Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Penyakit Fungal (Jamur) Pada Ikan : Branchiomyces sp

Jenis jamur lain yang juga memberi andil dalam serangan penyakit ikan adalah Branchiomyces sp. Branchiomyces sp merupakan agen penyebab penyakit branchiomycosis yang dikenal dengan nama penyakit busuk insang (gill rot).

Jamur ini banyak dijumpai di kolam dimana proses pembusukan tanaman terjadi besar-besaran pada suhu di atas 20oC dan menyerang pada insang ikan atau di luar saluran darah dan sering menyebabkan necrosis di sekitar jaringan. Gejala klinis yang diakibatkan oleh serangannya antara lain gangguan pernafasan karena necrosis pada insang akibat trombosis, pergerakan laterik, insang tampak bergarisgaris dan terdapat bercak-bercak pucat, jaringan mati di sekitar daerah yang terinfeksi, dan menyebabkan mortalitas yang tinggi. Bentuk infeksi dan morfologi Branchiomyces sp disajikan pada Gambar berikut.

Bentuk infeksi dan morfologi Branchiomyces sp

Penyebab : Branchiomyces sanguinis dan B. demigrans

Bio ? Ekologi Pathogen :

  1. Menginfeksi semua jenis ikan air tawar, dan target organnya adalah insang ikan (filamen dan pembuluh darah di lamella insang). Apabila jaringan dan/atau sel insang mengalami kematian atau lepas, maka spora jamur akan keluar dan menginfeksi inang lainnya.
  2. Suhu optimum pada kisaran 25 - 31 oC dengan masa inkubasi 2-4 hari (tergantung suhu air).
  3. Infeksi bersifat kronis hingga akut dengan mortalitas mencapai 100% dalam tempo yang relatif singkat (1-2 minggu).
Gejala klinis :

  1. Ikan bernafas dengan tersengal-sengal di permukaan air dan malas.
  2. Insang berwarna merah dan tampak adanya bercak-bercak putih (penetrasi hifa cendawan ke dinding pembuluh darah).
  3. Insang mengalami nekrosa berat, berwarna merah menghitam dan akhirnya membusuk (gill rot)
Diagnosa :

  1. Pengamatan secara mikroskopis terhadap keberadaan hifa cendawan dari organ filamen dan pembuluh darah di lamella insang ikan.
  2. Isolasi pada media cair dan/atau semi solid dan diidentifikasi secara morfometris.

Ikan rohita ( Catla catla ) yang terserang penyakit branchiomycosis,

insang berwarna merah menghitam.
Ikan mas ( Cyprinus carpio ) yang terserang Penyakit branchiomycosis, (lihat bagian insangnya)

Pengendalian :

  1. Menetralkan kadar keasaman dan/atau alkalinitas air melalui pengapuran.
  2. Mengisolasi ikan sakit dan/atau membuang ikan yang telah mati.
  3. Hifa cendawan yang masih terdapat di dalam pembuluh darah organ insang tidak dapat diobati, sedangkan sporanya yang ada dipermukaan tubuh ikan dapat diberantas dengan perendaman menggunakan beberapa desinfektan, antara lain: Kalium Permanganate (PK) pada dosis 1 gram/100 liter air selama 90 menit; Formalin pada dosis 100-200 ppm selama 1-3 jam; Garam dapur pada konsentrasi 1-10 promil (tergantung spesies dan ukuran) selama 10-60 menit. Methylene blue pada dosis 3-5 ppm selama 24 jam.

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA IKAN KAKAP MERAH

Penyakit adalah gangguan terhadap fungsi sebagian atau seluruh organ tubuh dikarenakan adanya faktor-faktor abiotik (kwalitas air & makanan) dan faktor biotik (organisme penyebab penyakit atau patogen). Patogen merupakan suatu organisme penyebab penyakit.

Ikan kakap putih dan ikan kakap merah pada Indonesia biasa hanya dianggap ikan kakap, dari taksonominya kedua jenis ini kentara tidak sinkron; kakap putih asal dari keluarga Centropomidae dan kakap merah termasuk famili Lutjanidae. Sifat hidupnya pun diantaranya berbeda jika dibandingkan, ikan kakap merah hanya hidup dilaut, sedangkan kakap putih selain dapat hayati dilaut jua diair tawar. Pada beberapa daerah di Indonesia ikan kakap dikenal dengan beberapa nama, seperti pelak, petakan, cabek, cabik (Jawa Tengah dan Jawa Timur), dubit tekong (Madura), talungsur, pica-pica, Kaca-kaca (Indonesia bagian timur).

Taksonomi

? Philum : Chordata

? Sub Philum : Vertebrata

? Klas : Pisces

? Sub Klas : Teleostei

? Ordo : Percomorphi

? Familia : Lutjanidae

? Genus : Lutjanus

? Species : Lutjanus sanguineus

Tanda-indikasi Khusus

a. Badan memanjang, gepeng & btg sirip ekor lebar

b. Mata warna merah cemerlang

c. Mulut lebar, sedikit serong menggunakan geligi halus

d. Bagian atas penutup insang masih ada lubang kupin?G bergerigi

e. Sirip punggung berjari-jari keras sebesar 7-9 & jari-jari lemah 10-11. Sirip dubur berjari-jari keras 3 dan jari-jari lemah 7-8, sedangkan bentuk sirip ekor bulat

f. Pada waktu masih burayak (umur 1-3 bulan warnanya gelap), & setelah menjadi gelondongan (umur tiga-lima bulan) warnanya terang menggunakan bagian punggung berwarna coklat kebiru-biruan yang selanjutnya berubah menjadi keabu-abuan menggunakan sirip berwarna abu-abu gelap.

Distribusi / Penyebaran

Kakap merah menyebar pada wilayah tropis dan sub tropis wilayah pasifik barat dan samudra india. Yang meliputi : Australia, Papua New Guinea, Indonesia, Philipina, Jepang, China, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura, Bangladesh, India, Srilangka, Pakistan, Iran, Oman, & negara-negara disekitar laut Arab. Penyebarab ikan kakap putih pada indonesia terutama terdapat dipantai utara Jawa, disepanjang perairan pantai Sumatera bagian timur, Kalimantan, Sulawesi Selatan dan Arafuru.

Ikan kakap merah memiliki toleransi yang cukup besar terhadap variasi kadar garam (euryhaline) Ikan kakap merah betina mulai sebagai dewasa sehabis mencapai berat 4-6 kg. Sedangkan yg jantan mencapai berat 3 kg. Jumlah telur bervariasi mengikuti berat badan. Induk ikan seberat lima-11 kg dapat membentuk telur sebanyak 2-7 juta buah. Ukuran telur antara 0,4-0,lima mm. Dalam ketika 18 jam sehabis pembuahan telur menetas sebagai larva dengan ukuran homogen-rata 1,49 mm. Dalam saat kurang lebih 30 hari maka larva akan tumbuh sebagai burayak yg berukuran antaran 1,3-1,7 cm.

Kakap tergolong ikan buas dan pertumbuhannya sangat cepat. Pakan kegemaranya terdiri menurut plankton hewani, udang-udangan & ikan-ikan kecil lainnya.

Persyaratan Lokasi

a) Terlindung menurut angin dan arus yg bertenaga.

B) Memiliki peredaran air yg cukup, kisaran fluktuasi pasang surut 2 ? 3 m.

C) Memiliki kedalaman lima ? 20 m.

D) Suhu 260C - 310C, salinitas 13 - 31 ?, pH 7,8-8,lima

Pemeliharaan

Benih kakap yang sudah berukuran gelondongan dipindahkan ke jaring apung yang ukuran 3 x tiga x 3 m atau 5 x 5 x 5 m. Pengelolaan di jaring apung nisbi lebih mudah dibandingkan pengelolaan yang dilakukakan pada tambak.

Pakan yg diberikan adalah ikan rucah segar dengan perbandingan 4 % berdasarkan berat tubuhnya, diberikan satu kali pada satu hari. Setelah dipelihara selama 2 bulan ikan kakap sudah dapat dipanen menggunakan berukuran konsumsi seberat 0,5-0,6 kg.

PENYAKIT DAN PENGOBATANNYA

Yang wajib diperhatikan dalam budidaya kakap merah merupakan penyakit yg menyerang dalam ikan. Hal yang mengakibatkan ikan terjangkit penyakit diantaranya :

a) Serangan jasad yang bersifat parasiter (Virus, Jamur, Bakteri dll)

b) Perubahan faktor lingkungan contohnya : suhu, oksigen, pH, salinitas yg terjadi secara mendadak

c) Polusi & gas-gas beracun

d) Kerusakan atau pun luka dampak perlakuan pengangkutan, terbelit jaring dan dampak mekanis lainnya

Kakap merah yang terserang penyakit umumnya menerangkan tanda-tanda-gejala sbb

a) Gerakkan ikan sebagai lamban dan acapkali naik kepermukaan air

b) Napsu makan berkurang atau hilang sama sekali

c) Terlihat kelainan tubuh secara fisik seperti luka, perubahan bentuk tubuh dampak parasit dll.

Penyakit Parasiter

Penyakit parasiter dalam ikan kakap antara lain terdiri berdasarkan : virus, bakteri, protozoa, bangsa cacing renik dan bangsa udang renik.

Virus

Selama ini memang belum terdapat masalah adanya penyakit virus dalam ikan-ikan kakap yang sedang dibudidaya. Namun kita wajib permanen waspada, lantaran penyakit ini disinyalir sudah menyerang bangsa kerang-kerangan dan bangsa udang-udangan. Malah telah diketemukan penyakit Lymphocytis dan Cauliflower pada ikan sidat dan jenis-jenis ikan anadroma.

Bakteri

Infeksi bakteri biasanya muncul karena ikannya menderita stress. Kematian ikan selesainya terjadinya stress tak jarang kali disebabkan oleh infeksi bakteri.

Faktor-faktor stress ini macam-macam, baik lantaran faktor kimiawi, lingkungan fisik maupun biologis. Strees kimia termasuk rendahnya kadar oksigen, tingginya kadar CO2, amonia dan nitrit. Tingkat sublethal berdasarkan pestisida dapat juga mengakibatkan stress. Biasanya efek tertekan adalah kompleks, tidak berdiri sendiri, tetapi kombinasi beberapa faktor diatas.

Pada umumnya ikan kakap yang terinfeksi sang banyak sekali jenis bakteri memberitahuakn gejala yang bhineka. Tanda-indikasi seperti pendarahan, finrat, mata menonjol, kerusakan dalam kulit seperti kena luka bakar atau misalnya kena cacar, & perubahan rona.

Bakteri memiliki poly jenis, antara lain yg diketumukan dalam usaha budidaya ikan kakap adalah jenis Aeromonas dan Vibrio.

Protozoa

Protozoa termasuk jenis penyakit ikan yg sangat merugikan dan menyebabkan kematian massal terhadap ikan-ikan kakap yang sedang dipelihara. Faktor-faktor yg menyebabkan timbulnya penyakit inin antara lain lantaran efek lingkungan yang tidak bagi ikan, konsentrasi O2 dan suhu, padat penebaran yg sangat berlebihan, bentuk badan ikan yang abnormal, dll.

Adapun indikasi-indikasi klinis terserangnya ikan sang penyakit ini diantaranya : perubahan dalam gaya renangnya misalnya kehilangan ekuilibrium & ciri-karakteristik lainnya misalnya : kurang napsu makan, warna menjadi nir normal, produksi lendir berlebihan, pendarahan, tubuh bengkak dan mata membengkak.

Cacing parasit

Cacing-cacing parasit yg acapkali ditemukan menyerang ikan kakap nerah merupakan menurut golongan Nematoda menurut marga Cucullanus terdapat pada perut ikan-ikan kakap yang telah dewasa.

Crustacea

Beberapa jenis crustacea sudah lama dikenal menjadi parasit ikan, diantaranya menurut golongan Copepoda & Isopoda. Yang poly dijumpai pada bisnis budidaya ikan kakap menggunakan sistim keramba adalah dari golongan Isopoda. Hampir semua ikan kakap dapat diserang oleh parasit ini, tetapi yang paling poly kena infeksi merupakan ikan-ikan kakap yg masih belia.

Tanda-tanda ikan yg terinfeksi merupakan nafsu makan berkurang, dan tingkat pertumbuhannya rendah. Kematian akan terjad

4.2 Pengobatan & Penanggulangan

DAFTAR PUSTAKA

Asikin,1996. Budidaya Kakap. PEnebar Swadaya. Jakarta.

Murtidjo A, Bambang. 1997. Budidaya Kakap dalamTambak dan Keramba. Kanusius. Yogjakarta.

Direktorat Jendral Perikanan. 1998. Penanggulangan Penyakit dalam Ikan Kakap.

Daud H. & Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Kakap Merah Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

#Tag :

Penyakit Fungal (Jamur) Pada Ikan : Lagenedium sp

Jamur Lagenedium sp merupakan koloni jamur yang berfilamen dengan warna keputih-putihan. Proses pelepasan zoospore terjadi setelah gelembung terpisah dari pembuluh, dan pertumbuhannya sangat cepat. Jamur ini lebih cenderung sebagai parasit fakultatif daripada obligat dan merupakan agen pembawa mycosis udang. Gejala klinis yang ditimbulkan antara lain kista berkecambah dan masuk melalui karapas, pertahanan inang, dan miselia tumbuh ke dalam jaringan syaraf dan kulit, otak, dan mata. Selain itu, terjadi kehilangan kemampuan nokturnal, kehilangan keseimbangan, dan kelumpuhan abdomen. Bentuk infeksi dan morfologi Lagenedium sp disajikan pada Gambar berikut.

Bentuk infeksi dan morfologi Lagenedium sp

Penyebab : Lagenidium spp. dan Sirolpidium spp.

Bio ? Ekologi patogen :

  1. Infeksi Lagenidium spp. umumnya terjadi pada stadia nauplius, zoea hingga mysis. Apabila menyerang pada stadia zoea sering menyebabkan kematian masal di panti benih (hatchery).
  2. Infeksi Sirolpidium spp. lebih sering terjadi pada stadia mysis hingga Post Larvae (PL) awal.
  3. Kedua jenis cendawan ini tumbuh optimal pada kisaran suhu air antara 25-34 oC dan kisaran pH 7-9.
  4. Penyakit ini umumnya merupakan kompleks infeksi bersama patogen lainnya, dan mortalitas yang terjadi terutama karena gangguan terhadap proses ganti kulit (moulting).

Gejala Klinis :

  1. Nafsu makan menurun, pergerakan lemah, dan anemia.
  2. Pada tubuh larva udang (nauplius, zoea, mysis, PL) terlihat adanya hifa dan/atau miselia cendawan.
  3. Pada kondisi yang serius, sering dijumpai tubuh larva udang terlilit dan dipenuhi oleh cendawan.

Diagnosa :

  1. Pengamatan secara mikroskopis, pada bagian eksternal terlihat adanya hifa dan/atau miselia cendawan.
  2. Isolasi pada media semi solid (agar), dan diidenfikasi secara morfometris.

Pengendalian :

  1. Desinfeksi bak dan air sebelum digunakan.
  2. Menghindari penumpukan bahan organik dalam media pemeliharaan melalui penyiponan secara berkala.
  3. Hifa dan spora cendawan ini dapat diberantas dengan perendaman desinfektan, antara lain: Larutan Trefflan pada dosis 0,1 ppm selama 24 jam atau lebih untuk tujuan desinfeksi; Larutan Trefflan pada dosis 0,2 ppm selama 24 jam atau lebih untuk tujuan pengobatan; Perendaman formalin 10-25 ppm selama 24 jam.

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN KERAPU BATIK

Namun sejak tahun 1990 budidaya laut pada Indonesia terlihat semakin meningkat seiring menggunakan adanya keberhasilan dalam aktivitas pembenihan benih dan berbagai jenis ikan bahari ekonomis krusial telah berhasil diproduksi secara massal, tidak terlalu banyak lagi mengandalkan di alam. Berbagai jenis ikan yg sudah dikuasai tekniloginya, ikan kerapu batik masih merupakan galat satu andalan dalam budidaya bahari di Indonesia.

Kerapu batik adalah jenis ikan kerapu yang harganya mahal terutama yg mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik akan komoditas ini stabil bahkan cenderung semakin tinggi. Namun demikian yang masih sebagai perhatian primer merupakan ketersediaan benih yang belum bisa tepenuhi baik jumlah, mutu maupun kesinambungannya.

Ikan kerapu secara generik dikenal sebagai hewan karnivora yang buasa & rakus, memakan aneka macam jenis ikan, crustacean dan kadang ? Kadang jua memakan cepalopoda (cumi-cumi). Seringkali hayati menyendiri & menyukai naungan menjadi loka sembunyi. Ikan kerapu lebih senang menghindar menurut sinar surya eksklusif, kecuali sewaktu mencari makan & saat memijah.

Ikan kerapu adalah jenis ikan laut yang dapat ditemukan didaerah sub tropika dan tropika dari seluruh daerah lautan. Kebanyakan species ini tinggal didaerah karang, karang mati atau berlumpur. Ikan kerapu ini sering pula ditemukan di daerah pasang dan laut dengan kedalaman sekitar 40 m (Heemstra & Randall, 1993).

Distribusi geografis ikan kerapu di mulai dari Pasifik Selatan hingga Pulau Guam, New Caledonia dan Selatan Australia. Pada bagian Timur Samudra Hindia dimulai dari Barat Austalia dan Nicobars, sedangkan pada Kepulauan Indonesia tersebar Di Riau, Jawa, Bali, NTB dan Maluku.

Ikan kerapu merupakan salah satu jenis ikan laut yang semakin digemari oleh masyarakat. Kebutuhan ikan kerapu ini masih mengandalkan tangkapan dari alam sehingga lambat laun memungkinkan terjadinya penagkapan yang berlebihan (over fishing) baik dari segi ukuran maupun jumlah. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut maka diperlukan upaya budidaya. Adapun kendala utama yang dihadapi di dalam budidaya ikan kerapu adalah sering terjadi kematian massal yang diduga disebabkan oleh penyakit, baik itu penyakit akibat jamur, bakteri maupun yang disebabkan oleh virus.

Penyakit didefenisikan sebagai suatu ketidaknormalan pada struktur atau fungsi tubuh yang ditunjukkan dengan gejala yang spesifik atau non spesifik. Kesalahan managemen dan lingkungan yang bermasalah dapat menimbulkan penyakit pada usaha budidaya ikan kerapu. Jaringan atau organ yang rusak, penurunan berat badan dan adanya kematian merupakan indikasi timbulnya penyakit. Dampak yang ditimbulkan adalah penurunan produk perikanan / budidaya, oleh karena itu pnyakit dan lingkungan perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga kerugian dari segi ekonomi dapat ditekan.

Beberapa factor yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit yaitu adanya interaksi antara inang (Host), penybab penyakit (Pathogen) dan lingkungan. Penyakit yang akan timbul apabila ikan yang dipelihara rentang terhadap penyakit

dan kondisi lingkungan yang buruk yang menyebabkan peningkatan serangan penyakit serta penurunan kekebalan dari inang.

Factor – factor yang dapat menimbulkan penyakit adalah perubahan / fluktuasi suhu yang sangat tinggi, adanya radiasi sinar ultra violet dari matahari. Sedangkan factor – factor kimia seperti kontaminasi lingkungan dengan obat – obatan, racun, penggunaan bahan kimia yang berlebihan dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Keberadaan virus, bakteri jamur maupun parasit diperairan merupakan factor biologi fluktuasi suhu, kelarutan gas, pH dan ketersediaan makanan.

Kestabilan lingkungan terutama parameter fisika dan kimia air pada media pemeliharaan akan menentukan kesehatan ikan yang kita pelihara. Fluktuasi suhu, pH, salinitas atau oksigen terlarut yang melebihi batas optimum dapat menimbulkan stress dan pada akhirnya akan menimbulkan penyakit. Kunci sukses dalam upaya pemeliharaan ikan adalah mampu memahami dan mengelola lingkungan dalam hal ini air sebagai media pemeliharaan. Pemahaman terhadap pentingnya peranan lingkungan dan mengetahui penyebab penyakit adalah pentingnya dalam upaya pengendalian dan control penyakit.

Virus

Penyakit virus yang menyerang pada ikan kerapu adalah VNN (Viral Nervous necrosis) yang disebabkan oleh Iridovirus. Virus ini menyerang secara meluas sejak tahun 1998. virus ini menyebabkan kematian massal pada juvenile/larva. Larva yang terserang mula-mula tenggelam didasar bak kemudian akan mengapung di permukaan air dengan kondisi perut mengembang.

Bakteri

Penyakit bakteri yang menyerang ikan kerapu adalah kerusakan pada sirip, sehingga serangan bakteri ini sering disebut juga dengan Bacterial fin rot Diseases.

Jamur

Penyakit jamur yang menyerang ikan kerapu dapat menyebabkan sakit apabila tumbuh pada suatu organisme. Ada dua macam penyakit kerapu yang disebabkan oleh jamur, yaitu Saprolegniasis yang disebabkan oleh jamur Saprolegnia Sp., dan Ichthyosporidosis yang disebabkan oleh jamur Ichtyosporidium Sp. Serangan Saprolegniasis ditandai dengan perubahan warna kulit menjadi putih keabu-abuan, sedangkan tanda adanya serangan Ichthyosporidosis ditandai dengan luka berlubang

Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Pada Ikan Kerapu

DAFTAR PUSTAKA

Dwiyanto febriko Sapto, 2004. Budidaya Ikan Kerapu Dalam Keramba Jaring Apung. Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Air Payau Sitobondo.

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 2004. Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kalautan dan Perikanan. Gondo Bali.

Triastutik Gemi, 2004. Pengendalian Penyakit Ikan dan Udang. Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Air Payau Sitobondo

Purwanti A. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Keparu Batik Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

#Tag :

Penyakit Fungal (Jamur) Pada Ikan : Exophiala sp

Exophiala sp merupakan jamur dematiaceous terisolasi dari tanah, bahan kayu yang membusuk, tanaman, dan air segar. Genus Exophiala terdiri atas banyak spesies, seperti E. castellanii, E. jeanselmei (yang saat ini memiliki dua varietas yaitu E. jeanselmei var. Heteromorpha dan E. jeanselmei corni var. Lecanii), E. moniliae, E. pisciphila, E. salmonis, E. spinifera, dan E. werneckii.

Pada ikan, spesies E. salmonis dan E. psychrophila menyebabkan penyakit pada beragam ikan air tawar dan air laut seperti E. salmois yang merupakan agen patogen pada ikan salmoid. Gejala klinis serangan Exophiala sp antara lain mengalami melanosis dan bergerak laterik, terkadang ditemukan nodul-nodul pada kulit dengan granuloma berwarna putih kekuningan pada organ dalam seperti hati, ginjal, dan limpa, serta terjadi pembesaran ginjal posterior. Bentuk infeksi dan morfologi Exophiala sp disajikan pada Gambar berikut.

Bentuk infeksi dan morfologi Exophilia sp

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN KERAPU MACAN

Dalam budidaya, keberhasilan di bidang produksi sangat ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya penyediaan benih, kualitas air, pengelolaan & sebagainya. Penyakit merupakan galat satu hambatan utama pada keberhasilan produksi yg sangat merugikan. Timbulnya penyakit merupakan suatu proses yg dinamis dan adalah interaksi antara inang (host), jasad penyakit (patogen) & lingkungan. Lingkungan terutama sifat fisik, kimia & biologi perairan akan sangat mempengaruhi keseimbangan ikan menjadi inang & organisme penyebab penyakit. Lingkungan yang baik akan menaikkan daya tahan ikan, sedangkan lingkungan yg kurang baik akan mengakibatkan ikan mudah stress dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap agresi patogen.

Tingkat keberhasilan usaha budidaya ikan selain ditentukan sang hadiah pakan yang sempurna juga sangat dipengaruhi oleh syarat lingkungan tempat hidupnya. Dinamika kondisinya sangat mudah terpengaruh sang bahan kimia terlarut, iklim mikro & perlakuan yg dilakukan. Oleh karena itu kita wajib tahu kualitas air dan interaksinya.

KLASIFIKASI

Klasifikasi Ikan kerapu macan (Epinehelus fuscoguttatus) digolongkan dalam :

Class : Chondrichthyes

Sub group : Ellasmobranchii

Ordo : Percomorphi

Divisi : Perciformes

Famili : Serranidae

Genus : Epinephelus

Species : Epinepheus sp

MORFOLOGI

Ikan kerapu bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang memipih & menajam, maxillarry lebar diluar mata, gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris, masih ada bintik putih coklat pada ketua, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal & poterior.

HABITAT DAN KEBIASAAN MAKAN

benih ikan kerapu macan merupakan pantai yang poly ditumbuhi algae jenis reticulata & Gracilaria sp, sehabis dewasa hayati pada perairan yg lebih dalam dengan dasar terdiri berdasarkan pasar berlumpur. Ikan kerapu termasuk jenis hewan pemakan daging & cara makannya "mencaplokdanquot; satu persatu makan yang diberikan sebelum kuliner hingga ke dasar. Pakan yg paling disukai kenis krustaceae (rebon, dogol & krosok), selain itu jenis ikan-ikan (tembang, teri dan belanak).

CARA BERKEMBANG BIAK

Di dalam tangki percobaan ikan betina yang telah dewasa bila akan memijah mendekati jantan. Bila ketika memijah datang, ikan jantan dan betina akan berenang beserta-sama dipermukaan air. Pemijahan terjadi pada malam hari, antara pukul 18.00 sampai pukul 22.00. Jumlah telur yang dihasilkan tergantung dari berat tubuh betina, contoh betina berat 8 kg dapat membuat telur 1.500.000 butir. Telur yg sudah dibuahi bersifat "non adhesive" yaitu telur yg satu nir inheren pada telur yang lainnya. Bentuk telur merupakan bundar dan transparan dengan garis tengah sekitar 0,80 -0,85 mm. Telur yg sudah dibuahi akan menetas menjadi benih yg aktif berenang. Benih inilah yg generik tertangkap sang nelayan. Kelimpahan benih ikan kerapu ini sepanjang tahun tidak sama. Kelimpahan yang paling tinggi disekitar Teluk Banten terjadi dalam bulan Februari hingga April.

BUDIDAYA IKAN KERAPU

Ikan kerapu yang sudah berhasil dibenihkan antara lain adalah ikan kerapu tikus, kerapu macan, kerapu lumpur dan kerapu malabar. Sedangkan kerapu alis/Napoleon dan kerapu sunu masih dalam penelitian. Dalam teknik pembenihan buat ikan kerapu tikus, macan, malabar dan lumpur pada prinsipnya sama.

TEKNIK PEMBENIHAN

Pemijahan induk

Keberhasilan pemijahan induk ikan kerapu merupakan kunci awal dari semua mata rantai kegiatan produksi benih ikan kerapu. Dengan pengelolaan induk yang baik akan didapatkan produksi telur dengan mutu yg baik sebagai akibatnya pada akhirnya akan diperlukan produksi benih ikan kerapu menggunakan sintasan yang tinggi.

A. Pengelolaan induk

Induk ikan kerapu asal dari hasil penangkapan di alam. Induk dipelihara pada bak beton berbentuk bulat (? 10 meter & kedalaman tiga meter). Bak pemeliharaan induk juga sekaligus merupakan bak pemijahan. Sirkulasi air pada bak pemeliharaan induk dilakukan terus menerus sebesar 200 - 300 % setiap harinya menggunakan memakai pompa elektromotor 20 PK (? Pipa 8?) lalu dilengkapi pipa distribusi ke pada bak induk menggunakan ? 4?. Dalam bak diberi aerasi sebesar 20 titik dengan jarak titik satu dengan yang lainnya lebih kurang 2 meter. Untuk menjaga kualitas air dalam bak induk permanen prima dilakukan menggunakan mengatur pembuangan air atas dan air bawah. Siang hari dilakukan pembuangan air bawah dan malam hari dilakukan pembuangan air atas. Selama masa pemeliharaan induk, dilakukan hadiah pakan berupa ikan segar menggunakan kandungan lemak rendah. Jenis-jenis ikan yang biasa diberikan pada induk ikan kerapu adalah ikan layang, ikan selar, ikan teri, ikan belanak & cumi-cumi. Dosis hadiah pakan merupakan tiga-5 % berdasarkan total berat induk Pemberian pakan dilakukan pagi hari antara jam 07.00 ? 08.00 I setiap harinya. Induk juga diberikan tambahan vitamin E @ tocopherol (Nature E) dengan takaran 100 IU per kg induk per minggu yg bertujuan buat memacu perkembangan gonade ikan. Sedangkan buat menambah daya tahan induk terhadap serangan penyakit diberikan vitamin C dengan takaran 50 mg/kg induk setiap dua minggu sekali. Induk pula diberikan vitamin B-Compleks menggunakan dosis 50 mg/kg induk per dua minggu sekali dengan tujuan untuk menambah nafsu makan ikan.

B. Pemijahan induk

Metoda pemijahan ikan kerapu pada dasarnya dapat dilakukan dengan manipulasi hormonal (pelaksanaan hormon steroid) dan manipulasi lingkungan. Pemijahan alami menggunakan manipulasi lingkungan. Setiap pagi, sehabis induk kerapu diberi makan, air dalam bak pemijahan diturunkan sampai kedalaman ? 50 cm diatas sirip punggung. Kondisi ini dibiarkan selama lima-7 jam dan air masuk (inlet) permanen dibiarkan mengalir. Perlakuan ini bisa menaikkan suhu air 1-3o C. Kemudian pada sore hari mulai jam 15.00, dilakukan penambahan air laut segar sampai mencapai ketinggian optimal (tiga meter) & dilakukan aliran sepanjang malam hari. Perlakuan ini dilakukan secara terus menerus hingga terlihat indikasi-tanda ereksi. Ciri-ciri induk ikan kerapu betina yang siap memijah merupakan perut gendut & lubang genital kemerahan. Sedangkan buat induk jantan yg matang gonade mempunyai karakteristik-karakteristik kulit lebih terperinci, agresif (selalu mengejar betina) & lubang genital kemerahan. Pemijahan ikan kerapu terjadi dalam bulan gelap (bulan lunar) yaitu antara tanggal 20 ? 10 bulan lunar & terjadi dalam malam hari antara jam 20.00 ? 02.00

c. Panen telur

Telur ikan kerapu output pemijahan yg baik memiliki karakteristik-ciri berbentuk bundar , ? 700-800 mikron, melayang pada permukaan air dan transparan. Sedangkan telur yang jelek atau tidak berkembang selnya menggunakan paripurna memiliki kenampakan keruh & sehabis beberapa saat ditampung akan mengendap. Setiap kali terjadi pemijahan induk, telur ditampung dalam bak penampungan telur yang dilengkapi jaring hapa (egg collector). Pemanenan telur dilakukan dalam pagi hari antara jam 06.00 ? 07.00. Telur hasil panenan ditampung pada akuarium dan dilakukan seleksi dan penghitungan jumlah telur menggunakan metoda volumetri. Setelah 18 ? 25 jam berdasarkan ketika pembuahan, dalam suhu 27 ? 28o C telur ikan kerapu akan menetas.

Pemeliharaan larva

Kegiatan pemeliharaan larva dimulai dari persiapan bak, penebaran dan penetasan telur, perkembangan larva, pakan dan anugerah pakan, pengelolaan kualitas air, penanggulangan penyakit & panen benih.

A. Persiapan bak

- Bak pemeliharaan larva berbentuk segi empat menggunakan volume 12,5 ton (lima x 2 x 1,25 meter).

- Sebelum diisi bak dibersihkan menggunakan kaporit (100-150 ppm), dibilas dengan air tawar dan sabun serta kemudian dikeringkan.

- Aerasi yang digunakan buat mensuplai oksigen dipasang menggunakan jarak antar titik sekitar 50 centimeter.

- bak diisi menggunakan air laut. Air bahari disaring melalui filter pasir. Salinitas air laut berkisar 30 ? 32 ppt. Pengisian dilakukan sehari sebelum penebaran telur serta diberi aerasi kuat selama 24 jam. Hal ini dimaksudkan buat menaikkan kadar oksigen terlarut yang berguna buat penetasan telur.

B. Penebaran telur

- Setelah persiapan bak selesai, telur ditebar menggunakan kepadatan telur yang ditebar antara 10-20 buah/lite. Penebaran telur dilakukan sehabis perkembangan embrio mencapai stadia neurola akhir, lantaran dari hasil pengamatan pada stadia ini perkembangan embrio sampai menetas memerlukan ketika relatif usang. Telur yang ditebarkan sebelum stadia neurola sering terjadi kerusakan lantaran perkembangan stadia sebelumnya (blastula dan gastrula) sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan & perkembangan embrio dalam stadia tadi berjalan relatif cepat.

- Telur menetas antara 18-20 jam setelah pemijahan dalam suhu 27-190C.

- Larva ikan kerapu baru menetas disebut sebagai D-0. Untuk menjaga kualitas air, cangkang-cangkang telur dan telur yang nir menetas segera disiphon.

C. Perkembangan larva

- Pada saat awal penetasan, aerasi dikecilkan. Hal ini dimaksudkan supaya larva kerapu yang baru menetas nir teraduk oleh arus yang disebabkan aerasi.

- Pada ketika menetas (D-0) sampai D-2, larva kerapu belum memanfaatkan pakan berdasarkan luar lantaran masih memiliki cadangan pakan berupa kuning telur.

- larva mulai membutuhkan pakan dari luar yaitu rotifera (Brachionus plicatilis).

- Pada umur D-8, bakal sirip punggung dan sirip perut mulai tampak berupa tonjolan. Pada D-10 tonjolan tersebut sudah terlihat panjang dan berbentuk spina. Pertambahan panjang spina berlangsung hingga D-30 s/d D-35 dan selanjutnya akan berubah bentuk sebagai duri keras pertama dalam sirip punggung dan sirip perut.

- Pada D-40, larva ikan kerapu telah mulai menjadi ikan belia, hal ini ditandai dengan timbulnya pigmentasi rona putih transparan sampai coklat muda (krem) misalnya ikan dewasa.

D. Pakan dan hadiah pakan

- Pakan yg dipersiapkan buat larva ikan kerapu terdiri dari pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami yang dipersiapkan melalui kultur massal secara terpisah seperti Chlorella Sp. ; rotifera (Brachionus plicatilis); Artemia & jambret (Mysidaceae).

- Sedangkan pakan protesis diberikan untuk melengkapi kebutuhan nutrisi larva jika pakan alami tidak mencukupi.

E. Pengelolaan kualitas air

- Dilakukan penyiponan dasar bak apabila terlihat dasar bak kotor, larva pula diberikan Chlorella Sp. Dengan kepadatan 250-300 ribu sel/mililiter. Pemberian Chlorella Sp. Ini terus dilakukan sampai larva berumr D-30.

- Pergantian air jua dilakukan sesuai dengan umur larva. Pada D-5 hingga D-9 pergantian air lima % per hari. Pada D-10 sampai D-19 pergantian air 10-15 % per hari. D-20 hingga D-30 pergantian air 20-30 % per hari dan mulai D-30 pergantian air dilakukan 50 % per hari.

- Pemanenan bisa dilakukan sehabis larva berumur 50 - 90 hari atau telah mencapai ukuran panjang 4-lima cm (2?).

TEKNIK PEMBESARAN IKAN KERAPU

Kegiatan budidaya ikan kerapu yang telah mulai berkembang adalah pembesaran dalam karamba jaring apung (KJA) pada laut. Meskipun begitu, tidak tertutup kemungkinan buat budidaya ikan kerapu di bak terkontrol secara intensif juga pada kolam air laut (tambak).

Pembesaran di KJA

a. Pemilihan lokasi

faktor yang perlu diperhatikan buat menunjang keberhasilan aktivitas budidaya ikan kerapu di KJA merupakan pemilihan lokasi. Parameter yg perlu diperhatikan pada pemilihan lokasi tersebut merupakan:

? Lokasi terlindung menurut gangguan angin & gelombang yang kuat. Kedalaman air minimal 15 m,

? Lokasi harus terhindar dari pengaruh pencemaran, gampang diperoleh sarana & prasarana yg dibutuhkan. Selain itu lokasi tadi memenuhi persyaratan fisika & kimia air misalnya :

- Salinitas 20-35 ppt

- Suhu 27-32oC

- DO > 5 ppm

- PH 7,lima-9,0

- Ammonia dan nitrit < 0,1 ppm

b. Sarana budidaya

? Kerangka/rakit : berfungsi buat menempatkan kurungan (jaring), terbuat menurut bahan bambu, kayu atau pipa galvanis yang telah dicat anti karat. Bentuk dan ukuran kerangka/rakit bervariasi tergantung menurut ukuran yang digunakan, sebuah rakit umumnya terdiri menurut empat butir kurungan (jaring).

? Pelampung : berfungsi buat mengapungkan keseluruhan wahana budidaya, bisa dipakai pelampung berdasarkan bahan drum oplastik, drum besi atau pelampung styrofoam. Ukuran dan jumlah pelampung yg dipergunakan diadaptasi menggunakan besarnya beban & daya apung menurut pelampung, Pelampung diikatkan pada rakit menggunakan tali polyethylene (PE) ? 0,8-1,0 centimeter.

• Kurungan atau wadah untuk memelihara ikan : terbuat dari bahan polyethylene (PE). Pemilihan bahan-bahan ini didasarkan atas daya tahannya terhadap pengaruh lingkungan dan harganya relatif lebih murah jika dibandingkan degan bahan-bahan yang lain. Bentuk dan ukuran kurungan bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran ikan, kedalaman perairan serta faktor kemudahan dalam pengelolaannya. Ukuran kurungan ummnya adalah (2 x 2 x 2) m3; (3 x 3 x 3)m3 atau (3 x 3 x 5) m3. Lebar mata (mesh size) kurunga disesuaika degan ukuran ikan yang dibudidayakan, misalnya untuk ikan panjang kurang dari 10 cm lebar mata digunakan adalah 8 mm (5/16 “), panjang ikan 10-15 cm lebar mata 25 mm (1”) serta apabila panjang ikan > 15 cm lebar mata adalah 25-50 mm (1-2”)

Jangkar : berfungsi buat menahan holistik sarana budidaya agar tetap dalam tempatnya. Jangkar yg dipergunakan wajib bisa menunda wahana budidaya berdasarkan dampak arus, angin dan gelombang. Jangkar bisa terbuat menurut besi, karungberisi pasir atau balok semen/beton. Jangkar diikat menggunakan tali PE & panjangnya tergantung kedalaman perairan, umumnya tiga kali kedalaman perairan pada saat pasang tinggi.

Tehnik Pembesaran

? Penebaran Benih : Benih ikan kerapu berukuran panjang 4-5 centimeter (2?) berdasarkan output tangkapan di alam maupun berdasarkan output produksi pada tempat pembenihan (hatchery) umumnya didederkan terlebih dahulu pada bak beton atau waring nylon hingga mencapai berukuran glondongan (10 centimeter) untuk lalu ditransfer ke karamba jaring apung pada laut sampai mencapai berukuran konsumsi. Padat penebaran buat benih yang beratnya 20-50 gr/ekor merupakan 100 ekor/m3 .

? Pakan : Pakan yg biasanya diberikan dalam pembesaran ikan kerapu adalah ikan rucah (trash fish) pada bentuk segar, misalnya ikan selar, tamban atau layang. Jenis ikan ini mengandung protein tinggi dan kadar lemaknya rendah. Rasio konversi pakan umumnya berkisar antara 7-8, ialah buat mendapatkan daging ikan 1 kg dibutuhkan 7-8 kg ikan rucah. Pakan yang diberikan usahakan dalam keadaan segar menggunakan dosis 5-10 % menurut bobot biomas setiap harinya.

Pengelolaan ikan : Kurungan apung sebagai loka buat membudidayakan ikan kerapu adalah lingkungan yg terbatas, sehinga kebebasan ikan terbatas jua. Akibat menurut keadaan ini terjadi pertumbuhan yang nir

? Seragam karena adanya persaingan dalam mendapatkan makanan, ruang mobilitas juga perbedaan kegiatan ikan.

? Untuk itu dilakukan penjarangan dengan jalan mengurangi kepadatan dipindah ke jaring lainnya.

? Pengelolaan sarana budidaya : Sarana budidaya berupa rakit, kurungan apung, pelampung & sarana lainya harus menerima perawatan secara terpola.

? Pengendalian Penyakit : Penyakit yang poly menyerang ikan kerapu yang dibudidayakan pada karamba jaring apung adalah ditimbulkan oleh krustacea, trematoda, protozoa, jamur, bakteri & virus. Krustacea dan trematoda umumnya menyerang insang, sedangkan protozoa, fungi, bakteri & virus menyerang bagian tubuh yang luka. Gejala ikan kerapu yg sakit berbeda-beda tergantung penyakit yang menyerangnya dan daya tahan tubuh ikan yg diserang. Gejala tersebut harus diketahui buat memilih cara pengendalian yg tepat & efisien.

Panen : Ukuran panen bisa diadaptasi menggunakan permintaan pasar. Biasanya berukuran yg dikehendaki pasar (ukuran konsumsi) merupakan 0,lima-1,lima kg per ekor ikan. Untuk mencapai ukuran 500-800 gr, ikan kerapu tikus berbobot tebar 20-50 gr wajib dipelihara selama 10-12 bulan. Sedang buat kerapu macan membutuhkan waktu 6-8 bulan.

? Selama masa pemeliharaan dibutuhkan seleksi ukuran (grading) setetah bulan kelima buat mengurangi variasi ukuran yg terlalu tajam sebagai akibatnya diperlukan ukuran panen pada bulan ke-12 merupakan nisbi seragam. Ikan kerapu tikus memiliki harga jual yg tinggi umumnya pada keadaan hidup. Untuk itu penanganan pasca panen juga wajib dilakukan menggunakan sangat hati-hati.

PENANGANAN PENYAKIT IKAN

Pengobatan Dengan Bahan Kimia & Bahan Alami

Tanaman Saga (Abrus preccatorius L.)

Saga dapat ditemukan dalam wilayah tropis dan subtropis, tumbuh liar pada hutan berupa belukar liar atau ditanam di pekarangan menjadi tanaman obat. Asalnya terdapat yang berkata menurut Asia & Afrika serta bisa ditemukan berdasarkan 1-1.000 m dpl. Tanaman perdu yg memanjat & membelit dalam pagar atau flora lain. Pokok batangnya mini , daunnya berupa daun beragam menyirip genap yang tumbuh berseling, panjang 4-11 cm. Anak daun 8-17 pasang, helai daun bentuknya jorong melebar. Bunga mini -mini dengan mahkota bunga berbentuk kupu-kupu, warna ungu muda tumbuh mengumpul pada tandan yg keluar berdasarkan ketiak daun. Buahnya buah polong berwarna hijau kuning, gepeng persegi empat memanjang. Buah jika masak menjadi kemarau berwarna hitam dan pecah sendiri, berisi tiga-6 buah biji yang bentuknya bulat lonjong warna merah mengkilap berbecak hitam.

C. Sifat Kimia dan Efek farmologis

? Biji ; pedas, pahit, netral, sangat beracun, membunuh parasit (parasiticide), anti radang, melancarkan pengeluaran nanah. Tidak dianjurkan untuk pemakaian pada (diminum/dimakan).

? Akar, batang, dan daun ; cantik, netral, membersihkan panas, anti radang, peluruh kencing (diuretik).

Akar ; perangsang muntah (emetikum).

? Daun ; penyejuk (demulcent) pada kulit dan selaput lendir.

? Kandungan Kimia

? Biji ; Abrine, Abraline, L ( )-hypaphorine, choline, trigoneline, squalene, betaamyrin, Abrussic & asam gallat.

? Akar,btg dan daun ; Glycyrrhisic acid. Abrinee (jequiritin) suatu albumin flora, senyawa ini sangat toksit, larut pada larutan natrium klorida, mempunyai titik lebur 295oC dan bisa merusak pertumbuhan Ehrlich ascites pada mencit.

? Bagian Yang Dipakai

? Biji, pemakaian luar buat kudis, kurap, radang kulit bernanah, ekzema, bisul, memar. Bercak putih dikulit (leucoderma), sakit pinggangSebagai obat tetes untuk pengobatan penyakit mata kronis seperti trachoma da kerusakan pada kornea.

? Daun, Bengkak (memar), Sakit otot (rhematism), Bercak-bercak berwarna dalam kulit yg terpapar (freckies)

? Cara pemakaian

Bercak putih dikulit (Leucoderma) ; biji saga dan daun ditumbuk halus , lalu dibubuhi sedikit air sampai sebagai adonan misalnya bubur pekat. Dipakai buat menurap bercak putih dikulit.

Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata)

Tanaman semak banyak cabangnya, tinggi mencapai 90 centimeter , buanga berwarna putih menggunakan daun berwarna hijau tua. Daun mengandung minyak atsiri yang bermanfaat sebagaianti radang. Selain itu juga mengandung zat andrographolid yang getir rasanya, alkaloid, & kalium.

Kandungan ilmiah yang dimiliki diantaranya flavonoid, alkane, keton, aldehid, asam kersik & andrografolid (pahit) & mineral. Kandungan aktif andrografolid adalah pelindung buat sel hati berdasarkan kandungan racun.

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1993. Petunjuk Pelaksanaan Penangulangan Penyakit Ikan. Direktorat Sumber Hayati. Ditjen Perikanan. Jakarta.

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol. III No. 4 Tahub 1997

Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma, et. Al. 1998, Tanaman berguna Obat pada Indonesia, hal 133-136, Penerbit Pustaka Kartini.

Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma & Dr. Setiawan Dalimartha., 1997 Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Darah Tinggi. Hal 80-82, Penebar Swadaya, Jakarta.

Resmiyati Purba, Waspada, Mustahal & Susanti Diani. 1993.Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Umur Sampai 35 Hari Dengan Padat Tebar Yang Berbeda. Jurnal Penelitan Budidaya Pantai. Vol. 9. No. Lima.1993. Bojonegoro-Serang.

Santoso B & Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Kerapu Macan Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Susanti Diani dan Akhmad Rukyani. 1989. Pengendalian Penyakit Dalam Kurungan Apung di Laut. Makalah temu tugas pemanfaatan sumberdaya biologi samudera bagi budidaya, Serang. 23 ? 24 Mei 1989.

Zufran et.Al.,Parasit dalam Ikan Kerapu Di Panti Benih & Upaya Penanggulangannya,Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia vol.III No.4 Tahun 1997

#Tag :

Penyakit Fungal (Jamur) Pada Ikan : Phoma sp

Jamur jenis Phoma sp adalah bagian menurut grup jamur yg banyak ditemukan di tanah dan secara periodik menyerang akar flora, dan menciptakan warna dalam tumbuhan. Serangan jamur Phoma sp lebih disebabkan karena tanah kolam tempat ikan dibudidaya terkotori spora Phoma sp yg menyerang akar tanaman sehingga mengurangi kualitas tanah. Serangan jamur ini bisa mencemari perairan sebagai akibatnya memberi konstribusi terhadap penyakit yg menyerang ikan. Gejala klinis serangan Phoma sp antara lain terbentuknya hifa dan warna koloni tampak lebih gelap & berwarna pada inang yg diinfeksi. Bentuk infeksi Phoma sp dan morfologi Phoma sp tersaji dalam Gambar berikut.

Bentuk infeksi dan morfologi Phoma sp

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN KERAPU BEBEK

Dalam budidaya, keberhasilan pada bidang produksi sangat dipengaruhi sang beberapa faktor diantaranya penyediaan benih, kualitas air, pengelolaan dan sebagainya. Penyakit adalah salah satu hambatan primer dalam keberhasilan produksi yang sangat merugikan. Timbulnya penyakit adalah suatu proses yg dinamis dan merupakan hubungan antara inang (host), jasad penyakit (patogen) dan lingkungan. Lingkungan terutama sifat fisik, kimia & biologi perairan akan sangat menghipnotis keseimbangan ikan sebagai inang dan organisme penyebab penyakit. Lingkungan yg baik akan menaikkan daya tahan ikan, sedangkan lingkungan yg kurang baik akan menyebabkan ikan gampang stress dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan patogen.

Tingkat keberhasilan bisnis budidaya ikan selain ditentukan sang anugerah pakan yang tepat jua sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan loka hidupnya. Dinamika kondisinya sangat mudah terpengaruh oleh bahan kimia terlarut, iklim mikro & perlakuan yg dilakukan. Oleh karenanya kita wajib memahami kualitas air dan interaksinya.

DESKRIPSI IKAN KERAPU

KLASIFIKASI

Klasifikasi Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) digolongkan pada :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Osteichtyes

Sub group : Actinopterigi

Ordo : Percomorphi

Sub ordo : Percoidae

Family : Sarraanidae

Genus : Cromileptes

Species : Cromileptes altivelis

MORFOLOGI

Kerapu bebek mempunyai sirip dorsal (punggung), sirip anal (perut), sirip pektoral (dada), sirip garis lateral (gurat sisi),dan sirip caundal (ekor). Selain sirip, di bagian tubuhnya masih ada sisik yang berbentuk sikloid.

Bentuk tubuh bagian punggung meninggi dengan bentuk cembung (concane) ketebalan tubuh lebih kurang 6,6-7,6 centimeter dari panjang spesifik. Sementara panjang tubuh aporisma mencapai 70 cm. Lobang hidungnya akbar berbentuk bulan sabit vertikal kulit berwarna jelas abu-abu kehijauan dAn bintik-bintik hitam diseluruh ketua, badan dan sirip,dalam kerapu belia bintik-bintik hitamnya lebih akbar dan sedikit.

HABITAT

Ikan kerapu bebek poly pada jumpai di perairan batu karang atau daerah karang kapur, hidup dalam kedalaman 7-40 meter. Dalam daur hidupnya ikan kerapu bebek muda hayati pada perairan karang menggunakan kedalaman 0,5-tiga meter, selanjutnya menginjak dewasa menuju ke perairan yg lebih pada,& umumnya perpindahan ini berlangsung pada siang & senja hari. Telur larva kerapu bebek bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda sampai dewasa bersifat domesal. 3

BUDIDAYA IKAN KERAPU

Ikan kerapu yg sudah berhasil dibenihkan diantaranya merupakan ikan kerapu bebek, kerapu macan, kerapu lumpur dan kerapu malabar. Sedangkan kerapu alis/Napoleon & kerapu sunu masih dalam penelitian. Dalam teknik pembenihan untuk ikan kerapu tikus, macan, malabar dan lumpur pada prinsipnya sama.

TEKNIK PEMBENIHAN

Pemijahan induk

Keberhasilan pemijahan induk ikan kerapu merupakan kunci awal menurut semua mata rantai aktivitas produksi benih ikan kerapu. Dengan pengelolaan induk yg baik akan didapatkan produksi telur dengan mutu yang baik sebagai akibatnya pada akhirnya akan dibutuhkan produksi benih ikan kerapu menggunakan sintasan yg tinggi.

A. Pengelolaan induk

Induk ikan kerapu asal menurut hasil penangkapan pada alam. Induk dipelihara dalam bak beton berbentuk bundar (? 10 meter & kedalaman 3 meter). Bak pemeliharaan induk jua sekaligus merupakan bak pemijahan. Sirkulasi air pada bak pemeliharaan induk dilakukan terus menerus sebanyak 200 - 300% setiap harinya dengan menggunakan pompa elektromotor 20 PK (? Pipa 8?) kemudian dilengkapi pipa distribusi ke dalam bak induk dengan ? 4?. Dalam bak diberi aerasi sebanyak 20 titik menggunakan jeda titik satu dengan yang lainnya kurang lebih dua meter. Untuk menjaga kualitas air pada bak induk permanen prima dilakukan menggunakan mengatur pembuangan air atas & air bawah. Siang hari dilakukan pembuangan air bawah & malam hari dilakukan pembuangan air atas. Selama masa pemeliharaan induk, dilakukan pemberian pakan berupa ikan segar dengan kandungan lemak rendah. Jenis-jenis ikan yg biasa diberikan pada induk ikan kerapu merupakan ikan layang, ikan selar, ikan teri, ikan belanak dan cumi-cumi. Dosis hadiah pakan merupakan 3-lima % berdasarkan total berat induk Pemberian pakan dilakukan pagi hari antara jam 07.00-08.00 setiap harinya. Induk jua diberikan tambahan vitamin E @ tocopherol (Nature E) dengan takaran 100 IU per kg induk per minggu yang bertujuan buat memacu perkembangan gonade ikan. Sedangkan buat menambah daya tahan induk terhadap serangan penyakit diberikan vitamin C dengan dosis 50 mg/kg induk setiap 2 minggu sekali. Induk juga diberikan vitamin B-Compleks menggunakan takaran 50 mg/kg induk per dua minggu sekali dengan tujuan untuk menambah nafsu makan ikan.

B. Pemijahan induk

Metoda pemijahan ikan kerapu dalam dasarnya bisa dilakukan dengan manipulasi hormonal (pelaksanaan hormon steroid) dan manipulasi lingkungan. Pemijahan alami menggunakan manipulasi lingkungan. Setiap pagi, selesainya induk kerapu diberi makan, air pada bak pemijahan diturunkan sampai kedalaman ? 50 cm diatas sirip punggung. Kondisi ini dibiarkan selama 5-7 jam & air masuk (inlet) tetap dibiarkan mengalir. Perlakuan ini dapat meningkatkan suhu air 1-3oC. Kemudian pada sore hari mulai jam 15.00 dilakukan penambahan air laut segar sampai mencapai ketinggian optimal (tiga meter) & dilakukan peredaran sepanjang malam hari. Perlakuan ini dilakukan secara terus menerus hingga terlihat tanda-pertanda ereksi. Ciri-karakteristik induk ikan kerapu betina yg siap memijah adalah perut gendut & lubang genital kemerahan. Sedangkan buat induk jantan yang matang gonade memiliki karakteristik-karakteristik kulit lebih terperinci, agresif (selalu mengejar betina) & lubang genital kemerahan. Pemijahan ikan kerapu terjadi dalam bulan gelap (bulan lunar) yaitu antara lepas 20-10 bulan lunar & terjadi dalam malam hari antara jam 20.00-02.00

c. Panen telur

Telur ikan kerapu hasil pemijahan yg baik mempunyai karakteristik-karakteristik berbentuk bundar , ? 850-950 mikron, melayang pada permukaan air & transparan. Sedangkan telur yang tidak baik atau tidak berkembang selnya dengan sempurna memiliki kenampakan keruh & setelah beberapa waktu ditampung akan mengendap. Setiap kali terjadi pemijahan induk, telur ditampung dalam bak penampungan telur yang dilengkapi jaring hapa (egg collector). Pemanenan telur dilakukan pada pagi hari antara jam 06.00-07.00. Telur hasil panenan ditampung pada akuarium dan dilakukan seleksi & penghitungan jumlah telur menggunakan metoda volumetri. Setelah 18-25 jam menurut ketika pembuahan, pada suhu 27-28o C telur ikan kerapu akan menetas.

Pemeliharaan larva

Kegiatan pemeliharaan larva dimulai dari persiapan bak, penebaran dan penetasan telur, perkembangan larva, pakan & pemberian pakan, pengelolaan kualitas air, penanggulangan penyakit & panen benih.

A. Persiapan bak

- Bak pemeliharaan larva berbentuk segi empat menggunakan volume 12,5 ton (lima x dua x 1,25 meter).

- Sebelum diisi bak dibersihkan menggunakan kaporit (100-150 ppm), dibilas menggunakan air tawar dan sabun dan kemudian dikeringkan.

- Aerasi yg digunakan buat mensuplai oksigen dipasang menggunakan jarak antar titik lebih kurang 50 cm.

- bak diisi dengan air laut. Air laut disaring melalui filter pasir. Salinitas air laut berkisar 30-32 ppt. Pengisian dilakukan - sehari sebelum penebaran telur serta diberi aerasi kuat selama 24 jam. Hal ini dimaksudkan untuk menaikkan kadar oksigen terlarut yang bermanfaat buat penetasan telur.

B. Penebaran telur

- Setelah persiapan bak terselesaikan, telur ditebar dengan kepadatan telur yang ditebar antara 10 ? 20 buah/lite. Penebaran telur dilakukan sehabis perkembangan embrio mencapai stadia neurola akhir, karena menurut hasil pengamatan dalam stadia ini perkembangan embrio hingga menetas memerlukan waktu relatif lama . Telur yg ditebarkan sebelum stadia neurola tak jarang terjadi kerusakan lantaran perkembangan stadia sebelumnya (blastula & gastrula) sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan & perkembangan embrio dalam stadia tersebut berjalan nisbi cepat.

- Telur menetas antara 18-20 jam selesainya pemijahan pada suhu 27-190C.

- Larva ikan kerapu baru menetas diklaim menjadi D-0. Untuk menjaga kualitas air, cangkang-cangkang telur & telur yg nir menetas segera disiphon.

C. Perkembangan larva

- Pada saat awal penetasan, aerasi dikecilkan. Hal ini dimaksudkan agar larva kerapu yang baru menetas nir teraduk oleh arus yang disebabkan aerasi.

- Pada waktu menetas (D-0) sampai D-2, larva kerapu belum memanfaatkan pakan berdasarkan luar lantaran masih mempunyai cadangan pakan berupa kuning telur.

- larva mulai membutuhkan pakan dari luar yaitu rotifera (Brachionus plicatilis).

- Pada umur D-8, bakal sirip punggung & sirip perut mulai tampak berupa tonjolan. Pada D-10 tonjolan tadi sudah terlihat panjang & berbentuk spina. Pertambahan panjang spina berlangsung hingga D-20 s/d D-21 dan selanjutnya akan berubah bentuk menjadi duri keras pertama pada sirip punggung dan sirip perut.

- Pada D-25 mulai timbul bintik-bintik hitam dipermukaan tubuhnya secara merata, larva ikan kerapu sudah mulai menjadi ikan muda.

D. Pakan dan pemberian pakan

- Pakan yg dipersiapkan buat larva ikan kerapu terdiri menurut pakan alami & pakan protesis. Pakan alami yg dipersiapkan melalui kultur massal secara terpisah seperti Chlorella Sp. ; rotifera (Brachionus plicatilis); Artemia dan jambret (Mysidaceae).

- Sedangkan pakan buatan diberikan buat melengkapi kebutuhan nutrisi larva jika pakan alami tidak mencukupi.

E. Pengelolaan kualitas air

- Dilakukan penyiponan dasar bak bila terlihat dasar bak kotor, larva jua diberikan Chlorella Sp. Dengan kepadatan

- 250 ? 300 ribu sel/ml. Pemberian Chlorella Sp. Ini terus dilakukan hingga larva berumr D-30.

- Pergantian air juga dilakukan sesuai menggunakan umur larva. Pada D-lima sampai D-9 pergantian air lima % per hari. Pada D-10 sampai D-19 pergantian air 10-15 % per hari. D-20 hingga D-30 pergantian air 20-30 % per hari & mulai D-30 pergantian air dilakukan 50 % per hari. Panen dan pasca panen

- Pemanenan bisa dilakukan setelah larva berumur 50-90 hari atau sudah mencapai ukuran panjang 4-lima cm (dua?).

TEKNIK PEMBESARAN IKAN KERAPU

Kegiatan budidaya ikan kerapu yang telah mulai berkembang merupakan pembesaran pada karamba jaring apung (KJA) di laut. Meskipun begitu, nir tertutup kemungkinan buat budidaya ikan kerapu di bak terkontrol secara intensif juga pada kolam air laut (tambak).

Pembesaran di KJA

a. Pemilihan lokasi

faktor yg perlu diperhatikan buat menunjang keberhasilan aktivitas budidaya ikan kerapu di KJA merupakan pemilihan lokasi. Parameter yg perlu diperhatikan pada pemilihan lokasi tersebut merupakan:

? Lokasi terlindung berdasarkan gangguan angin & gelombang yang kuat.

? Kedalaman air minimal 15 m,

? Lokasi harus terhindar menurut dampak pencemaran, mudah diperoleh sarana & prasarana yang diperlukan. Selain itu lokasi tadi memenuhi persyaratan fisika dan kimia air misalnya : - Salinitas 20-35 ppt

- Suhu 27-32oC

- DO > 5 ppm

- PH 7,5-9,0

- Ammonia dan nitrit < 0,1 ppm

b. Sarana budidaya

? Kerangka/rakit : berfungsi buat menempatkan kurungan (jaring), terbuat menurut bahan bambu, kayu atau pipa galvanis yang telah dicat anti zat oksidasi. Bentuk & berukuran kerangka/rakit bervariasi tergantung menurut ukuran yg digunakan, sebuah rakit umumnya terdiri dari empat butir kurungan (jaring).

? Pelampung : berfungsi buat mengapungkan keseluruhan wahana budidaya, bisa dipakai pelampung menurut bahan drum oplastik, drum besi atau pelampung styrofoam. Ukuran dan jumlah pelampung yg digunakan diadaptasi dengan besarnya beban dan daya apung dari pelampung, Pelampung diikatkan pada rakit menggunakan tali polyethylene (PE) ? 0,8-1,0 centimeter.

• Kurungan atau wadah untuk memelihara ikan : terbuat dari bahan polyethylene (PE). Pemilihan bahan-bahan ini didasarkan atas daya tahannya terhadap pengaruh lingkungan dan harganya relatif lebih murah jika dibandingkan degan bahan-bahan yang lain. Bentuk dan ukuran kurungan bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran ikan, kedalaman perairan serta faktor kemudahan dalam pengelolaannya. Ukuran kurungan ummnya adalah (2 x 2 x 2) m3; (3 x 3 x 3)m3 atau (3 x 3 x 5) m3. Lebar mata (mesh size) kurunga disesuaika degan ukuran ikan yang dibudidayakan, misalnya untuk ikan panjang kurang dari 10 cm lebar mata digunakan adalah 8 mm (5/16 “), panjang ikan 10-15 cm lebar mata 25 mm (1”) serta apabila panjang ikan > 15 cm lebar mata adalah 25-50 mm (1-2”)

? Jangkar : berfungsi buat menunda holistik wahana budidaya agar permanen pada tempatnya. Jangkar yg digunakan wajib sanggup menunda wahana budidaya menurut dampak arus, angin & gelombang. Jangkar dapat terbuat berdasarkan besi, karung berisi pasir atau balok semen/beton. Jangkar diikat dengan tali PE & panjangnya tergantung kedalaman perairan, umumnya tiga kali kedalaman perairan dalam ketika pasang tinggi.

Tehnik Pembesaran

Penebaran Benih : Benih ikan kerapu berukuran panjang 4-5 cm (2?) menurut hasil tangkapan di alam maupun menurut output produksi pada loka pembenihan (hatchery) umumnya didederkan terlebih dahulu pada bak beton atau waring nylon hingga mencapai berukuran glondongan (10 centimeter) buat kemudian ditransfer ke karamba jaring apung di laut sampai mencapai berukuran konsumsi. Padat penebaran untuk benih yang beratnya 20-50 gr/ekor adalah 10 ekor/m3 .

? Pakan : Pakan yg umumnya diberikan dalam pembesaran ikan kerapu merupakan ikan rucah (trash fish) dalam bentuk segar, seperti ikan selar, tamban atau layang. Jenis ikan ini mengandung protein tinggi dan kadar lemaknya rendah. Rasio konversi pakan umumnya berkisar antara 7-8, merupakan buat menerima daging ikan 1 kg diperlukan 7-8 kg ikan rucah. Pakan yang diberikan usahakan dalam keadaan segar menggunakan dosis 5-10 % menurut bobot biomas setiap harinya.

? Pengelolaan ikan : Kurungan apung sebagai tempat buat membudidayakan ikan kerapu adalah lingkungan yang terbatas, sehinga kebebasan ikan terbatas juga. Akibat menurut keadaan ini terjadi pertumbuhan yang nir seragam karena adanya persaingan pada menerima makanan, ruang gerak juga disparitas aktivitas ikan. ? Untuk itu dilakukan penjarangan menggunakan jalan mengurangi kepadatan dipindah ke jaring lainnya.

? Pengelolaan sarana budidaya : Sarana budidaya berupa rakit, kurungan apung, pelampung dan wahana lainya wajib mendapat perawatan secara berkala.

? Pengendalian Penyakit : Penyakit yang banyak menyerang ikan kerapu yang dibudidayakan dalam karamba jaring apung adalah ditimbulkan oleh krustacea, trematoda, protozoa, jamur, bakteri & virus. Krustacea dan trematoda umumnya menyerang insang, sedangkan protozoa, fungi, bakteri dan virus menyerang bagian tubuh yg luka. Gejala ikan kerapu yg sakit bhineka tergantung penyakit yang menyerangnya serta daya tahan tubuh ikan yg diserang. Gejala tersebut harus diketahui buat menentukan cara pengendalian yg sempurna dan efisien.

? Panen : Ukuran panen dapat disesuaikan dengan permintaan pasar. Biasanya berukuran yg dikehendaki pasar (berukuran konsumsi) adalah 0,5-1 kg per ekor ikan. Untuk mencapai berukuran 500-1000 gram, ikan kerapu tikus berbobot tebar 20-50 gr wajib dipelihara selama 10-12 bulan.. Selama masa pemeliharaan diperlukan seleksi berukuran (grading) setetah bulan kelima buat mengurangi variasi berukuran yg terlalu tajam sehingga diperlukan berukuran panen dalam bulan ke-12 merupakan relatif seragam. Ikan kerapu tikus memiliki harga jual yang tinggi umumnya pada keadaan hidup. Untuk itu penanganan pasca panen pula wajib dilakukan menggunakan sangat hati-hati.

PENANGANAN PENYAKIT IKAN

Jenis- jenis parasit yang sering menyerang ikan kerapu bebek dan cara pengobatannya menggunakan memakai bahan kimia & alami sebagai berikut :

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kelautan & Perikanan Derektorat Jenderal Perikanan Budidaya Balai Budidaya Laut Lampung (2001 ) Pembesaran kerap macan (epinephelus fuscoqutattus) dan kerapu bebek (cromileptes altivelis)

http://www.google.com/imgres?imgurl=http://4.bp.blogspot.com/_n-7fOeq--8s/S-IkcaoqipI/AAAAAAAAAEo/DBWiaIpqzgk/s320/BEBEK.jpg&imgrefurl=http://tipspetani.blogspot.com/2010/05/pembesaran-ikan-kerapu-bebek.html&h=198&w=320&sz=17&tbnid=JhrgPYpcf5Yy7M:&tbnh=90&tbnw=145&zoom=1&usg=__rRlf658huJZgwJA9X97j5ytp-e0=&docid=PSvJkBCfCa3siM&hl=id&sa=X&ei=XfiGUa2LPMfqrAeCw4HQCg&ved=0CDMQ9QEwAg&dur=37

Johanis dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Kerapu Bebek Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol.III No.4 Tahun 1997. Parasit Pada Ikan Kerapu Di Panti Benih Dan Upaya Penanggulangannya. Zafran*), Isti Koesharyani**) , dan Kei Yuasa

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol.III No.4 Tahun 1997. Studi Tentang Penyakit Bakterial Pada Ikan Kerapu Isti Koesharyani*) dan Zrafran*)

Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma, et. al. 1998, Tanaman berkhasiat Obat di Indonesia, hal 133-136, Penerbit Pustaka Kartini.

Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma dan Dr. Setiawan Dalimartha., 1997 Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Darah Tinggi. Hal 80-82, Penebar Swadaya, Jakarta.

Syamsul Akbar, Pg D ip, Drs Sudaryanto Pembenihan dan Pembesaran Kerape Bebek, Penebar Swadaya 2002

Zufran et.al.,Parasit pada Ikan Kerapu Di Panti Benih dan Upaya Penanggulangannya,Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia vol.III No.4 Tahun 1997

#Tag :

Penyakit Parasitik Pada Ikan : Penyakit Protozoik (Protozoa Disease)

Protozoa berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata proto dan zoon yang berarti binatang pertama. Protozoa merupakan organisme protista eukariot, uniseluler, dan beberapa spesies membentuk koloni, pembelahan dilakukan secara aseksual. Beberapa bentuk gerakan Protozoa, yaitu (a) pasif, melekat pada inang; (b) aktif tanpa organel, tetapi dengan kontraktil fibrila; (c) aktif dengan kaki-kaki semu atau pseudopodia, flagella, dan sillia. Lebih dari 64.000 spesies Protozoa yang telah dikenal yang diperkirakan 32.000 spesies berupa fosil, 22.000 merupakan makhluk hidup yang hidup bebas, dan 10.000 memiliki sifat parasit.

Ukuran dan bentuk Protozoa sangat beragam, yaitu berbentuk lonjong atau membola, memanjang, dan ada juga yang polimorfik (mempunyai berbagai bentuk morfologi pada tingkat berbeda dalam siklus hidupnya. Sel Protozoa yang khas terbungkus oleh sitoplasma. Banyak juga yang dilengkapi dengan lapisan luar sitoplasma (ektoplasma) yang dapat dibedakan dari sitoplasma bagian dalam (endoplasma). Setiap sel Protozoa mempunyai minimal satu nukleus, meskipun beberapa mempunyai nukleus bahu rangkap (multiple nuclei). Sejumlah Protozoa membentuk struktur kerangka yang memberikan kekakuan pada sel-selnya yang dinamankan cangkang (shell) dimana lapisan ini terdiri atas bahan organik yang diperkuat dengan zat anorganik, seperti kalsium karbonat atau silika. Beberapa Protozoa juga dapat membentuk sista (selundang) untuk melindungi dirinya dari bahaya kondisi lingkungan yang ekstrim, seperti kekeringan, kehabisan nutrisi makanan, dan perubahan faktor lingkungan yang drastis, serta dapat juga digunakan sebagai bentuk vegetatif.

Protozoa berkembangbiak melalui proses aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual berlangsung dengan pembelahan sel. Sedangkan reproduksi seksual terjadi secara konjugasi, yaitu penyatuan fisik sementara antara dua individu yang diikuti dengan pertukaran bahan nukleus (dijumpai pada Siliata). Protozoa berperan sebagai dalam rantai makanan, termasuk bagi kemunitas di lingkungan akuatik. Kelompok fitoplankton (menyerupai tumbuhan) dan zooplankton (menyerupai hewan) menjadi penghubung dalam rantai makanan seperti berikut:

Beberapa Protozoa bisa berperan buat menjaga keseimbangan ekosistem melalui proses penguraian senyawa kompleks sebagai senyawa sederhana yang akan dipakai oleh organisme lainnya. Selain itu, beberapa Protozoa yg mengakibatkan penyakit dalam manusia & hewan, termasuk ikan. Protozoa penyebab penyakit dalam ikan bisa masukkan ke dalam tujuh filum, yaitu

Sarcomastigophora (dibagi menjadi 3 subfilum, yaitu Mastigophora, Opalinata, serta Sarcodina), Labyrinthomorpha, Ciliophora, Apicomplexa, Microspora, Myxospora, dan Acetospota.

Beberapa jenis parasit golongan protozoa yg mengakibatkan penyakit pada ikan :

  1. Ichthyophthirius multifiliis
  2. Cryptocaryon sp
  3. Ichthyobodo necator
  4. Trichodina sp
  5. Dinoflagellata
  6. Epistylis sp
  7. Myxobolus sp
  8. Zoothamnium sp
  9. Trypanosoma spp
  10. Hexamita sp
  11. Sphaerospora sp
  12. Eimeria spp

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA KUDA LAUT

Namun, ada beberapa perkara kematian dalam tiap spesies yg mengakibatkan syarat tubuh ikan melemah diantaranya cara perawatan yg kurang baik, pemberian pakan yang tidak mencukupi atau komposisi pakan yang buruk. Pengendalian penyakit ikan akan semakin penting dibandingkan sebelumnya karena bisnis budidaya akan menguntungkan apabila penyakit ikan dikendalikan

Panduan ini disusun supaya pembaca dapat mengetahui citra generik penyakit ikan khususnya kuda bahari. Harapan kami, pedoman ini bisa sebagai petunjuk yg bermanfaat bagi siapa yang melakukan budidaya & pengendalian penyakit dalam budidaya ikan air bahari.

DESKRIPSI KUDA LAUT

Morfologi Kuda Laut

Kuda laut adalah anggota genus Hippocampus spp merupakan galat satu berdasarkan 35 spesies anggota keluarga Syngnathidae & ordo Gasterosteiformes. Taksonomi kuda bahari berdasarkan Borton & Maurice (1983) sebagai berikut :

? Philum : Chordata

? Sub Phylum : Vertebrata

? Sub Kelas : Teleostomi

? Ordo : Gasterosteiformes

? Famili : Syngnathidae

? Genus : Hippocampus

? Spesies : Hippocampus spp

Kuda bahari memiliki ciri-ciri, tubuh agak pipih & melengkung, sepanjang bagian atas perut kasar memiliki moncong. Ekor lebih panjang berdasarkan dalam kepala & tubuh serta dapat memegang. Mata mini , sirip dada pendek dan lebar. Sirip punggung relatif besar , kepala memiliki mahkota. Sirip ekor nir ada dan ekor prehenslide (bisa dilipat) yg berguna untuk berpegangan. Pada kuda bahari jantan mempunyai kantung pengeraman yang terletak dibawah perut. Seluruh tubuh terbungkus menggunakan semacam baju baja yg terdiri atas lempengan-lempengan tulang atau cincin-cincin.

Habitat dan Penyebaran

Sebagian akbar ikan-ikan keluarga Sygnathidae hidup di perairan dangkal yang banyak terdapat rumput bahari, mangrove, & karang. Kuda bahari terdiri berdasarkan 20 spesies, sebagian besar hidup didaerah Indo Australia, lainnya hayati dipantai-pantai Atlantik Eropa, Afrika, dan Amerika Utara, menggunakan dua spesies hayati dipantai Pasifik Amerika.

Kebiasaan Makan & Reproduksi

Kuda bahari termasuk hewan hewan pemakan daging, memakan segala jenis hewan mini mulai berdasarkan anggota grup crustacea sampai larva ikan. Kuda laut adalah pemangsa yang pasif yaitu menunggu makanan yg lewat & menyerang mangsanya dengan cara menghisap hingga masuk moncongnya yang panjang. Kuda laut memiliki kemampuan buat menyesuaikan diri dengan rona lingkungan sekitar sebagai akibatnya susah dikenali oleh pemangsanya.

Proses perkembengan kuda bahari relatif menarik yaitu menggunakan melalui male brooding dalam hal ini betina memindahkan telur-telurnya kedalam kantung pengeraman jantan yg kemudian akan dibuahi sehingga dapat dikatakan bahwa induk jantan yang mengandung, umumnya terjadi mulai bulan Oktober??Februari.

BUDIDAYA KUDA LAUT

Kegiatan budidaya kuda bahari terdiri atas serangkaian aktivitas yang saling bekerjasama. Mata rantai pertama merupakan pemeliharaan calon induk guna mendapatkan induk matang gonad. Selanjutnya adalah aktivitas pemijahan, pemeliharaan juwana, penggelondongan, & pengandaan pakan alami.

Salah satu tujuan pemeliharaan induk merupakan menerima induk yang matang gonad. Kegiatan pematangan gonad merupakan tahap awal menurut serangkain aktivitas pembenihan, dengan pemeliharaan induk yang baik diperlukan induk-induk kuda laut yang matang gonad selalu ada & menghasilkan telur yang banyak dan siap di buahi baik kualitas maupun kuantitas.

Kematangan gonad pada induk kuda bahari tidak misalnya ikan-ikan lain pada umumya, yaitu tergantung isu terkini juga pengaruh rangsangan hormonal. Sepanjang hidupnya kuda laut yg sudah memijah dapat memijah kembali selesainya 10-12 hari, menggunakan demikian proses pematangan gonad pada kuda bahari termasuk sangat cepat yaitu hanya 10-12 hari saja. Sebagian spesies kuda laut jantan membuat 100-200 kuda laut muda per masa kehamilan, sang karena itu pemeliharaan induk kuda bahari wajib dilakukan secermat mungkin agar nir terjangkit penyakit yaitu menggunakan pemberian pakan yang relatif baik kualitas maupun kuantitasnya.

Pada tahap pemeliharaan juwana, sebelum juwana di masukkan ke dalam bak pemeliharaan, juwana terlebih dahulu diadaptasi dengan air media pemeliharaan karena biasanya penyakit sering kali menyerang pada saat juwana berumur 20-90 hari. Juwana kuda laut yang telah berumur 30 hari sudah dapat dikatakan benih. Penyakit yang menyerang benih kuda laut yang berumur >20 hari biasanya disebabkan oleh bakteri sehingga benih kuda laut tersebut cenderung berkurang nafsu makannya, menyendiri, terjadi pembengkakan pada ekor dan menyebabkan juwana ini mati.

Selain itu penyakit umum yang sering menyerang benih juwana yang berumur >20 hari ditandai dengan adanya noda putih, kulit terasa lembut seperti sponge/kapas. Penyakit yang disebabkan oleh jamur ini sekali satu individu terinfeksi maka penyakit ini mudah menyebar.

Untuk mengatasi penyakit yang menyerang dalam saat pemeliharaan juwana kuda laut yaitu wajib menjaga lingkungan pemeliharaan supaya selalu dalam syarat baik & hadiah pakan yg cukup. Apabila juwana kuda laut tadi terserang penyakit maka harus dilakukan pengobatan secara realistis apabila tidak juwana kuda laut tadi akan meninggal. Selain itu kuda bahari yang terinfeksi tadi wajib dilihat serta diamati, jka mampu dilakukan pengobatan maka obati akan tetapi apabila agresi telah parah & nir mungkin lagi untuk dilakukan pengobatan maka kuda laut tersebut lebih baik disingkirkan.

PENYAKIT KUDA LAUT

Penyakit dan Gejala Umum yg Menyerang Kuda Laut

Penyakit menggunakan Pengobatan Alami

DAFTAR PUSTAKA

AnoniM., 2002. Obat Tradisional Indonesia. Http://www.Iptek.Net.Id.

Borton & Maurice. 1993. Taksonomi & Morfologi. Pembenihan Kuda Laut. Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perikanan Balai Budidaya Laut lampung.

Nagaring C.F. & Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Kuda Laut Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor

Sudjiharno. 1998. Pembenihan Kuda Laut. Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perikanan Balai Budidaya Laut lampung. .

#Tag :