Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Modul: Pembuatan Pakan Ikan Buatan

#Tag :

Cara Pembuatan Olahan Teripang Kering

Pengolahan teripang merupakan tahap akhir dari proses produksi dan sangat menentukan mutu produk.  Mutu produk ini sangat berkaitan dengan harga jual.  Saat ini pengolahan teripang masih banyak yang dilakukan secara tradisional sehingga mutu produknya relatif  rendah.    Oleh  karena  itu,  pedagang  pengumpul  atau  eksportir umumnya melakukan pengolahan ulang untuk perbaikan mutu. Umumnya teripang diolah menjadi bentuk olahan kering atau dikenal dengan nama  beche-de-mer.  Selain itu,  dikenal juga produk olahan lain seperti konoko (gonad kering), otot kering, konowata (usus asin) dan  kerupuk.  Teripang  kering  lebih  disukai  oleh  konsumen  di Singapura, Hongkong, dan Malaysia, sedangkankonoko,  konowata, dan otot kering lebih disukai oleh konsumen di Jepang.

Di beberapa daerah pengolahan teripang kering dilakukan dengan cara sedikit berbeda, tetapi pada prinsipnya sama, yaitu penanganan hasil  panen,  pembuangan  isi  perut,  perebusan,  pengasapan pengeringan, dan penyimpanan.

Pembuangan  isi  perut

Pembuangan isi perut dapat dilakukan dengan pisau. Caranya, perut teripang diiris secara membujur. Diusahakan pisau terbuat dari bahan yang tidak mudah berkarat, tajam, dan berujung runcing. Ini bertujuan agar tekstur hasil irisan berpenampakan rapi. Selain dengan pisau, pengeluaran isi perut juga dapat dilakukan dengan bambu. Caranya, bagian anus teripang ditusuk dengan bamboo yang runcing. Bambu itu lalu diputar sambil dilakukan sedikit peremasan pada tubuh teripang dan ditarik keluar.   Dengan cara demikian, isi perut teripang akan keluar.   Cara seperti ini tidak dianjurkan karena kemungkinan tidak seluruh isi perut dapat dikeluarkan. Selain itu, juga menimbulkan penampakan yang kurang sempurna sehingga menurunkan mutu teripang.
Teripang yang sudah dibuang isi perutnya

Perebusan

Perebusan dilakukan dengan alat rebus yang terbuat dari bahan antikarat,  mudah  dibersihkan,  dan  tahan  lama.  Air  yang  digunakan adalah air tawar yang bersih dan diberi garam dapur dengan konsentrasi kurang dari  15 %. Setelah air mendidih, teripang yang telah dikeluarkan isi perutnya dan telah dicuci bersih dimasukkan ke dalamnya. Perebusan dilakukan sampai semua teripang menjadi keras tekstumya (kenyal),  selama  20 - 30  menit.  Perebusan ini selain berfungsi untuk mengeraskan tekstur tubuh teripang juga berfungsi untuk mematikan dan mencegah timbulnya mikroorganisme pembusuk serta menurunkan kadar air pada tahap awal.   Kita  tahu  bahwa  kandungan  air  pada  tubuh  teripang  relatif tinggi,  antara  80 – 90 %,  sehingga  perlu  diturunkan  secara  bertahap.
Perebusan teripang

Penirisan

Teripang yang sudah direbus lalu ditiriskan. Penirisan umumnya dilakukan pada atas para-para. Caranya, teripang disusun berjajar pada atas para-para. Penirisan dilakukan hingga nir ada lagi air yang menetas.

Pengasapan

Setelah tidak ada air yang menetes dari tempat penirisan, teripang siap diasapi. Pengasapan dilakukan selama 10 - 20 jam pada suhu antara 60 - 80°C. Beberapa pengolah teripang tradisional melakukan pengasapan secara terbuka. Teripang yang diasap diletakkan di atas para-para pengasapan, kemudian di bawahnya diberi kayu yang dibakar sehingga asap yang keluar mengenai teripang.  Pengasapan dengan cara ini dipandang kurang baik karena pemakaian asap tidak efisien (banyak terbuang), suhu pengasapan sulit dikontrol, dan dapat terjadi kontaminasi oleh kotoran. Oleh karena itu, cara ini tidak dianjurkan. Alat pengasap yang dipandang baik ialah drum pengasap, lemari pengasap, atau rumah pengasap.   Drum pengasap umumnya digunakan untuk perigasapan teripang yang jumlahnya tidak terlalu banyak, skala kecil atau skala rumah tangga. Lemari pengasap untuk jumlah teripang yang sedang, skala menengah. Rumah pengasap untuk jumlah teripang yang banyak, skala besar.

Pengasapan ini sebenarnya berfungsi untuk mengurangi atau menurunkan kadar air dalam tubuh teripang. Selain itu, juga memberikan rasa serta bau yang spesifik. Setiap jenis kayu bakar akan menimbulkan rasa dan bau yang spesifik. Oleh karena itu,  untuk membuat rasa dan bau yang tetap, harus menggunakan bahan bakar dari jenis  kayu yang  tetap  pula.
Pengasapan teripang

Pengeringan

Teripang yang telah diasap masih mempunyai kadar air yang cukup tinggi sehingga perlu pengeringan sampai kadar air kurang dari 20 %.  Pengeringan yang mudah dan murah dapat dilakukan dengan penjemuran di bawah matahari.   Penjemuran dilakukan di atas para-para, umumnya  para-para  berada kurang  lebih  75 - 100  cm dari tanah. Para-para dibuat dari anyaman bambu.  Anyaman dibuat berlubang-lubang sehingga air dapat menetes dan tersedia aliran udara dari atas Teripang kering. Proses pengeringan tak boleh terialu mendadak maupun bawah. Hal ini akan mempercepat proses pengeringan secara sempurna. Apabila cuaca cerah, penjemuran dapat dilakukan 2 - 3 hari.
Penjemuran teripang

Pengeringan dapat pula dilakukan dengan alat pengering mekanis, tetapi harus dipertimbangkan tentang harga, ketersediaan bahan bakar, listrik, serta efisiensinya. Pengeringan  dengan  caraini  umumnya diterapkan oleh eksportir dalam upaya pengolahan ulang untuk perbaikan mutu. Atau, dipergunakan pada kondisi yang memaksa. Jika terlalu mendadak,  mengakibatkan terjadinya kerutan-kerutan pada tubuh teripang. Kerutan-kerutan ini tidak mungkin diperbaiki lagi sehingga akan menurunkan mutu.

Penyimpanan

Teripang kering olahan mengandung garam dan bersifat higroskopis sehingga penyimpanan harus diusahakan pada suhu ruang yang tidak terlalu tinggi dan kelembapannya rendah. Teripang kering  ini harus diletakkan langsung di atas para-para dan disusun rapi agar tidak menghambat sirkulasi udara. Tempat penyimpanan yang baik harus terlindung dari sinar matahari, tidak terkena air hujan, pertukaran udaranya cukup baik, dan hanya khusus untuk penyimpanan teripang. Jika tidak memenuhi syarat ini, akan  menyebabkan  tumbuhnya jamur dan mikroorganisme pembusuk serta menigkatnya kadar  air.
Pengemasan teripang yang sudah kering

Sumber : Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir & Pulau-Pulau Kecil

Semoga Bermanfaat...

Lounching Kampung Iwak Mentaos di Kota Banjarbaru

.

Mohon bantuannya untuk men-subscribe chanel youtube kami.

Atas perkenan dan bantuannya, diucapkan terima kasih banyak

#Tag :

Pembenihan Ikan Bandeng

Benih bandeng (nener) adalah galat satu sarana produksi yang utama dalam bisnis budidaya bandeng di tambak. Faktor ketersediaan benih adalah salah satu hambatan pada menigkatkan teknologi budidaya bandeng. Selama ini produksi nener alam belum sanggup buat mencukupi kebutuhan budidaya bandeng yang terus berkembang, sang karena itu peranan bisnis pembenihan bandeng dalam upaya buat mengatasi perkara kekurangan nener tersebut menjadi sangat krusial. Kegiatan pembenihan bandeng di hatchery harus diarahkan buat nir sebagai penyaing bagi kegiatan penangkapan nener di alam.

1. Persyaratan  Lokasi

Pemilihan tempat perbenihan bandeng wajib mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan menggunakan lokasi. Hal-hal yg perlu diperhatikan pada persyaratan lokasi merupakan sebagai berikut.

A. Mampu mengklaim ketrsediaan air dan pengairan yang memenuhi persyaratan mutu yg ditentukan;

  • Pergantian air minimal; 200 % per hari.
  • Suhu air, 26,5-31,0 0C.
  • PH; 6,5-8,5.
  • Oksigen larut; 3,0-8,5 ppm.
  • Alkalinitas 50-500ppm.
  • Kecerahan 20-40 cm (cahaya matahari sampai ke dasar pelataran).
  • Air terhindar dari polusi baik polusi bahan organik maupun an organik.

B. Sifat-sifat perairan pantai pada kaitan menggunakan pasang surut dan pasang arus perlu diketahui secara rinci.

C. Faktor-faktor biologis misalnya kesuburan perairan, rantai kuliner, species mayoritas, eksistensi predator dan kompetitor, dan penyakit endemik wajib diperhatikan karena mampu mengakibatkan kegagalan proses produksi.

2. Sarana Dan Prasarana

a. Sarana Pokok

Fasilitas pokok yang dimanfaatkan secara pribadi buat kegiatan produksi merupakan bak penampungan air tawar dan air laut, laboratorium basah, bak pemeliharaa larva, bak pemeliharaan induk & inkubasi telur dan bak pakan alami.

  • Bak Penampungan Air Tawar dan Air Laut.
  • Bak Pemeliharaan Induk
  • Bak Pemeliharan Telur
  • Bak Pemeliharaan Larva.
  • Bak Pemeliharaan Makanan Alami, Kultur Plankton Chlorella sp dan Rotifera.

B. Sarana Penunjang

  • Laboratorium pakan alami seperti laboratorium fytoplankton berguna sebagai tempat kultur murni plankton yang ditempatkan pada lokasi dekat hatchery yang memerlukan ruangan suhu rendah yakni 22~25 0C.
  • Laboratorium kering termasuk laboratorium kimia/mikrobialogi, sebaiknya dibangun berdekatan dengan bak pemeliharaan larva berguna sebagai bangunan stok kultur dan penyimpanan plankton dengan suhu sekitar 22-25 0C serta dalam ruangan.
  • Keadaan baik dan siap pakai. Untuk pembangkit tenaga listrik atau penyimpanan peralatan dilengkapi dengan pasilitas ruang genset dan bengkel, ruang pompa air dan blower, ruang pendingin dan gudang.

3. Pengadaan Induk.

  • Umur induk antara 4-5 tahun yang beratnya lebih dari oo4 kg/ekor.
  • Pengangkutan induk jarak jauh menggunakan bak plastik. Atau serat kaca dilengkapi aerasi dan diisi air bersalinitas rendah (10~15)ppt, serta suhu 24~25 0C. Atau serat kaca dilengkapi aerasi dan diisi air barsalinitas rendah (10~15) ppt, serta suhu 24~25 0C.
  • Kepadatan induk selama pengangkutan lebih dari 18 jam, 5~7 kg/m3 air. Kedalaman air dalam bak sekitar 50 cm dan permukaan bak ditutup untuk mereduksi penetrasi cahaya dan panas.
  • Aklimatisasi dengan salinitas sama dengan pada saat pengangkutan atau sampai selaput mata yang tadinya keruh menjadi bening kembali.

4. Pemeliharaan Induk

  • Induk berbobot 4-6 kg/ekor dipelihara pada kepadatan satu ekor per 2-4 m3 dalam bak berbentuk bundar yang dilengkapi aerasi sampai kedalaman 2 meter.
  • Pergantian air 150 % per hari dan sisa makanan disiphon setiap 3 hari sekali. Ukuran bak induk lebih besar dari 30 ton.
  • Pemberian pakan dengan kandungan protein sekitar 35 % dan lemak 6~8 % diberikan 2-3 % dari bobot bio per hari diberikan 2 kali per hari yaitu pagi dan masa sore.
  • Salinitas 30~35 ppt, oksigen terlarut . 5 ppm, amoniak < 0,01 ppm, asam belerang < 0,001 ppm, nirit < 1,0 ppm, pH; 7~85 suhu 27~33 0C.

5. Pematangan Gonad

  • Hormon dari luar dapat dilibatkan dalam proses metabolisme yang berkaitan dengan kegiatan reproduksi dengan cara penyuntikan dan implantasi menggunakan implanter khusus. Jenis hormon yang lazim digunakan untuk mengacu pematangan gonad dan pemijahan bandeng LHRH –a, 17 alpha methiltestoteron dan HCG.
  • Implantasi pelet hormon dilakukan setiap bulan pada pagi hari saat pemantauan perkembangan gonad induk jantan maupun betina dilakukan LHRH-a dan 17 alpha methiltestoteren masing-masing dengan dosis 100~200 mikron per ekor (berat induk 3,5 sampai 7 kg). Pemijahan Alami.

6. Wadah Pemijahan

  • Ukuran bak induk 30-100 ton dengan kedalaman 1,5-3,0 meter berbentuk bulat dilengkapi aerasi kuat menggunakan “diffuser” sampai dasar bak serta ditutup dengan jaring.
  • Pergantian air minimal 150 % setiap hari, Kepadatan tidak lebih dari satu induk per 2-4 m3 air. Pemijahan umumnya pada malam hari. Induk jantan mengeluarkan sperma dan induk betina mengeluarkan telur sehingga fertilisasi terjadi secara eksternal.

7. Pemijahan Buatan.

  • Pemijahan buatan dilakukan melalui rangsangan hormonal. Hormon berbentuk cair diberikan pada saat induk jantan dan betina sudah matang gonad sedang hormon berbentuk padat diberikan setiap bulan (implantasi).
  • Induk bandeng akan memijah setelah 2-15 kali implantasi tergantung dari tingkat kematangan gonad. Hormonyang digunakan untuk implantasi biasanya LHRH –a dan 17 alpha methyltestoterone pada dosis masing-masing 100-200 mikron per ekor induk (> 4 Kg beratnya).
  • Pemijahan induk betina yang mengandung telur berdiameter lebih dari 750 mikron atau induk jantan yang mengandung sperma tingkat tiga dapat dipercepat dengan penyuntikan hormon LHRH- a pada dosis 5.000-10.000IU per Kg berat tubuh.
  • Volume bak 10-20 kedalaman 1,5-3,0 meter berbentuk bulat terbuat dari serat kaca atau beton ditutup dengan jaring dihindarkan dari kilasan cahaya pada malam hari untuk mencegah induk meloncat keluar tangki.

8. Penanganan Telur.

  • Telur ikan bandeng yang dibuahi berwarna transparan, mengapung pada salinitas > 30 ppt, sedang tidak dibuahi akan tenggelam dan berwarna putih keruh.
  • Selama inkubasi, telur harus diaerasi yang cukup hingga telur pada tingkat embrio. Sesaat sebelum telur dipindahkan aerasi dihentikan. Selanjutnya telur yang mengapung dipindahkan secara hati-hati ke dalam bak penetasan/perawatan larva. Kepadatan telur yang ideal dalam bak penetasan antara 20-30 butir per liter.
  • Masa kritis telur terjadi antara 4-8 jam setelah pembuahan. Dalam keadaan tersebut penanganan dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menghindarkan benturan antar telur yang dapat mengakibatkan menurunnya daya tetas telur. Pengangkatan telur pada fase ini belum bisa dilakukan.
  • Setelah telur dipanen dilakukan desinfeksi telur yang menggunakan larutan formalin 40 % selama 10-15 menit untuk menghindarkan telur dari bakteri, penyakit dan parasit.

9. Pemeliharaan Larva.

  • Air media pemeliharaan larva yang bebas dari pencemaran, suhu 27-310 C salinitas 30 ppt, pH 8 dan oksigen 5-7 ppm diisikan kedalam bak tidak kurang dari 100 cm yang sudah dipersiapkan dan dilengkapi sistem aerasi dan batu aerasi dipasang dengan jarak antara 100 cm batu aerasi.
  • Larva umur 0-2 hari kebutuhan makananya masih dipenuhi oleh kuning telur sebagai cadangan makanannya. Setelah hari kedua setelah ditetaskan diberi pakan alami yaitu chlorella dan rotifera. Masa pemeliharaan berlangsung 21-25 hari saat larva sudah berubah menjadi nener.
  • Pada hari ke nol telur-telur yang tidak menetes, cangkang telur larva yang baru menetas perlu disiphon sampai hari ke 8-10 larva dipelihara pada kondisi air stagnan dan setelah hari ke 10 dilakukan pergantian air 10% meningkat secara bertahap sampai 100% menjelang panen.
  • Masa kritis dalam pemeliharaan larva biasanya terjadi mulai hari ke 3-4 sampai ke 7-8. Untuk mengurangi jumlah kematian larva.
  • Nener yang tumbuh normal dan sehat umumnya berukuran panjang 12-16 mm dan berat 0,006-0,012 gram dapat dipelihara sampai umur 25 hari saat penampakan morfologisnya sudah menyamai bandeng dewasa.

10. Pemberian Pakan Alami & Pakan Buatan

  • Menjelang umur 2-3 hari atau 60-72 jam setelah menetas, larva sudah harus diberi rotifera (Brachionus plicatilis).
  • Kepadatan rotifera pada awal pemberian 5-10 ind/ml dan meningkat jumlahnya sampai 15-20 ind/ml mulai umur larva mencapai 10 hari. Berdasarkan kepadatan larva 40 ekor/liter, jumlah chlorella : rotifer : larva = 2.500.000: 250 : 1 pada awal pemeliharaan atau sebelum 10 hari setelah menetas.
  • Pakan buatan (artificial feed) diberikan apabila jumlah rotifera tidak mencukupi pada saat larva berumur lebih dari 10 hari. Sedangkan penambahan Naupli artemia tidak mutlak diberikan tergantung dari kesediaan makanan alami yang ada.   Perbandingan yang baik antara pakan alami dan pakan buatan bagi larva bandeng 1 : 1 dalam satuan jumlah partikel. Pakan buatan yang diberikan mengandung protein sekitar 52%.

11. Panen

Pemanenen sebaiknya diawali dengan pengurangan volume air dalam tangki benih kemudian diikuti dengan menggunakan alat panen yang dapat disesuaikan dengan ukuran nener, memenuhi persyaratan hygienis dan ekonomis. Serok yang digunakan untuk memanen benih harus dibuat dari bahan yang halus dan lunak berukuran mata jaring 0,05 mm supaya tidak melukai nener.  Nener tidak perlu diberi pakan sebelum dipanen untuk mencegah penumpukan metabolit yang dapat menghasilkan amoniak dan mengurangi oksigen terlarut secara nyata dalam wadah pengangkutan.

Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Semoga Bermanfaat...

Pengembangan Produk BREADED Ikan

Permakluman:

Channel youtube ?DIREKTORAT BMP? Yang kini berubah nomenklaturnya menjadi ?DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN BINA MUTU?, adalah keliru satu Eselon dua pada Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan & Perikanan, Kementerian Kelautan & Perikanan.

Sumber video dan materi:

? Semoga jaya terus kelautan & perikanan.

? Penanyangan balik video ini menjadi keliru satu materi penyuluhan perikanan tertayang, merupakan keliru upaya pada mensosialisasikan pengembangan & penguatan daya saing produk kelautan & perikanan; serta upaya mendukung gerakan memasyarakatkan getol makan ikan.

? Produk-produk yg ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

#Tag :

Pembenihan ikan Gurame

Ikan gurami merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Merupakan salah satu ikan labirinth dan secara taksonomi termasuk famiii Osphronemidae. Ikan gurami adalah salah satu komoditas yang banyak dikembangkan oleh para petani hal ini dikarenakan permintaan pasar cukup tinggi, pemeliharaan mudah serta harga yang relative stabil. Secara morfologi, ikan ini memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah.  Sirip ekor membulat jari-jari lemah pertama sirip perut merupakan benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba.  Tinggi badan 2,0 s/d 2,1 kali dari panjang standar. Pada ikan muda terdapat garis-garis tegak berwarna hitam berjumlah 8 sampai dengan 10 buah dan pada daerah pangkal ekor terdapat titik hitam bulat.

A. Pemijahan

Ikan gurami dapat memijah sepanjang tahun, namun produktifitasnya lebih tinggi terutama pada musim kemarau. Adapun hal yang perlu diperhatikan untuk pemijahan ini adalah padat tebar induk, tata letak sarang, panen telur dan  kualitas  air  media  pemijahan. Betina dicirikan dari bentuk kepala dan rahang serta adanya bintik hitam pada kelopak  sirip.     Induk  jantan  ditandai dengan adanya benjolan di kepala bagian atas, rahang bawah yang tebal terutama pada saat musim pemijahan dan tidak adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada.  Sedangkan induk betina ditandai dengan bentuk kepala bagian atas datar, rahang bawah tipis dan adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada.

Ikan gurami memiliki daging yang tebal dan rasa yang khas. Padat tebar induk adalah 1 ekor/5 m  dengan perbandingan jumlah jantan : betina adalah 1 : 3 atau 1: 4. Penebaran induk di kolam pemijahan dapat dilakukan secara berpasangan (sesuai perbandingan) pada kolam yang disekat ataupun secara komunal (satu kolam diisi beberapa pasangan).  Induk betina dapat memproduksi telur 1.500 sampai dengan 2.500 butir/kg induk.
Penempatan sarang ikan gurame

Sarang diletakkan 1 s/d 2 m dari tempat bahan sarang dengan kedalaman 10 s/d  15  cm  dari  permukaan  air.  Sarang dipasang   mendatar   sejajar   dengan permukaan air dan menghadap ke arah tempat  bahan  sarang.  Tempat  bahan sarang diletakkan di permukaan air dapat berupa anyaman kasar dari bambu atau bahan  lainnya  diatur  sedemikian  rupa sehingga  induk  ikan  mudah  mengambil sabut kelapa/ijuk untuk membuat sarang Pembuatan  sarang  dapat  berlangsung selama  1  sampai   dengan   2   minggu bergantung   pada   kondisi   induk   dan lingkungannya.

Pemeriksaan sarang yang sudah berisi telur dapat dilakukan dengan cara meraba dan menggoyangkan sarang secara perlahan atau dengan menusuk sarang menggunakan lidi/kawat dan menggoyangkannya. Sarang yang sudah berisi  telur  ditandai  dengan   keluarnya minyak/telur dari sarang ke permukaan air. Sarang yang sudah berisi telur diangkat Telur dipisahkan dari sarang dengan cara membuka sarang secara hati-hati. Karena mengandung minyak, telur akan mengambang di permukaan air. Telur yang baik berwarna kuning bening sedangkan telur berwarna kuning keruh dipisahkan dan dibuang karena telur yang demikian tidak akan menetas.  Minyak yang timbul dapat diserap memakai kain. Kualitas media pemijahan yang baik adalah suhu 25 s/d 30° C, Nilai pH 6,5 s/d 8,0, aju pergantian air 10 s/d 15 % per hari dan ketinggian air kolam 40 s/d 60 cm.

B.  Penetasan Telur

Padat tebar telur 4 s/d 5 butir/cm2 dengan  ketinggian air 15 s/d 20 cm.  Kepadatan  dihitung  per  satuan  luas permukaan wadah sesuai dengan sifat telur yang mengambang. Untuk mempertahankan kandungan oksigen terlarut, di dalam media Penetasan perlu ditambahkan aerasi kecil tetapi harus dijaga agar telur tidak teraduk Kualitas air media  penetasan  yang  baik adalah suhu 29 s/d 30° C, nilai pH 6,7 s/d 8,6 dan bersumber dari air tanah. Bila air sumber mengandung karbondioksida tinggi, nilai pH rendah atau  mengandung bahan logam (misalnya besi), sebaiknya air diendapkan dulu selama  24 jam.  Telur akan menetas setelah 36 s/d 48 jam.
Penetasan telur ikan gurame

C.  Pemeliharaan Larva

Setelah telur menetas, larva dapat terus dipelihara di corong penetasan/waskom sampai umur 6 hari kemudian dipindahkan ke akuarium. Bila penetasan    dilakukan    di    akuarium, pemindahan larva tidak perlu dilakukan. Selama pemeliharaan larva, penggantian air hanya perlu dilakukan untuk membuang minyak bila minyak yang dihasilkan ketika penetasan cukup banyak. Sedangkan bila larva sudah diberi makan, penggantian air dapat disesuaikan dengan kondisi air yaitu bila sudah banyak kotoran dari sisa pakan dan Faeces. Pemeliharaan larva di akuarium dilakukan dengan padat tebar 15 s/d 20 ekor/liter. Pakan mulai diberikan pada saat larva berumur 5 s/d 6 hari berupa cacing Tubifex, Artemia, Moina atau Daphnia yang disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Kualitas air sebaiknya dipertahankan pada tingkat suhu 29 s/d  30° C, nilai pH 6,5 s/d 8,0 dan ketinggian air 1.5 s/d 20 cm.
Perawatan larva ikan gurame

D.  Pendederan I, II, III, IV dan V

Pemeliharaan benih pada pendederan I sampai dengan V dapat dilakukan di akuarium atau kolam.  Di akuarium dilakukan sama seperti halnya pemelihaaran larva tetapi perlu dilakukan penjarangan. Sedangkan di kolam perlu dilakukan kegiatan persiapan kolam yang meliputi  pengolahan  tanah  dasar  kolam, pengeringan,   pengapuran,   pemupukan, pengisian air dan pengkondisian air kolam. Pengolahan  tanah  dasar  kolam  dapat berupa  pembajakan,   peneplokan   dan perbaikan pematang kolam.  Pengeringan dilakukan selama 2 s/d 5 hari (tergantung cuaca).

E.  Penyakit

Bila  teridentifikasi  ikan  terserang parasit pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian garam   500 s/d 1.000 mg/l dengan cara perendaman selama 24 jam. Sedangkan bila teridentifikasi terserang bakteri pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian oxytetracycline dengan dosis 5 s/d 10 mg/liter secara perendaman selama 24 jam.

Semoga Bermanfaat...

Pengembangan Produk Fish Finger

Permakluman:

Channel youtube ?DIREKTORAT BMP? Yang kini berubah nomenklaturnya menjadi ?DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN BINA MUTU?, merupakan salah satu Eselon 2 dalam Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan & Perikanan, Kementerian Kelautan & Perikanan.

Sumber video & materi:

? Semoga jaya terus kelautan dan perikanan.

? Penanyangan balik video ini menjadi salah satu materi penyuluhan perikanan tertayang, merupakan keliru upaya pada mensosialisasikan pengembangan & penguatan daya saing produk kelautan & perikanan; dan upaya mendukung gerakan memasyarakatkan gemar makan ikan.

? Produk-produk yang ditampilkan merupakan Produk Olahan Hasil Perikanan Karya Finalis Lomba Inovator Pengembangan Produk Perikanan, Kementerian Kelautan & Perikanan.

#Tag :

Teknik Pemijahan Ikan Cupang

Permintaan komoditi ikan hias belakangan ini terus meningkat terutama bagi masyarakat di perkotaan.  Pada umumnya ikan hias yang banyak diminati oleh konsumen adalah ikan hias air tawar, karena relatif mudah dalam pemeliharaan atau perawatannya . peruntukaan konsumen ikan hias masih terbatas pada fungsi ornamen dalam skala terbatas (pemajangan di akuarium, kolak kolam hias di sekitar rumah tempat tinggal).

Pelaku utama kegiatan bisnis buddiaya ikan hias masih sangat terbatas sebagai akibatnya menaruh peluang yg cukup prospektif bagi para penggemar ikan hias buat melakukan budidaya secara komersial. Di antara sekian poly jenis ikan hias air tawar yang sedang berkembang, antara lain adalah ikan hias cupang (Betta spendens) yg pemeliharaannya cukup sederhana namun sulit dilakukan jika nir memperhatikan teknologi cara budidaya yang baik.

PEMIJAHAN IKAN CUPANG

A. Pemeliharaan Induk

Pemeliharaan induk sangat menentukan kualitas induk yang akan di pijah.  Induk cupang akan menghasilkan anak yang berkualitas apabila pemeliharaan induknya baik. Calon induk harus dirawat dengan sebaik mungkin, induk ditempatkan di dalam botol secara tepisah agar tidak saling beradu. Pakan yang diberikan pada induk ikan hias cupang adalah jentik nyamuk, karena jentik nyamuk dapat memacu proses kematangan gonad. Jika pakan yang diberikan berupa cacing, maka telur akan sulit keluar karena tertutup oleh lemak.
Induk jantan dan betina ikan cupang

Jentik nyamuk yg diberikan wajib higienis dan segala kotoran ,tujuannya untuk menghindari tejadinya penyakit. Jentik nyamuk merupakan yang baik bagi induk karena mengandung protein yg tinggi sedangkan cacing sutera adalah pakan alami yang poly mengandung lemak dan meningkatkan kecepatan pertumbuhan sehingga cocok buat diberikan dalam anak cupang.

B. Seleksi Induk

Sebelum melakukan seleksi induk terlebih dahulu kita wajib mengetahui ciri-ciri Ikan cupang :

Ciri-karakteristik ikan cupang secara umum :

  • Ramping dan pipih kesamping
  • Ukurannya antara 6,5-7,5
  • Warna dasar badan ada yang biru tua, merah, hijau biru ikan cupang betina

Ciri – ciri cupang bentina :
Induk ikan betina cupang

  • Ukuran badan lebih besar pada umur yang sama
  • Ekor lebih pendek dari ikan cupang jantan
  • Perut kelihatan membesar
  • Tidak suka berkelahi bila dicampur
  • Pada perut bagaian bawah kelihatan ada telur
  • Umur minimal 6—7 bulan

Ciri-ciri ikan cupang jantan :
Induk ikan jantan cupang

  • Warna badan lebih cerah dari induk betina
  • Bentuk ekor Iebih panjang dan betina
  • Bila digabung dengan cupang lain akan berkelahi

Perbedaan jantan & betina ikan cupang

Untuk mengasilkan cupang jantan lebih poly dan dalam betina induk betina tidak boleh dipijahkan lebih menurut lima kali. Seleksi unduk dilakukan jika seluruh persiapan sarana pendededaran sudah selesai. Ciri - ciri induk ikan hias cupang siap pijah jantan & betina merupakan telah membuat sarang busa.

C. Pemijahan

Adapun langkah persiapan buat pemijahan merupakan menjadi berikut :

  • Isi ember dengan air bersih sebanyak 1/2 dan tinggi ember.
  • Masukkan induk cupang ke dalam ember tersebut.
  • Masukkan bersama wadahnya ke dalam ember pemijahan.
  • Biarkan induk jantan membuat sarang busa dan sampai kelihatan tidak menyerang induk betina.
  • Letakkan substrat pelekat telur yang dapat terbuat dari potongan daun pisang atau daun enceng gondok.
  • Gabung induk betina dan induk jantan.
  • Taruh di tempat yang gelap dan terhindar dan suara bising.

Induk jantan & betina sedang memijah

Bila induk jantan dan betina benar- benar telah siap, pemijahan akan terjadi pada siang hari sekitar pukul 09.00-13.00, yaitu 12 jam setelah digabung. Induk jantan dan betina akan terlihat saling berbelit sambil mengeluarkan telur dan sperma.  Telur yang dikeluarkan oleh induk betina akan melekat. Kelihatan lebih putih dari sarang busa. Setelah pemijahan selesai, induk betina segera dipindahkan agar tidak  memakan telurnya sendiri, sedangkan induk jantan dibiarkan bersama telur tugas menjaga telur sampai menetas dan siap deder.   Fekunditas ikan cupang secara umum adalah 300-500 butir, tetapi jumlah telurnya tergantung pada besar kecilnya induk dan frekwensi pemijahan.

D.  Penetasan

Penetasan terjadi setelah 2 x 24 jam. Ciri telur yang telah menetas adalah terlihat bintik hitam pada sarang busa, bintik hitam tersebut adalah larva cupang.
Larva ikan cupang

Larva akan tetap menempel pada sarang busa sampai umur 3 hari. Sebagai makanannya masih mengandalkan kuning telur yang ada pada larva tersebut. Setelah berumur 3 hari dan terlihat  menyebar menandakan kuning telurnya sudah habis dan siap didederkan setelah itu induk jantan segera dipindahkan ke tempat pemeliharaan induk.

Sumber : Aripudin. Cara Budidaya Ikan Cupang. 2019

Semoga Bermanfaat...

Vertikal Aquaponik Sederhana

Yth. Bapak/Ibu/Teman/Rekan-rekan.

Mohon donasi like dan subscibe youtube penyuluhan perikanan kami.

Atas perkenan dan

bantuannya, kami ucapkan terrima kasih banyak.

#Tag :