Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Tampilkan postingan dengan label Pengembangan Usaha. Tampilkan semua postingan

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seiring dengan bertambahnya penduduk dan pesatnya perkembangan industri terhadap kebutuhan garam, hal ini ada beberapa  permasalahan pokok yang perlu diselesaikan secara bersama oleh instansi yang terkait dengan produksi garam nasional, adapun permasalahan tersebut diantaranya adalah tentang teknologi dan teknis produksi.

Bila dilihat berdasarkan masalah teknologi

Petani garam dalam proses pembuatan garam  menggunakan cara yang sangat sederhana yaitu menguapkan air laut didalam petak pegaraman dengan tenaga sinar matahari tanpa sentuhan teknologi apapun, sehingga walaupun bahan baku melimpah namun salinitas dan polutan yang terlarut sangat beragam, disamping itu areal pegaraman terpencar-pencar dan kepemilikan lahan oleh rakyat sempit, adapun hal – hal yang lain adalah sebagai berikut :

a. Areal sarana

Luas areal pada pegaraman masyarakat yg dimiliki secara perorangan sangat kecil yaitu berkisar antara 0,lima sampai menggunakan lima hektar per unit dengan penataan petak peminihan menggunakan petak kristalisasi yang nir memenuhi persyaratan dimana petak peminihan lebih sangat luas dibandingkan menggunakan petak kristalisasi

b. Proses

Secara umum dalam proses produksi garam rakyat adalah total kristalisasi , dimana air tua yang berada dimeja peminihahan bila dianggap mencukupi kepekatanya langsung dialirkan kemeja – meja kristalisasi, tanpa pengontrolan kepekatan larutan air garam yang memenuhi syarat. Selain hal tersebut juga didalam pemadatan atau pengolahan meja kristalisasi  kurang bagus atau kurang padat sehingga pada saat pemanenan kemungkinan permukaan meja tanahnya akan ikut terbawa sehingga warna kristal garam akan menjadi keruh atau coklat.

c. Produktifitas :

Produktifitas rata – rata petani garam berkisar 60 ton sampai 80 ton  per hektar permusim dikarenakan petakan – petakan proses produksi garam masih belum tertata secara benar atau  tetap sama secara turun temurun tanpa sentuhan teknologi apapun

d. Mutu garam

Garam yang dihasilkan dalam  bentuk kristal yang kecil dan rapuh hal ini dikarenakan pada proses pelepasan air tua yang belum saatnya serta waktu pemanenan yang terlalu pendek yakni berkisar 3 s.d 5 hari

Masalah Teknologi Produksi

a. Teknis Produksi

Peralatan dan cara produksi masih sederhana, saluran air bahan baku tidak tertata sehingga pasokan air sebagai bahan baku tidak kontinyu, Kemampuan petani garam didalam mengolah lahan garam untuk peningkatan produksi  terpusat di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, sedangkan SDM di Indonesia Timur kualitasnya masih harus ditingkatkan.

b. Iklim

Musim kering pada pulau jawa relative pendek yaitu berkisar 4 s.D. 5 bulan pertahun menggunakan kelembaban yang tinggi, sehingga produktivitas garam pertahun rendah, sedangkan buat Indonesia timur musim kering hingga 7 s.D. 8 bulan

c. Produktivitas Lahan

Produktivitas lahan garam warga rata ? Homogen masih rendah yaitu lebih kurang 60 s.D 80 ton/ha/ekspresi dominan

d. Kualitas Produk

Kualitas produk tidak seragam menggunakan kandungan zat pencemar yang tinggi. Sehingga buat peningkatan kualitas atau pemurnian kristal garam melalui pembersihan mengakibatkan naiknya porto, sang Lantaran itu garam warga cenderung dijual menggunakan kualitas seadanya. Sebagai perbandingan garam konsumsi produksi PT. Garam mengandung NaCl 95 % ? 97 %, sedangkan garam masyarakat mengandung NaCl lebih kecil menurut 95%.

e. Sarana dan Prasarana

Sarana & prasarana garam warga belum tertata & kurang memadai. Tata letak pegaraman masyarakat umumnya tidak teratur & terpencar-pencar, sarana jalan yang menghubungkan petak/lahan menggunakan jalan raya menjadi sarana transportasi hampir dikatakan tidak ada atau nir memadai. Hal ini mengakibatkan porto angkut ke tepi jalan raya (transportasi ke atas truk pengangkut) sebagai tinggi sebagai akibatnya pendapatan pembudidaya garam dalam biasanya sebagai lebih kecil karena dipotong biaya transport yang relatif akbar.

Berdasarkan masalah yg terdapat saat ini maka buat menaikkan produksi & kualitas garam rakyat perlu terdapat sentuhan teknologi bagi pembudidaya garam masyarakat. Adapun buat peningkatan produksi perlu penataan lahan yg ada yaitu merobah huma berdasarkan tradisional menjadi semi intensif , karena pada huma tradisional umumnya terdiri menurut : kolam penampung air belia, kolam peminihan, meja kristalisasi sedangkan kolam penampung air tua hanya terdapat disekitar meja kristalisasi yang berbentu parit. Pada lahan semi intensif terdiri menurut kolam penampung air belia, kolam peminihan, kolam ulir , kolam penampung air tua & meja kristalisasi. Dari perbedaan tersebut dalam huma semi intensif akan cepat didapat air tua yaitu dengan penambahan kolam ulir, dan untuk mempertinggi produksi garam diperluasnya meja kristalisasi hal ini nir perlu dikawatirkan kekurangan air tua lantaran stok air tua telah tersedia di kolam penampung air tua.

Sedangkan buat menaikkan mutu garam masyarakat yg perlu dilaksanakan oleh pembudidaya garam merupakan pengontrolan air tua yang akan dilepas kemeja kristalisasi dimana air tua yang akan dilepas harus memiliki kepekatan 25? Be agar didapat kristal garam yg baik yaitu kristal garam tersebut nir mudah rapuh dengan saat pemanenan minimal 10 hari.

Selain hal tersebut yang perlu mendapat perhatian adalah kondisi meja kristalisasi, karena pada umumnya pembudidaya garam rakyat selama musim kemarau ingin memanen garamnya secara terus menerus, tidak lagi memperhatikan kondisi lapisaan atas meja kristalisasi, padahal dengan pemanenan yang terus menerus menyebabkan tanah lapisan atas meja kristalisasi akan rusak, sehingga akan didapat kristal garam yang warnanya keruh atau kecoklatan.  Untuk mencegah hal tersebut maka pada pembudidaya garam rakyat dalam proses pembuatan garamnya disarankan dengan TEKNOLOGI GEO MEMBRANE

Lahan Garam dengan Teknologi Geo Membrane

Berdasarkan dari masalah teknologi dan produksi terhadap garam warga maka saat ini Balai Pendidikan & Pelatihan Perikanan ( BPPP ) Tegal pada upaya menaikkan hasil produksi & kualitas garam warga maka dalam pob. La training yang diterapkan pada pembudidaya garam warga membuatkan metode teknologi geo membrane dimana dalam metode tadi akan didapat garam yg berkualitas sesuai standart SNI dan produksi garam yg didapatkan akan mengalami peningkatan

Tahapan teknologi geo membrane

1. Lahan yang mau digunakan wajib pada rubah tata letaknya yaitu berdasarkan huma tradisional menjadi semi intensif perubahan tata letak ini dimaksudkan buat menaikkan output produksi, dimana dalam huma semi intensif terdiri menurut beberapa petakan

a. Kolam penampung air belia

b. Butir kolam peminihan

c. Kolam ulir

d. Kolam penampung air tua

e. Meja kristalisasi

Dari perubahan lahan tadi akan dapat meningkatan produksi yang sangat nyata yaitu mencapai 40% sampai 60% hal ini disebabkan dari perbandingan luas huma dimana 35 % luas lahan dipakai buat kolam penampung air tua, kolam peminihan, kolam ulir dan kolam penampung air tua, sedangkan 65 % dipakai buat meja kristal, selain produksi meningkat laba yang lain berdasarkan sistim semi intensif ini merupakan masa produksi yang lebih cepat dimana dalam waktu 14 hari akan cepat didapat air tua sedangkan pada lahan tradisional untuk menerima air tua hingga 30 hari.

B. Melapisi meja kristalisasi menggunakan terpal plastik

Untuk menaikkan mutu garam masyarakat yang waktu ini menjadi tuntutan pasar maka petani garam wajib mau menambah wahana yang terdapat. Karena waktu ini produksi garam warga dinilai kurang memenuhi kondisi SNI, yakni nilai NaCl yg rendah, warna buram agak coklat dan rapuh. Oleh karenanya buat mengatasi pertarungan yg terdapat maka saat ini dikembangkan teknologi geo membrane. Didalam teknologi geo membrane semua meja kristalisasi dilapisi terpal plastik hal ini buat mengklaim terhadap kebersihan produksi garam.

Dengan teknologi geo membrane pembudidaya garam rakyat selama musim garam dapat memanen garamnya secara terus menerus, tidak perlu khawatir lagi terhadap kwalitas garam yang dihasilkan karena kristal – kristal garam tersebut tidak bersentuhan dengan tanah, sehingga akan didapat kristal garam yang putih, bersih dan berbobot. Selain pada meja kristalisasi yang dilapisi dengan terpal plastik juga pada saluran pemasukan air tua dari kolam penampung air tua ke meja kristalisasi perlu dilapisi terpal plastik, hal ini dimaksudkan untuk mencegah lumpur tanah yang ada pada saluran pemasukan jangan sampai terbawa masuk ke meja kristalisasi, pada saat  membagi masuknya air tua ke meja –meja kristalisasi.

C. Terpal Plastik yang pada gunakan

Terpal plastik yang digunakan untuk geo membrane bisa menggunakan  nomor A 12 atau plastik HDPE dengan ketebalan 500 mikron, karena plastic ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, dimana dalam penggunaanya mampu bertahan sampai empat musim garam dengan perawatan yang baik. Di dalam perawatan plastic ini, apabila tidak musim garam harus di lepas dari meja kristalisasi kemudian dicuci dan digulung kembali terus disimpan dalam bak air, jangan disimpan pada tempat yang kering, karena kemungkinan akan dirusak oleh tikus.

D. Cara Pemasangan geo membrane

*      Ukur luasan plastik geo membrane yang akan di gunakan

*      Buat galengan pada meja kristalisasi sesuai dengan luasan plastik geo membrane

*      Guluk atau padatkan meja kristalisasi agar permukaan meja kristalisasi rata.

*      Bentangkan plastik geo membran pada meja kristalisasi hingga menutupi seluruh permukaan galengan.

*      Kuatkan pada tepi plastik geo membrane dengan cara memberi pasak kayu pada bagian tepi plastik geo membrane.

Sumber: Drajat, 2014. Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran di download pada laman http://www.puslat.kkp.go.id/web/frontend/artikel.php?p=view&id=ARID000028

DAFTAR PUSTAKA

Aris Kabul, 2011. Ramsol,Dirjen KP3K Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia    Jakarta.

Buku Panduan Pembuatan Garam Bermutu 2002. Badan Riset Kelautan dan Perikanan.Pusat Riset Wilayah Laut dan  Sumberdaya  Nonhayati. Proyek Riset Kelautan dan Perikanan .

Pemberdayaan Garam Rakyat.2003. Direktorat Jendral Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran Departemen Kelautan dan Perikanan

Buku Panduan Diklat Teknis Pemberdayaan Garam Rakyat 2010. Balai Diklat Perikanan Tegal.

HEADLINE TV (hdtv.co.id) terus berupaya meningkatkan wawasan dan pengetahuan para pemirsa dan juga menjadi media yang memiliki kredibilitas, kecepatan dan ketepatan dalam menyampaikan informasi di Kalimantan

hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv hdtv

MEMAHAMI TEKNIK ANALISIS DAMPAK STRATEGI YANG MUNGKIN TIMBUL TERHADAP PARA PEMANGKU KEPENTINGAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP)

KKP dapatberguna bagi banyak pihak sehingga penting sekali kita mempertimbangkan seberapa besar strategi pengelolaan yang dipilih akan menghipnotis para pemangku kepentingannya. Inilah alasan penting kita perlu mendapat masukan berdasarkan pemangku kepentingan dalam ketika pengambilan keputusan dalam penyusunan rencana pengelolaan.

Dampak dari strategi pengelolaan kepada para pemangku kepentingan dapat bersifat negatif dan positif.   Kita harus berupaya keras untuk memahami:

(1)   apa dampak potensial yang mungkin terjadi dan apakah tergolong dampak negatif atau positif,

(2)   siapa yang akan terkena dampaknya, dan

(3)   tanggapan para pemangku kepentingan terhadap strategi pengelolaan.

Jika kemudian analisisini menyimpulkan bahwa strategi pengelolaan sepertinya akan berdampak buruk atau negatif kepada pemangku kepentingan, tinjau kembali strategi yang diusulkan.  Apakah strategi yang diusulkan tersebut masih dapat diubah tanpa mengurangi maksud untuk membangun pengelolaanyang efektif.  Sebagai contoh, daripada melarang kegiatan penangkapan ikan di seluruh area di dalam KKP, lebih baik kita memfokuskan diri untuk menutup sebagian darinya, yaitu hanya pada bagian kawasan yang memiliki populasi ikan yang layak dan/atau habitat yang sehat.

Bilastrategi pengelolaan diperkirakan akan berdampak positif, kita perlu mengidentifikasi manfaatnya bagi para pemangku kepentingan secara lebihjelas.  Selanjutnya, kita perlu membentuk program komunikasi yang menjelaskan manfaat dari strategi terpilih bagi para pemangku kepentingan.  Selain itu juga kita perlu melakukan monitoring secara teratur, menilai dan mengkomunikasikan manfaat tersebut kepada mereka, sehingga mereka akan menghargai dan memahami pentingnya strategi yang diterapkan dalam rangka pengelolaan KKP.

2. Cara menyusun model konseptual keefektivan pengelolaan

Sekarang adalah saatnya kita menggabungkan informasi darirancangan program pemantauan dengan rancangan pengelolaan.  Informasi yang kita miliki adalah 4 jenis sumber daya sasaran yang akan dikelola, obyektif yang SMART untuk setiap jenis sumber daya tersebut, dan perubahan yang diharapkan terjadi (outcome) setelah kita menerapkan strategi, berbagai indikator yang akan dimonitor dan program monitoring untuk setiap sumber daya atau indikator.  Pemahaman yang baik tentang rancangan program monev ini diharapkan akan memberikan pengaruh positif pada kelancaran pengelolaan di KKP.  Inilah konseptual keefektivan pengelolaan.

3.  Tantangan dalam mengimplementasikan rencana pengelolaan

Tahap implementasi merupakan salah satu langkah yang paling menantang dalam perencanaan pengelolaan.  Penundaan implementasi dapat terjadi dalam proses persetujuan rencana.  Dana yang  tersedia tidak cukup untuk membiayai pelaksanaan, kurang dapat diandalkan dan tidak dapat membiayai seluruh strategi yang diusulkan.   Masalah hukum dapat timbul karena ada perselisihan.  Demikian juga dengan kapasitas sumber daya manusia, dapat menjadi lemah karena kekurangan jumlah dan rendahnya kapasitas staf yang ada.  Semua ini dapat menyebabkan rencana pengelolaan terpaksa mengalami penundaan, atau kalaupun dilaksanakan maka hanya mampu sebagian saja.

Satu langkah untuk mulai memastikan keberhasilan pelaksanaan suatu rencana pengelolaan adalah dengan proses perencanaan itu sendiri.  Masalah yang sering dijumpai antara lain (dimodifikasi dari Lee dan Middleton 2003) di antaranya adalah:

(1)   Kurangnya perhatian yang terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang anggaran.

(2)   Berbagai asumsi yang tidak realistis mengenai kapasitas petugas KKP.

(3)   Tujuan pengelolaan dirumuskan dan dinyatakan secara buruk.

(4)   Beberapa hal penting (seperti ruang lingkup masalah yang akan ditangani) harus ditangguhkan menunggu hasil penelitian lanjutan (walapun hal ini mungkin akan sulit untuk dihindari).

(5)   Kegagalan untuk mendelegasikan tanggungjawab kepada pihak-pihak tertentu dalam rangka  pelaksanaan rencana.

(6)   Komitmen yang tidak jelas dan tidak spesifik serta tidak memberikan landasan untuk mewujudkan kegiatan pelaksanaan rencana di lapangan.

(7)   Perhatian yang berlebihan pada aspek-aspek tertentu, seperti pengembangan pariwisata atau rekreasi, yang dapat mengalihkan perhatian dari sumberdaya lainnya yang ada di dalam kawasan konservasi.

(8)   Ketidakstabilan keuangan, tata kelola atau politik.

(9)   Kegagalan untuk menetapkan prioritas yang jelas, banyak perencanaan yang berisi berbagai pilihan atau rekomendasi yang bersifat sementara, bukan keputusan yang pasti tentang apa yang harus dilakukan oleh KKP, sehingga mengurangi supremasi dari rencana pengelolaan, dan

(10)     Rencana pengelolaan yang tidak praktis, dan tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan tindakan.

4. Cara mengidentifikasi permasalahan dalam mengimplementasikan rencana pengelolaan

Dari masalah-masalah yang pada umumnya dihadapi dalam tahapan persiapan implementasi, pada Bagian 1.1 kita perlu mengidentifikasi  berbagai masalah yang mungkin timbul dengan membuat pertanyaan-pertanyaan .

Persetujuan rencana adalah suatu proses yang merupakan langkah prosedural dalam mengajukan rencana akhir untuk mendapat persetujuan dari pihak-pihak yang berwenang. Prosedur persetujuan rencana ini akan beragam dari satu negara ke negara, namun banyak dari contoh-contoh tersebut menunjukkan adanya pengukuhan atau adopsi secara formal atau mendapat persetujuan untuk memberikan kewenangan kepada rencana pengelolaan agar dipatuhi.  Seringkali prosedur tersebut telah tercantum dalam perundangan dan didokumentasikan secara jelas.

Sebagai model pada Australia, suatu planning pengelolaan taman nasional federal perlu diajukan kepada Kementerian Lingkungan dan Pusaka Nasional untuk dimintakan persetujuannya. Rencana ini jua diajukan ke majelis parlemen yg memerlukan saat 15 hari kerja, dan selama itu para anggota dapat mengajukan keberatan atau meminta penjelasan yang terkait dengan planning tersebut.

5. Cara mengembangkan rencana implementasi

Dalam rencana pengelolaan ditetapkan beberapa taktik yang wajib diimplementasikan. Strateginya wajib realistis & diperlukan buat pengelolaan suatu tempat konservasi. Strategi jua bukan merupakan daftar keinginan atau berisi hal-hal yg tidak terkait dengan tujuan pengelolaan. Proses ini akan memberikan kewenangan aturan yg jelas kepada rencana pengelolaan & menyediakan dasar yg kuat buat melaksanakan tindakan penegakan & kepatuhan terhadap rencana tadi.

Ada dua pilihan pendekatan yang umumnya dipakai, yaitu:

(1)   Rencana yang tidak mencakup informasi rinci tentang sumber daya dan dana setiap tahun.

(2)   Rencana yang mencakup kedua informasi tersebut.

Alasan buat mengadopsi pendekatan pertama merupakan lantaran ruang lingkup & kerumitan tugas-tugasnya, sebagai akibatnya sulit buat memperkirakan biayanya buat aktivitas yang lebih menurut setahun atau dua tahun ke depan. Selain itu, selama jangka ketika rencana pengelolaan lima-10 tahun, mungkin akan dibutuhkan penyesuaian yg besar , yg disebabkan lantaran adanya perubahan pada KKP itu sendiri, dalam area di sekelilingnya atau perubahan situasi staf/keuangan dari organisasi pengelola, atau menjadi hasil menurut keberhasilan atau kegagalan yg signifikan. Karena itu, banyak KKP yg menggunakan rencana pengelolaan buat mengidentifikasi aneka macam tindakan yang dibutuhkan, & buat menerima kabar yg rinci dan akurat dalam menciptakan planning operasional (seperti rencana kerja).

Bahkan apabila pendekatan di atas diadopsi pun, planning pengelolaan bisa berfungsi sebagai dokumen anggaran yang krusial, karena pemerintah & badan penyandang dana tidak senang mendanai kegiatan yang nir terdapat pada rencana pengelolaan. Selain itu, planning pengelolaan yg sinkron untuk seluruh KKP yg berada pada bawah tanggung jawab suatu lembaga akan menaruh fondasi yg kuat untuk rencana bisnisnya, dengan tanda yang jelas seperti mengapa dibutuhkan pendanaan, prioritas pengelolaan dan bagaimana asal daya tadi akan dialokasikan.

Sebuah KKP dapat menggunakan rencana pengelolaan sebagai titik awal dalam menyiapkan rencana kerja tahunan.  Rencana kerja tahunan ini memberikan peluang kepada pengelola untuk melakukan penyesuaian kegiatan tahunan  agar rencana tersebut tetap relevan dengan permasalahan terakhir.

Pendekatan kedua biasanya diadopsi ketika otoritas (misalnya Pemerintah) menuntut pengelola KKP menyiapkan rincian informasi keuangan dan operasional sebagai bagian dari rencana pengelolaan. Ketika pendekatan kedua yang diadopsi, semua informasi tersebut harus dimasukkan dalam rencana kerja yang juga mencakup seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan dan perkiraan biaya yang diperlukan selama seluruh periode rencana pengelolaan tersebut.Rencana ini dapat dibuat ringkasannya dalam bentuk tabel.  Di dalamnya tercakup informasi tentang jadwal, sumber daya manusia, dan dana yang diperlukan; kegiatan prioritas; dan kriteria keberhasilan (atau kegagalan) yang digunakan untuk mengukur kemajuan atau keberhasilan.  Tergantung bagaimana rencana keuangan atau sumber daya ini akan dilaksanakan dalam organisasi, akan sangat berguna jika rencana kerja tersebut membedakan kegiatan menjadi dua jenis, yaitu:

(1)   Kegiatan yang berulang dan yang sedang berlangsung (program pemeliharaan);

(2)   Kegiatan yang bersifat proyek-proyek atau kegiatan investasi atau tindakan yang akan dilakukan satu kali saja.

Rencana operasional tahunan untuk kawasan konservasi seharusnya juga disiapkan untuk terus bergulir atau berlanjut, bukan hanya untuk periode setahun saja. Rencana tersebut harus dikaitkan dengan anggaran tahunan serta menyajikan proyeksi yang akurat tentang kegaitan-kegiatan yang akan dilakukan setiap tahun yang berasal dari rencana pengelolaan.  Seperti juga dengan rencana kerja, rincian rencana operasional ini dapat membantu membedakan antara kegiatan yang berulang atau yang sedang berlangsung, juga proyek pembangunan atau investasi.Rencana operasional biasanya bukan merupakan bagian dari rencana pengelolaan tetapi berfungsi sebagai alat pengelolaan untuk mengatur bagaimana rencana pengelolaan itu akan dilaksanakan.

6.   Beberapa variasi dalam menyajikan rencana implementasi

Ada beberapa cara bagaimana fakta yg berkaitan menggunakan tahapan implementasi akan dikelompokkan pada Rencana Pengelolaan atau dokumen pendukung lainnya:

Pengelompokkan dari zona di pada kawasan

Bila zona-zona pengelolaan telah diidentifikasi maka kegiatan, waktu dan porto untuk kawasan konservasi bisa dikelompokkan sebagai berikut:

(1)   Strategi yang diperlukan atau akan dilaksanakan di setiap zona;

(2)   Strategi yang luas penerapannya (tidak terbatas hanya pada satu zona) karena mempengaruhi lebih dari satu zona; dan

(3)   Strategi yang penerapannya tidak terbatas di dalam kawasan konservasi, tetapi meluas hingga di beberapa tempat di kawasan konservasi.

Pengelompokkan menurut tujuan

Pada beberapa masalah, aktivitas ? Beserta-sama dengan jadwal & porto yang terkait ? Dapat dikelompokkan pada grup-gerombolan strategi pengelolaanuntuk setiap tujuan.

Pembagian ke dalam proyek-proyek

Dalam kasus lainnya, strategi pengelolaan dalam rencana implementasi dirinci menjadi beberapa kelompok yang disebut “proyek”.  Hal ini akan memudahkan pelaksanaan karena setiap proyek memberikan gambaran yang jelas, alokasi biaya tersendiri dan terjadwal.  Dokumentasi yang terkait dengan proyek dapat digunakan untuk memandu staf, atau kontraktor, bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaannya.  Dalam pendekatan ini, setiap proyek diberikan prioritas. Urutan prioritas diberikan untuk memandu alokasi sumber daya tahunan.

Salah satu cara buat mengatur prioritas tersebut merupakan sebagai berikut:

(1) Prioritas 1:proyek-proyek yang harus diselesaikan dalam tahun waktu yang telah ditetapkan. Dapat mencakup proyek-proyek yang penting untuk menjaga ciri khas suatu lokasi,yang tekait dengan implikasi hukum atas kepemilikan lokasi, dan yang memiliki implikasi penting terhadap kesehatan dan keselamatan publik.

(2) Prioritas 2: proyek-proyek yang penting dalam pengelolaan rutin kawasan konservasi.  Proyek ini harus diselesaikan dalam periode waktu tertentu, tetapi dengan unsur yang lebih fleksibel.

(3) Prioritas 3: proyek-proyek yang, walaupun diinginkan, hanya bisa dilaksanakan bila waktu dan sumber daya lainnya tersedia setelah penyelesaian proyek-proyek prioritas 1 dan prioritas 2.

SUMBER:

PUSLATKP, 2014. MODUL A.033101.006.01 Membuat Konsep Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Yang Efektif pada Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.

TEKNIK VALUASI EKONOMI PESISIR DAN LAUT MELALUI PENDEKATAN EKOSISTEM

KEANEKARAGAMAN HAYATI LAUT

Salah satu potensi penting dari pesisir dan laut adalah potensi keanekaragaman hayatinya. Keanekaragaman hayati (biodiversity) yang merupakan perpajangan diri istilah biological diversity merupakan pengistilahan dari seluruh mahluk hidup tingkat tinggi (hewan dan tumbuhan) maupun tingkat rendah (mikroorganisme) serta seluruh komponen lingkungan fisik, biologi dan ekologi.  Istilah ini juga menggambarkan kekayaan organisma hidup yang ada pada suatu kawasan tertentu.  Di dunia terdapat lebih dari 1,75 juta jenis dari organisme yang diketahui dan ini terus berkembang sesuai dengan perkembangan pengkategorian penemuan jenis sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.  Sampai saat ini pun penggolongan jenis dari organisme belum sepenuhnya mengungkapkan seluruh jenis hewan, tumbuhan dan mikroorganisme yang ada di dunia.

Gambar 1. Ikan

Sumber: http://maruf.Wordpress.Com/2006/03/20/ keanekaragaman-biologi-bahari

Nilai keanekaragaman biologi wajib dikenali & dipelajari. Daerah konservasi wajib dikelola dan pola penggunaan asal daya alam harus dipertegas. Pertama-tama kita wajib mengumpulkan seluruh informasi. Survei-survei harus dapat memilih distribusi tempat asal pada dalam daerah perlindungan & menyediakan berita inventarisasi flora & fauna. Proses ini membutuhkan kerjasama antar pemerintah, universitas, LSM, & rakyat setempat. Pemantapan struktur kelembagaan penting buat melatih taksonomis dan parataksonomis kelautan yang dibutuhkan, & buat menciptakan & menjaga koleksi referens. Satu kemungkinan merupakan membentuk sentra daerah di mana inventarisasi bisa dikelola, parataksonomis dapat dilatih, materi untuk bioteknologi bisa dikumpulkan, & acara pendidikan masyarakat dapat dibuat & dijalankan. Pusat ini berperan krusial pada menyebarkan & menyediakan alternatif praktek pengrusakan sumber daya alam (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2003).

TEKNIK VALUASI

Teknik penilaian fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati pesisir dan laut dapat dipilih mulai dari yang berbasis pada market price, surrogate price, atau constructed market price. Penilaian berbasis pada harga pasar, misalnya terkait dengan manfaat dan fungsi langsung dari keanekaragaman hayati, seperti nilai kontrak pemanfaatan buah mangrove untuk farmasi, nilai penerimaan industri turis dari pemanfaatan amenity services dari ekosistem mangrove (Nunes et al., 2003 dalam Kusumastanto et al., 2006).

PERKIRAAN MANFAAT EKOSISTEM PESISIR DAN LAUT

·      Nilai kegunaan dan non kegunaan hutan mangrove di Indonesia US$ 2,3 miliar (GEF/UNDP/IMO 1999).

·      Nilai ekonomi terumbu karang Indonesia diperkirakan sekitar US$ 567 juta (GEF/UNDP/IMO 1999).

·      Nilai padang lamun sebesar US$ 3.858,91/ha/tahun (Bapedal dan PKSPL-IPB 1999).

·      Nilai ekologi dan ekonomi sumberdaya rumput laut di Indonesia sekitar US$ 16 juta (GEF/UNDP/IMO 1999).

·      Nilai manfaat ekonomi potensi sumberdaya ikan laut di Indonesia sebesar US$ 15,1 miliar (Dahuri 2002).

·      Manfaat sosial ekosistem pesisir dan laut diwujudkan dalam penyediaan sumber penghidupan dan pekerjaan bagi jutaan penduduk di wilayah tersebut.

·      Ekosistem pesisir dan laut merupakan penghubung antara berbagai pulau dan gugus pulau kecil di Indonesia (fungsi sosial politik sebagai jembatan Nusantara)

·      Nilai jasa lingkungan: (a) sebagai penyerap karbon (rumput laut) diperkirakan senilai US$ 180/ha/tahun; (b) pelindung pantai dari erosi (mangrove); dll.

SUMBER:

http://student.Ut.Ac.Id/