Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Penyakit Parasitik (Parasites Disease) Pada Ikan

Parasitisme merupakan suatu bentuk interaksi antara 2 jenis organisme atau dimana parasit hayati dalam atau pada pada & merugikan inangnya. Konteks hubungan parasitik ini merupakan sekelompok organisme memperoleh keuntungan dari interaksi tersebut, khususnya dapat mengambil nutrisi kuliner menurut organisme inang buat mempertahankan eksistensi parasit tersebut. Parasit merupakan sekelompok makhluk hidup yang menggantungkan sebagian atau seluruh daur hidupnya pada organisme inang (host) buat mendapatkan kuliner, mempertahankan kelangsungan hidup, tumbuh, & berkembang biak.

Di dalam perkembangbiakannya, parasit dikelompokkan menurut :

  1. Tingkat ketergantungan parasit terhadap inang,
  2. Lama hubungan parasitismeyang ditimbulkan,
  3. Kemampuan suatu parasit menyerang spesies-spesies yang menjadi inangnya,
  4. Kemampuan parasit menyerang organ-organ pada inangnya, dan
  5. Kompleksitas daur hidup parasit. Sifat parasit berdasarkan ketergantungan pada inang, antara lain : (1) Parasit sejati atau parasit obligat, yaitu kelompok parasit hanya dapat hidup apabila ada inangnya. Parasit obligat dapat diartikan juga sebagai kelompok parasit yang memang terdapat secara alami di perairan tersebut. Kondisi perairan yang buruk dapat menyebabkan perkembangan parasit menjadi sangat pesat dan sulit dikendalikan (b) Parasit fakultatif adalah parasit yang dapat hidup walau tidak ada inangnya atau suatu kelompok parasit yang terdapat di perairan dikarenakan introduksi dari lingkungan luar.

Pengelompokan organisme parasit dapat didasarkan pada lama ketika interaksi parasitisme yg terjadi & disebabkan dari simbiosis tersebut. Kelompok organisme parasit diklasifikasikan menjadi 2, yaitu parasit tetap dimana organisme ini sebagai parasit dalam seluruh stadia kehidupnya & parasit yang bersifat temporer, yaitu organisme parasit yg menempel dalam inangnya hanya pada sebagian dari daur hidupnya.

Pengelompokan parasit berdasarkan kemampuan parasit menyerang spesies yg sebagai inangnya antara lain parasit yang sanggup menyerang aneka macam spesies ikan sehingga bersifat tidak inang khusus & parasit yg hanya menyerang spesies ikan eksklusif merupakan parasit yg bersifat inang khusus.

Selain itu, dari jenis organ yang diserang, parasit bisa dikelompokkan sebagai (a) ektoparasit, yaitu parasit yang akan menyerang organ luar inangnya, (b) parasit yg hidupnya dalam organ pada inang dianggap endoparasit, dan (c) parasit yg keberadaannya masih ada pada organ dalam sampai organ luar inang dianggap mesoparasit.

Sifat parasit lainnya adalah dari kemampuan parasit menyerang organ-organ pada inangnya. Berdasarkan sifat ini, parasit dikelompokkan menjadi parasit yang bersifat organ spesifik, yaitu hanya bisa hayati dalam organ tertentu & parasit yg bersifat nir organ spesifik. Distribusi parasit menyerang beberapa organ, yaitu parasit integument, parasit sistem vascular, parasit mata, parasit sistem syaraf sentral, parasit sistem skeletal, parasit viscera dan muskulatur, & parasit saluran pencernaan. Parasit pula dapat dikelompokkan dari kompleksitas siklus hidupnya, yaitu parasit dengan daur hayati langsung dimana parasit ini hanya membutuhkan satu jenis inang, yaitu inang definitif, serta parasit menggunakan siklus hayati tidak langsung yg membutuhkan inang antara & inang definitif pada perkembangannya. Inang dimana berlangsungnya hubungan parasitisme dibagi berdasarkan (1) tingkat pertumbuhan menurut parasit yang menyerangnya, (2) taraf kematangan dari parasit yang menyerangnya, (tiga) inang antara, yaitu inang yg diserang parasit dalam stadia muda atau larva dimana pada inang antara ini parasit dapat tumbuh ke dalam stadia selanjutnya tetapi tidak dapat mencapai kematangan reproduksi, (4) inang definitif, yaitu inang dimana parasit bisa mencapai kematangan seksual & bereproduksi, (lima) inang paratenik atau inang transpor merupakan inang yang diserang parasit hanya buat mempertahankan kelangsungan hidupnya & mengantarkan parasit tadi ke inang definitif.

Salah satu faktor kegagalan budidaya perikanan yg ketika ini poly dihadapi adalah kematian yang disebabkan oleh penyakit akibat serangan parasit. Masalah ini relatif serius dan nir jarang menyebabkan kematian induk. Seperti halnya mikroorganisme akuatik, beberapa organisme yg bersifat parasit dalam hewan akuatik bisa mengganggu kesehatan ikan yang akhirnya berpengaruh pada kualitas dan kuantitas produksi ikan terutama yang ukuran benih. Parasit umumnya lebih poly menyerang ikan-ikan yg dibudidayakan daripada ikanikan yg hidup secara liar pada perairan bebas. Hal ini ditimbulkan karena kepadatan ikan yg dibudidaya lebih tinggi daripada ikan yg hayati secara bebas di alam.

Kondisi yg disebabkan sang serangan parasit memang nir seganas agresi bakteri, jamur, atau virus. Akan tetapi, agresi parasit ini dapat mempercepat terjadinya agresi sekunder sang agen infeksius lainnya, baik bakteri, fungi, juga virus. Serangan sekunder inilah yg dianggap lebih berbahaya dibandingkan menggunakan serangan utama yg disebabkan sang parasit. Meskipun demikian, infeksi penyakit yang disebabkan sang parasit tidak bisa dianggap remeh.

Bentuk agresi parasit pula bisa mengakibatkan kematian massal, walaupun umumnya berjalan lambat, sedikit demi sedikit, dan tidak secepat serangan bakteri, jamur, atau virus. Serangan parasit bisa terlihat secara eksternal & internal. Oleh karena itu, menurut lokasi penempelan parasit dapat dijumpai pada bagian organ eksternal & bagian internal. Parasit yg dijumpai dalam loka atau bagian bagian atas tubuh ikan, seperti kulit, sirip, dan insang diklaim sebagai ektoparasit (parasit eksternal). Sedangkan parasit yg hayati dalam tubuh internal ikan & otot daging diklaim endoparasit (parasit internal).

Beberapa gejala serangan ektoparasit dapat dilihat secara visual, yaitu terbentuknya luka di bagian organ eksternal ikan yang akan menjadi vektor terjadinya serangan sekunder, baik oleh bakteri, jamur, maupun virus. Sedangkan gejala serangan endoparasit bisa diamati dengan membelah organ internal ikan, maka akan dapat dilihat akibat dari serangan endoparasit tersebut. Berdasarkan ukurannya, parasit eksternal (ektoparasit) maupun parasit internal (endoparasit) yang menyerang berbagai jenis oraganisme perairan. Parasit-parasit tersebut dapat dikategorikan menjadi parasit yang bersifat protozoik (Protozoa), seperti Ichthyophthirius multifiliis, Trichodina sp, Myxobolus sp, dan sebagainya serta parasit non protozoik (Metazoa), seperti Platyhelminthes, Aschelminthes atau Nemathelminthes, Acanthocephala, Arthropoda, Mollusca, serta Chordata.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN KERAPU SUNU

Sampai waktu ini yang dapat dipenuhi pasar baru sebagian kecilnya saja berdasarkan permintaan yg ada. Hal ini ditimbulkan produksinya hanya dari tangkapan alam saja, sebagai akibatnya tidak kontinu.

Ikan ini sangat berpotensi sekali buat dikembangkan dan telah terbukti dapat dibudidayakan secara optimal baik pada (Karamba Jaring Apung) KJA, tambak, maupun bak-bak budidaya. Peluang pembudidayaannya masih sangat terbuka, karena potensi lahan buat KJA, tambak, & bak budidaya masih banyak tersedia dan belum dimanfaatkan dengan optimal. Disamping itu teknologi budidaya kerapu sunu sudah dikuasai , tetapi terdapat sedikit kendala dalam tahap (stadia) larva. Tetapi telah dapat teratasi dengan penggunaan teknologi yg semakin sophisticated. Untuk pembenihan, pendederan, penggelondongan, hingga pembesaran dapat digunakan teknologi yang ada.

Namun pada proses budidaya banyak ditemukan kendala ?Kendala mulai menurut kualitas air, padat tebar, wadah budidaya, paka, penyakit, dll. Sedangkan budidaya sendiri memiliki tujuan akhir merupakan produksi. Bagaimana bisa berproduksi jika hambatan-kendala ini nir teratasi?

Kendala utama yg merugikan pembudidaya adalah penyakit. Sebab jika ikan yang dibudidayakan sudah terjangkit penyakit otomatis ikan tersebut pertumbuhannya kerdil, proses pemeliharaannya menjadi lebih lama , tingginya konversi pakan, tingkat padat tebar yg rendah, dan yg sangat ditakutkan adalah kematian.

Salah satu usaha penanggulangan & pencegahan adalah menggunakan pengobatan. Pengobatan lebih ditekankan dalam penggunanan pendekatan alami, menggunakan pendekatan alami diperlukan sanggup memberikan output yg aporisma & nir mengakibatkan adanya dampak samping.

Bahan alami yg digunakan diantaranya umbi kunyit, daun sirih, dan butir mahkota ilahi. Tidak diragukan lagi khasiat penggunaannya telah terbukti berdasarkan dahulu kala banyak digunkan oleh nenek moyang.

MENGENAL IKAN KERAPU SUNU

Morfologi Ikan Kerapu Sunu

Kerapu sunu mempunyai sirip dorsal, sirip anal, sirip pektoral,sirip garis lateral, & sirip caudal. Kerapu sunu tubuhnya memanjang relatif gilik & seringkali berwarna merah atau agak coklat. Bintik-bintik berwarna biru dengan tepi berwarna gelap dan enam pita berwarna gelap dalam tubuhnya. Class : Teleostei Ordo : Perciformes Famili : Serranidae Genus : Plectropomus

Spesies : plectropomus maculatus

Ikan kerapu sunu hidupnya di perairan karang antara 7-40 meter. Di Indonesia sendiri penyebarannya pada daerah perairan Karimunjawa, Kepulauan Seribu, Lampung, Kepulauan Riau, dan hampir semua perairan karang Indonesia.

Tingkah Laku ikan ikan kerapu sunu

Dalam daur hidupnya kerapu muda hayati di perairan karang menggunakan kedalaman 0,5-3,0 m. Kerapu muda & larva poly masih ada di perairan pantai dekat muara sungai. Menginjak masa dewasa, ikan ini bermigrasi ke perairan lebih dalam, antara 7-40 m.

PEMELIHARAAN IKAN KERAPU SUNU

Pemeliharaan ikan kerapu sunu dalam budidaya umunya dilakukan pada perairan umum seperti pada Karamba Jaring Apung dan tambak. Sedangkan fase pembenihan banyak dibudidayakan pada bak-bak pembenihan seperti panti benih.

Pembenihan

Keberhasilan pemijahan induk ikan kerapu adalah kunci awal menurut semua mata rantai aktivitas produksi benih ikan kerapu. Dengan pengelolaan induk yang baik akan didapatkan produksi telur menggunakan mutu yang baik sebagai akibatnya pada akhirnya akan diharapkan produksi benih ikan kerapu dengan sintasan yang tinggi.

Induk ikan kerapu asal dari output penangkapan pada alam. Induk dipelihara dalam bak beton berbentuk bundar (? 10 meter dan kedalaman tiga meter). Bak pemeliharaan induk jua sekaligus adalah bak pemijahan

Metoda pemijahan ikan kerapu pada dasarnya bisa dilakukan dengan manipulasi hormonal (aplikasi hormon steroid) dan manipulasi lingkungan. Pemijahan alami menggunakan manipulasi lingkungan.

Telur ikan kerapu hasil pemijahan yang baik memiliki ciri-ciri berbentuk bulat, ? 850-950 mikron, melayang pada bagian atas air dan transparan. Sedangkan telur yg tidak baik atau tidak berkembang selnya dengan paripurna memiliki kenampakan keruh & selesainya beberapa saat ditampung akan mengendap.

Pembesaran

Penebaran Benih : Benih ikan kerapu ukuran panjang 4-lima cm (2?) berdasarkan hasil tangkapan di alam juga berdasarkan hasil produksi di tempat pembenihan (hatchery) umumnya didederkan terlebih dahulu dalam bak beton atau waring nylon sampai mencapai berukuran glondongan (10 cm) buat kemudian ditransfer ke karamba jaring apung pada bahari hingga mencapai ukuran konsumsi. Padat penebaran buat benih yg beratnya 20-50 gr/ekor merupakan 10 ekor/m3 .

Kepadatan tebar sangat memilih pemacuaan pertumbuhan & kehidupan ikan. Bila terlalu padat, kecepatan pertumbuhannya berkurang dampak adanya persaingan ruang, oksigen, dan pakan. Padat tebar yg terlalu padat bisa menyebabkan ikan mudah terserang penyakit

Dalam fase pembesaran ini ikan kerapu sunu mudah sekali terserang penyakit. Untuk itu pada tahap ini dibutuhkan keterampilan dalam mengelola kelangsungan budidaya hingga pada pemanenan.

PENYAKIT PADA IKAN KERAPU SUNU

Penyakit pada ikan kerapu umumnya menyerang dalam fase pembesaran, tapi bukan nir mungkin selain fase pembesaran ikan kerapu bisa terserang penyakit

Sumber penyakit

Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan nir tiba begitu saja, melainkan melalui proses hubungan 3 faktor, yaitu syarat lingkungan, kondisiinang, dan adanya jasad patogen.

Dengan demikian timbulnya serangan penyakit itu merupakan output interaksi yang nir harmonis antara lingkungan, ikan, & jasad patogen. Penyakit dalam ikan bisa dibedakan menjadi penyakit yang bersifat infeksi, dan non-infeksi.

Penyakit bisa disebabkan sang satu atau banyak sekali macam penyakit. Ada penyakit yg ditimbulkan sang satu faktor, namun lalu dibarengi sang faktor lain. Bila terjadi semacam ini, berarti penyakit kedua (sekunder) memanfaatkan syarat yg disebabkan oleh penyakit pertama (penyakit primer).

Penyebab penyakit infeksi diantaranya fungi, bakteri, parasit ,dan virus. Sumber penyakit ini umumnya poly terjadi dalam ikan kerapu sunu dan serangannya bersifat ganas & menyebabkan kematian.

Penyebab penyakit non-infeksi diantaranya: stres, kekurangan gizi, anugerah pakan yang berlebihan, keracunan, memar karna luka, cacat, dll.

Penyakit yg menyerang ikan kerapu sunu

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S,Sudaryanto.2004. Pembenihan & Pembesaran Kerapu Bebek. Penerbit, Penebar Swadaya, Jakarta.

Ghufron, M.2004. Hama & Penyakit Ikan. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.

http://www.google.com/imgres?imgurl=http://202.67.224.134/pdimage/31/614931_sujiara.jpg&imgrefurl=http://naturalresources.indonetwork.co.id/614931&h=283&w=640&sz=65&tbnid=vzyCQ-DHMxHvqM:&tbnh=56&tbnw=126&zoom=1&usg=__fj-knPqy_q6o6xGaKiyf5g-tZVI=&docid=_WvasqTFOLS6qM&hl=id&sa=X&ei=g_eGUdu2OIT9rAei5IHwBg&ved=0CDMQ9QEwAg&dur=1074

Ignatius dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Kerapu Sunu Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Siswoyo, P.2004. Tumbuhan Berkhasiat Obat. Penerbit, Absolut, Yogyakarta.

#Tag :

Penyakit Protozoa : Ichthyophthirius multifiliis (bintik putih)

Penyakit bercak putih ditimbulkan oleh kelompok parasit Ichthyophthirius. Parasit I. Multifiliis bergerombol pada jumlah puluhan bahkan ratusan sebagai akibatnya terlihat sebagai bintik putih (white spot) sehingga disebut white spot disease. Protozoa ini bersarang dalam lapisan kulit & sirip, Mengganggu lapisan insang & sel-sel lendir, dan mengakibatkan pendarahan yg terlihat dalam sirip & insang.

Serangan penyakit ini biasanya terjadi pada musim hujan, yaitu pada saat suhu berkisar 20-24oC dan pada musim kemarau, serangannya bersifat sporadis saja. Gejala klinis yang disebabkan oleh I. multifiliis antara lain pergerakan ikan hiperaktif atau kadang kala malas dan cenderung mengapung di permukaan air, menggosok-gosokkan tubuh ke pinggir wadah, dasar, atau benda keras di sekelilingnya, nafsu makan turun dan menjadi lemah, timbul bintik-bintik putih pada sirip, tutup insang, permukaan tubuh, dan ekor, serta memperlihatkan gejala flashing yang memantulkan cahaya. Selain itu, ikan juga tampak sering. Bentuk infeksi I.multifiliis dan morfologi I.multifiliis disajikan pada Gambar berikut.

Bentuk infeksi dan morfologi Ichthyophthirius multifiliis

Penyebab : Ichthyophthirius multifiliis atau ?Ich?

Bio ? Ekologi Patogen :

  1. Protozoa berbentuk bulat/oval berdiameter 50–1000 μm, diselaputi silia, inti sel berbentuk seperti tapal kuda
  2. Bersifat obligat parasitic, sdan pada angat ganas, infeksi berat dapat mematikan hingga 100% dalam tempo beberapa hari.
  3. Menginfeksi semua jenis ikan air tawar terutama benih (ikan tidak bersisik lebih sensitif)

Gejala klinis :

  1. Nafsu makan menurun, gelisah
  2. Menggosok-gosokkan badan pada benda di sekitarnya
  3. Frekwensi pernapasan meningkat (megap-megap), mendekat ke air masuk
  4. Bintik-bintik putih di sirip, kulit atau insang

Diagnosa :

  1. Pengamatan secara visual terhadap adanya bintik putih (parasit) pada kulit, sirip dan insang ikan
  2. Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi parasit melalui pembuatan preparat ulas dari organ kulit/mukus, sirip dan/atau insang.

Ikan yg terjangkit penyakit ichthyophthiriasis, tampak

adanya bintik-bintik putih di seluruh tubuh ikan
Morfologi parasit Ichthyophthirius multifiliis , sel yang dipenuhi

oleh nutrisi dan makro-nukleus yg menyerupai bentuk tapal kuda

Pengendalian :

  1. Mempertahankan suhu air ≥ 29o C selama 2 minggu atau lebih
  2. Meningkatkan frekwensi pergantian air
  3. Pemindahan ikan pada air yang bebas “Ich” secara berkala yang disesuaikan dengan siklus hidupnya
  4. Ikan yang terinfeksi ”Ich” dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman menggunakan beberapa jenis desinfektan, antara lain: Perendaman dalam larutan garam dapur pada konsentrasi 500-10.000 ppm (tergantung jenis dan umur ikan) selama 24 jam, dilakukan pengulangan setiap 2 hari; Perendaman dalam larutan Kalium Permanganate (PK) pada dosis 4 ppm selama 12 jam, dilakukan pengulangan setiap 2 hari; Perendaman dalam larutan Acriflavin pada dosis 10- 15 ppm selama 15 menit, dilakukan pengulangan setiap 2 hari

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

BUDIDAYA BELUT YANG MENYENANGKAN DAN MUDAH

Jenis belut yang paling banyak dikenal di Indonesia adalah belut sawah (Monopterus albus). Di beberapa tempat dikenal pula belut rawa (Synbranchus bengalensis). Perbedaan belut sawah dan belut rawa yg paling mencolok merupakan postur tubuhnya. Belut sawah tubuhnya pendek dan gemuk, sedangkan belut rawa lebih panjang dan ramping.

Terdapat 2 segmen usaha budidaya belut yaitu pembibitan dan pembesaran. Pembibitan bertujuan buat membuat anakan. Sedangkan pembesaran bertujuan untuk membentuk belut hingga berukuran siap konsumsi.

Kali ini alamtani akan menguraikan mengenai budidaya pembesaran belut pada kolam tembok. Mulai menurut pemilihan bibit hingga pemanenan. Semoga bermanfaat.

Memilih bibit belut

Bibit buat budidaya belut sanggup didapatkan dari hasil tangkapan atau hasil budidaya. Keduanya mempunyai kekurangan & keunggulan masing-masing.

Bibit output tangkapan memiliki beberapa kekurangan, misalnya ukuran yang nir seragam & adanya kemungkinan syok karena metode penangkapan. Kelebihan bibit hasil tangkapan merupakan cita rasanya lebih legit sebagai akibatnya harga jualnya lebih baik.

Kekurangan bibit hasil budidaya harga jualnya umumnya lebih rendah berdasarkan belut tangkapan. Sedangkan kelebihannya berukuran bibit lebih seragam, bisa tersedia dalam jumlah poly, & kontinuitasnya terjamin. Selain itu, bibit output budidaya memiliki daya tumbuh yg relatif sama karena umumnya dari menurut induk yang seragam.

Bibit belut output budidaya diperoleh menggunakan cara memijahkan belut jantan menggunakan betina secara alami. Sejauh ini pada Indonesia belum terdapat pemijahan protesis (seperti suntik hormon) buat belut. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pembibitan, silahkan baca kiat sukses pembibitan belut.

Bibit yg baik buat budidaya belut hendaknya memiliki kriteria berikut:

Ukurannya seragam. Ukuran bibit yang seragam dimaksudkan buat memudahkan pemeliharaan dan menekan risiko kanibalisme atau saling memangsa.

Gerakannya aktif dan lincah, nir loyo.

Tidak stigma atau luka secara fisik.

Bebas menurut penyakit.

Budidaya belut buat segmen pembesaran umumnya menggunakan bibit belut ukuran panjang 10-12 cm. Bibit sebesar ini memerlukan waktu pemeliharaan sekitar tiga-4 bulan, sampai siap konsumsi. Untuk pasar ekspor yg menghendaki berukuran lebih besar , ketika pemeliharaan bisa mencapai 6 bulan.

Menyiapkan kolam budidaya belut

Budidaya belut mampu dilakukan pada kolam permanen juga semi tetap. Kolam permanen yang seringkali digunakan diantaranya kolam tanah, sawah, & kolam tembok. Sedangkan kolam semi tetap antara lain kolam terpal, drum, tong, kontainer plastik & jaring.

Kali ini kita akan membahas budidya belut pada kola tembok. Kolam tembok nisbi lebih bertenaga, umur ekonomisnya bisa bertahan hingga 5 tahun.

Bentuk dan luas kolam tembok sanggup dibentuk banyak sekali macam, disesuaikan dengan keadaan ruang & kebutuhan. Ketinggian kolam berkisar 1-1,25 meter. Lubang pengeluaran dibentuk dengan pipa yg agak besar buat memudahkan penggantian media tumbuh.

Untuk kolam tembok yang masih baru, usahakan dikeringkan terlebih dahulu selama beberapa minggu. Kemudian direndam dengan air dan masukkan daun pisang, sabut kelapa, atau pelepah pisang. Lakukan pembersihan minimal 3 kali atau hingga bau semennya hilang.

Media tumbuh buat budidaya belut

Di alam bebas belut tak jarang dijumpai dalam perairan berlumpur. Lumpur adalah tempat perlindungan bagi belut. Dalam kolam budidaya pun, belut membutuhkan media tumbuh berupa lumpur.

Beberapa material yg bisa dijadikan bahan menciptakan lumpur/media tumbuh diantaranya, lumpur sawah, kompos, humus, pupuk sangkar, sekam padi, jerami padi, pelepah pisang, dedak, tanaman air, & mikroba dekomposer.

Komposisi material organik pada media tumbuh budidaya belut nir ada patokannya. Sangat tergantung dengan norma dan pengalaman. Pembudidaya sanggup meramu sendiri media tumbuh berdasarkan bahan-bahan yg mudah dihasilkan.

Berikut ini keliru satu alternatif langkah-langkah membuat media tumbuh buat budididaya belut:

Bersihkan dan keringkan kolam. Kemudian letakkan jerami padi yg telah dirajang dalam dasar kolam setebal sekitar 20 cm.

Letakkan pelepah pisang yg sudah dirajang setebal 6 cm, di atas lapisan jerami.

Tambahkan adonan pupuk kandang (kotoran kerbau atau sapi), kompos atau tanah humus setebal 20-25 cm, di atas pelepah pisang. Pupuk organik bermanfaat buat memicu pertumbuhan biota yg mampu sebagai penyedia kuliner alami bagi belut.

Siram lapisan media tumbuh tersebut dengan cairan bioaktivator atau mikroba dekomposer, contohnya larutan EM4.

Timbun menggunakan lumpur sawah atau rawa setebal 10-15 centimeter. Biarkan media tumbuh selama 1-dua minggu supaya terfermentasi sempurna.

Alirkan air bersih selama 3-4 hari dalam media tumbuh yang telah terfermentasi tersebut buat membersihkan racun. Setel akbar debit air, jangan terlalu deras supaya tidak erosi.

Langkah terakhir, genangi media tumbuh tersebut menggunakan air bersih. Kedalaman air lima cm menurut bagian atas. Pada kolam tadi mampu diberikan tanaman air seperti eceng gondok. Jangan terlalu padat

Penebaran bibit & pengaturan air

Belut merupakan hewan yg bisa dibudidayakan dengan kepadatan tinggi. Kepadatan tebar buat bibit belut berukuran panjang 10-12 centimeter berkisar 50-100 ekor/m2.

Lakukan penebaran bibit dalam pagi atau sore hari, agar belut tidak stres. Bibit yang asal menurut tangkapan alam usahakan dikarantina terlebih dahulu selama 1-dua hari. Proses karantina dilakukan dengan meletakkan bibit dalam air bersih yg mengalir. Berikan pakan berupa kocokan telur selama dalam proses karantina.

Aturlah sirkulasi air dengan seksama. Jangan terlalu deras (air seperti genangan sawah) yg krusial terjadi sirkulasi air. Atur juga kedalaman air, hal ini berpengaruh pada postur tubuh belut. Air yg terlalu dalam akan menciptakan belut poly berkecimpung untuk merogoh oksigen berdasarkan permukaan, sebagai akibatnya belut akan lebih kurus.

Pemberian pakan

Belut merupakan hewan yg rakus. Keterlambatan pada menaruh pakan mampu menjadikan fatal. Terutama pada belut yang baru ditebar.

Takaran pakan harus disesuaikan dengan berat populasi belut. Secara umum belut membutuhkan jumlah pakan sebesar 5-20% dari bobot tubuhnya setiap hari.

Berikut kebutuhan pakan harian buat bobot populasi belut 10 kg:

Umur 0-1 bulan: 0,5 kg

Umur 1-dua bulan: 1 kg

Umur 2-3 bulan: 1,lima kg

Umur 3-4 bulan: 2 kg

Pakan budidaya belut bisa berupa pakan hayati atau pakan tewas. Pakan hidup bagi belut yang masih mini (larva) diantaranya zooplankton, cacing, kutu air (daphnia/moina), cacing, kecebong, larva ikan, dan larva serangga. Sedangkan belut yg sudah dewasa mampu diberi kuliner berupa ikan, katak, serangga, kepiting yuyu, bekicot, belatung, & keong. Frekuensi hadiah pakan hidup bisa dilakukan tiga hari sekali.

Untuk pakan meninggal bisa diberikan bangkai ayam, cincangan bekicot, ikan rucah, cincangan kepiting yuyu, atau pelet. Pakan meninggal untuk budidaya belut sebaiknya diberikan setelah direbus terlebih dahulu. Frekuensi hadiah pakan tewas bisa 1-dua kali setiap hari.

Karena belut hewan nokturnal, pemberian pakan akan lebih efektif dalam sore atau malam hari. Kecuali pada tempat budidaya yg ternaungi, hadiah pakan mampu dilakukan sepanjang hari.

Pemanenan

Tidak terdapat patokan seberapa besar berukuran belut dikatakan siap konsumsi. Tapi secara generik pasar domestik umumnya menghendaki belut berukuran lebih kecil, sedangkan pasar ekspor menghendaki berukuran yang lebih akbar. Untuk pasar domestik, lama pemeliharaan pembesaran berkisar 3-4 bulan, sedangkan untuk pasar ekspor tiga-6 bulan, bahkan bisa lebih, terhitung semenjak bibit ditebar.

Terdapat 2 cara memanen budidaya belut, panen sebagian & panen total. Panen sebagian dilakukan menggunakan cara memanen seluruh populasi belut, lalu belut yang masih mini dipisahkan buat dipelihara kembali.

Sedangkan pemanenan total umumnya dilakukan dalam budidaya belut intensif, dimana anugerah pakan dan metode budidaya dilakukan secara cermat. Sehingga belut yg dihasilkan mempunyai berukuran yg lebih seragam.

Pustaka

Alamtani. 2019. Panduan Praktis Budidaya Mesjid. Didownload dari laman https://www.Youtube.Com/watch?V=p0GFHzOsD2I

#Tag :

Penyakit Protozoa : Trichodina sp

Trichodina sp merupakan jenis Protozoa penyebab penyakit trichodiniasis (penyakit gatal). Trichodina sp memiliki berbentuk bundar seperti cawan atau topi yang berukuran 50-100 µm. Secara mikroskopis, Trichodina sp terlihat seperti lingkaran transparan dengan sejumlah silia. Trichodina sp dan Cyclochaeta sp merupakan spesies yang sama, sebab bentuknya tidak berbeda. Namun, ada juga

peneliti yang memisahkannya menjadi dua genus dari Keluarga Urceolaridae. Biasanya Trichodina sp menyerang pada bagian kulit, sirip, kepala, dan insang sehingga menyebabkan iritasi. Gejala-gejala klinis ikan yang terserang Trichodina sp antara lain terdapat bintik-bintik putih terutama di bagian kepala dan punggung, nafsu makan hilang dan ikan menjadi sangat lemah, produksi mucus bertambah sehingga tubuh ikan tampak mengkilap, sering dijumpai terjadinya pendarahan dan warna tubuh kusam, memperlihatkan gejala flashing yang memantulkan cahaya, serta sering menggosok-gosokkan tubuh ke pinggiran dan dasar wadah, atau benda keras di sekelilingnya. Bentuk infeksi dan morfologi Trichodina sp disajikan pada Gambar berikut.

Bentuk infeksi dan morfologi Trichodina sp
Penyebab : Trichodina spp., Trichodinella spp., dan Tripartiella spp.

Bio-Ekologi Patogen :

  1. Protozoa dari golongan ciliata, berbentuk bundar, simetris dan terdapat di ekosistem air tawar, payau dan laut. Trichodina spp. berukuran 45-78 μm, Trichodinella (24-37 μm) dan Tripartiella (lebih dari 40 μm)
  2. Memiliki cincin dentikel berupa cakram yang berfungsi sebagai alat penempel
  3. Inang parasit adalah semua benih ikan air tawar, payau dan laut. Menginfeksi organ kulit, sirip dan insang ikan yang baru menetas hingga umur 1 bulan
  4. Kelompok parasit ini umumnya lebih bersifat komensalis dari pada parasitik sejati, karena hanya memakan sel-sel kulit ikan yang mati/hancur.
  5. Kematian ikan yang diakibatkannya bisa mencapai 50% dari total populasi, terutama akibat infeksi sekunder oleh bakteri dan/atau cendawan.

Gejala Klinis :

  1. Warna tubuh pucat, nafsu makan menurun, kurus, gelisah dan lamban
  2. Menggosok-gosokkan badan pada benda di sekitarnya (gatal)
  3. Frekwensi pernapasan meningkat dan sering meloncatloncat
  4. Mengakibatkan iritasi dan luka pada kulit ikan karena struktur alat penempel yang keras (chitin),
  5. Iritasi sel epitel kulit, produksi lendir berlebih sehingga berwarna kecoklatan atau kebiruan
  6. •Sirip rusak, menguncup atau rontok
Diagnosa :

  1. Pengamatan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis yang timbul
  2. Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi parasit melalui pembuatan preparat ulas dari organ kulit/mukus, sirip dan/atau insang.
Insang benih ikan yang terinfeksi oleh parasit Trichodinella spp.

Morfologi Trichodina spp. yang diwarnai dengan pewarna trichrome

silvernitrate

Pengendalian :

  1. Mempertahankan kualitas air terutama stabilisasi suhu air ≥ 29oC
  2. Mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan frekwensi pergantian air
  3. Ikan yang terserang trichodiniasis dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman beberapa jenis desinfektan, antara lain: a) Larutan garam dapur (untuk ikan air tawar) pada konsentrasi 500-10.000 ppm (tergantung jenis dan umur ikan) selama 24 jam; b) Air tawar (untuk ikan air laut) selama 60 menit, dilakukan pengulangan setiap hari; c)Larutan Kalium Permanganate (PK) pada dosis 4 ppm selama 12 jam; d) Larutan formalin pada dosis 200 ppm selama 30-60 menit dengan aerasi yang kuat, atau pada dosis 25-50 ppm selama 24 jam atau lebih; e) Larutan Acriflavin pada dosis 10-15 ppm selama 15 menit; f) Glacial acetic acid 0,5 ml/L selama 30 detik setiap 2 hari selama 3 – 4 kali; g) Copper sulphate 0,0001 mg/L selama 24 jam atau lebih, diulang setiap 2 hari sekali; h) Hidrogen peroxide (3%) 17,5 ml/L selama 10 menit, diulang setiap 2 hari

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

MUDAHNYA MEMBUAT PAKAN MANDIRI

Untuk menjawab kendala pada atas, ada baiknya kita mengetahui bagaimana cara menciptakan pakan lele alternatif dan menjadi subtitusi pelet buatan pabrik. Terdapat 2 tipe pakan alternatif yang akan dipaparkan di sini, yakni pakan berdasarkan bahan-bahan primer & pakan yg memanfaatkan bahan sisa-residu.

Pakan menurut bahan primer dibuat berdasarkan bahan-bahan yang memiliki kandungan nutrisi sinkron menggunakan kebutuhan ikan lele. Sedangan pakan tambahan didapatkan berdasarkan bahan-bahan organik residu atau yg harganya murah dan ketersediaanya melimpah.

Kandungan nutrisi pakan

Pakan lele yang baik harus memenuhi rasio pemberian pakan dengan penambahan bobot tubuh kurang dari satu (Feed Conversion Ratio/FCR>1). Artinya, setiap pemberian pakan sebanyak 1 kg akan menambah bobot tubuh sebanyak 1 kg. Jadi semakin kecil rasio FCR-nya, semakin baik pakannya.

Penyediaan pakan lele buat pakan primer harus memiliki kandungan nutrisi yang lengkap. Pakan tersebut harus mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Protein berfungsi menjadi sumber tenaga utama. Jenis ikan karnivora semacam lele membutuhkan protein yang tinggi yaitu lebih berdasarkan 35% dari berat pakan.

Lemak diperlukan menjadi sumber tenaga tambahan penting. Selain sebagai asal tenaga, lemak sangat krusial buat kelangsungan hayati ikan, melarutkan beberapa jenis vitamin dan menjaga ekuilibrium daya apung ikan dalam air. Penambahan lemak dalam pakan jua menghipnotis rasa dan mutu pakan. Lele membutuhkan lemak dengan kadar 4-5 persen dari berat pakan. Kadar lemak nir boleh berlebihan karena sanggup menyebabkan penimbunan lemak pada usus dan hati ikan, sehingga ikan jadi kurang nafsu makannya.

Karbohidrat terdiri berdasarkan senyawa serat kasar & bahan bebas tanpa nitrogen. Fungsi primer karbohidrat merupakan menjadi asal tenaga. Selain berfungsi sebagai nutrisi, karbohidrat juga mampu sebagai bahan perekat pada pembuatan pakan lele. Kandungan karbohidrat dalam pakan lele usahakan ada dalam kisaran 4-6 persen.

Vitamin adalah zat organik yang dibutuhkan ikan dalam jumlah mini , namun peranannya sangat vital. Perannya buat mempertahankan syarat & daya tahan tubuh. Vitamin umumnya tidak bisa disintesis sang tubuh ikan, jadi harus dipenuhi dari luar atau pakan. Kebutuhan vitamin akan menurun seiring dengan pertumbuhan akbar ikan.

Satu lagi yg diharapkan dalam jumlah kecil namun krusial, yakni mineral. Mineral ini memainkan peran penting pada menciptakan struktur tulang ikan dan pada fungsi metabolisme. Mineral terdiri menurut makromineral & mikromineral. Makromineral yg terkandung pada tubuh ikan antara lain kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na), kalium (K), fosfor (K), klorida (Cl) & sulfur (S). Sedangkan mikromineral antara lain besi (Fe), seng (Zn), mangan (Mn), tembaga (Cu), iodium (I), kobalt (Co), nikel (Ni) fluor (F), krom (Cr), silikon (Si) & selenium (Se).

Membuat pakan lele alternatif

Pakan cara lain pengganti pelet bisa kita buat berdasarkan aneka macam bahan. Kandungan utama pelet yang paling secara umum dikuasai adalah tepung ikan. Tepung ikan digunakan lantaran kandungan proteinnya yg tinggi dan gizi lainnya. Tetapi harga tepung ikan ini mahal, oleh karena itu kita bisa mencampurnya menggunakan bahan-bahan lain yg lebih murah tanpa mengurangi kandungan protein yang terdapat.

Pakan lele cara lain yang kita buat harus disesuaikan dengan kebutuhan baku ikan lele untuk tumbuh & berkembang menggunakan baik dan cepat (lihat pulang tabel di atas). Untuk itu, ada banyak bahan alternatif yang bisa kita dapatkan, sebaiknya yg menjadi acuan adalah kandungan protein. Berikut tabel berbagai bahan beserta kandungannya dalam satuan % (%):

Bahan Protein Lemak Tepung Ikan 62.99 8.4 Tepung Kedelai 36,6 14.30 Bungkil Kelapa 18.46 15.73 Tepung Jagung 10.40 0.53 Dedak Halus 15.58 6.8 Tepung Tapioka dua.6 2.6

Misalnya, kita ingin membuat pakan lele menurut campuran 50 kg tepung ikan (kandungan protein 62,9%) dengan 50 kg dedak halus (15,58%), apakah adonan tersebut memenuhi kebutuhan protein ikan lele?

Jumlah protein pada tepung ikan = 62,9% x 50 kg = 31,45 kg

Jumlah protein pada dedak halus = 15,58 x 50 kg = 7,79 kg

Jumlah total protein menurut tepung ikan dan dedak halus = 39,24 kg

Artinya berdasarkan total berat bahan baku 100 kg didapat protein 39,24 kg atau 39,24% berdasarkan campuran tadi merupakan protein. Hal ini mencukupi buat pakan lele dimana minimal tersedia kandungan protein kasar sebesar 30%.

Untuk memperkaya kandungan nutrisi, kita sanggup menambahkannya menggunakan aneka macam vitamin ikan yang tersedia di pasaran.

Membuat pakan lele tambahan

Disebut pakan tambahan karena tujuannya buat melengkapi anugerah pakan utama. Kandungan nutrisi dalam pakan lele tambahan tidak bisa ditakar dengan sempurna. Namun kandungannya masih mampu kita kira-kira. Pemberian pakan lele tambahan dalam budidaya lele intensif sanggup menekan porto pengeluaran pakan, sehingga peternak bisa menikmati keuntungan yg lebih akbar. Bahan-bahan berikut disarikan berdasarkan pengalaman-pengalaman para peternak lele.

A. Limbah peternakan unggas

Beruntung bagi peternak yg lokasinya dekat dengan peternakan unggas (ayam atau puyuh). Peternakan unggas umumnya membuat limbah berupa ayam mati dalam jumlah yang kontinyu. Limbah tadi bisa kita pakai buat pakan lele. Karena ikan lele pada hakikatnya adalan hewan hewan pemakan daging.

Bangkai ayam atau puyuh usahakan tidak diberikan begitu saja buat menghindari terjangkitnya penyakit pada ikan. Bangkai harus dibersihkan terlebih dahulu bulu dengan cara direbus. Selain menghilangkan bulu, proses perebusan berfungsi buat membunuh bibit penyakit yg mungkin terkandung dalam bangkai. Perebusan bisa dilakukan dalam drum-drum akbar.

Setelah direbus pisahkan bangkai tersebut sampai dingin, kemudian berikan dalam ikan lele pada hari yg sama. Pakan diberikan menggunakan cara digantung dan celupkan pakan pada air kolam. Setelah habis angkat kerangka yg tersisa jangan sampai sebagai residu pada kolam.

B. Keong mas atau bekicot

Disebagian tempat, keong mas adalah hama bagi petani padi. Kita mampu memanfaatkan daging keong yang kaya protein buat pakan lele tambahan. Keong mas mudah ditemukan di daerah pesawahan. Cara mengumpulkannya pun mudah, apalagi bila tempat kita terdapat di pedesaan. Tinggal pasang plang, terima keong mas kemudian nego, beres urusan.

Sama misalnya bangkai unggas, keog mas hendaknya tidak diberikan secara pribadi. Rebus terlebih dahulu keong mas atau bekicot dalam air mendidih selama beberapa mnt. Perebusan ini kegunaannya buat mengempukan daging, memudahkan pelepasan cangkang, & membunuh bibit penyakit yg tidak dikehendaki. Setelah direbus, lepaskan cangkangnya menggunakan cara dicukil memakai garpu. Kemudian, daging keong didinginkan dan dicincang mini -mini .

C. Belatung

Belatung (maggot) adalah asal protein yg baik buat ikan lele. Belatung dihasilkan berdasarkan lalat. Ada beberapa jenis belatung yg cocok buat dijadikan, galat satunya berdasarkan lalat black soldier fly (Hermetia illucens). Mengapa black soldier fly? Lantaran belatung ini mempunyai kandungan protein kasar hingga 40% dan dari penelitan BBPBAT cocok buat pakan lele tambahan.

Untuk membiakkan belatung ini relatif sediakan ember, daun pisang, ampas memahami, residu ikan asin & mampu dibubuhi kotoran ayam. Caranya tambahkan ampas tahu menjadi bahan primer kedalam ember, kemudian tambahkan air bersih dan kocok hingga homogen. Kemudian tambahkan ikan asin dan kotoran ayam, kemudian tutup permukaannya dengan daun pisang kering agar lalat black soldier fly mau bertelur. Tempatkan ember ditempat teduh dan terlindung berdasarkan air hujan.

Setelah kira-kira tiga minggu atau mampu saja kurang menurut itu, belatung sudah siap dipanen. Caranya campurkan air pada media kultur, lalu saring buat memisahkan media kultur dari belatung. Belatung siap diberikan menjadi pakan lele. Untuk bahan standar media kultur sebanyak 100 kg kira-kira akan dihasilkan belatung 60 kg. Perhatikan, jangan menyimpan belatung segar terlalu lama lantaran bisa berubah sebagai lalat.

D. Ikan rucah

Bagi para peternak yg lokasinya berdekatan dengan loka pelelangan ikan, opsi ini mampu sebagai pilihan yang efektif. Ikan rucah atau ikan sisa tangkaapan yg kecil-mini yang tidak dikonsumsi manusia umumnya dijual menggunakan harga murah. Ikan ini sanggup kita manfaatkan buat pakan lele tambahan.

Ikan rucah umumnya tidak banyak mengandung tulang atau duri. Bagi ikan rucah misalnya ini nir memerlukan pengolahan terlebih dahulu. Bisa pribadi dicincang dan diberikan pada lele. Tetapi bagi ikan yg banyak mengandung tulang atau duri, sebaiknya direbus dahulu.

Pustaka

Kurniawan P.S., 2019. Membuat sendiri pakan lele alternatif. Didownload menurut laman https://alamtani.Com/pakan-lele-alternatif/

#Tag :

Penyakit Protozoa : Akibat Infeksi Cryptocaryon sp

Protozoa ini juga merupakan agen penyebab penyakit white spot pada ikan. Penyakit yang ditimbulkan lebih dikenal dengan nama cryptocaryoniosis. Adapun ciri-ciri parasit Cryptocaryon sp antara lain menyerupai buah pear yang dilengkapi dengan silia pada permukaan tubuhnya, berukuran 40-400 µm, serta bergerak aktif di bawah kulit dan epitel insang. Parasit dewasa akan meninggalkan inang dan berenang bebas selama beberapa jam dan berubah menjadi kista yang berdiam di dasar bak untuk tumbuh dan berkembang lebih lanjut. Fase belum dewasa disebut trophon berbentuk buah pear, sedangkan dewasa berbentuk bulat dan kemudian membentuk kista yang disebut toman dimana setelah 6-8 hari akan berkembang menjadi parasit muda yang mampu hidup tanpa inang dalam waktu

tidak lebih berdasarkan 24 jam.

Cryptocaryon sp menyerang pada ikan hias dan tidak jarang juga menyerang ikan konsumsi seperti kakap putih, kakap merah, dan kerapu. Parasit ini biasanya menyerang bagian insang dan kulit. Gejala klinis yang ditimbulkan adalah nafsu makan berkurang dan ikan menjadi lesu, mata suram dan sisik ikan lepas, terdapat bintik-bintik putih pada insang dan permukaan tubuh, serta terjadi peningkatan produksi mucus atau lendir. Penyakit ini dapat mudah menular dan menyebabkan kematian massal dalam waktu yang relatif singkat. Bentuk infeksi dan morfologi Cryptocaryon sp disajikan pada Gambar berikut.

Bentuk infeksi dan morfologi Crytocaryon sp

Penyebab : Cryptocaryon irritans

Bio ? Ekologi phatogen :

  1. Berbentuk bulat atau oval berukuran antara 0.3-0.5 mm, dan memunyai silia.
  2. Bersifat obligat parasitik (memiliki karakter biologi yang hampir sama dengan parasit “Ich”)
  3. Sangat ganas, pada infeksi berat dapat mematikan hingga 100% dalam tempo beberapa hari
  4. Menginfeksi jenis ikan budidaya air laut (kerapu, kakap, baronang, dll.) terutama ukuran benih, meskipun ukuran dewasa juga rentan apabila kekebalan tubuhnya merosot

Gejala Klinis :

  1. Nafsu makan menurun, kurus, warna tubuh gelap, gelisah, lesu dan lemas
  2. Menggosok-gosokkan badan pada benda di sekitarnya
  3. Frekwensi pernapasan meningkat (megap-megap), mendekat ke air masuk
  4. Bintik-bintik putih atau kecoklatan di sirip, kulit atau insang, produksi mukus berlebih, dan sirip menguncup
  5. Pada infeksi berat, bintik-bintik putih atau nampak seperti salju yang disertai pendarahan, dan mata buram hingga menyebabkan kebutaan
  6. Infeksi sekunder oleh bakteri akan memperparah kondisi kesehatan hingga mempercepat proses kematian.

Diagnosa :

  1. Pengamatan secara visual terhadap adanya bintik putih (parasit) pada kulit, sirip dan insang ikan
  2. Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi parasit melalui pembuatan preparat ulas dari organ kulit/mukus, sirip dan/atau insang.

Ikan kerapu yang terinfeksi parasit Cryptocaryon irritans , bintik-bintik

putih tampak di semua permukaan tubuh ikan

Insang ikan yang dipenuhi oleh infestasi parasit Cryptocaryon irritan s

Pengendalian :

  1. Mempertahankan suhu agar selalu > 29o C
  2. Pemindahan populasi ikan yang terinfeksi parasit ke air yang bebas parasit sebanyak 2-3 kali dengan interval 2-3 hari.
  3. Pengobatan dan/atau pemberantasan parasit dapat dilakukan melalui perendaman dengan menggunakan: a) Air bersalinitas rendah (0-8 promil) selama beberapa jam (tergantung spesies dan ukuran), dipindahkan ke air yang bebas parasit dan diulang setiap 2-3 hari; b) Larutan hydrogen peroxide (H2O2) pada dosis 150 ppm selama 30 menit, dipindahkan ke air yang bebas parasit dan diulang setiap 2 hari; c) Larutan kupri sulfat (CuSO4) pada dosis 0,5 ppmselama 5-7 hari dengan aerasi yang kuat, dan air harus diganti setiap hari; d) Larutan formalin 25-50 ppm selama 12-24 jam, dilakukan pengulangan setiap 2 hari

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA IKAN LELE DUMBO

Masalah yang banyak muncul dimasyarakat dalam bisnis budidaya lele dumbo adalah cara membuat benih yg lebih banyak tetapi permanen dapat berkesinambungan. Salah satu upaya peningkatan produksi benih lele dumbo adalah menggunakan pembenihan secara buatan, pemeliharaan secara intensif & pengendalian penyakit.

Klasifikasi lele dumbo

Phylum : Chordata

Kelas : Pisces

Subkelas : Teleostei

Ordo : Ostareophyci

Famili : Claridae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias griepinus

Nama lokal : Lele dumbo

Morfologi

Bentuk badan memanjang, bagian kepala gepeng atau pipih, batok ketua umumnya keras & meruncing kebelakang. Seluruh bagian tubuhnya mulai dari ujung moncong lisan hinga bagian ekornya tidak bersisik.

Seluruh bagian tubuhnya menjadi pucat apabila terkena sinar matahari, dan akan diwarnai noda hitam atau putih dan totol-totol jika stress, naun keadaan ini akan segera normal apabila habitatnya sesuai dengan kemampuannya. Ikan ini dijuluki catfish , karena kumisnya seperti dengan kumis kucing, yakni mempunyai empat pasang sungut disekitar lisan. Sepasang sungut hidung,, sepasang sungut maksilar dan dua pasang sungut mandibular. Sungut maksilar berfungsi menjadi tentakel yakni indera buat meraba. Insangnya ukuran keci & terletak dikepala bagian belakang. Lele dumbo mempunyai 5 buah sirip yg terdiri dari sirip pasangan dan sirip tunggal. Sirip yg berpasangan adalah sirip dada, & sirip perut. Sedangkan yg tunggal adalh sirip punggun dan sirip ekor. Serta sirip dubur. Pada sirip dada dilengkapi dengan patil atau taji nir beracun. Selain kemampuannya meloloskan diri menurut kolam piaraan dengan caramelompat, iapun mampu merangkak diatas tanah tanpa air dalam waktu cukup usang asalkan lembab. (Santoso 1994).

Habitat

Semua perairan tawar bisa menjadi lingkungan hayati atau tempat asal lele dumbo seperti waduk, danau, rawa & genangan air tawar lainnya. Dialalm bebas, ikan ini lebih menyukai air yang arusnya mengalir secara perlahan atau lambat. Lele dumbo awalnya hidup liar disungai- sungai ,rawa dan seluruh tempat asli air tawar. Setelah diternakan secara intensif, ternyata lele dumbo dapat tumbuh dengan cepat. Sungai, karamba, drum, adalah loka yg cocok untuk pemeliharaan atau pembesaran., bahkan air comberan, tanah sawah dengan kedalaman 10 cm sekalipun asalkan terdapat loka berlindung seperti bebatuan, karang atau kaleng bekas mampu dipakai.

Tingkah laku

Salah satu sifat lele dumbo merupakan senang menloncat kedarat terutama pada malam hari. Munculnya sifat ini karena lele dumbo merupakan hewan malam yakni poly melakukan aktivitasnya dimalam hari ( nocturnal ). Sifat ini akan tampak ketika lele dumbo akan mencari makan. Itulah sebabnya lele dumbo akan lebih senang berada ditempat gelap dibanding ditempat yang terperinci.

Kebiasaan makan

Lele dumbo mempunyai kebiasaan mencari makan didasar kolam ( bottom feeder) sebagai akibatnya air kolam tak jarang menjadi keruh. Lele dumbo pula dikenal rakus, lantaran memiliki berukuran mulut yang cukup lebar sehingga mampu menyantap kuliner alami didasar perairan, & pakan buatan seopert pellet. Oeh karena itu lele dumbo digolongkan sebagai pemakan segala ( omnovora). Makanan misalnya bangkai ayam, bebek ,angsa, & unggas lainnya di lahapnya menggunakan menggunakan gigi nya yg terletak dalam rahang & mencabik-cabiknya higga tinggal tulang ( scavenger).

Perkembang biakan

Perkembang biakan lele dumbo bisa dilakukan secara alami & atau secara buatan. Pemijahan alami bisa dilakukan pada bak semen atau bak kayu yang dilapisi plastik berukuran 2x1x1 meter, dilengkapi kakaban menjadi substrat buat penempel telur dan epilog bak berdasarkan kayu, seng atau dawai kasa agar lele tidak meloncat keluar. Sedangkan pemijahan buatan atau lebih terkenal menggunakan kata kawin injeksi, dilakukan dengan jalan menyuntikan hormon eksklusif kedalam tubuh ikan yg akan dipijahkan untuk merangsang terjadinya ovulasi. Hormon yang dipakai buat penyuntikan biasanya memakai kelenjar hypophisa ikan homogen atau ikan mas yang bersifat universal, & atau menggunakan hormon buatan seperti HCG, LHRH atau ovaprim yg sudah poly dijual dipasaran. Dalam prosesnya, pemijahan protesis dalam lele dumbo dapat dilakukan melalui pembuahan alami dan pembuahan buatan.

Pemeliharaan larva

Larva lele yang baru menetas masih mempunyai persediaan makanan dalam bentuk kuning telur(yolk salc) sehingga nir perlu diberi pakan hingga umur 4 hari. Mulai hari ke lima, larva diberi pakan cacing tubifek yg telah di cincang halus atau daphnia sampai larva siap ditebar kekolam atau bak pendederan.

Pendederan

Persiapan kolam pendederan buat lele dumbo sama halnya misalnya persiapan kolam pendederan buat jenis ikan budidaya lainnya, Benih yang akan ditebar sebaiknya sudah bertenaga & lincah dan telah terbiasa memakan kuliner tambahan. Padat tebar mampu bervariasi, & tergantung dalam kesuburan kolam, yang krusial nir melebihi ambang daya dukung kolam(carrying capacity). Pakan tambahan yang diberikan merupakan pelllet yang telah digiling halus sebesar 10-15 %, diberikan 3 kali perhari. Lama pemeliharaan pada kolam penderan I selama 21 hari, atau sehabis benih mencapai berukuran 2-tiga centimeter. Produksi benih yang didapatkan perkilogram induk mampu mencapai 40.000 ? 60.000 ekor ukuran 2-tiga centimeter.

PENYAKIT

Lele dumbo merupakan jenis ikan tidak besisik sebagai akibatnya lendir merupakan salahsatu pelindung berdasarkan gangguan lingkungan. Akibatnya jika terluka menggunakan sangat gampang terjadi pengeluaran lendir yg hiperbola berdasarkan tubuhnya. Lendir ini bisa dijadikan media hidup bakteri, & dengan menempelnya bakteri pada lendir, maka dengan segera kuman penyakit masuk hingga kedalam tubuh lele dumbo. Terjadinya luka inilah yg mengakibatkan ketahanan tubuh lele dumbo menurun dan menyebabkan sakit. Tetapi kebanyakan patogen yang terlibat umumnya bersifat fakultatif yaitu organisme yang hanya menyebabkan penyakit pada kondisi tertentu saja. Organisme semacam ini secara normal memang hidup & berada dalam aneka macam jenis perairan, & hanya mengakibatkan terjadinya penyakit jika daya tahan tubuh lele dumbo menurun atau kelimpahan mahluk tersebut kelewat tinggi. Daya tahan tubuh lele dumbo umumnya berkurang jika ada pada syarat tertekan yg diakibatkan banyak sekali faktor terutama lingkungan yg mencakup faktor fisik, kimiawi juga biologis. Dengan demikian terjadinya wabah sebetulnya adalah dampak hubungan yang tidak seimbang antara ikan menjadi subyek patogen, patogen itu sendiri serta kondisi lingkungan. Sebenarnya, semua jenis ikan memiliki kekebalan terhadap penyakit selama ikan tadi hayati dalam syarat lingkungan yg baik & tidak terdapat faktor yg memperlemah badannya. Penyakit ikan dapat berkembang dampak bermacam macam faktor diantaranya trauma pengangkutan, kekurangan pakan, perubahan sifat ekamatra dan kimia air serta epidemi menurut suatu penyakit. Untuk mencegah & mengobati suatu penyakit maka perlu diketahui hal- hal yang berkaitan dengan timbulnya penyakit, cara cara & dosispengobatan yg tepat supaya diperoleh hasil yg baik.

UPAYA PENCEGAHAN

Tindakan pencegahan terutama ditujukan buat mencegah masuknya endemi penyakit kedalam loka budidaya ikan, atau mencegah meluasnya daerah yg terkena agresi penyakit dalam upaya mengurangi kerugian produksi dampak timbulnya endemi penyakit. Beberapa tindakan upaya pencegahan antara lain melalui sanitasi kolam, alat-alat, ikan yg akan dipelihara serta lingkungan tempat budidaya.

A. Sanitasi kolam

Sanitasi kolam dilaksanakan melalui pengeringan, pemjemuran dan pengapuran dengan kapur tohor atau kapur pertanian sebanyak 50-100 gram/m2 yg ditebar secara merata dipermukaan tanah dasar kolam & sekeliling pematang kolam. Setelah dikapur biarkan pada keadaan kemarau selama tiga-lima hari, baru lalu kolam dipupuk dan diairi. Bahan lain yang sanggup dipakai buat sanitasi kolam antara lain kalium permanganat (PK) yang ditebarkan pada kolam yg telah diairi sebesar 10-20 gram/m3 air dan dibiarkan selama 2 jam, baru kemudian dimasukan air baru & ditebari ikan sehabis kondisi air normal balik .

B. Sanitasi perlengkapan & alat-alat

Perlengkapan & alat-alat kerja usahakan selalu dalam keadaaan suci hama, dengan cara merendamnya pada larutan PK atau larutan kaporit selam 30-60 mnt. Pengunjung menurut luarpun usahakan nir sembarangan memegang & atau mencelupkan bagian tubuh kedalam media air pemeliharaan sebelum disuci hamakan.

C. Sanitasi Ikan tebaran

Lele dumbo yg akan ditebarkan usahakan selalu diperiksa dahulu. Bila menerangkan tanda-tanda kelainan atau sakit maka lele tersebut harus dikarantinakan terlebih dahulu buat diobati. Namun lele dumbo yang akan ditebar dan dianggap sehat pun, sebelum ditebar sebaiknya direndam dahulu pada larutan PK menggunakan dosisi 20 gram/m3 air, atau pada larutan methylin blue 20 ppm, atau menggunakan formalin 1cc/10 liter air, masing ? Masing selama 10 -15 mnt. Jika sanitasi ikan tebaran akan memakai obat-obatan alami dapat dilakukan dengan cara merendam lele dumbo yg akan di tebar pada ektrak cair sambiloto dengan takaran 25 ppm, atau pada ektrak cair rimpang kunyit menggunakan takaran 15 ppm atau dapat juga menggunkan ektrak cair daun dewa menggunakan dosis 25 ppm, perendaman masing masing selama 30 -60 mnt.

D. Menjaga lingkungan tempat budidaya

Upaya proteksi gangguan berdasarkan penyakit lele dumbo adalah menggunakan menjaga syarat lingkungan atau syarat ekologis perairan dengan cara setiap kolam /bak pemeliharaan lele dumbo diusahakan menerima air yang baru & masih segar, telah melalui sistem filtrasi dan diusahakan agar bahan- bahan organik misalnya sampah yag memungkinkan masuk kedalam kolam sedapat mungkin dihindari.

UPAYA PENGOBATAN

Gejala ?Gejala klinis

Manifestasi klinis berdasarkan proses penyakit, baik yg infektif juga non infektif pada suatu populasi sering menandakan pertanda-tanda/petunjuk pertama terhadap suatu kasus penyakit walaupun ikan jarang atau hampir nir pernah menunjukkan pertanda-pertanda yang menciri (Pathogonomonic) sang karena itu diagnosa yg tepat berdasarkan tanda-tanda klinis membutuhkan pengalaman & keterampilan mengobservasi banyak sekali perubahan klinis. Beberapa perubahan atau indikasi-pertanda klinis yg perlu diamati diantaranya tingkah laku , sikap, keseimbanga warna reflex, konvoi, pernapasan, kerusakan / luka-luka pada kulit luar dll.

A. Tingkah laku

Lele dumbo yang sakit umumnya memperlhatkan tingkah laku menyimpang, contohnya acapkali menggosok-gosokan badannya dalam benda- benda yang terdapat didalam kolam misalnya batu, tumbuhan air atau kepinggiran kolam/ pematang. Pada kasus lain, ikan lele kehilangan keseimbangan tubuh sebagai akibatnya gerakannya seprti nir terkontrol, dan pada ahirnya ikan lele membisu didasar kolam dengan sirip dada terbuka atau sekali-kali muncul kepermukaan air seperti menggantung. Ada jua lele sakit yang membuka ke 2 tutup insangnya lebih lebar menurut umumnya, prekuensi pernafasannya meningkat dan tampak terengah-engah. Selain itu terdapat yang menandakan gejal mogok makan akibat kehilangan nafsu makan.

B. Kelainan rona tubuh

Jika tubuh lele dumbo mulai terlihat pucat maka harus dicurigai lantaran kemungkinan telah mulai ditempeli parasit eksklusif. Namun perubahan warna tubuh bisa jua ditimbulkan tertekan akibat terjadinya intesitas cahaya gelap keterang. Jika hal ini terjadi umumnya warna lele dumbo kembali normal pada saat yang nir terlalu usang. Perubahan rona juga sering terjadi bila lele dumbo dalam keadaan takut atau sesaat sesudah atau sebelum memijah. Dengan demikian dari peristiwa tersebut, maka perubahan rona dalam lele dumbo bisa dipercaya sebagai tanda-tanda dari suatu penyakit apabila tidak terdapat penyebab lain misalnya takut, tertekan atau selesainya dan sebelum memijah. Perubahan warna yang disebabkan oleh penyakit umumnya belangsung lama atau bersifat tetap.

C. Produksi Lendir

Lele dumbo yang sakit acapkali memproduksi lendir yang berlebihan. Hal ini cukup terlihat jelas karena lele dumbo berwarna gelap. Produksi lendir yg berlebihan umumnya disebabkan oleh parasit yg menyerang bagian kulit. Banyaknya lendir tadi tergantung dalam intensitas serangan penyakit.

D. Kelainan bentuk organ tubuh.

Serangan tertentu dapat jua menyebabkan kelainan pada organ ?Organ tubuh tertentu, misalnya masih ada bintik ?Bintik putih atau merah dalam bagian sirip, sisik atau bagian tubuh lainnya. Kelainan bentuk pula bisa terjadi apabila agresi sangat hebat dan terjadi infeksi yang parah sebagai akibatnya menyebabkan tonjolan ? Tonjolan semacam tumor dalam insang, mata dan bagian kepala.

Cara dan teknik mengobati ikan sakit

Tindakan penanggulangan penyakit ikan melalui pengobatan diupayakan agar lele dumbo sembuh tanpa membahayakan keselamatannya karena keracunan obat. Untuk itu perlu diketahui gejala ? Tanda-tanda generik yang ada lalu dilakukan penaksiran buat menemukan faktor penyebabnya. Setelah itu barulah ditentukan cara pengobatannya. Setelah secara pasti faktor penyebabnya diketahui kemudian dipengaruhi pula jenis obat yang akan digunakan dan dosisnya yg sempurna sehingga tercapai efesiensi penggunaan obat dan efektifitas pemberantasannya. Beberapa teknik pengobatan yang dianjurkan & biasa diterapkan dalam mengobati ikan terinfeksi suatu penyakit antara lain

a. Pencelupan

Pencelupan merupakan cara pengobatan menggunakan obat obatan alami atau bahan kimia dalam konsentrasi tinggi ( ratus atau ribuan ppm) dan saat pengobatan sangat pendek. ( 30 dtk ) Pengobatan menggunakan cara pencelupan biasanya memakai larutan obat menggunakan konsentrasi tinggi ( daya racun tinggi ). Bila syarat ikan telah terlalu lemah sedang daya racun obat sangat tinggi. Maka ikan bisa tewas.Untuk pengobatan cara ini, lele dumbo yang terinfeksi ditangkap menggunakan serok kemudian lele bersama serokannya dicelupkan kedalam larutan obat yang telah disiapkan selama 30 - 60 dtk. Lele dumbo yg telah diobati dipindahkan ketempat penampungan sembari diberi airasi dan air mengalir.

B. Perendaman

Pengobatan ini adalah dengan cara memandikan ikan ? Ikan yang sakit dalam suatu larutan obat tertentu dengan konsentrasi tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam saat antara 15 -60 mnt. Teknis pengobatan dengan cara peandian yaitu ikan ? Ikan yang terinfeksi di kumpulkan & secara pribadi dimasukan/dilepaskan kedalam larutan obat yang sudah disediakan sesudah mencapai batas ketika yang telah dipengaruhi ikan ditangkap lalu dipindah ketempat penampungan ad interim dengan aliran air bersih.

C. Perendaman

Pengobatan melalui perendaman umumnya memakai larutan obat tertentu dalam konsentrasi relatif rendah, waktu yg dipakai untuk perendaman cukup panjang yaitu sampai 24 jam. Pengobatan menggunakan teknik perendaman ini dilakukan 3-5 kali berturut-turut selama 3-5 hari. Setiap kali terselesaikan mengobati, ikan dipindahkan ketempat yg berisi air higienis sambil diberi pakan.

D. Usapan / Olesan.

Pengobatan ini umumnya hanya dilakukan dalam lele dumbo yg luka. Lele dumbo yang luka diolesi obat tepat pada bagian yg luka, selanjutnya dipindahkan ketempat berair mengalir agar residu obat yang beracun bagi ikan cepat tercuci.

E. Pemberian pakan.

Pengobatan ini terutama ditujukan bagi lele dumbo yg terinfeksi bakteri pada organ tubuh bagian pada. Obat yg akan digunakan dicampur kedalam pakan ikan sinkron takaran yang dianjurkan. Pakan yang sudah dicampuri obat diberikan pada lele dumbo yang akan diobati sebanyak 2-tiga% biomas, diberikan 3 kali perhari.

JENIS-JENIS OBAT

A. OBAT ALAMI/TRADISIONAL

1. Kunyit (Curcuma longa Linn)

Nama wilayah: Kunyir, Koneng, Kunyit, Alawahu, Nikwai Pagidon.

Sifat kimiawi & impak farmakologis : Bau khas aromatik, rasa agak getir, sedikit pedas, tidak beracun. Berkhasiat menjadi anti radang ( anti inflamasi) dan anti bakteri.

Kandungan kimia : Rimpang mengandung minyak atsiri tiga-5 %, turmeron, zingberene, sesquiterpen, alkohol pati , tanin & damar.

Cara pemakaian : Perendaman & oles.

Dua. Lengkuas (Alpinia galanga L willd)

Nama daerah : Langkueh, halawas, lengkuas, lawas, laja, langkuwasa.

Sifat kimiawi dan pengaruh farmakologis: Rasanya pedas & hangat. Berkhasiat buat, menetralkan racun, Meningatkan napsu makan( stomakik) dan sebagai obat jamur kulit.

Kandungan kimia: Rimpang mengandung minyak atsiri 1% metilsinamat, kamfer, galangin dan eugenol. Sedangkan butir mengandung, methyl ether, kaemferide, galangin & dimethoxyflavone.

Cara pemakaian : melalui perendaman & dioles.

3. Daun Dewa ( Gynura pseudochina DC.)

Nama daerah : Beluntas cina, Daun yang kuasa.

Sifat kimiawi dan impak farmakologis Daunnya dapat dikonsumsi dengan cara dilalap atau dijus. Berkhasiat menjadi anti radang, Penghilang nyeri (analgesik), obat luka bakar, luka bekas gigitan hewan berbisa, anti kanker dan peradangan pada jaringan tubuh.

Kandungan kimia: Batang, daun dan umbinya mengandung minyakatsiri, saponin , teranoid, tanin & tekalora.

Cara pemakaian : melalui perendaman & dioles.

4. Mahkota tuhan (phaleria macrocarpa)

Sifat kimiawi dan efek farmakologis : apabila dikonsumsi insan pada keadaan segar mampu menyebabkan keracunan. Berkhasiat buat mengobati kanker, anti oksidan, bersifat analgesik, antipiretik, & anti radang.

Kandungan kimia: Daging buah dan cangkang biji mahkota ilahi mengandung alkaloid, flavonoid, senyawa politenol dan tanin.

Cara pemakaian : melalui perendaman & dioles. Berhasiat sebagai penambah napsu makan, menetralisir racun (anti toksik), menghilangkan gumpalan darah dan mengobati cacing ( Vermifuge ).

Kandungan Kimia : Batang dan daun mengandung : Minyak atsiri, tanin, lemak, phytosterol & calcium oxalate.

Cara pemakaian : melalui perendaman atau dioles

Jarak Ulung ( Jatropha gossipifolia L )

Nama daerah : Jarak kosta merah, Jarak cina, jeda ulung.

Sifat kimiawi & impak farmakologi : Getahnya bersabun, biji mengandung minyak. Bagian yang mampu dipakai adalah daun dan biji. Berkhasiat buat mempertinggi napsu makan, mengobati pembengkakan dan penyakit kulit.

Kandungan kimia. : Akar mengandung alkaloid. Daun & batang mengandung tanin, calcium oxalate, & sulfur.

Cara pemakaian : Perendaman & oles

Cara membuat obat alami/tradisional.

A. Ekstrak.

Ekstrak merupakan obat alami dalam bentuk kering, kental atau cair yg dibuat menggunakan cara merogoh sari simplisia (bahan obat ) menurut cara yang cocok tanpa imbas cahaya surya eksklusif. Wadah buat menyari, merendam atau mengungkep simplisia bisa berupa panci stainlees atau toples kaca dan pengaduk dari kayu. Sedangkan simplisia yang digunakan berupa daun, butir, btg juga rempang yg masih segar atau simplisia yang telah dikeringkan dan sudah diawetkan sebelumnya.

Salah satu cara ekstraksi yg biasa dilakukan adalah menggunakan cara mengolah air hingga mendidih, kemudian simplisia direbus selama lebih kurang 30 mnt. Selanjutnya bahan rebusan tadi disaring menggunakan kain atau dawai kasa. Setelah itu air rebusan pada panaskan lagi sampai mengental, & didinginkan.

Ekstrak ini adalah bahan dasar buat pembuatan obat dalam bentuk serbuk atau dalam bentuk salep/krim atau bisa pula dipakai pribadi untuk pengobatan dengan cara perendaman, pemandian maupun pengusapan/oles menggunakan cara mencampur dengan air higienis sinkron takaran yg dianjurkan.

B. Obat bubuk

Obat serbuk dibuat dengan cara mencampur ekstrak kental dengan saccarum lactis ( gula susu), sedikit-sedikit hingga terbentuk adonan yang bisa dibuat lempengan. Selanjutnya lempengan tersebut pada jemur hingga kemarau lalu digiling & output gilingannya disaring dengan dawai kasa sehingga didapatkan serbuk halus yang berukuran seragam.

Obat bubuk ini dapat dipakai buat pengobatan dengan cara perendaman, pemandian, pengolesan & pengobatan melalui pakan.

C. Obat oles ( krim/ Lulur )

Obat oles umumnya berupa salep yang merupakan adonan minyak flora menggunakan bahan-bahan yg sudah berbentuk ekstrak. Minyak tanaman yang dipakai untuk mencampur adalah minyak kelapa atau minyak zaitun dicampur bahan emulsifier(emulgator) misalnya gom arab, acacia dan tragacanth. Pembuatannya dilakukan menggunakan cara mencampur, minyak, ektrak kental dan emulgator dengan perbandingan dua : 4 : 1 diaduk dengan cepat sampai sebagai bentuk krim emulsi. Pembuatan obat oles ini nir boleh dipanaskan karena dapat memisahkan minyak dan air yang telah bercampur. Krim atau lulur ini bisa digunakan buat pengobatan luka atau borok yang terinfeksi bakteri atau parasit. Dengan cara dioleskan tepat pada bagian yang luka.

D. Ramuan

Ramuan adalah adonan aneka macam macam bahan obat-obatan segar atau yang telah diawetkan buat mengobati penyakit tertentu, sehingga perbandingan jumlah bahannya diadaptasi dengan kebutuhan kandungan bahan kimia dalam bahan yang akan digunakan. Cara pembuatanya, seluruh bahan dirajang kecil-kecil lalu direbus hingga air rebusan tersisa separuhnya. Air rebusan tersebut selanjutnya dipakai untuk pengobatan.

B. OBAT KIMIA

Obat-obatan kimia yg lazim dipakai dalam pengobatan penyakit ikan banyak sekali jenisnya. Ada yg berbentuk bubuk terdapat pula yang berbentuk cairan. Semuanya merupakan bahan kimia. Berdasarkan sifatnya jenis-jenis obat obatan tadi dapat dikelompkan sebagai obat anti biotik, desinfektan , insektisida obat oles & obat obat lain.

A. Obat bubuk

Umumnya obat antibiotik digunakan buat penyakit bakterial yg diaflikasikan dengan cara perendaman, penyuntikan juga pengobatan melalui pakan. Contoh obat antibiotik adalah Tetrasiklin. Kemisitin, oksitetracyclin hcl, streptomisin, sulfamerizin sulfanomid.

B. Obat oles

Obat oles yaitu obat- obatan yangdigunakan insan terutama untuk mengobati luka luka. Obat ini berbentuk cairan, penggunaannya dalam pengobatan ikan harus diencerkan dahulu hinga sepuluh kali. Cara penggunaannya dioleskan menggunakan donasi kapas tepat dalam luka ditubuh ikan yang terinfeksi penyakit bakterial atau parasit lainnya yg bisa mengakibatkan luka atau borok dalam tubuh ikan. Contohnya merupakan obat merah ( jodium tinktur, mercurochrome ) kecuali itu terdapat lagi bedak talk yang penggunaannya pula dioleskan, terutama buat melepaskan jenis ektoparasites seperti argulus sp, yang melekat ketat dalam tubuh ikan.

C. Obat- obat lain

Justru obat- obatan inilah yang paling acapkali dimanfaatkan dalam pengobatan lele dumbo, sebagian akbar berbentuk serbuk, bersifat racun, & harganya nisbi mahal. Obat ini gampang diperoleh ditoko- toko kimia atau pada afotik. Obat ? Obat dimaksud yang sudah dikenal luas merupakan malchyt green, methyline blue, cooper sulfat, PK, rivanol, bromex, formalin, Hcl quinine, Chinine trifaplafin, garam amonia & kalium bikromat.

JENIS PENYAKIT LELE DUMBO

Bila ditinjau berdasarkan biotaksonominya, parasit penyebab penyakit dalam lele dumbo, digolongkan dalam dua golongan yaitu zoo-parasites & Phytoparasites.

Zoo parasites

Parasit yang secara biotaksonomi tergolong dalam global hewan ( animal kingdom) antara lain sebagai berikut.

A. Cyclochaeta ( Trichodina sp )

Cyclochaeta atau lebih dikenal dengan Trichodina, berkembang biak dengan cara membelah diri & selama hidupnya berada dalam tubuh ikan. Bagian bawahnya masih ada lisan yang dilingkari suatu indera menurut zat kitin berjumlah 20 ? 30 butir, berfungsi sebagai alat buat melekat dalam tubuh atau insang, sekaligus sebagai alat pengisap. Parasit ini acapkali melekat pada lele yg sudah terserang parasit lain. Bagian badan yang diserang sebagai pucat, terkadang disertai dengan pendarahan. Bagian tubuh yang terinfeksi banyak mengeluarkan lendir

Siklus hayati

Berdasrkan daur hidupnya ,cyclochaeta termasuk parasit onligat yaitu selama hidupnya berfungsi penuh menjadi parasit & nir pernah melepaskan diri berdasarkan inangnya ( ikan ) sebagai akibatnya parasit ini tidak mampu hidup tanpa ikan. Penularannya akan terjadi jika terdapat hubungan eksklusif antara ikan yang terserang menggunakan ikan sehat

Gejala infeksi

Tubuh lele dumbo bagian luar yang terkena infeksi menjadi pucat, poly mengeluarkan lendir, serta kemerah merahan karena terjadi pendarahan. Warna tubuh pucat & tingkah laris nir normal ( ikan sebagai lemah terjadi penurunan berat tubuh, terjadi iritasi pada kulit )

Pencegahan :

Memelihara kondisi lingkungan, Kolam didesinfekstan sebelum penebaran ikan. Kalau memungkinkan, copepoda wajib dihambat supaya nir masuk kekolam. Populasi lele dumbo dijaga serendah mungkin, kuliner wajib tersedia pada jumlah dan mutu yg relatif

b. Bintik Putih (white spot)

Parasit ini acapkali dijumpai pada lele dumbo & terlihat misalnya bintik- bintik putih sebagai akibatnya disebut penyakit bintik putih ( White spot). Parasit tadi menyerang lele dumbo secara berkelompok membentuk koloni yang bersarang pada lapisan lendir kulit, sirip hingga lapisan insang.

Parasit yg bisa mengakibatkan pendarahan ini termasuk protozoa yg sangat ganas, sinkron namanya ichtioptirius berarti penghancur ikan, yg sanggup berkembang biak pada waktu yg sangat singkat.

Siklus hayati

Didaerah tropis daur hidup nya lebih pendek dari dalam didaerah sub tropis ( sedang) . Metabolismenya sangat cepat pada suhu yang hangat sehingga perkembang biakannya pun pesat sekali.

Penyakit Bintik putih agak sulit diberantas lantaran pada tahap parasiter hayati terbungkus selaput sel lendir ikan. Larutan obat nir akan meresap mengenai parasit tanpa Mengganggu selaput lendir ikan. Namun demikian cara tetapkan daur hidupnya, parsit ini dapat diberantas secara efektif.

Siklus hayati Ichtyoptihirius multifilis dibagi menjadi empat fase yaitu :

1. Fase parasiter , saat hayati dalam ikan

1. Fase pra kista : Setelah dewasa & melepaskan diri dari tubuh ikan, tetapia belum menciptakan kista

2. Fase kista : Selama terjadi proses membelah diri, terbungkus dinding lendir inheren padaa suatu benndda didalamair.

Tiga. Fase paskakista : Berupa benih- benih parasit yg baru keluar dari kista.

Pada fase parasiter parasit ini inheren padad tubuh ikan selama lebih kurang 8 hari, sesudah itu melepaskan diri dan hayati bersifat planktonis ( melayang-layang) didalam air buat beberapa waktu lamanya. ( fase prakista). Saat itulah kesempatan paling sempurna buat mengobati lele yang sakit sekaligus membunuh parasit. Kesempatan ke 2 terjadi dalam ketika parasit baru keluar menurut kista dan masih berupa benih parasit ( fase paskakista)

Gejala Infeksi

Bagian tubuh lele dumbo yang sebagai sasarannya merupakan sel- sel pigmen, sel- sel darah, dan sel- sel lendir. Bila yang diserang bagian kepala, terutama bagian atas insang, lele dumbo umumnya megap- megap misalnya sesak nafas, usang kelamaan mati. Serangan yg ringan dalam selaput lendir mengakibatkan lele gatal- gatal, apabila serangan menghebat tak jarang terjadi pendarahan. Sering jua terjadi lele dumbo yg diserang penyakit bintik putih poly mengeluarkan lendir, tubuhnya pucat, dan pertumbuhannya lambat.Terjadi iritasi, lele menggosok gosokan tubuhnya ketepi kolam. Pada lele dumbo yang terinfeksi lebih lanjut, akan terlihat meloncat loncat kepermukaan air dan megap megap untuk mengambil udara, nafsu makan berkurang, terjadi perubahan rona, geraka nmenjadi lamban dan tidak responsip terhadap rangsangan.

Penyakit bakteri

a. Aeromonas ( Bercak merah)

Bakteri Aeromonas termasuk patogen terhadap ikan. Dari genus aeromonas terdapat tiga spesies yaitu Aeromonas punctata, Aeromonas Hydrophilla dan Aeromonas liquifaciens.

Terlepas dari adanya disparitas dalam hal klasifikasi, yg jelas bakteri masih ada pada pada tanah juga didalam indera pencernaan ikan. Habitatnya merupakan air tawar terutama yg mengandung kadar bahan organik tinggi. Khusus bakteri Aeromonas hydrophilla umumnya adalah penyerang ke 2 selesainya terinfeksi parasit lain ataujika ikan menderita stress.

Gejala Infeksi

Ikan lele yg terjangkit bakteri Aeromonas rona tubuhnya berubah menjadi gelap, kulitnya kesat karena kehilangan poly lendir diikuti pendarahan dan luka/borok. Selain itu ikan berenang sangat lemah , napasnya megap- megap,seringkali timbul atau menggantung dipermukaan air. Bila menyerang organ dalam umumnya ginjal & limpanya bengkak atau terkadang terjadi pendarahan Faktor penunjang : Kualitas air tidak baik, terutama apabila bahan organik tinggi karena perubahan demam isu. Temperatur air berfluktuasi tinggi antara siang & malam dan kadar oksigen sangat rendah.

Pencegahan

- Sanitasi air & wadah/kolam.

- Desinfeksi alat-alat

- Karantina ikan yg baru

4.3.3. Phyto-parasites

Phyto- parasites adalah parasit yang secara biotaksonomi tergolong dalam dunia tumbuhan ( plant kingdom ). Dari golongan phyto parasites masih ada 2 genus fungi ( fungi) yang paling dikenal didunia perikanan yaitu jamur achliya dan saprolegnia.

Kedua parasit ini memiliki bentuk yang hampir sama yaitu menyerupai benang- benang halus. Jamur achliya dan saprolegnia relatif berbahaya bagi benih & telur ikan. Ikan dewasa yang badannya mengalami luka fisik pula akan gampang menjadi mangsa parasit ini.

Siklus hayati

Meskipun siklus fungi ini belum diketahui secara niscaya, namun endemi achliya & saprolegnia umumnya terjadi dalam syarat lingkungan yg poly mengandung bahan organik terutama bila sedang terjadi proses pembusukan. Dalam keadaan suhu relatif rendah, serangannya juga bisa menghebat. Ikan yang tubuhnya lemah atau menderita luka

Gejala infeksi

Ciri khas dampak agresi fungi dalam badan lele dumbo masih ada benang ? Benang halus berwarna putih misalnya kapas. Kalau tidak segera ditangani lama kelamaan lele dumbo menjadi kurus dan akhirnya tewas lantaran fungi mampu menerobos kulit bagian pada terus masuk keotot daging bahkan sampai ketulang. Sasaran penyakit jamur bukan saja benih atau ikan dewasa tetapi telur pun sangat mudah terinfeksi. Penyerangan terjadi terutama dalam lele yg sebelumnya sudah terjangkit parasit lain atau mengalami luka fisik sehingga penyerangan jamur ini merupakan infeksi ke 2. Mewabahnya penyakit ini sering terjadi pada syarat lingkungan yang banyak mengandung bahan-bahan organik dan sedang terjadi pembusukan. Serangannya sangat menghebat apabila terjadi penurunan suhu air.

PENGOBATAN/PENGENDALIAN PENYAKIT

DAFTAR PUSTAKA

Darti S.L , Penyakit ikan hias, Penebar swadaya, Jakarta

Prihartono Eko, Juansyah R, dan Usni Arie, Mengatasi Konflik Budidaya Lele dumbo. Penebar swadaya, cet 3, Jakarta 2001.

Susanto, H. Ikan Lele. Kanisius Yogyakarta

Sudewo, Bambang. Tanaman Obat Populer, Agro Media Pustaka, Jakarta. 2004.

Syambas M. Dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Lele Dumbo Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

#Tag :

Penyakit Protozoa : Ichthyobodo necator

Ichthyobodo necator yang dikenal juga dengan nama Costia necatrix merupakan Protozoa penyebab penyakit costiasis. Protozoa ini berbentuk buah pear berukuran 6-12 µm dengan sepasang flagella panjang dan sepasang flagella pendek sehingga dapat bergerak bebas. Parasit I. necator menyerang pada bagian eksternal ikan seperti kulit dan insang. Gejala klinis ikan yang terserang antara lain timbulnya mucus yang berlebihan, nafsu makan hilang dan ikan terlihat sangat lemah, warna tubuh yang terinfeksi menjadi gelap atau keabu-abuan, kulit luar rusak dan terjadi pendarahan, tampak sering menggosok-gosokkan tubuh ke pinggir, dasar, atau benda keras di sekelilingnya, dan menyebabkan kematian massal, terutama pada fase benih ikan. Bentuk infeksi dan morfologi I. necator disajikan pada Gambar berikut.

Bentuk infeksi dan morfologi Ichtyobodo necator

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

PEMBENIHAN NILA TERNYATA MENYENAANGKAN, MUDAH DAN MENGUNTUNGKAN

Ikan nila mudah memijah secara alami. Bahkan ikan ini gampang sekali memijah secara liar di kolam-kolam budidaya. Tidak misalnya ikan mas atau ikan lele yang memerlukan poly rekayasa. Pengaturan hanya diperlukan buat mengelola agar pemijahan berlangsung terkendali.

Dengan pengelolaan yang sempurna, pembenihan ikan nila akan sebagai bisnis yg menguntungkan. Pada kesempatan kali ini akan diulas apa saja yg perlu dipersiapkan buat memulai pembenihan ikan nila.

Tempat pembenihan ikan nila

Hal pertama yg harus disiapkan pada pembenihan ikan nila adalah penyiapan loka atau kolam budidaya. Terdapat empat tipe kolam yg diharapkan buat pembenihan ikan nila, antara lain:

1. Kolam pemeliharaan indukan. Kolam ini dipakai buat memelihara indukan jantan dan betina. Ikan jantan & betina wajib ditempatkan di kolam yang berbeda. Sehingga dibutuhkan setidaknya 2 kolam pemeliharaan induk. Kolam tidak perlu terlalu luas, hnaya saja harus cukup dalam buat ikan dewasa, kurang lebih 100-140 cm.

2. Kolam pemijahan. Kolam pemijahan dipakai untuk mengawinkan induk jantan dan betina. Jenis kontruksi kolam pemijahan ikan nila usahakan berlantai dasar tanah. Dasar kolam dilengkapi menggunakan kubangan-kubangan atau kemalir.

3. Kolam pemeliharaan larva. Kolam ini diharapkan buat memelihara larva ikan yg baru menetas. Tipe kolam yg dipakai sanggup bak semen, kolam tanah atau hapa. Hapa adalah jaring yg halus seperti kelambu yg dibuat mengapung pada atas kolam. Persis seperti jaring apung pada danau, tetapi ukurannya mini . Hapa mampu diletakan pada kolam pemijahan.

4. Kolam pendederan benih. Kolam ini diperlukan buat membesarkan benih ikan hingga ukuran 10-12 cm. Atau, sampai ikan nila bertenaga buat dibesarkan pada kolam budidaya pembesaran.

Pemilihan indukan ikan nila

Calon indukan untuk pembenihan ikan nila hendaknya memakai galur murni yang secara genetis mempunyai sifat-sifat unggul. Dewasa ini indukan nila yang beredar pada rakyat poly yang sudah mengalami penurunan kualitas. Untuk menerima indukan yang unggul, sebaiknya cari pada loka-loka terpercaya misalnya, BBPBAT atau balai-balai perikanan setempat.

Indukan nila matang gonad atau sudah siap memijah, harganya cukup mahal. Untuk itu, kita mampu memelihara calon indukan sedari mini hingga ikan siap buat dipijahkan. Adapun karakteristik-ciri calon indukan nila yg baik adalah sebagai berikut: Merupakan galur murni & dari berdasarkan keturunan yang tidak selaras.

Kondisinya sehat & bentuk badannya normal (tidak cacat).

Sisik besar , susunannya rapi.

Bagian ketua relatif kecil dibandingkan badannya.

Badan tebal & warnanya mengkilap.

Gerakannya lincah, responsif terhadap hadiah pakan.

Ikan nila betina memasuki matang gonad sehabis berumur 5-6 bulan. Induk betina yg akan dipijahkan setidaknya telah mencapai bobot 200-250 gram dan buat induk jantan 250-300 gr.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, ikan nila termasuk ikan yang jumlah telurnya sedikit. Satu induk betina seberat 200-250 gram hanya mengandung telur 500-1000 butir. Dari jumlah tersebut yang menetas sebagai larva umumnya berkisar 200-400 ekor.

Masa produktivitas indukan buat pembenihan ikan nila berkisar 1,lima-2 tahun. Indukan yang sudah dibenihkan lebih dari 2 tahun usahakan diganti dengan yg baru. Lantaran kualitas & kuantitas anakannya akan menurun. Induk ikan nila yang telah memijah siap dipijahkan balik setelah 3-6 minggu.

Pemeliharaan indukan

Induk jantan & betina yang disiapkan buat pembenihan ikan nila harus dipelihara pada kolam terpisah. Induk betina disatukan menggunakan betina lainnya, begitu jua menggunakan induk jantan. Padat tebar buat kolam pemeliharaan induk lebih kurang 3-lima ekor/m2.

Kolam pemeliharaan induk jantan dan betina wajib mempunyai sumber pengairan yang tidak selaras (disusun seri). Buangan air dari kolam jantan tidak masuk ke kolam betina & sebaliknya. Hal ini buat menghindari terjadinya pemijahan liar. Misalnya, sperma jantan terbawa ke kolam betina sehingga terjadi pembuahan.

Pemberian pakan buat calon indukan usahakan mempunyai kadar protein tinggi, lebih menurut 35%. Berbeda dengan pakan ikan nila untuk pembesaran yg hanya membutuhkan kadar protein kurang lebih 2%. Kandungan protein yang tinggi diperlukan supaya pertumbuhan gonad maksimal . Jumlah pakan yang diharapkan buat pemeliharaan indukan sebanyak 3% dari bobot ikan per hari.

Pemijahan ikan nila

Seperti sudah diuraikan sebelumnya, ikan nila sangat mudah memijah secara alami. Pemijahan ikan nila intensif umumnya dipakai untuk menghasilkan benih pada jumlah akbar. Karena buat membentuk infrastrukturnya membutuhkan modal akbar. Kali ini kami hanya akan mengulas pemijahan ikan nila secara alami. Dasar kolam pemijahan ikan nila sebaiknya dibuat miring lebih kurang 2-5%. Kemudian buat kemalir atau kubangan di dasar kolam tersebut sedalam 20-30 centimeter menjadi lokasi-lokasi ikan memijah.

Sebelum ikandimasukkan ke kolam pemijahan, lakukan pengolahan dasar kolam terlebih dahulu. Silahkan lihat cara persiapan kolam tanah.

Pemijahan ikan nila dilakukan secara massal. Indukan jantan & betina ditebarkan ke kolam pemijahan secara beserta-sama. Padat tebar kolam pemijahan sebesar 1 ekor/m2, menggunakan perbandingan jantan & betina 1:3.

Selama proses pemijahan, berikan pakan seperti pada kolam pemeliharaan induk. Pemijahan ikan nila umumnya akan berlangsung dalam hari ke-7 sejak indukan ditebar.

Pemijahan berlangsung di dasar kolam, umumnya dalam kubangan atau cekungan. Jika terjadi kecocokan, telur yang dimuntahkan induk betina akan dibuahi oleh ikan jantan. Kemudian telur tadi dierami dalam lisan induk betina.

Selama proses pengeraman telur, induk ikan betina umumnya berpuasa. Maka, usahakan pemberian pakan dikurangi sampai tinggal setenganya. Hal ini krusial buat menekan ongkos produksi & mencegah pembudukan residu pakan di dasar kolam.

Proses pengeraman biasanya berlangsung sekitar satu minggu. Telur akan mentas menjadi larva ikan. Jika induk betina merasa kolam ditumbuhi pakan alami ikan, beliau akan mengeluarkan larva berdasarkan mulutnya secara serempak. Oleh karena itu, dalam selama proses persiapan kolam penting buat memupuk dasar kolam agar pakan alami ikan tumbuh.

Larva ikan yg baru menetas akan berenang ke pinggir kolam. Segera ambil dengan saringan halus & pindahkan ke tempat pemeliharaan larva.

Pemeliharaan larva

Larva ikan nila yg telah menetas, usahakan dibesarkan di loka spesifik. Pemindahan dilakukan setelah larva berumur 5-7 hari.

Kolam pemeliharaan larva bisa berupa kolam tembok, akuarium, kontainer plastik atau hapa. Padat tebar buat pemeliharaan larva 50-200 ekor/m2, tergantung jenis kolamnya.

Berikan pakan berprotein tinggi berbentuk tepung halus ukuran 0,2-0,lima mm. Frekuensi pemberian pakan 4-5 kali sehari, setiap kalinya sebanyak 1 sendok teh pakan berbentuk tepung.

Alternatif lain, pakan larva ikan nila sanggup dibentuk menggunakan cara merebus satu butir telor ayam. Kemudian ambil kuning telurnya, kemudian lumat dan campur menggunakan 1/dua liter air. Masukkan pada botol semprotan dan berikan pada ikan sebanyak 100 mililiter, setiap kali anugerah.

Lama pendederan larva berkisar 3-4 minggu, atau sampai larva ikan berukuran dua-tiga cm. Larva yg sudah mencapai berukuran tersebut wajib segera dipindah ke kolam pendederan selanjutnya. Lantaran daya tampung kolam larva telah tidak layak lagi buat ukuran ikan sebesar itu.

Pada tahap pendederan larva, pembenihan ikan nila mampu dibuat agar membentuk benih ikan yg kelaminnya jantan seluruh. Para pembudidaya pembesaran lebih memilih benih nila jantan buat dibesarkan, atau budidaya nila secara monosex. Karena pertumbuhan ikan jantan lebih cepat daripada ikan betina.

Tips untuk membuat benih ikan jantan seluruh merupakan dengan memberikan hormon 17 alpha methyltestosteron dalam tahap pendederan larva. Campurkan hormon tersebut dalam pakan ikan. Berikan pada larva hingga ikan berumur 17 hari. Cara ini akan membuat benih ikan jantan lebih menurut 95%.

Pendederan benih

Setelah larva dibesarkan sampai berukuran dua-3 centimeter, selanjutnya lakukan pendederan buat menerima benih ikan yg siap dibudidayakan di loka pembesaran. Pendederan hendaknya menggunakan kolam yg lebih luas.

Padat tebar buat pendederan benih 30-50 ekor/m2. Lama pemeliharaan benih ikan nila pada termin ini lebih kurang 1-1,5 bulan. Atau, kira-kira sampai berukuran benih 10-12 cm.

Pakan buat pendederan memakai pelet menggunakan kadar protein 20-30%. Jumlah pakan yg diharapkan 3% berdasarkan bobot tubuh ikan. Frekuensi pemberiannya 2-tiga kali sehari.

Tetapi tidak menutup kemungkinan ukuran benih yg dikehendaki pasar lebih besar dari itu. Jika demikian, lakukan tahap pendederan termin ke-dua hingga ukuran benih sesuai menggunakan permintaan pasar.

Selanjutnya, hasil pembenihan ikan nila siap buat dibesarkan pada kolam budidaya pembesaran ikan nila. Silahkan lihat pedoman lengkap budidaya ikan nila.

Panen pembenihan ikan nila

Hal lain yang wajib diperhatikan pada pembenihan ikan nila merupakan pengendalian hama & penyakit. Dalam hal ini upaya pencegahan lebih lebih diutamakan daripada pengobatan. Karena pengobatan ikan yg telah sakit cukup menyita asal daya. Untuk lebih lengkapnya silahkan lihat hama dan penyakit ikan nila.

Pemanenan usahakan dilakukan dalam pagi hari atau sore hari. Pengemasan atau pengangkutan benih yang akan dijual bisa memakai wadah tertutup atau terbuka. Untuk pengiriman jarak dekat wadah terbuka masih memungkinkan.

Tetapi apabila pengiriman membutuhkan waktu yang lama dan jaraknya jauh, dianjurkan memakai wadah tertutup. Pengiriman menggunakan wadah tertutup memerlukan aerasi buat memperkaya kandungan oksigen air. Wadah diisi air hingga 1/3-nya saja, sisanya oksigen.

Pustaka

Khairuman & Khairul Amri. 2003. Budidaya ikan nila secara intensif. Agromedia Pustaka.

Usni Arie. 2004. Pembenihan dan pembesaran nila gift. Penebar Swadaya

Rahmat Rukmana. 1997. Ikan nila, budidaya dan prospek agribisnis. Kanisius

Alamtani. 2019. Cara Pembenihan Ikan Nila. Didownload menurut laman https://www.Youtube.Com/watch?V=bE9-ApQjhU4

#Tag :