Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Penyakit Bakterial Ikan : Ice - Ice Pada Rumput Laut

Penyakit ini disebabkan oleh faktor lingkungan dan beberapa jenis bakteri: Pseudoalteromonas gracilis, Pseudomonas spp., dan Vibrio spp.

Bio ? Ekologi Patogen :

  • Kasus ice-ice pada budidaya rumput laut dipicu oleh fluktuasi parameter kualitas air yang ekstrim (kadar garam, suhu air, bahan organik terlarut dan intensitas cahaya matahari).
  • Pemicu lain adalah serangan hama seperti ikan baronang, penyu hijau, bulu babi dan bintang laut menyebabkan luka pada thallus, sehingga mudah terinfeksi oleh mikroorganisme.
  • Pada keadaan stress, rumput laut akan membebaskan substansi organik yang menyebabkan thallus berlendir dan merangsang bakteri tumbuh melimpah di sekitarnya.
  • Pertumbuhan bakteri pada thallus akan menyebabkan bagian thallus menjadi putih dan rapuh. Selanjutnya, mudah patah, dan jaringan menjadi lunak yang menjadi ciri penyakit ice-ice.
  • Penyebaran penyakit inidapat terjadi secara vertikal (dari bibit) atau horizontal melalui perantaraan air.

Gejala klinis :

  • Penyakit ini ditandai dengan timbulnya bintik/bercak-bercak merah pada sebagian thallus yang lama kelamaan menjadi kuning pucat dan akhirnya berangsur-angsur menjadi putih. Thallus menjadi rapuh dan mudah putus.
  • Gejala yang diperlihatkan adalah pertumbuhan yang lambat, terjadinya perubahan warna menjadi pucat dan pada beberapa cabang thallus menjadi putih dan membusuk.

Thallus Eucheuma yang terinfeksi ice - ice
ThallusEucheuma yang terinfeksiice - ice

Pengendalian :

  • Penggunaan bibit unggul merupakan cara yang sangat penting untuk pengendalian penyakit ice-ice.
  • Desinfeksi bibit dapat dilakukan dengan cara dicelupkan pada larutan PK (potasium permanganat) dengan dosis 20 ppm.
  • Pemilihan lokasi budidaya yang memenuhi persyaratan optimum bagi pertumbuhan rumput laut.
  • Penerapan teknik budidaya yang disesuaikan dengan lingkungan perairan
  • Memperhatikan musim dalam kaitannya dengan teknik budidaya yang hendak diterapkan.

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

ANALISA USAHA PEMBESARAN IKAN NILA BERSAMA TERONG

Akuaponik secara sederhana dapat diartikan sebagai sistim terpadu antara Akuakultur (budidaya ikan) dan Hidroponik (budidaya tanaman non-tanah) atau teknologi budidaya yang mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan tanaman.

Sejak tahun 2005 teknik budidaya ikan air tawar dengan sistim akuaponik telah dikembangkan di Balai Penelitian  dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor sebagai solusi dari semakin terbatasnya lahan dan sumber air bagi kegiatan budidaya ikan khususnya di perkotaan.

Dengan teknologi akuaponik, pencemaran air akibat limbah budidaya (sisa pakan dan metabolisme ikan, penyebab tingginya N dan P dalam air) akan diserap dan dimanfaatkan oleh akar sebagai sumber nutrien bagi tanaman. Akibat dari mekanisme tersebut maka air yang digunakan sebagai media budidaya ikan akan terpurifikasi sehingga tidak perlu diganti selama periode pemeliharaan (hanya perlu ditambah untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan).

Dari hasil penelitian ternyata budidaya dengan sistim akuaponik mampu menghemat air sebesar 700% (Ahmad dkk, 2005), dapat mereduksi ammonia dalam air hingga 90% serta menurunkan kadar nitrit dari 4,4 mg/l menjadi 0,013-0,25 mg/l (Nugroho dan Sutrisno, 2002). Selain itu, akuaponik juga dapat dilakukan pada daerah dengan ketinggian 7 – 1000 m DPL (Taufik, 2012), artinya teknologi ini dapat diterapkan pada semua daerah mulai dari  pesisir hingga pegunungan.

Untuk memberikan gambaran tentang peluang pengembangan akuaponik, maka dapat dilihat Analisa Usaha Pembesaran Ikan Nila Bersama Terong sebagai berikut:

NO.

URAIAN

VOLUME

SATUAN

HARGA SATUAN

JUMLAH

1.

INVESTASI

a.

Pembuatan/pembelian wadah budidaya

- Kolam Terpal  4 X 6 M (JUE = 2 tahun = 24 bulan)

1

buah

400.000

400.000

b.

Peralatan

- Mesin Pompa Air   (JUE = 3 tahun = 36 bulan)

1

buah

150.000

150.000

- Pipa PVC 1/2"   (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

6

batang

15.000

90.000

- Knee 1/2"  (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

12

buah

4.500

54.000

- Ember 10 L (JUE = 2 tahun = 24 bulan)

30

buah

7.500

225.000

- Batu apung (JUE = 3 tahun = 36 bulan)

45

kg

9.000

405.000

JUMLAH  1 (INVESTASI)

1.324.000

2.

BIAYA TETAP

a.

Penyusutan Wadah Budidaya

- Kolam Terpal  4 X 6 M (JUE = 2 tahun = 24 bulan)

4

bulan

16.667

66.667

b.

Penyusutan Peralatan

- Mesin Pompa Air   (JUE = 3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

12.000

48.000

- Pipa PVC 1/2"   (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

2.500

10.000

- Knee 1/2"  (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

1.050

4.200

- Ember 10 L (JUE = 2 tahun = 24 bulan)

4

bulan

9.375

37.500

- Batu apung (JUE = 3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

11.250

45.000

c.

Gaji Tenaga Kerja

4

orang/bulan

100.000

400.000

d.

Listrik (20 - 30 watt x 24 jam x 30 hari)

4

bulan

20.000

80.000

JUMLAH  2  (BIAYA TETAP)

691.367

3.

BIAYA VARIABEL (OPERASIONAL)

a.

Benih

- Benih Ikan Nila; Ukuran 3 - 5

1.500

ekor

75

112.500

- Benih Terong

30

unit

5.000

150.000

c.

Pakan

- Pakan Pabrik

125

kg

8.500

1.062.500

d.

Bahan-bahan habis pakai

- Probiotik

1

liter

25.000

25.000

- Obat-obatan ikan

1

paket

50.000

50.000

- Media filter

20

unit

7.500

150.000

JUMLAH   3 (BIAYA OPERASIONAL)

1.550.000

4.

BIAYA TOTAL (TETAP + VARIABEL)

2.241.367

- Nila = Rp. 1.540.667

- Terong = Rp. 550.700

5.

PENERIMAAN

- Panen Nila (Size 7 - 10)

100

kg

16.000

1.600.000

- Panen Terong  (2 bln x 2 musim x 30 unit x 1 kg)

120

kg

9.000

1.080.000

JUMLAH   5

2.680.000

6.

KEUNTUNGAN = (PENERIMAAN - BIAYA TOTAL)

438.633

- Nila = Rp. 59.333

- Terong = Rp. 529.300

7.

KEUNTUNGAN (JIKA TENAGA KERJA TIDAK DIBAYAR)

838.633

8.

ANALISA-ANALISA

IKAN NILA

- Harga Pokok Penjualan = (biaya total/volume prod)

Rp./satuan

15.407

- R/C ratio                           = (penerimaan/biaya total)

-

1

- B/C ratio                           = (keuntungan/biaya total)

-

0

- Payback Period               = (investasi/keuntungan)

kali usaha

9

- Net Interest Margin       = keuntungn/penerimn x 100)

%

5

TERONG

- Harga Pokok Penjualan = (biaya total/volume prod)

Rp./satuan

4.589

- R/C ratio                           = (penerimaan/biaya total)

-

2,0

- B/C ratio                           = (keuntungan/biaya total)

-

1,0

- Payback Period               = (investasi/keuntungan)

kali usaha

1

- Net Interest Margin       = keuntungn/penerimn x 100)

%

49

Sumber:

BPPBAT Bogor, 2014. Akuaponik: Teknik Budidaya Hemat air dan Lahan. Bogor, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar.

http://pusluh.kkp.go.id/mfce/halaman-album-46-perikanan-budidaya-html diakses pada 09/08/2016.

https://www.google.co.id/search

Sutrisno, dkk. 2013. Teknologi  Budidaya Ikan Air Tawar  Sistem Akuaponik. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan Halaman 188-199; Jakarta, Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

#Tag :

Jenis - Jenis Penyakit Viral Pada Ikan

Organisme perairan adalah salah satu inang yang sebagai objek bagi beberapa grup virus buat hidup. Oleh lantaran virus bukanlah suatu jenis organisme independen, maka virus berusaha mencari inang penempelan yang memiliki struktur fisiologi sama menggunakan materi genetik virus. Seiring berkembang ilmu pengetahuan & teknologi, beberapa gerombolan virus yg menyebabkan penyakit dalam komoditas perairan telah berhasil diteliti dan diidentifikasi.

Sejumlah komoditas perairan telah menjadi sasaran infeksi berbagai kelompok virus, seperti Iridovirus, Herpesvirus, Birnavirus, Adenovirus, Rhabdovirus, Reovirus, Retrovirus, dan beberapa jenis virus lainnya sebagaimana disajikan pada Tabel berikut.
Jenis virus dan inang yang diinfeksi

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

ANALISA USAHA PEMBESARAN IKAN NILA BERSAMA POKCAY

Akuaponik secara sederhana bisa diartikan menjadi sistim terpadu antara Akuakultur (budidaya ikan) & Hidroponik (budidaya flora non-tanah) atau teknologi budidaya yg mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan flora.

Sejak tahun 200lima teknik budidaya ikan air tawar dengan sistim akuaponik telah dikembangkan di Balai Penelitian  dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor sebagai solusi dari semakin terbatasnya lahan dan sumber air bagi kegiatan budidaya ikan khususnya di perkotaan.

Dengan teknologi akuaponik, pencemaran air dampak limbah budidaya (residu pakan dan metabolisme ikan, penyebab tingginya N dan P pada air) akan diserap dan dimanfaatkan sang akar menjadi sumber nutrien bagi flora. Akibat dari mekanisme tadi maka air yang digunakan sebagai media budidaya ikan akan terpurifikasi sehingga tidak perlu diganti selama periode pemeliharaan (hanya perlu ditambah untuk membarui air yg hilang akibat penguapan).

Dari hasil penelitian ternyata budidaya dengan sistim akuaponik mampu menghemat air sebesar 700% (Ahmad dkk, 200lima), dapat mereduksi ammonia dalam air hingga 90% serta menurunkan kadar nitrit dari 4,4 mg/l menjadi 0,013-0,2lima mg/l (Nugroho dan Sutrisno, 2002). Selain itu, akuaponik juga dapat dilakukan pada daerah dengan ketinggian 7 – 1000 m DPL (Taufik, 2012), artinya teknologi ini dapat diterapkan pada semua daerah mulai dari  pesisir hingga pegunungan.

Untuk menaruh citra tentang peluang pengembangan akuaponik, maka bisa dicermati Analisa Usaha Pembesaran Ikan Nila Bersama Pokcay sebagai berikut:

NO.

URAIAN

 VOLUME

SATUAN

HARGA SATUAN

JUMLAH

1.

INVESTASI

a.

Pembuatan/pembelian wadah budidaya

- Kolam Terpal  4 X 6 M (JUE = 2 tahun = 24 bulan)

1

butir

400.000

400.000

b.

Peralatan

- Mesin Pompa Air   (JUE = 3 tahun = 36 bulan)

1

butir

1lima0.000

1lima0.000

- Pipa PVC 1/2"   (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

6

batang

1lima.000

90.000

- Knee 1/2"  (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

12

butir

4.lima00

lima4.000

- Ember 10 L (JUE = dua tahun = 24 bulan)

30

butir

7.lima00

22lima.000

- Batu apung (JUE = tiga tahun = 36 bulan)

4lima

kg

9.000

40lima.000

JUMLAH  1 (INVESTASI)

1.324.000

dua.

BIAYA TETAP

a.

Penyusutan Wadah Budidaya

- Kolam Terpal  4 X 6 M (JUE = 2 tahun = 24 bulan)

4

bulan

16.667

66.667

b.

Penyusutan Peralatan

- Mesin Pompa Air   (JUE = 3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

1dua.000

48.000

- Pipa PVC 1/2"   (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

dua.lima00

10.000

- Knee 1/2"  (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

1.0lima0

4.200

- Ember 10 L (JUE = dua tahun = 24 bulan)

4

bulan

9.37lima

37.lima00

- Batu apung (JUE = tiga tahun = 36 bulan)

4

bulan

11.2lima0

4lima.000

c.

Gaji Tenaga Kerja

4

orang/bulan

100.000

400.000

d.

Listrik (20 - 30 watt x 24 jam x 30 hari)

4

bulan

20.000

80.000

JUMLAH  2  (BIAYA TETAP)

691.367

3.

BIAYA VARIABEL (OPERASIONAL)

a.

Benih

- Benih Ikan Nila; Ukuran 3 - lima

1.lima00

ekor

7lima

11dua.lima00

- Benih Pokcay

30

unit

lima.000

1lima0.000

c.

Pakan

- Pakan Pabrik

12lima

kg

8.lima00

1.06dua.lima00

d.

Bahan-bahan habis gunakan

- Probiotik

1

liter

2lima.000

2lima.000

- Obat-obatan ikan

1

paket

lima0.000

lima0.000

- Media filter

20

unit

7.lima00

1lima0.000

JUMLAH   3 (BIAYA OPERASIONAL)

1.limalima0.000

4.

BIAYA TOTAL (TETAP VARIABEL)

dua.241.367

- Nila = Rp. 1.lima40.667

- Pokcay = Rp. limalima0.700

lima.

PENERIMAAN

- Panen Nila (Size 7 - 10)

100

kg

16.000

1.600.000

- Panen Pokcay  (3 bln x 2 musim x 30 unit x 2 kg)

360

kg

tiga.000

1.080.000

JUMLAH   lima

dua.680.000

6.

KEUNTUNGAN = (PENERIMAAN - BIAYA TOTAL)

438.633

- Nila = Rp. lima9.333

- Pokcay = Rp. lima29.300

7.

KEUNTUNGAN (JIKA TENAGA KERJA TIDAK DIBAYAR)

838.633

8.

ANALISA-ANALISA

IKAN NILA

- Harga Pokok Penjualan = (biaya total/volume prod)

Rp./satuan

1lima.407

- R/C ratio                           = (penerimaan/biaya total)

-

1

- B/C ratio                           = (keuntungan/biaya total)

-

0

- Payback Period               = (investasi/keuntungan)

kali bisnis

9

- Net Interest Margin       = keuntungn/penerimn x 100)

%

lima

POKCAY

- Harga Pokok Penjualan = (biaya total/volume prod)

Rp./satuan

1.lima30

- R/C ratio                           = (penerimaan/biaya total)

-

2,0

- B/C ratio                           = (keuntungan/biaya total)

-

1,0

- Payback Period               = (investasi/keuntungan)

kali bisnis

1

- Net Interest Margin       = keuntungn/penerimn x 100)

%

49

Sumber:

BPPBAT Bogor, 2014. Akuaponik: Teknik Budidaya Hemat air & Lahan. Bogor, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar.

Http://pusluh.Kkp.Go.Id/mfce/page-album-46-perikanan-budidaya-html diakses dalam 09/08/2016.

Https://www.Google.Co.Id/search

Sutrisno, dkk. 2013. Teknologi  Budidaya Ikan Air Tawar  Sistem Akuaponik. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan Halaman 188-199; Jakarta, Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

#Tag :

Penyakit Virus Pada Ikan : Koi Herves Virus (KHV)

Sebuah virus yang menyerupai serangan virus herpes telah ditemukan dan disolasi di Amerika Serikat pada tahun 1998 seiring serangan ikan koi dan jenis ikan Carp lainnya di Israel dan Amerika Serikat. Virus ini diisolasi dari sejumlah jaringan tisu ikan yang menunjukkan gejala-gejala serangan KHV, termasuk hati, ginjal, insang, dan saluran pencernaan. Pertumbuhan optimal bagi KHV terjadi pada suhu 15oC sampai 20oC, sedangkan pada suhu di atas 30oC atau 37oC tidak ditemukan aktivitas pertumbuhan KHV. Virus KHV adalah Herpesvirus dsDNA yang terdiri atas 31 polipeptida virion, sedikitnya 8 glycosylated proteins yang memiliki kapsid dalam dengan bentuk simetris icosahedral berdiameter sekitar 100–110 nm. Komponen utama dari envelope adalah lipoprotein lapis ganda.

Morfologi dan ukuran sangat memiliki kemiripan dengan virus dari Keluarga Herpesviridae yang memiliki estimasi ukuran genom 277 kbp. Pada penelitian lainnya dijelaskan bahwa genom KHV memiliki kemiripan sebagaimana virus yang ditemukan pada kelompok catfish, yaitu channel catfish virus (CCV) dan herpesvirus cyprinid (CHV) dimana sebanyak 12 polipeptida virion memiliki kesamaan berat molekul dengan CHV dan 10 polipeptida mirip dengan CCV.

Infeksi yang disebabkan oleh koi herpes virus merupakan penyakit menular dengan gejala serangan seperti hancurnya jaringan dan organ internal, luka pada kulit, lepasnya sisik, pucat, perubahan warna, hingga kematian massif pada ikan mas koi (Cyprinus carpio koi) dan common carp (Cyprinus carpio carpio) sebagaimana disajikan pada Gambar berikut.
Bentuk infeksi dan morfologi KHV

Pada tahun 1999, referensi pertama terkait kematian massal dari ikan jenis koi dan Carp lainnya disampaikan pada 9th International Conference of European Association of Fish Pathologists (EAFP). Berdasarkan konferensi tersebut diperoleh informasi bahwa KHV merupakan penyakit menular yang belum terlaporkan serta banyak menyerang pada ikan koi dan jenis Carp lainnya. Oleh

karenanya dilakukan kajian terkait infeksi yang menyebabkan kerugian pada budidaya ikan jenis Carp di beberapa negara mulai dari Eropa Barat; Belgia, United Kingdom, Belanda, Jerman, Itali, Austria, Switzerland, dan Luxemburg hingga Afrika Selatan, Israel, Indonesia, dan Japan. Beberapa laporan kejadian serangan KHV pada sektor budidaya tertera pada Tabel berikut.

Beberapa kejadian infeksi KHV diseluruh dunia

Bio-Ekologi Patogen :

  1. Hanya menginfeksi ikan mas dan koi. Jenis ikan lain tidak terinfeksi, termasuk dari family cyprinidae.
  2. Tidak menular ke manusia yang menkonsumsi atau kontak dengan ikan terinfeksi KHV (tidak zoonosis).
  3. Sangat virulen, masa inkubasi 1 - 7 hari dengan kematian mencapai 100%
  4. Keganasan dipicu oleh kondisi lingkungan, terutama suhu air < 26 oC dan kualitas air yang buruk.
  5. Penularan melalui kontak antar ikan, air/lumpur & peralatan perikanan yang terkontaminasi, serta media lain: sarana transportasi, manusia, dll.
  6. Ikan yang bertahan hidup (survivors) dapat berlaku sebagai pembawa (carriers) atau menjadi kebal, namun tetap berpotensi sebagai carriers.

Gejala Klinis :

  1. Nafsu makan menurun, gelisah (nervous).
  2. Megap-megap, lemah dan ekses mukus Insang pucat, terdapat bercak putih (white patch), akhirnya rusak dan membusuk.
  3. Kulit melepuh (umumnya pada ikan koi).
  4. Sering diikuti infeksi sekunder oleh parasit, bakteri dan/atau jamur.
  5. Kematian massal bisa terjadi dalam waktu 24 – 48 jam
Diagnosa :

  1. Diagnosa berbasis molekuler/serologis : Polymerase Chain reaction (PCR), Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA), Immunohistochemistry.
  2. Isolasi virus pada kultur jaringan yang sesuai
Pengendalian :

  1. Desinfeksi sebelum/selama proses produksi.
  2. Manajemen kesehatan ikan yang terintegrasi.
  3. Penggunaa ikan bebas KHV & karantina (biosecurity).
  4. Vaksinasi anti-KHV dan/atau pemberian unsur imunostimulan selama masa pemeliharaan.
  5. Mengurangi padat tebar dan hindari stress.
  6. Budidaya ikan sistem polikultur.
  7. Pengobatan terhadap penginfeksi sekunder (bila diperlukan).
Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

ANALISA USAHA PEMBESARAN IKAN NILA BERSAMA CABAI

Akuaponik secara sederhana dapat diartikan sebagai sistim terpadu antara Akuakultur (budidaya ikan) dan Hidroponik (budidaya tanaman non-tanah) atau teknologi budidaya yang mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan tanaman.

Sejak tahun 2005 teknik budidaya ikan air tawar dengan sistim akuaponik telah dikembangkan di Balai Penelitian  dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor sebagai solusi dari semakin terbatasnya lahan dan sumber air bagi kegiatan budidaya ikan khususnya di perkotaan.

Dengan teknologi akuaponik, pencemaran air akibat limbah budidaya (sisa pakan dan metabolisme ikan, penyebab tingginya N dan P dalam air) akan diserap dan dimanfaatkan oleh akar sebagai sumber nutrien bagi tanaman. Akibat dari mekanisme tersebut maka air yang digunakan sebagai media budidaya ikan akan terpurifikasi sehingga tidak perlu diganti selama periode pemeliharaan (hanya perlu ditambah untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan).

Dari hasil penelitian ternyata budidaya dengan sistim akuaponik mampu menghemat air sebesar 700% (Ahmad dkk, 2005), dapat mereduksi ammonia dalam air hingga 90% serta menurunkan kadar nitrit dari 4,4 mg/l menjadi 0,013-0,25 mg/l (Nugroho dan Sutrisno, 2002). Selain itu, akuaponik juga dapat dilakukan pada daerah dengan ketinggian 7 – 1000 m DPL (Taufik, 2012), artinya teknologi ini dapat diterapkan pada semua daerah mulai dari  pesisir hingga pegunungan.

Untuk memberikan gambaran tentang peluang pengembangan akuaponik, maka dapat dilihat Analisa Usaha Pembesaran Ikan Nila Bersama Cabai sebagai berikut:

NO.

URAIAN

 VOLUME

SATUAN

HARGA SATUAN

JUMLAH

1.

INVESTASI

a.

Pembuatan/pembelian wadah budidaya

- Kolam Terpal  4 X 6 M (JUE = 2 tahun = 24 bulan)

1

buah

400.000

400.000

b.

Peralatan

- Mesin Pompa Air   (JUE = 3 tahun = 36 bulan)

1

buah

150.000

150.000

- Pipa PVC 1/2"   (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

6

batang

15.000

90.000

- Knee 1/2"  (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

12

buah

4.500

54.000

- Ember 10 L (JUE = 2 tahun = 24 bulan)

30

buah

7.500

225.000

- Batu apung (JUE = 3 tahun = 36 bulan)

45

kg

9.000

405.000

JUMLAH  1 (INVESTASI)

1.324.000

2.

BIAYA TETAP

a.

Penyusutan Wadah Budidaya

- Kolam Terpal  4 X 6 M (JUE = 2 tahun = 24 bulan)

4

bulan

16.667

66.667

b.

Penyusutan Peralatan

- Mesin Pompa Air   (JUE = 3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

12.000

48.000

- Pipa PVC 1/2"   (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

2.500

10.000

- Knee 1/2"  (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

1.050

4.200

- Ember 10 L (JUE = 2 tahun = 24 bulan)

4

bulan

9.375

37.500

- Batu apung (JUE = 3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

11.250

45.000

c.

Gaji Tenaga Kerja

4

orang/bulan

100.000

400.000

d.

Listrik (20 - 30 watt x 24 jam x 30 hari)

4

bulan

20.000

80.000

JUMLAH  2  (BIAYA TETAP)

691.367

3.

BIAYA VARIABEL (OPERASIONAL)

a.

Benih

- Benih Ikan Nila; Ukuran 3 - 5

1.500

ekor

75

112.500

- Benih Cabai

30

unit

5.000

150.000

c.

Pakan

- Pakan Pabrik

125

kg

8.500

1.062.500

d.

Bahan-bahan habis pakai

- Probiotik

1

liter

25.000

25.000

- Obat-obatan ikan

1

paket

50.000

50.000

- Media filter

20

unit

7.500

150.000

JUMLAH   3 (BIAYA OPERASIONAL)

1.550.000

4.

BIAYA TOTAL (TETAP + VARIABEL)

2.241.367

- Nila = Rp. 1.540.667

- Cabai = Rp. 550.700

5.

PENERIMAAN

- Panen Nila (Size 7 - 10)

100

kg

16.000

1.600.000

- Panen Cabai  (2 bln x 2 musim x 30 unit x 1 kg)

120

kg

10.000

1.200.000

JUMLAH   5

2.800.000

6.

KEUNTUNGAN = (PENERIMAAN - BIAYA TOTAL)

558.633

- Nila = Rp. 59.333

- Cabai = Rp. 649.300

7.

KEUNTUNGAN (JIKA TENAGA KERJA TIDAK DIBAYAR)

958.633

8.

ANALISA-ANALISA

IKAN NILA

- Harga Pokok Penjualan = (biaya total/volume prod)

Rp./satuan

15.407

- R/C ratio                           = (penerimaan/biaya total)

-

1

- B/C ratio                           = (keuntungan/biaya total)

-

0

- Payback Period               = (investasi/keuntungan)

kali usaha

9

- Net Interest Margin       = keuntungn/penerimn x 100)

%

5

CABAI

- Harga Pokok Penjualan = (biaya total/volume prod)

Rp./satuan

4.589

- R/C ratio                           = (penerimaan/biaya total)

-

2,2

- B/C ratio                           = (keuntungan/biaya total)

-

1,2

- Payback Period               = (investasi/keuntungan)

kali usaha

1

- Net Interest Margin       = keuntungn/penerimn x 100)

%

54

Sumber:

BPPBAT Bogor, 2014. Akuaponik: Teknik Budidaya Hemat air dan Lahan. Bogor, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar.

http://pusluh.kkp.go.id/mfce/halaman-album-46-perikanan-budidaya-html diakses pada 09/08/2016.

https://www.google.co.id/search

Sutrisno, dkk. 2013. Teknologi  Budidaya Ikan Air Tawar  Sistem Akuaponik. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan Halaman 188-199; Jakarta, Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

#Tag :

Penyakit Virus Pada Ikan : White Spot Syndrome Virus (WSSV)

White syndrome disease dikenal jua dengan nama white spot disease (WSD) merupakan penyakit menular dampak virus yg menyerang udang jenis Penaeid. Penyakit lain yang jua tak jarang ditemukan pada udang adalah penyakit yang ditimbulkan oleh adanya infeksi hepatopancreatic parvovirus (HPV) & monodon baculovirus (MBV). Berkenaan menggunakan infeksi virus WSSV, beberapa jenis udang Penaeid yg dibudidayakan dapat sebagai inang bagi WSSV, yaitu P. Monodon, Marsupenaeus, L. Vannamei, dan Fenneropenaeus. Beberapa jenis crustacea lainnya misalnya rajungan (Portunus spp), lobster (Panulirus spp & Cherax spp), kepiting (Scylla spp), serta udang air tawar (Macrobrachium spp) juga dapat terinfeksi WSSV.

Penyakit ini disebabkan sang white spot syndrome virus (WSSV), yaitu suatu jenis virus yang mempunyai envelope, berbentuk batang (rod) yang mengandung double-stranded DNA genom. Virus WSSV dikelompokkan ke pada anggota Keluarga Nimaviridae. Virus ini menginfeksi aneka macam jenis

crustacean, khususnya udang. Udang yang terkena penyakit ini mempunyai tanda-tanda klinis, yaitu keluarnya bintik-bintik putih berdiameter 0.Lima-dua.0 mm, perubahan rona menjadi kemerahan, dan divestasi kutikula udang. Luka tak jarang dijadikan tanda kerusakan sistemik jaringan ektodermal & mesodermal, termasuk jaringan haemopoietic, insang, epitelium subkutikula, epidermis kutikula perut, dan organ lymphoid. Indikasi terinfeksinya jaringan ditunjukkan sang adanya titik nekrosis yang beredar dan sel-sel yang terdegenerasi diitandai menggunakan adanya inti-inti yg mengalami hiperthrophy (mengembang) menggunakan kromatin yg terpinggirkan, inklusi intranuklear eosinofil hingga basofil, dan enkapsulasi hemosit berdasarkan sel nekrosis terlihat menjadi massa berwarna coklat pada dalam perut. Bentuk infeksi & morfologi WSSV dapat dicermati pada Gambar 25.

Bentuk infeksi & morfologi wssv

Penyebab : White Spot Baculovirus Complex

Bio ? Ekologi Patogen :

  1. Memiliki kisaran inang yang luas yaitu golongan udang penaeid (Penaeus monodon, P. japonicus, P. chinensis, P. indicus, Litopenaeus vannamei, dll.) serta beberapa krustase air.
  2. Sangat virulen dan menyebabkan kematian hingga 100% dalam beberapa hari. Individu yang bertahan hidup pada saat terjadi kasus tetap berpotensi sebagai carrier.

Penularan umumnya terjadi melalui kanibalisme terhadap udang yg sakit dan mangkat , atau langsung melalui air. Beberapa jenis krustase pula diketahui sangat potensial menjadi pembawa (carriers).

  1. Burung dapat menularkan WSSV dari satu petak tambak ke petak lainnya melalui bangkai udang yang lepas dari gigitannya.
  2. WSSV mampu bertahan dan tetap infektif di luar inang (di dalam air) selama 4-7 hari.

Gejala Klinis :

  1. Infeksi akut akan mengakibatkan penurunan konsumsi pakan secara drastic
  2. Lemah, berenang ke permukaan air, tidak tidak terarah atau mengarah ke pematang tambak
  3. Tampak bercak putih di karapas dan rostrum, tidak selalu tampak pada fase acute tetapi akan tampak pada fase subacute dan kronis
  4. Udang yang sekarat umumnya berwarna merah kecoklatan atau pink
  5. Populasi udang dengan gejala-gejala tersebut umumnya akan mengalami laju kematian yang tinggi hingga 100% dalam tempo 3-10 hari.

Diagnosa :

Polymerase Chain Raection (PCR)

Udang windu yang terinfeksi white spot syndrome virus (WSSV),

tampak adanya bercak putih di semua tubuhnya

Karapas udang vannamei yang terinfeksi white spot syndrome virus

(WSSV), penuh dengan bercak putih

Pengendalian :

  1. Belum ada teknik pengobatan yang efektif, oleh karena itu penerapan biosecurity total selama proses produksi (a.l penggunaan benur bebas WSSV, pemberian pakan yang tepat jumlah dan mutu, stabilitas kuialitas lingkungan) sangat dianjurkan.
  2. Menjaga kualitas lingkungan budidaya agar tidak menimbulkan stress bagi udang (misalnya aplikasi mikroba esensial: probiotik, bacterial flock, dll.).
  3. Desinfeksi suplai air dan pencucian dan/atau desinfeksi telur dan nauplius juga dapat mencegah transmisi vertikal
  4. Pemberian unsur imunostimulan (misalnya suplementasi vitamin C pada pakan) selama proses pemeliharaan udang.
  5. Teknik polikultur udang dengan spesies ikan (mis: tilapia) dapat dilakukan untuk membatasi tingkat patogenitas virus WSSV dalam tambak, karena ikan akan memakan udang terinfeksi sebelum terjadi kanibalisme oleh udang lainnya.

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

BUDIDAYA IKAN HIAS RAINBOW MERAH

Ikan hias  Indonesia, didalam dunia perdangangan internasional dikenal sebagai tropical fish. Ikan hias mempunyai prospek yang sangat tinggi menurut data dari  Kementerian  Kelautan  Dan  Perikanan  (KKP)  nilai  ekspor ikan hias Indonesia pada September 2010 telah mencapai US 7,1 juta. Angka tersebut naik

37,39% dari priode  tahun yang lalu  mencapai US 5,2 juta. Potensi ikan hias di Indonesia terbesar di pulau jawa, Sumatra, bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Ikan rainbow merah (Glossolepis Incises) merupakan salah satu ikan asli Indonesia yang telah dikenal dalam perdangan ikan hias. Ikan rainbow merah merupakan ikan hias air tawar asli Indonesia yaitu asal danau Sentani, Papua (Weber  Dan  De  Beaufort  1922).  Pada  tahun 1996  ikan  rainbow  merah  telah terdaftar dalam redlist IUCN (Internasional Union For Concervation Of Nature) sebagai  spesies  yang  mengalami  ancaman  kepunahan  dengan  status  rentan terhadap lingkungan (Vulnerable A2ce) yang dinyatakan oleh Gugum. (2014). Untuk itu  perlu dilakukan penyelamatan dan pembudidayaan ikan hias rainbow merah untuk menjaga pelestarian dan mengantisipasi terjadinya kepunahan pada ikan rainbow merah.

Ikan rainbow merah ditemukan dengan bentuk tubuh yang normal dengan warna  yang  cerah  ,  sehingga  ikan  ini  semakin  diminati  dan  memiliki  nilai ekonomis yang tinggi. Harga pasar lokal ikan rainbow merah jantan ukuran 4-5 cm Rp 25.000 perekor sedangkan pasar internasional mencapai 10 USD. Ikan rainbow merah menarik karena memilik warna dan morpologi yang unik.

Ikan Rainbow Fish adalah jenis ikan hias air ta war yg mudah dipelihara. Sangat banyak sekali jenis ikan rainbow fish ini, antara lain, jenis ikan rainbow fish, ikan rainbow balloon, ikan rainbow trout, ikan rainbow pikok, ikan rainbow irian, ikan rainbow balon dan masih poly lagi. Budidaya ikan rainbow memang sangat gampang sekali.

Pada biasanya ikan rainbow ini dianggap dengan sebutan "ikan pelangidanquot; yg adalah galat satu berdasarkan beberapa jenis ikan hias air tawar yg dari dari papua, sangat cocok sekali jika sobat memelihara Ikan Rainbo fish Diaquarium. Karena memiliki warna yg sangat indah & menawan siapa yang melihatnya.

Keunikan lain dari ikan ini yaitu bersifat tidak agresif, jadi sobat bisa menaruhnya menggunakan jenis ikan yang bisa dicampur pada satu aquarium. Banyak sekali para penghobi ikan hias yang berlomba-lomba malakukan perkawinan silang hanya buat mendapatkan anakan yang baru lagi.

Disini kita akan sedikit membahas bagaimana cara membentuk indukan maupun anakan menurut jenis ikan rainbow ini dengan maksimal . Karena peminatnya juga lumayan banyak serta harga ikan rainbow irian, Ikan rainbow neon, harga ikan rainbow boesemani, masih lumayan murah.

Cara Budidaya Ikan Rainbow Fish Irian, Trout, & Papua (Ikan Pelangi Papua)

Ikan rainbow neon, Irian, Trout, dan Papua

Daerah Penyebaran

Pertama kali jenis ikan rainbow yang diketemukan merupakan jenis ikan rainbow Merah, yaitu oleh Weber 1908, yg tepatnya pada daerah Danau Sentai serta masih ada di wilayah pulau pulau lain & negara tetannga, Papua Nugini. Jenis jenis ikan rainbow fish atau ikan pelangi ini ternyata telah memiliki poly grup jua, antara lain yaitu: rainbow bosemani, merah atau glossolepis incises; rainbow neon, frukata, threadfish & rainblow celebes.

Harga Ikan rainbow Boesemani inilah yang banyak sekali para konsumen atau pecinta ikan hias mencarinya, pasalnya hanya buat menjadikan bahan tanya menanya saja. Harga ikan rainbow boesemani sendiri masih bisa dijangkau sang seluruh kalangan.

Penyiapan Induk Ikan Rainbow

Sobat sanggup menentukan indukan ikan rainbow ini yg telah mencapai 6 bulanan, mempunyai panjang tubuh kisaran 6 - 7 centimeter, karena pada biasanya hal dasar yg sudah umum dilakukan merupakan seperti itu. Usahakan buat memberikan indukan tersebut dalam loka aquarium & kolam hias saja dengan perbandingan antara jantan dan betina dua:1 atau sanggup jua 1:1. Kualitas indukan yang baik sangat mempengarui sifat anakan kelak, jadi pilih yang secara maksimal .

Bak Pemijahan (loka atau Wadah Budidaya Ikan Rainbow)

Untuk ini sobat sanggup menyesuaikan wadah pemijahan tadi, bisa berupa kolam hias, fiberglass, & aquarium. Tetapi dalam umumnya banya yang menggunakan aquarium yaitu dengan berukuran 80x40x40 cm, sedangkan jikalo memakai bak semen idealnya 2x1 meter, yang pada isi air setinggi 40 cm saja.

Ukuran bak tadi pada aslinya sobat mampu menggunakan ikan rainbow untuk menjadi tolok ukur akbar kecilnya tempat tersebut. Akan namun bila diambil yg sinkron yaitu setiap wadah yg mampu menampung air sebesar 10 liter, maka relatif buat sepasang indukan ikan rainbow ini.

Jangan lupa buat memasang tali rafia menjadi tempat peletakkan telur tadi. Air yg sangat ideal buat ini yaitu kisaran ber kadar PH antara 7 - 8 & bertemperatur kisaran antara 21 - 250 C.

Makanan anakan ikan rainbow ini sanggup sobat sediakan kutu air, artemia, dan sanggup cacing sutera. Jika dirasa takut akan kehabisan, pakan pellet jua baik buat pertumbuhannya. Baca pula ini: Cara Membuat Kutu Air dengan Sayur Kol Tanpa Bibit dengan Praktis

Proses Pemijahan Ikan Rainbow Fish Irian, Trout, & Papua (Ikan Pelangi Papua)

Seperti jenis ikan lainnya, buat proses pemijahan Ikan Rainbow umumnya dalam ketika malam hari, jadi sulit sekali untuk mengetahuinya dengan pasti. Seakan akan saat kita melihat dalam pagi hari ternyata sudah ada telur-telur tadi pada tumbuhan atau tali rafia yang kita sediakan tadi. Yang paling untama yaitu, sobat harus menegecek, apakah oleh indukan tersebut sudah melakukan pemijahan apa belum.

Langkah terkhir yaitu, sobat mampu memindahkan oleh indukan tersebut, ini jika ternyata telur tadi diyakini telah terdapat. Lantaran bila telur tadi nir dipindahkan ke loka lain, mampu-mampu akan dimakan sang induknya sendiri. Kemudian selang 5 hari telur tersebut biasanya akan menetas, & menjadi anakan atau yg diklaim dengan burayak anakan ikan rainbow. Biasanya burayak tersebu dalam bagian perutnya masih masih ada kuning telur, yg sanggup digunakan buat cadangan makan selama 4 - 5 hari mendatang.

Pembesaran Benih (Burayak atau Anakan Ikan Rainbow)

Untuk pembesaran benih umumnya memakan waktu kurang lebih kurang lebih dua mingguan. Pada waktu inilah sobat sanggup menaruh pakan burayak tersebut dengan infusoria, sanggup jua menggunakan kuning telur. Setelah dirasa relatif umur yaitu kisaran dua mingguan lagi, sobat mampu memrikan kuliner berupa kutu air & cacing sutera.

Untuk kuliner cadangan lainnya, sobat sanggup sediakan berupa pakan pellet output parik, yg poly pada toko terdekat kota sobat. Biasanya pakan pellet ini diberikan buat pakan anakan ikan rainbow selesainya berumur kisaran 1 bulanan.

Jangan lupa buat selalu membersihkan wadah aquarium tersebut, atau lebih dikenal menggunakan penyiponan. Caranya menggunakan mematikan aerator dulu, agar burayak atau anakan ikan rainbow nir ikut keluar. Fungsi menurut penyiponan ini tidak lain yaitu agar supaya burayak atau anakan ikan rainbow bisa cepat tumbuh besar dan sehat.

Sumber:

Balitbangdias, 2016. Budidaya Ikan Hias. Depok, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias. Didownload dalam http://pusluh.Kkp.Go.Id/mfce/19/08/2016.

Https://elfianpermana010.Wordpress.Com/2016/12/09/laporan-pembenihan-ikan-rainbow-merah-glossolepis-incisus-pada-balai-penelitian-dan-pengembangan-budidaya-ikan-hias-bppih-depok-jawa-barat/

http://www.Infoikan.Com/2016/10/budidaya-ikan-rainbow-fish-irian-trout.Html

#Tag :

Penyakit Virus Pada Ikan : Channel Catfish Virus Disease (CCVD)

Channel catfish virus disease (CCVD) pertama kali ditemukan sekitar tahun 1960an yang mengakibatkan kematian pada channel catfish (Ictalurus punctatus). Penyakit ini banyak ditemukan secara spesifik pada channel catfish dan brood stock yang diyakini sebagai sumber infeksi bagi ikan-ikan dewasa. Infeksi CCVD tumbuh optimal pada kondisi suhu perairan di atas 25oC dan dapat menyebabkan efek yang signifikan dimana tingkat mortalitas dapat mencapai 100% tiap unitnya.

Channel catfish virus disease adalah kelompok dari Keluarga Herpesvirus. Beberapa jenis catfish yang menjadi inang bagi kehidupan CCVD adalah blue catfish (Ictalurus furcatus), channel catfish (Ictalurus punctatus), dan white catfish (Ictalurus catus). Penyerangan channel catfish virus disease memiliki gejala klinis seperti penurunan aktivitas makan, pergerakan yang tidak beraturan dimana terkadang membentuk pola spiral, abdomen yang melunak, pendarahan pada sirip dan jaringan otot, pembengkakan pada mata, insang tampak pucat, rongga tubuh dipenuhi oleh cairan kuning dan lendir, hati dan ginjal tampak pucat dan terjadi pendarahan, serta limfa terlihat gelap dan membesar. Bentuk infeksi dan morfologi channel catfish virus disease disajikan pada Gambar berikut.

Bentuk infeksi dan morfologi CCVD

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

ANALISA USAHA PEMBESARAN IKAN MAS BERSAMA KANGKUNG

Akuaponik secara sederhana dapat diartikan menjadi sistim terpadu antara Akuakultur (budidaya ikan) & Hidroponik (budidaya tumbuhan non-tanah) atau teknologi budidaya yg mengkombinasikan pemeliharaan ikan menggunakan tanaman .

Sejak tahun 2005 teknik budidaya ikan air tawar dengan sistim akuaponik telah dikembangkan di Balai Penelitian  dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor sebagai solusi dari semakin terbatasnya lahan dan sumber air bagi kegiatan budidaya ikan khususnya di perkotaan.

Dengan teknologi akuaponik, pencemaran air akibat limbah budidaya (sisa pakan & metabolisme ikan, penyebab tingginya N & P dalam air) akan diserap dan dimanfaatkan sang akar menjadi sumber nutrien bagi flora. Akibat berdasarkan prosedur tadi maka air yang digunakan menjadi media budidaya ikan akan terpurifikasi sebagai akibatnya nir perlu diganti selama periode pemeliharaan (hanya perlu ditambah buat mengubah air yg hilang dampak penguapan).

Dari hasil penelitian ternyata budidaya dengan sistim akuaponik mampu menghemat air sebesar 700% (Ahmad dkk, 2005), dapat mereduksi ammonia dalam air hingga 90% serta menurunkan kadar nitrit dari 4,4 mg/l menjadi 0,013-0,25 mg/l (Nugroho dan Sutrisno, 2002). Selain itu, akuaponik juga dapat dilakukan pada daerah dengan ketinggian 7 – 1000 m DPL (Taufik, 2012), artinya teknologi ini dapat diterapkan pada semua daerah mulai dari  pesisir hingga pegunungan.

Untuk memberikan citra mengenai peluang pengembangan akuaponik, maka bisa ditinjau Analisa Usaha Pembesaran Ikan Mas Bersama Kangkung sebagai berikut:

NO.

URAIAN

VOLUME

SATUAN

HARGA SATUAN

JUMLAH

1.

INVESTASI

a.

Pembuatan/pembelian wadah budidaya

- Kolam Terpal  4 X 6 M (JUE = 2 tahun = 24 bulan)

1

butir

400.000

400.000

b.

Peralatan

- Mesin Pompa Air   (JUE = 3 tahun = 36 bulan)

1

butir

150.000

150.000

- Pipa PVC 1/2"   (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

6

batang

15.000

90.000

- Knee 1/2"  (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

12

butir

4.500

54.000

- Ember 10 L (JUE = dua tahun = 24 bulan)

30

butir

7.500

225.000

- Batu apung (JUE = tiga tahun = 36 bulan)

45

kg

9.000

405.000

JUMLAH  1 (INVESTASI)

1.324.000

2.

BIAYA TETAP

a.

Penyusutan Wadah Budidaya

- Kolam Terpal  4 X 6 M (JUE = 2 tahun = 24 bulan)

4

bulan

16.667

66.667

b.

Penyusutan Peralatan

- Mesin Pompa Air   (JUE = 3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

1dua.000

48.000

- Pipa PVC 1/2"   (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

dua.500

10.000

- Knee 1/2"  (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

1.050

4.200

- Ember 10 L (JUE = dua tahun = 24 bulan)

4

bulan

9.375

37.500

- Batu apung (JUE = tiga tahun = 36 bulan)

4

bulan

11.250

45.000

c.

Gaji Tenaga Kerja

4

orang/bulan

100.000

400.000

d.

Listrik (20 - 30 watt x 24 jam x 30 hari)

4

bulan

20.000

80.000

JUMLAH  2  (BIAYA TETAP)

691.367

3.

BIAYA VARIABEL (OPERASIONAL)

a.

Benih

- Benih Ikan Mas; Ukuran tiga - 5

1.500

ekor

75

11dua.500

- Benih Kangkung

30

unit

5.000

150.000

b .

Pakan

- Pakan Pabrik

125

kg

8.500

1.06dua.500

c .

Bahan-bahan habis pakai

- Probiotik

1

liter

25.000

25.000

- Obat-obatan ikan

1

paket

50.000

50.000

- Media filter

20

unit

7.500

150.000

JUMLAH   3 (BIAYA OPERASIONAL)

1.550.000

4.

BIAYA TOTAL (TETAP VARIABEL)

dua.241.367

- Mas = Rp. 1.540.667

- Kangkung = Rp. 550.700

5.

PENERIMAAN

- Panen Mas (Size 7 - 10)

100

kg

16.000

1.600.000

- Panen Kangkung  (4 bln x 2 musim x 30 unit x 2 kg)

480

kg

dua.000

960.000

JUMLAH   5

dua.560.000

6.

KEUNTUNGAN = (PENERIMAAN - BIAYA TOTAL)

318.633

- Mas = Rp. 59.333

- Kangkung = Rp. 89.300

7.

KEUNTUNGAN (JIKA TENAGA KERJA TIDAK DIBAYAR)

718.633

8.

ANALISA-ANALISA

IKAN MAS

- Harga Pokok Penjualan = (porto total/volume prod)

Rp./satuan

15.407

- R/C ratio                           = (penerimaan/biaya total)

-

1

- B/C ratio                           = (keuntungan/biaya total)

-

0

- Payback Period               = (investasi/keuntungan)

kali bisnis

9

- Net Interest Margin       = keuntungn/penerimn x 100)

%

6

KANGKUNG

- Harga Pokok Penjualan = (porto total/volume prod)

Rp./satuan

1.147

- R/C ratio                           = (penerimaan/biaya total)

-

1,7

- B/C ratio                           = (keuntungan/biaya total)

-

0,7

- Payback Period               = (investasi/keuntungan)

kali bisnis

2

- Net Interest Margin       = keuntungn/penerimn x 100)

%

43

Sumber:

BPPBAT Bogor, 2014. Akuaponik: Teknik Budidaya Hemat air dan Lahan. Bogor, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar.

Http://pusluh.Kkp.Go.Id/mfce/halaman-album-46-perikanan-budidaya-html diakses dalam 09/08/2016.

Https://www.Google.Co.Id/search

Sutrisno, dkk. 2013. Teknologi  Budidaya Ikan Air Tawar  Sistem Akuaponik. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan Halaman 188-199; Jakarta, Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

#Tag :