Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

PEMELIHARAAN INDUK IKAN NEON TETRA

Ikan Neon Tetra merupakan ikan hias air tawar yang berasal berdasarkan wilayah Amazon, dekat perbatasan Peru. Di alam aslinya ikan ini bersifat omnivora. Warna tubuhnya sangat indah & bercahaya menggunakan punggung hijau lembut, strip biru jelas di sepanjang tubuh, perutnya putih & antara pangkal ekor ke atas berwarna merah menyala serta sirip transparan. Ikan ini berukuran kecil, dengan panjang aporisma tiga centimeter, dan hidup berkelompok.

Tahapan kegiatan pada budidaya ikan hias meliputi pemeliharaan induk, pemijahan induk, pemeliharaan larva hingga berukuran pasar, dan panen dan pengangkutan. Ikan Neon Tetra dapat dipelihara dan dipijahkan pada pada akuarium. Pemeliharaan induk ikan Neon Tetra dilakukan terpisah antara induk jantan & induk betina. Hal ini dilakukan buat menghindari pemijahan secara liar, sebagai akibatnya buat pemeliharaan induk dipersiapkan dua set akuarium. Satu set akuarium buat pemeliharaan induk betina & set yg lain untuk induk jantan.

Memilih induk adalah termin krusial dan turut memilih keberhasilan pemijahan ikan neon tetra. Induk jantan & betina ikan neon tetra memiliki karakteristik-ciri yg tidak selaras. Ikan Neon Tetra mempunyai karakteristik khas berupa warna biru menyala dalam tubuhnya mulai dari ujung lisan hingga ke pangkal ekor. Neon Tetra jantan mempunyai warna biru menyala lurus mendatar dan tubuh yang lebih ramping, sedangkan betinanya mempunyai rona biru menyala nir lurus (bengkok) & perut besar . Ukuran induk Neon Tetra bisa mencapai tiga cm & sudah mulai sanggup dipijahkan dalam ukuran dua,5 cm pada ketika berumur 6-7 bulan. Ada beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan pada menentukan induk yang akan dipelihara yang meliputi gerakan, kesehatan, warna, bentuk tubuh, garis neon biru, panjang tubuh, berat & umur ikan seperti tercantum pada tabel 1.

Ikan yg sehat adalah ikan yg gerakan, konduite & morfologi yg normal sinkron dengan biologi ikan itu sendiri. Induk jantan beranjak lebih lincah dibandingkan dengan induk betina. Tabel dibawah ini menampilkan ciri-karakteristik induk ikan neon tetra jantan & betina dalam hal gerakan, warna, kesehatan, bentuk tubuh berikut garis neon biru, berat dan panjang homogen-homogen, & umur induk.

Induk-induk ikan neon tetra perlu dipelihara terlebih dulu agar mencapai matang gonad atau apabila sudah memijah memerlukan saat buat pemulihan dan pematangan gonad balik . Induk yang sebelumnya telah dipilih dan dipisahkan berdasarkan kelamin & kesehatannya kemudian dipelihara secara terpisah antara jantan & betina pada akuarium yang tidak sama. Pemeliharaan induk secara terpisah ini perlu dilakukan paling tidak 2 minggu sebelum ikan dipijahkan sehingga induk benar-benar matang gonad & bisa memijah.

PENYIAPAN AKUARIUM PEMELIHARAAN

Wadah yg digunakan untuk pemeliharaan induk ikan neon tetra merupakan akuarium ukuran (p x l x t) 100 x 50 x 35 cm. Sebelum digunakan akuarium wajib dibersihkan terlebih dahulu. Membersihkan akuarium ini bertujuan buat membunuh kuman-kuman yang berpotensi menjadi agen penyakit ikan yang akan dipelihara & menghilangkan kotoran yang dapat mengganggu dalam pemeliharaan ikan.

Akuarium dibersihkan dengan cara menyikat seluruh dinding menggunakan sikat dan sabun hingga bersih lalu dibilas dengan air bersih 2-3 kali, kemudian dilap menggunakan kain atau spons kemarau. Akuarium yang sudah higienis dapat segera dipakai buat pemeliharaan ikan, tetapi apabila tidak akan segera dipakai akuarium bersih tersebut disimpan di rak dalam keadaan tengkurap.

Media pemeliharaan ikan Neon Tetra adalah air tawar. Air yg baik buat pemeliharaan ikan tersebut adalah air sumur atau air permukaan yg telah diendapkan selama 3 ? 5 hari di pada tandon. Air yang sudah diendapkan selama itu selanjutnya diklaim menggunakan air tendon lama . Akuarium diisi dengan air tandon lama dengan tinggi 25 cm sehingga volume media pemeliharaan sebesar 125 liter pada tiap akuarium.

Pengisian air ke pada akuarium bisa memakai gayung atau selang. Akuarium yang telah berisi air siap dipakai buat memelihara induk sesudah diberi aerasi. Pemasangan aerasi dilakukan menggunakan memasukkan selang berdiameter 0.Lima centimeter yg telah diberi batu aerasi, lalu selang dihubungkan dengan instalasi udara yg tersedia.

Nomor : 20 Tahun 2014

Selang aerasi umumnya diberi pengatur udara supaya gelembung udara yg keluar bisa disesuaikan menggunakan kebutuhan.

PENEBARAN INDUK

Selama masa pemeliharaan, induk ikan neon tetra jantan dan betina dipelihara dalam akuarium terpisah buat menghindari terjadinya pemijahan liar. Masing-masing induk ditebar menggunakan kepadatan 200 ekor per akuarium. Penebaran ikan dimulai dengan melakukan aklimatisasi kemudian melepas ikan ke wadah pemeliharaan induk.

Wadah penampungan ikan yang digunakan buat menentukan & memisahkan jantan dan betina (Lihat KB 1) mempunyai kualitas air yang berbeda menggunakan media pemeliharaan yang telah disiapkan, oleh karena itu diharapkan aklimatisasi. Aklimatisasi ini dimaksudkan untuk menyesuaikan ikan dengan kondisi media pemeliharaan, terutama suhu air. Cara aklimatisasi merupakan dengan mengapungkan kantung induk pada permukaan media pemeliharaan induk selama lima mnt atau sampai suhu air dalam kantung ikan sama menggunakan suhu media pemeliharaan. Kemudian kantung ikan dimiringkan supaya ikan bisa lepas sendiri ke media pemeliharaan.

PEMBERIAN PAKAN

Ikan akan tumbuh & berkembang biak bila mendapatkan pakan yg relatif jumlah & nutrisinya, oleh karena itu ikan yang dipelihara harus diberi makan yg sinkron. Selama pemeliharaan induk pakan yg diberikan harus sesuai jumlah & kandungan nutrisinya dengan kebutuhan ikan. Pakan yg diberikan pada induk ikan neon tetra merupakan pakan hidup. Pakan tersebut bisa berupa kutu air (Daphnia sp. Atau Moina sp.), cacing sutra (Oligochaeta) dan cu merah atau jentik nyamuk (larva Chironomus sp). Pakan diberikan secara ad libitum (hingga kenyang) menggunakan frekuensi dua kali sehari yaitu pada pagi & sore hari. Sebelum diberikan pakan hidup tadi wajib dicuci menggunakan menggunakan air higienis agar kotoran/lumpur juga bibit penyakit hilang sehingga pakan bisa diberikan pada keadaan higienis.

PENGELOLAAN AIR

Selama pemeliharaan ikan, media pemeliharaan akan mengalami penurunan kualitas dampak menumpuknya sisa-residu pakan dan feses (kotoran) ikan. Kualitas air dapat dipertahankan menggunakan cara penyiponan residu pakan & feses ikan yang mengendap pada dasar akuarium setiap hari yg diikuti dengan pergantian air. Metode penyiponan adalah pengambilan kotoran & air dengan memanfaatkan gravitasi bumi dan indera berupa selang plastik. Untuk memfungsikan sistim sipon, tambahkan satu ujung selang ke air dalam wadah yg akan disipon menggunakan lisan selang tertutup jari dan ujung lainnya dijatuhkan ke tempat yang lebih rendah berdasarkan kedudukan wadah. Air akan mengalir begitu tutup selang dibuka menarik kotoran yg terdekat. Untuk memudahkan pencucian kotoran yg melekat pada dasar wadah ujung selang diberi sikat mini .

Pergantian air dilakukan buat mengembalikan volume air wadah yang berkurang dampak penyiponan & menambahkan air baru yg lebih bersih sehingga kualitas air balik menjadi layak bagi ikan. Pergantan air dilakukan sebesar 30% & 50% volume media secara bergantian setiap hari. Jika hari ini dilakukan pergantian air sebanyak 30% maka esok harinya pergantian air sebanyak 50% dan seterusnya. Setiap pergantian sebesar 50% volume air bisa dimasukkan garam sebesar 98,5 gram (segenggam tangan orang dewasa) yg bertujuan buat mencegah terjadinya penyakit dalam ikan yang dipelihara. Air yg dibubuhi ke dalam wadah pemeliharaan adalah air tandon usang. Untuk menjaga ketersediaan oksigen pada air maka pemberian aerasi harus dilakukan secara terus-menerus.

PENCEGAHAN HAMA DAN PENYAKIT

Selama pemeliharaan tak jarang induk terserang sang penyakit. Penyakit tadi bisa dibawa sang ikan itu sendiri, melalui air atau melalui pakan. Untuk mencegah terjadinya penyakit dapat dilakukan dengan cara monitoring atau pemeriksaan secara rutin terhadap ikan yg dipelihara setiap hari. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemeriksaan kesehatan ikan adalah: (1) mengamati bagian ekor buat melihat ada tidaknya tanda-tanda berupa bintik putih, (2) mengamati rona tubuh buat melihat terdapat tidaknya perubahan warna, (tiga) mengamati terdapat atau nir adanya kelainan gerakan renang ikan (4) mengamati respons ikan terhadap pemberian pakan.

Penyakit yg biasa menyerang induk Neon Tetra adalah bintik putih (white spot), buluk (velvet disease) & jadur. Penyakit bintik putih menyerang permukaan tubuh ikan (eksternal) yaitu dalam bagian kulit/sisik dan sirip.

Penyakit ini ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih dalam bagian yang terserang. Penyakit buluk menyerang permukaan tubuh yaitu pada bagian kulit/sisik & sirip yg ditandai menggunakan kurang cerahnya rona tubuh ikan. Penyakit jadur ditandai dengan menonjolnya bagian rahang & lisan ikan.

Obat-obatan yang dipakai merupakan garam, pura (Furazolidon), & blitz icht (atau Raid All buat Ich). Untuk penyakit bintik putih diatasi menggunakan memakai 6 tetes blitz icht, buat pencegahan diberi 4 tetes saja. Untuk penyakit buluk diatasi dengan garam 98.5 gram & dua.Lima gr pura yg ditambahkan ke dalam media pemeliharaan induk.

Penyakit jadur diatasi dengan bubuk kapsul Thiamphenikol sebanyak 1 kapsul. Dalam pengobatan penyakit, air dalam akuarium dikurangi sebanyak 50% volume air, dan ikan dipuasakan selama 3 hari. Bila ikan masih sakit beri makan dalam jumlah sedikit saja.

SUMBER:

Sudrajat A. Oman, 2003.  Modul Pemeliharaan Induk Ikan Tetra. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:

Ahmad Fadly, 2003. Pembenihan Ikan Neon Tetra (Pi) di Tejar Akuarium Sawangan Depok.

Aloa Yudha Satia, 2003. Pembenihan Ikan Neon Tetra (Hi) pada Sawangan Depok.

Indri Sri Anggraeni, 2002. Pembenihan Ikan Neon Tetra (Paracheisodon innesi) di CV. Citra Mina FF Sawangan Bogor.

Jumriati, 2003. Pembenihan Ikan Neon Tetra pada Sawangan Depok.

Lesmana, D. S, dan I. Dermawan. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar Swadaya.

Lukman Nur Hakim. 2002. Pembenihan Ikan Neon Tetra Merah (Paracheisodon innesi) di CV Citra Mina FF. Sawangan Depok.

Sabtunah, 2002. Pembenihan Ikan Neon Tetra di CV Citra Mina FF Sawangan Depok.

Wahyuni, S., dan A. Fauzi. 2000. Ikan Hias Air tawar : Red Phantom Tetra. Penebar Swadaya.

#Tag : Neon Tetra

PENETASAN TELUR PADA PEMIJAHAN IKAN NEON TETRA

Sepasang induk Neon Tetra bisa menghasilkan homogen-homogen 180 butir telur dengan jumlah telur yg dibuahi homogen-rata 83 buah (47.74 %). Telur yang dibuahi memiliki ciri-karakteristik berwarna bening (transparan), sedangkan yang tidak dibuahi berwarna putih keruh (nir transparan). Telur yang tidak menetas bisa disebabkan nir dibuahi oleh sel gamet jantan atau disebabkan adanya penetrasi cahaya ke dalam akuarium dan mengenai telur.

Gambar 1. Susunan akuarium pemijahan dan penetasan telur ikan neon tetra dalam rak

Pagi hari dilakukan pengecekan telur dengan cara membuka plastik penutup wadah pemijahan. Ada tidaknya telur diperiksa menggunakan menggunakan lampu neon 20 watt atau senter. Akuarium pemijahan ditandai apabila induknya sudah memijah sehingga dapat dibedakan kelompok ikan yang memijah dalam hari yg sama. Untuk mengetahui jumlah homogen-rata telur yg didapatkan setiap pasang induk maka dilakukan penghitungan telur menggunakan cara merogoh beberapa buah akuarium yang berisi telur buat diketahui jumlah telurnya. Semua telur yg didapatkan dijumlah dan jumlah total telur dibagi menggunakan jumlah pasangan yang memijah merupakan rata-rata telur yg didapatkan tiap pasangan yang memijah.

Induk yang sudah memijah diangkat dan dimasukkan balik ke pada akuarium pemeliharaam induk buat pemulihan & pematangan gonad. Telur yang telah dikeluarkan sang induk didiamkan pada akuarium pemijahan pada keadaan gelap karena telur ikan tetra bersifat photophobic yakni sangat sensitif terhadap cahaya.

Nomor : 18 Tahun 2014

Akuarium berisi telur tadi selanjutnya diberi MB (methylen blue) menggunakan takaran 0,2 ppm yang berfungsi buat mencegah tumbuhnya cendawan.

Telur akan menetas setelah 24 jam pada suhu 26-27oC. Larva yang baru menetas memiliki ciri-ciri berwarna bening, berenang tidak beraturan, dan berukuran sekitar 5 mm. Larva dipanen dengan cara menuangkan seluruh air berikut larva dari wadah pemijahan ke baskom sebagai tempat penampungan. Larva ini siap ditebarkan ke wadah pemeliharaan selanjutnya dengan menggunakan serok halus.

SUMBER:

Sudrajat A. Oman, 2003.  Modul Pemijahan Induk Ikan Neon Tetra. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:

Ahmad Fadly, 2003. Pembenihan Ikan Neon Tetra (Pi) di Tejar Akuarium Sawangan Depok.

Aloa Yudha Satia, 2003. Pembenihan Ikan Neon Tetra (Hi) pada Sawangan Depok.

Indri Sri Anggraeni, 2002. Pembenihan Ikan Neon Tetra (Paracheisodon innesi) di CV. Citra Mina FF Sawangan Bogor.

Jumriati, 2003. Pembenihan Ikan Neon Tetra pada Sawangan Depok.

Lesmana, D. S, dan I. Dermawan. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar Swadaya.

Lukman Nur Hakim. 2002. Pembenihan Ikan Neon Tetra Merah (Paracheisodon innesi) di CV Citra Mina FF. Sawangan Depok.

Sabtunah, 2002. Pembenihan Ikan Neon Tetra di CV Citra Mina FF Sawangan Depok.

Wahyuni, S., dan A. Fauzi. 2000. Ikan Hias Air tawar : Red Phantom Tetra. Penebar Swadaya.

#Tag : Neon Tetra

PEMIJAHAN INDUK IKAN NEON TETRA

Keberhasilan pemijahan ikan neon tetra diindikasikan oleh banyaknya telur yg didapatkan dengan kualitas yang baik. Pemijahan ikan neon tetra berlangsung secara alami. Pada syarat tadi keberhasilan pemijahan lebih poly ditentukan sang teknik manipulasi lingkungan. Oleh karena itu, buat membentuk telur yg baik, selain penanganan calon induk harus dilakukan menggunakan hati-hati & hadiah pakan yg tepat, juga penanganan kualitas air harus dilakukan dengan baik.

PENYIAPAN WADAH

Wadah yg diperlukan buat pemijahan berupa akuarium yang berukuran 15x15x15 centimeter atau 25x15x15 centimeter. Akuarium terbuat berdasarkan kaca menggunakan ketebalan lima mm. Akuarium ini selanjutnya pula digunakan menjadi wadah buat penetasan telur dan pemeliharaan larva. Sebelum digunakan akuarium wajib dibersihkan.

Akuarium yg ukuran lebih mini diisi dengan air tandon lama setinggi 7 centimeter sehingga volume air dalam wadah sebesar 15 liter. Akuarium yg berukuran lebih akbar diisi air tandon lama menggunakan ketinggian 4 ? 5 cm. Maksud pengisian air sebatas 7 centimeter atau 4-5 cm ini adalah buat memberikan tekanan agar induk tidak memakan telur yang telah dikeluarkannya karena ikan neon tetra termasuk ikan charasin yg nir merawat telurnya (non parental care). Wadah yg sudah diisi dibiarkan sehari semalam agar air lebih stabil, sebagai akibatnya pengisian air dilakukan sehari sebelum penebaran induk dilakukan.

PENEBARAN INDUK

Pemijahan ikan Neon Tetra dilakukan secara alami, yaitu induk betina mengeluarkan telur yang diikuti dengan induk jantan yg mengeluarkan sperma di dalam akuarium pemijahan yang telah disiapkan sebelumnya.

Ikan yg sudah diseleksi dimasukkan ke pada akuarium pemijahan buat dipijahkan secara berpasangan dalam ketika sore hari. Perbandingan jumlah induk jantan dan betina adalah 1:1 atau dua:1.

Induk yang dimasukkan terlebih dahulu adalah induk jantan, selang satu jam kemudian dimasukkan induk betina. Apabila menggunakan rasio jantan betina 1:1 dipakai akuarium ukuran 15x15x15 cm, sedangkan untuk rasio      2:1 digunakan akuarium ukuran 25x15x15 cm. Perbandingan dimana jantan lebih banyak dimaksudkan untuk memperbesar derajat pembuahan telur.

PEMIJAHAN

Ikan neon tetra memijah pada malam hari dalam keadaan gelap yang berlangsung selama kurang lebih tiga jam. Untuk menyesuaikan dengan habitat asal maka akuarium pemijahan ditutup dengan plastic  warna hitam sampai keadaan benar-benar gelap. Penutupan dengan plastik warna hitam ini dapat dilakukan juga pada rak pemijahan dengan prinsip sama yaitu terciptanya suasana gelap. Sedikit cahaya saja yang berhasil menembus masuk ke dalam akuarium bisa dipastikan bahwa ikan tetra tidak akan memijah. Selama pemijahan berlangsung induk tidak diberi makan agar proses pemijahan dan telur yang dihasilkan tidak terganggu oleh sisa-sisa pakan.

SUMBER:

Sudrajat A. Oman, 2003.  Modul Pemijahan Induk Ikan Neon Tetra. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:

Ahmad Fadly, 2003. Pembenihan Ikan Neon Tetra (Pi) pada Tejar Akuarium Sawangan Depok.

Aloa Yudha Satia, 2003. Pembenihan Ikan Neon Tetra (Hi) di Sawangan Depok.

Indri Sri Anggraeni, 2002. Pembenihan Ikan Neon Tetra (Paracheisodon innesi) di CV. Citra Mina FF Sawangan Bogor.

Jumriati, 2003. Pembenihan Ikan Neon Tetra pada Sawangan Depok.

Lesmana, D. S, & I. Dermawan. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar Swadaya.

Lukman Nur Hakim. 2002. Pembenihan Ikan Neon Tetra Merah (Paracheisodon innesi) di CV Citra Mina FF. Sawangan Depok.

Sabtunah, 2002. Pembenihan Ikan Neon Tetra di CV Citra Mina FF Sawangan Depok.

Wahyuni, S., dan A. Fauzi. 2000. Ikan Hias Air tawar : Red Phantom Tetra. Penebar Swadaya.

#Tag : Neon Tetra

PENEBARAN NENER PADA PEMBESARAN IKAN BANDENG

Nener bandeng yang telah dipilih, selanjutnya ditebar ke dalam tambak pembesaran.  Sebelum nener tersebut ditebar, harus ditentukan terlebih dahulu  berapa padat penebaran nener ditambak pembesaran dan perlu dilakukan aklimatisasi.

Padat penebaran adalah jumlah nener yg ditebar per satuan luas tambak. Dengan mengetahui padat penebaran pada awal pemeliharaan, beberapa manfaat akan diperoleh antara lain merupakan:

1.   Dapat menentukan jumlah pakan yang akan diberikan

2.   Dapat mengoptimalkan tambak pembesaran sesuai dengan  daya dukung tambak pembesaran tersebut.

3.   Dapat mengurangi timbulnya penyakit ditambak pembesaran.

4.   Dapat menentukan target produksi pada akhir pemeliharaan.

Masa pemeliharaan nener bandeng di tambak pembesaran sangat bergantung pada berukuran nener yg ditebar dalam awal pemeliharaan. Ukuran nener yang ditebar ke dalam tambak pembesaran bervariasi antara 1?15 centimeter. Padat penebaran nener ditambak pembesaran jua dipengaruhi sang berukuran nener, lama pemeliharaan, mutu nener & daya dukung kesuburan tambak pembesaran.

Padat penebaran nener ditambak pembesaran berkisar antara 4-5 ekor/m2 untuk ukuran nener bandeng 1-2 cm. Sedangkan untuk nener yang berukuran 1–3 cm, padat penebarannya berkisar antara 2–3 ekor/m2. Untuk benih bandeng yang berukuran 12–15 cm yang disebut gelondongan ditebar ke tambak pembesaran dengan padat penebaran 1.500 ekor/ha.

Banyaknya nener bandeng yang akan dibesarkan di tambak pembe-saran  harus sesuai dengan daya dukung tambak dan luasan tambak. Setelah menghitung jumlah yang akan ditebar, nener diaklimatisasi dan selajutnya ditebarkan dalam tambak tersebut.

Nener bandeng diaklimatisasi selama satu hari dalam wadah plastik. Aklimatisasi ini bertujuan buat menyesuaikan syarat lingkungan dimana nener itu berada menggunakan syarat lingkungan tambak pembesaran. Penyesuaian suhu, salinitas dan pH dapat dilakukan jua begitu nener bandeng yg dikemas pada kantong plastik tiba. Caranya kantong plastik yang terisi nener, dikurangi airnya secara sedikit demi sedikit & digantikan menggunakan air yang ada dalam tambak pembesaran. Selanjutnya, secara perlahan-lahan nener bandeng yg ada didalam kantong platik akan keluar kedalam tambak pembesaran jika sudah terjadi penyesuaian.

Penebaran nener ditambak pembesaran usahakan dilakukan, dalam pagi atau sore hari pada saat matahari tenggelam. Hal ini buat menghindari kematian nener dampak tertekan lantaran tingginya suhu dilingkungan.

SUMBER:

Alipuddin M., 2003.  Modul Penebaran Nener pada Pembesaran Ikan Bandeng. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:

Ahmad, T. 1998. Budidaya Bandeng Secara Insentif. Penebar Swadaya. Jakarta

BBAP Jepara. 1985. Pedoman Budidaya Tambak. Ditjen Perikanan, BBAP Jepara.

Hadi, W. Dan J. Supriatna. 186. Tehnik Budidaya Bandeng. Bharata Karya Aksara. Jakarta

Idel, A. dan S. Wibowo. 1996. Budidaya Tambak Bandeng Modern. Gitamedia Press.  Surabaya

Soeseno, S, 1987. Budidaya Ikan & Udang pada Tambak. PT. Gramedia. Jakarta.

#Tag : Bandeng

PEMILIHAN NENER PADA PEMBESARAN IKAN BANDENG

Ikan bandeng merupakan keliru satu jenis ikan bahari yang dapat dibudidayakan ditambak. Saat ini, ikan bandeng telah dibudidayakan juga pada keramba jarring apung dalam air tawar, hal ini dikarenakan sifat ikan ini yg eurihaline (tolerensi terhadap salinitas yg tinggi).

Nener bandeng yang dari menurut alam adalah output pemijahan ikan bandeng secara alami pada laut. Ikan bandeng yang telah matang gonad akan memijah secara alami dan akan membentuk telur sebanyak 5.700.000 butir pada tubuhnya. Pelepasan telur ini terjadi dalam malam hari dan akan menetas dalam saat 24 jam menjadi nener yg berukuran 5 mm. Nener ini akan terbawa oleh arus air mendekati pantai & lalu akan ditangkap oleh para penyeser. Nener yg ditangkap penyeser berukuran sekitar 13 mm.

Nener ikan bandeng yang diperoleh dari alam ditangkap sang pencari nener bergantung pada animo, lokasi, cara & ketika penangkapan. Pada animo nener jumlah nener relatif melimpah, sebagai akibatnya dapat mengakibatkan menurunnya harga nener. Selain itu nener yg ditangkap dalam awal animo penangkapan mempunyai daya tahan dan vitalitas yang tinggi dalam pengangkutan serta mempunyai harga jual yang lebih mahal.

Tetapi demikian, nener menurut alam ini nir tersedia sepanjang tahun sehingga buat mengusahakan pembesaran ikan bandeng secara intensif diperlukan nener bandeng yang dari menurut panti pembenihan (hatchery). Nener menurut alam selain hanya bersifat musiman pula memiliki ukuran yang sangat majemuk.

Oleh karena itu, nener yang berasal berdasarkan panti pembenihan sangat diperlukan buat memenuhi kekurangan nener ditambak-tambak pembesaran.

Nener yang dihasilkan menurut panti pembenihan memiliki keunggulan, lantaran ukurannya nisbi rata dan umurnya diketahui secara tepat.

Nener yg dari dari alam atau pembenihan, yg akan digunakan buat usaha pembesaran ikan bandeng ditambak, harus nener yang sehat. Nener yang sehat bisa dipandang dari karakteristik-ciri biasanya yaitu :

1.  Tubuhnya mulus, tidak terdapat luka, kemerahan

2.  Sirip-siripnya utuh; tidak cacat, patah-patah

3.  Warnanya tidak kusam

4.  Gerakannya aktif

Secara anatomi, bentuk nener (larva ikan bandeng), gelondongan dan bandeng dewasa tidak berbeda; yang berbeda adalah ukurannya saja.  Dengan menggunakan nener yang sehat, akan diperoleh target produksi yang sesuai dengan rencana.  Hal ini disebabkan nener yang sehat memiliki ketahanan tubuh yang baik, sehingga tingkat mortalitas selama masa pengangkutan benih dan masa pembesaran rendah.

Selain nener yg sehat dalam pemilihan benih ikan bandeng, pula wajib diperhatikan berukuran nener tersebut. Ukuran benih yang akan ditebar ke dalam tambak pembesaran usahakan seragam agar pertumbuhan ikan selama pemeliharaan juga akan seragam.

Ukuran ikan  yang ditebar ke tambak pembesaran bisa dimulai dari ukuran nener sampai gelondongan, yang membedakannya adalah waktu pe-meliharaan  ditambak pembesarannya. Jika yang ditebar adalah nener kecil maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ukuran konsumsi yaitu 4 – 6 ekor/kg bisa mencapai lebih dari 6 bulan, sedangkan jika yang ditebar adalah gelondongan, maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ukuran konsumsi berkisar antara 3 – 4 bulan.

Dalam memilih nener yang berasal dari alam maupun panti benih  dapat dilakukan dengan menghitung jumlah ruas tulang belakang. Nener yang berkualitas baik memiliki jumlah ruas tulang belakang antara 44– 45. Jumlah ruas tulang belakang dapat dihitung menggunakan mikroskop sederhana pada pembesaran 10 kali ataupun kaca pembesar dengan nener ditempatkan pada sumber cahaya seperti lampu senter.

SUMBER:

Alipuddin M., 2003.  Modul Penebaran Nener pada Pembesaran Ikan Bandeng. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:

Ahmad, T. 1998. Budidaya Bandeng Secara Insentif. Penebar Swadaya. Jakarta

BBAP Jepara. 1985. Pedoman Budidaya Tambak. Ditjen Perikanan, BBAP Jepara.

Hadi, W. Dan J. Supriatna. 186. Tehnik Budidaya Bandeng. Bharata Karya Aksara. Jakarta

Idel, A. dan S. Wibowo. 1996. Budidaya Tambak Bandeng Modern. Gitamedia Press.  Surabaya

Soeseno, S, 1987. Budidaya Ikan dan Udang dalam Tambak. PT. Gramedia. Jakarta.

#Tag : Bandeng

PERSIAPAN TAMBAK PADA PEMBESARAN IKAN BANDENG

Setelah dapat menentukan lokasi tambak yg baik buat budidaya maka langkah selanjutnya merupakan menyiapkan tambak tersebut agar bisa digunakan buat membudidayakan ikan bandeng. Tambak yg akan dipakai buat membudidayakan ikan bandeng ini wajib dipersiapkan dengan baik & sahih supaya diperoleh produksi tinggi.

Kegiatan yang harus dilakukan pada persiapan tambak budidaya ikan bandeng meliputi pemugaran komponen tambak, yaitu pematang, pintu air, caren & saluran, dan pengelolaan tanah dasar tambak.

PEMATANG

Pematang tambak wajib dibuat kokoh, karena fungsi pematang tambak adalah menahan air didalam tambak. Oleh karena itu pematang harus diperbaiki setiap akan digunakan buat budidaya. Perbaikan ini mencakup penambalan kebocoran dan meninggikan pematang.

Ketinggian  pematang tambak sangat bergantung kepada sistem budidayanya. Pada sistem budidaya bandeng intensif kedalaman air tambak bila mencapai satu meter, maka ketinggian pematang ± 1,5 m. Pada sistem budidaya bandeng tradisional. Kedalaman air tambak hanya mencapai 50 cm, maka ketinggian pematang hanya sekitar 1 m.

SALURAN AIR

Saluran air pada tambak budidaya bandeng ada dua macam yaitu saluran air masuk dan saluran air keluar.  Tinggi  dasar  saluran air masuk lebih rendah daripada dasar tambak untuk mengurangi pelumpuran dalam tambak.

Dasar saluran air keluar minimal 15 cm lebih rendah menurut dasar tambak terendah agar tambak bisa dikeringkan dengan paripurna.

DASAR TAMBAK

Dasar tambak budidaya ikan bandeng biasanya adalah tanah.  Oleh sebab itu, dalam persiapan tambak bandeng harus dilakukan pengelolaan tanah dasar agar pakan alami (klekap) yang sangat dibutuhkan oleh ikan  bandeng dapat tumbuh subur.

Pengelolaan tanah dasar tambak itu mencakup :

1.       Pengeringan tanah dasar kolam. Hal ini bertujuan untuk membunuh hama dan penyakit yang ada didasar tambak. Pengeringan dilakukan dengan mengeluarkan semua air dalam tambak kemudian dilakukan penjemuran. Selama proses tersebut dilakukan kegiatan pengolahan tanah dasar, misalnya pencangkulan, lalu dikeringkan selama 3-5 hari sampai tanah dasar tambak tersebut mengering.

2.       Pengapuran dan pemupukan.

Tujuan pengapuran merupakan mempertahankan kestabilan derajat keasaman (pH) tanah dasar kolam & air, dan memberantas hama penyakit. Pemupukan bertujuan buat menaikkan kesuburan tanah dasar kolam.

PINTU AIR

Dalam satu petak tambak sebaiknya terdapat pintu pemasukan air dan pintu pengeluaran air. Pintu tempat air masuk dan keluar dibuat untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran air didalam tambak sehingga sangat memudahkan untuk pergantian air selama pemeliharaan ikan bandeng.

Pintu air tambak

Pembuatan pintu air masuk dan keluar dalam petak tambak dapat dibuat dari papan atau pipa paralon yang dilengkapi dengan pipa tegak untuk pergantian air. Selain itu pada pintu pemasukan sebaiknya dilengkapi dengan waring untuk mencegah ikan liar masuk ke dalam petak tambak.

SUMBER:

Alipuddin M., 2003.  Modul Penyiapan Tambak Pembesaran Ikan Bandeng. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:

Ahmad, T dkk, 1998. Budidaya Bandeng Secara Insentif. Penebar Swadaya. Jakarta

Idel, A. dan S. Wibowo. 1996. Budidaya Tambak Bandeng Modern. Gitamedia Press.  Surabaya

Martosudarmo, B. Dan B. S. Ranoemihardjo. 1992. Rekayasa Tambak. Penebar Swadaya, Jakarta.

Soeseno, S, 1987. Budidaya Ikan & Udang dalam Tambak. PT. Gramedia. Jakarta.

#Tag : Bandeng

PEMILIHAN LOKASI TAMBAK PEMBESARAN IKAN BANDENG

Tambak merupakan salah satu wadah yang dapat digunakan untuk membudidayakan ikan air payau atau laut. Letak tambak biasanya berada di sepanjang pantai dan mempunyai luas berkisar antara 0,3 – 2 ha.  Luas petak tambak sangat bergantung kepada sistem budidaya yang diterapkan.

Bentuk dan konstruksi tambak bandeng nisbi sama dengan kolam pada air tawar. Perbedaan keduanya merupakan jenis air yg digunakan, yaitu kolam menggunakan air tawar sedangkan tambak memakai air payau atau bahari.

Beberapa aspek yang wajib diperhatikan dalam memilih lokasi tambak yg akan dipakai untuk budidaya ikan bandeng, antara lain :

ASPEK TEKNIS

Secara teknis lokasi tambak yang baik dan benar sangat berpengaruh terhadap konstruksi tambak yg akan dibangun dan biaya operasional pemeliharaan tambak. Faktor teknis yg harus diperhatikan diantaranya adalah :

1. Elevasi

Elevasi adalah ketinggian loka/lokasi tambak terhadap bagian atas laut. Hal ini dapat diketahui dengan memantau gerakan air pasang dan air surut. Air pasang atau air laut naik terjadi pada waktu bulan berada dekat sekali menggunakan bumi dan waktu bumi serta bulan berputar, berkiprah mengarungi angkasa dan terjadi daya tarik terhadap samudera . Air surut atau air bahari turun terjadi dalam saat bumi menjauhi bulan.

Bagi petambak yang akan membudidayakan ikan bandeng harus mengetahui kapan terjadinya pasang tertinggi dan pasang  terendah, hal ini untuk mengetahui cocok tidaknya lokasi tersebut untuk dibuat menjadi tambak. Lokasi tambak yang baik bila lokasi tersebut terletak diantara pasang tertinggi dan pasang terendah.

2. Jenis Tanah

Tambak dalam umumnya dibuat secara alami artinya nir dilapisi dengan tembok, sehingga jenis tanah sangat memilih pada memilih lokasi tambak yang baik. Jenis tanah yg dipilih harus bisa menyimpan air atau rapat air sehingga tambak yg akan dibuat tidak bocor.

Jenis tanah yang baik untuk membuat tambak adalah campuran tanah liat dan endapan lempung yang mengandung bahan organik. Tanah liat berlempung tersebut dikenal dengan silty loam. Untuk mengetahui jenis tanah ini dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur atau secara manual.  Tanah yang mengandung liat tinggi akan dapat dipilin mamanjang.  Namun, tanah yang mengandung debu atau pasir tinggi hanya akan mengahasilkan pilinan tanah yang pendek saja.

Jenis tanah liat saja kurang baik untuk dijadikan lokasi tambak, karena jenis tanah ini bersifat kaku kalau kering dan lekat/lengket kalau becek dan menjadi lembek kalau diairi. Oleh karena itu jika tanah liat ini  bercampur dengan tanah dan endapan maka kekakuannya akan berkurang dan kemampuan memegang airnya lebih besar.

Tiga. Kualitas Air

Kualitas air atau mutu air yang akan digunakan untuk memelihara ikan bandeng di tambak harus diperhatikan. Dengan kualitas air yang baik, maka ikan bandeng akan tumbuh  dan berkembang dengan baik. Parameter kualitas air yang baik untuk membudidayakan ikan bandeng seperti tertera pada tabel berikut.

Kualitas air yang layak untuk budidaya ikan bandeng:

No.

Parameter

Kisaran Nilai

1

Suhu air

28 – 30 0C

2

Kecerahan

> 25 cm

3

Salinitas

12 – 20 ppt

4

Oksigen terlarut

> 5  mg/liter

5

pH

6,5 – 9

6

Amonia

< 0,3 mg/liter

ASPEK NON TEKNIS

Dalam menentukan lokasi tambak perlu diperhatikan juga aspek non teknis, misalnya aspek sosial hemat. Hal ini karena dalam membudidayakan ikan bandeng ditambak secara komersil diperlukan dana investasi yg nir sedikit. Oleh karena itu lokasi tambak yang dipilih sebaiknya tidak terlalu jauh menurut sumber pakan, benih, sarana produksi dan daerah pemasaran. Selain itu lokasi tambak sebaiknya mempunyai sarana dan prasarana transportasi/komunikasi, dan keamanan yang memadai. Selain itu, status lahan juga harus dipertimbangkan kejelasannya.

SUMBER:

Alipuddin M., 2003.  Modul Penyiapan Tambak Pembesaran Ikan Bandeng. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:

Ahmad, T dkk, 1998. Budidaya Bandeng Secara Insentif. Penebar Swadaya. Jakarta

Idel, A. dan S. Wibowo. 1996. Budidaya Tambak Bandeng Modern. Gitamedia Press.  Surabaya

Martosudarmo, B. Dan B. S. Ranoemihardjo. 1992. Rekayasa Tambak. Penebar Swadaya, Jakarta.

Soeseno, S, 1987. Budidaya Ikan & Udang pada Tambak. PT. Gramedia. Jakarta.

#Tag : Bandeng

PENGEMASAN DAN PENGANGKUTAN BENIH PADA PENDEDERAN IKAN KERAPU

Benih ikan kerapu yang telah dipanen selanjutnya akan dipelihara di karamba jaring apung (KJA) laut.  Lokasi pendederan benih ikan kerapu dengan lokasi pembesaran ikan kerapu ini tidak selalu berdekatan. Oleh karena itu dibutuhkan waktu pengangkutan untuk mencapai lokasi pembesaran dan harus disiapkan bagaimana cara mengemas benih ikan kerapu dengan benar agar sampai di tujuan dengan kondisi yang tetap sehat serta kelangsungan hidup yang tinggi.

Pengemasan benih ikan kerapu hasil pendederan ini sebaiknya harus memperhatikan jarak dan waktu tempuh, serta jumlah benih yang diangkut dalam wadah. Kondisi parameter kualitas air yang penting selama pengangkutan adalah suhu, salinitas, oksigen terlarut dan pH air di dalam wadah pengangkutan. Suhu air yang baik untuk pengemasan ikan hidup  adalah 15–200C dan pH air 7–8. Jumlah oksigen yang ditambahkan pada wadah pengemasan harus 3 kali jumlah air.

Pengemasan benih ikan kerapu bebek dapat dilakukan dengan sistem pengemasan terbuka atau tertutup.  Sistem pengemasan terbuka digunakan untuk ikan yang akan diangkut dengan cara angkutan terbuka, sedangkan sistem pengemasan tertutup digunakan untuk ikan kerapu yang akan diangkut dengan cara angkutan tertutup.

PERSIAPAN PENGEMASAN

1.      Ikan yang akan dikemas dipuasakan terlebih dahulu sekitar 12-24 jam.

2.      Ikan yang akan dikemas ukurannya harus seragam untuk menghindari kanibalisme.

3.      Air laut yang akan digunakan untuk pengangkutan harus jernih dan mempunyai salinitas yang sama dengan media budidaya.

4.      Siapkan bahan dan peralatan pengemasan yaitu oksigen murni, kantong plastik, karet pengikat, stirofom, es batu, wadah/ember dan lakban.

SISTEM PENGEMASAN TERBUKA

Sistem ini biasanya digunakan untuk pengangkutan melalui jalur darat dan jarak yang akan ditempuh relatif dekat.  Pengemasan tertutup dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1.      Isilah wadah pengangkutan berupa drum plastik atau fiberglass dengan air laut hingga ½ atau 2/3 bagian wadah disesuaikan dengan jumlah ikan yang akan diangkut.

2.      Oksigen dialirkan ke dalam wadah melalui selang oksigen yang telah diberi pemberat dan batu aerasi serta dilengkapi dengan regulator yang berfungsi mengatur keluarnya oksigen.

3.      Masukkan ikan yang akan diangkut.

4.      Masukkan es yang dibungkus kantong plastik untuk menghindari menurunnya salinitas akibat mencairnya es.

SISTEM PENGEMASAN TERTUTUP

Sistem ini merupakan sistem pengemasan yang dianggap paling aman untuk digunakan, baik untuk pengangkutan jarak pendek maupun jarak jauh.  Pengemasan terbuka dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1.      Bahan-bahan yang harus disiapkan adalah oksigen murni, kantong plastik, karet, stirofom, es batu dan lakban.

2.      Kantong plastik dengan ukuran 150 cm diikat pada bagian tengahnya sehingga terbagi dua bagian, setelah itu bagian yang satu dibalik sehingga plastik nampak terlihat rangkap.

3.      Air laut dimasukkan ke dalam kantong plastik sebanyak sepertiga bagian dari volume kantong plastik untu kepadatan benih 110-120 ekor/wadah.

4.      Udara yang ada di dalam kantong plastik dibuang dan kemudian dimasukkan oksigen murni ke dalamnya melalui selang yang yang disambungkan dengan tabung oksigen.

5.      Kantong plastik kemudian diikat dengan karet dan hindari adanya gelembung udara.

6.      Kantong plastik dimasukkan ke dalam stirofom dengan posisi kantong plastik ditidurkan.

7.      Untuk mempertahankan suhu, dimasukkan es batu yang sudah dibungkus plastik  ke dalam stirofom.

SUMBER:

Sumantadinata K., 2003.  Modul Pemanenan dan Pengemasan pada Pendederan Ikan Kerapu Bebek. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:

SEAFDEC Agriculture Department. Pembudidayaan & Manajemen Kesehatan Ikan Kerapu. APEC, Singapore & SEAFDEC, Iloilo. Philipines.

Sunyoto, P. Dan Mustahal. 2002. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis: Kerapu, Kakap, Beronang. Penebar Swadaya, Jakarta.

#Tag : Kerapu

PEMANENAN PADA PENDEDERAN IKAN KERAPU

Kegiatan pembesaran ikan kerapu bebek oleh petani ikan biasanya mempunyai dua fase aktivitas yaitu fase pendederan yang dilakukan pada jaring hapa atau pada dalam tangki serta fase pembesaran yang umumnya dilakukan di karamba jaring apung (KJA) pada bahari.

Kegiatan pendederan adalah suatu usaha budidaya ikan kerapu yang memelihara benih yang berukuran 1,5-2,0 cm berasal dari pembenihan atau yang tertangkap dari alam dan dibesarkan dijaring hapa atau bak sampai berukuran 5-7 cm (fingerling). Kegiatan pembesaran adalah suatu usaha budidaya ikan  kerapu yang memelihara benih ikan kerapu ukuran 5-7cm (fingerling) sampai berukuran konsumsi.

Pemanenan benih ikan kerapu bebek harus dilakukan secara benar karena ikan ini termasuk peka terhadap perubahan lingkungan.  Panen yang dilakukan secara tidak tepat dapat mengakibatkan tingginya kematian benih.       Persiapan panen yang harus dilakukan meliputi:

1.      Sebelum panen benih diberokan atau dipuasakan dulu sekitar 12-24 jam. Pemberokan ini dilakukan dengan tujuan mengurangi kegiatan metabolisme sehingga kualitas air selama proses pemanenan dan pengangkutan tetap terjaga.

2.      Alat panen yang harus disiapkan diantaranya adalah seser atau skop net, ember, bambu panjang, waring, dan peralatan aerasi.

3.      Pemanenan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari, sore hari atau malam untuk menghindari fluktuasi suhu yang terlalu tinggi.

Pemanenan benih ikan kerapu output pendederan ini bisa dilakukan menggunakan cara disesuaikan menggunakan loka pemeliharaannya.

1.  Pemanenan benih kerapu bebek dari jaring hapa

·         Jaring hapa yang digunakan untuk mendederkan ikan kerapu ini dapat diletakkan di karamba jaring apung atau tambak.  Pemeliharaan benih didalam hapa sangat memudahkan untuk melakukan pemanenan setelah ikan berukuran 5-7 cm atau sekitar 65-85 hari dipelihara di pendederan.

·         Hapa diangkat secara perlahan-lahan dan diangkat menuju satu sudut sehingga benih berkumpul. Benih yang sudah terkumpul dalam satu sudut ini akan mudah diambil dengan menggunakan seser halus. Benih tersebut dimasukkan kedalam ember atau baskom plastik dan dipindahkan ke tempat penampungan benih. Selanjutnya benih siap diangkut dan dipasarkan.

2.  Pemanenan benih kerapu bebek dari bak/tangki

  • Dasar bak harus dalam keadaan bersih, kalau perlu disipon dahulu.
  • Volume air dikurangi perlahan-lahan sampai tinggi permukaan air mencapai sekitar 30 cm.
  • Benih kerapu digiring ke sudut bak dengan waring ukuran 250 mm, dengan bagian sisi kanan dan sisi kiri waring berbingkai yang menempel pada dinding bak sedangkan bagian bawah waring menempel pada dasar bak.
  • Setelah terkumpul pada sudut bak, benih ditangkap dengan seser atau serok, serta ditampung dalam ember dan diberi aerasi.
  • Benih dihitung dan dimasukkan ke dalam wadah fiberglass yang telah disiapkan.

SUMBER:

Sumantadinata K., 2003.  Modul Pemanenan dan Pengemasan pada Pendederan Ikan Kerapu Bebek. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:

SEAFDEC Agriculture Department. Pembudidayaan dan Manajemen Kesehatan Ikan Kerapu. APEC, Singapore & SEAFDEC, Iloilo. Philipines.

Sunyoto, P. & Mustahal. 2002. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis: Kerapu, Kakap, Beronang. Penebar Swadaya, Jakarta.

#Tag : Kerapu

PENGELOLAAN AIR PADA PEMBENIHAN IKAN KERAPU

Pengelolaan kualitas air agar kondisi air pemeliharaan selalu dalam keadaan baik untuk larva.  Kegagalan mempertahankan kualitas air dapat menyebabkan kematian larva.  Wadah diaerasi agar kebutuhan oksigen larva terpenuhi.  Jarak antar titik aerasi di wadah pemeliharaan larva adalah 50 cm.  Pada hari pertama media pemeliharaan larva diberi air hijau dengan kepadatan 25000-50000 sel/ml dan perberian alga dilakukan dengan tujuan sebagai makanan rotifera dan juga agar media pemeliharaan berwarna hijau.  Air yang berwana hijau diyakini dapat mengurangi intensitas sinar matahari yang kuat dan sebagai stabilisator kondisi lingkungan pemeliharaan.  Untuk mengurangi intensitas sinar matahari dapat juga dilakukan dengan kombinasi air hijau dan memberi krei di atas wadah peliharaan sehingga sinar matahari tersebar merata.  Intensitas sinar mata hari yang kuat pada satu titik dapat menyebabkan larva bergerombol di satu tempat. Sinar matahari yang kuat dapat menyebabkan larva menjadi bengkok yang diikuti dengan kematian.

Pada awalnya pemeliharaan larva dilakukan dengan sistem air tenang, tanpa adanya pergantian air.  Pergantian air dimulai pada hari ke 7 sebanyak 5 – 10% dari volume tergantung dari kondisi air dan kondisi larva.  Pergantian air ini dilakukan mengingat kualitas air sudah mulai menurun. Pergantian air dilakukan dengan cara membuang air dengan selang.  Ujung selang diberi saringan, kekuatan sedot selang diusahakan sedemikian rupa agar larva tidak ikut tersedot. Pergantian air dilakukan pada pagi hari.  Pergantian mulai dilakukan secara rutin dalam jumlah yang cukup banyak (70-400%) seletah larva diberi artemia dan mikro pelet.  Pergantian air dilakukan dengan cara sistem air mengalir,  sehingga saat diberikan pakan buatan sistem pemeliharaan berubah dari sistem air tenang ke sistem air mengalir.   Hal ini dilakukan karena pakan buatan yang tidak termakan, dalam waktu yang relatif singkat dapat menurunkan kondisi media pemeliharaan.  Selanjutnya jika dianggap perlu, untuk mempertahankan kualitas air ke dalam bak pemeliharaan larva dimasukkan bakteri pengurai.  Bakteri tersebut dapat menguraikan amoniak dan nitrat yang sangat berbahaya bagi larva menjadi  bentuk lain yang tidak berbahaya bagi larva.

Pada awal pemeliharaan larva penyiponan dasar bak tidak dilakukan dan penyiponan dasar hanya dilakukan dalam kondisi yang darurat seperti terjadi kematian plankton yang mengendap di dasar wadah.  Penyiponan dasar biasaya dapat dilakukan mulai hari ke-10.  Setelah larva diberikan pakan buatan maka penyiponan sisa pakan dilakukan setiap hari.

Agar media pemeliharaan larva juga terbebas dari serangan bakteri dan jamur biasanya diberi obat-obatan dengan merek dagang ElBAJU atau Gold 100.  dengan dosis 1 ppm.  Pemberian dilakukan setiap 5 hari sekali.

SUMBER:

Sumantadinata K., 2003.  Modul Pemeliharaan Larva sampai Benih Ikan Kerapu Bebek. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:

Randall, J.E. 1987.  A Preliminary Synopsis of the Groupers (Perciformes, Serranidae, Epinephelinae) of the Indo Pasific Region. In Polovina J.J and S. Ralston (Eds.): Tropical Snapper and Groupers, Biology and Fisheries Management.  Westview Press. Inc.  London.

Subyakto, S. dan S. Cahyaningsih.  2003.  Pembenihan Kerapu Skala Rumah Tangga.  PT Agromedia Pustaka, Depok.

Sunyoto, P. Dan Mustahal. 2002. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis: Kerapu, Kakap, Beronang. Penebar Swadaya, Jakarta.

#Tag : Kerapu