Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

PENYIAPAN WADAH DAN MEDIA BUDIDAYA IKAN MASKOKI

Wadah & volume yg dapat dipakai buat membudidayakan maskoki ada beberapa macam antara lain merupakan: bak semen, bak fiber, kolam atau akuarium. Pemilihan wadah budidaya ini sangat bergantung pada skala produksi budidaya maskoki. Wadah budidaya maskoki ini usahakan ditempatkan di ruang teduh.

Akuarium yang berbentuk bulat sangat cocok untuk memelihara maskoki yang tubuhnya bundar gempal. Akuarium bulat yang berdiameter 15 cm cocok buat memelihara maskoki yg tubuhnya ukuran kecil, kurang lebih tiga-4 centimeter sebanyak 3 ekor. Jika ukuran sedang (lima-6 centimeter), akuarium hanya diisi 2 ekor. Akuarium ini tidak cocok memelihara maskoki yang berukuran tubuh besar (6,lima?8 cm) ke atas.

Jika mau memelihara maskoki yang berukuran besar sampai jumbo, akuarium persegi empat dapat dipilih karena ukuran akuariumnya bervariasi. Akuarium yang berukuran 60 cm x 30 cm x 35 cm dapat diisi maskoki ukuran kecil sebanyak 8 ekor atau 6 ekor maskoki berukuran sedang. Bila akan memelihara maskoki berukuran besar, dapat dimasukkan 3 ekor, sedangkan maskoki berukuran extra large (10—12 cm) cukup satu ekor saja. Jika mau memeihara seekor maskoki yang berukuran jumbo (14—15 cm) harus menggunakan akuarium berukuran 80 cm x 40 cm x 37 cm. Selain itu, akuarium persegi empat sangat sesuai untuk memelihara maskoki yang tubuhnya berbentuk bulat panjang.

Strain maskoki yang cocok dipelihara di dalam akuarium adalah maskoki yang keindahan warna dan keunikan tubuhnya cenderung dinikmati dan sisi samping (side view) seperti red-white tossa, panda dragon eyes, chocolate oranda red pompom, red cap oranda, red-white ranchu, dan big head pearlscale combination colour.

Wadah yang cocok untuk pemeliharaan maskoki selain akuarium yaitu kolam bak semen, bak fiberglass, dan kontainer kecil yang terbuat dan plastik. Adapun ukuran dan bentuk kolam bak semen disesuaikan dengan luas tanah yang akan digunakan. Untuk pemeliharaan maskoki berukuran extra large sampai jumbo dengan jumlah 10-15 ekor dibutuhkan kolam berukuran 200 cm x 300 cm dengan kedalaman air 15 cm. Bila menggunakan baik fiberglass berukuran 100 cm x 150 cm x 40 cm, dapat untuk memelihara maskoki ukuran large sebanyak 10—12 ekor. Bila memilih kontainer kapasitas 70 liter cukup diisi tiga ekor maskoki berukuran large atau satu ekor maskoki berukuran extra large dan jumbo. Tidak ada strain maskoki yang khusus dipelihara di dalam bak/kolam. Akan tetapi, bila keindahan warna dan keunikan bentuk fisiknya terletak pada bagian atas maka bak atau kolam dapat dipilih untuk wadahnya. Strain maskoki yang keindahaimya cenderung dinikmati dan posisi atas (top view) antara lain strain ranchu (seperti red-white ranchu), strain bubble eyes, dan strain butterfly.

Sarana pendukung utama yang harus disediakan di dalam akuarium di antaranya aerator atau blower yang berfungsi sebagai pemasok oksigen ke dalam air. Selain itu, juga disediakan silkulator (aquarium liquid filter) yang berfungsi ganda sebagai penyaring kotoran dan pemasok oksigen. Sarana pendukung lain yang juga berfungsi sebagai alat pembersih kotoran yaitu selang penvifon dan serokan. Sementara sarana pendukung lain yang tidak kalah pentingnya adalah lampu UV (ultra violet biolite) yang berfungsi sebagai penerang, terutama pada malam hari. Gunakan lampu UV 10 watt untuk akuarium berukuran 60 cm x 30cm x 35 Cm dan berukuran 80 cm x 40 cm x 37 cm, serta kontainer mini berkapasitas 70 liter. Untuk bak fiberqlass 100 cm x 150 cm sebaiknya dipasang lampu 25 watt. Sementara untuk kolam berukuran 200 cm x 350 cm x 50 cm, lampu yang digunakan UV 40 watt. Patut diketahui, lampu neon memancarkan cahaya yang tidak menimbulkan panas sehingga tidak meningkatkan suhu air.

Sumber :

Nurleli, 2011. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Ikan Maskoki. Materi Penyuluhan Kelautan & Perikanan Nomor: 012/TAK/BPSDMKP/2011. Pusat Penyuluhan Kelautan & Perikanan BPSDMKP.

PUSTAKA:

Adijaya, S.Dian, ?Agar Kemolekannya Dinikmati Lebih Lama?, Trubus, Agustus 2003.

_____________, ?Merah Putih Corak Ranchu?, Trubus, Juli 2003

_____________, ?Strain Terbaru berdasarkan Tirai Bambu?, Trubus, Agustus 2003.

Hisomudin, dkk., ?Pertarunga Maskoki & Solusinya?, Penebar Swadaya, 2003

Suyanto, S.Rachmatun, ?Parasit Ikan dan Cara Pemberantasannya? (Jakarta : Pusat Penerbitan Yayasan Sosial Tani Membangun, 1981).

#Tag : Maskoki

TEKNIK PEMASARAN PRODUK PERIKANAN (MARKETING MIX)

1.1. Pengertian Pemasaran

Kegiatan pemasaran (marketing) sangatlah penting bagi semua kegiatan yang sifatnya menghasilkan barang atau jasa. Dalam proses produksi hasil perikanan, bila tidak ada  kegiatan pemasaran maka semua produk perikanan yang dihasilkan tersebut adalah merupakan seonggok barang yang tidak bermanfaat.

Pemasaran adalah proses manajerial yg dilakukan oleh individu ataupun grup dalam memperoleh kebutuhan & harapan mereka, menggunakan cara menciptakan dan mempertukarkan produk & nilai dengan pihak lain. Jadi, tujuannya adalah buat memenuhi kebutuhan dan hasrat individu maupun organisasi.

Aktivitas pemasaran bermula dari pengamatan kebutuhankonsumen.Kegiatan pemasaran diawali berdasarkan kebutuhan atau asa konsumen.Berdasarkan kebutuhan atau asa konsumen, barulah dibentuk produk.Sedangkan kegiatan penjualan, diawali dengan membuat produk, & menggunakan gencar berusaha bagaimana produk tersebut laku dijual.Dalam aktivitas pemasaran dituntut kreatifitas lebih secara umum dikuasai daripada promosi.Sedangkan pada kegiatan penjualan, kenaikan pangkat lebih dominan. Kalau kita menerapkan aktivitas pemasaran maka kepuasan konsumen akan sebagai harapan atau tujuannya. Sebaliknya penjualan, nir memperhatikan kepuasan konsumen yang penting barang terjual habis.

Dalam hal pemasaran produk hasil perikanan, seorang pemasar pertama kali harus memusatkan perhatiannya pada pelanggan/pasar buat mencari tahu kebutuhan & hasrat mereka.Jadi, pada hal ini kebutuhan & keinginan pelanggan/pasar menempati titik sentral.Kondisi pelanggan/pasar sangatlah majemuk, itu berarti harapan pelanggan.Pasar pun beragam.Dengan demikian, yang pertama kali harus dilakukan adalah menentukan pelanggan/pasar target (target customers).Untuk produk perikanan & kelautan, target customers ini misalnya buat anak-anak, orang dewasa, balita, warga kelas sosial bawah, menengah, atas, dan sebagainya.

Anak-anak ketika ini senang jajan ?Tempura ikan?, maka perusahaan membuatlah tempura ikan yang bergizi dan kondusif pada konsumsi anak-anak. Artinya nir mengandung bahan kimia yg berbahaya di konsumsi anak-anak & manusia pada biasanya.Kedua, perusahaan harus memancing agar pasar sasaran menaruh respons yg diinginkan sang perusahaan.Jadi, bagaimana caranya supaya pelanggan merasa bahwa produk yg kita buat atau pasarkan adalah yang cocok bagi mereka.

Apa saja respon yg diinginkan perusahaan? Respons tersebut adalah pasar sasaran mengenal, menyukai, membuahkan produk sebagai pilihan, membeli produk dan sebagai pelangganyang loyal terhadap produk.Untuk memperoleh respon tersebut perusahaan harus membentuk produk yg sesuai dengan kebutuhan dan cita-cita pasar sasaran, memutuskan harga yg sesuai (nir terlalu mahal dan tidak terlalu murah) bagi pasar target, menyediakan produk pada loka-tempat yang umumnya didatangi pasar target dan melalukan promosi yang format & metodenya mengena dengan pasar target.

Alat yang mampu dikontrol sang perusahaan dan diarahkan buat memperoleh respons yg diinginkan berdasarkan pasar sasaran yg mencakup produk (product), harga (price), loka (place), dan promosi (promotion) yang diklaim 4 P yg dikenal dengan bauran pemasaran (marketing mix).

1.2. Produk (Product)

Produk adalah segala sesuatu yg bisa ditawarkan sang individu rumah tangga maupun organisasi ke dalam pasar untuk diperhatikan, dipakai, dibeli juga dimiliki. Beberapa hal yg harus diperhatikan terkait menggunakan sebuah produk output perikanan merupakan:

·      Varian produk.

Apakah variasi produk output perikanan yang dipasarkan hanya satu jenis saja atau diupayakan beberapa jenis olahan yg bisa diterima seluruh, baik anak-anak, bunda-bunda & bapak-bapak.

·      Kualitas Produk.

Bagaimana kualitas sebuah produk output perikanan, apakah berkualitas tinggi, sedang atau rendah.Sebaiknya kualitas kualitas sebuah produk output perikanan tidak hanya dipandang dari segi penampilan fisik produk tetapi juga wajib diperhatikan menurut sisi keamanan pangan.Bahan-bahan buat mengolah termasuk produk yang kondusif untuk dikonsumsi.

·      Desain Produk.

Bagaimana desain dari sebuah produk output perikanan.Apa mereknya? Fiturapa yg perlu ditampilkan pada produk? Kemasan bagaimana?Ukurannya bagaimana?

1.3. Harga (Price)

Harga adalah sejumlah nilai yang dipertukarkan buat memperoleh suatu produk.Untuk memutuskan sembarang harga merupakan mudah.Namun untuk menentukan harga yang tepat merupakan sulit.Harga yg sempurna, yaitu harga yang dinilai tidak terlalu mahal di mata konsumen, masih menaruh laba bagi perusahaan & nir sebagai kelemahan perusahaan di mata pesaing. Sehubungan dengan harga, banyak hal yang harus dipikirkan sang pihak pembuat/perusahaan, diantaranya:

·      Berapa tingkat harga yang ditetapkan?

·      Seberapa bebas perantara dalam menetapkan harga, karena umumnya perantaralah (bukan produsen) yang berhubungan dengan konsumen akhir.

·      Berapa harga minimum dan maksimum yang bisa diterapkan oleh perantara (allowances)? Berapa lama jangka waktu pembayaran?

·      Bagaimana persyaratan-persyaratan untuk pembelian secara kredit?

1.4. Tempat (Place)

Tempat merupakan lokasi dimana konsumen umumnya membeli sebuah produk. Misalnya loka menjual lele penyet pada warung, tempura lele di sekolah-sekolah, sosis, nuget lele di mini market, super market, steak lele & lele asam manis di restoran, & seterusnya.Tempat yang dimaksud dalam bauran pemasaran merupakan menyediakan produk kepada konsumen pada loka yang tepat, kualitas yg sempurna & jumlah yg sempurna. Hal-hal yang perlu direncanakan berkaitan menggunakan tempat merupakan :

·      Saluran pemasaran

·      Cakupan pasar

·      Keanekaragaman produk (assortment)

·      Lokasi

·      Manajemen persediaan

·      Transportasi dan logistik.

1.5. Promosi (Promotion)

Promosi adalah kegiatan-aktivitas buat mengkomunikasikan kelebihan-kelebihan produk dan membujuk konsumen buat membelinya.Respons yg diperlukan dari pasar target pula dipengaruhi sang aktivitas promosi. Hal-hal yg perlu direncanakan berkaitan menggunakan loka adalah:

·      Apa sasaran yang ingin dicapai melalui promosi?

·      Berapa anggaran yang diperlukan?

·      Apa pesan yang ingin disampaikan?

·      Apa metode promosi yang digunakan, apakah iklan, personal selling, hubungan masyarakat, promosi penjualan ataukah pemasaran langsung?

SUMBER:

Anonim, 1989. Petunjuk Praktis Penanganan dan Transportasi Ikan Segar. Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan,  Jakarta.

Anonim, 1992. Petunjuk Teknis Penanganan Tuna Loin Segar. Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan, Jakarta.

Anonim, 1992. Petunjuk Teknis Transportasi Ikan Hidup Dengan Cara Dipingsankan. Bimbingan & Pengujian Mutu Hasil Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta

Anonim, 2007. Juknis Penerapan Sistem Rantai Dingin & Sanitasi Higiene di Unit Pengolahan Ikan. Direktorat Pengolahan Hasil. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Departemen Kelautan & Perikanan, Jakarta.

Http://www.Academia.Edu/5197583/PROSES_PENANGANAN_TUNA_DI_PELABUHAN

http://www.Ppnsi.Org/jurnal-mainmenu-9/perikanan-a-kelautan-mainmenu-43/139-strategi-pemasaran-produk-perikanan-&-kelautan.

Http://rafel896.Wordpress.Com/2011/10/16/standard-sanitation-operating-procedure-ssop.

Http://teknologipascapanen.Blogspot.Com/2012/02/transportasi-ikan-hayati.Html

http://fatih16.Blogspot.Com/2013/05/penanganan-ikan-pada-pantai.Html

http://oceanbrilliant.Blogspot.Com/2013/04/pennganan-ikan-pada-pelabuhan-perikanan.Html

http://nakbarsyah.Blogspot.Com/2014/01/distribusi-output-tangkapan-permasalah.Html

Undang-Undang RI No 31 Tahun 2004 mengenai Perikanan

Keputusan Menteri KP No 10 Tahun 2004 tentang Pelabuhan Perikanan

CARA PENANGANAN IKAN

Produk perikanan termasuk produk yang memiliki sifat sangat mudah rusak/busuk (perishable food). Tubuh ikan mempunyai kadar air yang tinggi dan pH tubuh yang mendekati netral sehingga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri pembusuk maupun organisme lain. Untuk menghambat proses pembusukan pada produk perikanan, maka harus dilakukan penanganan ikan sebaik mungkin sehingga produk perikanan dapat disimpan selama mungkin dalam keadaan baik.

Beberapa hal yg harus diperhatikan dalam penanganan produk perikanan adalah grading, sortasi, & tahapan dalam penanganan produk perikanan.

Sortasi

Sortasi merupakan pemisahan ikan/output ikan berdasarkan jenis, berukuran, & tingkat kesejukan. Berdasarkan jenisnya, ikan terbagi sebagai dua kelompok yakni ikan pelagis dan ikan demersal. Ikan pelagis adalah ikan yg hayati pada permukaan sedangkan ikan demersal adalah ikan yang hayati didasar perairan. Berdasarkan ukuran terdiri atas ikan mini , sedang, dan akbar. Berdasarkan tingkat kesegarannya, ikan terbagi menjadi ikan segar & ikan yg telah mengalami kemunduran mutu/terkotori mikroba.

Pada umumnya sortasi dilakukan terhadap ikan yg akan diekspor. Pada saat ikan akan diproses, ikan dimuntahkan berdasarkan loka penyimpanan dan diletakkan berjajar diatas meja prosesing.

a.      Pemisahan Ikan-Ikan yang dibawah ukuran standar

Sebagai model ikan tuna, biasanya ikan yg diperkirakan beratnya kurang menurut 1lima Kg nir diekspor, namun batas ini dapat berubah sesuai dengan keadaan pasar pada Negara tujuan ekspor.Apabila persediaannya kurang maka ikan yang berukuran lebih kecil dapat juga diekspor, namun jika melimpah batas minimum itu dinaikkan.

b.      Pemeriksaan mutu secara organoleptik

Pemeriksaan ini umumnya dilakukan oleh petugas spesifik atau pribadi sang pembeli.Ikan diperiksa satu per satu. Sasaran yg diperiksa meliputi:

-    Penampilan ikan secara keseluruhan: ikan harus utuh dan mulus , bebas dari cacat akibat gigitan binatang lain, memar, sisik banyak terkelupas, tidak bernoda.

-    Sayatan daging pada batang ekor.

Sorting terbagi atas: Sorting Warna, Sorting Ukuran, dan Sorting Final

a.      Sorting Warna

Contoh dalam udang. Udang mengalami proses pemisahan dari warnanya. Pemisahan warna dilakukan menurut warna bahan standar & diklasifikasikan sesuai dengan warna yg sudah ditentukan.

b.      Sorting Ukuran

Sorting ukuran adalah suatu cara penyortiran ikan/hasil ikan berdasarkan ukurannya. Biasanya dikelompokkan sesuai dengan jumlah tertentu untuk setiap kg. Contoh jumlah standar ukuran udang HL (Head Less) sebagaimana berikut:

Ukuran Udang HL

Jumlah pada berat 1,8 Kg

Minimum

Maksimum

Rata-Rata

U ? 6

dua7

tiga0

dua9

8 ? 1dua

41

44

4tiga

1tiga ? 1lima

limatiga

lima7

limalima

Dst

?

?

?

c.       Sorting Final

Sortasi final dilakukan untuk mengoreksi hasil sortasi yang belum seragam baik mengenai mutu, ukuran, maupun warna. Dalam proses ini diperlukan ketelitian dan keterampilan yang lebih tinggi dan cermat bila dibandingkan dengan sortasi  sebelumnya. Dengan demikian diperlukan petugas sortir yang memiliki kemampuan khusus dalam kegiatan tersebut.Setiap tahapan sortasi dilakukan dalam system rantai dingin (cold chain system).

Sedangkan pada Ikan Tuna, sortasi mutu dilakukan berdasarkan pengamatan. Sortasi mutu dilakukan untuk mengecek kualitas daging tuna menggunakan checker (alat berbentuk besi panjang yang dapat mengambil irisan daging tuna)  pada bagian belakang sirip pectoral dan pangkal ekor, bagian ini merupakan daerah yang tidak diperlukan di restoran.

Kriteria penentuan kualitas daging tuna umumnya mencakup komponen dibawah ini:

1.   Tekstur daging, tuna yang baik memiliki daging yang berserat dan tidak lembek saat dipegang.

dua.   Warna, tuna yang baik memiliki daging berwarna merah dan mata yang bening.

tiga.   Kandungan minyak, tuna yang baik memiliki kandungan minyak.

Grading

Grading berasal dari kata grade yang berarti tingkat/kelas. Yang dimaksud dengan Grading dalam istilah perikanan merupakan suatu upaya pengelompokan ikan/hasil ikan menjadi beberapa tingkat/kelas (grade) sehingga masing-masing kelas memiliki kualitas mutu yang seragam. Umumnya pengkelasan ini dilakukan pada produk ikan/hasil ikan yang akan diekspor. Untuk itu diperlukan standar mutu baku yang dapat digunakan pada saat pembelian bahan baku. Masing-masing Negara pengimpor memiliki standar mutu baku tertentu. Sebagai contoh untuk ekspor udang black tiger shrimp  ke Jepang, maka ditetapkan spesifikasi standar bahan baku udang black tiger shrimp (japan grade).

Spesifikasi standar mutu udang black tiger shrimp kualitas pertama:

·         Tubuh antarruas kokoh.

·         Warna cemerlang sesuai aslinya

·         Bau spesifik udang segar

·         Tidak ada blackspot pada ekor, daging dan kulit

·         Tidak ada rongga udara antara daging dan kulit

·         Tekstur daging keras

·         Anggota badan lengkap

·         Tidak ada cacat badan

Spesifikasi standar mutu udang black tiger shrimpkualitas kedua:

·         Tubuh antarruas lembek dan mulai kerut.

·         Lingkaran antar ruas sudah longgar

·         Warna tubuh buram dan tidak cerah

·         Ada bercak hitam di bagian kulit

·         Anggota badan tidak lengkap

·         Bau sudah tidak segar

·         Ekor pripis

·         Tekstur daging lembek

Spesifikasi standar mutu udang black tiger shrimp kualitas kedua:

·         Tekstur badan lembek

·         Kulit udang banyak yang mengelupas dan mudah dibuka

·         Bau sudah tidak segar lagi, tetapi belum berbau sulfide atau amoniak yang kuat

·         Warna belum merah akibat kemunduran mutu

·         Anggota bdan tidak lengkap, banyak yang rusak dan cacat

Sedangkan Grade dalam tuna diinisialkan menurut yang kualitasnya yg mengagumkan sampai yang jelek berturut-turut yaitu AAF, AA, AF, F, A , dan B buat tujuan ekspor & B buat pasar lokal. Selain penggunaan inisial tersebut, adapula yang menginisialkan kelas atau grade dalam ikan tuna dengan inisial Grade A, B, C & D. Penetapan inisial pada penentuan grade ikan tuna memang berbeda-beda buat setiap perusahaan. Tetapi demikian, umumnya tuna dikelaskan dari taraf kesejukan, rona daging, kadar lemak, syarat dan berukuran fisik.

Grading dalam Ikan Tuna umumnya dilakukan sang checker (seorang pakar), tetapi terkadang dilakukan jua secara langsung sang pembeli dengan menyelidiki ikan untuk melihat kualitas mutunya sehingga bisa menetapkan harga lelang.

Pada dasarnya, baik sortasi ataupun grading adalah tahapan dalam proses penanganan ikan yang bermaksud buat memisahkan ikan supaya diperoleh ikan yang seragam. Bedanya, sortasi dilakukan supaya diperoleh ikan yang seragam baik menurut jenisnya juga ukurannya, sedangkan grading dilakukan buat memperoleh ikan yg seragam pada hal kualitasnya sesuai menggunakan yang diinginkan sang pasar.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menentukan mutu / kualitas ikan adalah dengan menggunakan metode pengujian secara organoleptik. Namun demikian terlebih dahulu harus diketahui perbedaan antara ikan yang masih segar yang menandakan ikan tersebut berkualitas/bermutu dengan ikan yang sudah mengalami penurunan mutu atau ikan sudah mulai membusuk. Berikut ini adalah perbedaannya:

IKAN SEGAR

IKAN YANG MULAI BUSUK

1.

Kulit

Warna kulit jelas dan jernih

Kulit berwarna suram, pucat dan berlendir banyak

Kulit masih kuat membungkus tubuh, nir mudah sobek, terutama dalam bagian perut

Kulit mulai terlihat mengendur pada beberapa loka tertentu

Warna-warna khusus yg ada masih terlihat kentara

Kulit mudah robek & rona-warna khusus sudah hilang

dua.

Sisik

Sisik menempel bertenaga dalam tubuh sebagai akibatnya sulit dilepas

Sisik mudah terlepas dari tubuh

tiga.

Mata

Mata tampak terang, jernih, menonjol dan cembung

Mata tampak suram, karam & berkerut

4.

Insang

Insang berwarna merah hingga merah tua, terperinci & lamella insang terpisah

Insang berwarna coklat suram atau abu-abu dan lamella insang berdempetan

Insang tertutup oleh lendir berwarna terang dan berbau segar misalnya bau ikan

Lendir insang keruh dan berbau asam menusuk hidung

lima.

Daging

Daging elastis, mengindikasikan rigor mortis masih berlangsung

Daging lunak, menandakan rigor mortis telah selesai

Daging dan bagian tubuh lain berbau segar

Daging & bagian tubuh lain mulai berbau busuk

Jika daging ditekan menggunakan jari nir tampak bekas lekukan

Jika ditekan menggunakan jari tampak bekas lekukan

Daging melekat kuat dalam tulang

Daging gampang lepas berdasarkan tulang

Daging perut utuh & kenyal

Daging lembek & isi perut tak jarang keluar

Warna daging putih

Daging berwarna kuning kemerah-merahan terutama disekitar tulang punggung

6.

Keberadaan dalam air

Ikan segar akan tenggelam

Ikan yang sudah membusuk akan mengapung pada bagian atas air

Pengujian organoleptik adalah cara pengujian terhadap suatu produk (termasuk produk perikanan) dengan menggunakan indera manusia menjadi indera utama seperti : kenampakan, bau, rasa dll. Dengan istilah lain pengujian menggunakan cara organoleptik dianggap pula menggunakan istilah pengujian secara sensorik. Cara ini sangat murah, gampang dan sangat mudah untuk dikerjakan, namun ketelitiannya sangat tergantung dalam tingkat kepandaian orang yang melaksanakannya. Dengan metode penilaian organoleptik, ikan yg busuk bisa dibedakan menurut ikan yang segar menggunakan melihat tanda-tanda pada tubuh ikan.

Cara menetukan kualitas ikan dengan menggunakan metode organoleptic.

Penilaian organoleptik dapat dilakukan oleh setiap orang termasuk supplier atau pembeli sekalipun. Untuk menilai kualitas ikan dengan cara organoleptic umumnya menggunakan bantuan lembar score sheet. Cara penilaiannya yaitu dengan membaca score sheet dan menyesuaikan dengan keadaan ikan yang dinilai. Berikut ini adalah bentuk score sheet dalam penilaian ikan segar.

SASARAN

PENGAMATAN

KEADAAN IKAN

NILAI

HASIL PENILAIAN

MATA

Sangat segar, biji mata cembung hitam, kornea jernih

lima

Agak karam, biji mata kelabu, rona kornea agak keruh

tiga

Tenggelam, biji mata putih, kornea keruh

dua

Biji mata tenggelam total

0

INSANG

Warna merah cerah, tidak berlendir, dampak bakteri

lima

Warna sedikit memucat, sedikit lendir

tiga

Warna banayk berubah, lender poly

dua

Warna sangat pucat, lender sangat poly

0

DINDING PERUT

Perut utuh, nir ada perubahan warna dalam dinding perut

lima

Dinding perut sedikit berubah rona & menjadi relatif lunak

tiga

Dinding perut poly berubah rona dan sebagai lunak

dua

Dinding perut berubah warna secara total & sangat lembek

0

DAGING

Kenyal, kenyal terhadap tekanan jari

lima

Sedikit lunak

tiga

Lebih lunak, sisik mudah tanggal

dua

Sangat lembek, jika ditekan menggunakan jari bekasnya tidak hilang

0

BAU DAN RASA

Segar, rasa manis yg khas menurut species yg bersangkutan

lima

Rasa netral, rasa khas hilang

4

Rasa hambar

tiga

Rasa tidak lezat , asam, tengik, berbau amoniak

dua

Berbau busuk

0

Adapun langkahnya merupakan sebagai berikut:

-             Pastikan penguji dalam keadaan sehat.

-             Siapkan lembar penilaian (score sheet).

-             Amati kondisi ikan secara seksama, mulai dari kenampakan, bau, rasa, tekstur, dll.

-        Berikan nilai pada setiap sasaran pengamatan (mata, insang, dinding perut, daging, bau, dan rasa) sesuai dengan yang tertera pada lembar penilaian (score sheet).

-        Apabila semua sasaran pengamatan mendapatkan nilai tertinggi, maka hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa ikan yang diamati memiliki kualitas terbaik, (dapat dikatakan dalam kategori Grade A/paling berkualitas),

-        Apabila semua sasaran pengamatan mendapatkan nilai terendah, maka hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa ikan yang diamati memiliki kualitas buruk, (dapat dikatakan dalam kategori Grade D/kualitas paling rendah).

Namun demikian, penilaian mutu/kualitas ikan dengan menggunakan cara pengujian organoleptik ternyata juga memiliki kekurangan diantaranya adalah sifat pengujiannya yang cenderung subyektif. Oleh karena itu, hasil akhir dari penilaian organoleptik ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman panjang untuk menjadi seorang penguji/checker/panelis yang baik.

DAFTAR PUSTAKA:

Anonim, 1989. Petunjuk Praktis Penanganan dan Transportasi Ikan Segar. Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan,  Jakarta.

Anonim, 199dua. Petunjuk Teknis Penanganan Tuna Loin Segar. Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan, Jakarta.

Anonim, 199dua. Petunjuk Teknis Transportasi Ikan Hidup Dengan Cara Dipingsankan. Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta

Anonim, dua007. Juknis Penerapan Sistem Rantai Dingin dan Sanitasi Higiene di Unit Pengolahan Ikan. Direktorat Pengolahan Hasil. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

http://www.academia.edu/lima197lima8tiga/PROSES_PENANGANAN_TUNA_DI_PELABUHAN

http://www.ppnsi.org/jurnal-mainmenu-9/perikanan-a-kelautan-mainmenu-4tiga/1tiga9-strategi-pemasaran-produk-perikanan-dan-kelautan.

http://rafel896.wordpress.com/dua011/10/16/standard-sanitation-operating-procedure-ssop.

http://teknologipascapanen.blogspot.com/dua01dua/0dua/transportasi-ikan-hidup.html

http://fatih16.blogspot.com/dua01tiga/0lima/penanganan-ikan-di-pantai.html

http://oceanbrilliant.blogspot.com/dua01tiga/04/pennganan-ikan-di-pelabuhan-perikanan.html

http://nakbarsyah.blogspot.com/dua014/01/distribusi-hasil-tangkapan-permasalah.html

Undang-Undang RI No tiga1 Tahun dua004 tentang Perikanan

Keputusan Menteri KP No 10 Tahun dua004 tentang Pelabuhan Perikanan

SANITATION STANDARD OPERATING PROCEDURS (SSOP) PENANGANAN PRODUK PERIKANAN

Pengertian SSOP

Sanitasi adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh & berkembang biaknya jasad renik pembusuk dan pathogen serta membahayakan manusia. Sanitasi output perikanan merupakan upaya pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh & berkembang biaknya jasad renik pembusuk & pathogen pada output perikanan & membahayakan manusia.Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara & melindungi kebersihan individu.

Teknik sanitasi & higien adalah segala aktivitas yang berkaitan dengan upaya pemeliharaan/supervisi kebersihan & kesehatan pada proses produksi & distribusi output perikanan buat mencapai syarat eksklusif sebagai akibatnya output perikanan tadi memenuhi standar mutu.

Persyaratan sanitasi merupakan standar kebersihan dan kesehatan yg wajib dipenuhi, termasuk baku higieni, sebagai upaya mematikan atau mencegah hidupnya jasad renik pathogen & mengurangi jasad renik lainnya agar hasil perikanan yg dihasilkan dan dikonsumsi nir membahayakan kesehatan dan jiwa insan.

SSOP (Sanitation Standard Operating Prosedured) adalah Prosedur Pelaksanaan Sanitasi Standar yang harus dipenuhi oleh suatu UPI (Unit Pengolahan Ikan) untuk mencegah terjadinya kontaminasi terhadap produk yang diolah. Tujuannya adalah untuk memastikan mutu produk dan menjamin tingkat dasar pengendalian keamanan pangan, serta meminimalisir kontaminasi.

Teknik Penerapan SSOP

Dalam mekanisme pelaksanaan sanitasi baku (SSOP) masih ada 8 (delapan) kunci utama persyaratan sanitasi, antara lain:

1.      Keamanan Air dan Es

Beberapa hal yg harus diperhatikan tentang penggunaan air & es:

-       Memenuhi standar air untuk minum dengan standar minimal tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa

-       Air berasal dari sumber yang tidak berbahaya, saluran pipa air dirancang agar tidak terjadi kontaminasi silang dengan air kotor

-       Apabila menggunakan air laut harus sesuai dengan persyaratan

-       Monitoring kualitas air dilakukan minimal 6 bulan 1 kali

-       Es terbuat dari air yang memenuhi syarat (tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa)

-       Dalam penggunaannya, es harus ditangani dan disimpan di tempat yang bersih agar terhindar dari kontaminasi.

2.      Kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan pangan

Permukaan alat-alat dan perlengkapan yang kontak menggunakan bahan baku dan produk akhir wajib bebas dari lubang-lubang & celah-celah, rapat air, nir berkarat, nir mengakibatkan kontaminasi, nir beracun, dan dibuat sedemikian rupa sebagai akibatnya air dapat mengalir dengan baik. Peralatan & perlengkapan yg herbi produk dibersihkan sebelum dan selesainya digunakan dan dilakukan secara rutin & periodic.Kondisi peralatan & ruang pengolahan terawatt, higienis & saniter, permukan halus, dapat dibersihkan dan disanitasi.

Bahan-bahan yang kondusif buat digunakan wajib memenuhi persyaratan sebagi berikut:

-       Non-toksin (tidak ada bahan kimia yang larut)

-       Non-absorbent (dapat dikeringkan)

-       Tahan karat

-       Tahan terhadap pembersihan dan bahan sanitasi

Sedangkan bahan yg harus dihindari merupakan bahan-bahan yang terbuat dari bahan kayu dan besi.

3.      Pencegahan kontaminasi silang

Kontaminasi silang adalah transfer kontaminan biologi atau kimia terhadap produk pangan dari bahan baku, personel, atau lingkungan penanganan produk. Kontaminasi silang sering menyebabkan terjadinya keracunan terutama pada saat bakteri pathogen atau virus mencemari produk sipa konsumsi (read-to-eat). Pathogen yang dapat mengkontaminasi produk akhir dapat bersumber dari personil unit usaha, bahan baku, peraltan dan perlengkapan, dan lingkungan unit pengolahan.

4.      Menjaga fasilitas pencuci tangan, sanitasi, dan toilet

a.   Washtafel, toilet, dan fasilitas sanitasi

-       Washtafel minimal 1 buah untuk 10 karyawan, dekat pintu masuk, air harus mengalir, dan dilengkapi dengan fasilitas sanitasi (sabun antiseptic, pengering tangan)

-       Toilet sesuai dengan jumlah karyawan, berfungsi baik, tidak berhubungan langsung dengan ruangan penanganan dan pengolahan, dilengkapi dengan dengan fasilitas sanitasi.

b.   Ruang ganti karyawan, dan loker

-       Ruang ganti digunakan karyawan untuk ganti pakain kerja, tersedia dengan jumlah memadai, selalu dalam keadaan bersih.

-       Loker digunhakan untuk menyimpan pakaian kerja dan ganti karyawan serta peralatan pribadi karyawan, tersedia dalam jumlah yang cukup.

c.    Program mencuci tangan

Program mencuci tangan menjadi sangat krusial Karen poly karyawan (Pekerja/pengolah) yang tidak mencuci tangan secara rutin, & memcuci tangan yang tidak dilakukan dengan sahih.

Adapun cara mencuci tangan yg benar merupakan sebagai berikut:

-       Melepas perhiasan;

-       Basahi tangan dengan air;

-       Gunakan sabun;

-       Bilas

-       Keringkan dengan lap atau pengering lainnya; dan

-       Hindari rekontaminasi.

5.      Proteksi dari bahan-bahan kontaminan

Semua bahan kimia, pembersih, & saniter harus diber label menggunakan jelas, dan dipakai sesuai menggunakan persyaratan dan petunjuk yang dipersyaratkan.Bahan-bahan tersebut usahakan disimpan diruang khusus & terpisah menggunakan ruang penyimpanan/pengolahan produk.Dalam penggunaannya pun harus ditunjuk petugas yg spesifik bertanggung jawab pada penanganan bahan kimia.

6.      Pelabelan, penyimpanan, dan penggunaan bahan toksin yang benar

Tujuannya merupakan untuk mengklaim bahwa pelabelan, penyimpanan, & penggunaan bahan toksin merupakan sahih buat proteksi produk berdasarkan kontaminan. Bahan kimia dan bahan berbahaya diberi label yg jelas dan disimpan secara terpisah pada wadah yang sama. Bahan-bahan ini digunakan sinkron dengan metode yang dipersyaratkan & dilengkapi dengan indikasi (label) yg dipersyaratkan.

7.      Pengawasan kondisi kesehatan personil

Tujuannya adalah buat mengelola personil yang mempunyai pertanda-tanda penyakit, luka atau kondisi lain yg dapat menjadi sumber kontaminasi mikrobiologi. Caranya adalah menjadi berikut;

-       Memonitor kesehatan pekerja secara periodic, pekerja yang sakit tidak diizinkan untuk bekerja. Bebrerapa jenis penyakit yang dapat mengkontaminasi diantaranya batuk/pilek, flu, diare, penyakit kulit.

-       Karyawan/pekerja penanganan, pengolahan, pengepakan harus mencuci tangan sebelum dan setelah bekerja.

-       Karyawan/pekerja harus menggunakan alat perlengkapan diri berupa pakaian kerja termasuk tutup kepala, masker, sepatu, sarung tangan.

8.      Pengendalian pest

Beberapa pest yang mungkin membawa penyakit diantaranya lalat & kecoa, binatang pengerat, & burung.Oleh karena itu, perlu disediakan fasilitas pengendalian binatang pengganggu (serangga, tikus, hewan peliharaan) yg berfungsi menggunakan efektif.

Cara-Cara Pengolahan Yang Baik / Good Manufacturing  Practices (GMP)

GMP merupakan cara/teknik berproduksi yang baik dan benar buat menghasilkan produk yang sahih memenuhi persyaratan keamanan & mutu. Tujuan: (1) memastikan mutu produk dan menjamin tingkat dasar pengendalian keamanan pangan; dan (2) meminimalisir kontaminasi. GMP mencakup:

A. Persyaratan Lokasi dan Banguna n

1.   Lokasi

-    Dekat dengan pasokan air (kecukupan dan mutu).

-    Terdapat pembuangan limbah.

-    Mudah dijangkau (kemudahan transportasi).

-    Bebas dari: pencemaran/sumber kontaminasi yang berasal dari: sawah/rawa, pembuangan kotoran/sampah, kepadatan penduduk, penumpukan barang bekas, pekarangan yang tidak terpelihara, sarang hama, sistem saluran pembuangan air yang kurang baik

2.      Bangunan

Umum:

-       Mudah dibersihkan dan dipelihara

-       Perencanaan bangunan sesuai persyaratan teknik dan higiene makanan yang diproduksi

-       Pemeriksaan mikrobiologi rutin

Tata ruang:

-       Terdiri dari ruang pokok dan ruang pelengkap yang terpisah

-       Luas sesuai jenis dan kapasitas produksi, jenis dan ukuran alat serta jumlah karyawan

-       Susunan diatur sesuai urutan proses produksi

Ruang- ruang (terpisah)

-       Beberapa Tahap Pengolahan Harus Dipisahkan: (a) pengolahan dingin – panas; (b) pengolahan kering – basah; dan (c) pengasapan dengan ruang pengolahan lainnya.

-       Ruang Penyimpanan Harus Terpisah dari Ruang Pengolahan: (a) Bahan bukan makanan harus disimpan jauh dari makanan; dan (b) Bahan kimia dan bahan berbahaya harus disimpan dalam ruang khusus yang terkunci.

Dinding & Lantai:

-       permukaan lantai tahan air, garam, basa, asam atau bahan kimia lain

-       Permukaan bagian dalam halus, terang, tahan lama, mudah dibersihkan

-       Untuk ruang pengolahan/pembilasan mempunyai kelandaian cukup ke arah saluran pembuangan

-       Pertemuan antara lantai dan dinding tidak membentuk sudut mati (melengkung)

Atap dan langit-langit:

-       Bahan tahan lama, tahan air dan tidak bocor, tidak mudah terkelupas/rontok

-       Tidak berlubang atau retak, Mudah dibersihkan, Tinggi dari lantai minimal 3 meter

-       Permukaan dalam halus, rata, berwarna terang, Rapat air

Pintu dan Jendela:

-       Terbuat dari bahan yang tahan lama

-       Permukaan rata, halus, terang dan mudah dibersihkan

-       Dapat ditutup dengan baik

-       Pintu ruang pokok membuka keluar: aliran udara hanya dari dalam ruangan keluar, bukan sebaliknya

-       Tinggi jendela minimal 1 meter dari lantai

Penerangan

-       ruangan harus terang sesuai keperluan dan persyaratan kesehatan

Ventilasi & pengatur suhu

-       Menjamin peredaran udara baik, dapat menghilangkan uap, gas, debu dan panas

-       Dapat mengatur suhu yang diperlukan

-       Tidak mencemari hasil produksi

-       Terdapat alat yang dapat mencegah masuknya serangga/kotoran

-       Mudah dibersihkan

3.      Fasilitas Sanitasi

Bangunan dilengkapi fasilitas sanitasi, memenuhi persyaratan teknik & hygiene:

-       Sarana penyediaan air: Bangunan dilengkapi sarana penyediaan air yang terdiri dari sumber air, perpipaan, tempat persediaan air

-       Sarana pembuangan: (a) Bangunan dilengkapi saluran pembuangan, dan (b) Dapat mengolah/membuang limbah padat, cair dan/atau gas yang dapat mencemari lingkungan

-       Sarana toilet: (a) Letak tidak langsung ke ruang  pengolahan; (b) Dilengkapi bak cuci tangan; dan (c) Jumlah cukup sesuai jumlah karyawan

-       Sarana cuci tangan: (a) Pada tempat-tempat yang diperlukan; (b) Air mengalir, dilengkapi sabun, alat  pengering dan tempat sampah; dan (c) Jumlah cukup sesuai jumlah karyawan.

B. Persyaratan Operasional

1.   Seleksi bahan baku

-       asal sumber bahan baku

-       jenis dan ukuran

-       mutu (sesuai dengan standar)

-       jenis olahan (produk akhir)

-       Bahan baku dalam keadaan segar dan bersih

-       Berasal dari perairan yang tidak tercemar

-       Bebas dari bau yg menandakan kebusukan (dekomposisi)

2.   Penanganan dan pengolahan

-       waktu/kecepatan

-       temperatur

-       teknologi (segar, beku, kaleng, kering, dll)

-       alat dan perlengkapan sesuai persyaratan teknik dan higiene

-       peralatan sesuai dengan jenis produksi

-       permukaan peralatan yang kontak dengan makanan halus, tidak berlubang, mengelupas menyerap atau berkarat

3.   Bahan pembantu dan bahan kimia

-       bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong tidak merugikan atau membahayakan kesehatan dan memenuhi standar mutu

-       bahan yang akan digunakan harus diuji (organoleptik, fisik, kimia dan mikrobiologi)

4.   Pengemasan

-       dapat melindungi dan mempertahankan mutu dari pengaruh luar

-       tidak berpengaruh terhadap isi

-       bahan tidak dapat mengganggu atau mempengaruhi mutu

-       dapat menjamin keutuhan dan keaslian isi

-       tahan terhadap perlakuan selama pengolahan, pengangkutan dan peredaran

-       tidak merugikan atau membahayakan konsumen

-       bersih dan saniter atau steril

-       Menggunakan kemasan food grade, dilakukan secara cepat, cermat dan saniter

-       Kemasan disimpan di gudang tersendiri dan terlindung dari debu dan kontaminasi

-       Produk dikemas menggunakan kemasan yang saniter, tertutup dan dilengkapi dengan label yang mencantumkan informasi tentang produk

5.   Penyimpanan

Bahan & Hasil Produksi

-       disimpan terpisah, bersih, bebas serangga, binatang pengerat dan /atau binatang lain

-       ditandai dan ditempatkan secara jelas, misal: sesuai/tidak sesuai standar, sudah/ belum diperiksa

-       penyimpanan menggunakan sistem kartu, identitas jelas: nama, tgl penerimaan, jumlah, asal, tgl dan jumlah pengeluaran, tgl dan hasil pemeriksaan, dll.

Bahan Berbahaya

-       Insektisida, rodentisida, desinfektan dan bahan mudah meledak disimpan terpisah, diawasi hingga tidak membahayakan atau mencemari.

6.   Distribusi

-       Jenis Produk: distribusi untuk produk kering berbeda dengan produk basah.

-       Jenis  alat angkut: produk basah harus didistribusi menggunakan sarana transportasi berpendingin.

-       Kondisi Penyimpanan: kondisi penyimpanan harus disesuaikan dengan produk yang didistribusi.

SUMBER:

Anonim, 1989. Petunjuk Praktis Penanganan dan Transportasi Ikan Segar. Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan,  Jakarta.

Anonim, 1992. Petunjuk Teknis Penanganan Tuna Loin Segar. Balai Bimbingan & Pengujian Mutu Hasil Perikanan, Jakarta.

Anonim, 1992. Petunjuk Teknis Transportasi Ikan Hidup Dengan Cara Dipingsankan. Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta

Anonim, 2007. Juknis Penerapan Sistem Rantai Dingin & Sanitasi Higiene pada Unit Pengolahan Ikan. Direktorat Pengolahan Hasil. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Http://www.Academia.Edu/5197583/PROSES_PENANGANAN_TUNA_DI_PELABUHAN

http://www.Ppnsi.Org/jurnal-mainmenu-9/perikanan-a-kelautan-mainmenu-43/139-taktik-pemasaran-produk-perikanan-dan-kelautan.

Http://rafel896.Wordpress.Com/2011/10/16/standard-sanitation-operating-procedure-ssop.

Http://teknologipascapanen.Blogspot.Com/2012/02/transportasi-ikan-hayati.Html

http://fatih16.Blogspot.Com/2013/05/penanganan-ikan-pada-pantai.Html

http://oceanbrilliant.Blogspot.Com/2013/04/pennganan-ikan-pada-pelabuhan-perikanan.Html

http://nakbarsyah.Blogspot.Com/2014/01/distribusi-output-tangkapan-permasalah.Html

Undang-Undang RI No 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

Keputusan Menteri KP No 10 Tahun 2004 mengenai Pelabuhan Perikanan

Keputusan Menteru KP No 52A Tahun 2013 mengenai Persyaratan Jaminan Mutu dan Kemanana Hasil Perikanan Pada Proses Produksi, Pengolahan & Distribusi.

CARA DISTRIBUSI IKAN YANG BAIK

Tiga.1. Pengertian Distribusi Hasil Perikanan

Distribusi output perikanan adalah rangkaian aktivitas penyaluran hasil perikanan menurut suatu loka ke tempat lain semenjak produksi, pengolahan hingga pemasaran. Hal yg paling prinsip pada proses distribusi output perikanan merupakan mempertahankan kondisi alat/wadah/sarana yg digunakan dalam proses distribusi supaya produk yg didistribusikan hingga ke tempat tujuan dengan tetap mempertahankan mutu/kualitasnya. Oleh karena itu, distributor/penyalur hasil perikanan harus tahu persyaratan yang harus dipenuhi pada proses distribusi hasil perikanan.

Berikut ini merupakan beberapa hal yang wajib diperhatikan dalam distribusi ikan yang baik, antara lain:

1.         Distribusi hasil perikanan yang menggunakan sarana transportasi:

a.   Harus bersih dan mampu menghindari kontaminasi;

b.   Didesain  sedemikian  rupa  sehingga  tidak  merusak  produk,  di  mana permukaannya harus rata, mudah dibersihkan, dan disanitasi;

c.    Apabila menggunakan  es sebagai pendingin, harus dilengkapi saluran pembuangan untuk menjamin lelehan es tidak menggenangi produk;

d.   Dilengkapi  peralatan  untuk  menjaga  suhu  tetap  terjaga  selama pengangkutan; dan

e.   Mampu melindungi produk dari resiko penurunan mutu

2.    Sarana berupa kendaraan pengangkut tidak digunakan untuk tujuan lain secara bersamaan untuk menghindari terjadinya kontaminasi terhadap produk hasil perikanan;

3.    Apabila kendaraan pengangkut digunakan untuk mengangkut produk lain secara  bersamaan,  harus  dipisahkan  dan  dijamin  kebersihannya  agar tidak mengkontaminasi produk hasil perikanan;

4.    Pengangkutan  hasil  perikanan  tidak  boleh  dicampur  dengan  produk  lain yang  dapat  mengakibatkan  kontaminasi  atau  mempengaruhi  higiene, kecuali  produk  tersebut  dikemas  sedemikian  rupa,  sehingga  mampu melindungi produk tersebut; dan

5.    Pengangkutan  hasil  perikanan  dalam  keadaan  hidup  harus  mampu mempertahankan  hasil  perikanan  tersebut  tetap  terjaga  kondisi  dan mutunya.

Teknik/cara distribusi produk hasil perikanan sangat dipengaruhi sang beberapa hal antara lain; jenis produk, jenis indera angkut, dan syarat penyimpanan. Proses distribusi buat produk kering berbeda dengan produk basah. Begitupun menggunakan jenis alat angkut yang dipakai, jika produk yg didistribusikan berupa produk basah, maka wahana transportasi yg dipakai wajib dilengkapi menggunakan indera pendingin. Jenis produk yang didistribusikan juga akan berpengaruh terhadap syarat penyimpanan, sebagai akibatnya syarat penyimpanan harus diubahsuaikan menggunakan jenis produk yg akan didistribusikan.

Tiga.Dua. Cara Distribusi Ikan Yang Baik

Pada dasarnya distribusi produk hasil perikanan bisa dilakukan dengan model penerapan system rantai dingin. Dalam system ini suhu ikan hasil tangkapan/panen diupayakan selalu permanen rendah supaya terjaga kesegarannya, yakni dengan mengoptimalkan penggunaan es dalam penyimpanannya.

Sistem rantai dingin yang diterapkan dalam distribusi dan transportasi ikan dipersyaratkan bahwa semua kendaraan yang digunakan untuk pengangkutan ikan harus mampu mempertahankan suhu dingin yang dibutuhkan baik untuk ikan segar maupun mengawetkan produk beku. Akan lebih baik dengan menggunakan pintu dalam yang dapat menutup sendiri dengan fleksibel untuk mengurangi kehilangan udara dingin waktu pintu kendaraan pengangkut dibuka. Pada pengangkutan jarak jauh sebaiknya suhu dipertahankan dan selalu dijaga pada -18oC atau lebih rendah dan ini bisa dicapai dengan pendinginan mekanis, pemakaian es kering, sirkulasi gas cair yang dingin. Untuk refrigerasi dan ketelitian dalam pemuatan, operasi dan pemeliharaannya, sewaktu-waktu harus diperiksa dengan mengukur suhu produk pada awal dan akhir perjalanan.Pengangkutan harus dilakukan dengan hati-hati agar produk perikanan tidak terkena suhu tinggi selama pemuatan dan pembongkaran kendaraan pengangkut. Model pengembangan system rantai dingin yang ditujukan bagi proses distribusi adalah dengan penyediaan sarana sebagai berikut:

1.    Truk ber-refrigerasi (refrigerated truck)

Truk berefrigerasi merupakan alternative alat transportasi produk perikanan yang baik diterapkan buat transport jarak jauh dan yang memakan saat relatif usang.

2.    Truk berinsulasi (insulated truck)

Kebutuhan refrigerasi buat mengangkut ikan dapat ditekan sekecil mungkin menggunakan cara menginsulasi semua bagian sarana angkut sebaik mungkin, yakni atap, dinding, & lantai. Hal ini dilakukan agar suhu ikan nir cepat meningkat selama proses distribusi dan supaya kapasitas ikan yang diangkut agar lebih akbar. Penyusunan peti wadah ikan pada truk berinsulasi disusun rapat sesamanya supaya panas nir menyelinap diantara peti, dan diberi lapisan alas es pada bawah tumpukan peti & lapisan es lagi pada atas tumpukan.

3.    Mobil angkut pick up

Fasilitas mobil pick up dalam suatu unit pengolahan ikan dapat digunakan buat mengangkut kebutuhan proses pengolahan, dan buat mendistribusikan produk olahan non beku yang sudah dikemas dengan baik buat jarak tidak terlalu jauh.

4.    Sepeda motor dilengkapi box berinsulasi

Alat ini dirancang dengan harga yg relative murah namun mempunyai daya guna yg maksimal .Alat tadi berkapasitas 50 kg/wadah. Setiap motor yang dipakai mempunyai 2 wadah. Usia produktif indera ini diperkirakan minimal hingga 5 tahun.

5.    Becak dilengkapi box berinsulasi

Fungsi becak berinsulasi sama dengan motor berinsulasi yakni buat mendistribusikan produk perikanan, dengan tetap menjaga kesegarannya karena telah didesain sedemikian rupa. Namun penggunaan becak ini terbatas menurut segi daerah karena hanya bisa dipakai dalam jeda dekat.

6. Cool box

Dalam proses distribusi, cool box terutama digunakan sebagai wadah penyimpanan produk hasil perikanan. Untuk keperluan penyimpanan, distribusi dan penjajaannya dilakukan dalam wadah cool box dengan menyelimuti seluruh badan ikan dengan es curia. Caranya adalh sebagai berikut:

-       Pertama-tama menempatkan es curia yang lebih tebal dibagian dasar wadah, kemudian menempatkan lapisan ikan dengan ketebalan tertentu diatasnya, selanjutnya ditempatkan lagi lapisan es diatas lapisan ikan, demikian seterusnya berselang-seling dengan yang terakhir (paling atas) adalah lapisan es yang lebih tebal.

-       Pada ikan-ikan yang ukurannya lebih kecil, proses seperti ini juga sekaligus merupakan proses meninginkannya. Efektifitas pendinginannya sangat tergantung kepada ketebalan lapisan ikan, ketebalan lapisan (kecukupan) es, dan kekedapan wadah (cool box) terhadap penetrasi panas.

-       Pada kondisi pengemasan hanya satu lapisan ikan dan lapisan tersebut dapat diselimuti dengan sempurna oleh es curia, maka dilihat jelas bahwa ketebalan lapisan dan suhu awal ikan sangat menentukan kecepatan pendinginan, dimana semakin tebal lapisan dan semakin tinggi suhu awal ikan maka waktu yang dibutuhkan untuk mendinginkannya akan semakin lama.

-       Dari sisi kebutuhan es, selain ditentukan oleh jumlah ikan yang didinginkan juga ditentukan oleh suhu awal ikan dan suhu udara luar disekitar wadah atau cool box, dimana semakin tinggi suhunya maka jumlah es yang dibutuhkan akan semakin banyak.

7. Trays/kranjang

Fungsi trays dan keranjang dalam proses distribusi adalah untuk menampung produk olahan ikan sebelum dikemas dan didistribusikan. Untuk produk segar/beku, ikan harus tetap dijaga kesegarannya dengan menambahkan es selama ditampung dalam trays.

8.    Sarana sanitasi dan hygiene

Dalam proses distribusi, sarana sanitasi & hygiene diperukan buat menjaga syarat sarana angkutan yg dipakai buat mengangkut produk-produk perikanan agar tetap bersih, sehingga kesejukan ikan selama proses distribusi tetap terjaga.

Selain dalam bentuk fresh/segar dan beku, produk output perikanan jua bisa didistribusikan pada bentuk ikan hidup. Biasanya ikan-ikan yg dipasarkan dalam keadaan hidup adalah ikan-ikan menurut output budidaya atau ikan karang yg mempunyai nilai jual relatif tinggi.Pada dasarnya, terdapat 2 metode transportasi ikan hidup, yaitu dengan menggunakan air sebagai media atau sistem basah, & media tanpa air atau sistem kering.

1.    Pengangkutan Sistem Basah

Transportasi sistem basah (memakai air sebagai media pengangkutan) terbagi menjadi 2, yaitu :

a)   Sistem Terbuka

Pada sistem ini ikan diangkut dalam wadah terbuka atau tertutup tetapi secara terus menerus diberikan aerasi buat mencukupi kebutuhan oksigen selama pengangkutan. Biasanya sistem ini hanya dilakukan dalam ketika pengangkutan yg nir usang. Berat ikan yg kondusif diangkut dalam sistem ini tergantung berdasarkan efisiensi sistem aerasi, usang pengangkutan, suhu air, berukuran, serta jenis spesies ikan.

b)   Sistem Tertutup

Dengan cara ini ikan diangkut pada wadah tertutup dengan suplai oksigen secara terbatas yg sudah diperhitungkan sesuai kebutuhan selama pengangkutan. Wadah dapat berupa kantong plastik atau bungkus lain yang tertutup. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pengangkutan adalah kualitas ikan (wajib sehat & baik), oksigen, suhu (15 ? 20oC buat ikan didaerah tropis), pH (7 ? 8), CO2, amoniak, kepadatan dan aktivitas ikan (perbandingan antara volume ikan dengan volume air merupakan 1:3 hingga 1:2).

Beberapa konflik pada pengangkutan sistem basah adalah selalu terbentuk buih yang disebabkan banyaknya lendir & kotoran ikan yg dimuntahkan. Kematian diduga lantaran dalam ketika diangkutisi perut terdapat,sebagai akibatnya pada waktu diangkut masih ada kotoran yang mencemari media air yang digunakan buat transportasi. Disamping itu, bobot air cukup tinggi, yaitu 1 : tiga atau 1 : 4 bagian ikan menggunakan air sebagai hambatan tersendiri untuk bisa mempertinggi volume ikan yg diangkut. Oleh karenanya, buat menghindari terjadinya metabolisme yg sangat tinggi pada waktu pengangkutan, maka usahakan ikan diberok terlebih dahulu minimal 1 hari sebelum ikan diangkut menggunakan cara dipuasakan.

2.    Pengangkutan Sistem Kering (Semi Basah)

Pada transportasi sistem kering, media angkut yg digunkan adalah bukan air, Oleh karena itu ikan wajib dikondisikan dalam keadaan kegiatan biologis rendah sebagai akibatnya konsumsi tenaga & oksigen juga rendah. Makin rendah metabolisme ikan, makin rendah jua aktivitas & konsumsi oksigennya sehingga ketahanan hidup ikan buat diangkut diluar habitatnya makin akbar.

Penggunaan transportasi sistem kemarau dirasakan adalah cara yg efektif meskipun resiko mortalitasnya cukup akbar. Untuk menurunkan kegiatan biologis ikan (pemingsanan ikan) bisa dilakukan dengan menggunkan suhu rendah, menggunakan bahan metabolik atau anestetik, dan arus listrik.

Pada kemasan tanpa air, suhu diatur sedemikian rupa sehingga kecepatan metabolisme ikan berada pada taraf metabolisme basal, lantaran pada taraf tersebut, oksigen yg dikonsumsi ikan sangat sedikit sekedar buat mempertahankan hidup saja. Secara anatomi, pada saat ikan pada keadaan tanpa air, tutup insangnya masih mangandung air sebagai akibatnya melalui lapisan inilah oksigen masih diserap.

Kondisi kelenger merupakan kondisi tidak sadar yg dihasilkan dari sistem saraf sentra yang menyebabkan turunnya kepekaan terhadap rangsangan berdasarkan luar dan rendahnya respon gerak menurut rangsangan tersebut. Pingsan atau tewas rasa pada ikan berarti sistem saraf kurang berfungsi.

Cara pemingsanan ikan akan berbeda buat setiap jenis ikan. Tetapi demikian, secara umum Pemingsanan ikan bisa dilakukan dengan tiga cara yaitu melalui penggunaan suhu rendah, pembiusan memakai zat-zat kimia dan penyetruman memakai arus listrik.

a.   Pemingsanan dengan menggunakan suhu rendah

Ini dapat dilakukan dengan cara, yakni (a) penurunan suhu secara langsung, dimana ikan langsung dimasukkan dalam air yang bersuhu 10o – 15oC , sehingga ikan pingsan; dan (b) penurunan suhu secara bertahap, dimana suhu air sebagai media ikan diturunkan secara bertahap sampai ikan pingsan.

b.   Pemingsanan ikan dengan bahan anestasi (bahan pembius)

Beberapa bahan anestasi yang dapat digunakan dalam pembiusan ikan antara lain:
NO

BAHAN

DOSIS

1

MS-222

0.05 mg / l

2

Novacaine

50 mg / kg berat ikan

3

Barbitas sodium

50 mg / kg berat ikan

4

Ammobarbital sodium

85 mg / kg berat ikan

5

Methyl paraphynol (dormisol)

30 mg / l

6

Tertiary amyl alcohol

30 mg / l

7

Choral hydrate

3-3.5 g lt

8

Urethane

100 mg / l

9

Hydroksi quinaldine

1 mg / l

10

Thiouracil

10 mg / l

11

Quinaldine

0.025 mg / l

12

2-Thenoxy ethanol

30 – 40 ml / 100 lt

13

Sodium ammital

52 – 172 mg / l

Pembiusan  ikan dikatakan berhasil bila memenuhi tiga kriteria, yaitu : (1) Induksi bahan pembius dalam tubuh ikan terjadi dalam waktu tiga menit atau kurang, sehingga ikan lebih mudah ditangani, (2) Kepulihan ikan sampai gerakan renangnya kembali normal membutuhkan waktu kurang dari 10 menit, dan (3) Tidak ditemukan adanya kematian ikan selama 15 menit setelah pembongkaran. Yang harus diperhatikan dalam penggunaan bahan anestasi ini adalah, apakah bahan-bahan tersebut dapat menimbulkan potensi bahaya bagi manusia atau tidak.

c.    Pemingsanan ikan dengan arus listrik

Arus listrik yang kondusif dipakai buat pemingsanan ikan adalah yg memiliki daya 12 volt, karena dalam 12 Volt ikan mengalami keadaan kelenger lebih cepat & tingkat kesadaran setelah kelenger juga cepat.

Setelah ikan kelenger selanjutnya adalah pengemasan. Pada pengangkutan ikan hidup dengan system kemarau dibutuhkan media pengisi menjadi pengganti air. Yang dimaksud dengan bahan pengisi dalam pengangkutan ikan hayati merupakan bahan yg bisa ditempatkan diantara ikan hayati dalam kemasan buat menahan ikan pada posisinya. Bahan pengisi memiliki fungsi diantaranya bisa manahan ikan agar nir bergeser pada bungkus, menjaga lingkungan suhu rendah agar ikan tetap hidup serta memberi lingkungan udara dan kelembaban memadai buat kelangsungan hidupnya.

Media pengisi yang tak jarang digunakan dalam pengemasan adalah bubuk gergaji, serutan kayu, dan kertas koran atau bahan karung goni. Jenis serbuk gergaji atau serutan kayu yg digunakan nir khusus, tergantung bahan yg tersedia. Diantara beberapa jenis bahan pengisi, sekam padi dan bubuk gergaji merupakan bahan pengisi terbaik lantaran memiliki ciri, yaitu : berongga, mempunyai kapasitas dingin yang memadai, & tidak beracun.Media serbuk gergaji memiliki beberapa keunggulan dibandingkan menggunakan jenis media lainnya. Keunggulan tersebut terutama dalam suhu. Serbuk gergaji bisa mempertahankan suhu rendah lebih usang yaitu 9 jam tanpa bantuan es & tanpa beban pada dalamnya.

Adapun cara pengemasannya merupakan sama dengan cara pengemasan produk ikan segar/beku yg ditransportasikan dengan menggunakan cool box, dimana ikan disusun berlapis dengan serbuk gergaji. Wadah yang dipakai dalam proses pengangkutan ikan hayati dengan sistem kemarau dapat berupa sterefoam. Caranya pengemasannya adalah sebagai berikut:

-        Pertama-tama tempatkan serbuk gergaji yang telah didinginkan (suhu 8 – 10oC) dibagian dasar wadah;

-        Kemudian tempatkan lapisan ikan dengan ketebalan tertentu diatasnya;

-        Selanjutnya ditempatkan lagi lapisan serbuk gergaji diatas lapisan ikan, demikian seterusnya berselang-seling dengan yang terakhir (paling atas) adalah lapisan serbuk gergaji;

-        Sebaiknya boks sterefoam ditutup sangat rapat untuk menghindari udara panas dari luar masuk ke dalam wadah.

Setelah dikemas, selanjutnya ikan siap didistribusikan. Boks-boks sterefoam yg berisi ikan dimasukkan kedalam alat angkut (kendaraan beroda empat) yang telah dimodifikasi dengan menambahkan lapisan insulasi dalam sekeliling dindingnya. Hal ini buat Mengganggu udara panas menurut luar yang akan masuk kedalam ruang penyimpanan. Selama dalam transportasi, pengontrolan suhu ruang perlu dilakukan secara rutin dan diupayakan buat permanen stabil.

Pada waktu tiba ditempat tujuan, ikan segera disadarkan. Proses penyadaran merupakan menggunakan mengembalikan ikan sinkron dengan suhu pada habitatnya. Caranya adalah menjadi berikut:

-        Siapkan wadah (bak) yang telah dilengkapi dengan aerasi sehingga oksigen dalam air tercukupi dan sirkulasi dapat berjalan dengan baik.

-        Cuci ikan dengan bersih untuk menghilangkan lendir dan sisa-sisa serbuk gergaji yang masih menempel pada tubuh ikan.

-        Kemudian masukkan ikan kedalam bak.

-        Untuk mempercepat proses penyadaran perlu adanya sedikit rangsangan dengan cara menggerak-gerakkan badan ikan pada buih aerator.

-        Umumnya ikan akan sadar dalam waktu ±10 menit.

Berbicara distribusi output perikanan di tingkat supplier/pedagang pengumpul dan pedagang pengecer, maka kita tidak hanya berbicara mengenai wahana distribusi misalnya sarana transportasi saja tetapi pula berbicara tentang wahana distribusi lainnya, galat satunya adalah pelabuhan perikanan.

Dalam Undang-Undang No 31 Tahun 2004 tentang Perikanan dinyatakan bahwa pelabuhan perikanan sebagai suatu  lingkungan kerja salah satunya berfungsi sebagai  pusat pemasaran dan distribui hasil perikanan. Sedangkan dalam pasal 15 ayat (3) huruf a Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No 10 Tahun 2004 menyatakan bahwa pelabuhan perikanan memiliki fasilitas funfsional salah satunya adalah fasilitas pemasaran hasil perikanan seperti tempat pelelangan ikan (TPI) dan pasar ikan.

Tempat pemasaran/distribusi output perikanan misalnya TPI & Pasar Ikan wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a.    terlindung dan mempunyai dinding yang mudah untuk dibersihkan;

b.    mempunyai lantai yang kedap air yang mudah dibersihkan dan disanitasi, dilengkapi dengan saluran pembuangan air dan mempunyai sistem pembuangan limbah cair yang higiene;

c.    dilengkapi dengan fasilitas sanitasi seperti tempat cuci tangan dan toilet dalam jumlah yang mencukupi. Tempat cuci tangan harus dilengkapi dengan bahan pencuci tangan dan pengering sekali pakai;

d.    mempunyai penerangan yang cukup untuk memudahkan dalam pengawasan hasil perikanan;

e.    kendaraan yang mengeluarkan asap dan binatang yang dapat mempengaruhi mutu hasil perikanan tidak diperbolehkan berada dalam tempat Pemasaran Ikan/pasar grosir;

f.     dibersihkan secara teratur minimal setiap selesai penjualan;

g.    dilengkapi dengan tanda peringatan dilarang merokok, meludah, makan dan minum, dan diletakkan di tempat yang mudah dilihat dengan jelas;

h.    mempunyai fasilitas pasokan air bersih dan atau air laut bersih yang cukup;

i.      mempunyai wadah penampungan produk yang bersih, tahan karat, kedap air dan mudah dibersihkan; dan

j.      mempunyai penampungan pengolahan limbah.

Selain persyaratan tersebut, tempat pemasaran output perikanan pula harus memenuhi persyaratan hygiene & penerapan system rantai dingin.

SUMBER:

Anonim, 1989. Petunjuk Praktis Penanganan dan Transportasi Ikan Segar. Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan,  Jakarta.

Anonim, 1992. Petunjuk Teknis Penanganan Tuna Loin Segar. Balai Bimbingan & Pengujian Mutu Hasil Perikanan, Jakarta.

Anonim, 1992. Petunjuk Teknis Transportasi Ikan Hidup Dengan Cara Dipingsankan. Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta

Anonim, 2007. Juknis Penerapan Sistem Rantai Dingin & Sanitasi Higiene pada Unit Pengolahan Ikan. Direktorat Pengolahan Hasil. Direktorat Jenderal Pengolahan & Pemasaran Hasil Perikanan. Departemen Kelautan & Perikanan, Jakarta.

Http://www.Academia.Edu/5197583/PROSES_PENANGANAN_TUNA_DI_PELABUHAN

http://www.Ppnsi.Org/jurnal-mainmenu-9/perikanan-a-kelautan-mainmenu-43/139-strategi-pemasaran-produk-perikanan-dan-kelautan.

Http://rafel896.Wordpress.Com/2011/10/16/standard-sanitation-operating-procedure-ssop.

Http://teknologipascapanen.Blogspot.Com/2012/02/transportasi-ikan-hidup.Html

http://fatih16.Blogspot.Com/2013/05/penanganan-ikan-pada-pantai.Html

http://oceanbrilliant.Blogspot.Com/2013/04/pennganan-ikan-pada-pelabuhan-perikanan.Html

http://nakbarsyah.Blogspot.Com/2014/01/distribusi-output-tangkapan-permasalah.Html

Undang-Undang RI No 31 Tahun 2004 mengenai Perikanan

Keputusan Menteri KP No 10 Tahun 2004 tentang Pelabuhan Perikanan

Keputusan MenterI KP No 52A Tahun 2013 mengenai Persyaratan Jaminan Mutu dan Kemanana Hasil Perikanan Pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi.

TAHAPAN PENANGANAN PRODUK PERIKANAN

Mengingat produk perikanan merupakan produk yg mudah mengalami porses pembusukan yang disebabkan sang aktivitas bakteri dan enzim, maka proses penanganan ikan selesainya ditangkap memiliki peranan yg sangat penting terhadap mutu/kualitas kesegaran ikan. Oleh karenanya, penanganan ikan output tangkapan harus dilakukan secara cepat & tepat.

Persyaratan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan wajib diterapkan sang setiap pelaku bisnis perikanan baik perorangan maupun badan bisnis termasuk koperasi yg melakukan aktivitas produksi, pengolahan & distribusi. Adapun persyaratan sistem agunan mutu bagi pelaku bisnis pada bidang perikanan dalam menerapkan sistem jaminan mutu wajib :

a.   memenuhi persyaratan hygiene sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan;

b.   menerapkan persyaratan dalam mencegah adanya bahaya biologi, kimia, dan fisik pada hasil perikanan yang diolah sesuai standar dan peraturan sesuai dengan spesifikasi produk;

c.    mempunyai program/prosedur yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri ini;

d.   menerapkan persyaratan pengendalian suhu dengan menjaga rantai dingin hasil perikanan atau sesuai dengan spesifikasi produk;

e.   bekerjasama dengan otoritas kompeten sehingga memungkinkan petugas pengawas mutu dapat melakukan pengendalian sesuai dengan peraturan yang berlaku;

f.     memastikan bahwa karyawan yang menangani hasil perikanan telah disupervisi dan diarahkan dan/atau dilatih tentang persyaratan dan penerapan sanitasi dan higiene pangan sesuai dengan aktivitas ditempat kerjanya;

g.   memastikan bahwa karyawan mampu dan bertanggung jawab terhadap pengembangan dan pemeliharaan prosedur yang dipersyaratan; dan

h.   memastikan bahwa karyawan yang menangani hasil perikanan tidak sedang menderita atau sebagai carrier/pembawa penyakit tertentu yang berpotensi mengakibatkan kontaminasi terhadap hasil perikanan.

Pada dasarnya, tahapan handling/penanganan ikan di setiap tahapan harus dilakukan dengan system rantai dingin (cold chain system). Namun demikian dalam modul ini, akan dibahas tentang penanganan ikan pada saat ikan tiba di tempat pembongkaran/pendaratan ikan hingga ikan tersebut sampai di tangan konsumen. Adapun pelaku-pelaku usaha perikanan yang terlibat dalam segmen tersebut yakni supplier/pengumpul dan pedagang pengecer.

A. Unit Pengumpul/Supplier

Penerapan persyaratan jaminan mutu dan kemanan output perikanan dalam unit pengumpul/supplier mencakup:

1. Persyaratan Umum

a.   unit pengumpul/supplier hanya menerima bahan baku dari unit pembudidayaan ikan yang bersertifikat cara budidaya ikan yang baik, atau dari kapal penangkap dan kapal pengangkut ikan yang bersertifikat cara penanganan ikan yang baik;

b.   unit pengumpul/supplier harus memperhatikan jenis ikan tertentu yang dilarang atau memerlukan persyaratan tertentu yang dipasarkan untuk konsumsi manusia, misalnya:

1)      ikan beracun yang berasal dari famili Tetraodontidae, Molidae, Diodontidae, Canthigasteridae; dan

2)      produk hasil perikanan yang mengandung biotoksin seperti jenis ikan karang yang mengandung toksin ciguatera dan kekerangan yang mengandung toksin hayati misalnya: Paralytic Shellfish Poisoning (PSP), Diarethic Shellfish Poisining (DSP), Amnesic Shellfish Poisining (ASP), Neurotic Shellfish Poisining (NSP).

c.    unit pengumpul/supplier dilarang menggunakan bahan tambahan yang tidak diizinkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

d.   unit pengumpul/supplier dilarang menggunakan bahan kimia misalnya: Pestisida, fumigan, desinfektan dan deterjen. Apabila digunakan maka harus di bawah pengawasan petugas yang mengetahui bahaya penggunaannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

e.   unit pengumpul/supplier yang menangani produk beku harus mempunyai sarana:

1)      pembekuan yang mampu menurunkan suhu secara cepat hingga mencapai suhu pusat -18 oC; dan

2)      penyimpanan beku (cold storage) yang mampu menjaga suhu produk -18 oC atau lebih rendah.

f.     unit pengumpul/supplier yang menangani produk segar harus mempunyai sarana pendinginan yang mampu mempertahankan suhu produk pada titik leleh es;

g.   unit pengumpul/supplier yang akan melakukan penanganan atau pengolahan ikan harus memiliki, membangun atau bermitra dengan unit pengolah ikan; dan

h.   pengumpul/supplier dilarang memasarkan hasil olahan yang tidak sesuai standar untuk dikonsumsi manusia.

2. Persyaratan Lokasi & Bangunan

a.   Lokasi

Unit Pengumpul/Supplier harus memenuhi persyaratan lokasi sebagai berikut:

1)      unit pengumpul/supplier harus dibangun di lokasi yang tidak tercemar dan berdekatan dengan sumber bahan baku yang bermutu baik, serta dapat diakses untuk melakukan pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan; dan

2)      unit pengumpul/supplier tidak diperbolehkan dibangun di lingkungan pemukiman, kawasan industri atau kegiatan lain yang dapat mencemari hasil perikanan yang diolah.

b.   Bangunan

Unit Pengumpul/Supplier harus memenuhi persyaratan fasilitas bangunan minimal menjadi berikut:

1)      ruang kerja yang cukup untuk melakukan kegiatan dengan kondisi yang higienis;

2)      bangunan harus mampu menghindari kontaminasi terhadap hasil perikanan dan terpisah antara ruang penanganan hasil perikanan yang bersih dan ruang penanganan hasil perikanan yang kotor;

3)      bangunan harus dirancang dan ditata dengan konstruksi sedemikian rupa untuk mendukung proses penanganan secara saniter, cepat, dan tepat;

4)      bangunan harus dirawat, dibersihkan, dan dipelihara secara saniter;

5)      bangunan harus mampu melindungi produk dari binatang pengganggu dan potensi kontaminasi lainnya;

6)      ruangan yang digunakan untuk penanganan hasil perikanan harus memenuhi persyaratan:

a)      lantai harus mempunyai kontruksi kemiringan yang cukup, kedap air, mudah dibersihkan dan disanitasi, serta dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan pembuangan air;

b)      dinding harus rata permukaannya, mudah dibersihkan, kuat, dan kedap air;

c)      pintu terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan;

d)      langit-langit atau sambungan atap mudah dibersihkan;

e)      ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup untuk menghindari kondensasi; dan

f)       penerangan yang cukup, baik lampu maupun cahaya alami.

7)      bangunan harus dilengkapi fasilitas untuk mendukung kebersihan karyawan dengan konstruksi dan jumlah yang memadai sebagai berikut:

a)      toilet tidak berhubungan langsung dengan ruang penanganan;

b)      bak cuci kaki dan fasilitas cuci tangan yang mudah dijangkau untuk digunakan sebelum, selama dan sesudah melakukan penanganan hasil perikanan; dan

c)      ruang tempat penyimpanan barang-barang karyawan (loker).

8)      memiliki ruang atau tempat khusus untuk menyimpan es dan bahan kebutuhan penanganan lainnya, misalnya bahan pengemas.

Tiga. Peralatan dan Perlengkapan

a.   Peralatan dan perlengkapan yang digunakan berhubungan langsung dengan ikan harus dirancang dan terbuat dari bahan tahan karat, tidak beracun, tidak menyerap air, mudah dibersihkan dan tidak menyebabkan kontaminasi terhadap hasil perikanan;

b.   Peralatan dan perlengkapan harus ditata sedemikian rupa pada setiap tahapan proses untuk menjamin kelancaran, mencegah kontaminasi silang dan mudah dibersihkan; dan

c.    Peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk menangani limbah yang dapat menyebabkan kontaminasi, harus diberi tanda dan dipisahkan dengan jelas supaya tidak dipergunakan untuk menangani ikan, bahan penolong, bahan tambahan pangan, serta produk akhir.

4. Pekerja

a.   pekerja yang melakukan kegiatan penanganan hasil perikanan harus sehat, tidak sedang mengalami luka, tidak menderita penyakit menular atau menyebarkan kuman penyakit menular;

b.   menggunakan pakaian dan perlengkapan kerja yang bersih dan tutup kepala sehingga menutupi rambut secara sempurna;

c.    mencuci tangan sebelum memulai pekerjaan;

d.   tidak diperbolehkan merokok, meludah, makan dan minum di area penanganan produk; dan

e.   pekerja yang menangani produk tidak diperbolehkan menggunakan asesoris, kosmetik, obat-obat luar, atau melakukan tindakan yang dapat mengkontaminasi produk.

Lima. Penanganan Hasil Perikanan

a.   Produk Segar

1)   produk segar yang sedang atau masih menunggu untuk ditangani, dikemas dan/atau dikirim, harus diberi es atau disimpan di ruang dingin yang mampu mempertahankan suhu produk pada titik leleh es; dan

2)   penanganan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga mencegah kontaminasi atau penurunan mutu.

b.   Produk Beku

1)   harus memiliki fasilitas penyimpanan yang mampu mempertahankan suhu pusat produk -180C;

2)   apabila karena alasan teknis dipersyaratkan suhu yang lebih tinggi, misalnya dengan menggunakan pembekuan air garam untuk tujuan pengalengan diperbolehkan sepanjang tidak lebih tinggi dari -9°C; dan

3)   disimpan pada ruang penyimpanan beku yang dilengkapi dengan alat pencatat/perekam suhu otomatis yang mudah dibaca, sensor suhu harus diletakkan di tempat yang suhunya paling tinggi.

6. Pengepakan & Pelabelan

a.   Pengepakan harus dilakukan pada kondisi yang higienis untuk menghindari kontaminasi pada hasil perikanan;

b.   Bahan pengepak harus memenuhi persyaratan higiene, yaitu:

1)   tidak boleh mempengaruhi karakteristik organoleptik dari hasil perikanan;

2)   tidak boleh menjadi sumber kontaminasi yang membahayakan kesehatan manusia; dan

3)   harus cukup kuat melindungi hasil perikanan.

c.    Bahan pengepakan tidak boleh digunakan kembali kecuali wadah tertentu yang terbuat dari bahan yang kedap air, halus, dan tahan karat yang mudah dibersihkan dan disanitasi;

d.   Bahan pengepakan yang digunakan untuk produk segar yang di-es harus dilengkapi dengan saluran pembuangan untuk lelehan air;

e.   Untuk tujuan pengawasan ketertelusuran (traceability) produk, digunakan label (untuk produk yang dikemas) atau dokumen yang menyertai (untuk produk yang tidak dikemas), adapun informasi tersebut mencakup:

1)   asal dan jenis produk yang dapat ditulis secara lengkap atau singkatan dengan menggunakan huruf besar; dan

2)   nama dan nomor registrasi unit pengumpul/supplier.

f.     Memperhatikan persyaratan pelabelan untuk produk-produk perikanan tertentu misalnya yang beracun (poisoning) atau memerlukan persyaratan tertentu untuk dikonsumsi.

Adapun tahapan penanganan/handling ikan oleh unit pengumpul/supplier adalah sebagai berikut:

-        Pastikan para pekerja bekerja dalam keadaan sehat dan menggunakan pakaian yang sesuai dengan yang dipersyaratkan.

-        Siapkan wadah pengangkutan berupa cool box atau container yang telah dilapisi es pada bagian dasarnya.

-        Masukkan ikan-ikan yang baru dibongkar dari unit pembudidaya atau kapal penangkap yang bersertifikat ke dalam wadah (cool box/container) yang telah disiapkan. Ikan-ikan ini umumnya sudah mengalami proses sortasi, baik sortasi menurut jenisnya, menurut ukurannya, maupun menurut waktu penangkapannya.

-        Ikan-ikan yang telah dikemas dalam wadah selanjutnya diangkut ke tempat penampungan sementara.

-        Setelah tiba di tempat penampungan, selanjutnya lakukan sortasi final untuk mengoreksi hasil sortasi sebelumnya.

-        Ikan-ikan hasil sortasi final ini selanjutnya dicuci dengan menggunakan air dingin dan mengalir untuk membersihkan ikan dari sisa-sisa kotoran yang menempel.

-        Kegiatan selanjutnya adalah pengepakan dan pelabelan.

-        Ikan-ikan yang telah dikemas selanjutnya siap untuk dipasarkan kepada pedagang pengecer atau ke konsumen langsung.

-        Semua proses ini harus dilakukan dalam waktu yang cepat dan higienis sesuai dengan yang dipersyaratkan, sebagaimana tertera diatas.

B. Pedagang Pengecer

Tahapan penanganan/handling sang pedagang pengecer dalam dasarnya sama dengan tahapan yang dilakukan pada waktu ikan ditangani oleh pedagang pengumpul. Yang membedakan adalah jumlah atau kapasitas ikan yang ditangani. Tetapi demikian ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada penanganan ikan oleh pedagang pengecer, antara lain:

-        Hindari penggunaan alat yang dapat merusak ikan.

-        Hindari penggunaan bahan tambahan yang dapat membahayakan kesehatan manusia.

-        Hindari hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi pada ikan.

-        Proses penanganan harus dilakukan dalam kondisi dingin (system rantai dingin/cold chain system) dan dalam waktu yang relative cepat.

Selain hal-hal tadi diatas, umumnya pedagang pengecer menjual produk aneka macam jenis ikan, sehingga sortasi sebagai kegiatan yang nir boleh luput buat dilakukan.

SUMBER:

Anonim, 1989. Petunjuk Praktis Penanganan dan Transportasi Ikan Segar. Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan,  Jakarta.

Anonim, 1992. Petunjuk Teknis Penanganan Tuna Loin Segar. Balai Bimbingan & Pengujian Mutu Hasil Perikanan, Jakarta.

Anonim, 1992. Petunjuk Teknis Transportasi Ikan Hidup Dengan Cara Dipingsankan. Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta

Anonim, 2007. Juknis Penerapan Sistem Rantai Dingin & Sanitasi Higiene pada Unit Pengolahan Ikan. Direktorat Pengolahan Hasil. Direktorat Jenderal Pengolahan & Pemasaran Hasil Perikanan. Departemen Kelautan & Perikanan, Jakarta.

Http://www.Academia.Edu/5197583/PROSES_PENANGANAN_TUNA_DI_PELABUHAN

http://www.Ppnsi.Org/jurnal-mainmenu-9/perikanan-a-kelautan-mainmenu-43/139-strategi-pemasaran-produk-perikanan-&-kelautan.

Http://rafel896.Wordpress.Com/2011/10/16/standard-sanitation-operating-procedure-ssop.

Http://teknologipascapanen.Blogspot.Com/2012/02/transportasi-ikan-hidup.Html

http://fatih16.Blogspot.Com/2013/05/penanganan-ikan-pada-pantai.Html

http://oceanbrilliant.Blogspot.Com/2013/04/pennganan-ikan-pada-pelabuhan-perikanan.Html

http://nakbarsyah.Blogspot.Com/2014/01/distribusi-output-tangkapan-permasalah.Html

Undang-Undang RI No 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

Keputusan Menteri KP No 10 Tahun 2004 tentang Pelabuhan Perikanan

Keputusan MenterI KP No 52A Tahun 2013 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Kemanana Hasil Perikanan Pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi.

PARAMETER KIMIA PEMANTAUAN KUALITAS AIR PADA PEMBESARAN IKAN BANDENG

Perairan tambak adalah ekosistem perairan payau.  Salinitasnya berada di antara salinitas air laut dan salinitas air tawar dan tidak mantap. Dari musim ke musim, dari bulan ke bulan dari hari ke hari, bahkan mungkin dari jam ke jam dapat saja terjadi perubahan. Perubahan ini disebabkan proses biologis yang terjadi di dalam perairan tersebut serta adanya interaksi antara perairan tambak dengan lingkungan sekitarnya.  Misalnya ketika hari hujan, air tawar masuk kedalam petakan tambak menyebabkan kadar garam air tambak menurun.  Atau ketika populasi fitoplankton berkembang pesat akibat pemupukan, kandungan oksigen dalam air tambak pada malam hari menyusut drastis.  Secara umum parameter-parameter yang mengalami perubahan dapat digolongkan ke dalam parameter kimia, fisika, dan biologi air.

Perubahan-perubahan yang terjadi sampai batas tertentu dapat ditoleransi oleh ikan bandeng.  Tetapi kalau terlalu jauh dapat merusak kenyamanan hidup, malahan dapat mendatangkan kematian.  Karena itu, perlu penanganan cepat. Sudah atau belum perlunya penanganan ini bergantung kepada intensitas perubahan, yang informasinya diperoleh lewat pemantauan dan pengukuran.

PARAMETER KIMIA

Parameter kimia air tambak mencakup konsentrasi zat-zat terlarut seperti oksigen (O2), ion hidrogen (pH), karbon dioksida (CO2), amonia (NH3), asam sulfida (H2S), nitrogen dalam bentuk nitrit (NO2-N), dan lain-lain. Beberapa diantara yang penting dijelaslkan seperti di bawah ini.

Oksigen Terlarut

Ikan bandeng membutuhkan oksigen yg cukup buat kebutuhan pernafasannya. Oksigen tersebut wajib dalam keadaan terlarut pada air, karena bandeng nir bisa merogoh oksigen pribadi berdasarkan udara. Ikan bandeng & organisme-perairan lainnya mengambil oksigen ini tanpa melibatkan proses kimia.

Oksigen masuk dalam air tambak melalui difusi langsung dari udara, aliran air yang masuk tambak, termasuk hujan,  proses fotosintesa tanaman berhijau daun.

Kandungan oksigen dapat menurun akibat pernafasan organisme dalam air dan perombakan bahan organik.   Cuaca mendung dan tanpa angin dapat menurunkan kandungan oksigen di dalam air. Untuk kehidupan ikan bandeng dengan nyaman diperlukan kadar oksigen minimum 3 mg per liter.

Oksigen terlarut di dalam air (Dissolved Oxygen = DO).  Dapat diukur dengan titrasi di laboratorium serta dengan metode elektrometri menggunakan Dissolved Oxygen Meter (DO meter).

Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman air tambak  dinyatakan dengan nilai negatif logaritma ion hidrogen  atau nilai yang dikenal dengan istilah pH.   pH= -log [H+]

Kalau konsentrasi ion hidrogen (H+) tinggi,  pH akan rendah, reaksi  lebih asam. Sebaliknya kalau konsentrasi ion hidrogen rendah pH akan tinggi dan reaksi lebih alkalis.

pH air tambak sangat dipengaruhi pH tanahnya.  Sehingga pada tambak baru yang tanahnya asam maka pH airnyapun rendah.  Penurunan pH dapat terjadi selama proses produksi disebabkan terbentuknya asam kuat, adanya gas-gas dalam proses perombakan bahan organik, proses metabolisme perairan dan lain-lain.

Nilai pH yang baik untuk budidaya ikan berkisar antara 6,5 hingga 9.   Kematian di luar kisaran tersebut pertumbuhan kurang baik, bahkan pada pH 4 atau 11 kematian bandeng dapat terjadi.  pH air laut cenderung basa.  Karena itu pergantian air dapat digunakan untuk meningkatkan pH air tambak.

PH air bisa diukur menggunakan kertas lakmus, yakni membandingkan rona kertas yg telah ditetesi air tambak menggunakan rona baku pH atau cara yanglebih gampang, yakni memakai pH meter.

Konsentrasi Karbon Dioksida

Karbon dioksida pada dalam air dapat dari menurut :

1.   Hasil pernafasan organisme dalam air sendiri

2.   Difusi dari udara

3.   Terbawa oleh air hujan

4.   Terbawa oleh air yang masuk dari lokasi sekitar  tambak.

Konsentrasi karbon dioksida yg terlalu tinggi di suatu perairan akan berbahaya bagi fauna yang dipelihara. Bahaya ini meliputi :

1.   Gangguan pelepasan CO2 waktu ikan bernafas

2.   Gangguan pengambilan O2 waktu ikan bernafas

3.   Penurunan pH

Sebaliknya  CO2 yang terlalu sedikit akan berpengaruh negatif kepada fotosintesis karena gas ini merupakan bahan baku pembentukan glukosa (siklus Calvin-Benson).  Kandungan CO2 yang baik untuk budidaya ikan tidak lebih dari 15 ppm. Pengukuran CO2 umumnya menggunakan metoda titrasi.

Amonia (NH3)

Amonia pada perairan asal dari hasil pemecahan nitrogen organik (protein & urea) & nitrogen anorganik yang terdapat pada tanah dan air; bisa jua dari menurut dekomposisi bahan organik (tanaman & biota akuatik yang telah mati) yg dilakukan sang mikroba dan jamur.

Kadar amonia ditambak pembesaran bandeng sebaiknya tidak lebih menurut 0,1 ppm ? 0,tiga ppm. Kadar amonia yang tinggi akan mematikan ikan pada tambak pembesaran. Oleh karena itu, kadar amonia pada tambak pembesaran ini wajib selalu dipantau. Selain itu kadar amonia pada tambak pembesaran pula ditentukan oleh kadar pH dan suhu. Makin tinggi suhu dan pH air maka makin tinggi jua konsentrasi NH3.

Kadar amonia di tambak pembesaran dapat diukur secara kolorimetri, yakni membandingkan warna air contoh dengan warna larutan standar setelah diberi pereaksi tertentu.  Biasanya menggunakan alat bantu spectrofotometer.

Asam Sulfida (H2S)

Asam sulfida yang merupakan keliru satu asam belerang; masih ada pada tambak pembesaran bandeng menjadi hasil proses dekomposisi bahan organik dan air bahari yg poly mengandung sulfat.

Asam sulfida ini bisa dideteksi dengan jelas pada waktu melakukan pengeringan dasar tambak. Dasar tambak yang mengandung banyak sulfida akan bewarna hitam dan tercium bau belerang. Kadar asam sulfida ditambak pembesaran usahakan pada bawah 0,1 mg/l.

Kandungan H2S di air tambak bisa diukur secara kolorimetri, yakni membandingkan rona air model dengan warna larutan baku sesudah diberi pereaksi eksklusif.

SUMBER:

Alipuddin M., 2003.  Modul Pengelolaan Kualitas  Air Tambak pada Pembesaran Ikan Bandeng. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:

Ahmad, T dkk. 1998. Budidaya bandeng secara intensif. Penebar Swadaya. Jakarta.

Balai Budidaya Air Payau, Jepara.  1984.  Pedoman Budidaya Tambak.  Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian.  Jepara.

Brackiswater Aquaculture Development and Training Project. 1980.  Fisheries Extension Officers Training Manual. FAO-UNDP-BFAR Rep. Philippines.  Quezon City.

Effendi, H. 2000. Telaahan kualitas air. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan lmu Kelautan. IPB. Bogor

Kordi K., G.H. 1997. Budi daya kepiting & ikan bandeng pada tambak sistem polikultur. Dahara Prize, Jakarta

Martosudarmo, B. & B. S. Ranoemihardjo. 1992. Rekayasa Tambak. Penebar Swadaya, Jakarta.

Murtidjo, B.A. 1989.  Tambak air payau: budidaya udang dan bandeng. Kanisius, Yogyakarta.

Soeseno, S. 1987. Budidaya ikan dan udang pada tambak. PT.Gramedia. Jakarta

#Tag : Bandeng

PEMELIHARAAN BENIH IKAN NEON TETRA

Benih yang dihasilkan dari pemeliharaan larva perlu dipelihara lebih lanjut lantaran ikan ukuran akbar lebih mahal harganya. Ukuran benih output pemeliharaan larva biasanya bervariasi mulai menurut larva sampai berukuran S, yaitu panjang ikan 1 ? 1.5 centimeter. Ukuran pasar untuk ikan Neon Tetra adalah M (panjang ikan 1.5 ? 2 cm) dan L (panjang ikan 2 ? Tiga centimeter). Untuk memperoleh benih ukuran ikan S dibutuhkan waktu 1.Lima bulan, ukuran M diperlukan waktu pembesaran benih selama ? 1 bulan, & buat berukuran L diharapkan saat dua ? 3 bulan.

PENYIAPAN AKUARIUM

Akuarium yang digunakan ukuran sama dengan akuarium buat pemeliharaan larva. Persiapan wadah dimulai menggunakan mencuci akuarium hingga higienis lalu dikeringkan dengan melap semua dinding dan dasar bagian dalam akuarium dengan busa kemarau. Selanjutnya akuarium diisi menggunakan air. Air yg dapat digunakan buat pemeliharaan ikan Neon Tetra merupakan air sumur, air mata air, atau air kolam yg disaring dengan saringan kain halus. Sebaiknya sebelum dipakai air diendapkan terlebih dulu selama 3 ? 5 hari. Pengendapan air dapat dilakukan pada pada tandon air.

Akuarium diisi air hingga mencapai ketinggian 25 centimeter atau volume air pada akuarium mencapai 125 liter. Jika memakai air yang sudah diendapkan, tambahkan larutan methylene blue 0.2 ppm sebesar tiga.75 ml & garam sebanyak 98.Lima gr. Apabila memakai air yg tidak diendapkan terlebih dulu, tambahkan 7.5 mililiter larutan methylene blue & 98.5 gr garam. Aduk supaya bahan-bahan yang dimasukkan ke pada air melarut dan tercampur merata. Kemudian dipasang dua titik aerasi.

PENEBARAN BENIH

Penebaran benih dapat dilakukan sesudah wadah pemeliharaan ikan selesai dipersiapkan. Penebaran benih ikan hias tetra umumnya dimulai berdasarkan benih ukuran S dengan panjang ikan 1 ? 1.5 cm. Jumlah benih yang ditebarkan merupakan 500 ekor per akuarium. Untuk menerima berukuran benih yang seragam dilakukan penyortiran benih menggunakan memakai serok buat memisahkan ukuran benih yg tidak sama.

Penebaran benih ikan Neon Tetra dapat dilakukan setiap waktu. Cara menebarkan benih merupakan menjadi berikut : benih ikan ditempatkan pada wadah atau kantung plastik, kemudian wadah yg berisi ikan tadi diapungkan dipermukaan air pada wadah pemeliharaan beberapa saat sampai suhu air pada kedua wadah tersebut sama. Lalu dengan perlahan wadah benih dimiringkan supaya terjadi pencampuran air & ikan menggunakan sendirinya masuk ke air dalam wadah pemeliharaan.

Selama pemeliharaan ikan berlangsung dilakukan kegiatan hadiah pakan, pengelolaan air & pengendalian penyakit ikan setiap hari secara rutin. Setelah dicapai berukuran yg diinginkan maka masa pemeliharaan berakhir & dilakukan kegiatan pemanenan ikan.

PEMBERIAN PAKAN

Selama pemeliharaan, benih ikan hias tetra harus diberi pakan. Pakan yg diberikan adalah pakan alami, yaitu kutu air & oligochaeta. Pakan alami tersebut disediakan dengan cara mengkultur sendiri atau membeli. Keduanya umumnya diberikan dalam keadaan hidup.

Frekuensi anugerah pakan adalah tiga (3) kali sehari, yaitu pagi pukul 8.00, siang pukul 13.00, & sore hari pukul 18.00. Kutu air diberikan dalam pagi & sore hari, masing-masing anugerah sebanyak 170 mililiter menggunakan kepadatan 220 ekor kutu air per mililiter atau setara dengan ? 38.000 ekor kutu air untuk 500 ekor ikan hias dalam akuarium pemeliharaan. Oligochaeta diberikan dalam siang hari secukupnya, umumnya berkisar antara 3 ? 5 sdm.

Pakan alami diberikan dengan cara menebarkan pakan secara merata ke semua media pemeliharaan ikan. Pakan alami yang diberikan merupakan pakan yang telah dicuci terlebih dulu menggunakan air, supaya higienis menurut kotoran juga lumpur. Kutu air & oligochaeta dibersihkan menggunakan cara menempatkan masing-masing pakan tersebut pada wadah terpisah yang berisi air bersih, kemudian disaring & dibilas dengan air bersih.

Kutu air yang sudah dibersihkan disimpan sebagian buat hadiah sore hari. Oligochaeta yang telah dibersihkan bisa dipakai buat 3 (tiga) hari lalu.

PENGELOLAAN AIR

Selama pemeliharaan ikan hias tetra pada dalam akuarium, air media pemeliharaan wajib dikelola supaya kualitasnya tetap baik buat kehidupan ikan. Air media pemeliharaan akan kotor menggunakan adanya kegiatan ikan & hadiah pakan. Hal ini bisa dicermati menggunakan semakin keruhnya air & masih ada kotoran yang mengendap pada dasar akuarium.

Air yg kotor bisa mengakibatkan perkara seperti peningkatan kandungan racun yang berbahaya bagi ikan. Kotoran berupa feses ikan dan sisa pakan yg meninggal akan mengurai pada air & membentuk racun.

Kotoran pada air media pemeliharaan bisa dikurangi jumlahnya menggunakan cara penyiponan & pergantian sebagian air. Penyiponan feses ikan & sisa pakan bisa dilakukan menggunakan menggunakan selang. Ujung selang yg satu pada tempatkan pada akuarium & yang satunya lagi ditaruh pada lantai. Dengan bantuan gaya tarik bumi, air akan tersedot ke bawah. Ujung selang dalam akuarium dapat diarahkan ke kotoran yang akan dibuang.

Kegiatan penyiponan dapat mengurangi jumlah air dalam akuarium, sehingga perlu ditambahkan air baru menurut tandon sejumlah air yg berkurang. Biasanya pergantian air dilakukan sebesar 30% dan 50 % dari volume air dalam akuarium & dilakukan secara bergantian setiap hari. Penambahan air baru ini akan mengencerkan konsentrasi kotoran yang tidak terbuang saat penyiponan, sehingga kualitas air layak buat kehidupan ikan.

Setiap dilakukan pergantian air sebesar 50% wajib diikuti dengan penambahan garam ke dalam akuarium sebanyak 98.5 gr. Hal ini dilakukan buat mencegah timbulnya penyakit pada ikan.

Penambahan air baru ke pada akuarium bisa menyebabkan stres dalam ikan. Oleh karena itu cara menambahkan air wajib sedikit demi sedikit & tidak menimbulkan gejolak air. Pemasangan aerasi juga merupakan satu cara buat menjaga kualitas air. Aerasi yang cukup dapat mengurangi kandungan racun yang berbentuk gas.

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT

Di pada pemeliharaannya, ikan hias tetra seringkali diserang oleh penyakit bintik putih (white spot) & penyakit buluk (velvet disease). Penyakit bintik putih menyerang kulit, sisik & sirip ikan menggunakan tandatanda adanya bintik-bintik putih pada organ yang diserang. Penyakit buluk pula menyerang organ yg sama menggunakan menyebabkan warna ikan sebagai kurang cerah. Ikan yang terserang penyakit menunjukkan gerakan yg tidak sama dari umumnya & kurang berminat terhadap pakan yang diberikan.

Selama pemeliharaan ikan perlu dilakukan pengecekan kesehatan ikan setiap pagi hari. Hal ini bertujuan agar penyakit bisa segera diketahui dan dicegah penyebarannya. Langkah-langkah yang dilakukan adalah mengamati bagian ekor ikan apakah masih ada bintik-bintik putih, lalu mengamati warna tubuh ikan apakah berubah sebagai suram, mengamati gerakan renang ikan dan melihat respons ikan terhadap

pakan.

Untuk mengobati ikan hias tetra yg sakit dampak agresi penyakit bintik putih dipakai blitz ich sebanyak 6 (enam) tetes ke pada air pemeliharaan, sedangkan buat pencegahannya dipakai obat yg sama sebesar 4 (empat) tetes. Untuk mengobati ikan yang terserang penyakit buluk digunakan garam sebesar 98.5 gr dan 1.25 gram pura.

Sebelum pengobatan dilakukan, air media pemeliharaan ikan dikurangi 50% baru ditambahkan obat-obatan tadi di atas. Selama pengobatan, yaitu 3 (3) hari lamanya, ikan dipuasakan. Jika dibutuhkan pengobatan yang lebih usang waktunya, ikan diberi pakan sedikit saja.

SUMBER:

Hadiroseyani Y., 2003.  Modul Pemeliharaan Larva sampai Ukuran Pasar Ikan Neon Tetra. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

#Tag : Neon Tetra