Penyakit Bakterial Ikan : Yersinia ruckeri
Bakteri Yersinia ruckeri merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang, dan motil. Bakteri ini penyebab penyakit enteric red mouth (ERM) pada ikan-ikan salmonid, terutama rainbow trout. Gejala klinis serangan Yersinia ruckeri antara lain septicemia disertai exopthalmia, ascites, hemorrhage, serta borok yang terjadi di rahang, langit-langit rongga mulut, insang, dan operkulum.Hemorrhage terjadi pada jaringan otot dan permukaan serosal intestinum, pembengkakan pada limpa dan ginjal. Pada sejumlah kasus ERM, dari muara pengeluaran sering keluar cairan kuning saat perut ditekan, serta necrosis terjadi pada jaringan hati, ginjal, dan limpa. Bentuk infeksi dan morfologi bakteri Yersinia ruckeri ditampilkan pada Gambar berikut.
Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB
Semoga Bermanfaat...
ANALISA USAHA AKUAPONIK: PEMBESARAN IKAN LELE BERSAMA CABAI
Akuaponik secara sederhana dapat diartikan sebagai sistim terpadu antara Akuakultur (budidaya ikan) dan Hidroponik (budidaya tanaman non-tanah) atau teknologi budidaya yang mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan tanaman.
Sejak tahun 2005 teknik budidaya ikan air tawar dengan sistim akuaponik telah dikembangkan di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor sebagai solusi dari semakin terbatasnya lahan dan sumber air bagi kegiatan budidaya ikan khususnya di perkotaan.
Dengan teknologi akuaponik, pencemaran air akibat limbah budidaya (sisa pakan dan metabolisme ikan, penyebab tingginya N dan P dalam air) akan diserap dan dimanfaatkan oleh akar sebagai sumber nutrien bagi tanaman. Akibat dari mekanisme tersebut maka air yang digunakan sebagai media budidaya ikan akan terpurifikasi sehingga tidak perlu diganti selama periode pemeliharaan (hanya perlu ditambah untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan).
Dari hasil penelitian ternyata budidaya dengan sistim akuaponik mampu menghemat air sebesar 700% (Ahmad dkk, 2005), dapat mereduksi ammonia dalam air hingga 90% serta menurunkan kadar nitrit dari 4,4 mg/l menjadi 0,013-0,25 mg/l (Nugroho dan Sutrisno, 2002). Selain itu, akuaponik juga dapat dilakukan pada daerah dengan ketinggian 7 – 1000 m DPL (Taufik, 2012), artinya teknologi ini dapat diterapkan pada semua daerah mulai dari pesisir hingga pegunungan.
Untuk memberikan gambaran tentang peluang pengembangan akuaponik, maka dapat dilihat Analisa Usaha Pembesaran Ikan Lele Bersama Cabai sebagai berikut:
NO. | URAIAN | VOLUME | SATUAN | HARGA SATUAN | JUMLAH |
1. | INVESTASI |
a.
Pembuatan/pembelian wadah budidaya
- Kolam Terpal 4 X 6 M (JUE = 2 tahun = 24 bulan)
1
buah
400.000
400.000
b.
Peralatan
- Mesin Pompa Air (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
1
buah
150.000
150.000
- Pipa PVC 1/2" (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
6
batang
15.000
90.000
- Knee 1/2" (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
12
buah
4.000
48.000
- Ember 10 L (JUE = 2 tahun = 24 bulan)
30
buah
7.500
225.000
- Batu apung (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
45
kg
9.000
405.000
JUMLAH 1 (INVESTASI)
1.318.000
2.
BIAYA TETAP
a.
Penyusutan Wadah Budidaya
- Kolam Terpal 4 X 6 M (JUE = 2 tahun = 24 bulan)
4
bulan
16.667
66.667
b.
Penyusutan Peralatan
- Mesin Pompa Air (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
4
bulan
12.000
48.000
- Pipa PVC 1/2" (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
4
bulan
2.
10.000
- Knee 1/2" (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
4
bulan
1.050
4.200
- Ember 10 L (JUE = 2 tahun = 24 bulan)
4
bulan
9.375
37.500
- Batu apung (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
4
bulan
11.250
45.000
c.
Gaji Tenaga Kerja
4
orang/bulan
100.000
400.000
d.
Listrik (20 - 30 watt x 24 jam x 30 hari)
4
bulan
20.000
80.000
JUMLAH 2 (BIAYA TETAP)
691.367
3.
BIAYA VARIABEL (OPERASIONAL)
a.
Benih
- Benih Ikan Lele; Ukuran 3 - 5
2.000
ekor
150
300.000
- Benih cabei
20
unit
5.000
100.000
c.
Pakan
- Pakan Pabrik
280
kg
8.500
2.380.000
d.
Bahan-bahan habis pakai
- Probiotik
1
liter
25.000
25.000
- Molase dan obat-obatan ikan
2
paket
50.000
100.000
- Media filter
20
unit
7.500
150.000
JUMLAH 3 (BIAYA OPERASIONAL)
3.055.000
4.
BIAYA TOTAL (TETAP + VARIABEL)
3.746.367
- Lele = Rp. 3.095.667
- Cabai = Rp. 550.700
5.
PENERIMAAN
- Panen Lele (Size 7 - 10)
220
kg
15.000
3.300.000
- Panen Cabai (2 bln x 2 musim x 20 unit x 1 kg)
80
kg
10.000
800.000
JUMLAH 5
4.100.000
6.
KEUNTUNGAN = (PENERIMAAN - BIAYA TOTAL)
353.633
- Lele = Rp. 204.333
- Cabai = Rp. 249.300
7.
KEUNTUNGAN (JIKA TENAGA KERJA TIDAK DIBAYAR)
753.633
8.
ANALISA-ANALISA
IKAN LELE
- HPP = (biaya total/volume prod)
Rp./satuan
14.071
- R/C ratio = (penerimaan/biaya total)
-
1,1
- B/C ratio = (keuntungan/biaya total)
-
0,1
- Payback Period = (investasi/keuntungan)
kali usaha
3
- Net Interest Margin = keuntungn/penerimn x 100)
%
26
CABAI
- HPP = (biaya total/volume prod)
Rp./satuan
6.884
- R/C ratio = (penerimaan/biaya total)
-
1,5
- B/C ratio = (keuntungan/biaya total)
-
0,5
- Payback Period = (investasi/keuntungan)
kali usaha
3
- Net Interest Margin = keuntungn/penerimn x 100)
%
31
Sumber:
BPPBAT Bogor, 2014. Akuaponik: Teknik Budidaya Hemat air dan Lahan. Bogor, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar.
http://pusluh.kkp.go.id/mfce/halaman-album-46-perikanan-budidaya-html diakses pada 09/08/2016.
https://www.google.co.id/search
Sutrisno, dkk. 2013. Teknologi Budidaya Ikan Air Tawar Sistem Akuaponik. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan Halaman 188-199; Jakarta, Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Penyakit Virus Pada Ikan :Karakteristik Penyakit Virus
Pengetahuan dunia mikroorganisme semakin berkembang seiring menggunakan penemuan piranti-piranti yang sanggup dipakai buat menggali informasi terkait mikroorganisme yang dipelajari. Salah satu berita yg dewasa ini jua menjadi perhatian merupakan herbi keberadaan virus pada suatu organisme biologi. Virus adalah organisme mikroskopis selain bakteri, fungi, & sejumlah parasit lainnya. Virus mempunyai keistimewaan & berkarakteristik ganda, yaitu sanggup menyerupai makhluk hidup dan makhluk nir hidup (mati).
Di dalam aktivitasnya, virus hanya mengandalkan materi genetik buat hidup melalui proses infeksi dalam inang yang khusus & kemudian ikut memperbanyak diri bersamaan menggunakan perkembangan atau pembelahan sel yg terjadi. Akan tetapi apabila virus nir menemukan inang yang sesuai untuk perkembangannya, virus hanya melakukan proses dormanisasi dan nir terjadi aktivitas kehidupan virus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa virus adalah parasit obligat yang hanya mampu bereproduksi sebagai makhluk hayati melalui transfer materi genetik kepada makhluk hidup inangnya (host) karena virus nir memiliki perlengkapan seluler untuk bereproduksi sendiri.
Secara generik virus adalah partikel tersusun atas elemen genetik, yaitu asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA). Virus bertindak sebagai agen penyakit melalui pewarisan sifat pada rangkaian proses penetrasi, replikasi, dan sintesis asam nukleat kepada inangnya. Secara morfologi, berukuran virus lebih kecil dibandingkan menggunakan sel bakteri, yaitu 0,02-0,tiga ?M dimana 1 ?M
setara menggunakan 1/1000 mm yg terdiri atas materi genetik (DNA atau RNA) dan tiga komponen lainnya, yaitu ketua, seludang, dan serabut ekor. Meskipun demikian, terdapat sejumlah virus yang nir memiliki komponen-komponen tadi dengan lengkap dan bahkan terkadang virus hanya memiliki materi genetik saja.
Berdasarkan materi genetik yg dimiliki, virus dikelompokkan sebagai virus DNA dan virus RNA. Sedangkan menurut alur genomnya, maka virus diklasifikasikan sebagai tujuh kelompok, yaitu virus DNA utas ganda, DNA utas tunggal, RNA utas ganda, RNA utas tunggal ( ), RNA utas tunggal (-), RNA utas tunggal ( ) dengan DNA perantara, dan DNA utas ganda menggunakan RNA perantara. Apabila dicermati dari proses perubahan materi genetik menjadi protein, maka materi genetik RNA akan lebih cepat dipetakan menjadi protein dibandingkan materi genentik DNA. Virus bermateri genetik DNA buat dapat dibaca menjadi protein antigen diharapkan proses transkripsi menjadi RNA dan translasi dari RNA sebagai protein. Sedangkan virus bermateri genetik RNA hanya perlu satu proses translasi saja buat dibaca menjadi protein antigen yang bisa memberi dampak bagi sel inang yg ditempelinya. Oleh karena itu, virus bermateri genetik RNA dipercaya lebih berbahaya & memiliki penyebaran yang lebih cepat dibandingkan dengan virus bermateri genetik DNA.
Selain menurut materi genetik dan alur genom, virus jua dapat digolongkan sebagai virus berselubung dan virus tidak berselubung menggunakan berbagai bentuk. Beberapa model bentuk virus disajikan dalam Gambar berikut.
Gambaran dan Morfologi Virus |
Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB
Semoga Bermanfaat...
ANALISA USAHA PEMBESARAN IKAN LELE BERSAMA TOMAT
Akuaponik secara sederhana dapat diartikan sebagai sistim terpadu antara Akuakultur (budidaya ikan) dan Hidroponik (budidaya tanaman non-tanah) atau teknologi budidaya yang mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan tanaman.
Sejak tahun 2005 teknik budidaya ikan air tawar dengan sistim akuaponik telah dikembangkan di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor sebagai solusi dari semakin terbatasnya lahan dan sumber air bagi kegiatan budidaya ikan khususnya di perkotaan.
Dengan teknologi akuaponik, pencemaran air akibat limbah budidaya (sisa pakan dan metabolisme ikan, penyebab tingginya N dan P dalam air) akan diserap dan dimanfaatkan oleh akar sebagai sumber nutrien bagi tanaman. Akibat dari mekanisme tersebut maka air yang digunakan sebagai media budidaya ikan akan terpurifikasi sehingga tidak perlu diganti selama periode pemeliharaan (hanya perlu ditambah untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan).
Dari hasil penelitian ternyata budidaya dengan sistim akuaponik mampu menghemat air sebesar 700% (Ahmad dkk, 2005), dapat mereduksi ammonia dalam air hingga 90% serta menurunkan kadar nitrit dari 4,4 mg/l menjadi 0,013-0,25 mg/l (Nugroho dan Sutrisno, 2002). Selain itu, akuaponik juga dapat dilakukan pada daerah dengan ketinggian 7 – 1000 m DPL (Taufik, 2012), artinya teknologi ini dapat diterapkan pada semua daerah mulai dari pesisir hingga pegunungan.
Untuk memberikan gambaran tentang peluang pengembangan akuaponik, maka dapat dilihat Analisa Usaha Pembesaran Ikan Lele Bersama Tomat sebagai berikut:
NO. | URAIAN | VOLUME | SATUAN | HARGA SATUAN | JUMLAH |
1. | INVESTASI |
a.
Pembuatan/pembelian wadah budidaya
- Kolam Terpal 4 X 6 M (JUE = 2 tahun = 24 bulan)
1
buah
400.000
400.000
b.
Peralatan
- Mesin Pompa Air (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
1
buah
150.000
150.000
- Pipa PVC 1/2" (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
6
batang
15.000
90.000
- Knee 1/2" (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
12
buah
4.000
48.000
- Ember 10 L (JUE = 2 tahun = 24 bulan)
30
buah
7.500
225.000
- Batu apung (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
45
kg
9.000
405.000
JUMLAH 1 (INVESTASI)
1.318.000
2.
BIAYA TETAP
a.
Penyusutan Wadah Budidaya
- Kolam Terpal 4 X 6 M (JUE = 2 tahun = 24 bulan)
4
bulan
16.667
66.667
b.
Penyusutan Peralatan
- Mesin Pompa Air (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
4
bulan
12.000
48.000
- Pipa PVC 1/2" (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
4
bulan
2.500
10.000
- Knee 1/2" (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
4
bulan
1.050
4.200
- Ember 10 L (JUE = 2 tahun = 24 bulan)
4
bulan
9.375
37.500
- Batu apung (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
4
bulan
11.250
45.000
c.
Gaji Tenaga Kerja
4
orang/bulan
100.000
400.000
d.
Listrik (20 - 30 watt x 24 jam x 30 hari)
4
bulan
20.000
80.000
JUMLAH 2 (BIAYA TETAP)
691.367
3.
BIAYA VARIABEL (OPERASIONAL)
a.
Benih
- Benih Ikan Lele; Ukuran 3 - 5
2.000
ekor
150
300.000
- Benih TOMAT
30
unit
5.000
150.000
c.
Pakan
- Pakan Pabrik
280
kg
8.500
2.380.000
d.
Bahan-bahan habis pakai
- Probiotik
1
liter
25.000
25.000
- Molase dan obat-obatan ikan
2
paket
50.000
100.000
- Media filter
20
unit
7.500
150.000
JUMLAH 3 (BIAYA OPERASIONAL)
3.105.000
4.
BIAYA TOTAL (TETAP + VARIABEL)
3.796.367
- Lele = Rp. 3.095.667
- Tomat = Rp. 550.700
5.
PENERIMAAN
- Panen Lele (Size 7 - 10)
220
kg
15.000
3.300.000
- Panen Tomat (2 bln x 2 musim x 30 unit x 1 kg)
120
kg
10.000
1.200.000
JUMLAH 5
4.500.000
6.
KEUNTUNGAN = (PENERIMAAN - BIAYA TOTAL)
703.633
- Lele = Rp. 204.333
- Tomat = Rp. 649.300
7.
KEUNTUNGAN (JIKA TENAGA KERJA TIDAK DIBAYAR)
1.103.633
8.
ANALISA-ANALISA
IKAN LELE
- Harga Pokok Penjualan = (biaya total/volume prod)
Rp./satuan
14.071
- R/C ratio = (penerimaan/biaya total)
-
1,1
- B/C ratio = (keuntungan/biaya total)
-
0,1
- Payback Period = (investasi/keuntungan)
kali usaha
3
- Net Interest Margin = keuntungn/penerimn x 100)
%
17
TOMAT
- Harga Pokok Penjualan = (biaya total/volume prod)
Rp./satuan
4.589
- R/C ratio = (penerimaan/biaya total)
-
2,2
- B/C ratio = (keuntungan/biaya total)
-
1,2
- Payback Period = (investasi/keuntungan)
kali usaha
1
- Net Interest Margin = keuntungn/penerimn x 100)
%
54
Sumber:
BPPBAT Bogor, 2014. Akuaponik: Teknik Budidaya Hemat air dan Lahan. Bogor, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar.
http://pusluh.kkp.go.id/mfce/halaman-album-46-perikanan-budidaya-html diakses pada 09/08/2016.
https://www.google.co.id/search
Sutrisno, dkk. 2013. Teknologi Budidaya Ikan Air Tawar Sistem Akuaponik. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan Halaman 188-199; Jakarta, Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Penyakit Bakterial Ikan : Streptococcus agalactiae, S. iniae
Bio ? Ekologi Pathogen :
- Bakteri gram positif, berbentuk bulat kecil (cocci), bergabung menyerupai rantai, non-motil, koloni transparan dan halus.
- Infeksi Streptococcus iniae sering terjadi pada budidaya ikan air laut (kakap, kerapu), sedangkan S. agalactiae lebih banyak ditemukan pada ikan budidaya air tawar (nila). Pola serangan kedua jenis bakteri tersebut umumnya bersifat kronik – akut.
- Target organ infeksi Streptococcus spp. banyak ditemukan di otak dan mata, sehingga disebut “syndrome meningoencephalitis dan panophthalmitis”. Penyakit ini sering dilaporkan pada sistem budidaya intensif, lingkungan perairan tenang (stagnant) dan/atau sistem resirkulasi.
- Secara kumulatif, akibat serangan penyakit ini dapat menimbulkan mortalitas 30-100% dari total populasi selama masa pemeliharaan; dan penyakit ini merupakan kendala potensial yang harus diantisipasi berkenaan dengan program intensifikasi dan peningkatan produksi nila nasional.
Gejala Klinis :
Benih ikan nila yang terinfeksi Streptococcus agalactiae, menunjukkan gejala biexopthalmia |
Ikan nila yan terifeksi Streptococcus agalactiae, menunjukkan gejala ulcer (borok) serius |
- Menunjukkan tingkah laku abnormal seperti kejang atau berputar serta mata menonjol (exopthalmus).
- Nafsu makan menurun, lemah, tubuh berwarna gelap, dan pertumbuhan lambat.
- Warna gelap di bawah rahang, mata menonjol, pendarahan, perut gembung (dropsy) atau luka yang berkembang menjadi borok.
- Adakalanya. tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas kecuali kematian yang terus berlangsung.
- Pergerakan tidak terarah (nervous) dan pendarahan pada tutup insang (operculum).
- Sering pula ditemukan bahwa ikan yang terinfeksi terlihat normal sampai sesaat sebelum mati.
Diagnosa :
- Isolasi dan identifikasi bakteri melalui uji bio-kimia.
- Deteksi gen bakteri melalui teknik polymerase chain reaction (PCR)
Pengendalian :
- Desinfeksi sarana budidaya sebelum dan selama proses pemeliharaan ikan.
- Pencegahan secara dini (benih) melalui vaksinasi anti Streptococcus spp.
- Pemberian unsur immunostimulan (misalnya penambahan vitamin C pada pakan) secara rutin selama pemeliharaan.
- Memperbaiki kualitas air secara keseluruhan, terutama mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan frekuensi penggantian air baru.
- Pengelolaan kesehatan ikan secara terpadu (ikan, lingkungan dan patogen).
Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB
Semoga Bermanfaat...
ANALISA USAHA PEMBESARAN IKAN LELE BERSAMA TERONG
Akuaponik secara sederhana dapat diartikan sebagai sistim terpadu antara Akuakultur (budidaya ikan) dan Hidroponik (budidaya tanaman non-tanah) atau teknologi budidaya yang mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan tanaman.
Sejak tahun 2005 teknik budidaya ikan air tawar dengan sistim akuaponik telah dikembangkan di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor sebagai solusi dari semakin terbatasnya lahan dan sumber air bagi kegiatan budidaya ikan khususnya di perkotaan.
Dengan teknologi akuaponik, pencemaran air akibat limbah budidaya (sisa pakan dan metabolisme ikan, penyebab tingginya N dan P dalam air) akan diserap dan dimanfaatkan oleh akar sebagai sumber nutrien bagi tanaman. Akibat dari mekanisme tersebut maka air yang digunakan sebagai media budidaya ikan akan terpurifikasi sehingga tidak perlu diganti selama periode pemeliharaan (hanya perlu ditambah untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan).
Dari hasil penelitian ternyata budidaya dengan sistim akuaponik mampu menghemat air sebesar 700% (Ahmad dkk, 2005), dapat mereduksi ammonia dalam air hingga 90% serta menurunkan kadar nitrit dari 4,4 mg/l menjadi 0,013-0,25 mg/l (Nugroho dan Sutrisno, 2002). Selain itu, akuaponik juga dapat dilakukan pada daerah dengan ketinggian 7 – 1000 m DPL (Taufik, 2012), artinya teknologi ini dapat diterapkan pada semua daerah mulai dari pesisir hingga pegunungan.
Untuk memberikan gambaran tentang peluang pengembangan akuaponik, maka dapat dilihat Analisa Usaha Pembesaran Ikan Lele Bersama Terong sebagai berikut:
NO. | URAIAN | VOLUME | SATUAN | HARGA SATUAN | JUMLAH |
1. | INVESTASI |
a.
Pembuatan/pembelian wadah budidaya
- Kolam Terpal 4 X 6 M (JUE = 2 tahun = 24 bulan)
1
buah
400.000
400.000
b.
Peralatan
- Mesin Pompa Air (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
1
buah
150.000
150.000
- Pipa PVC 1/2" (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
6
batang
15.000
90.000
- Knee 1/2" (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
12
buah
4.000
48.000
- Ember 10 L (JUE = 2 tahun = 24 bulan)
30
buah
7.500
225.000
- Batu apung (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
45
kg
9.000
405.000
JUMLAH 1 (INVESTASI)
1.318.000
2.
BIAYA TETAP
a.
Penyusutan Wadah Budidaya
- Kolam Terpal 4 X 6 M (JUE = 2 tahun = 24 bulan)
4
bulan
16.667
66.667
b.
Penyusutan Peralatan
- Mesin Pompa Air (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
4
bulan
12.000
48.000
- Pipa PVC 1/2" (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
4
bulan
2.500
10.000
- Knee 1/2" (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
4
bulan
1.050
4.200
- Ember 10 L (JUE = 2 tahun = 24 bulan)
4
bulan
9.375
37.500
- Batu apung (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
4
bulan
11.250
45.000
c.
Gaji Tenaga Kerja
4
orang/bulan
100.000
400.000
d.
Listrik (20 - 30 watt x 24 jam x 30 hari)
4
bulan
20.000
80.000
JUMLAH 2 (BIAYA TETAP)
691.367
3.
BIAYA VARIABEL (OPERASIONAL)
a.
Benih
- Benih Ikan Lele; Ukuran 3 - 5
2.000
ekor
150
300.000
- Benih terong
30
unit
5.000
150.000
c.
Pakan
- Pakan Pabrik
280
kg
8.500
2.380.000
d.
Bahan-bahan habis pakai
- Probiotik
1
liter
25.000
25.000
- Molase dan obat-obatan ikan
2
paket
50.000
100.000
- Media filter
20
unit
7.500
150.000
JUMLAH 3 (BIAYA OPERASIONAL)
3.105.000
4.
BIAYA TOTAL (TETAP + VARIABEL)
3.796.367
- Lele = Rp. 3.095.667
- Terong = Rp. 550.700
5.
PENERIMAAN
- Panen Lele (Size 7 - 10)
220
kg
15.000
3.300.000
- Panen Terong (2 bln x 2 musim x 30 unit x 1 kg)
120
kg
9.000
1.080.000
JUMLAH 5
4.380.000
6.
KEUNTUNGAN = (PENERIMAAN - BIAYA TOTAL)
583.633
- Lele = Rp. 204.333
- Terong = Rp. 529.300
7.
KEUNTUNGAN (JIKA TENAGA KERJA TIDAK DIBAYAR)
983.633
8.
ANALISA-ANALISA
IKAN LELE
- Harga Pokok Penjualan = (biaya total/volume prod)
Rp./satuan
14.071
- R/C ratio = (penerimaan/biaya total)
-
1,1
- B/C ratio = (keuntungan/biaya total)
-
0,1
- Payback Period = (investasi/keuntungan)
kali usaha
3
- Net Interest Margin = keuntungn/penerimn x 100)
%
19
TERONG
- Harga Pokok Penjualan = (biaya total/volume prod)
Rp./satuan
4.589
- R/C ratio = (penerimaan/biaya total)
-
2,0
- B/C ratio = (keuntungan/biaya total)
-
1,0
- Payback Period = (investasi/keuntungan)
kali usaha
1
- Net Interest Margin = keuntungn/penerimn x 100)
%
49
Sumber:
BPPBAT Bogor, 2014. Akuaponik: Teknik Budidaya Hemat air dan Lahan. Bogor, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar.
http://pusluh.kkp.go.id/mfce/halaman-album-46-perikanan-budidaya-html diakses pada 09/08/2016.
https://www.google.co.id/search
Sutrisno, dkk. 2013. Teknologi Budidaya Ikan Air Tawar Sistem Akuaponik. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan Halaman 188-199; Jakarta, Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Penyakit Bakterial Ikan : Mycobacteriosis/Fish Tuberculosis (TB)
Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium marinum (air laut) dan M. fortuitum (air tawar)
Bio ? Ekologi Pathogen :
- Bakteri gram positif, berbentuk batang pendek dan non-motil.
- Kolam tadah hujan dan pekarangan dengan sumber air terbatas lebih rentan terhadap infeksi jenis penyakit ini.
- Menunjukkan gejala yang variatif, namun sering pula tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali.
- Pola serangan mycobacteriosis bersifat kronik - sub akut, baik pada ikan air tawar, payau maupun ikan air laut.
- Suhu optimum berkisar 25–35 °C, tetapi masih dapat tumbuh baik pada suhu 18-20 °C.
Gejala Klinis :
- Hilang nasfu makan, lemah, kurus, mata melotot (exopthalmia) serta pembengkakan tubuh.
- Apabila menginfeksi kulit, timbul bercak-bercak merah dan berkembang menjadi luka, sirip dan ekor geripis.
- Pada fase infeksi lanjut, secara internal telah terjadi pembengkakan empedu, ginjal dan hati; serta sering ditemukan adanya tubercle/nodule yang berwarna putih kecoklatan.
- Pertumbuhan lambat, warna pucat dan tidak indah terutama untuk ikan hias.
- Lordosis, skoliosis, ulser dan rusaknya sirip (patah-patah) dapat terjadi pada beberapa ekor ikan yang terserang.
Diagnosa :
? Isolasi dengan menggunakan media selektif, & diidentifikasi melalui uji bio-kimia.
• Deteksi gen bakteri melalui teknik polymerase chain reaction (PCR)
Ikan gurame yang menderita mycobacteriosis, bercak - bercak merah dikulit |
(menyerupai cacar) dan selanjutnya berkembang menjadi luka
Ikan gurame yang menderitamycobacteriosis, tampak dipenuhi tubercle/nodule |
yg berwarna putih kecokelatan dalam organ dalam dan daging ikan
Pengendalian :
- Ikan yang terinfeksi segera diambil dan dimusnahkan.
- Hindari penggunaan air dari kolam yang sedang terinfeksi bakteri tersebut.
- Memperbaiki kualitas air secara keseluruhan, terutama mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan frekuensi penggantian air baru.
- Pengelolaan kesehatan ikan secara terpadu (ikan, lingkungan dan patogen)
- Perendaman Chloramine B atau T 10 ppm selama 24 jam dan setelah itu dilakukan pergantian air baru.
Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB
Semoga Bermanfaat...
ANALISA USAHA PEMBESARAN IKAN LELE BERSAMA POKCAY
Akuaponik secara sederhana dapat diartikan menjadi sistim terpadu antara Akuakultur (budidaya ikan) dan Hidroponik (budidaya tumbuhan non-tanah) atau teknologi budidaya yang mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan flora.
Sejak tahun 2005 teknik budidaya ikan air tawar dengan sistim akuaponik telah dikembangkan di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor sebagai solusi dari semakin terbatasnya lahan dan sumber air bagi kegiatan budidaya ikan khususnya di perkotaan.
Dengan teknologi akuaponik, pencemaran air dampak limbah budidaya (residu pakan & metabolisme ikan, penyebab tingginya N dan P pada air) akan diserap & dimanfaatkan sang akar sebagai sumber nutrien bagi tanaman . Akibat dari prosedur tersebut maka air yang dipakai menjadi media budidaya ikan akan terpurifikasi sehingga nir perlu diganti selama periode pemeliharaan (hanya perlu ditambah buat membarui air yg hilang akibat penguapan).
Dari hasil penelitian ternyata budidaya dengan sistim akuaponik mampu menghemat air sebesar 700% (Ahmad dkk, 2005), dapat mereduksi ammonia dalam air hingga 90% serta menurunkan kadar nitrit dari 4,4 mg/l menjadi 0,01tiga-0,25 mg/l (Nugroho dan Sutrisno, 2002). Selain itu, akuaponik juga dapat dilakukan pada daerah dengan ketinggian 7 – 1000 m DPL (Taufik, 2012), artinya teknologi ini dapat diterapkan pada semua daerah mulai dari pesisir hingga pegunungan.
Untuk memberikan citra tentang peluang pengembangan akuaponik, maka dapat dipandang Analisa Usaha Pembesaran Ikan Lele Bersama Pokcay menjadi berikut:
NO. | URAIAN | VOLUME | SATUAN | HARGA SATUAN | JUMLAH |
1. | INVESTASI | ||||
a. | Pembuatan/pembelian wadah budidaya |
- Kolam Terpal 4 X 6 M (JUE = 2 tahun = 24 bulan)
1
butir
400.000
400.000
b.
Peralatan
- Mesin Pompa Air (JUE = tiga tahun = tiga6 bulan)
1
butir
150.000
150.000
- Pipa PVC 1/2" (JUE = tiga tahun = tiga6 bulan)
6
batang
1lima.000
90.000
- Knee 1/2" (JUE = tiga tahun = tiga6 bulan)
12
butir
4.000
48.000
- Ember 10 L (JUE = dua tahun = 24 bulan)
tiga0
butir
7.500
22lima.000
- Batu apung (JUE = tiga tahun = tiga6 bulan)
45
kg
9.000
40lima.000
JUMLAH 1 (INVESTASI)
1.tiga18.000
dua.
BIAYA TETAP
a.
Penyusutan Wadah Budidaya
- Kolam Terpal 4 X 6 M (JUE = 2 tahun = 24 bulan)
4
bulan
16.667
66.667
b.
Penyusutan Peralatan
- Mesin Pompa Air (JUE = tiga tahun = tiga6 bulan)
4
bulan
1dua.000
48.000
- Pipa PVC 1/2" (JUE = tiga tahun = tiga6 bulan)
4
bulan
dua.500
10.000
- Knee 1/2" (JUE = tiga tahun = tiga6 bulan)
4
bulan
1.050
4.200
- Ember 10 L (JUE = dua tahun = 24 bulan)
4
bulan
9.tiga75
tiga7.500
- Batu apung (JUE = tiga tahun = tiga6 bulan)
4
bulan
11.250
4lima.000
c.
Gaji Tenaga Kerja
4
orang/bulan
100.000
400.000
d.
Listrik (20 - tiga0 watt x 24 jam x tiga0 hari)
4
bulan
20.000
80.000
JUMLAH 2 (BIAYA TETAP)
691.tiga67
tiga.
BIAYA VARIABEL (OPERASIONAL)
a.
Benih
- Benih Ikan Lele; Ukuran tiga - lima
dua.000
ekor
150
tiga00.000
- Benih Pokcay
20
unit
lima.000
100.000
c.
Pakan
- Pakan Pabrik
280
kg
8.500
dua.tiga80.000
d.
Bahan-bahan habis pakai
- Probiotik
1
liter
2lima.000
2lima.000
- Molase dan obat-obatan ikan
2
paket
50.000
100.000
- Media filter
20
unit
7.500
150.000
JUMLAH tiga (BIAYA OPERASIONAL)
tiga.05lima.000
4.
BIAYA TOTAL (TETAP VARIABEL)
tiga.746.tiga67
- Lele = Rp. tiga.09lima.667
- Pokcay = Rp. 550.700
lima.
PENERIMAAN
- Panen Lele (Size 7 - 10)
220
kg
1lima.000
tiga.tiga00.000
- Panen Pokcay (tiga bln x 2 musim x tiga0 unit x 2 kg)
tiga60
kg
tiga.000
1.080.000
JUMLAH 5
4.tiga80.000
6.
KEUNTUNGAN = (PENERIMAAN - BIAYA TOTAL)
6tigatiga.6tigatiga
- Lele = Rp. 204.tigatigatiga
- Pokcay = Rp. 529.tiga00
7.
KEUNTUNGAN (JIKA TENAGA KERJA TIDAK DIBAYAR)
1.0tigatiga.6tigatiga
8.
ANALISA-ANALISA
IKAN LELE
- Harga Pokok Penjualan = (biaya total/volume prod)
Rp./satuan
14.071
- R/C ratio = (penerimaan/biaya total)
-
1,1
- B/C ratio = (keuntungan/biaya total)
-
0,1
- Payback Period = (investasi/keuntungan)
kali bisnis
tiga
- Net Interest Margin
= keuntungn/penerimn x 100)
%
19
POKCAY
- Harga Pokok Penjualan = (biaya total/volume prod)
Rp./satuan
1.5tiga0
- R/C ratio = (penerimaan/biaya total)
-
dua,0
- B/C ratio = (keuntungan/biaya total)
-
1,0
- Payback Period = (investasi/keuntungan)
kali bisnis
1
- Net Interest Margin = keuntungn/penerimn x 100)
%
49
Sumber:
BPPBAT Bogor, 2014. Akuaponik: Teknik Budidaya Hemat air dan Lahan. Bogor, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar.
Http://pusluh.Kkp.Go.Id/mfce/laman-album-46-perikanan-budidaya-html diakses dalam 09/08/2016.
Https://www.Google.Co.Id/search
Sutrisno, dkk. 201tiga. Teknologi Budidaya Ikan Air Tawar Sistem Akuaponik. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan Halaman 188-199; Jakarta, Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Penyakit Virus Pada Ikan : Reproduksi Virus
Virus sebagai makhluk hidup antara (metaorganisme) hanya mengalami siklus kehidupan manakala virus menemukan inang yang memiliki kecocokan materi genetik bagi virus mentransfer dan menempelkan materi genetiknya. Virus dapat memperbanyak diri apabila partikel virus menginfeksi inang agar mensintesis semua komponen yang diperlukan untuk membentuk lebih banyak partikel virus. Komponen-komponen tersebut kemudian dirakit menjadi bentuk struktur virus dan partikel virus yang baru tersebut akan keluar dari sel inang untuk menginfeksi sel-sel lain. Perkembangbiakkan virus sering disebut replikasi.
Virus memerlukan lingkungan sel yang hidup sebagai inang sebagai vektor bagi virus untuk mensistesis komponen virus. Virus mengalami dua jenis siklus dalam kehidupannya, yaitu siklus litik dan siklus lisogenik. Secara umum, tahapan reproduksi dilakukan dalam beberapa langkah, yaitu adsorpsi (penempelan), penetrasi (injeksi), replikasi (eklipse), sintesis, dan pelapasan partikel virus yang matang dari sel. Meskipun demikian, siklus litik dan lisogenik tetap memiliki perbedaan mekanisme reproduksi virion baru sebagaimana ilustrasi Gambar berikut.
Proses Reproduksi Virus |
Pada siklus litik, infeksi virus terjadi melalui beberapa fase kehidupan, yaitu fase adsorpsi, pentrasi, replikasi & buatan, perakitan, dan lisis. Fase absorpsi adalah fase dimana fage melekat dalam sel inang pada wilayah pelekatan eksklusif yg disebut reseptor. Setelah itu, fage akan melakukan penetrasi materi genetik virus pada sel inangnya, manunggal dengan materi genetik inang, dan kemudian membangun komponen-komponen virus yg diikuti terjadi perakitan komponenkomponen tadi menjadi virion baru. Pada kondisi yg ideal bagi virus buat hidup, maka virus akan merusak sel inang & terjadilah lisis sel. Virus yang terbentuk akan melakukan kegiatan infeksi berikutnya.
Sedangkan dalam daur lisogenik, virus juga melakukan absorpsi dalam inang dan melakukan transfer materi genetik ke pada tubuh inangnya. Setelah itu materi genetik virus dan inang akan menyatu, tetapi nir diikuti oleh buatan komponen-komponen virion. Hal ini dapat ditentukan oleh lingkungan yang nir ideal bagi sel inang buat memfasilitasi aktivitas buatan tersebut. Oleh karena itu, materi genetik virus bersifat inaktif & hanya berkembang seiring pembelahan sel inang yang terjadi. Pada waktu sel inang membelah, maka inang telah tercemar & membawa materi genetik virus. Pada suatu ketika, sel inang dapat mengalami lisis sang virus bila sel inang pada keadaan yang cocok bagi virus buat melakukan perakitan komponen-komponen virionnya atau mengalami siklus litik.
Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB
Semoga Bermanfaat...
ANALISA USAHA PEMBESARAN IKAN NILA BERSAMA KANGKUNG
Akuaponik secara sederhana dapat diartikan sebagai sistim terpadu antara Akuakultur (budidaya ikan) dan Hidroponik (budidaya tanaman non-tanah) atau teknologi budidaya yang mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan tanaman.
Sejak tahun 2005 teknik budidaya ikan air tawar dengan sistim akuaponik telah dikembangkan di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor sebagai solusi dari semakin terbatasnya lahan dan sumber air bagi kegiatan budidaya ikan khususnya di perkotaan.
Dengan teknologi akuaponik, pencemaran air akibat limbah budidaya (sisa pakan dan metabolisme ikan, penyebab tingginya N dan P dalam air) akan diserap dan dimanfaatkan oleh akar sebagai sumber nutrien bagi tanaman. Akibat dari mekanisme tersebut maka air yang digunakan sebagai media budidaya ikan akan terpurifikasi sehingga tidak perlu diganti selama periode pemeliharaan (hanya perlu ditambah untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan).
Dari hasil penelitian ternyata budidaya dengan sistim akuaponik mampu menghemat air sebesar 700% (Ahmad dkk, 2005), dapat mereduksi ammonia dalam air hingga 90% serta menurunkan kadar nitrit dari 4,4 mg/l menjadi 0,013-0,25 mg/l (Nugroho dan Sutrisno, 2002). Selain itu, akuaponik juga dapat dilakukan pada daerah dengan ketinggian 7 – 1000 m DPL (Taufik, 2012), artinya teknologi ini dapat diterapkan pada semua daerah mulai dari pesisir hingga pegunungan.
Untuk memberikan gambaran tentang peluang pengembangan akuaponik, maka dapat dilihat Analisa Usaha Pembesaran Ikan Nila Bersama Kangkung sebagai berikut:
NO. | URAIAN | VOLUME | SATUAN | HARGA SATUAN | JUMLAH |
1. | INVESTASI |
a.
Pembuatan/pembelian wadah budidaya
- Kolam Terpal 4 X 6 M (JUE = 2 tahun = 24 bulan)
1
buah
400.000
400.000
b.
Peralatan
- Mesin Pompa Air (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
1
buah
150.000
150.000
- Pipa PVC 1/2" (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
6
batang
15.000
90.000
- Knee 1/2" (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
12
buah
4.500
54.000
- Ember 10 L (JUE = 2 tahun = 24 bulan)
30
buah
7.500
225.000
- Batu apung (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
45
kg
9.000
405.000
JUMLAH 1 (INVESTASI)
1.324.000
2.
BIAYA TETAP
a.
Penyusutan Wadah Budidaya
- Kolam Terpal 4 X 6 M (JUE = 2 tahun = 24 bulan)
4
bulan
16.667
66.667
b.
Penyusutan Peralatan
- Mesin Pompa Air (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
4
bulan
12.000
48.000
- Pipa PVC 1/2" (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
4
bulan
2.500
10.000
- Knee 1/2" (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
4
bulan
1.050
4.200
- Ember 10 L (JUE = 2 tahun = 24 bulan)
4
bulan
9.375
37.500
- Batu apung (JUE = 3 tahun = 36 bulan)
4
bulan
11.250
45.000
c.
Gaji Tenaga Kerja
4
orang/bulan
100.000
400.000
d.
Listrik (20 - 30 watt x 24 jam x 30 hari)
4
bulan
20.000
80.000
JUMLAH 2 (BIAYA TETAP)
691.367
3.
BIAYA VARIABEL (OPERASIONAL)
a.
Benih
- Benih Ikan Nila; Ukuran 3 - 5
1.500
ekor
75
112.500
- Benih Kangkung
30
unit
5.000
150.000
c.
Pakan
- Pakan Pabrik
125
kg
8.500
1.062.500
d.
Bahan-bahan habis pakai
- Probiotik
1
liter
25.000
25.000
- Obat-obatan ikan
1
paket
50.000
50.000
- Media filter
20
unit
7.500
150.000
JUMLAH 3 (BIAYA OPERASIONAL)
1.550.000
4.
BIAYA TOTAL (TETAP + VARIABEL)
2.241.367
- Nila = Rp. 1.540.667
- Kangkung = Rp. 550.700
5.
PENERIMAAN
- Panen Nila (Size 7 - 10)
100
kg
16.000
1.600.000
- Panen Kangkung (4 bln x 2 musim x 30 unit x 2 kg)
480
kg
2.000
960.000
JUMLAH 5
2.560.000
6.
KEUNTUNGAN = (PENERIMAAN - BIAYA TOTAL)
318.633
- Nila = Rp. 59.333
- Kangkung = Rp. 89.300
7.
KEUNTUNGAN (JIKA TENAGA KERJA TIDAK DIBAYAR)
718.633
8.
ANALISA-ANALISA
IKAN NILA
- Harga Pokok Penjualan = (biaya total/volume prod)
Rp./satuan
15.407
- R/C ratio = (penerimaan/biaya total)
-
1
- B/C ratio = (keuntungan/biaya total)
-
0
- Payback Period = (investasi/keuntungan)
kali usaha
9
- Net Interest Margin = keuntungn/penerimn x 100)
%
6
KANGKUNG
- Harga Pokok Penjualan = (biaya total/volume prod)
Rp./satuan
1.147
- R/C ratio = (penerimaan/biaya total)
-
1,7
- B/C ratio = (keuntungan/biaya total)
-
0,7
- Payback Period = (investasi/keuntungan)
kali usaha
2
- Net Interest Margin = keuntungn/penerimn x 100)
%
43
Sumber:
BPPBAT Bogor, 2014. Akuaponik: Teknik Budidaya Hemat air dan Lahan. Bogor, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar.
http://pusluh.kkp.go.id/mfce/halaman-album-46-perikanan-budidaya-html diakses pada 09/08/2016.
https://www.google.co.id/search
Sutrisno, dkk. 2013. Teknologi Budidaya Ikan Air Tawar Sistem Akuaponik. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan Halaman 188-199; Jakarta, Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan.