Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Penyakit Protozoa : Dinoflagellata

Penyakit yang disebabkan oleh Golongan Dinoflagellata memiliki ciri-ciri penyakit beludru (velvet). Penyakit ini juga dikenal dengan nama penyakit ikan koral (coral fish disease) atau oodiniasis. Secara morfologi, Dinoflagellata memiliki ukuran diameter tubuh 100 µm, terdapat flagella, dan penempelan pada sel inang dilakukan dengan pseudopodia. Salah satu spesies yang patogen adalah Oodinum sp dimana Protozoa Oodinium sp yang sering menyerang ikan berasal dari spesies O. pillularis dan O. ocellatum yang dimasukkan ke dalam Filum Saccomastigophora.

Serangan parasit Oodinium sp tertuju pada berbagai jenis ikan air tawar dengan menunjukkan gejala klinis antara lain ikan yang sakit bergerak cepat dan liar, kadang-kadang gerakan ikan menjadi lemah, kulit dan insang tertutup mucus kuning tua, pengamatan histologis menunjukkan kehadiran organisme berbentuk oval, sering megap-megap di permukaan perairan, terjadi kerusakan pada kulit dan insang, adanya pendarahan, inflamasi, dan necrosis di bagian insang, serta dapat juga mengakibatkan kematian massal. Bentuk infeksi dan morfologi Oodinium sp disajikan pada Gambar berikut.

Bentuk infeksi dan morfologi Oodinium sp

Penyebab : Piscinoodinium sp. (Synonim: Oodinium sp.)

Bio ? Ekologi phatogen :

  1. Merupakan ekto-parasit berbentuk bulat
  2. Fase parasitik berbentuk seperti buah pir, diselaputi membran dan apendik menyerupai rizoid sebagai alat penempel pada ikan. Lamanya fase ini tergantung pada suhu air, pada suhu 25 oC selama ± 6 hari akan mencapai dewasa.
  3. Infeksi yang berat dapat mematikan hingga 100% dalam tempo beberapa hari.
  4. Organ yang menjadi target infeksi meliputi kulit, sirip dan insang.
  5. Setelah dewasa, parasit melepaskan diri dari inang, berubah menjadi tomont dan membelah diri menjadi gymnospore. Gymnospore adalah stadia infektif yang berenang seperti spiral untuk mencari inang, apabila dalam tempo 15–24 jam tidak menemukan inang, stadia tersebut akan mati.

Gejala Klinis :

  1. Ikan terlihat gelisah, tutup insang mengembang, sirip-sirip terlipat, dan cepat kurus. Populasi parasit di kulit mengakibatkan warna keemasan, berkarat atau putih kecoklatan (dekil) sehingga sering disebut “velvet disease”.
  2. Ikan sering melakukan gerakan mendadak, cepat dan tak seimbang “flashing” dan akan terlihat jelas pada saat pagi atau sore hari.
  3. Menggosok-gosokkan tubuhnya di benda keras yang ada di sekitarnya, dan warna tubuh pucat.

Diagnosa :

  1. Pengamatan secara visual terhadap adanya parasit pada kulit, sirip dan insang ikan
  2. Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi parasit melalui pembuatan preparat ulas dari organ kulit/mukus, sirip dan/atau insang.

Ikan yang terserang penyakit oodiniasis, semua bagian atas

tubuhnya diselaputi parasit
Insang ikan yang dipenuhi oleh infeksi parasit Oodinium ocellatum

Pengendalian :

  1. Mempertahankan suhu agar selalu > 29o C
  2. Pemindahan populasi ikan yang terinfeksi parasit ke air yang bebas parasit sebanyak 2-3 kali dengan interval 2-3 hari.
  3. Pengobatan dan/atau pemberantasan parasit, antara lain dapat dilakukan melalui perendaman dengan: a) Air garam (1-10 promil, tergantung spesies dan ukuran ikan) selama beberapa jam, dipindahkan ke air yang bebas parasit dan diulang setiap 2-3 hari.; b) Larutan hydrogen peroxide (H2O2) pada dosis 150 ppm selama 30 menit, dipindahkan ke air yang bebas parasit dan diulang setiap 2 hari.; c) Larutan kupri sulfat (CuSO4) pada dosis 0,5-1,0 ppm selama 5-7 hari dengan aerasi yang kuat, dan air harus diganti setiap hari.; d) Larutan formalin 25-50 ppm selama 12-24 jam, dilakukan pengulangan setiap 2 hari. Methylene blue pada dosis 2 - 6 ppm selama 3 – 5 hari.; e) Larutan Acriflavin pada dosis 0,6 ppm selama 24 jam, dan diulang setiap dua hari sekali.

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA LABI-LABI

Usaha budidaya labi-labi sangat menarik & perlu dikembangkan buat menaikan tingkat hayati para pembudidaya dan mencukupi kebutuhan protein.

Salah satu pertarungan yg dihadapi dalam budidaya labi-labi adalah serangan penyakit. Oleh sebab itu buku ini menerangkan bagaimana cara pengobatan menurut penyakit yang menyerang, baik memakai bahan alami juga bahan kimia. Tetapi yang lebih ditekankan adalah menggunakan bahan alami, lantaran dapat mengurangi pengaruh negatifnya.

BIOLOGI LABI-LABI

Morfologi

Bentuk tubuh labi-labi sangat spesial , yakni oval agak oval, pipih, dan tanpa sisik. Dengan bentuk tubuh yg demikian itu diklaim berbentuk theca. Karapas dan plastron atau bagian bawah tubuh tang nir tertutup cangkang, terbungkus oleh kulit yg liat. Labi-labi tidak bergigi, tetapi rahangnya sangat kuat dan tajam. Kulit tertutup sang perisai yang asal menurut lapisan epidermis berupa zat tanduk.

Sifat Biologi

Labi-labi bernafas menggunakan paru-paru (pulmo), demikian juga menggunakan anak-anaknya yang baru menetas. Sepanjang hidupnya, labi-labi tidak pernah mengalami perubahan alat pernafasan yang berupa paru-paru tadi. Karena bernafas dengan paru-paru, peredaran darahnya menyerupai peradaran darah m,anusia. Hanya, sekat antar ke 2 belahan jantungnya belum sempurna, sehingga darah bersih dan darah kotor masih tercampur pada pada jantung.

Jenis yg Dimanfaatkan

Dari beberapa jenis labi-labi yg belum dilindungi undang-undang adalah Trionyx cartilagineous & Trionyx spincter / Trionyx spinifer. Kedua jenis labi-labi adalah labi-labi yang poly terdapat di perairan Indonesia.

Selain itu terdapat jua jenis labi-labi lain yg ketika ini cukup popular buat dibudidayakan, yakni jenis Trionyx sinesis Taiwanese yg merupakan jenis labi-labi yang didatangkan menurut Taiwan.

LOKASI BUDIDAYA

Lokasi Usaha yg Tepat

Dalam usaha labi-labi perlu diperhatikan beberapa segi, baik dari segi social maupun ekonomi ataupun dari segi teknisnya sendiri.

Air

Keberhasilan bisnis budidaya labi-labi sangat ditentukan leh air, untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

- Sumber air.

- Jumlah air.

- Kualitas air, mencakup; DO, suhu, pH, amoniak, alkalinitas, kekeruhan, dan warna.

- Kebersihan air.

Tanah Kolam

Sebelum menciptakan kolam buat budidaya labi-labi, terdapat beberapa factor yg wajib diperhatikan, diantaranya;

- Topografi

- Jenis tanah (tanah liat, berpasir, dll)

- Ketinggian

-

Kolam Pemeliharaan

A. Persyatan Kolam

Kolam dapat diartikan menjadi suatu genangan air yg dengan sengaja dibentuk sang manusia dan pada keadaan dapat dikendalikan. Dengan kata lain, kolam tadi dapat menggunakan gampang dikeringkan atau ditambah airnya sinkron dengan kebutuhan.

Persyaratan teknis yg harus diperhatikan adalah sebagai berikut;

1. Mudah dikeringkan

2. Terhindar dari banjir

tiga. Pematang

4. Pintu pemasukan (inlet)

lima. Pintu pengeluaran (outlet)

6. Kemalir

7. Filter

PEMBENIHAN

Kolam Pemijahan

Kolam pemijahan adalah galat satu factor yg ikut menentukan keberhasilan usaha budidaya labi-labi. Kolam poemijahan wajib dibangun pada lokasi yang terbuka dengan maksud agar cahaya matahrai tidak terhalang dan eksklusif menyinari kolam sepanjang hari. Syarat lain yg diperhatikan merupakan dasar kolam harus berdasarkan jenis Lumpur berpasir dan dinding pematang yang dibuat miring supaya memudahkan induk labi-labi berjemur dalam siang hari. Selain itu pula pematang dimanfaatkan buat meletakkan pakan bagi labi-labi.

Persiapan Induk

a. Bak karantina

b. Kolam induk

c. Jantan dan betina

Pemijahan

Pemijahan labi-labi terjadi pada bulan Juli sampai Desember. Sebelum dipakai kolam pemijahan dikeringkan terlebih dahulu selama 3 ? Lima hari. Dasar kandang dilapisi pasir halus setebal 20 centimeter buat loka menyimpan telur, waktu labi-labi bertelur. Perbandingan induk jantan dan betina yang dilepaskan adalah 1 : 4 ialah 1 ekor jantan & 4 ekor betina per m2 luas kolam. Induk akan bertelur sehabis 7 ? 12 hari sehabis penebaran, umumnya bertelur dalam malam hari pukul 20.00 ? 02.00.

Penetasan Telur

Rumah penetasan

Penetasan telur dilakukan di tempat khusus pada dalam ruangan tertutup yang umumnya disebut rumah penetasan (incubator) yg dibangun dengan dinding atap yg memadai, sebagai akibatnya terkena sinar surya langsung.

Proses penetasan

Induk labi-labi yang bertelur tidak boleh diganggu hinggaproses bertelur selesai, tandanya adalah bila labi-labi telah meninggalkan sarangnya. Setelah induk masuk kembali ke pada kolam, telur diambil menurut sarangnya secara hati-hati. Sebaiknya diusahakan agar pada proses pengambilan telur ini nir terlalu lama . Telur labi-labi yang berada dalam sangkar diambil secara hati-hati, kemudian disusun rata dalam bak penetasan secara bertingkat atau berlapis. Setiap tingkat dilapisi menggunakan pasir halus hingga seluruh telur terkubur pasir halus. Selama proses penetasan berlangsung suhu pada dalam ruangan tadi diusahakan tetap stabil antarta 29?330 C menggunakan kelembaban 85 ? 95%. Cara mempertahankan suhu ruangan penetasan tadi bisa dilakukan dengan menggunakan pemanas lampu pijar. Telur labi-labi akan menetas selesainya 40 ? 45 hari atau paling usang 60 hari dalam suhu ruangan 300C.

PENYAKIT DAN PENANGGULANGANNYA

Jenis-Jenis Penyakit

Penyakit yang biasa menyerang labi-labi bersama penanggulangannya bisa dipandang dalam tabel berikut :

Cara Pengobatan

Untuk mengetahui cara pengobatannya bisa dicermati dalam Tabel berikut :

Uraian menurut Bahan Alami yang Digunakan

? Sambiloto (Andrographis paniculata)

? Sifat dan Khasiat

? Daun sambiloto bersifat Anti Pellet Aggregasi, sebagai pencegah penggumpalan darah, sehingga tak terjadi radang. Kadar kaliumnya tinggi yang bisa membantu mengeluarkan air dan garam, sebagai akibatnya menurunkan tekanan darah Kandungan Kimia

1. Mengandung minyak Astiri (anti radang).

Dua. Mengandung zat Andrographolid.

3. Alkaloid.

4. Kalium.

? Bagian yg Digunakan

Bagian yg bisa digunakan sebagai obat adalah daun & batangnya.

? Cara Pembuatan Ekstrak

Daun sambiloto yg akan dibentuk ekstraknya sebelumnya dicuci terlebih dahulu lalu dihaluskan sebesar 20 lbr yg dicampur menggunakan 100 cc aquades, selesainya tercampur rata lalu disaring & diambil airnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1997. Barito Utara Berhasil Membudidayakan Labi-labi. Kompas, 24 September 1997.

Hermawan, R. 1998. Kajian Usaha Budidaya Labi-labi (Trionyx caartilaginesus). Penebar Swadaya. Jakarta.

http://www.google.com/imgres?imgurl=http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/30/Dogan_subplan100117-0332_ipb.jpg/250px-Dogan_subplan100117-0332_ipb.jpg&imgrefurl=http://id.wikipedia.org/wiki/Labi-labi_hutan&h=221&w=250&sz=21&tbnid=JYbym94JU4ZbkM:&tbnh=97&tbnw=110&zoom=1&usg=__4jxJxMptfuCsmrVkz3so6CQ_kxM=&docid=wa2r8Yolz50u5M&hl=id&sa=X&ei=LP6GUfqSGMnMrQee04HIBw&sqi=2&ved=0CD0Q9QEwAg&dur=1407

Karyono. 1998. Mencoba Penakaran Labi-labi. Trubus No.344 Juli 1998.

Waluyo dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Labi-labi Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

#Tag :

Penyakit Protozoa : Dekil (Fouling Disease)

Penyebab : Zoothamnium spp., Epistylis spp., Vorticella spp., Acineta spp.

Epistylis sp merupakan Protozoa penyebab penyakit epistialiasis atau red sore disease. Protozoa ini bertangkai dan memiliki bulu getar, hidup bebas dan inheren pada flora air, acapkali dijumpai dalam ikan-ikan liar bersisik, ikan mas, gurami, lele, ikan budidaya terutama Salmo salar & Ichtalurus punctatus, & lain sebagainya. Selain menyerang telur ikan, Epistylis sp jua menyerang dalam bagian kulit, sisik, sirip, dan insang dengan tanda-tanda klinis agresi diantaranya ikan yg sakit memperlihatkan adanya borok yg tumbuh pada kulit, sisik, atau sirip, terjadi pendarahan, dan menampakan tanda-tanda flashing. Bentuk infeksi & morfologi Epistylis sp tersaji pada Gambar berikut.

Bentuk infeksi dan morfologi Epistylis sp

Bio ? Ekologi Patogen :

  1. Umumnya disebabkan oleh mikroorganisme dari kelompok Protozoa, meskipun sering pula berasosiasi dengan algae seperti Nitzschia spp., Amphiprora spp., Navicula spp., Enteromorpha spp., dll.
  2. Kompleks infeksi mikroorganisme tersebut akan mengganggu pergerakan udang terutama larva, kesulitan makan, berenang, serta proses molting karena organ insang dan/atau seluruh tubuh dipenuhi organisme penempel.
  3. Faktor pemicu terjadinya ledakan penyakit antara lain, kepadatan tinggi, malnutrisi, kadar bahan organik yang tinggi, dan fluktuasi parameter kualitas air terutama suhu

Gejala Klinis :

  1. Berenang ke permukaan air dan tubuhnya berwarna buram/kotor
  2. Insang yang terinfeksi berwarna kemerahan atau kecoklatan
  3. Lemah, kesulitan bernafas dan nafsu makan menurun, akhirnya mati
  4. Proses ganti kulit (moulting) terhambat, dan timbul peradangan pada kulit

Diagnosa :

  1. Pengamatan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis yang timbul
  2. Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi organisme penempel melalui pembuatan preparat ulas dari organ kulit/mukus, sirip dan/atau insang.

Morfologi orgnisme penempel yang sering dijumpai pada kasus fouling disease ( Epistylis spp. dan Vorticella spp.)

Morfologi orgnisme penempel yang sering dijumpai pada kasus fouling disease ( Scypidia spp. dan Zoothamnium spp.)

Pengendalian:

  1. Desinfeksi wadah/petak pemeliharaan dan sumber air yang bebas mikroorganisme penempel)
  2. Memperbaiki kualitas air secara keseluruhan, terutama mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan frekuensi penggantian air baru
  3. Pemberian unsur immunostimulan (misalnya penambahan vitamin C pada pakan) secara rutin selama pemeliharaan
  4. Merangsang proses ganti kulit melalui memanipulasi parameter kualitas air yang yang merupakan faktor determinan
  5. Udang yang terserang “fouling disease” dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan beberapa jenis desinfektan, antara lain: a) Perendaman dalam larutan formalin pada dosis 25-50 ppm selama 24 jam atau lebih

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

BUDIDAYA LELE TERNYATA MENYENANGKAN DAN MUDAH

Cara pemeliharaan dan perlakuan budidaya pembesaran tidak sinkron dengan budidaya pembenihan. Akan lebih baik apabila pembudidaya penekanan terhadap salah satu segmen usaha tersebut. Setelah sebelumnya kami membahas segmen pembesaran ikan lele, kali ini kami akan membahas cara pembenihan ikan lele.

Seleksi indukan ikan lele

Memilih indukan buat pembenihan ikan lele hendaknya dimulai sejak calon indukan masih ukuran lebih kurang 5-10 cm. Pilih ikan lele yg memiliki sifat-sifat unggul misalnya tidak cacat, memiliki bentuk tubuh yg baik, gerakannya lincah, pertumbuhannya paling cepat dibanding lainnya. Kemudian pelihara calon-calon indukan unggul tersebut pada kolam pemeliharaan tersendiri. Pemeliharaan calon indukan akan lebih baik apabila diperlakukan lebih istimewa, dengan memberikan pakan berkualitas dan pengairan yg bagus.

Penyeleksian terhadap calon indukan buat pembenihan ikan lele dilakukan setiap dua minggu sekali. Jangan lupa sisihkan dari ukuran supaya nir saling kanibal. Lakukan secara terencana hingga mendapatkan indukan yang benar-sahih baik. Ikan lele jantan bisa dijadikan indukan sehabis berumur 8 bulan, sedangkan buat lele betina setidaknya berumur satu tahun. Bobot indukan yg baik setidaknya mencapai 0,5 kg.

Setelah calon-calon indukan cukup umur & ukuran, pilih indukan-indukan yang terlihat bugar, bebas penyakit & bentuk tubuh yang indah buat proses pemijahan. Indukan yang akan dipijahkan usahakan dipelihara pada kolam khusus. Pisahkan antara jantan dan betina supaya tidak terjadi pembuahan diluar planning.

Kolam spesifik berfungsi buat memelihara calon induk sampai siap matang gonad. Berikan pakan dengan mutu baik buat meningkatkan kecepatan kematangan gonad. Jumlah pakan yang wajib diberikan pada calon induk setidaknya tiga-lima% menurut bobot tubuhnya setiap hari dan diberikan menggunakan frekuensi tiga-lima kali sehari. Kepadatan kolam untuk pemeliharan indukan ini nir boleh lebih menurut 6 ekor per m2. Dari kolam ini indukan lele yg memenuhi kriteria matang gonad, diambil untuk dipijahkan.

Indukan betina yang sudah matang gonad memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Bagian perut mengembang ke arah anus, bila diraba tersa lembek

Apabila diurut akan keluar telur berwarna hijau tua

Alat kelamin berwarna kemerahan & terlihat membengkak

Warna tubuh berubah sebagai coklat kemerahan

Gerakannya lambat

Sedangkan buat indukan jantan buat pembenihan ikan lele

hendaknya mempunyai karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

Tubuhnya ramping

Alat kelaminnya memerah

Warna tubuh akan terlihat coklat kemerahan

Gerakannya lincah

Teknik pemijahan ikan lele

Pemijahan atau mengawinkan ikan buat pembenihan ikan lele bisa dilakukan menggunakan aneka macam metode, baik yg alami atau intensif. Pemijahan alami yaitu perkawinan yang tidak memerlukan campur tangan manusia dalam proses pembuahan sel telur menggunakan sperma. Sedangkan pemijahan intensif merupakan proses perkawinan yang memerlukan intervensi manusia pada proses pembuahannya. Terdapat beberapa cara populer yang biasa digunakan buat memijahkan ikan lele secara intensif, yaitu:

Penyuntikan hipofisa

Penyuntikan hormon buatan

Pembuahan in vitro (dalam tabung)

Untuk mengetahui secara lebih lebih jelasnya tentang teknik-teknik di atas, silahkan baca artikel cara pemijahan ikan lele.

Pemeliharaan larva

Dari proses pemijahan akan didapatkan larva ikan yg wajib dibesarkan dalam termin pembenihan ikan lele selanjutnya. Pisahkan larva dari induknya. Kualitas air kolam buat pemeliharaan larva harus terjaga. Usahakan terdapat aerasi dengan aerotor untuk menyuplai oksigen. Suhu kolam wajib dipertahankan pada kisaran 28-29oC. Pada suhu dibawah 25oC, umumnya akan terbentuk bintik putih pada larva yang mengakibatkan kematian massal.

Apabila terjadi perubahan suhu, sebaiknya tidak terjadi secara ekstrim. Perubahan suhu kolam sebaiknya nir berfluktuasi lebih menurut 1oC. Banyak larva yg tidak mentolerir suhu yang berubah-ubah.

Hal krusial lainnya adalah menjaga kebersihan kolam. Bersihkan kolam menurut kotoroan & residu pakan menggunakan spons. Kotoran dan residu pakan mampu menyebabkan gas amonia yg bisa memicu kematian larva

Larva masih membawa persediaan kuliner dalam dirinya, jadi tidak perlu diberi pakan sampai tiga-4 hari. Setelah persediaan makanannya habis, larva wajib segera diberi pakan. Pakan bisa berupa kuning telur yg telah direbus. Ambil bagian kuningnya, lumat sampai halus & campurkan dengan 1 liter air bersih. Larutan tadi relatif buat 100.000 ekor larva.

Setelah larva berumur satu minggu, berikan pakan berpa cacing sutera (Tubifex sp.). Cacing ini bernilai gizi tinggi dan disukai benih ikan yg baru tumbuh. Pakan berupa cacing ini meringankan perawatan, karena bisa hidup pada air dan tidak mengotori kolam. Sehingga meminimalkan resiko keracunan dampak residu pakan yang membusuk.

Cacing sutera diberikan hingga larva berumur 3 minggu atau ukuran 1-2 centimeter. Setelah itu, larva bisa dikatakan telah sebagai benih ikan & siap diberi pelet yg berbentuk tepung.

Pendederan benih

Pendederan adalah suatu tahapan buat melepas benih ikan ke tempat pembesaran sementara. Proses pendederan merupakan galat satu tahapan penting dalam pembenihan ikan lele. Tempat pendederan umumnya berupa kolam mini menggunakan pengaturan lingkungan yang ketat. Tahapan ini dibutuhkan lantaran benih ikan masih rentan terhadap serangan hama, penyakit dan perubahan lingkungan yang ekstrem. Benih ikan didederkan hingga siap buat ditebar di kolam budidaya yg lebih luas.

A. Menyiapkan kolam pendederan

Kolam pendederan buat pembenihan ikan lele bisa berupa kolam tanah, kolam semen atau kolam berdasarkan terpal. Tidak terdapat patokan luasan yg disarankan buat kolam pendederan. Tetapi lebih baik tidak terlalu luas, sebagai akibatnya lebih mudah dikontrol, misalnya ukuran dua?3 atau 3?4 m dengan kedalaman kolam 0,75-1 meter. Kolam tersebut juga wajib memungkinkan pada pasangi peneduh seperti paranet, buat menghindari kematian benih lantaran terik surya pada musim kemarau.

Dalam menyiapkan kolam pendederan, perhatikan menggunakan akurat saluran masuk & keluar pintu air. Gunakan jaring yang halus agar benih tidak mampu melintas saluran air dan nir terdapat hama berdasarkan luar yang terbawa masuk ke kolam. Lakukan pengeringan kolam sebelum digunakan. Lebih baik bila kolam dijemur buat menghilangkan bibit penyakit yg mungkin tersisa menurut aktivitas sebelumnya. Khusus buat jenis kolam tanah yg akan digunakan buat pembenihan ikan lele, lakukan pengolahan tanah dan pemupukan dasar kolam.

Pengisian air kolam untuk pembenihan ikan lele, hendaknya dilakukan secara sedikit demi sedikit. Pada termin awal isi kolam dengan kedalaman 20-30 cm. Hal ini mengingat benih ikan masih sangat kecil, apabila kolam terlampau dalam benih tadi akan kesulitan buat berenang ke atas dan mengambil oksigen dari udara. Setelah benih membesar tambahkan kedalaman kolam secara bertahap, sesuaikan dengan berukuran benih ikan.

B. Pelepasan benih

Benih ikan lele telah mampu dipindahkan ke kolam pendederan setelah berumur tiga minggu dihitung sejak menetas di loka pemijahan. Atau, kira-kira ukuran panjang 1-2 centimeter. Kepadatan tebar benih lele berkisar 300-600 ekor per m2.

Benih ikan yg masih mini sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan yg ekstrim. Oleh karenanya, memindahkan benih ikan ke kolam pendederan perlu kehati-hatian. Caranya, Gunakan wadah atau ember plastik, lalu isi menggunakan berdasarkan kolam berasal sampai penuh. Ambil benih ikan pakai jaring yg halus, lalu tambahkan ke dalam wadah tersebut.

Setelah wadah terisi penuh, angkat dan pindahkan wadah tadi ke kolam pendederan. Kemudian miringkan, sehingga air dalam wadah menyatu menggunakan air kolam pendederan. Diamkan sejenak dan biarkan benih ikan berenang keluar menggunakan sendirinya dari dalam wadah.

C. Pemberian pakan pembenihan ikan lele

Ketika benih masih ukuran 1-dua centimeter, pakai tepung pelet yg mempunyai kadar protein lebih dari 40 %, karena dalam umur tadi benih lele membutuhkan banyak protein buat perkembangan. Jenis pakan yang diberikan mampu berupa pelet jenis PSC atau pakan udang DO-A. Pemberian pakan jenis ini harus teliti, lantaran pakan akan tenggelam & menumpuk di dasar kolam. Penumpukan residu pakan akan membentuk amonia yang berbahaya bagi benih ikan. Selanjutnya benih ikan sanggup dipindahkan ke kolam pendederan benih.

Jika ikan sudah mencapai ukuran 2-3 centimeter berikan pakan F999 atau PF1000, atau jenis pelet yang berbentuk butiran kecil. Berikan pakan ini setidaknya sampai benih ukuran 4-6 centimeter. Pada prinsipnya, ukuran pakan wajib diadaptasi menggunakan bukaan mulut benih ikan.

Pakan diberikan menggunakan frekuensi 4-lima kali sehari. Waktu hadiah pakan mampu dilakukan dalam pagi, siang, sore dan malam hari. Lantaran ikan lele jenis hewan nokturnal atau aktif dimalam hari, hendaknya porsi hadiah makan pada malam hari lebih akbar. Lamanya proses pendederan berkisar lima-6 minggu atau hingga benih ikan lele berukuran lima-7 centimeter.

Panen pembenihan ikan lele

Pembenihan ikan lele memakan saat 8-9 minggu sejak benih menetas. Ukuran benih lele siap panen berkisar 5-7 cm. Cara pemanenan dilakukan dengan mengeringkan air kolam pelan-pelan hinga ikan berkumpul pada titik yg pada atau saluran kemalir. Kemudian ambil ikan menggunakan jaring yg halus. Lakukan pengambilan ikan dengan hati-hati, lantaran benih tadi masih rentan bila mengalami luka dalam permukaan tubuhnya. Tampung benih ikan pada wadah yang telah diisi dengan air berdasarkan kolam yang sama supaya ikan tidak mengalami stres.

Hal terakhir namun penting pada pembenihan ikan lele, merupakan menyiapkan pembeli bagi benih yg sudah siap panen. Lantaran jika saat panen terlambat karena benih belum terdapat pembelinya, pembudidaya harus menanggung porto pemeliharaan ekstra. Pada ujungnya, semakin usang panen tertunda akan semakin tipis marjin yang akan diterima pembudidaya.

Pustaka

Alamtani. 2019. Cara Pembenihan Ikan Lele. Didownload dari halaman https://alamtani.Com/pembenihan-ikan-lele/

#Tag :

Penyakit Protozoa Pada Ikan : Myxosporidiasis (Penyakit Gembil)

Penyebab : Myxosporea dari genera Myxobolus, Myxosoma, Thelohanellus, dan Henneguya

Myxobolus sp merupakan Protozoa penyebab penyakit myxosporeasis atau myxosporidiosis. Protozoa ini memiliki ukuran yang kecil, yaitu sekitar 10-20 µm sehingga sering tertelan oleh ikan. Di dalam usus ikan, spora Myxobolus sp akan melepaskan sejenis anak panah yang terikat dengan semacam benang halus ke polar kapsulnya dan apabila anak panah mencapai dinding usus, maka spora akan bergantungan pada dinding usus. Pada mekanisme infeksi selanjutnya akan terjadi kerusakan jaringan dengan gejala klinis antara lain timbul bintil berwarna kemerah-merahan yang sebenarnya merupakan kumpulan dari ribuan spora dimana bintil ini sering menyebabkan tutup insang selalu terbuka. Pada ikan yang terserang terdapat benjolan menyerupai tumor, terjadi gangguan pada sirkulasi pernafasan akibat penghambatan konsumsi oksigen, penurunan aktivitas insang serta fungsi organ pernafasan, serta necrosis. Bentuk infeksi dan morfologi Myxobolus sp disajikan pada gambr berikut.
Bentuk infeksi dan morfologi Myxobolus sp

Selain Myxobolus sp, penyakit myxosporeasis atau myxosporidiosis dapat disebabkan oleh Protozoa lain yang memiliki karakter serangan mirip dengan Myxobolus sp. Protozoa yang juga berperan sebagai agen penyakit myxosporeasis (myxosporidiosis) adalah Myxosoma sp, Henneguya sp Thelohanellus sp. Jenis Myxosoma sp menimbulkan bengkak di sekitar punggung ikan seperti bisul dan apabila pecah akan mengeluarkan cairan keruh kemerahan atau menyerupai nanah. M. cerebralis merupakan parasit yang menginfeksi telinga dan merusak tulang rawan telinga. Penyakit ini disebut juga whirling diseases karena ikan akan berenang berputar-putar pada porosnya dengan kepala menghadap ke atas.

Jenis lainnya adalah Henneguya sp yang membentuk kista dan ditemukan di dalam atau pada organ pernafasan dan menimbulkan pembengkakan jaringan dan pada infeksi yang berat menimbulkan kematian. Sedangkan Thelohanellus sp menyebabkan penyakit bisul berwarna putih seperti kista yang terdapat di bawah kulit. Parasit ini juga ditemukan pada insang, hati, ginjal, dan dinding usus. Gejala klinis tidak berbeda jauh dengan serangan Myxobolus sp, yaitu adanya kista atau bintil pada insang, kulit, ginjal, dan bagian lainnya, kerusakan alat pernafasan, necrosis, dan bahkan menyebabkan kematian ikan.

Myxosoma sp (a), Henneguya sp (b), dan Thelohanellus sp (c)
Bentuk Infeksi Myxosoma sp, Henneguya sp, dan Thelohanellus sp

Bio ? Ekologi Patogen :

  1. Myxosporea berbentuk seperti buah pir atau biji semangka (kwaci), terbungkus dalam kista yang berisi ribuan spora.
  2. Memiliki vakuola yang disebut vakuola iodinophilous yang menjadi pembeda dua genera Myxosporea, yaitu Myxosoma (tanpa vakuola iodinophilous) dan Myxobolus (dengan vakuola iodinophilous).
  3. Spora yang dimakan oleh inang dan masuk ke dalam usus akan pecah mengeluarkan sporoplasma, dan bergerak secara amoeboid masuk dalam sirkulasi darah dan terbawa ke organ target infeksi.
  4. Inang umumnya jenis-jenis ikan dari kelompok cyprinidae, labirinth dan salmonidae. Di Indonesia, jenis ikan yang sering terinfeksi myxosporea antara lain benih ikan mas, tawes, sepat, gurame dan tambakan.
  5. Prevalensi serangan bervariasi dari rendah sampai sedang dengan mortalitas berpola kronis

Gejala Klinis :

  1. Menginfeksi jaringan ikat tapis insang, tulang kartilag, otot/daging, dan beberapa organ dalam ikan (terutama benih).
  2. Terlihat benjolan putih seperti tumor berbentuk bulat-lonjong menyerupai butiran padi pada insang ikan.
  3. Pada infeksi berat, tutup insang (operkulum) tidak dapat menutup sempurna, sirip ekor bengkok dan berwarna gelap
  4. Bengkak-bengkak/gembil di bagian tubuh (kanan/kiri), struktur tulang yang tidak normal
  5. Berenang tidak normal, berdiam di dasar dan akhirnya mati.

Diagnosa :

  1. Pengamatan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis yang cukup jelas
  2. Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi myxosporidia melalui pembuatan preparat ulas dari organ target infeksi. Pengamatan yang lebih jelas terhadap karakteristik spora diperlukan pewarnaan yang spesifik.

Benih ikan mas ( Cyprinus carpio ) dan ikan trout pelangi ( Oncorhynchus mykiss) yang terserang penyakit myxosporidiasis

Morfologi parasit myxosporidia ( Myxosoma cerebralis , kiri) dan

insang ikan mas yg dipenuhi kista myxosporidia (kanan)

Pengendalian :

  1. Persiapan kolam (pengeringan dan desinfeksi kolam) untuk memutus siklus hidup parasit.
  2. Ikan yang terinfeksi segera diambil dan dimusnahkan
  3. Hindari penggunaan air dari kolam yang sedang terinfeksi parasit
  4. Pengendapan yang dilengkapi dengan filtrasi fisik (batu, ijuk, kerikil dan pasir)
  5. Belum ada bahan kimia yang efektif untuk mengobati penyakit ini.

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN LOU HAN

Pemeliharaan lou han sebenarnya tergantang dalam kesukaan pemiliknya, yang penting merupakan teknik atau cara-caranya harus diketahui terlebih dahulu. Hal yang wajib diperhatikan dalam memelihara lou han, diantaranya :

Kondisi Aquarium dan Peralatannya

Untuk mendukung kesehatan & penampilan lou han, kebersihan aquarium harus diperhatikan. Aquarium yang kotor sanggup jadi sumber penyakit bagi lou han. Yang umumnya menjadi sumber kotoran aquarium adalah sisa pakan, lumut, sisa obat & kotoran lou han. Patokan pada membersihkan aquarium adalah taraf kekotoran aquarium, kondisi alat-alat & aksesoris pendukung juga harus diperhatikan. Jika nir higienis atau nir berfungsi sebagai mana mestinya, peralatan dan aksesoris ini mampu sebagai sumber penyakit.

Kualitas Air

Air adalah factor penting pada mempertinggi kualitas lou han. Air wajib higienis berdasarkan bahan beracun yg dari menurut sumber air, sisa metabolisme ikan atau sisa pakan yang hiperbola. Meskipun lou han tergolong ikan hias yg mempunyai toleransi yang cukup tinggiterhadap kualitas air, banyak sekali parameter air harus tetap diperhatikan. Sebelum digunakan, air perlu diendapkan didalam bak penampungan. Bak penampungan dapat berupa tong bekas atau fiberglass.

Kualitas Pakan dan Pemberiannya

Supaya lou han peliharaan tetap anggun, pakan yg diberikan harus mengandung sajian seimbang. Pakan yang salah dapat membuat lou han sebagai stress dan tidak senang makan. Pakan yg seimbang mempunyai karbohidrat, protein, lemak, mineral,dan vitamin yg memadai. Pemberian pakan wajib sinkron menggunakan anggaran supaya tidak cepat mengotori aquarium, sehingga tidak menimbulkan penyakit. Pakan pula harus cukup agar ikan cepat tumbuh, pemberian pakan dengan frekuensi lebih acapkali menggunakan jumlah yang nir terlalu banyaklebih baik dibandingkan menggunakan anugerah pakan yang sporadis dengan jumlah yang berlebihan.

Sistematika

Lou Han merupakan ikan hias yang penampilannya anggun dan menarik dengan aneka rona yg cerah. Budidaya Lou Han telah poly dilakukan di Indonesia, baik oleh para peternak atau pengusaha ikan hias maupun para hobiis.

Menurut sistematikanya, ikan Lou han digolongkan sebagai berikut:

? Ordo : Percomorphoidei

? Sub Ordo : Percoidea

? Family : Cichlidae

? Genus : Cichlasoma

? Spesies : Red Flower Horn Meskipun Lou Han termasuk jenis ikan hias yang relative tahan terhadap infeksi penyakit, apabila kualitas air tempat pemeliharaan tidak cocok bagi ikan tadi, Maka akan muncul perkara. Masalah ini akan semakin parah apabila penanganannya pada lakukan dengan cara yg nir paripurna, terutama bagi ikan yg baru di datangkan dari loka lain. Salah satu kasus yg sering merugikan para peternak ikan hias adalah kasus penyakit. Satu hal krusial yg perlu diperhatikan merupakan Lou Han memiliki sifat yang mudah berubah. Hal ini ditimbulkan lou han merupakan output persilangan menurut beberapa jenis ikan yang termasuk keluarga siklid (Cichlidae) dari genus Cichlasoma. Di samping itu proses perkawinan silang kurang mengikuti kaidah yg benar akan menjadikan pada penurunan mutu genetic. Efek berdasarkan penurunan mutu genetic ini merupakan menurunnya daya tahan ikan terhadap penyakit.

Lou Han (Cichlasoma sp) termasuk salah satu jenis ikan hias baru yg memiliki penampilan cantik menggunakan nilai irit yang tinggi. Ikan ini mulai marak dibicarakan di Indonesia dari tahun 2001 dengan berbagai sebutan, yaitu Flower born, Flower louhan, dan sun go kong. Sebutan lainnya merupakan mutiara berdasarkan timur.

Lou han adalah output persilangan menurut ikan jenis siklid lain,yaitu Cichlasoma synpilum dengan Cichlosoma cycnoguttatum ( Neetropus carpintis). Persilangan antar siklid-siklid ini di lakukan sang orang-orang berdasarkan Negara Malaysia. Tetapi sekarang telah poly persilangan antar jenis ikan siklid lainnya, baik sang para peternak local maupun manca Negara, sehingga di peroleh berbagai variasi Lou Han. Beberapa species yang adalah ikan hias berdasarkan family Cichlidae yang sudah dikenal di Indonesia pada antaranya jenis Oskar (astronhotus ocellatus),texas (Cichlasoma cyanoguttatum), zebra (cichlasoma nigrofasciatum), angel fish atau manvis (Pteophylum spp), dan discus (Symphysodon discus).

Daerah Penyebaran

Ikan yang tergolong dalam famili Cichlidae poly ditemukan pada perairan Amerika Latin, Asia, & Afrika. Tetapi, berdasarkan pakar breeder pada Malaysia, kebanyakan keluarga Lou Han berasal berdasarkan perairan Amerika latin, misalnya meksiko, Paraguay & Kolombia. Berkat keuletan para beeder di Malaysia, pada tempo tiga tahun saja. Lou han telah menjadi ikan yang fenomenal, mengalahkan seluruh jenis ikan eksotis yang bergengsi di Negara Asia.

Penyebarannya di Afrika & Madagaskar mencapai 700 species & hanya tiga species yang terdapat di Asia. Beberapa species family Cichlidae yg masih ada pada daerah Afrika merupakan species yang endemic, sebagai akibatnya nir bisa ditemukan di daerah lain. Species ini umumnya meletakkan telur tidak jauh menurut loka tinggalnya. Ada yg meletakkan telur di batu, daun-daun flora air, pasir, & rongga ekspresi. Species ini baik jantan dan betina mempunyai naluri yang kuat buat melindungi telur atau anaknya.

Pemilihan Calon Induk

Jenis induk jantan & betina yang dipilih disesuaikandengan jenis keturunan yg diperlukan, keturunan yg dihasilkan merupakan penggabungan factor genetis ke 2 induknya. Jika dicermati secara fisik, induk jantan mempunyai badan yang lebih langsing dengan jarak antara mulut dan nongnong dekat, sedangkan betina memiliki tubuh yg lebihmembulat dan gendut dibagian perut dan jarak antara lisan dan nongnong agak jauh. Lou han jantan memiliki variasi rona yg lebih banyak & legas, sedangkan lou han betina relatif pucat. Hal ini memang tidak absolut karena terdapat pula betina yg menampilkan rona cerah, namun setidaknya prediksi ini memiliki kemungkinan kebenaran 80 %.

Memijahkan Induk

Lou han adalah ikan yang hidup soliter, karenanya menjodohkan lou han memerlukan strategi spesifik. Calon induk diletakkan pada aquarium yg diberi pembatas kaca, biarkan keduanya saling mengenal hingga lou han betina sahih-sahih matang telur dan si jantan siap mencumbunya. Dalam proses sosialisasi umumnya betina akanlebih agresif dibandingkan jantan. Umur perjodohan paling baik merupakan jantan 2,lima tahun & betina dua tahun, pada usia ini telur yang dibuahi lebih poly serta keturunannya akan lebih besar .

Merawat Telur dan Burayak

Setelah berjodoh & siap dipilahkan, pada tempo paling lama tiga hari saja lou han akan bertelur dimedia telur berupa keramik yg diletakan didasar aquarium. Dalam tempo 3 hari telur umumnya telah mulai menetas. Pada hari ke-4 aquarium tampak dipenuhi oleh burayak lou han. Burayak masih memiliki cadangan kuning telur ditubuhnya sampai hari ke-4 selesainya menetas. Pada hari ke-lima baru diberi pakan kutu air yang disaring, hadiah pakan 3-4 kali /hari. Yg harus diperhatikan merupakan pakan yang diberikan sekali habis dan tiodak cepat mengotori aquarium.

PENYAKIT DAN CARA PENANGGULANGANNYA

DAFTAR PUSTAKA

D. Setiawan, 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia.

Firmansyah A & Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Lou Han Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

S. Hambali, 2001 Mewaspadai & Menanggulangi Penyakit Pada Lou Han. Agromedia Pustaka, Jakarta.

S. Suwandi, 2002 Memilih Anakan & Meningkatkan Kualitas Lou Han. Agromedia Pustaka, Jakarta

#Tag :

Penyakit Protozoa Pada Ikan : Zoothamniumiosis

Protozoa ini merupakan penyebab penyakit zoothamniumiosis. Protozoa ini biasanya menyerang ikan kakap putih (Lates calcalifer dan Psammoperca waigiensis) di tambak atau keramba. Selain itu, Zoothamnium sp juga ditemukan menyerang udang windu. Gejala klinis serangan seperti pada umumnya, yaitu nafsu makan berkurang dan ikan kelihatan lesu, terdapat bintik-bintik seperti lumut di permukaan tubuh, dan produksi mucus yang berlebih. Bentuk infeksi dan morfologi Zoothamnium sp disajikan pada Gambar berikut.

Bentuk infeksi dan morfolozi Zoothamnium sp

Bio ? Ekologi Patogen :

  1. Umumnya disebabkan oleh mikroorganisme dari kelompok Protozoa, meskipun sering pula berasosiasi dengan algae seperti Nitzschia spp., Amphiprora spp., Navicula spp., Enteromorpha spp., dll.
  2. Kompleks infeksi mikroorganisme tersebut akan mengganggu pergerakan udang terutama larva, kesulitan makan, berenang, serta proses molting karena organ insang dan/atau seluruh tubuh dipenuhi organisme penempel.
  3. Faktor pemicu terjadinya ledakan penyakit antara lain, kepadatan tinggi, malnutrisi, kadar bahan organik yang tinggi, dan fluktuasi parameter kualitas air terutama suhu

Gejala Klinis :

  1. Berenang ke permukaan air dan tubuhnya berwarna buram/kotor
  2. Insang yang terinfeksi berwarna kemerahan atau kecoklatan
  3. Lemah, kesulitan bernafas dan nafsu makan menurun, akhirnya mati
  4. Proses ganti kulit (moulting) terhambat, dan timbul peradangan pada kulit

Diagnosa :

  1. Pengamatan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis yang timbul
  2. Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi organisme penempel melalui pembuatan preparat ulas dari organ kulit/mukus, sirip dan/atau insang.

Pengendalian:

  1. Desinfeksi wadah/petak pemeliharaan dan sumber air yang bebas mikroorganisme penempel)
  2. Memperbaiki kualitas air secara keseluruhan, terutama mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan frekuensi penggantian air baru
  3. Pemberian unsur immunostimulan (misalnya penambahan vitamin C pada pakan) secara rutin selama pemeliharaan
  4. Merangsang proses ganti kulit melalui memanipulasi parameter kualitas air yang yang merupakan faktor determinan
  5. Ikan yang terserang “fouling disease” dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan beberapa jenis desinfektan, antara lain: Perendaman dalam larutan formalin pada dosis 25-50 ppm selama 24 jam atau lebih

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

PENGENDALIAN HAMA PENYKIT PADA LOBSTER AIR TAWAR

Lobster air tawar merupakan keliru satu genus dari famili parastacidae yg mulai dikembangkan buat budidaya petani ikan pada Indonesia sejak tahun 2000. Di beberapa negara, seperti Australia, Amerika Serikat, Inggris, Cina, Kostarika, Ekuador, Fiji, Guatemala, Israel, Meksoko, Afrika Selatan, Dan Taiwan, budidaya lobster telah dilakukan sejak tahun 1980. Di Indonesia, banyak sekali kajian ilmiah menampakan permintaan pasar terhadap lobster air tawar berkuran lima ? 10 cm relatif tinggi.

Secara fisik lobster air tawar mempunyai rona dasar yg beragam atau fariatif. Dari segi teknis, lobster air tawar dapat dipelihara pada air tawar yg nir selalu jernih menggunakan banyak sekali variasi wadah. Jenis pakannya pun nisbi banyak dan gampang diperoleh. Hal yang menarik merupakan lobster dikenal memiliki sifat pengembara yg tinggi, rona pada tubuh lobster berkilau, terutama jika terkena cahaya.

DISKRIPSI IKAN

Klasifikasi Lobster

Lobster air tawar termasuk dalam kelas crustacea dengan ordo decapoda. Pada dasarnya masih ada keluarga atau kelaga besar lobster air tawar. Berikut ini dipaparkan pembagian terstruktur mengenai keliru satu jenis lobster air tawar dari genus cherax.

Filum : Arthrapoda

Kelas : Crustacea

Sub kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Famili : Parastacidae

Genus : Cherax

Spesies : Cherax quadricarinatus

Cherax destruktor

Cherax lorentz

Cherax cairnsensis, dll.

Habitat Dan Penyebarannya Lobster air tawar yg berasal menurut keluarga astacidae, combaridae, dan parastacidae menyebar pada seluruh benua, kecuali Afrika dan Antartika. Lobster air tawar astacidae & cambaridae tersebar dibelahan global utara, sedangkan parastacidae menyebar pada global bagian selatan, misalnya Australia, Indonesia bagian timur, Selandia Baru, dan Papua Nugini. Habitat alam lobster air tawar adalah dana, rawa, atau sungai yang berlokasi pada daerah pegunungan.

Morfologi Pada Lobster

Tubuh lobster terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang. Bagian depan diklaim kepala dan bagian belakang disebut badan. Dilihat menurut organ tubuh lobster air tawar memiliki beberapa indera pelengkap :

? Sepasang antena yg berperan menjadi perasa & peraba terhadap pakan dan kondisi lingkungan.

? Sepasang antanela buat mencium pakan, 1 lisan, & sepasang capit yg lebar dengan berukuran lebih panjang dibandingkan menggunakan ruas dasar capitnya.

? Enam ruas badan relatif memipih menggunakan lebar badan rata-rata hampir sama dengan lebar ketua.

? Ekor. Satu ekor tengah memipih, sedikit lebar dan dilengkapi duri-duri halus, dan 2 pasang ekor samping.

? Enam pasang kaki renang

? Empat pasang kaki jalan.

Jenis Dan Pola Makan

Lobster air tawar umumnya aktif mencari makan dalam malam hari. Lobster air tawar termasuk pemakan segala. Bahan-bahan kuliner menurut hewani & botani sangat disukainya. Lobster menyukai cacing-cacingan & pakan buatan.

Lobster termasuk jenis fauna yang nir rakus. Kebutuhan pakan lobster sebenarnya sangat sedikit, yaitu hanya berkisar dua-3 gr per ekor lobster dewasa per hari. Kebutuhan pakan tersebut dipakai buat pertumbuhan, pergantian sel-sel yg telah rusak, dan perkembangbiakan.

Pemilihan Calon Induk

Pemilihan induk sebaiknya dilakukan semenjak lobster berumur 2-tiga bulan. Pada umur ini lobster mempunyai panjang tubuh lima-6 cm dengan ukuran tadi berarti proses pertumbuhan lobster berjalan menggunakan baik. Selain proses pertumbuhan, yang hars diperhatikan pada menentukan induk yg berkualitas merupakan lobster harus memilki nafsu makan yg tinggi, gerakannya lincah, & warna tubuhnya cerah.

Pemilihan Calon Induk

Calon induk yg telah dipilih dipisahkan denagn lobster lain menggunakan memindahkannya ke wadah lain. Pemindahan ini bertjuan untk emmpermudah pengontrolan.

Dalam pemeliharaan calon induk ada beberapa hal yang wajib diperhatikan yaitu :

? Wadah pemeliharaan dan kepadatan tebar

? Pengontrolan & penyesuaian calon induk

? Pemberian pakan

? Pencegahan penyakit.

Kebiasaan Reproduksi

Perilaku lobster air tawar yg relatif menarik buat diamati merupakan aktifitasnya saat perkawinan hingga muncul juvenil. Tahap awal yg dilaksanakan sang setiap induk sebagai berikt :

? Mencari pasangan

? Melakukan percumbuan antar pasanagan

? Melakukan perkawinan

? Induk betina mengerami talur

? Induk betina mengasuh benih sampai saat eksklusif.

Pemindahan Induk Yang Telah Bertelur Induk betina yang sudah mengeluarkan telur harus dipindahkan ke wadah lain agar telurnya menetas. Pemindahan ini bertujuan buat mencegah dimakannya telu-telur oleh induk jantan atau induk betina yg lain, lantaran dalam dasarnya lobster air tawar adalah hewan yang mempunyai sifat kanibal.

Penetasan Telur

Telur-telur yg dikeluarkan induk lobster akan menetas sehabis lebih kurang 1 bulan. Benih-benih akan tanggal menurut induknya sesudah 4-lima hari semenjak menetas.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan sesudah benih berumur 1-1,lima bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara menyipon air & lalu benih ditangkap menggunakan menggunakan scop net.

MENGATASI HAMA DAN PENYAKIT

Lobster cukup tahan terhadap penyakit. Namn, bukan berarti lobster nir akan terserang penyakit. Penyakit lobster dalam umumnya bisa disebabkan sang protozoa, bakteri, jamur, atau virus. Salah satu penyebab penyakit bisa mask ke pada akuarium & menyelang lobster melalui pakan yang nir bersih dan air yang digunakan kotor. Pakan cacing yg tidak di cuci bersih & langsng diberikan dalam lobster. Misalnya, bisa saja mengandung bibit penyakit.

Jamur yang sering terkena pada lobster merupakan lumut. Cara pencegahannya dengan menggunakan daun ketapang dengan cara merogoh daun ketapang sebanyak 6- 10 lbr yg sudah kemarau atau yang sudah dijemur kemudian ditebar ke dalam akuarium.

DAFTAR PUSTAKA

Asriani dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Lobster Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

http://www.google.com/imgres?imgurl=http://3.bp.blogspot.com/-1R9qzjsBi7I/TcodQgKcUTI/AAAAAAAAADU/KpJs-xRHZlM/s1600/LAT.jpg&imgrefurl=http://irfanesukasuka.blogspot.com/2011/05/begini-niih-cara-budidaya-lobster-air.html&h=450&w=600&sz=66&tbnid=jqJD5BnruoVvKM:&tbnh=90&tbnw=120&zoom=1&usg=__tdZQCeMJsq1ATxbDPNpJwlmPP_g=&docid=vCHHzpSlH1_xFM&hl=id&sa=X&ei=6QqHUfjzJcXprAeqz4GYBQ&ved=0CDAQ9QEwAA&dur=7

Karjono dan adijaya, Dian. “ lobster akuarium 10 bulan kembali modal “. Trubus, april 2003.

Sukmajaya yade. “ lobster air tawar komoditas perikanan prospektif “. Penerbit PT Agro media pustaka, 2003.

Wiyanto, R. “ lobster air tawar, pembenihan dan pembesaran “. Jakarta : penebar swadaya, 2003.

#Tag :

Penyakit Protozoa Pada Ikan : Trypanasomiosis

Protozoa dari jenis Trypanosoma spp adalah agen infeksi penyakit trypanasomiosis. Protozoa ini memiliki flagella serta hidup di darah yang ditularkan oleh lintah ketika menghisap darah dan di dalam jaringan cairan interseluler seperti Trypanosoma cruzi yang ditemukan di dalam sistem reticuloendothelial dan otot. Severitas dari trypanosomiosis dipengaruhi oleh patogenisitas Trypanosoma spp, kemampuan infeksi, stress, dan kondisi nutrisi di dalam inangnya.

Gejala klinis serangan antara lain ikan mengalami kekurangan darah atau anemia, pergerakan kurang gesit, sering megap-megap di permukaan perairan, terjadi kerusakan kulit dan insang yang disertai dengan pendarahan, serta dapat juga menyebabkan terjadinya kegagalan produksi. Serangan Trypanosoma spp umumnya terjadi pada musim kemarau. Bentuk infeksi dan morfologi Trypanasoma spp disajikan pada Gambar berikut.

Bentuk infeksi dan morfologi Trypanosoma sp

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN PATIN

Ikan patin termasuk galat satu jenis yg sulit dipijahkan secara alami, karena sulit membangun atau memanipulasi lingkungan sesuai menggunakan habitatnya pada alam. Lantaran itu, pemijahan ikan patin dapat dilakukan secara protesis menggunakan ransangan menggunakan kelenjar hipofisa.

Persiapan Induk

Induk merupakan salah satu factor penentu keberhasilan usaha pembenihan ikan patin. Induk yang baik & sehat tentu akan membentuk benih yg baik jua. Induk patin yg akan dipijahkan bisa asal berdasarkan alam atau induk-induk yang dipelihara semenjak kecil pada kolam.

Induk-induk yang berasal berdasarkan alam tingkah lakunya masih liar & kadang ?Kadang mempunyai poly luka dampak meronta-ronta saat penangkapan. Karenanya, induk yg baik dipijahkan merupakan induk yg telah dipelihara pada kolam atau pada wadah lainnya, seperti sarang & jaring.

Untuk menerima induk patin yg baik, usang pemeliharaan di kolam, induk diberi makanan tambahan yg cukup mengandung protein. Berdasarkan output penenlitian yg dilakukan sang para peneliti pada rangka buat memepercepat kematangan gonad, 2 kali seminggu patin perlu diberi ikan rucah atau ikan-ikan yang tidak layak dikonsumsi oleh insan.

Seleksi Induk yang Matang Gonad Induk ikan patin yang akan dipijahkan diseleksi terlebih dahulu, yaitu menggunakan memeilih induk-induk betina dan jantan yg matang gonad atau siap pijah. Penangkapan induk dilakukan menggunakan mengurangi volume air hingga ketinggian 20 cm menurut dasar kolam. Penangkapan induk dapat dilakukan secara hati-hati untuk menghindari terjadinya stres. Penangkapan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan menggunakan jaring dan menggunakan memakai tangan.

Ciri-Ciri induk ikan patin yang matang gonad sebagai berikut :

? Induk Betina :

Umur kurang lebih tiga tahun, berat minimal 1,lima-dua kg per ekor, perut membesar kearah anus, perut terasa lembek & halus bila diraba, alat kelamin membengkak & berwarna merah tua ? Induk Jantan :

Umur minimal 2 tahun, berat 1,5 - dua kg per ekor, kulit perut lembek dan tipis, indera kelamin membengkak & berwarna merah, keluar cairan sperma apabila perut diurut kearah anus.

Selain ciri-karakteristik diatas, induk ikan patin yang akan dipijahkan harus sehat secara fisik yaitu tidak terinfeksi penyakit dan parasit jua tidak mempunyai luka dampak benturan, pukulan, tabrakan/ sayatan. Induk yg baik pula harus memiliki sifat pertumbuhan nisbi cepat serta resisten terhadapa penyakit, namun toleran atau mudah beradaptasi & responsive terhadap perubahan lingkungan dan kuliner.

Seleksi induk patin nir memperhatikan bagian luar fisiknya. Pasalnya, yang paling memilih keberhasilan pemijahan merupakan taraf kematangan telur. Telur yang telah matang bisa dicek menggunakan cara sebagai berikut :

- Ambil 1 ekor induk patin betina, sedot telurnya dengan menggunakan selang kateter. Caranya selang dimasukan kedalam kloakasedalam tiga cm, kemudian ujung selang lainnya disedot dengan ekspresi sampai tampak beberapa buah telur pada pada selang.

- Telur didalam selang tersebut disimpan dicawan, kemudian ditetesi larutan secara ( adonan formalin, alkohol, dan larutan asetid menggunakan perbandingan 6 : tiga : 1). Larutan tadi berfungsi buat mengetahui telur yg telah matang. Telur yg matang memiliki karakteristik tampak bulat, warnanya putih kekuning - kuningan, inti telurnya terlihat jelas terpisah berdasarkan cangkangnya.

- Induk-induk patin yg telah matang telur disimpan didalam bak atau hapa, jantan dan betina tersimpan terpisah.

Induced Breeding (Kawin injeksi)

Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yg sulit memijah secara alami jika tidak berada dihabitat aslinya. Untuk itu perlu dilakukan pemijahan sistem induced breeding (kawin suntik). Tingkat keberhasilan pemijahan sistem kawin injeksi sangat ditentukan oleh taraf kematangan induk patin. Faktor lainnya yg jua cukup berpengaruh adalah kualitas air, penyediaan kuliner yg berkualitas dan pada jumlah yang mencukupi, serta kecermatan didalam penanganan atau aplikasi penyuntikan.

Induced breeding bisa dilakukan dengan menggunakan kelenjar hipofisa ikan lain, misalnya ikan mas, bisa jua dilkaukn dengan menggunakan semacam kelenjar hipofisa protesis yang mengandung hormon gonadotropin. Dipasaran dikenal dengan merek dagang ovaprim.

A. Menggunakan Kelenjar hipofisa Ikan Mas

Urutan pekerjaan yg dilakukan jika memakai kelenjar hipofisa sebagai berikut :

- Siapkan ikan donor atau ikan yg akan diambil kelenjar hipofisanya. Apabila induk patain betina yang akan di suntik mempunyai berat 3 kg maka donor yg dipakai 9 kg sedangkan buat induk jantan yg memiliki berat 3 kg donor yang digunakan sebesar 6 kg

- Ikan mas yg akan diambil kelenjar hipofisanya dipotong tegak lurus atau vertikal dibagian belakang tutup insang

- Potongan kepala diletakan menggunakan posisi mulut menghadap keatas, kemudian dipotong vertical menurut permukaan sedikit diatas mulut sehingga akan nampak organ otak yg dilingkapi lendir atau lemak.

- Otak dilingkar dan lendir dibuang atau dibersihkan menggunakan kapas atau tissue. Setelah higienis menurut lendir, diotak akan nampak butiran putih misalnya beras itulah yg dinamakan kelenjar hipofisa.

- Kelenjar hipofisa diambil dengan menggunakan pinset & dihancurkan menggunakan memakai gelas penggerus sampai halus. Untuk memudahkan penyuntikan, kelenjar hipofisa tersebut dilarutkan kedalam akuabides sebesar dua mililiter. Agar larutan tadi sahih-benar musnah & tercampur, pakai sentrifugal atau pemusing.

- Larutan kelenjar hipofisa selanjutnya diambil atau disedot dengan menggunakan indera injeksi. Penyuntikan dapat dilakukan secara intramuskular dibelakang sirip punggung dengan memakai jarum injeksi ukuran 0,12 ml

b. Menggunakan Ovaprim

Urutan pekerjaan yg dilakukan bila memakai ovaprim sebagai berikut :

- Untuk mengetahui dosis ovaprim yg akan digunakan, induk betina dan jantan yg akan dipijahkan ditimbang terlebih dahulu.

- Dosis penyuntikan induk betina tidak sinkron dengan inguk jantan. Untuk induk jantan diperlukab ovaprim 0,tiga ml/ kg sedangkan buat betina sebesar 0,5 ml/ kg

- Penyuntikan terhadap induk betina dilakukan 2 kali dalam suntikan pertama dosisnya sebesar 1/tiga bagian dosis total, pada penyuntikan ke 2 dosisnya sebanyak dua/3 bagian dosis total. Penyuntikan kedua dilakukan 8-10 jam setelah penyuntikan pertama

- Penyuntikan induk jantan dilakukan sekali bersama menggunakan penyuntikan ke 2 induk betina.

- Untuk menghindari induk berontak pada saat penyuntikan sebaiknya, dilakukan 2 orang

- Penyuntikan secara intramuskular dibelakang sirip punggung dengan memasukan jarum sedalam kurang lebih 2 cm dengan kemiringan 40 derajad.

- Induk-induk patin yang telah disuntik disimpan pada bak atau hapa dengan air yg mengalir.

Stripping dan Pembuahan

Ovulasi adalah tingkat kematangan gonad. Saat ovulasi, telur yang sudah masak wajib dimuntahkan dengan cara memijit bagian perut patin betina. Urutan pekerjaan stripping sebagai berikut :

- Sediakan wadah buat menampung telur, berupa baskom, plastik, yg sudah dibersihkan dan dalam keadaan kemarau.

- Induk betina yg akan distripping dipegang dengan kedua belah tangan, tangan kiri memegang pangkal ekor dan tangan kanan memegang perut bagian bawah. Ujung kepala induk patin ditopangkan dipangkal paha, selanjutnya perut diurut secara perlahan-huma menurut bagian depan kearah belakang dengan memakai jari tengah dan jempol, lalu telur-telur tadi ditampung didalam baskom.

- Induk jantan ditangkap buat diambil spermanya. Sperma ini nanti akan dicampurkan menggunakan telur-telur didalam baskom

- Pengurutan induk jantan dalam prinsipnya sama saja menggunakan pengurutan induk betina. Sperma yg keluar dari perut induk jantan eksklusif disatukan menggunakan telur yg ditampung diadalam baskom

- Agar terjadi pembuahan yaitu telur & sperma dapat dicampur dengan sempurna, lakukan pengadukan menggunakan menggunakan bulu ayam lebih kurang selama 0,5 mnt. Pengadukan dilakukan berputar perlahan-lahan didalam baskom.

- Untuk menaikkan fertilisasi (pembuahan), kedalam adonan telur & sperma tadi bisa dibubuhi garam dapur sebesar 4000 rpm. Penambahan dilakukan sambil tetap mengaduk adonan & disertai dengan memasukan air sedikit-sedikit. Pengadukan dilakukan kurang lebih selam dua mnt.

- Untuk membuang kotoran berupa lendir perlu dilakukan penggantiaan air bersih sebanyak 2 ? Tiga kali. Untuk menghindari terjadinya penggumpalan dalam telur perlu dilakukan pencucian menggunakan memakai larutan lumpur. Lumpur dapat membersihkan lendir-lendir yang melekat & memisahkan telur-telur yg menggumpal. Lumpur yang dipakai berupa lumpur atau tanah dasar kolam atau tegalan yg dipanaskan pada suhu 100 ?C terlebih dahulu guna menghindari penyakit.

- Telur-telur yang telah dibuahi akan megalami pengembangan. Ukuran telur terlihat lebih besar dan berwarna kuning. Telur-telur yang nir dibuahi akan berwarna putih dan mengendap dibawah.

Proses Penetasan Telur

Wadah penetasan telur berupa corong-corong penetasan. Untuk mengklaim keberhasilan penetasan corong penetasan dipersiapkan 1 hari sebelum pemijahan. Langkah ? Langkah persiapan wadah penetasan telur sebagai berikut :

- Semua wadah pada unit pembenihan patin misalnya penetasan telur, loka perawatan larva, bak filter air, bak penampungan air bersih, water Turen, dicuci higienis dan dikeringkan

- Untuk menghindari kontaminasi jamur atau bakteri corong-corong penetasan telur bisa pula direndam pada larurtan PK sebanyak 5 ppm selama 30 mnt.

- Setelah seluruh wadah dipersiapkan langkah selanjutnya merupakan memasukan air higienis kesemua wadah. Pompa isap yg berfungsi buat mengalirkan air berdasarkan wadah penempungan air bersih ke water Turen dijalankan, sebagai akibatnya akan terjadi sirkulasi air diseluruh wadah unit pencucian patin

Telur-telur ikan patin yang akan ditetaskan dituangkan kedalam corong penetasan lalu disebarkan dengan memakai bulu ayam. Air pun wajib dialirkan dengan cara mengatur debit air menggunakan memakai keran supaya telur selalu terangkat didalam corong tadi. Jangan samapai telur menumpuk didasar corong. Apabila menumpuk telur dapat membusuk kepadatan telur sebesar 400-500 buah perliter air atau 10.000 ? 20.000 butir per corong. Telur yang dibuahi akan berkembang sedikit demi sedikit dan menetas menjadi larva.

Penampungan Larva Sementara

Benih patin yg baru menetas yang dikenal dengan sebutan larva ditampung sementara ditempat penampungan larva. Tempat penampumngan larva berupa hapa (Trilin) yg dipasang didalam bak penampunagan larva. Hal tadi dimaksudkan guna memudahkan pemanenan larva saat akan dipindahkan ketempat pemeliharaan. Benih-benih patin atau larva yg baru berumur 1 hari yang terbawah arus air dicorong penetasan diambil atau dipanen menggunakan menggunakan scop net halus secara hati-hati supaya benih-benih patin nir mengalami stres, kualitas air dan loka pemeliharaan, khususnya suhu atau temperatur, mendekati sama.

Pemeliharaan Benih

Larva yang baru menetas belum sempurnah, tetapi benih tadi masih memiliki cadangan kuliner didalam tubuhnya berupa kuning telur (yolk sack) kelangsingan hayati benih sangat dipengaruhi oleh kandungan kuning telur dan kualitas air ditempat pemeliharaan benih. Benih-benih patin berenang aktif secara vertikal menuju permukaan air.

Benih yg berasal dari tempat penampungan ad interim selanjutnya dipelihara ditempat pemelihaeraan benih. Tempat pemeliharaan benih bisa berupa akuarium/fiber glass. Akuarium atau fiber glass yang akan dipakai sebelumnya dibersihkan & dikeringkan buat menghindari terjadinya agresi penyakit. Setiap akuarium yg akan digunakan air higienis serta diberi aerasi guna menambah kandungan oksigen yang terlarut kedalam air. Pengisian air dilakukan 1-2 hari sebelum penebaran benih. Untuk setiap akuarium berukuran 60 x 45 x 30 cm dapat dipelihara benih sebesar 20.000 ekor. Jika ada pembeli yang akan membutuhkan benih-benih patin tadi bisa dijual eksklusif buat dipelihara atau didederkan ketempat lain.

Benih dipelihara di akuarium atau fiber glass selama dua ? Tiga minggu. Selama pemeliharaan, berdasarkan hari 1 ?10, benih patin diberi kuliner tambahan berupa Artemia yg telah ditetaskan ditempat terpisah & pemberiannya dilakukan setiap tiga - 4 jam sekali. Setelah hari ke 10 benih patin bisa diberi kuliner berupa kutu air (Dapnia sp) jentik nyamuk, cacing sutra. Jumlah kuliner yg diberikan disesuaikan menggunakan kebutuhan benih, Usahakan jangan hingga terdapat makanan yg tersisa guna menghindari terjadinya penurunan kualitas air yg dalam akhirnya bisa menyebabkan kematian benih.

Selam pemeliharaan lakukan penggantian air bersih 1 ? Dua hari sekali atau tergantung pada kebutuhan. Penggantian air bisa dilakukan secara hati-hati dengan cara menyipon atau sambil membuang kotoran yang berada di dasar wadah pemeliharaan menggunakan memakai selang mini . Penambahan air bersih dilakukan secara bertahap sedikit-sedikit guna menghindari terjadinya stres pada benih yang dipelihara hingga posisi air mendekati ketinggian semula.

HAMA DAN PENYAKIT IKAN PATIN

Salah satu hambatan yg sering diahadapi dalam budidaya patin adalah hama dan penyakit. Dalam pengendalian hama dan penyakit pencegahan merupakan tindakan paling efektif dibandingkan pengobatan. Tindakan pencegahan jua nir memerlukan porto yang akbar. Pencegahan sebaiknya dilakukan sebelum pemeliharaan dimulai.

Hama

Serangan hama umumnya tidak separah serangan penyakit, hanya biasanya berukuran lebih besar daripada ikan dan bersifat pemangsa.

Penyakit

Secara generik penyakit yg menyerang ikan patin digolongkan ke dalam dua golongan yaitu penyakit yg ada akibat adanya gangguan factor bukan patogen, penyakit ini nir menular. Yang kedua yaitu penyakit yg muncul lantaran organisme patogen.

A. Penyakit non infeksi

Contoh penyakit non infeksi yaitu keracunan & penyakit kekurangan gizi. Beberapa factor yg mengakibatkan keracunan yaitu pemberian pakan yang kurang baik kualitasnya atu pencemaran air media akibat tumpukan bahan organic.

B. Penyakit Infeksi

C. PENANGGULANGAN PENYAKIT

DAFTAR PUSTAKA

Afriantio, Eddy dan Evi Liviawati. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta : 1993

Daelami, Deden. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya. Jakarta :2001

Khairuman & Dodi Sudenda. Budidaya Patin Secara Intensif. Agro Media Pustaka. Jakarta : 2002

Syofan & Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Patin Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan

#Tag :