bisa di kolam tanah atau berupa bak tembok atau pun akuarium, jumlah induk yang hendak dipijahkan memengaruhi besarnya ukuran atau luas kolam. Misalnya untuk 1 ekor induk yang mempunyai berat 3 kilogram sebaiknya ditempatkan pada kolam dengan luas 18 meter persegi yang sudah dilengkapi dengan kira-kira 18 buah ijuk.
Kolam pemijahan ikan patin. [sumber]

3. Penetasan Telur

Biasanya dari akuarium, semakin banyak indukan maka semakin banyak akuarium yang harus disediakan.
Akuarium penetasan telur ikan patin. [sumber]

4. Kolam Pendederan

Untuk kolam tempat pendederan sebaiknya dibuatkan kolam berbentuk 4 persegi, buatkanlah saluran (kemalir) pada dasar kolam dan buatkan juga kubangan di daerah saluran pengeluaran. Saluran kemalir dan kubangan dibuat dengan tujuan untuk mengumpulkan benih pada saat panen tiba.
Bak/Kolam pendederan ikan patin. [sumber]

lima. Pemilihan Bibit Ikan Patin Yang Bagus

Memilih Bibit Ikan Patin sanggup dari berdasarkan proses pemeliharan di kolam sejak kecil atau adalah output berdasarkan tangkapan di alam , pilihlah induk yang berasal dari kawanan ikan patin yg sudah dewasa sebagai akibatnya diharapkan kita mendapatkan induk yg ideal dan mempunyai kualitas yg rupawan.

6. Seleksi Induk

Kriteria induk betina

  • Induk sudah mempunyai usia diatas 2 tahun.
  • Induk sudah mempunyai berat antara 1,5 sampai dengan 2 kilogram.
  • Secara visual induk sudah mempunyai perut yang membesar pada daerah anus.
  • Bila diraba perut induk patin akan terasa empuk, lembek dan tipis.
  • Ada pembengkakan dan timbul warna merah di daerah kloaka.
  • Akan keluar beberapa butir telur jika daerah kloaka ditekan.

Perbedaan induk jantan dan betina ikan patin. [sumber]

Kriteria induk jantan

  • Induk sudah mempunyai usia diatas 2 tahun.
  • Induk sudah mempunyai berat antara 1,5 sampai dengan 2 kilogram
  • Seperti halnya pada induk betina, bila diraba induk jantan mempunyai perut yang lembek dan tipis.
  • Jika diurut sambil ditekan induk jantan akan mengeluarkan cairan berupa sperma yang berwarna putih.
  • Pada bagian kelamin Induk jantan ada pembengkakan dan mempunyai warna merah tua sebagai tanda bahwa induk siap dikawinkan.

7. Perawatan Induk

Lakukanlah pemeliharaan secara khusus terlebih dahulu terhadap induk ikan patin yang telah dipilih untuk dipijahkan, pemeliharan bisa dilakukan di dalam sangkar yang terapung, berikanlah makanan special terhadap induk yaitu makanan yang kaya akan protein. Makanan induk bisa dibuat dari bahan-bahan yang bisa dibeli dan tersedia banyak dipasaran seperti :  Bahan-bahan berupa pakan ayam yang mengandung 35 persen tepung ikan di dalamnya,  dedak halus dengan komposisi 30 persen, menir beras dengan komposisi 25 persen, tepung kedelai dengan komposisi 10 persen, dan tambahan vitamin atau mineral sebesar 0,5 persen.

Untuk materi Teknik Pembenihan Ikan Patin silahkan baca pada Pembenihan Ikan Patin

Semoga Bermanfaat...

Sumber : Modul Pembenihan Ikan Patin. BPPP Tegal

BUDIDAYA UDANG GALAH BERSAMA PADI (UGADI)

SUMBER:

DUB-DJPB, 2014. Leaflet Budidaya Udang Galah bersama Padi (UGADI) di download dari website Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya pada laman http://www.djpb.kkp.go.id/download/Ugadi.pdf

#Tag : Udang

Pembenihan Ikan Patin

Pemijahan adalah proses pertemuan antara ikan jantan dan betina buat melakukan pembuahan telur sang spermatozoa yang terjadi diluar tubuh atau secara eksternal. Menyatakan bahwa pemijahan adalah galat satu faktor penentu keberhasilan ikan dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup spesiesnya. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam proses pembenihan antara lain, pengadaan induk yg mencakup karantina dan perawatan induk. Hal itu bertujuan buat memilih induk yg berkualitas baik. Biasanya induk-induk yg asal dari alam mempunyai kualitas yg kurang baik sehingga perlu dilakukan karantina & perawatan buat menaikkan kualitas induk.

Pemijahan ikan patin umumnya dilakukan dengan teknik kawin suntik karena induk patin sulit terangsang buat memijah apabila dengan perlakuan secara alami. Teknik pemijahan induksi (induce breeding) dengan menyuntikkan larutan hipofisa dicampur menggunakan ovaprim. Biasanya, teknik ini diikuti menggunakan teknik pengurutan (stripping) agar telur tidak berceceran & mampu ditetaskan di pada akuarium.

Pemijahan ikan Patin siam (Pangasius hypopthalamus) dilakukan menggunakan cara pemijahan buatan yaitu menggunakan menyuntikan hormon perangsang yg dari dari kelenjar hipofisa LH-RH-A atau hCG atau hormon sintetis menggunakan brand dagang ovaprim. Penyuntikkan dilakukan dengan tujuan buat merangsang pemijahan yang sudah matang gonad, ikan patin sulit dipijahkan secara alami lantaran keadaan lingkungan yang nir sesuai.

TEKNIK PEMIJAHAN IKAN PATIN

Pemijahan ikan patin mengalami kesulitan dalam animo kering karena ikan patin mempunyai norma memijah dalam trend penghujan. Untuk mengatasi hal tadi maka dilakukan penyuntikan menggunakan memakai hormon yg tidak sama. Penyuntikan dengan memakai hormon bertujuan buat merangsang perkembangan gonad dan ovulasi secara lebih cepat dalam animo kering. Hormon yg biasa digunakan adalah hCG dari penyuntikan pada induk betina, hCG dipakai dalam penyuntikan pertama dengan dosis 500 IU/kg

Penyuntikan induk ikan patin. [sumber]

Penyuntikan ke 2 menggunakan menggunakan ovaprim 0,6 ml/kg. Penyuntikan induk jantan cukup menggunakan ovaprim dengan satu kali penyuntikan memakai takaran 0,2 mililiter/kg.

Keesokan harinya ikan patin siap buat dipijahkan atau dilakukan fertilisasi menggunakan cara pencampuran sperma menggunakan telur. Alat - indera yg dibutuhkan berupa peralatan pemijahan (baskom plastik), kain lap, tisu rol.

Sebelum dilakukan striping pada induk betina, terlebih dahulu dilakukan pengambilan sperma dari induk jantan dengan cara melakukan pemijatan dari perut ke bawah. Usahakan sperma tidak terkena air dengan terlebih dahulu dilakukan pengeringan dengan menggunakan tisu.
Striping sperma induk jantan. [sumber]

Sedangkan induk betina distriping buat mendapatkan telur lalu telur yg dihasilkan dimasukkan kedalam mangkok plastik. Setelah itu telur yg didapat ditambah menggunakan sperma dan encerkan menggunakan memakai larutan fisiologis (NaCl). Tujuan berdasarkan pengenceran ini adalah buat mempertahankan daya hidup spermatozoa dalam waktu yang relatif lama .

Striping telur induk betina. [sumber]

Telur dan sperma harus diletakkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari. Selanjutnya telur dan sperma segera dibawa ke tempat penetasan, dan diaduk dengan menggunakan bulu ayam kemudian menggoyang - goyangkan wadah secara perlahan kemudian dicuci dengan air sebanyak dua kali, banyak dan lamanya pencucian dilakukan tergantung dari kondisi telur tersebut, semakin lengket telur maka semakin banyak dan lama pencucian. Kemudian telur ditebarkan pada bak fiber berukuran 4 x 2 x 0,5 m3 yang dilengkapi hapa didalamnya dengan ukuran 2 x 1 x 0,3 m3 secara merata agar tidak terjadi penumpukan telur.
Pencampuran sel telur dan sperma ikan patin. [sumber]

TEKNIK PENETASAN TELUR IKAN PATIN

Fertilisasi Merupakan proses masuknya spermatozoa ke dalam telur ikan melalui lubang mikrofil yang terdapat pada chorion dan selanjutnya akan terjadi perubahan pada telur dalam proses pembuahan. Telur ikan dan sperma mempunyai zat kimia yang terbentuk dalam proses pembuahan. Zat tersebut adalah gamone. Gamone yang dikeluarkan sel telur disebut gynamone 1 dan gynamone 11. Setelah telur dibuahi sampai dengan menetas maka akan terjadi proses embriologi (masa pengeraman).
Akuarium sebagai salahsatu media penetasan telur ikan patin. [sumber]

Lama penetasan telur ikan sehabis ditebar didalam bak fiber yg di lengkapi hapa yaitu selama 35 - 40 jam selesainya pembuahan. Pada keesokan paginya dihitung jumlah telur yg terbuahi buat menerima nilai menurut Fertility Rate (% FR). Pada sore harinya dilakukan penghitungan terhadap telur-telur yang telah menetas buat mengetahui daya tetas telur (% HR). Selanjutnya itu dilakukan pemeliharaan larva.

TEKNIK PERAWATAN LARVA IKAN PATIN

Pemeliharaan larva pasca penetasan telur dilakukan pada hapa penetasan telur yang dialiri air & dilengkapi menggunakan aerasi yg nir terlalu kencang agar larva tidak teraduk. Pemeliharaan larva pada happa dilakukan selama 1 hari tanpa diberi pakan, karena larva pada saat itu masih memanfaatkan kuning telur yang terdapat dalam tubuh larva itu sendiri.

Larva ikan patin mulai membutuhkan makan menurut luar selesainya cadangan makanannya yang berupa yolk suck sudah habis. Pada fase ini larva ikan patin bersifat kanibal. Larva yang berumur 2 hari diberi pakan berupa artemia hingga berumur 7 hari lalu dilanjutkan dengan hadiah cacing sutera sampai berumur 14 hari. Pada perkembangan larva membutuhkan lingkungan yg kaya oksigen. Fluktuasi suhu yg akbar perlu dihindari selama stadia larva buat mencegah terjadinya tertekan. Perubahan suhu yg besar dapat mematikan larva.

Secara morfologi, benih telah memiliki kelengkapan organ tubuh meskipun dalam ukuran yang sangat kecil dan berwarna agak putih. Setelah larva berumur 3 hari selanjutnya benih ditebar pada bak pemeliharaan. Benih yang ditebar dalam kondisi sehat, hal ini dapat diketahui dari gerakannya yang lincah dan bersifat agresif  terhadap makanan.
Benih ikan patin. [sumber]

Telur yang telah dibuahi akan menetas sebagai larva sesudah 35-40 jam. Larva dipelihara 1 hari pada hapa penetasan & tidak perlu diberi pakan tambahan, karena kuning telur dalam larva baru akan habis dalam ketika larva berumur 1 hari. Setelah berumur 2 hari, selanjutnya larva dipindahkan ke dalam bak fiber yg ukuran lebih akbar, & dilakukan penyiphonan secara rutin, hal ini bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa pakan dan kotoran buat mencegah hama dan penyakit yang akan ada.

Semoga Bermanfaat...

Sumber : Modul Pembenihan Ikan Patin. BPPP Tegal

MEMAHAMI KONSEP MAKANAN IKAN DAN ILMU PENDUKUNGNYA

Dalam memberikan makanan ikan, pelaku budi daya harus memahami karakteristik ikan sehingga makanan tersebut dapat termakan, dicerna, dan dapat menghasilkan energi untuk pertumbuhan. Untuk itu, sangat penting bagi pembudidaya ilmu makanan ikan dan pendukungya.

A. Arti Penting Makanan Bagi Ikan

Salah satu ciri makhluk hidup yg membedakan dari benda tewas adalah terjadinya proses metabolisme, yaitu proses pertukaran molekul yg berlangsung secara monoton. Pertukaran molekul tersebut dapat terjadi di antara bagian-bagian tubuh makhluk hayati itu sendiri & antara makhluk hayati menggunakan lingkungannya.

Proses metabolisme terdiri menurut dua proses, yaitu proses anabolisme & katabolisme. Anabolisme adalah proses pembentukan (sintesis) bahan-bahan atau subtansi sederhana menjadi bentuk yg lebih kompleks. Proses katabolisme adalah proses pemecahan substansi yg kompleks menjadi bahan-bahan yang lebih sederhana.

Pada proses anabolisme membutuhkan bahan standar yg dari berdasarkan energi pada makanan. Pada proses katabolisme menghasilkan sejumlah energi yang didahului dengan pemecahan bahan kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Energi ini dapat diubah menjadi energi panas, tenaga mekanik, energi kimia, atau energi listrik yg diperlukan oleh tubuh ikan. Agar proses katabolisme berlangsung monoton, dibutuhkan bahan bakar yang asal berdasarkan bahan kuliner. Proses anabolisme dan katabolisme akan menghasilkan bahan-bahan residu (limbah) yang dibuang keluar tubuh organisme berupa kotoran.

Sejumlah besar organisme membutuhkan penyediaan materi & tenaga yang dari dari molekul organik yang dimakannya. Nutrisi atau zat makanan yang berupa molekul organik & telah terbentuk sebelumnya disebut heterotrofik. Organisme yg memanfaatkan makanan jenis ini dianggap organisme heterotrof. Mikroorganisme, tanaman yg tidak berklorofil, & seluruh fauna, termasuk ikan bersifat heterofik sehingga agar tetap hidup organisme yang memanfaatkan nutrisi yg berkloforil termasuk organisme golongan ini.

Semua makanan yang akan diberikan pada ikan harus memperhatikan beberapa syarat, seperti jenis makanan, bentuk, ukuran, keras dan lunak, bau, rasa, serta kandungan gizinya. Ilmu yang mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan makan, makanan, dan cara makan ikan disebut ilmu makanan ikan (fish nutrition).

B. Pentingnya Mempelajari Ilmu Makanan Ikan

Ikan bisa tumbuh optimal bila memperoleh kuliner dalam jumlah yg cukup dan gizi seimbang. Dengan istilah lain, ikan membutuhkan makanan yg lengkap dalam jumlah yg cukup.

Dalam budi daya perikanan saat ini terjadi kecenderungan bahwa semakin akbar perusahaan maka perusahaan tadi akan dikelola semakin intensif. Artinya, pada huma yg kapasitas volumenya sama, padat penebarannya semakin bertambah banyak agar output produksinya meningkat. Namun, pengelolaan dalam taraf padat penebaran tinggi dilakukan dengan biaya produksi yg rendah. Untuk mencapai hal tadi, ikan wajib diberi makanan ikan, terutama pakan buatan.

Tujuan penggunaan pakan buatan adalah untuk meningkatkan produksi dengan waktu pemeliharaan yang singkat, ekonomis, dan masih memberikan keuntungan meskipun padat penebarannya tinggi. Oleh karena itu, bahan baku pakan yang digunakan harus bergizi tinggi, harganya murah, mudah didapat, dan tersedia secara berkesinambungan dalam jumlah memadai. Bahan baku yang memenuhi syarat untuk dgunakan sebagai bahan makanan ikan adalah bahan-bahan sisa atau hasil samping dari indutri atau dari pertanian, seperti dedek halus, bungkil kelapa, bungkil kacang, ampas tahu, peperutan (jeroan) ikan, kepala udang, kepompong ulat sutera, isi perut hewan ternak, dan darah hewan ternak. Supaya ekonomis dan menguntungkan, penggunaan bahan pakan tersebut harus efesien. Efisien yang dimaksud adalah dalam hal jumlah pemberian ransum dan komposisi gizi pakannya. Kedua faktor tersebut erat sekali hubungannya dengan kebutuhan nutrisi ikan yang dipelihara. Jumlah ransum dan komposisi gizi dibutuhkan oleh seekor ikan berbeda-beda dan selalu berubah. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh jenis ikan, umur ikan, dan ketersediaan makanan ikan alami di dalam tempat peliharaannya. Semua masalah tersebut di atas perlu dikaji secara seksama.

C. Ilmu-Ilmu Pendukung

Dalam menilik dan menyebarkan ilmu makanan ikan, poly ilmu-ilmu lain yg diharapkan buat mendukungnya, misalnya biologi ikan, biologi perikanan, kimia, biokimia, gizi, fisika, mikrobiologi, matematika, statistika, teknik, dan sosial ekonomi.

Biologi ikan berkaitan dengan jenis makanan ikan dan perubahan makanan ikan sesuai dengan perubahan umur atau ukuran, cara makan, sistem pencernaan, serta konsumsi harian. Biologi perikanan berhubungan dengan pengkajian-pengkajian terhadap ikan sebagai suatu populasi. Misalnya, laju pertumbuhan, laju kematian, dan migrasi (ruaya).

Ilmu kimia dipakai buat melakukan analisis mengenai komposisi kimia pakan & bahan bakunya. Biokimia diharapkan buat menganalisis proses metabolisme. Ilmu fisika bermanfaat buat menyelidiki dampak faktor-faktor fisik pakan, lingkungan, transfer tenaga terhadap proses fisiologis perubahan mutu pakan yang diakibatkan kegiatan mikroorganisme (jasad renik) & pula buat menilik organisme parasit dalam ikan,

Matematika bermanfaat dalam menciptakan perhitungan-perhitungan menurut rumus-rumus eksklusif, sedangkan statistik bisa membantu membuat konklusi-konklusi menggunakan membandingkan data-data yg terdapat. Ilmu teknik sangat berperan pada desain dan penciptaan alat-indera modern yang digunakan buat kelancaran kegiatan bisnis budi daya ikan.

Ilmu sosial berkaitan dengan pertimbangan kompetisi pada penggunaan bahan standar dengan konsumsi insan. Apabila tejadi persaingan maka perlu dibatasi penggunaannya & dicarikan bahan pengganti atau substitusinya. Ilmu ekonomi berkaitan dengan pertimbangan laba -ruginya dalam pengadaan maupun penggunaan pakan yang bersangkutan. Keuntungan dan kerugian dipandang menurut pihak pembuat maupun petani selaku pengguna pakannya.

Semakin baik penguasaan akan ilmu-ilmu pendukung tersebut, pemahaman terhadap ilmu makanan ikan juga akan meningkat. Hal tersebut dikarenakan ilmu makanan ikan adalah ilmu terapan (applied science) maka baik dan tidaknya akan langsung terlihat di dalam penggunaannya secara praktis di lapangan.

Sumber :

http://perikananindonesia.Com/kuliner-ikan-dan-ilmu-pendukungnya-1/#ixzz2O9oNeKmg

http://www.Sdi.Kkp.Go.Id/index.Php/arsip/c/798/Makanan-Ikan-&-Ilmu-Pendukungnya/?Category_id=27

http://saunggroup.blogspot.com/2011/10/tips-pemberian-pakan.html

#Tag : Pakan Ikan

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pengangkutan Ikan

Pengangkutan ikan dalam keadaan hidup merupakan salah satu mata rantai  dalam usaha perikanan. Harga jual ikan, selain ditentukan oleh ukuran, juga ditentukan oleh kesegarannya. Oleh karena itu, kegagalan dalam pengangkutan ikan merupakan suatu kerugian. Pada prinsipnya, pengangkutan ikan hidup bertujuan untuk mempertahankan kehidupan ikan selama dalam pengangkutan sampai ke tempat tujuan. Pengangkutan dalam jarak dekat tidak membutuhkan perlakuan yang khusus. Akan tetapi pengangkutan dalam jarak jauh dan dalam waktu lama diperlukan perlakuan-perlakuan khusus untuk mempertahankan kelangsungan hidup ikan.

Ada beberapa faktor yang mensugesti keberhasilan pada pengangkutan ikan, diantaranya :

A. Faktor Fisik

1. Suhu air

Ikan tergolong pada golongan fauna berdarah dingin, sehingga suhu tubuhnya akan menyesuaikan menggunakan suhu lingkungan dimana suhu air akan menghipnotis cepat tidaknya proses metabolisme. Pengangkutan menggunakan mempertahankan suhu 14oC-16oC bisa ditempuh menggunakan ketika pengangkutan yang lebih usang yaitu 65,5 jam sedangkan ikan yg diangkut dengan mempertahankan suhu 25oC-27oC hanya dapat ditempuh menggunakan saat pengakutan 27,6 jam.

Suhu yang optimal pada pengangkutan menggunakan sistem ini adalah pada suhu 20oC lantaran pada suhu ini kegiatan ikan telah dapat berkurang sebagai akibatnya proses metabolisme nerkurang & penggunaan oksigen bisa dihemat, jika terjadi kenaikan suhu sekitar 10oC maka penggunaan oksigen akan terjadi dua kali lipat lebih poly.

2. Derajat keasaman (pH)

Perubahan & goncangan pH akan sangat menghipnotis ikan-ikan yg berukuran mini dibandingkan ikan yang berukuran akbar. PH yg cocok buat pengangkutan benih merupakan 6-7,9 & dengan mempertahankan pH yg misalnya ini maka proses metabolisme akan berjalan normal. Dalam proses pengangkutan dapat dipastikan bahwa nilai pH akan menurun, menurunnya kadar pH ditimbulkan lantaran kandungan CO2 didalam media semakin meningkat. Jika penurunan pH hingga dibawah 4 maka akan menyebabkan ikan yang diangkut akan meninggal.

3. Oksigen terlarut

Kekurangan oksigen adalah salah satu faktor yang menyebabkan kematian dalam ikan dalam pengangkutan, karena oksigen adalah salah satu syarat primer buat kehidupan ikan budidaya. Dalam kegiatan pengangkutan benih kandungan oksigen nir boleh kurang berdasarkan 2 ppm. Pada media pengangkutan dengan suhu 20oC maka usahakan kandungan oksigen pada wadah pengangkutan sebanyak lima ppm.

Kelarutan oksigen pada air tergantung berdasarkan tekanan, suhu dan kadar garam. Ketiga faktor tersebut saling keterkaitan satu sama lain dimana makin tinggi tekanan maka makin tinggi juga kelarutan oksigen dalam air sedangkan meningkat suhu atau kadar garam maka kelarutan oksigen makin rendah. Sehingga buat menjaga agar ikan yang diangkut tetap sehat maka jika sudah menempuh waktu yang relatif lama maka usahakan wadah pengangkutan (tertutup) diberi oksigen murni.

4. Karbondioksida

Karbondioksida terbentuk dalam wadah pengangkutan merupakan menjadi output menurut kegiatan pernapasan. Pada pengangkutan yg menggunakan sistem terbuka terdapat proses pengeluaran CO2 keudara bebas menurut air sedangkan pengangkutan sistem tertutup nir ada, walaupun kenaikan CO2 yg tinggi pada air bisa dilakukan dengan cara penambahan O2 murni pada air pengangkutan.

Faktor Biologi

1. Air sebagai media

Dalam pegangkutan terdapat 3 jenis air media yang bisa dipakai yaitu :

  • Air suling, yaitu air yang telah mengalami penyulingan sehingga air ini kurang tepat untuk media pegangkutan karena kandungan mineral dalam air pegangkutan akan sangat sedikit.
  • Air saring, yaitu air yang berasal dari sumber/kolam pembenihan yang masih bersih yang belum mengalami pencemaran baik secara kimia maupun secara biologi yang kemudian disaring untuk dibuang kotorannya. Jenis air ini adalah jenis air yang paling baik digunakan untuk pegangkutan.
  • Air biasa, air yang berasal dari sumber benih, tetapi tidak dilakukan penyaringan terlebih dahulu. Kandungan bahan organik dalam air ini akan sangat tinggi sehingga air ini kurang baik jika digunakan untuk media pegangkutan, hal ini dikarenakan dengan kandungan bahan organik yang tinggi maka akan terjadi persaingan dalam memanfaatkan oksigen antara bahan organik dengan benih yang diangkut.

2. Ukuran dan jumlah ikan

Jumlah ikan, ukuran dan waktu yang akan ditempuh selama pengangkutan harus diketahui karena ini menyengkut dengan banyaknya oksigen terlarut yang dibutuhkan selama pengangkutan,  sehingga dapat  menekan kematian serendah mungkin selama proses pengangakutan. dalam pengankgutan benih ikan, lama ataupun waktu yang diperlukan harus diperhitungkan, karena hal ini akan sangat berpengaruh terhadap penggunaan oksigen yang tersedia.

3. Kesehatan ikan

Dalam pengangkutan benih ikan, kesehatan harus diperhatikan baik berdasarkan penangkapan benih, pemberokan sampai dengan penanganan selesainya hingga di tempat tujuan.

Penangkapan benih wajib dilakukan dengan hati-hati dan memakai alat tangkap yang halus buat mengurangi stres dan menghindari terjadinya luka ataupun sisik tanggal yg bisa sebagai tempat berkembangnya penyakit.

Kondisi benih yang akan diangkut sebaiknya pada keadaan sehat dan segar. Benih-benih ikan yang terjangkit penyakit, luka dan syarat tubuh yg sudah lemah wajib dibuang. Hal ini buat mencengah terjadinya kematian dalam waktu pangangkutan yg akhirnya dapat mempercepat buruknya kualitas air dalam wadah pengangkutan.

Semoga Bermanfaat...

Sumber : Modul Pembenihan Ikan Patin. BPPP Tegal

SISTEM PERKEMBANGBIAKAN LOBSTER AIR TAWAR

Pada umumnya lobster air tawar mulai matang gonad pada 6-7 bulan. Selanjutnya, induk jantan dan betina akan bertelur dan mengeraminya hingga menetas 1,5 bulan. Setiap kali bertelur ,jumlah anakan yang menetas berkisar 150-800 ekor. Namun, ada jenis lobster yang mampu menghasilkan telur hingga ribuan butir antara lain jenis Astacopsis gouldi dengan jumlah telur sekali bertelur sekitar 4.000 butir.

Proses perkawinan biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang pagi. Proses perkawinan ini di perkirakan sekitar 0,5-1 jam. Sekitar 10-15 hari setelah perkawinan telur akan mulai tampak di bagian bawah badan lobster betina. Telur yang baru muncul tersebut berwarna kuning kemudian dalam beberapa minggu akan berubah menjadi oranye dan timbul bintik-bintik hitam sebelum menetas hingga telur tersebut menetas dan menjadi benih. Benih atau anakan lobster akan mulai lepas 4-5 hari setelah menetas.

Untukmembudidayakan lobster air tawar sangat mudah,dilihat dari badannya yang kokoh dan tahan terhadap penyakit,dan tahan segala cuaca.namun perlu diperhatikan apabila membudidayakanya untuk dikomersilkan ,tentu butuh perhitungan yang cukup matang.namun bila hanya untuk sekedar  mengisi kekosongan waktu .hobi atau hiasan aquarium sebaiknya segera mulailah dari sekarang.KarenaPeluang Usaha cukup luas danPeluang Bisnis yang menjanjikan mka mari kita mulai.

Untukmembudidayakan ataumembesarkan lobster air tawartidaklah sulit,cukup dibutuhkan kesabaran dan persiapan yang matang :

1. Siapkan tempat atau huma baik kolam tanah,kolam semen,kolam aquarium dan bahkan terpal.

2. Yang utama adalah isilah air 1 minggu sebelum benih ditebar.dengan tujuan agar air bebas dari bau kaporite ( yang memakai air PAM ) atau bau air dari dalam tanah. hewan yang satu ini adalah ,hewan yang kanibalisme,yaitu pemakan teman sendiri apabila pasokan makan dirasa tidak mencukupi/terlambat memberi makan.untuk mencegah terjadinya kanibalisme. Penulis menganjurkan agar didalam  kolam,baik kolam aquarium atau kolam permanen agar diberi paralon dengan ukuran yang beraneka ragam disesuaikan dengan ukuran lobrter,mulai dari ½ “.3/4”.1” dst s/d 3” atau degan batu bata yang berlubang (,biasanya untuk tembok vetilasi udara) pungsi dari pada paralon atau batu bata tsb.untuk persembunyian bila lobster yang lebih perkasa menyerang.dan umumnya lobster yang sedang berganti kulit itulah sasaran utama,karena  kondisi tubuh yang sangat lemah dan lembek.proses pergantian kulit pada lobster tsb adalah menunjukan bahwa lobster itu bertambah besar.sama halnya dengan ular ,ular pertumbuhannya ditandai denagan pergantian kulit secara pereodik.beda dengan hewan-hewan lainnya yang Nampak apabila berat badannya ditimbang.

Cara perawatan lobster air tawar :

Secara teknis perawatannya tidak terlalu rumit , hanya perlu kesabaran ,mulai dari pemberian makan 2 kali sehari dan sebaiknya diberi makan pagi dan sore menjelang malam, membersihkan filter/saringan kotoran yang berupa sisa makanan atau kotoranlobster itu sendiri ,yang mengendap disaringan.menjaga agar aerator ( gelembung gelembung udara )selalu bekerja dan juga lebih diperhatikan saat penggantian air diusahakan tidak menguras seluruh isi kolam,namun disisakan ¼ isi dari isi seluruhnya,dengan maksud ,agar tidak merubah suasana yang sangat dratis.dan biasanya bila hal ini terjadilobster - lobstertsb akan segera berganti kulit.sama halnya perawatan ikan - ikan hias lainnya.

Cara anugerah pakan lobster air tawar:

Pemberian pakan dilkukan 2 kali sehari yaitu pagi & sore hari (menjelang malam )

Untuk jenis pakanlobster air tawar tidak tergantung pada pakan buatan pabrik ( pellet ) yang mana harga sangat mencekik leher para peternak,namun kami member kiat agar diselingi dengan nutrisi.

1. Pellet

2. Nutrisi  antara lain :

  • Ketela pohon ( singkong ) diparut
  • Jagung basah diparut dan masih banyak sayur-sayuran yang tak disebutkan disini.

Tiga. Bila dikolam tanah yg luas bahkan memakan planton & tumbuh-flora yg terdapat pada kolam sangatlah gampang bukan.

Cara mebedakan lobster jantan & betina :

Sepintas dilihat pisik dari lobster jantandan betina tidaklah jauh beda,besar kecilnya semua sama,namun disini penulis  membedakannya dengan warna dari capit.bila sijantan bercapit merah menyala (merahnya lebih luas) bila sibetina capit berwarna hitam dan merahnya hanya sedikit saja.

Cara mengembang biakkan lobster air tawar :

Ada banyakcara mengembangbiakan lobster air tawar,ada yang dilakukan dengan cara alami,ada juga yang dilakukan dengan cara Riset yaitu dengan perkawinan silang yang mana nantinya akan menghasilkan bibit lobsterunggulan, bahkan akan mendapatkanlobster - lobsteryang cepat tumbuh besar dan cepat berkembang biak.

1.Siapkan peralatannya diantaranya :

  • Aquarium
  • Aerator ( gelembung udara )
  • Pompa filter

2. Pilihlah bibit yang sehat, lincah, lengkap menggunakan kaki kaki dan capitannya

Cara penetasan lobster air tawar :

Untuk kolam aquarium.

Yang pertama diperhatikan merupakan induk betina, jika ekor menekuk terus indikasi sedang bertelur

Pengeraman ini akan makan ketika kira-kira 5 minggu.Disarankan waktu melihat syarat tersebut ,tulis tanggal berapa? Artinya saat melihat itu anda bisa memperkirakan usia telur tsb.

Saat proses pengeraman atau istilah lain gendong telur ,sepasang lobster akan selalu berdampingan terus ( penulis sudah paham sedang apa itu ? ) disarankan saat proses pengeraman ( gendong telur ) jangan memegang lobster induk betina, dikawatirkan dia akan kaget sehingga telur akan terlempar dan lepas ,namun bila terjadi sesuatu  missalnya  kolam bocor atau lainnya anda bisa memindahkan induknya saat bersembunyi didalam paralon. Caranya tutup dengan kedua tangan anda kedua ujung paralon tsb dan angkat perlahan – lahan namun perlu hati – hati jangan sampai kaget.disinilah asiknyaBisnis Lobster Air Tawar.

Ada perubahan warna telur : Minggu pertama berwarna merah pucat dan minggu berikut merah dan biasanya ekor akan mulai terbuka, dan telur akan diayun-ayun oleh induknya,disini telur akan bisa dilihat warnanya.saat usia pengereman mencapai 3-4 minggu segera pisahkan induk jantannya ( pisahkan ).amati terus masa-masa 4 _5 minggu dikawatirkan sudah ada anakan lobsteryang sudah terlepas dari induknya, disini peran pompa sangat penting artinya filter perlu diperhatikan jangan sampai anakan lobster lolos melalui filter tsb ( anakan jangan tersedot pompa ).

Bila sudah terlihat anakanlobsteryang terlepas dari induknya : artinya penetasan sudah dikatakan berhasil ,namun biar lebih sempurna tunggu 3 hari lagi,setelah itu angkat indukan dan kocok-kocok  didalam aquarium agar anakan terlepas semua dari perut induknya,kemudian .dan pisahkan induknya dari anakan tsb.atau campurkan lagi dengan induk jantan ,begitu seterusnya akan bertelur lagi dan bertelur lagi.

Sumber:

http://teguh-wiyono.Blogspot.Co.Id/2011/03/cara-berternak-lobster-air-tawar-buat.Html

Kristiany M.G.E., dan Mulyanto. 2011. Materi Penyuluhan Perikanan: Budidaya Lobster Air Tawar. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.

#Tag :