Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seiring dengan bertambahnya penduduk dan pesatnya perkembangan industri terhadap kebutuhan garam, hal ini ada beberapa  permasalahan pokok yang perlu diselesaikan secara bersama oleh instansi yang terkait dengan produksi garam nasional, adapun permasalahan tersebut diantaranya adalah tentang teknologi dan teknis produksi.

Bila dilihat berdasarkan masalah teknologi

Petani garam dalam proses pembuatan garam  menggunakan cara yang sangat sederhana yaitu menguapkan air laut didalam petak pegaraman dengan tenaga sinar matahari tanpa sentuhan teknologi apapun, sehingga walaupun bahan baku melimpah namun salinitas dan polutan yang terlarut sangat beragam, disamping itu areal pegaraman terpencar-pencar dan kepemilikan lahan oleh rakyat sempit, adapun hal – hal yang lain adalah sebagai berikut :

a. Areal sarana

Luas areal pada pegaraman masyarakat yg dimiliki secara perorangan sangat kecil yaitu berkisar antara 0,lima sampai menggunakan lima hektar per unit dengan penataan petak peminihan menggunakan petak kristalisasi yang nir memenuhi persyaratan dimana petak peminihan lebih sangat luas dibandingkan menggunakan petak kristalisasi

b. Proses

Secara umum dalam proses produksi garam rakyat adalah total kristalisasi , dimana air tua yang berada dimeja peminihahan bila dianggap mencukupi kepekatanya langsung dialirkan kemeja – meja kristalisasi, tanpa pengontrolan kepekatan larutan air garam yang memenuhi syarat. Selain hal tersebut juga didalam pemadatan atau pengolahan meja kristalisasi  kurang bagus atau kurang padat sehingga pada saat pemanenan kemungkinan permukaan meja tanahnya akan ikut terbawa sehingga warna kristal garam akan menjadi keruh atau coklat.

c. Produktifitas :

Produktifitas rata – rata petani garam berkisar 60 ton sampai 80 ton  per hektar permusim dikarenakan petakan – petakan proses produksi garam masih belum tertata secara benar atau  tetap sama secara turun temurun tanpa sentuhan teknologi apapun

d. Mutu garam

Garam yang dihasilkan dalam  bentuk kristal yang kecil dan rapuh hal ini dikarenakan pada proses pelepasan air tua yang belum saatnya serta waktu pemanenan yang terlalu pendek yakni berkisar 3 s.d 5 hari

Masalah Teknologi Produksi

a. Teknis Produksi

Peralatan dan cara produksi masih sederhana, saluran air bahan baku tidak tertata sehingga pasokan air sebagai bahan baku tidak kontinyu, Kemampuan petani garam didalam mengolah lahan garam untuk peningkatan produksi  terpusat di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, sedangkan SDM di Indonesia Timur kualitasnya masih harus ditingkatkan.

b. Iklim

Musim kering pada pulau jawa relative pendek yaitu berkisar 4 s.D. 5 bulan pertahun menggunakan kelembaban yang tinggi, sehingga produktivitas garam pertahun rendah, sedangkan buat Indonesia timur musim kering hingga 7 s.D. 8 bulan

c. Produktivitas Lahan

Produktivitas lahan garam warga rata ? Homogen masih rendah yaitu lebih kurang 60 s.D 80 ton/ha/ekspresi dominan

d. Kualitas Produk

Kualitas produk tidak seragam menggunakan kandungan zat pencemar yang tinggi. Sehingga buat peningkatan kualitas atau pemurnian kristal garam melalui pembersihan mengakibatkan naiknya porto, sang Lantaran itu garam warga cenderung dijual menggunakan kualitas seadanya. Sebagai perbandingan garam konsumsi produksi PT. Garam mengandung NaCl 95 % ? 97 %, sedangkan garam masyarakat mengandung NaCl lebih kecil menurut 95%.

e. Sarana dan Prasarana

Sarana & prasarana garam warga belum tertata & kurang memadai. Tata letak pegaraman masyarakat umumnya tidak teratur & terpencar-pencar, sarana jalan yang menghubungkan petak/lahan menggunakan jalan raya menjadi sarana transportasi hampir dikatakan tidak ada atau nir memadai. Hal ini mengakibatkan porto angkut ke tepi jalan raya (transportasi ke atas truk pengangkut) sebagai tinggi sebagai akibatnya pendapatan pembudidaya garam dalam biasanya sebagai lebih kecil karena dipotong biaya transport yang relatif akbar.

Berdasarkan masalah yg terdapat saat ini maka buat menaikkan produksi & kualitas garam rakyat perlu terdapat sentuhan teknologi bagi pembudidaya garam masyarakat. Adapun buat peningkatan produksi perlu penataan lahan yg ada yaitu merobah huma berdasarkan tradisional menjadi semi intensif , karena pada huma tradisional umumnya terdiri menurut : kolam penampung air belia, kolam peminihan, meja kristalisasi sedangkan kolam penampung air tua hanya terdapat disekitar meja kristalisasi yang berbentu parit. Pada lahan semi intensif terdiri menurut kolam penampung air belia, kolam peminihan, kolam ulir , kolam penampung air tua & meja kristalisasi. Dari perbedaan tersebut dalam huma semi intensif akan cepat didapat air tua yaitu dengan penambahan kolam ulir, dan untuk mempertinggi produksi garam diperluasnya meja kristalisasi hal ini nir perlu dikawatirkan kekurangan air tua lantaran stok air tua telah tersedia di kolam penampung air tua.

Sedangkan buat menaikkan mutu garam masyarakat yg perlu dilaksanakan oleh pembudidaya garam merupakan pengontrolan air tua yang akan dilepas kemeja kristalisasi dimana air tua yang akan dilepas harus memiliki kepekatan 25? Be agar didapat kristal garam yg baik yaitu kristal garam tersebut nir mudah rapuh dengan saat pemanenan minimal 10 hari.

Selain hal tersebut yang perlu mendapat perhatian adalah kondisi meja kristalisasi, karena pada umumnya pembudidaya garam rakyat selama musim kemarau ingin memanen garamnya secara terus menerus, tidak lagi memperhatikan kondisi lapisaan atas meja kristalisasi, padahal dengan pemanenan yang terus menerus menyebabkan tanah lapisan atas meja kristalisasi akan rusak, sehingga akan didapat kristal garam yang warnanya keruh atau kecoklatan.  Untuk mencegah hal tersebut maka pada pembudidaya garam rakyat dalam proses pembuatan garamnya disarankan dengan TEKNOLOGI GEO MEMBRANE

Lahan Garam dengan Teknologi Geo Membrane

Berdasarkan dari masalah teknologi dan produksi terhadap garam warga maka saat ini Balai Pendidikan & Pelatihan Perikanan ( BPPP ) Tegal pada upaya menaikkan hasil produksi & kualitas garam warga maka dalam pob. La training yang diterapkan pada pembudidaya garam warga membuatkan metode teknologi geo membrane dimana dalam metode tadi akan didapat garam yg berkualitas sesuai standart SNI dan produksi garam yg didapatkan akan mengalami peningkatan

Tahapan teknologi geo membrane

1. Lahan yang mau digunakan wajib pada rubah tata letaknya yaitu berdasarkan huma tradisional menjadi semi intensif perubahan tata letak ini dimaksudkan buat menaikkan output produksi, dimana dalam huma semi intensif terdiri menurut beberapa petakan

a. Kolam penampung air belia

b. Butir kolam peminihan

c. Kolam ulir

d. Kolam penampung air tua

e. Meja kristalisasi

Dari perubahan lahan tadi akan dapat meningkatan produksi yang sangat nyata yaitu mencapai 40% sampai 60% hal ini disebabkan dari perbandingan luas huma dimana 35 % luas lahan dipakai buat kolam penampung air tua, kolam peminihan, kolam ulir dan kolam penampung air tua, sedangkan 65 % dipakai buat meja kristal, selain produksi meningkat laba yang lain berdasarkan sistim semi intensif ini merupakan masa produksi yang lebih cepat dimana dalam waktu 14 hari akan cepat didapat air tua sedangkan pada lahan tradisional untuk menerima air tua hingga 30 hari.

B. Melapisi meja kristalisasi menggunakan terpal plastik

Untuk menaikkan mutu garam masyarakat yang waktu ini menjadi tuntutan pasar maka petani garam wajib mau menambah wahana yang terdapat. Karena waktu ini produksi garam warga dinilai kurang memenuhi kondisi SNI, yakni nilai NaCl yg rendah, warna buram agak coklat dan rapuh. Oleh karenanya buat mengatasi pertarungan yg terdapat maka saat ini dikembangkan teknologi geo membrane. Didalam teknologi geo membrane semua meja kristalisasi dilapisi terpal plastik hal ini buat mengklaim terhadap kebersihan produksi garam.

Dengan teknologi geo membrane pembudidaya garam rakyat selama musim garam dapat memanen garamnya secara terus menerus, tidak perlu khawatir lagi terhadap kwalitas garam yang dihasilkan karena kristal – kristal garam tersebut tidak bersentuhan dengan tanah, sehingga akan didapat kristal garam yang putih, bersih dan berbobot. Selain pada meja kristalisasi yang dilapisi dengan terpal plastik juga pada saluran pemasukan air tua dari kolam penampung air tua ke meja kristalisasi perlu dilapisi terpal plastik, hal ini dimaksudkan untuk mencegah lumpur tanah yang ada pada saluran pemasukan jangan sampai terbawa masuk ke meja kristalisasi, pada saat  membagi masuknya air tua ke meja –meja kristalisasi.

C. Terpal Plastik yang pada gunakan

Terpal plastik yang digunakan untuk geo membrane bisa menggunakan  nomor A 12 atau plastik HDPE dengan ketebalan 500 mikron, karena plastic ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, dimana dalam penggunaanya mampu bertahan sampai empat musim garam dengan perawatan yang baik. Di dalam perawatan plastic ini, apabila tidak musim garam harus di lepas dari meja kristalisasi kemudian dicuci dan digulung kembali terus disimpan dalam bak air, jangan disimpan pada tempat yang kering, karena kemungkinan akan dirusak oleh tikus.

D. Cara Pemasangan geo membrane

*      Ukur luasan plastik geo membrane yang akan di gunakan

*      Buat galengan pada meja kristalisasi sesuai dengan luasan plastik geo membrane

*      Guluk atau padatkan meja kristalisasi agar permukaan meja kristalisasi rata.

*      Bentangkan plastik geo membran pada meja kristalisasi hingga menutupi seluruh permukaan galengan.

*      Kuatkan pada tepi plastik geo membrane dengan cara memberi pasak kayu pada bagian tepi plastik geo membrane.

Sumber: Drajat, 2014. Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran di download pada laman http://www.puslat.kkp.go.id/web/frontend/artikel.php?p=view&id=ARID000028

DAFTAR PUSTAKA

Aris Kabul, 2011. Ramsol,Dirjen KP3K Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia    Jakarta.

Buku Panduan Pembuatan Garam Bermutu 2002. Badan Riset Kelautan dan Perikanan.Pusat Riset Wilayah Laut dan  Sumberdaya  Nonhayati. Proyek Riset Kelautan dan Perikanan .

Pemberdayaan Garam Rakyat.2003. Direktorat Jendral Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran Departemen Kelautan dan Perikanan

Buku Panduan Diklat Teknis Pemberdayaan Garam Rakyat 2010. Balai Diklat Perikanan Tegal.

HEADLINE TV (hdtv.co.id) terus berupaya meningkatkan wawasan dan pengetahuan para pemirsa dan juga menjadi media yang memiliki kredibilitas, kecepatan dan ketepatan dalam menyampaikan informasi di Kalimantan

hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv

MEMAHAMI TEKNIK PENGOLAHAN KERUPUK IKAN

Teknologi Pengolahan Kerupuk Ikan

Kerupuk atau krupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang  atau ikan. Kerupuk dibuat dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah  sinar matahari dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Kerupuk bertekstur garing dan sering dijadikan pelengkap untuk berbagai makanan Indonesia seperti nasi gorengdan gado gado.  Kerupuk udang dan kerupuk ikan adalah jenis kerupuk yang paling umum dijumpai di Indonesia. Kerupuk berharga murah seperti kerupuk aci atau kerupuk mlarat hanya dibuat dari adonan sagu dicampur garam, bahan pewarna makanan, dan bumbu penyedap. Kerupuk biasanya dijual di dalam kemasan yang belum digoreng. Kerupuk ikan dari jenis yang sulit mengembang ketika digoreng biasanya dijual dalam bentuk sudah digoreng. Kerupuk ikan merupakan produk hasil perikanan yang terbuat dari campuran daging ikan dan bumbu-bumbu/bahan-pembantu lainnya melewati proses pengadonan, percetakan, perebusan/pengukusan, pengirisan dan pengiringan.

Bahan :

  • Lumatan daging ikan                      20%                            200 gr

 Bahan pembantu & bahan tambahan :

  • Tepung tapioca                                80%                            800 gr
  • Garam                                                2,5%                           25 gr
  • Gula halus                                        0,5%                           5 gr
  • Soda kue                                           0,1%                           1 gr

Cara menciptakan :

1. Pelumatan daging

Daging ikan dilumatkan menggunakan memakai alat pelumat daging (grinder) atau dilumatkan secara manual menggunakan cara dicincang menggunakan pisau

2. Pembuatan bubur ikan

Daging ikan yg telah lumat lalu dibubuhi dua,5% garam, 0,lima% gula, 0,7% vetsin, 0,1% soda kudapan manis berdasarkan total jumlah tepung & ikan yang dipakai

a. Pembuatan tajin

Perbandingan antara daging ikan dan tepung tapioca dalam pengolahan kerupuk ini adalah 1:4.  Ambil tepung sebanyak 10% dari jumlah tepung kemudian larutkan dalam air dingin hingga tepung larut dalam air (jumlah air yang digunakan sesuai dengan jumlah tepung yang akan dilarutkan).  Panaskan air (+ 50 % dari total jumlah tepung dan ikan yang digunakan) hingga mendidih, selanjutnya tuang air panas tersebut sedikit demi sedikit ke dalam tepung yang sudah dilarutkan, sambil diaduk cepat sampai larutan tepung menjendal menyerupai lem yang berwarna putih bersih. Air panas yang disediakan tidak selalu harus habis, penambahan air dihentikan pada saat larutan sudah mulai menjendal.

B. Pembuatan campuran

Campurkan bubur ikan kedalam tajin dan diaduk, kemudian tambahkan tepung tapioca sedikit demi sedikit serta diaduk sampai homogen.  Penambahan tepung dilakukan sampai adonan bila dipegang tidak lengket di tangan.

Pencetakan

Adonan dicetak sesuai menggunakan bentuk yg diinginkan.

D. Pengukusan

Pengukusan dilakukan selama 30 menit atau sampai matang.  Kerupuk dianggap matang bila adonan yang dikukus ditusuk dengan lidi tidak lengket.  Kemudian kerupuk didinginkan pada suhu ruang selama 1 malam.  Hal ini dimaksudkan agar kerupuk menjadi keras dan memudahkan dalam proses pemotongan.

  • Pemotongan dan Pengeringan

Kerupuk yang sudah kering dipotong-potong sesuai dengan ketebala yang diinginkan.  Selanjutnya dilakukan pengeringan dengan penjemuran di bawah sinar matahari dengan menggunakan para-para sampai kering.  Lama pengeringan kira-kira satu sampai dua hari.

  • Penggorengan

Setelah kerupuk kemarau, lalu dilakukan penggorengan menggunakan pemanasan dalam suhu 200?C atau sampai kerupuk mekar.

  • Pengemasan

Kerupuk dikemas sesuai kebutuhan, dalam bentuk mentah juga matang

Sumber: www.Teraskreasi.Com

http://www.Bbp2hp.P2hp.Kkp.Go.Id/artikel-749-kerupuk-ikan.Html#ixzz3NS27xqJv

MEMAHAMI TEKNIK PEMBUATAN SOSIS IKAN

SOSIS IKAN

Sosis ikan adalah salah satu olahan yang terbuat dari daging ikan yg telah dihaluskan dan ditambah dengan bumbu-bumbu, kemudian dibungkus/dikemas dengan pengemas yang biasa disebut ?Casing?. Jenis-jenis ikan yg bisa digunakan menjadi bahan buat menciptakan sosis ikan merupakan ikan kakap, tenggiri, & ikan lainnya. Di samping itu ada beberapa jenis ikan dasar yang adalah hasil samping tangkapan udang (golongan trasfish) misalnya bloso, selanget, kuniran, mata besar , tigawaja, dll. Jenis-jenis ikan tadi termasuk ikan yang harganya nisbi murah, berkulit keras tetapi dagingnya mengandung protein yg sama menggunakan jenis ikan lain. Ikan yg berwarna putih/krem, mampu dimanfaatkan sebagai bahan standar pembuatan sosis ikan. Daging ikan dari golongan trasfish umumnya diolah menjadi surimi yg dapat digunakan menjadi bahan standar sosis ikan.

Bahan Baku:

Surimi/Mince               100 %       700 g

Bahan Tambahan dan Bahan Pembantu:

Garam                           1,5 %     (11 g)

Lada                              0,5 %     (4 g)

Susu Bubuk                     3 %     (21 g)

Bawang Putih                  2 %      (14 g)

Bawang Merah                3 %        (21 g)

Jahe                              0,5 %       (4 g)

Tepung Tapioka               20 %     (140 g)

Sorbitol (gula halus)         2 %     (14 g)

Baking Soda                  0,2 %     (1 g)

Flavour (smoke)            0,5 %     (4 ml)

Minyak Goreng                2 %     (14 ml)

Air Es                   20 %-30 %      (140-210 ml)

Pewarna                  Secukupnya

Peralatan :

  1. Food processor/silent cutter/mixer
  2. Waterbath/Kompor
  3. Panci Perebusan
  4. Pisau Talenan
  5. Sendok
  6. Sodet
  7. Serokan
  8. Stuffer
  9. Plastik Casing
Cara Pengolahan Sosis Ikan :

  1. Surimi dilumatkan bersama dengan garam kedalam Food processor
  2. Adonan kemudian dimasukkan ke dalam cashing (pembungkus sosis) dengan menggunakan alat sosis (stuffer). Setiap panjang tertentu (5 cm) sosis diikat dengan klem secara otomatis atau dengan cara manual.
  3. Sosis hasil cetakan direbus pada suhu 400 C selama 20 menit. Selanjutnya direbus pada suhu 900 C selama 20 menit. Kemudian dinginkan dan dikemas.

Sumber: www.Teraskreasi.Com

http://www.Bbp2hp.P2hp.Kkp.Go.Id/artikel-748-sosis-ikan.Html#ixzz3NS3BherD

Lembaga Sertifikasi Produk Hasil Perikanan (LSPro-HP)

Organisasi Lembaga Sertifikasi Produk Hasil Perikanan (LSPro-HP) dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.61/MEN/2009 Tentang Pemberlakuan Wajib Standar Nasional Indonesia Bidang Kelautan dan Perikanan dan Peraturan Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Nomor 01/PER-DJP2HP/2013 Tentang Lembaga Sertifikasi Produk Hasil Perikanan yang berlokasi di Jl. Raya Setu No. 70, Cipayung Jakarta Timur 13880  Telp./fax (021) 84997969/ 84999370 email:lsprohp@mail.com

LSPro-HP adalah merupakan lembaga nonstruktural yang bersifat mandiri dan berada di bawah tanggung jawab Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

LSPro-HP merupakan lembaga yang bersifat independen, impartial dan professional dalam operasinya.

LSPro-HP selalu menggunakan standar produk yang diakui oleh stakeholder, dan dilaksanakan dengan prinsip efektif dan efisien.

LSPro-HP telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional dengan Nomor LSPr-40-IDN

KEBIJAKAN MUTU

LSPro-HP sebagai lembaga sertifikasi produk dilaksanakan berdasarkan Pedoman BSN SNI ISO/IEC 17065:2012 (Conformity assessment – Requirements for bodies certifying products, processes and services).

Manajemen LSPro-HP menjamin konsistensi dalam mengoperasikan tunjangan profesi berdasarkan SNI ISO/IEC 17065:2012 dengan menjaga ketidakberpihakan & independensi menggunakan kegiatan training maupun konsultasi dilingkup yang sama menggunakan bidang sertifikasi.

LSPro-HP menjamin bahwa persyaratan SNI ISO/IEC 17065:2012 dan Panduan Mutu ini serta dokumen pendukungnya dimengerti, dilaksanakan, dan dipelihara oleh semua personil tetap maupun personil kontrak.

Dalam melaksanakan sertifikasi, LSPro-HPselalu menggunakan standar produk yang diakui sang stakeholder, & dilaksanakan dengan prinsip efektifitas & efisiensi.

VISI dan MISI

Visi LSPro -HP adalah menjadi Lembaga Sertifikasi Produk yang maju, mandiri, berdaya saing, dan terpercaya.

Misi LSPro-HP adalah:

a.     Meningkatkan kompetensi sumber daya LSPro-HP (Sumber Daya Manusia dan Sarana Prasarana)

b.     Meningkatkan kemandirian LSPro-HP

c.     Meningkatkan daya saing pelayanan LSPro-HP

d.     Meningkatkan kepercayaan konsumen  terhadap mutu  sertifikasi LSPro-HP

Sumber: www.Teraskreasi.Com

http://www.Bbp2hp.P2hp.Kkp.Go.Id/artikel-719-forum-tunjangan profesi-produk-output-perikanan-lsprohp.Html#ixzz3NS5PCfZH

TEKNIK PRODUKSI TELUR PADA PEMBENIHAN IKAN LELE

A. Menyeleksi Induk

Tujuan  dari  seleksi  induk  adalah  mendapatkan  induk yang sehat, tidak cacat dan memiliki pertumbuhan yang baik sehingga layak untuk dijadikan induk dan siap untuk dipijahkan.

Prosedur kerja untuk menyeleksi induk :

1. Keringkan kolam pemeliharaan induk.

dua. Tangkap   induk   jantan   maupun   betina   dari   kolam pemeliharaan secara hati - hati dengan menggunakan seser induk (berbahan halus).

Tiga. Siapkan wadah sementara buat meletakkan induk yang ditangkap misalnya tong, bak fiberglass, drum & sebagainya yg telah diisi air.

4. Letakkan induk jantan & betina ke dalam wadah yang telah disiapkan secara terpisah.

lima. Seleksi  tingkat  kematangan  gonad  induk  dengan  cara melihat urogenitalnya dan meraba bagian perut induk, dengan kondisi induk sehat, tidak cacat dan badan secara

keseluruhan mulai dari ujung ekspresi hingga ujung sirip ekor wajib mulus (nir terdapat luka) sinkron dengan persyaratan SNI.

Tabel  4.  Ciri  -  ciri  induk  ikan  lele  yang  matang  gonad sesuai SNI

No

Induk lele

1.

Jantan : urogenital berwarna merah dan meruncing serta panjangnya sudah melampaui pangkal sirip ekor

dua.

Betina  :  perut  membesar  dan  terasa  lunak  serta  bila diurut ke arah anus akan mengeluarkan telur berwarna hijau kekuningan

Ciri - karakteristik induk lele yg matang gonad merupakan sebagai berikut :

a. Bentuk tubuh : bagian kepala pipih horisontal, bagian badan bundar memanjang & bagian ekor pipih vertikal.

B. Kesehatan : anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh nir cacat dan nir ada kelainan bentuk, indera kelamin nir stigma (rusak), tubuh nir ditempeli jasad patogen, insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan nir berlumut, tutup insang normal dan tubuh berlendir.

c.  Induk jantan yang matang gonad :

1) Alat  kelamin  tampak  jelas,  meruncing,  berwarna kemerahan terletak di dekat lubang anus.

2) Jika   perut   diurut   akan   keluar   cairan   sperma berwarna keputih - putihan.

Tiga) Tulang kepala lebih pipih & ukurannya lebih mini .

4) Warna tubuh lebih gelap.

D. Induk betina yang matang gonad :

1) Alat     kelaminnya     membulat     dan     berwarna kemerahan terletak di dekat lubang anus, lubangnya agak membesar sebagai jalan keluarnya telur.

Dua) Bentuk perut membesar, jika diraba terasa lembek.

3) Jika perut diurut ke arah anus akan keluar telur.

4) Tulang kepala relatif cembung dan ukurannya lebih akbar.

Lima) Warna tubuh lebih terperinci, gerakannya lamban dan jinak.

6) Ambil sampel telur dengan cara memasukkan selang kanulasi < 8 cm kedalam lubang urogenital induk betina untuk mengambil sampel telur dengan cara menyedot   dengan   menggunakan   mulut   sampai sampel telur keluar.

7) Ambil 30 butir sampel telur, amati sampel telur yang diambil  sesuaikan  dengan  warna  dan  fase telur yang siap dipijahkan (lihat tabel 5).

Tabel lima. Kriteria telur induk betina lele

No

Warna

Telur

Fase

Keterangan

1.

Telur muda

Telur belia cenderung berukuran kurang seragam

dua.

Telur yg siap dipijahkan

Ukuran seragam & tidak gampang pecah

tiga.

Telur tua

Telur gampang pecah apabila disentuh

S

8) Selanjutnya, ukur diameternya menggunakan mikroskop yang  dilengkapi  mikrometer,  sesuaikan  diameter hasil pengukuran dengan kriteria diameter telur yang sesuai SNI (lihat tabel 6).

9) Timbang induk jantan & betina yg terseleksi dengan memakai timbangan.

10) Ukur panjang induk menggunakan penggaris. Cara mengukur panjang standar induk sinkron menggunakan SNI, yaitu : mengukur panjang baku dilakukan menggunakan mengukur jarak antara ujung verbal sampai dengan pangkal ekor.

Tabel 6. Kriteria induk sesuai SNI

No

Kriteria

Satuan

Jenis kelamin

Jantan

Betina

1.

Umur

bulan

8 - 12

12 ? 15

dua.

Panjang standar

cm

40 - 45

38 ? 40

tiga.

Bobot matang

pertama

g/ekor

500 - 750

400 ? 500

4.

Fekunditas

buah/kg

-

50.000 -

100.000

lima.

Diameter telur

mm

-

1,4 - 1,5

B. Memijahkan Induk Ikan Lele

Pemijahan induk ikan lele umumnya dilakukan secara alami dan semi alami. Pemijahan alami biasanya dilakukan pada jenis - jenis ikan tertentu saja yaitu ikan yang mudah dipijahkan sepanjang tahun seperti ikan mas, tawes, gurame,  lele  dan  lain  sebagainya.  Sebaliknya  pemijahan ikan semi buatan umumnya dilakukan terhadap ikan yang dipelihara  dalam  lingkungan  yang  tidak  sesuai  dengan faktor lingkungannya di alam.

Prosedur kerja buat memijahkan induk :

1. Siapkan wadah pemijahan

a. Wadah pemijahan sesuai dengan SNI, yaitu wadah pemijahan, penetasan dan pemeliharaan larva bisa berupa bak, baik dengan menggunakan hapa atau tidak.

b. Mengeringkan  wadah  pemijahan  dengan  menutup saluran        pemasukan   air   dan   membuka   saluran pengeluaran air.

c. Membersihkan  kotoran  yang  ada  didasar  maupun dinding wadah dengan cara menyikat dengan sikat dan         spon      pembersih.      Bersihkan      dengan pencampuran desinfektan : kaporit 100 ppm atau diterjen 30 ppm.

d. Membilas  dengan  air  bersih  sampai  kotoran  yang menempel pada dasar dan dinding wadah hilang.

E. Membiarkan air hingga habis dan bilas menggunakan air higienis.

F. Mengeringkan kolam selama 1 hari agar terbebas dari bau kaporit atau diterjen.

dua. Isi air ke dalam wadah pemijahan dengan menggunakan air yang sudah diendapkan dalam tandon air minimal selama 24 jam.

Tahap-tahap   mengisi   air   dalam   wadah   pemijahan adalah:

a. Menutup saluran pengeluaran air.

b. Mengisi    air    dengan    cara    membuka    saluran pemasukan air atau dengan bantuan pompa air ke dalam wadah pemijahan dengan ketinggian air sesuai dengan  SNI.  Ketinggian  air  pemijahan  yang  sesuai SNI untuk ikan lele adalah 25 - 40 cm.

c. Menutup   saluran   pemasukan   air   bila   air   telah mencapai sesuai yang diiinginkan.

d. Memeriksa     saluran     pengeluaran     air     untuk memastikan tidak ada kebocoran.

tiga. Tempatkan  titik  aerasi  secara  merata  kedalam  media pemijahan.

4. Lakukan pemijahan induk yang terseleksi baik secara alami juga semi alami, caranya menjadi berikut :

a. Pemijahan alami

Memijahkan ikan secara alami dilakukan dengan cara memanipulasi lingkungan tanpa perlakuan perangsangan hormon. Persiapan wadah pemijahan yang telah dilakukan adalah manipulasi lingkungan.

Langkah - langkah melakukan pemijahan alami :

1) Memasukkan       kakaban       sebagai       tempat menempelnya telur    dengan    jumlah    cukup menutupi 75 % dasar kolam.

Dua) Meletakkan kakaban 5 diatas dasar kolam & diberikan pemberat berupa batu.

3) Menyusun   kakaban   berjajar   memenuhi   dan mengikuti  panjang  kolam  agar  tidak  ada  telur yang tidak menempel.

4) Memasukkan   induk   jantan   dan   betina   yang terseleksi pada sore hari pukul 1lima.00 - 17.00 ke dalam       wadah  pemijahan  dengan  padat  tebar sesuai SNI (lihat tabel 7).

5) Menutup wadah pemijahan.

6) Membiarkan proses pemijahan selama ? 24 jam.

7) Melakukan pengecekan dalam pagi harinya.

8) Selanjutnya,  memindahkan  indukan  yang  telah memijah dari kolam pemijahan ke dalam wadah pemeliharaan induk.

B. Pemijahan semi alami

Langkah - langkah pada melakukan pemijahan semi alami, yaitu :

1) Memasukkan       kakaban       sebagai       tempat menempelnya  telur    dengan    jumlah    cukup menutupi 75 % dasar kolam.

Dua) Meletakkan kakaban lima centimeter diatas dasar kolam dan diberikan pemberat berupa batu.

3) Menyusun   kakaban   berjajar   memenuhi   dan mengikuti panjang kolam agar tidak ada telur yang tidak menempel.

4) Menyiapkan     peralatan     dan     bahan     untuk pemijahan semi alami seperti : spuit, HCG (human chorionic gonadotropin), aquades atau larutan garam fisiologis 0,7 %. Gunakan alat suntik yang sudah dibersihkan/dicuci dengan air panas atau gunakan alat yang baru.

Lima) Menimbang induk betina dengan timbangan dan tentukan takaran ovaprim.

A) Dosis hormon buatan 0,3 - 0,5 cc per 1 kg berat induk.

B) Menyedot hormon dengan spuit sebesar dosis yang diharapkan.

C) Setelah itu, menyedot aquades atau larutan garam fisiologis 0,7 % menggunakan jarum yang sama sebanyak takaran hormon yg disedot tersebut.

6) Induk   yang   terseleksi   disuntik   dengan   cara sebagai berikut :

a) Menyuntik  induk  yang  akan  dipijahkan pada sore hari jam 16.00 - 17.00.

B) Mengambil induk yg akan disuntik kemudian pada bagian kepala ditutup menggunakan kain basah.

c) Melakukan penyuntikan secara hati - hati disekitar sirip punggung kedalam daging induk (intramuscular) dengan memasukkan jarum suntik dengan kemiringan 30 - 45° sedalam ± 2

- 2,5 centimeter.

d) Setelah  hormon  didorong  masuk,  lalu  jarum dicabut dan     bekas     suntikan     tersebut ditekan/ditutup dengan jari beberapa saat agar hormon tidak keluar.

7) Memasukkan induk jantan dan betina yang telah disuntik pada sore hari pukul 1lima.00 - 17.00 ke dalam wadah pemijahan dengan padat tebar harus sesuai dengan SNI (lihat tabel 7).

Tabel 7. Padat tebar buat pemijahan induk lele sinkron

SNI

No

Induk lele

1.

Padat tebar induk 1 kg induk betina/m² dengan perbandingan bobot  jantan : betina 1 : 2

dua.

Perbandingan jumlah jantan : betina adalah

1 : 1 - 3

8)  Menutup wadah pemijahan.

9)  Membiarkan proses pemijahan selama ± 24 jam.

10)  Melakukan pengecekan pada pagi harinya.

11)  Memasukkan kembali induk yang telah memijah ke dalam wadah pemeliharaan induk.

C. Menghitung Derajat Pembuahan (Fertilisasi Rate)

Derajat   pembuahan   (fertilisasi   rate)   adalah   derajat tingkat pembuahan telur yang telah dihasilkan. Langkah - langkah perhitungannya, sebagai berikut :

1. Ambil sampel telur hasil pemijahan secara rambang sebanyak

5 titik.

dua. Hitung jumlah telur dari sampel yang diambil.

tiga. Amati telur sampel secara visual atau secara mikroskopik satu persatu untuk mengetahui apakah telur dibuahi atau

tidak. Telur yg nir dibuahi bercirikan menggunakan warna putih susu atau sedikit keruh dan terkadang ditumbuhi jamur, sedangkan telur yg dibuahi berwarna jelas & higienis.

4. Hitung jumlah telur yang dibuahi.

SUMBER:

http//pusdik.Kkp.Go.Id

PusdikKP, 201dua. Modul Teaching Factory "Pembenihan Ikan Air Tawar". Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

#Tag : Lele

PROSEDUR PENANGANAN KASUS PENOLAKAN PRODUK PERIKANAN DI NEGARA TUJUAN EKSPOR

SUMBER:

BKIPM, 2011. Leaflet Prosedur Penanganan Kasus Penolakan Produk Perikanan di Negara Tujuan Eksport. Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, Pusat Sertifikasi Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, Jakarta. di download pada laman http://www.bkipm.kkp.go.id/files/publikasi/poster/Leaflet_Penolakan2.pdf

PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT KESEHATAN HASIL PERIKANAN

SUMBER:

BKIPM, 2014. Leaflet Persyaratan & Tata Cara Penerbitan Sertifikat Kesehatan Hasil Perikanan. Badan Karantina Ikan, Pengawasan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan. Pada Download pada laman http://www.Bkipm.Kkp.Go.Id/files/publikasi/poster/Leaflet_HC_Final.Pdf

PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT PENERAPAN HACCP

SUMBER:

BKIPM, 2011. Leaflet Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan Sertifikat Penerapan HACCP. Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, Pusat Sertifikasi Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, Jakarta. di download pada http://www.bkipm.kkp.go.id/files/publikasi/poster/Leaflet_HACCP.pdf

MEMAHAMI JENIS DAN PENGGOLONGAN PLANKTON PADA PENGELOLAAN KUALITAS AIR

A. Pengertian Plankton

Istilah plankton pertama kali diperkenalkan oleh Victor Hensen pada tahun 1887, yang berarti pengembara. Plankton merupakan sekelompok biota di dalam ekosistem akuatik (baik tumbuhan maupun hewan) yang hidup mengapung secara pasif, sehingga sangat dipengaruhi oleh arus yang lemah sekalipun (Arinardi, 1997).

Menurut Hutabarat dan Evans (1985), adalah suatu organisme yang terpenting dalam ekologi laut. Kemudian dikatakan bahwa bahwa plankton merupakan salah satu organisme yang berukuran kecil dimana hidupnya terombang-ambing oleh arus perairan laut.

Menurut Nontji (2005), plankton adalah organisme yang hidupnya melayang atau mengambang di dalam air. Kemampuan geraknya, kalaupun ada, sangat terbatas hingga organisme tersebut terbawa oleh arus namun, mempunyai peranan penting dalam ekosistem laut, karena plankton menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis hewan laut lainnya. Selain itu hampir semua hewan laut memulai kehidupannya sebagai plankton terutama pada tahap masih berupa telur dan larva.

B.  Jenis-Jenis Plankton

Klasifikasi dalam biologi membedakan plankton dalam dua kategori utama yaitu fitoplankton yang meliputi semua hubungan renik dan zooplankton yang meliputi hewan yang umumnya renik (Rutter, 1973 dalam Sahrainy, 2001). Fitoplankton ada yang berukuran besar dan kecil dan biasanya yang besar tertangkap oleh jaringan plankton yang terdiri dari dua kelompok besar, yaitu diatom dan dinoflagellata. Diatom mudah dibedakan dari dinoflagellata karena bentuknya seperti kotak gelas yang unik dan tidak memiliki alat gerak. Pada proses reproduksi tiap diatom akanmembela dirinya menjadi dua. Satu belahan dari bagian hidup diatom akan menempati katup atas (epiteka) dan belahan yang kedua akan menempati katup bawah (hipoteka). Sedangkan kelompok utama kedua yaitu dinoflagellata yang dicirikan dengan sepasang flagella yang digunakan untuk bergerak dalam air. Beberapa dinoflagellata seperti Nocticula yang mampu menghasilkan cahaya melalui proses bioluminesens (Nybakken, 1992).

Anggota fitoplankton yang merupakan minoritas adalah berbagai alga hijau biru (Cyanophyceae), kokolitofor (Coccolithophoridae, Haptophyceae), dan silicoflagellata (Dictyochaceae, Chrysophyceae). Cyanophyceae laut hanya terdapat di laut tropik dan sering sekali membentuk “permadani” filamen yang padat dan dapat mewarnai air (Nybakken, 1992).

Sachlan (1972) menggolongkan algae dalam tujuh golongan berdasarkan pigmen yang dikandungnya dan habitatnya, yaitu :

Cyanophyta : alga biru yang hidup di air tawar dan laut.

Chlorophyta : alga hijau banyak hidup di air tawar

Chrysophyta : alga kuning yang hidup di air tawar dan laut

Phyrrophyta : alga yang hidup sebagai plankton di air tawar dan di laut

Eugulenophyta : hidup di air tawar dan di air payau

Phaeophyta : alga coklat yang hidup sebagai rumput laut

Rhodophyta : alga merah yang hidup sebagai rumput laut.

Fitoplankton hanya dapat dijumpai pada lapisan permukaan saja karena mereka hanya dapat hidup di tempat-tempat yang mempunyai sinar matahari yang cukup untuk melakukan fotosintesis. Mereka akan lebih banyak dijumpai pada tempat yang terletak di daerah continental shelf dan di sepanjang pantai dimana terdapat proses upwelling. Daerah ini biasanya merupakan suatu daerah yang cukup kaya akan bahan-bahan organic (Hutabarat dan Evans, 1985).

Berlawanan dengan fitoplankton, zooplankton yang merupakan anggota plankton yang bersifat hewani, sangat beraneka ragam dan terdiri dari bermacam larva dan bentuk dewasa yang mewakili hampir seluruh filum hewan. Namun demikian dari sudut ekologi, hanya satu golongan dari zooplankton yang sangat penting artinya, yaitu subklas copepoda (klas Crustaceae, filum Arthropoda). Kopepoda adalah crustacea haloplanktonik yang berukuran kecil yang mendominasi zooplankton disemua samudra dan laut. Hewan kecil ini sangat penting artinya bagi ekonomi ekosistem-ekosistem bahari karena merupakan herbivora primer dalam laut. Dengan demikian, copepoda berperan sebagai mata rantai yang amat penting antara produksi primer fitoplankton dengan karnivora besar dan kecil (Nybakken, 1992).

C.   Penggolongan Plankton

Menurut Arinardi (1997), plankton digolongkan ke dalam beberapa kategori, yaitu berdasarkan kemampuan membuat makanan, berdasarkan ukuran, berdasarkan daur hidupnya.

a.    Berdasarkan Fungsi

Secara fungsional, plankton digolongkan menjadi empat golongan utama, yaitu fitolpankton, zooplankton, bakterioplankton dan virioplankton.

* Fitoplankton : ukurannya sangat kecil dan dapat tumbuh dengan sangat lebat dan padat menyebabkan perubahan warna air pada laut.

Fitoplankton mempunyai fungsi penting karena bersifat autotrofik, yakni dapat mengjhasilkan sendiri bahan organic makanannya.

* Zooplankton : ukurannya paling umum berisar 0,2-2 mm, tetapi ada juga yang berukuran besar misalnya ubur-ubur. Kelompok yang paling umum ditemui antara lain copepod (copepod), eufausid (euphausid), misid (mysid), ampifod (amphifod), kaetognat (chaetognath).

* Bakterioplankton : bakteri yang hidup sebagai plankton. Kini orang makin memahami bahwa bakteripun banyak yang hidup sebagai plankton dan berperan penting dalam unsur hara (nutrient cycle), dalam ekosistem laut. Ia mempunyai cirri yang khas, ukurannya sangat halus (umumnya <1 adalah="" berfotosintesis.="" dalam="" dan="" dapat="" ekosistem="" fungsi="" i="" inti="" klorofil="" laut="" m="" mempunyai="" pengurai="" sebagai="" sel="" tidak="" umumnya="" utamanya="" yang="">(decomposer)

. Semua biota laut yang mati akan diuraikan oleh bakteri sehingga akan menghasilkan hara seperti fosfat, nitrat,  silikat, dsb. Hara ini kemudian didaurulangkan dan dimanfaatkan legi oleh fitoplankton dalam proses proses fotosintesis.

* Virioplankton : virus yang hidup sebagai plankton. Virus ini ukurannya sangat kecil (< 0,2 µm) dan menjadikan biota lainnya, terutama bakteriplankton dan fitoplankton  sebagai inang (host). Tanpa inangnya virus ini tak menunjukkan kegiatan hayati. Tetapi virus ini dapat pula memcahkan dan mematikan sel-sel inangnya. Baru sekitar dua decade lalu para ilmuwan banyak mengkaji virioplankton ini dan menunjukan bahwa virioplanktonpun mempunyai fungsi yang sangat penting dalam daur karbon (carbon cycle) di dalam ekosistem laut.

b.    Berdasarkan Kemampuan Membuat Makanan

Berdasarkan kemampuan membuat makanan, plankton digolongkan menjadi dua golongan utama, yaitu fitoplankton dan zooplankton.

* Fitoplankton

Fitoplankton disebut juga plankton nabati, adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung atau melayang di laut. Ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Umumnya fitoplankton berukuran 2 – 200 µm (1 µm = 0,001mm). Fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal, tetapi juga ada yang berbentuk rantai.

Meskipun ukurannya sangat kecil, namun fitoplankton dapat tumbuh dengan sangat lebat dan padat sehingga dapat menyebabkan perubahan warna pada air laut. Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut, karena bersifat autotrofik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organik untuk makanannya. Selain itu, fitoplankton juga mampu melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik karena mengandung klorofil. Karena kemampuannya ini, fitoplankton disebut sebagai produser primer.

Bahan organik yang diproduksi fitoplankton menjadi sumber energi untuk menjalani segala fungsi faalnya. Tetapi, di samping itu energi yang terkandung di dalam fitoplankton dialirkan melalui rantai makanan. Seluruh hewan laut seperti udang, ikan, cumi-cumi, sampai ikan paus yang berukuran raksasa bergantung pada fitoplankton baik secara langsung atau tidak langsung melalui rantai makanan.

* Zooplankton

Zooplankton, disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya mengapung, atau melayang dalam laut. Kemampuan renangnya sangat terbatas hingga keberadaannya sangat ditentukan ke mana arus membawanya. Zooplankton bersifat heterotrofik, yang maksudnya tak dapat memproduksi sendiri bahan organik dari bahan inorganik. Oleh karena itu, untuk kelangsungan hidupnya, ia sangat bergantung pada bahan organik dari fitoplankton yang menjadi makanannya. Jadi, zooplankton lebih berfungsi sebagai konsumen (consumer) bahan organik.

Ukurannya yang paling umum berkisar 0,2 – 2 mm, tetapi ada juga yang berukuran besar misalnya ubur-ubur yang bisa berukuran sampai lebih satu meter. Kelompok yang paling umum ditemui antara lain kopepod (copepod), eufausid (euphausid), misid (mysid), amfipod (amphipod), kaetognat (chaetognath). Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai, perairan estuaria, di depan muara sampai ke perairan di tengah samudra, dari perairan tropis hingga ke perairan kutub.

Zooplankton ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang hidup di perairan dalam. Ada pula yang dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam ke permukaan. Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup di dasar laut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton yakni ketika masih berupa terlur dan larva. Baru dikemudian hari, menjelang dewasa, sifat hidupnya yang semula sebagai plankton berubah menjadi nekton atau bentos.

c.    Berdasarkan Ukuran

Kini, dengan kemajuan teknik penyaringan yang dapat lebih baik memilah-milah partikel yang sangat halus, penggolongan plankton berdasarkan ukurannya lebih berkembang. Ukuran plankton sangat beraneka ragam, dari yang sangat kecil hingga yang besar. Penggolongan di bawah ini diusulkan oleh Sieburth dkk. (1978) yang kini banyak diacu orang.

* Makroplankton (2-20 mm)

Contohnya adalah Pteropods; Chaetognaths; Euphausiacea (krill); Medusae; ctenophores; salps, doliolids and pyrosomes (pelagic Tunicata); Cephalopoda.

* Mesoplankton (0,2-2 mm)

Sebagian besar zooplankton berada dalam kelompok ini, seperti metazoans;

copepods; Medusae; Cladocera; Ostracoda; Chaetognaths; Pteropods; Tunicata; Heteropoda, noctiluca.

* Mikroplankton (20-200 µm)

Contohnya adalah: eukaryotic protist besar; kebanyakan phytoplankton; Protozoa (Foraminifera); ciliates; Rotifera; metazoans muda – Crustacea (copepod nauplii).

* Nanoplankton (2-20 µm)

Plankton yang lolos dari jaring, tetapi lebih besar dari 2 µm. Atau berukuran 2-20 µm; Contohnya: eukaryotic protista kecil; Diatoms kecil; Flagellates kecil; Pyrrophyta; Chrysophyta; Chlorophyta; Xanthophyta.

* Picoplankton (0,2-2 µm)

Contohnya: eukaryotic protists kecil; bacteria; Chrysophyta

* Femtoplankton (< 0.2 μm)

Contohnya: Virus laut.

d.    Berdasarkan Daur Hidupnya

Berdasarkan daur hidupnya plankton dibagi menjadi:

w Holoplankton

Dalam kelompok ini termasuk plankton yang seluruh daur hidupnya dijalani sebagai plankton, mulai dari telur, larva, hingga dewasa. Kebanyakan zooplankton termasuk dalam golongan ini. Contohnya: kokepod, amfipod, salpa, kaetognat. Fitoplankton termasuk juga umumnya adalah holoplankton.

w Meroplankton

Plankton dari golongan ini menjadi kehidupannya sebagai plankton hanya pada tahap awal dari daur hidup biota tersebut, yakni pada tahap sebagai telur dan larva saja. Beranjak dewasa ia akan berubah menjadi nekton, yakni hewan yang dapat aktif berenang bebas, atau sebagai bentos yang hidup menetap atau melekat di dasar laut. Oleh sebab itu, meroplankton sering pula disebut sebagai plankton sementara.

Pada umumnya ikan menjalai hidupnya sebagai plankton ketika masih dalam tahap telur dan larva kemudian menjadi nekton setelah dapat berenang bebas. Kerang dan karang adalah contoh hewan yang pada awalnya hidup sebagai plankton pada tahap telur hingga larva, yang selanjutnya akan menjalani hidupnya sebagai bentos yang hidup melekat atau manancap di dasar laut.

Meroplankton ini sangat banyak ragamnya dan umumnya mempunyai bentuk yang sangat berbeda dari bentuk dewasanya. Larva crustacea seperti udang dan kepiting mempunyai perkembangan larva yang bertingkat-tingkat dengan bentuk yang sedikitpun tidak menunjukkan persamaan dengan bentuk yang dewasa. Pengetahuan mengenai meroplankton ini menjadi sangat penting dalam kaitannya dengan upaya budidaya udang, crustacea, mollusca, dan ikan.

e.    Berdasarkan Habitat

Plankton berdasarkan habitatnya, dapat digolongkan menjadi 5, yaitu:

1. Limnoplankton (di danau)

2. Heleoplankton (di kolam)

3. Potamoplankton (di sungai)

4. Hipalmiroplankton (di air payau)

5. Haliplankton (di laut)

f.     Berdasarkan Asal-Usulnya

Plankton berdasarkan asal-usulnya dibedakan menjadi 2, yaitu:

a. Autoplankton : Yaitu plankton yang berasal dari habitat tersebut (plankton asli dari suatu habitat).

b. Alloplankton  : Yaitu plankton yang berasal dari luar habitat tersebut (plankton pendatang).

g.    Berdasarkan Sebaran (distribusi plankton)

Plankton terdapat mulai dari lingkungan air tawa

r hingga ke tengah samudera. Dari perairan tropis hingga ke peraiaran kutub. Boleh dikatakan tak ada permukaan laut yang tidak di huni oleh plankton.

1. Sebaran Horizontal

Nontji (2008) membagi plankton berdasarkan sebaran horizontalnya, baik fitoplankton maupun zooplankton menjadi :

*      Plankton Neritik

Plankton neritik (neritic plankton) hidup di perairan pantai dengan salinitas yang relative rendah. Kadang-kadang masuk sampai ke peraian payau di depan muara dengan salinitas 5-10 psu (practical salinity unit, dulu digunakan istilah ‰ atau permil, g/kg). akibat pengaruh lungkungan yang terus menerus berubah disebabkan arus dan pasang surut, komposisi plankton neritik ini sangat kompleks, bisa merupoakan campuran plankton laut dan plankton asal perairan air tawar. Beberapa diantaranya malah telah dapat beradaptasi dengan lingkungan estuaria yang payau (Nontji, 2008).

*      Plankton Oseanik

Plankton oseanik hidup diperairan lepas pantai hingga ke tengah samudra. Karena itu plankton oseanik ditemukan pada perairan yang salinitasnya tinggi. Karena luasnya wilayah perairan oseanik ini, maka banyak jenis plankton tergolong dalam kelompok ini (Nontji, 2008).

Penggolongan seperti di atas tidaklah terlalu kaku, karena ada juga plankton yang hidup mulai dari perairan neritik hingga oseanik hingga dapat disebut neritik oseanik (Nontji, 2008).

Persebaran atau distribusi horizontal plankton memang sangat ditentukan oleh factor-faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, dan arus. Oleh sebab itu kehadiran plankton jenis tertentu dapat digunakan sebagai indicator akan massa air atau arus laut. Di English Channel misalnya, bila kaetognat Sagitta setosa merajai, itu mengindikasikan massa air dari laut utara yang bersalinitas rendah telah masuk ke selat ini. Sebaliknya bila Sagitta ellegans yang merajai, itu mengindikasikan massa air bersalinitas tinggi dari samudra atlantik merambah masuk sampai ke selat ini. Demikian pula ubur-ubur Cyanea capilata dapat dijadikan indicator adanya arus air dingin, sedangkan Physalia physalis sebagai indicator arus air hangat.contoh lain misalnya copepod Eurytemora affinis telah menyesuaikan diri untuk hidup diperairan estuaria dengan salinitas rendah, dan karena keberadaannya dapat dijadikan indicator perairan estuaria. Di Indonesia ditemukan copepod Labidocera muranoi dari perairan mangrove, yang mungkin dapat pula dijadikan indicator perairan dengan salinitas rendah (Nontji, 2008).

2. Sebaran Vertikal

Plankton hidup di laut mulai dari lapisan yang tipis di permukaan sampai pada kedalaman yang sangat dalam. Dilihat dari sebaran vertikalnya plankton, Nontji (2008) membaginya menjadi :

*         Epiplankton

Epiplankton adalah plankton yang hidup di lapisan permukaan sampai kedalaman sekitar 100 m. Lapisan laut teratas ini kira-kira sedalam sinar matahari dapat menembus. Namun dari kelompok epiplankton ini ada juga yang hidup di lapisan yang sangat tipis di permukaan yang langsung berbatasan dengan udara. Plankton semacam ini disebut neuston. Contoh yang menarik adalah fitoplankton Trichodesmium, yang merupakan sianobakteri berantai panjang yang hidup di permukaan dan mempunya keistimewaan dapat mengikat nitrogen langsung dari udara. Neuston yang hidup pada kedalaman sekitar 0-10cm disebut hiponeuston. Ternyata lapisan tipis ini mempunyai arti yang penting karena bisa mempunyai komposisi jenis yang kompleks.

Dari kelompok neuston ini ada juga yang mengambang dipermukaan dengan sebagian tubuhnya dalam air dan sebagian lain lagi tersembul ke udara. Yang begini disebut pleuston. Contoh pleuston yang menarik adalah ubur-ubur api, Physalia physalis, yang lazim juga diberi julukan Portuguese man of war bagian atasnya menggelembung mencuat dari permukaan bagaikan layar yang dapat di tiup angin yang menghayutkan plankton tersebut. Sebenarnya ubur-ubur api ini merupakan hewan koloni. Setiap individu terbentuk dari empat koloni, masing-masing berbeda fungsinya namun semuanya berada dalam hubungan kerja yang harmonis. Kelompok pertama membentuk pelampung dan layar, kelompok kedua membentuk umbai-umbai tentakel yang panjang dilengkapi nemanocist atau sel pennyengat yang ampuh untuk menangkap mangsa, kelompok ketiga mencernakan makanan, dan kelompok empat untuk melaksanakan pembiakan. Physalia physalis ini disebut ubur-ubur api karena bila tersentuh akan dapat menyengat kulit kita hingga melepuh dengan rasa panas bagaikan disundut api. Ada lagi pleuston yang juga menarik yakni Janthina, yang merupakan keong laut yang hidup menggantung di lapisan film permukaan dengan busa yang dihasilkannya bagaikan pelampung.

*         Mesoplankton

Mesoplankton yakni plankton yang hidup di lapisan tengah, pada kedalaman sekitar 100-400 m. Pada lapisan ini intensitas cahaya sudah sangat redup sampai gelap. Oleh sebab itu di lapisan ini fitoplankton, yang memerlukan sinar matahari untuk fotosintesis, umumnya sudah tidak dijumpai. Lapisan ini dan lebih dalam didominasi oleh zooplankton. Beberapa copepod sepeti Eucheuta marina tersebar secara vertical sampai lapisan ini atau lebih dalam. Dari kelompok eufausid juga banyak terdapat di lapisan ini, misalnya thysanopoda, eufhausida, Thysanoessa, nematoscelis. Tetapi eufaosid ini juga dapat melakukan migrasi vertical sampai lapisan di atasnya.

*         Hypoplankton

Hypoplankton adalah plankton yang hidupnya pada kedalaman lebih dari 400m. termasuk dalam kelompok ini adalah batiplankton yang hidup pada kedalaman >600m, dan abisoplankton yang hidup di lapisan yang paling dalam,sampai 3000-4000m.

Sebagai contoh, dari kelompok eufaosid, Betheuphaosia ambylops, dan Thysanopoda adalah jenis tipikal laut dalam yang menghuni perairan pada kedalaman lebih dari 1500m. sedangkan dari kelompok kaetognat Eukrohnia hamat, Eukrohnia bathypelagica termasuk yang hidup pada kedalaman lebih dari 1000m.

SUMBER:

http//supmladong.kkp.go.id

Mulyadi A., 2014. Diktat Pengelolaan Kualitas Air sebagai bahan ajar. Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Aceh.

#Tag : Kualitas Air