Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Penyakit Fungal (Jamur) Pada Ikan : Aphanomyces sp

Jamur ini adalah jenis lain penyebab penyakit saproligniasis. Jamur Aphanomyces sp termasuk ke pada Kelas Phycomycetes, Ordo Saprolegniales, dan Keluarga Saprolegniaceae yg membangun zoospore, & selanjutnya akan membangun spora yg ukuran 8,1-9,lima ?M dan miselium dengan berukuran 7,5-10,00 ?M. Jamur Aphanomyces sp bisa bereproduksi secara seksual juga aseksual & bersifat parasit obligat.

Gejala klinis serangan Aphanomyces sp dalam ikan mirip seperti infeksi yg ditimbulkan oleh Saprolegnia sp juga Achlya sp penyebab saproligniasis. Jamur ini menginfeksi daerah persendian, syaraf, dan otak yg menimbulkan kerusakan dalam ganglion otak. Ikan yang terjangkit mengalami paralisis sehingga nir sanggup berkecimpung & telentang pada dasar kolam hingga tewas. Bentuk infeksi

& morfologi Aphanomyces sp tersaji dalam Gambar berikut.

Bentuk infeksi dan morfologi Aphanomyces sp

Penyebab : Aphanomyces invadans

Bio-Ekologi Patogen :

  1. Merupakan penyakit borok (ulcer) disebabkan infeksi cendawan Aphanomyces invadans.
  2. Spora cendawan menginfeksi permukaan tubuh ikan, sehingga menimbulkan borok.
  3. Inang meliputi ikan air tawar dan payau antara lain: betutu, gabus, betok, gurame, lele dan tambakan.
  4. Tingkat kematian berkisar antara 20-80%

Gejala Klinis :

  1. Infeksi berawal dari adanya bintik merah pada permukaan tubuh.
  2. Hilang nafsu makan, warna tubuh gelap, berenang ke permukaan dan hiperaktif.
  3. Bintik merah berkembang menjadi luka/borok yang berwarna merah cerah dan/atau merah kecoklatan.

Diagnosa :

  1. Pengamatan hifa dan/atau miselia cendawan di bawah luka/borok pada tubuh ikan.
  2. Isolasi cendawan pada media agar dan diidentifikasi secara morfometris.
  3. Secara histopatologis ditemukan adanya hifa cendawan yang terletak di tengah sel granuloma pada jaringan di bawah luka/borok.

Ikan gurame ( Osphronemus gouramy ) yang mengalami luka akibat

terserang penyakit Epizootic Ulcerative Syndrome (EUS)

Luka/borok yang serius pada ikan belanak ( Mugil spp.) akibat

terserang penyakit Epizootic Ulcerative Syndrome (EUS) Pengendalian :

  1. Menetralkan kadar keasaman dan/atau alkalinitas air melalui pengapuran.
  2. Mengisolasi ikan sakit dan/atau membuang ikan yang telah mati.
  3. Persiapan wadah/kolam secara higienis dan steril terhadap keberadaan spora cendawan tersebut melalui pengeringan, pengapuran, desinfeksi, dll.

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA KEPITING BAKAU

Berkembangnya pangsa kepiting bakau (Scylla serrata) baik pada pada juga di luar negeri merupakan suatu tantangan untuk meningkatkan produksi secara berkesinambungan. Dengan mengandalkan produksi semata menurut alam/tangkapan, jelas tidak sepenuhnya bisa dibutuhkan transedental produksinya. Untuk itu perlu adanya usaha budidaya bagi jenis crustacea yg mempunyai nilai hemat tinggi.

Di sisi lain produksi kepiting selama ini secara holistik masih mengandalkan dari penangkapan di alam, yang transedental prodsuksinya nir dapat dipertahankan. Oleh karena itu sudah saatnya dilakukan usaha yang lebih rasional yaitu melalui sistem budidayanya.

Klasifikasi Kepiting Bakau

Penggolongan kepiting bakau secara lengkap berdasarkan ilmu taksonomi fauna (system pengelompokan fauna berdasarkan bentuk tubuh & sifat-sifatnya) bisa dipaparkan menjadi berkut :

Phyllum : Arthopoda

Class : Crustacea

Ordo : Decapoda

Familia : Portunidae

Genus : Scylla

Species : Scylla serrata

Morfologi Kepiting Bakau

Ukuran kepiting yg terdapat di alam bervariasi tergantung daerah & isu terkini. Misalnya diperairan bakau Ujung Alang, masih ada kepiting bakau menggunakan kisaran panjang karapas (kerangka luar) 18,80 mm-142,40 mm. Sedangkan diperairan bakau Segara Anakan didapatkan kepiting bakau dengan kisaran panjang karapas 19,20 mm-116,70 mm.

Berdasarkan lebar karapasnya, taraf perkembangan kepiting bisa di bagi menjadi 3 grup :

? Kepiting juwana, lebar karapas 20 mm-80 mm

? Kepiting menjelang dewasa, lebar karapas 70 mm-150 m

m ? Kepiting dewasa, lebar karapas 150 mm-200 mm

Tingkah Laku & Kebiasaan Kepiting Bakau

Secara generik tingkah laris dan kebiasaan kepiting bakau yg dapat diamati merupakan sebagai berikut :

? Suka berendam dalam lumpur acapkali berada didasar (bentic) dan menciptakan lubang dalam dinding atau pematang tambak pemeliharaan. Dengan mengetahui norma ini, maka kita dapat merencanakan atau mendesain tempat pemeliharaan sedekimian rupa supaya kemungkinan lolosnya kepiting yang dipelihara sekecil mungkin merugikan usaha penanganan hidup dan budidayanya. Karena sifatnya yang saling menyerang ini akan mengakibatkan kelulusan hayati rendah & menurunkan produktifitas tambak. Sifat kanibalisme yang paling mayoritas terdapat pada kepiting jantan, oleh karena itu budidaya monokultur pada produksi kepiting akan memberikan kelangsungan hayati lebih baik.

? Moulting atau berganti kulit. Sebagaiman jenis crustacea, maka kepiting jua memiliki sifat misalnya crustacean yg lain, yaitu moulting atau berganti kulit. Setiap berganti kulit kepitig akan mengalami pertumbuhan besar karapas maupun beratnya. Umumnya pergantian kulit akan terjadi sekitar 18 kali mulai menurut stadia awal sampai dewasa. Selama proses ganti kulit, kepiting memerlukan tenaga dan gerakan yang cukup kuat, maka bagi kepiting dewasa yang mengalami perlu loka yg relatif luas.

? Pertumbuhan akan terlihat lebih pesat dalam saat masih belia, hal ini berkaitan menggunakan frekuensi pergantian kulit pada waktu stadia awal tadi.Periode dan tipe ganti kulit penting merupakan pada melakukan pola usaha budidaya yang terkait dengan desain & kontruksi wadah, tipe budidaya dan pengelolaannya.

? Kepekaan terhadap polutan. Kualitas air sangat berpengaruh terhadap ketahanan hidup kepiting. Penurunan mutu air dapat terjadi lantaran kelebihan sisa pakan yg membusuk, bahan pencemar, dan adanya bahan-bahan logam berat, dll. Bila kondisi kepiting lemah, contohnya nir cepat menaruh reaksi jika dipegang & perutnya kosong jika dibelah, kemungkinan ini dampak berdasarkan menurunya mutu air. Untuk menghindari akibat yg lebih jelek lagi, selekasnya pindahkan kepiting ke tempat pemeliharaan lain yg syarat airnya masih segar.

Daerah Penyebaran

Daerah penyebaran kepiting bakau sangat luas, dari barat daya samudra fasifik hingga samudera hindia. Sebagai mana dijelaskan diatas bahwa negara yg terkenal menjadi pembudidaya kepiting bakau adalah Malaysia, Taiwan, Hawai , Australia & Filipina.

Lokasi Budidaya

Pemilihan lokasi adalah keliru satu unsur krusial pada usaha budidaya kepiting bakau. Lokasi yg sesuai adalah keliru satu penenentu keberhasilan bisnis budidaya kepiting. Hal ini tidak hanya memeberikan produksi yg aporisma, tetapi pula menaruh kemudahan pada pengelolaannya.

Fakrtor utama yg perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi budidaya kepiting yaitu tersedianya asal air baik kondisi juga jumlahnya, tipe & struktur tanah yg baik, tersedianya pakan yg cukup, dekat dengan sarana dan prasarana produksi, pasar yang baik, dan tersedianya energi lapang yang terampil.

Tambak pemeliharaan kepiting diusahakan mempunyai kedalaman 0,8-1,0 meter. Sumber air yang cocok adalah air payau atau air asin, karena kepiting merupakan penghuni wilayah pantai. Kadar garam yang bisa menaruh produksi tinggi yaitu berkisar antara 15-30 promil. Kisaran salinitas yang rentannya (15 point) memudahkan bagi petani pada menemukan wilayah yg sinkron.

Tanah yang cocok untuk budidaya kepiting adalah tanah yg mempunyai fungsi terutama buat pelawan air, lantaran fungsi ini berhubungan dengan fungsi tanah dasar dan tanah pematang tambak. Tanah yg baik buat penahan air merupakan tanah berlumpur menggunakan tekstur liat berpasir (sandy clay) atau lempung berliat (silty loam). Selain menjadi pelawan air tanah tambak jua berfungsi menjadi tempat hidup dan asal unsur hara bagi poly organisme yg sebagai asal pakan bagi kepiting.

Disain dan Kontruksi Tambak

Apabila perlakuan terhadap kepiting selama masa pemeliharaan kurang baik, seperti mutu air kurang diperhatikan, makanan tidak mencukupi maka pada ketika kepiting tadi mencapai kondisi biologis matang telur akan berusaha meloloskan diri, dengan jalan memanjat dinding/pagar atau menggunakan cara membuat lubang dalam pematang. Untuk menggindari hal tersebut, maka konstruksi pematang dan pintun air pelu diperhatikan secermat mungkin. Pada pematang dapat dipasang pagar kere bambu atau berdasarkan waring, hal ini mengurangi kemungkinan lolosnya kepiting.

Pemasangan pagar kere bambu atau waring pematang yang kokoh (lebar dua-4 meter) dilakukan diatas pematang bagian pinggir dengan ketinggian lebih kurang 60 centimeter.

Pada tambak yg pematang nir kokoh, pemasangan pagar dilakukan pada kaki dasar pematang menggunakan tinggi menimal 1 meter.

Penebaran Benih Kepiting Bakau

Pada lokasi penghasil kepiting tangkapan berdasarkan alam, pada ekspresi dominan benih untuk budidaya tradisisonalpetani hanya mengandalakn benih kepiting yang masuk secara alami dalam saat pasang surut air. Setelah beberapan bulan mulai dilakukan panen selektif dengan memungut kepiting yg siap jual.

Pada budidaya polikultur dengan ikan bandeng, ukuran benih kepiting dengan berat 20-50 gram bisa ditebar menggunakan kepadatan 1000-2000 e kor/Ha, & ikan bandeng gelondongan yg berukuran berat dua-lima gr ditebar dengan kepadatan 2000-3000 ekor/Ha. Pada budidaya system monokultur benih kepiting dengan ukuran misalnya tersebut diatas ditebar dengan kepadatan 5000-15000 ekor/Ha.

Metode yang dipakai buat tujuan produksi kepiting bertelur ada 2 macam yakni : menggunakan sistem kurungan & sistem karamba apung.

A. Sistem Kurungan

Kurungan bisa dibuat dari bahan bambu yang dibuat menjadi rangkaian. Lebar bilah bambu 1-2 cm menggunakan panjang 1,7 meter. Bilah-bilah bambu dirangkai secara teratur sehingga membangun kere atau semacam pagar. Kere ini kemudian dipasang pada saluran tambak memanjang pada bagian pinggirnya, bila dipasang pada tambak supaya ditempatkan paada bagian yg relatip pada & mendapat pergantian air yang relatif.

Kere atau pagar bambu ditancapkan sedalam 30 meter menggunakan bagian bawah dibuat lebih kedap yg bertjuan agar kepiting tidak lolos. Untuk penempatan kurungan dalam saluran tambak ukurannya disesuaiakan menggunakan lebar saluran tadi agar nir menggangu kelancaran aliran saluran tambak ytersebut. Untuk skala yang lebih akbar dapat memakai petakan tambak dengan luasan antara 0,25-0,50 Ha dengan pagar keliling darin kere bambu ataupun waring.

B. Keramba apung

Selain menggunakan kerungan, untuk budidaya kepiting betelur dapat jua memakai keramba apung. Karamba apung dibentuk dari rangkain bilah bamboo seperti dalam pembuatan kere,kemudian kere yg telah jadi dirangkai sebagai kotak yg ukurannya diubahsuaikan menggunakan lokasi dimana karamba apung akan ditempatkan.

Selanjutnya dalam sisi panjang yang antagonis dipasang pelampung yg dibuat berdasarkan potongan bambu yg masih utuh atau menurut bahan lainnya. Penempatan karamba apung ini pada temapt bergantian airnya, misalnya pada saluran, tepi sungai dan loka lainnya yang memenuhi kondisi diatas.

Proses produksi kepiting bertelur paling lama berlangsung kurang lebih 5-14 hari atau tergantung berukuran awal penebaran. Singkatnya masa pemeliharaan ini jua dimungkinkan karena kepiting betina yang ditebar menggunakan berat kurang lebih 150 gram umumnya telah mengandung telur.

Pakan

Pakan yg baik merupakan pakan yang sesuai menggunakan perkembangan kepiting. Masing-masing tahp perkembangan (stadia) kepiting, memerlukan jenis pakan yang tidak sama. Untuk lebih mudahnya dalam penyediaan pakan kepiting dibagi sebagai 2 tahap perkembangan hayati. Pertama larva misalnya benih, ke 2 benih sampai berukuran konsumsi/induk

Pada stadium larva kepiting cenderung menjadi pamakan plankton. Semakin besar ukurannya, kepiting manjadi omnivora atau pemakan segala. Sesuai dengan kebiasaan makannya di alam, jenis pakan yang disukai antara lain chlorella, ikan kecil ataupun anak ikan & udang-udangan misalnya rotifera (Brachianus plicatilis) dan artemia.

Berbagai jenis pakan seperti : ikan rucah, usus ayam, kulit sapi, kulit kambing, bekicot, keong sawah, dan lain-lain. Dari jenis pakan tadi, ikan rucah segar lebih baik dilihat dari fisik juga kimiawi & peluang buat segera dimakan lebih cepat karena begitu ditebar akan tenggelam. Hal ini berkaitan erat menggunakan kebiasaan kepiting yang biasa makan didasar.

Pemberian pakan pada bisnis pembesaran hanya bersipat suplemen dengan dosis lebih kurang lima %. Lain halnya dalam usaha kepiting bertelur & bisnis penggemukan, anugerah pakan harus diperhatikan menggunakan dosis antara lima-10 % berdasarkan berat kepiting yang dipelihara. Kemauan makan kepiting muda lebih besar , lantaran dalam periode ini diharapkan sejumlah kuliner yang relatif poly buat pertumbuhan dan proses ganti kulit.

Pakan protesis atau pakan yg diramu sendiri juga sanggup digunakan untuk pembesaraan kepiting. Kelebihan pakan protesis dibanding pakan segar, yakni dapat dibentuk & dipakai setiap waktu sehingga ketersediaannya lebih terjamin. Selain itu kandungan gizinya bisa diatur sendiri & biayanya sanggup disesuaikan menggunakan keadaan modal.

Pemanenan

Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa pemanenan kepiting bisa dilakukan secara selektif, dimana pemanenan ini dilakukan menggunakan jalan memilih kepiting yg ukurannya sudah mencapai berukuran konsumsi. Selain itu pemanenan jug dapat dilakukan dengan jalan pemanenan sekaligus yaitu kepiting dipanen secara sekaligus (dilakukan pengeringan air tambak/wadah budidaya) kepiting.

PENYAKIT KEPITING BAKAU

Penyakit yang seringkali menyerang kepiting bakau selama ini diketahui bahwa denagn kematian yg tinggi terjadi pada stadium yang ebrbedfa terutama dalam taraf-taraf zoea awal, akhir, & megalopa, keliru satu factor penyebabnya adalah fungi.

Adapun timbulnya jamur tadi akibat kondisi lingkungan media pemeliharaan yang tidak stabil, contohnya temperatur naik cuup tinggi dalam siang hari dan turun dastis pada malam hari dan kadar oksigen terlarut yg rendah sebagai akibatnya menyebabkan kepiting tersebut sebagai stress dan memudahkan patogen buat menyerang.

DAFTAR PUSTAKA

Amri, K. 2003 ?Budidaya Udang Windu Secara Intensif (Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis)?, Agromedia Pustaka. Jakarta

Dahuri. 2002 ?Koran Waspada Februari 2004?.

Nur, Syaripah. 2004 ?Progam Pengembangan Udang Windu di Kabupaten Lampung Timur?, STPP Bogor

Ichsan M. Dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Kepiting Bakau Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

#Tag :

Penyakit Fungal (Jamur) Pada Ikan : Achlya sp

Achlya sp jua merupakan jenis jamur yang poly ditemukan sebagai agen infeksius pada penyakit ikan. Jamur ini pula penyebab penyakit saproligniasis, selain yang ditimbulkan oleh Saprolegnia sp & Aphanomyces sp. Gejala klinis seperti misalnya agresi Saprolegnia sp, yaitu menyerang organ eksternal ikan misalnya kulit, sirip, & insang, telur, dan organ yg terserang menujukkan tanda ditumbuhi benang-benang halus misalnya kapas. Gejala klinis lainnya merupakan timbulnya borok dampak agresi sekunder, lalu berkembang menembus jaringan kulit, dan meluas sampai ke tulang belakang ikan yg mengakibatkan ikan kehilangan sebagian komponen tubuh posteriornya. Bentuk infeksi dan morfologi Achlya sp tertera dalam Gambar berikut.

Penyebab : Saprolegnia spp. Dan Achlya spp.

Bio ? Ekolgi Patogen :

  1. Memiliki hifa yang panjang dan tidak bersepta, hidup pada ekosistem air tawar namun ada yang mampu hidup pada salinitas 3 promil.
  2. Tumbuh optimum pada suhu air 18-26 oC. Reproduksi secara aseksual, melalui hifa fertil untuk memproduksi spora infektif.
  3. Menginfeksi semua jenis ikan air tawar dan telurnya.
  4. Serangan bersifat kronis hingga akut, dapat mengakibatkan kematian hingga 100%.

Gejala Klinis :

  1. Terlihat adanya benang-benang halus menyerupai kapas yang menempel pada telur atau luka pada bagian eksternal tubuh ikan.
  2. Miselia (kumpulan hifa) berwarna putih atau putih kecoklatan.

Diagnosa :

  1. Pengamatan hifa dan/atau miselia cendawan pada tubuh ikan, terutama pada luka dan/atau di sekitar sirip ikan.
  2. Pengamatan hifa dan/atau miselia cendawan secara mikroskopis pada slide glass.
  3. Isolasi cendawan pada media agar dan diidentifikasi secara morfometris.

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA IKAN MAS

Budidaya ikan mas ini sudah berkembang pesat dikolam biasa, di sawah, waduk, sungai air deras, bahkan dipelihara di karamba di perairan generik. Adapun sentra produksi ikan mas merupakan Ciamis, Sukabumi, Tasikmalaya, Bogor, Garut, Bandung, Cianjur, Purwakarta.

Klasifikasi

Dalam ilmu taksonomi fauna, ikan mas mempunyai klarifikasi sebagai berikut:

? Kelas : Osteichthyes

? Anak bangsa : Actinopterygii

? Bangsa : Cypriniformes

? Suku : Cyprinidae

? Marga : Cyprinus

? Jenis : Cyprinus carpio L

Morfologi Ikan Mas

Saat ini ikan mas mempunyai banyak strain dan jenis disparitas cirri dan ras ini pada akibatkan adanya interaksi antara genotif dan lingkungan kolam, isu terkini & cara pemeliharaan yang terlihat berdasarkan penampilan bentuk fisik, bentuk tubuh & warnanya

Adapun morfologi berdasarkan ikan mas dari beberapa strain adalah menjadi berikut :

a. Ikan mas punten : sisik berwarna hijau gelap; rabat badan paling pendek; bagian punggung tinggi melebar; mata agak menonjol; gerakan lincah; perbandingan antara tinggi badan dengan panjang badan antara 2,tiga:1.

B. Ikan mas sinyonya : sisik berwarna kuning muda ; badan relatif panjang matra dalam ikan muda nir terlalu sipit sedangkan ikan dewasa bermata sipit ; gerakannya lamban ; lebih senang di bagian atas air ; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,6 :1.

C. Ikan mas majalaya : sisik berwarna hijau keabu-abuan menggunakan tepi sisik lebih gelap ; punggung tinggi ; badan nisbi pendek ; gerakan lamban jika diberi pakan akan muncul kepermukaan air ; perbandingan panjang badan menggunakan tinggi badan antara tiga,dua :1.

D. Ikan mas taiwan : sisik berwarna hijau kekuning-kuningan ;badan relatif panjang ; penampang punggung mambulat ; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan 3,6 :1.

2.1. Habitat & norma hayati

Adapun habitat & kebiasaan hayati ikan mas adalah sebagai berikut :

a Tanah buat pemeliharaan adalah tanah liat berlempung, tidak porous.

B Kemiringan tanah berkisar tiga-lima% memudahkan pengairan kolam secara garvitasi.

C Hidup pada ketinggian 150-1000 m dpl.

D PH yang baik adalah antara 7-8

e Suhu air berkisar 20 25 ?C.

F Akualitas air harus bersih tidak keruh & tidak .

Persiapan Sarana Pemijahan

Hal yg harus diperhatikan pada pemijahan ikan masadalah menjadi berikut:

o Kolam pemijahan tidak berlumpur dan bercadas

o Induk ikan harus matang gonad

o Media penyimpan telur (kakaban) harus bersih o Pemberian pakan

Pemilihan Induk

Induk yg baik dan yang telah matang kelamin usahakan :

o Berumur 1,5 ? Tiga tahun.

O Badan sehat nir stigma & berenang normal.

O Bentuk kepala nisbi lebih kecil menurut badannya.

O Gerakan wajib tangkas dan gesit, terutama induk jantan

Proses Pemijahan

Untuk keberhasilan pemeliharaan ikan mas wajib dipenuhi beberapa kondisi yg penting yg sesuai dengan kebiasaan berkembangbiaknya. Ikan mas umumnya menghendaki air yan baru untuk merangsang pemijahannya. Oleh karenanya pada pemijahan ikan mas aliran air harus lancar.

Selain itu sifat telur ikan mas yang menempel, harus selalu disediakan alat berupa kakaban sebagai loka buat tempat melekat telur. Setelah kolam pemijahan siap, lalu tebarkan induk yg telah diseleksi dimasukkan kedalam kolam pemijahan dengan perbandingan jantan dan betina umumnya memakai berat badan 1 : 1, apabila induk betina beratnya 3 kg, maka jantannya pula memiliki berat yg sama. Dan jika seluruh persiapan lancar, maka proses pemijahan akan berlangsung kurang lebih jam 24.00. Hal ini akan ditandai dengan aktifitas ikan jantan mengejar ? Ngejar induk betina. Dan pada pagi hari telur ? Telur akan terlihatan melekat dikakaban & rona telur kuning cerah.

Penetasan Telur

Setelah induk dimuntahkan, maka kondisi air harus dijaga menggunakan cara air terus alirkan dan jangan sampai berhenti, karena telur ? Telur membutuhkan air yang kaya oksigen dan suhunya stabil. Kurang lebih dua hari lalu telur akan menetas. Penetasan ini umumnya tidak berlangsung sekaligus melainkan secara sedikit demi sedikit sinkron dengan pengeluaran telurnya. Larva yang baru menetas belum membutuhkan makan tambahan dari luar lantaran masih menyimpan kuliner pada tubuhnya berupa kuning telur (yolk egg).

Pendederan

Setelah benih berumur 5 ? 7 hari semenjak telur menetas, segara dipindahkan ke kolam pendederan. Pemindahan benih ini mudah ? Gampang susah, karena harus dilakukan dengan hati ? Hati. Pemindahan ini usahakan dilakukan dalam saat suhu air masih rendah yaitu pagi hari atau sore hari. Pemasukan benih ke pada kolam jangan dilakukan dengan tergesa ? Gesa, namun sebaiknya dilakukan penyusuai suhu terlebih dahulu supaya benih nir mengalami tertekan dampak perubahan suhu. Tinggi air di kolam pendederan usahakan tidak lebih dari 40 centimeter lantaran benih yang masih lemah nir tahan apabila terlalu banyak.

Pembesaran

Benih hasil pendederan ( ukuran 5 ?8 cm ) baru mampu dinikmati sebagai ikan konsumsi sesudah berumur 4 ? 6 bulan yg dipelihara di kolam pembesaran. Sebelum benih dipindahkan ke kolam pembesaran usahakan kolam dipersiapkan terlebih dahulu.

HAMA PENYAKIT DAN PENCEGAHANNYA

Dalam bisnis pemeliharaan ikan, hama & penyakit merupakan faktor penting yg perlu diperhatikan karena dapat mengakibatkan kerugian & kematian bagi ikan yang dipelihara. Umumnya penyakit ikan ada lantaran syarat lingkungan kolam yang buruk. Keadaan ini dapat terjadi karena persiapan dan perawatan kolam yg kurang baik. Selain itu tingginya kadar bahan organik & anorganik serta banyaknya sisa pakan yang yg tidak habis dimakan oleh ikan sebagai akibatnya mengakibatkan pembusukan didasar kolam.

Adapun penyakit ikan mas yang acapkali menyerang dalam umumnya tanda-tanda dan cara pengobatannya adalah menjadi berikut :

1. White spot (bintik putih)

a. Gejala : dalam bagian tubuh (kepala, insang, sirip) terdapat bintik-bintik putih, pada infeksi berat terdapat lapisan putih yang jelas, megosok-gosokan badannya pada benda yang ada disekitarnya. Pengobatan kimia : direndam dalam larutan methylene blue 1% (1 gr/100 cc air) larutan ini diambil 2-4 cc kedalam 4 liter air selama 24 jam & direndam pada garam dapur NaCl selama 10 mnt dengan dosis 1-tiga gram/100 cc air. Pengobatan alami : direndam pada ekstrak sambiloto atau ektrak pare.

2. Bengkak insang dan badan (myxosporesis)

a. Tanda-tanda : bagian punggung terjadi pendarahan tutup insang terbuka & masih ada titik merah.

B. Pengobatan kimia : pengeringan total lalu tabur kapur tohor 200 gr/m?, abaikan selama 1-2 minggu.

C. Pengobatan alami : dilakukan perendaman pada ekstrak daun sirih

3. Cacing insang, sirip dan badan (dactypogyrus & girodactylogyrus)

a. Gejala : ikan tampak kurus, warna kusam, sirip ekor kadang-kadang rontok, ikan seringkali mengosok-gosokan badannya ke benda-benda yang keras. B. Pengobatan kimia : direndam pada larutan formalin menggunakan takaran 250 gr/m? Selama 15 menit, & direndam pada larutan methylene blue 3 gram/m? Selama 24 jam.

C. Pengobatan alami : rendam selama 1 minggu pada larutan daun miana dengan takaran 50 lembar/100 liter air.

4. Argulasis (kutu air)

a. Tanda-tanda : benih dan induk menjadi kurus karena dihisap darahnya, pada kulit insang terdapat bercak merah.

D. Pengobatan kimia : direndam pada garam dapur menggunakan dosis 20 gr/ liter air selama 15 mnt & direndamdalam larutan PK 10 ppm (10 mililiter/m?) selama 30 menit.

E. Pengobatan alami : direndam pada larutan ekstrak kunyit selama 1 minggu dengan takaran 1 gram/L air

5.Jamur (saprolegniasis)

a. Tanda-tanda : menyerang ketua, tutup insang, sirip dan lain sebagainya, tubuh ikan misalnya kapas, telur ikan mas seperti berbenang halus misalnya kapas.

B. Pengobatan kimia : direndam dalam cairan malactile gren oxalat (MGO) dosis 3 gr/m? Selama 30 mnt bila telur yg tersaerang direndam pada larutan MGO 2-tiga gram/m? Selama 1 jam.

C. Pengobatan alami : rendam pada larutan ekstrak kunyit

6. Gatal (trichodina) ? Tanda-tanda : suka menggosok-goskan badan pada sisi kolam, bak atau aquarium. Gerakan lamban

? Pengobatan kimia : rendam selama 15 mnt pada larutan formalin 150-200 ppm

? Pengobatan alami : ektrak kunyit menggunakan takaran dua-4 gr/50 liter air selama 1 minggu 7. Bakteri psedomonas flurescens

a. Tanda-tanda : pendarahan dan bobok pada kulit, sirirp ekor terkikis

b. Pengobatan kimia : hadiah pakan yang dcampur oxytetracycline 25-30 mg/kg ikan atau sulafa merazine 200 mg/kg ikan selama 7 haru berturut-turut.

C. Pengobatan alami : rendam dalam ekstrak daun miana 10 lbr/100 liter airselama 1 minggu 8. Bakteri aeromonas punctata

a. Gejala : warna badan suram, tidak cerah, kulit kesat dan melepuh, cara bernapas megap-megap, kantong empedu gembung, pendarahan pada organ hati & ginjal

b. Pengobatan kimia :penyuntikan chloramphenicol 10-15 mg/kg ikan atau streptomycin 80-100 mg/kg ikan selama 7 hari berturut-turut.

C. Pengobatan alami : pakan dicampur dengan parut kunyit menggunakan dosis 4-5 gr/kg pakan berikan selama 7 hari berturut-turut.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto,E & Evi Liviawati? Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan?. Kanasius. Yogyakarta 2000.

Daelami, Deden A.S ? Agar Ikan Sehat?. Penebar Swadaya. Jakarta 2001.

Http://dunia-perairan.Blogspot.Com/2012/07/ikan-mas.Html

Lingga, P dan Heru Susanto? Ikan Hias Air Tawar?. Penebar Swadaya. Jakarta 1989.

Wijayakusuma, Hembing. H.M, Setiawan Dalimarta & A.S. Wrian? Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia?. Pustaka Kartini. Jakarta.

Www.Kkp.Go.Id. ? Penyakit Ikan?. 2005.

Www.Iptek.Net.Id.? Budidaya ikan mas? 2005.

Argasasmita G.M. Dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Ikan Mas Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

#Tag :

Penyakit Fungal (Jamur) Pada Ikan : Saprolegnia sp

Salah satu kelompok jamur yang sering menyerang ikan air tawar adalah Saprolegnia sp. Saprolegnia sp merupakan penyebab penyakit saproligniasis. Penyakit ini dikenal dengan nama fish mold yang dapat menyerang ikan dan telur ikan. Saprolegnia sp termasuk ke dalam Subdivisi Zygomycotina/ Zygomycetes, Kelas Oomycetes, Ordo Saprolegniales dan kelompok fungi non septat. Jamur ini bereproduksi secara seksual (spora~oospora) dan juga aseksual (antheridia dan oogonia) yang mengalami kematangan. Jamur ini menyerang sebagian besar ikan air tawar, umumnya ikan mas, tawes, gabus, gurami, nila, dan lele. Selain itu, juga menyerang ikan kakap yang dipelihara di salinitas rendah.

Gejala klinis serangan Saprolegnia sp antara lain ikan dan telur yang terserang dapat diketahui dengan mudah karena terlihat benang putih yang kasat mata, terjadi peradangan, granuloma, bagian yang diserang ditumbuhi misellium seperti kapas (white cotton growth), serta dapat menyebabkan kematian akibat masalah osmosis atau respirasi yang berat pada kulit dan insang. Bentuk infeksi

Saprolegnia sp dan morfologi Saprolegnia sp disajikan dalam Gambar berikut.

Bentuk infeksi dan morfologi Saprolegnia sp

Penyebab : Saprolegnia spp. Dan Achlya spp.

Bio ? Ekolgi Patogen :

  1. Memiliki hifa yang panjang dan tidak bersepta, hidup pada ekosistem air tawar namun ada yang mampu hidup pada salinitas 3 promil.
  2. Tumbuh optimum pada suhu air 18-26 oC. Reproduksi secara aseksual, melalui hifa fertil untuk memproduksi spora infektif.
  3. Menginfeksi semua jenis ikan air tawar dan telurnya.
  4. Serangan bersifat kronis hingga akut, dapat mengakibatkan kematian hingga 100%.

Gejala Klinis :

  1. Terlihat adanya benang-benang halus menyerupai kapas yang menempel pada telur atau luka pada bagian eksternal tubuh ikan.
  2. Miselia (kumpulan hifa) berwarna putih atau putih kecoklatan.

Diagnosa :

  1. Pengamatan hifa dan/atau miselia cendawan pada tubuh ikan, terutama pada luka dan/atau di sekitar sirip ikan.
  2. Pengamatan hifa dan/atau miselia cendawan secara mikroskopis pada slide glass.
  3. Isolasi cendawan pada media agar dan diidentifikasi secara morfometris.

Benih ikan patin ( Pangasius spp.) yang terserang penyakit

saprolegniasis akibat penanganan yang kurang baik.
Ikan mas ( Cyprinus carpio ) yang terlebih dahulu terinfeksi oleh virus,

selanjutnya diperparah menggunakan serangan penyakit saprolegniasis

Pengendalian :

  1. Menaikkan dan mempertahankan suhu air ≥ 28 oC dan/atau penggantian air baru yang lebih sering.
  2. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara perendaman dengan : Kalium Permanganate (PK) pada dosis 1 gram/100 liter air selama 90 menit.; Formalin pada dosis 100-200 ppm selama 1-3 jam.; Garam dapur pada konsentrasi 1-10 promil (tergantung spesies dan ukuran) selama 10-60 menit; Methylene Blue pada dosis 3-5 ppm selama 24 jam.

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA IKAN KERAPU LUMPUR

Beberapa jenis ikan laut yg memiliki nilai irit krusial sudah poly di budidayakan pada kurungan apung pada perairan Riau,Pantai Utara Jawa, Sulawesi Selatan dan daerah lainnya. Salah satu jenis ikan yang di budidayakan adalah ikan kerapu lumpur (Ephinephelus tauvina).Umumnya benih ikan kerapu lumpur yang pada budidayakan masih berasal dari alam, diperoleh menggunakan alat tangkap bubu. Praktis aktivitas budidaya sangat tergantung berdasarkan kuantitas juga kualitas benih alam dan musiman.

Dengan semakin banyaknya permintaan ikan kerapu untuk pasar domestik juga pasar internasional, maka benih sebagai sumber produksi akan sulit dipenuhi dari alam dan penyediaanya tidak bisa kontinyu. Berdasarkan fenomena itu maka kita nir boleh berharap akan pemenuhan benih menurut alam, tetapi wajib mulai mengalihkan perhatian ke usaha pembenihan buatan.

Jumlah jenis ikan kerapu terdapat 46 species yang hidup pada banyak sekali tipe tempat asli menurut jumlah tersebut ternyata berasal berdasarkan 7 genus, yaitu Aethaloperca, Anyperodon, Cephalophilis, Cromileptes, Epinephelus, Plectropomos,& Epinephelus yg sekarang digolongkan ikan komersial & mulai pada budidayakan. Lebih lengkapnya sistematika ikan kerapu adalah sebagai berikut:

Class : Telestomi/ Teleostei

Sub class : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Sub- ordo : Percoide

Familia : Serranidae

Sub familia : Epinephelinae

Genus : Epinephelus

Species : Epinephelus suillus

Jenis Kerapu Lumpur/ balong/ estuary grouper (Epinephelus spp)

Bentuknya memanjang dan gilik. Warna dasarnya abu-abu belia menggunakan bintik-bintik. Jenis Epinephellus suillis berbintik cokelat menggunakan lima pita vertical berwarna gelap. Jenis kerapu ini dulunya dikenal sebagai E. Tauvina, E. Malabaricus memiliki bentuk yg hampir sama dengan E. Suillus, namun bintiknya lebih kecil dan berwarna hitam. Kerapu E. Suillus banyak masih ada di teluk Banten, segara Anakan, Kep. Seribu, lampung, & kawasan daerah muara sungai.Di wilayah tersebut umumnya masih ada banyak lumpur sehingga ikan ini dianggap kerapu Lumpur. Ikan ini telah poly di budidayakan karena pertumbuhannya paling cepat dibanding kerapu lain serta benihnya tersedia paling poly.

Benih yg berukuran kecil gampang ditangkap dengan alat sodo/sudu, & bubu. Sedangkan yang berukuran akbar ditangkap menggunakan pancing, bagan, sero & bubu. Di Indonesia ikan ini berhasil dipijahkan pada pada bak yang terkontrol, tetapi pemeliharaan larvanya masih adalah masalah yang belum terpecahkan.

.

BUDIDAYA

Bahan dan Metode

? Induk Jantan sebanyak 4 ekor, berukuran berat 9,5-11kg/ ekor, panjang 83-86cm.

? Induk betina sebanyak 6 ekor, ukuran berat 6-8kg/ekor, panjang 72-80 centimeter.

? Pakan induk berupa ikan segar berdasarkan jenis selar, japuh & tanjan yang kandungan proteinnya tinggi & kandungan lemaknya rendah.

? Kurungan apung buat pemeliharaan induk ukuran tiga x 3 x tiga m. Bak pemijahan kapasitas 100 ton

Metoda

Untuk merangsang terjadinya perkawinan antara induk jantan daqn betina matang kelamin dipakai metode manipulasi lingkungan terkontrol.

Langkah kerja :

1. Seleksi induk di rakit pemeliharaan buat mendapatkan induk jantan & betina yg sudah matang kelamin.

2. Induk dipindahkan ke bak pemijahan yg sudah di isi air bahari bersih dengan tinggi 1,5m & salinitas ?32 ppt.

3. Dilakukan manipulasi lingkungan dengan cara meningkatkan dan menurunkan permukaan/tinggi air setiap hari.Permukaan air diturunkan sampai kedalaman 30 cm menurut dasar bak mulai jam 9.00 hingga 14.00. Setelah jam permukaan air di kembalikan ke posisi semula (tinggi air 1,5 m).

4. Pengamatan pemijahan ikan pada lakukan setiap hari sesudah senja hingga malam hari.

5. Jika diketahui ikan sudah terjadi pemijahan, telur segera pada panen dan pada pindahkan ke bak penetasan.

Tingkah Laku dan Kebiasaan Makan

Menurut Akbar (2000), bahwa ikan kerapu tergolong buas (carnivora) yg rakus, sifat kanibalnya akan timbul apabila kekurangan pakan, hidupnya menyendiri dan banyak ditemui pada wilayah terumbu karang. Pengamatan menunjukan bahwa kerapu memiliki norma makan dalam pagi hari sebelum surya terbit dan sore hari menjelang terbenam (Tampubolon pada Ditjenkan, 1999).

Di alam kerapu mencari makan sambil berenang diantara batu karang, lubang atau celah-celah karang yang adalah tempat persembunyiannya dan hanya kepalanya saja yang kelihatan, berdasarkan loka itulah kerapu menunggu mangsanya, bila mangsa tampak berdasarkan jauh kerapu melesat menggunakan cepat buat menangkap dan menelan mangsanya kemudian segera pulang ke loka persembunyiannya. Kerapu yg dipelihara pada dalam Karamba Jaring Apung (KJA) atau pada bak terkontrol mempunyai kebiasaan menyergap pakan yg diberikan satu persatu sebelum pakan itu sampai ke dasar. Kerapu yang dalam keadaan lapar terlihat siaga dan selalu menghadap ke bagian atas dengan mata beranjak-mobilitas mengintai & siap buat memangsa pakan.

Jenis pakan yg disukai merupakan udang krosok, belanak, jenaha, cumi-cumi yg ukuran 10-25% dari ukuran tubuhnya (Akbar, 2000). Perbandingan jumlah pakan menggunakan berat ikan akan menurun sesuai menggunakan pertumbuhan berat tubuhnya.

PENYAKIT

Di lingkungan alam, ikan dapat diserang penyakit banyak sekali macam penyakit atau parasit. Demikian jua dalam pembudidayaan, bahkan penyakit atau parasit dapat menyerang dalam jumlah yg lebih akbar & dapat mengakibatkan kematian dalam ikan.

Penyakit pada definisikan menjadi gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh. Penyakit dapat menyebabkan kematian, kekerdilan, periode pemeliharaan lebih lama , tingginya konversi pakan, taraf padat tebar yang lebih rendah,dan hilangnya/ menurunya produksi.

Penyebab-penyebab penyakit antara lain strs, organisme patogen (misalnya protozoa,bakteri,dan virus), perubahan lingkungan (sepertimadanyan blooming yang berkembang pada jumlah yang poly misalnya alga).Faktor racun (seperti takaran obat yg berlenihan),& kekurangan nutrisi. Penyebab yang tidak selaras akan menyebabkan pula disparitas pertanda-pertanda eksternal ikan yang sakit, contohnya kematian mendadak, perubahan tingkah laris,nir mau makan,dan sisik terlepas.

Pengontrolan penyakit pada ikan kerapu

Penyakit yg tak jarang menyerang ikan kerapu adalah kutu kulit (skin flukes) seperti Neobendenia spp, dan Bendenia spp. Parasit ini sanggup dihilangkan menurut ikan yang terjangkit menggunakan cara merendam ikan di air tawar selama 15 menit, parasit tersebut tidak berwarna (transparan) namun akan berubah menjadi putih pada pada air tawar.

Penyakit lain yg tak jarang terjadi pada budidaya ikan kerapu merupakan sirip busuk dan kulit keabu-abuan menggunakan luka kemerahan. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri, terutama Flexibacter spp dan Vibrio spp. Pemberian Oxytetracycline (OTC) sebanyak 50 mg atau Oxolinic acid (10- 30 mg) per kg berat badan ikan secara berkaitan dengan mulut relatif efektif untuk mengatasi infeksi tadi.

Dua jenis penyakit virus yaitu, Viral Nervous Necrosis (VNN) dan Iridovirus apabila menyerang dalam ikan budidaya dapat menyebabkan kematian, lantaran penyakit ini belum terdapat obatnya. Untuk mencegah agar nir berkelanjutan dilakukan dengan cara mengurangi stress dalam ikan.

Beberapa organisme yang dapat menyebabkan penyakit ikan ialah dari golongan crustacea, cacing, protozoa, fungi, bakteri dan virus. Dari banyak sekali organisme tersebut yang seringkali menyerang ikan kerapu budidaya diantaranya :

Pengobatan secara alami

Untuk pengobatan alami dalam penyakit ikan kerapu lumpur digunakan yang terserang penyakit karena luka sanggup dipakai bahan-bahan obat alami yang bahan kandungannya hampir sama menggunakan pengobatan kimia

1.Kikisan kayu jati/kayu cendana 1 sendok makan, ditaburkan pada luka yg telah membusuk. 2.Daun sri kaya 10 lembar, pada cuci lalu pada tumbuk halus bubuhi air kapur seperlunya lalu urapkan padaluka yg berdarah & pada balut tiga.Daun murbei 8 lembar, buah 1 biji gula enau 1jari,bahan ini di giling halus lalu di beri air kapur sirih seperlunya.

Jenis-jenis parasit yg menyerang Kerapu Lumpur.

1. Protozoa

Protozoa merupakan grup penyebab penyakit yang paling penting karena bisa menyebabkan patogen dalam ikan budidaya. Protozoa merupakan hewan bersel satu, berukuran 10-500 um, & bisa ditinjau menggunakan bantuan nmikroskop. Jenis protozoa yang sering menyerang ikan kerapu yaitu Cryptocayon sp. Penyakitnya dianggap cryptocaryoniosis atau bintik putih (white spot) Organisme ini menyerang ikan pada bagian kulit dan insang. Tanda-indikasi ikan yg diserang penyakit ini yaitu hilangnya selera makan, indolen, mata sebagai buta, sisik terkupas, kadang?Kadang ada pendarahan, dan kerusakan sirip dan insang mengalami kerusakan dan terlihat poly lendir yg melekat. Cara penanggulagan penyakit dengan obat kimia yaitu: perendaman dengan Acrivalin konsentrasi lima-10 g selama 3 hari berturut-turut.

2. Infeksi Trichodina

Jenis Cilliata, menyerang insang dan permukaan kulit. Parasit ini tidak terlalu berbahaya tetapi jika serangannya berat bisa merangsang produksi lendir atau dapat jua menimbulkan peradangan. Penanganan parasit ini sama dengan penanganan pada parasit insang yaitu dengan perendaman formalin 30 ppm selama 24 jam.Cara penangulangan menggunakan bahan kimia yaitu : Infestasi monogenia perendaman menggunakan H2O2 150 ppm selama 30 mnt. Pengobatan dengan obat alami menggunakan memakai daun sambiloto menggunakan takaran 1

tiga. Nerocila sp

Nerocila sp termasuk golongan crutacea (hewan yg beruas-ruas) & bersifat vivipar, yaitu telur-telur di inkubasi pada bagian sisi bawah perut, sehabis menetas baru pada lepaskan agar berenang bebas & menyerang ikan lain.Hewan ini merupakan parasit yg menyerang ikan ukuran lebih 50 g. Ukuran tubuh nerocila yg dewasa kurang lebih 2-3 cm dan gampang dilihat menggunakan mata umumnya nerocila menyerang bagian insang ikan sebagai akibatnya pernapasan ikan terganggu. Namun, kadang-kadang ditemukan juga pada rongga hidung ikan yang ukuran akbar. Parasit ini ditanggulangi menggunakan cara sebagai berikut. Keramba diangkat & ikan dimasukkan dalam bak, kemudian keramba tadi disemprot menggunakan larutan formalin, sedangkan ikan-ikan yg ada di pada bak direndam dalam formalin 200 ppm beberapa mnt sampai nerocila rontok sendiri dan mampu pada buang.

4. Cacing

Cacing yg menjadi perasit ikan kerapu budidaya umumnya jenis Diplectanum. Cacing ini berukuran 0,lima-1,9 mm dan mempunyai karakteristik spesifik, pada ujung depan masih ada 2 pasang mata. Cacing menyerang insang. Ikan sehingga rona insang menjadi pucat & kelihatan berlendir. Penyerangan penyakit ini acapkali pada barengi menggunakan penyakit lain, misalnya vibnriosis (bakteri vibrio)

Beberapa cara penanggulangan ikan yg diserang parasit Diplectanum sebagai berikut:

o Ikan- ikan yang terserang direndam pada larutan formalin menggunakan dosis 200 ppm selama 0,lima -1 jam dan diulang sesudah 3 hari.

O Ikan kerapu yg diserang direndam dalam air tawar selama 1 jam atau pada air yang mengandung acrivlavin 100 ppm selama 1 mnt atau 10 ppm selama 1jam.

5. Oodiniasis

Oodiniasis disebabkan sang protozoa Amyloodium ocellatum. Biasanya menyerang pada lamella insang sehingga insang yg terserang berwarna pucat. Pengendalian parasit ini bisa dilakukan menggunakan perendaman 200 ppm formalin selama 1jam.

6. Skin Monogenic Trematode/ Cacing Kulit

Skin Monogenic Trematoda sering dianggap jua dengan Skin Flukes. Spesies yang tak jarang menyerang ikan kerapu adalah Benedenia sp. & Neobenedenia sp. Parasit ini menyerang pada mata sebagai akibatnya mata menjadi opaque, berwarna putih keruh & bisa mengakibatkan kebutaan. Apabila parasit ini menyerang permukaan tubuh ikan maka kulit ikan menjadi luka sebagai akibatnya memudahkan serangan sekunder bakteri menyerang ikan. Pengendalian parasit ini merupakan dengan perendaman 150 ppm

H2O2 30 % selama 30 mnt atau menggunakan air tawar selama lima - 10 mnt. Treatment ini diulangi 7 hari kemudian. Pengobatan menggunakan obat alami yaitu dengan menggunankan daun murbei karena fungsinya megobati radang mata merah. Dosis lima-10g

7. Gill Monogenic Trematode/ Cacing Insang

Gill monogenic trematode diklaim juga gill flukes, khusus menyerang insang. Ikan yg terjangkit kehilangan nafsu makan dan berenang pada permukaan air, warna tubuh menjadi pucat. Ada tiga golongan yang sering menyerang insang yaitu Haliotrema, Pseudorhabdosynochus & Diplectanum. Gyrodactylus sp & Dactylogyrus sp poly menyerang pada ikan kakap putih dan kerapu. Insang yg terjangkit lamellanya akan mengalami hiperplasia apabila diamati secara histologi. Penanganan parasit ini yaitu menggunakan perendaman 30 ppm formalin pada air bahari selama 24 jam dilakukan dua ? 3 kali menggunakan interval waktu 7 hari. Jenis-jenis Bakteri yg menyerang Kerapu Lumpur.

Ada 3 jenis golongan bakteri yg tak jarang mengakibatkan penyakit dalam ikan laut, yaitu bakteri perusak sirip (bakterial fin rot), bakteri vibrio, & Streptococcus sp.

1. Bakteri perusak sirip (Bactarial fin rot)

Biasanya sirip-sirip ikan mengalami kerusakan, terutama pada ujung-ujungnya. Pada bagian sirip ekor rusak sehingga hanya tersisa bagian peduncle (dekat pangkal ekor). Ikan

yg sakit ini umumnya diserang juga oleh bakteri Myxobacter,Vibrio, Pseudomonas, dan bakteri cocus gram negatif. Penyerangan sang bakteri ini umumnya terjadi pada saat

penanganan hasil (pasca panen), mulanya ikan-ikan saling menggigit dan lukanya kemudian terinfeksi sang bakteri tersebut.

Banyak jenis antibiotik dipasar yang digunanakan buat penanggulangan bakteri ini. Antibiotik tadi diantaranya nitrofurazone 15 ppm atau sulphonamid 50 ppm selama dua jam, chlorampenicol 50 ppm selama 2 jam,dan acriflavin 100 ppm selama 1 mnt.

Dua. Bakteri Vibrio sp

Bakteri ini adalah gr negatif yg berbentuk btg dan mengakibatkan penyakit vibriosis. Dua species bakteri vibrio yang biasa menyerang ikan kerapu, yaitu Vibrio alginolyticus dan V. Parahaemolyticus. Ikan yang terserang oleh bakteri ini tampak berwarna gelap. Penanggulangan dapat menggunakan memberi Oxytetracyclin sebesar 0,5 g per kg pakan selama 7 hari atau chloramphenicol 0,2 g per kg pakan selama 4 hari (buat ikan yg masih mau makan atau menggunakan perendaman nitrofurazone 15 ppm paling sedikitnya 4 jam

3. Bakteri Streptococcus sp

Bakteri ini mengakibatkan penyakit streptococcus menggunakan indikasi- indikasi ikan kelihatan kelelahan, berenang tidak teratur, & terjadi pendarahan pada mata. Bakteri streptococcus tahan terhadap sejumlah anti biotik yang biasa digunakan buat penanggulangan sebagai saran buat pengobatan penyakit ini yaitu dengan pemberian ampixillin 0,lima per kg pakan selama 5 hari atau erythromycin estolat 1g per pakan selama 5 hari. Bila tidak mau makan, bisa diberikan suntikan menggunakan penicillin 3.000 unit per kg pakan ikan.

Tabel1. Jenis penyakit yg menyerang ikan kerapu lumpur

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol. III No. 4 Tahub 1997

Koran pak Oles Edisi 72, minggu Ke-1Januari 2005.

Sunyoto, P. 1994, Pembesaran kerapu dengan keramba jaring apung, Penebar Swadaya, Jakarta.

Purwono dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Kerapu Lumpur Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

#Tag :

Penyakit Fungal (Jamur) Pada Ikan : Ichthyosporidium sp

Jamur Ichthyosporidium sp atau Ichtyophonus sp adalah agen penyebab penyakit ichthyosporidosis. Jamur ini menginfeksi organ-organ internal berbagai jenis ikan budidaya, baik ikan air tawar maupun ikan laut. Pada ikan air laut, jamur ini sering menyerang ikan kerapu, mackerel, trouts, herring, dan cod.

Serangan jamur ini terbatas pada lingkungan yang dingin, yaitu pada suhu 2-20oC dengan menunjukkan gejala klinis antara lain kulit ikan kasar seperti ampelas karena infeksi menembus bawah kulit dan jaringan, granuloma bulat kecil pada kulit dan berwarna kehitaman yang dapat berkembang menjadi borok, adanya granuloma yang mengandung kista spora besar bereaksi positif (periodic acid-schiff reaction), jaringan yang terinfeksi menjadi bengkak disertai luka berwarna putih kelabu, dan juga ditemukan hifa dengan bentuk tidak beraturan. Bentuk infeksi dan morfologi Ichthyosporidium sp disajikan pada Gambar berikut.

Bentuk infeksi dan morfologi Ichtyosporidium sp

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA IKAN JAMBAL SIAM

Untuk itu, sebelum memulai suatu bisnis budidaya ikan jambal siam, peternak ikan perlu membekali diri dengan pengetahuan & keterampilan yg memadai tentang penanggulangan hama dasn penyakit ikan. Ada beberapa upaya yg bisa dilakukan guna mencegah terjadinya serangan hama & penyakit pada ikan jambal siam , yaitu dengan mengetahui penyebab sakitnya ikan jambal siam, pertanda ? Pertanda ikan sakit, cara mencegah supaya ikan tidak sakit, sertacara mengobati jika ikan tadi telah terjangkit penyakit.

Klasifikasi Ikan Jambal Siam

Klasifikasi ikan jambal siam menurut saanin (1984) adalah menjadi berikut :

Ordo : Ostariophysi

Sub Ordo : Siluroidea

Famili : Pangasidae

Genus : Pangasius

Spesies : Pangasius hypophthalmus sauvage

NamaInggris : Catfish

NamaLokal : Jambal siam dan Lele Bangkok

Patin siam (Pangasius hypophthalmus) merupakan ikan budidaya & akuarium populer. Ia dikenal juga sebagai jambal siam, lele bangkok, & hiu bangkok. Dalam bahasa perdagangan internasional dikenal menjadi siamese shark, sutchi catfish, atau pangasius.

Secara taksonomi, dia dan patin super besar Mekong (P. Gigas), dimasukkan ke pada anakmarga Pangasianodon. Pangasianodon dapat jua dipercaya sebagai marga tersendiri, sebagai akibatnya penyebutan Pangasianodon hypophthalmus juga diterima.

Ikan ini pada alam ditemukan pada beberapa sungai besar Indocina, seperti DAS Mekong dan Chao Phraya, tetapi sekarang sudah dibudidayakan di mana-mana buat dikonsumsi. Perdagangan filet ikan ini cukup tinggi kuantitasnya. Mereka dikenal menjadi hewan pemakan daging dan tumbuh-tumbuhan, menggunakan memakan krustasea mini , ikan lain, & sisa-residu tanaman .

Morfologi

Ikan ini memiliki ciri-ciri berbadan pipih dan memanjang, ekspresi subterminal dengan 4 kumis, sirip punggung memiliki duri yg bergerigi, bersirif tambahan . Masih ada garis lengkung mulai dari kepala hingga pangkal ekor. Sirip ekor bercagak menggunakan tepi berwarna putih. Warna badan kelabu kehitaman, sirip anal putih menggunakan garis hitam ditengah.

PEMBESARAN

Kolam yg digunakan buat pembesaran ikan jambal siam dikeringkan 3 ? Lima hari hingga tanah dasar retak ? Retak. Maksud pengeringan adalah buat membunuh bibit penyakit yg ada dikolam tadi,dan buat memudahkan pekerjaan pemupukan, perbaikan pematang yg bocor, dan pengolahan tanah dasar kolam.

Untuk menumbuhkan pakan alami berupa plankton yang dibutuhkan ikan jambal siam waktu ditebarkan, kolam harus dipupuk dengan menggunakan pupuk sangkar. Jenis pupuk kandang serta takaran yang dipakai buat kolam pembesaran yaitu sama menggunakan kolam pendederan.

Selanjutnya kolam diisi air secara sedikit demi sedikit. Pada hari pertama ketinggian air 20 cm selanjutnya ditambah hingga mencapai ketinggian minimal 100 cm. Hal tadi dimaksudkan buat memberi kesempatan supaya pupuk bisa bereaksi menggunakan sempurna, hingga plankton dapat tumbuh sinkron dengan yg diharapkan.

Penebaran benih baru bisa dilakukan setelah persiapan kolam dilakukan dasn plankton dipastikan telah tumbuh. Penebaran benih dil;akukan secara hati ? Hati dengan cara aklimatisasi suhu air di wadah pengangkutan dengan kolam pembesaran. Jumlah benih jambl siam yg ditebarkan sebanyak lima ekor/m menggunakan ukuran 5 ? 8 cm per ekor.

Pemijahan

Sebelum dipijahkan induk diberok selama 1 malam

Pemijahan dilakukan secara buatan menggunakan menyuntik induk betina menggunakan hormon kelenjar hipofisa dan HCG

Penyuntikan dalakukan dua kali:

Penyuntikan pertama : dengan 1 takaran kelenjar hipofisa donor ikan mas

Penyuntikan ke 2 : dengan dua dosis kelenjar hipofisa HCG dosis 500 Iu/kg

Selang penyuntikan antara pertama & kedua adalah 1 jam, bagian yang disuntik adalah pangkal sirip punggung bagian belakang

Ovulasi terjadi 12 jam setelah penyuntikankedua

Pembuahan dilakukan menggunakan pengurutan baik sperma juga telur

Penetasan Telur

Telur yg sudah dibuahi diteteskan dalam akuarium ukuran 60 x 40 x 40 cm dengan ketinggian air 30 cm, menggunakan kepadatan 8.000-9.000 buah/akuarium secara merata didasar akuarium.

Dengan suhu air 25-29 derajat C telur akan menetas pada ketika 18-24 jam stelah pembuahan

Setelah menetas larva dipindah kedalam akuarium yang diaerasi terus menerus dengan ketinggian air 30 centimeter

Pemeliharaan Larva

Larva dipelihara menggunakan kepadatan 50-75 ekor/1 selama 10-14 hari

Pakan berupa naupli artemiasebanyak 1 sdt menggunakan frekwensi tiga-5 kali/hari

Panen dengan cara penyedotan dengan selang plastik atau ditangkap dengan scopnet

Pendederan pada Kolam

Persiapan kolam mencakup:

? Pengeringan 2-tiga hari

? Pemugaran pematang

? Pemupukan engan dosis 500-750 gram/m2

? Sehabis diisi air selama 3 hari kolam siap digunakan

Padat tebar 30-5 ekor/m2 buat berukuran 0,8-1,1 cm

Pakan tambahan brupa pelet remah sebesar 10% berat biomas per hari menggunakan frekwensi 3 kali /hari

Lama peeliharaan selama tiga-4 minggu, lalu dipanen menggunakan mengeringkan kolan dan benih ditangkap menggunakan waring nilon dimana benih sudah mencapai berukuran 5-8 cm

HAMA DAN PENYAKIT IKAN JAMBAL SIAM

Penyakit merupakan keliru satu faktor penyebab kegagalan bisnis budidaya ikan jambal siam. Masalahnya, air yg dipakai sebagai media hidup ikan akan mengalami pengotoran, khususnya dampak metabolisme. Keadaan seperti inilah yg akan membuka peluang bagi tumbuh & berkembangnya penyakit ikan.

Hama

Hama umumnya ukuran lebih besar daripada ikan & bersifat memangsa. Pada bisnis budidaya ikan jambal siam, kemungkinan terjadinya serangan hama lebih poly dialami pada bisnis pendederan atau pembesaran sebab kedua bisnis tersebut dilakukan dialam terbuka, seperti dijaring, kolam,atau keramba, sedangkan usaha pembenihan dilakukan diruang tertutup.

Jenis- jenis hama yang dapat menyerang ikan jambal siam adalah linsang (sero), ular air, & burung. Cara pemberantasan yang paling efektif adalah secara mekanis atau membunuhnya eksklusif apabila hama tersebut ditemukan dilokasi budidaya.

Penyakit

Secara generik, penyakit yang menyerang ikan jambal siam digolongkan kedalam 2 golongan. Pertama, penyakit non ? Infeksi, yaitu penyakit yg timbul akibat adanya gangguan faktor yang bukan fatogen. Penyakit ini tidak menular. Kedua, penyakit dampak infeksi yg ada lantaran gangguan organisme patogen.

A. Penyakit non - infeksi

Keracunan & kekurangan gizi adalah model penyakit non ? Infeksi yang dapat ditemukan pada budidaya ikan jambal siam. Ada beberapa faktor yang menyebabkan ikan jambal siam keracunan, yaitu anugerah pakan yang kualitasnya kurang baik atau terjadinya pencemaran air media budidaya akibat tumpukan bahan organik atau sampah yg membusuk. Kekurangan gizi biasanya ditimbulkan hadiah pakan tambahan yang kurang bermutu.

Tindakan pencegahan yg dapat dilakukan bila ikan jambal siam keracunan adalah menggunakan memberikan pakan yg sinkron dengan anjuran. Juga lingkungan budidaya harus tetap dijaga kebersihannya. Sementara itu, supaya ikan jambal siam nir kekurangan gizi, pakan harus diberikan pada jumlah relatif dan berkandungan protein tinggi & dilengkapi menggunakan vitamin dan mineral.

B. Penyakit Akibat Infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Daelani, Deden, Agar Ikan Sehat, Jakarta: Penebar Swadaya. 2001.

Harmanto, Ning, Menggempur Penyakit Hewan Kesayangan Dengan Mahkota Dewa, Jakarta, Penebar Swadaya. 2004

Ikan Patin Jambal Andalan Indonesia? Pada berita Penelitian & Pengembangan Pertanian,Volume 22 No.3 Tahun 2000

Nuraeni,Neni,Kegiatan Produksi Benih Patin (Pangasius Hypophthalmus) di Balai Pengembangan Budidaya Perikanan Air tawar Program Diploma III Manajemen Bisnis Perikanan, Institut Pertanian Bogor, 2001

Susanto Heru dan Khairul Amri, Budidaya Ikan Patin,Jakarta : Penebar Swadaya,1997

Supriatna R.O. Dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Jambal Siam Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

#Tag :

Penyakit Fungal (Jamur) Pada Ikan : Fusarium sp

Jamur Fusarium sp merupakan jenis jamur yang sering tumbuh pada bahan pangan. Selain itu, Fusarium sp juga mengakibatkan penyakit pada beberapa tanaman. Jenis Fusarium sp sulit diidentifikasi secara kasat mata dikarenakan penampakan pertumbuhannya bervariasi. Meskipun demikian, jamur ini memiliki ciri-ciri spesifik, yaitu makrokonidia yang berbentuk seperti pedang dan terdiri dari beberapa sel serta berwarna, kadang-kadang terbentuk mikrokonidia yang terdiri dari satu sel berbentuk oval dan tumbuh secara terpisah atau membentuk untaian rantai.

Jamur Fusarium sp adalah patogen opurtunis yang menyerang Penaeids dan bisa menyebabkan infeksi pada udang konsumsi lainnya melalui stress atau kepadatan terlalu tinggi. Gejala klinis serangan jamur Fusarium sp antara lain penampakan black spot yang dapat menyebabkan kematian juvenil udang dan infeksi biasanya dimulai pada jaringan yang rusak atau luka seperti pada insang. Infeksi jamur ini juga dapat menyebabkan penyakit pada ikan-ikan lainnya. Bentuk infeksi dan morfologi Fusarium sp disajikan pada Gambar berikut.

Bentuk infeksi dan morfologi Fusarium sp

Penyebab : Fusarium spp.

Bio-Ekologi Patogen :

  1. Menginfeksi udang di tambak pada stadia juvenil hingga ukuran dewasa.
  2. Prevalensi infeksi lebih tinggi pada lahan tambak yang persiapannya kurang baik, terutama pembuangan bahan organik dan pengeringan yang kurang sempurna.
  3. Pada infeksi akut, hifa cendawan ditemukan pula pada bagian tubuh lainnya.
  4. Mortalitas yang terjadi terutama karena gangguan terhadap proses ganti kulit (moulting).

Gejala Klinis :

  1. Cenderung menginfeksi pada bagian insang, menimbulkan inflamasi yang intensif hingga terjadi melanisasi sehingga insang berwarna hitam (sering disebut penyakit insang hitam/black gill disease).
  2. Organ lain seperti kaki jalan & renang serta ekor udang mengalami kerusakan, bahkan terputus.
  3. Pada bagian tubuh lain sering ditemukan adanya luka atau gejala seperti terbakar, dll.

Diagnosa :

  1. Pengamatan secara mikroskopis, terutama pada organ insang ditemukan adanya makrokonidia cendawan.
  2. Isolasi pada media semi solid (agar), dan diidenfikasi secara morfometris.

Insang udang yang terinfeksi Fusarium spp., tampak adanya

inflamasi yang intensif sehingga terjadi melanisasi.
Udang yang terserang penyakit fusariosis, mengalami kerusakan

pada rostrum (terputus) serta tubuh udang berwarna hitam.

Pengendalian :

  1. Persiapan petak tambak secara sempurna, terutama pembuangan bahan organik dan pengeringan dasar tambak.
  2. Menghindari penumpukan bahan organik dalam media pemeliharaan, melalui penggunaan mikroba esensial atau probiorik dan/atau frekuensi penggantian air yang lebih tinggi.
  3. Penggunaan bahan kimia/desinfektan di tambak tidak efisien.

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT IKAN KAKAP PUTIH

Sebagai upaya mendukung keberhasilan dimaksud, pengembangan teknologi pembenihan merupakan kegiatan strategis mengingat besarnya sasaran yang dibebankan dalam usaha budidaya. Teknologi budidaya komoditas perikanan laut yang bernilai ekonomi tinggi dari tahun 1996 &, sejak tahun 1988 sudah berhasil melakukan pembenihan ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) secara massal. Rangkaian teknologi yg sudah dihasilkan dan siap di masyarakatkan meliputy teknologi pemeliharaan induk & pematangan gonad, pemijahan & pemeliharaan larva sampai sebagai benih, serta teknologi - teknologi pendukungnya meliputi kultur pakan alami dan teknologi penanggulangan hama dan penyakit.Dalam buku ini disajikan aneka macam macam informasi yg berkaitan menggunakan teknologi penanggulangan hama & penyakit.

Klasifikasi

Klasifikasi berdasarkan ikan Kakap Putih secara rinci adalah menjadi berikut :

? Fillum : Chordata

? Sub Fillum : Vertebrata

? Kelas Pisces

? Sub Kelas : Teleostomi

? Ordo : Percomorphi

? Famili : centropomidae

? Genus : Lates

? Species : Lates calcarifer, Bloch

Morfologi

Adapun beberapa ciri-ciri spesifik yg dapat kita lihat secara kasat mata yg terdapat dalam ikan Kakap Putih adalah :

? Badan memajang , gepeng, btg sirip ekor lebar, ketua lancip menggunakan bagian atas cekung i konveks didepan sirip punggung. ? Mulut lebar, gigi halus & bagian bawah preoporculum berduri kuat. Operculum mempunyai duri mini , cuping bergerigi diatas pangkal gurat sisi.. ? Sirip punggung berjari- jari keras 7 ? 9 dan 10 ? 11 jari jari lemah. ? Sirip dada pendek dan membulat. Sirip punggung dan sirip dubur memiliki lapisan bersisik. Sirip dubur bullat,berjari keras 3dan berjari lemah 7 ? 8. ? Sirip ekor bulat. Sisik bertype sisir akbar. Tubuh berwarna dua strata yaitu agak coklat menggunakan bagian sisik dan perut berwarna keperakan buat ikan yg hayati dilaut & coklat keemasan pada ikan yang terdapat dilingkungan tawar. Ikan dewasa berwarna kehijauan atau keabu ? Abuan pada permukaan & keperakan pada bagian bawah.

Daur Hidup dan Penyebarannya

Ikan Kakap putih selama kurang lebih dua-3 tahun.Hayati diperairan tawar seperti sungai dan danau yang herbi bahari menggunakan berukuran 3 ? Lima kg. Ikan dewasa yang berumur 3 ? 4 tahun beruaya kemuara sungai, danau atau laguna yg memiliki salinitas 30 ? 32 permil buat pematangan kelamin, lalu memijah ( Grey, 1987 ). Pergerakan kearea pemijahan umumnya terjadi dalam akhir trend panas & pemijahan terjadi dalam awal animo penghujan. Pemijahan dalam isu terkini penghujan terjadi karena salinitas & suhu merupakan galat satu factor penting yang menghipnotis siklus pemijahan. Bila trend hujan terlambat kemungkinan animo pemijahan jua terlambat. Biasanya ikan Kakap Putih memijah pada permulaan bulan gelap atau bulan penuh mulai pukul enam sore hingga delapan malam bersamaan menggunakan datangnya air pasang.

Penyedian Induk

Keberhasilan dalam pembiakan ikan terutama tergantung dalam ketersediaan induk matang telur menggunakan mutu yg baik, yang mampuh menghasilkan ikan yg cepat tumbuh dengan taraf kelulushidupan yang tinggi. Biasanya dibutuhkan tiga ? 4 tahun bagi unit pembenihan buat memiliki stock pada jumlah yg relatif buat pengoperasiannya. Induk ? Induk dapat diperoleh baik dengan cara menangkapnya berdasarkan alam atau memeliharanya berdasarkan berukuran benih tebar didalam kolam atau Karamba Jaring Apung.

Pemijahan

Induk ikan kakap putih dapat dirangsang buat memijah dilingkungan pemeliharaan dengan rangsangan hormon, manipulasi lingkungan atau mijah secara alami.Sebulan sebelum trend pemijahan induk ? Induk ikan dipindahkan kedalam bak pemijahan dengan kepadatan dua ? 5 kg / m3 & perbandingan jantan betina 1 : 1 ( kg ).

Induk ? Induk yang akan dipijahkan umumnya dipilih dengan Kriteria :

- Aktif beranjak

- Sirip & sisik lengkap

- Tubuh nir stigma

- Bebas berdasarkan penyakit /parasit.

- Lebih disukai ukuran jantan & betina yang sama

- Berat : tiga,lima ? 7 kg betina dua,lima ? 7 kg jantan .

Untuk menjaga mutu air pada bak pemijahan, perlu dilakukan pergantian air. Biasanya 200 % volume air diganti setiap hari.Salinitas air dijaga pada kisaran 30 ? 32 0/00. Namun demikian buat mengklaim agar air dibak pemijahan permanen bermutu baik , akan lebih baik bila dilakukan pengailiran air terus menerus sehingga selam satu hari total pergantian mencapai 200 ? 300 %.

Panen dan Perawatan Telur

Panen telur dilakukan dengan sistim air mengalir, telur yg dibawah oleh air disaring dengan jarring halus atau plankton net yang ukuran mata jarring 200 mikron yang dipasang pada bak panen telur. Telur yang sudah ditampung di bak panen dipindahkan kedalam akuarium, lalu kotoran dan telur yang telur nir dibuahi yg mengendap didasar akuarium dibuang dengan cara menyipon kotoran tadi menggunakan selang plastik.

Telur yang dibuahi dan telah dibersihkan lalu diteteskan kedalam bak penetesan menggunakan kepadatan 200 telur /L atau langsung diteteskan dalam bak pemeliharaan larva menggunakan kepadatan 80 ? 100 telur/L.Pada suhu 26 ? 280C telur akan menetas dalam waktu 11 ? 18 jam.

Jenis-Jenis Penyakit

Penyakit yg acapkali menyerang ikan Kakap Putih beserta penanggulangannya dapat ditinjau pada tabel berikut :

Tabel 1. Jenis Penyakit dan Penyebabnya

Tabel 2. Jenis Penyakit & Gejala Serangan

Cara Pengobatan

Untuk mengetahui cara pengobatan ikan Kakap Putih yang terserang penyakit lihat dalam Tabel dibawah :

Tabel 3. Pengobatan Penyakit menggunakan Bahan Kimia

Tabel 4. Pengobatan Penyakit dengan Bahan Alami

DAFTAR PUSTAKA

Kurniastutydan julinasari Dewi. 1999. Hama & Penyakit Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) pada Karamba Jaring Apung.

Notowinarto dan Hanum Santoso. Teknik Pemijahan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) Dengan Rangsangan Hormonal. Infish Manual Seri No. 26. 1991.Dirjenkan.

Lingga, Pinus & Heru Susanto. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta : 2001

Susanti, P. & A. Rukyani , 1989. Pengendalian Penyakit Dalam Kurungan Apung Di Laut. Makalah Temu Tugas Pemanfaatan Sumber Daya Hayati Lautan Bagi Budidaya. Serang 23 ? 24 Mei 1989.

#Tag :