Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

PERSIAPAN PERENCANAAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP)

Sebelum bergegas melakukan perencanaan pengelolaan, penting bagi kita untuk mengajukan beberapa pertanyaan sederhana agar kita yakin bahwa kita siap membuat perencanaan. Jika memang kita sudah siap, sangat penting untuk menyiapkan berbagai hal semuanya. Kita harus dapat meluangkan sedikit waktu untuk menyiapkan diri dan menyepakati beberapa hal penting dalam proses perencanaan sebelum kita mulai bekerja.  Persiapan diri ini akan membantu mewujudkan proses yang berjalan mulus. Membuat jadwaluntuk proses perencanaan merupakan gagasan bagus dan dapat kita ikuti seiring proses persiapan perencanaan berlangsung.  Dalam jadwal tersebut penting untuk menetapkan tanggal-tanggal target penyelesaian rencana dan tahapan-tahapan proses. Beberapa proses perencanaan pengelolaan mungkin akan memakan waktu bertahun-tahun. Meskipun tidak memiliki konotasi negatif, sebagian besar praktisi merekomendasikan agar proses tersebut dapat diselesaikan lebih cepat agar tim perencanaan dan para pemangku kepentingan tidak kehilangan minat atau momentum. Jika mungkin, usahakan menyelesaikan rencana dalam waktu kurang dari satu tahun. Persiapan yang baik sebelum dimulai, proses perencanaan akan sangat mungkin berjalan sesuai dengan jadwal yang dibuat.

Ada 3 langkah yang sangat membantu buat memastikan kita menjadi siap buat menciptakan planning dan mengatur planning menggunakan efektif. Langkah-langkah tersebut adalah:

1)      Menilai apakah kita telah siap untuk membuat rencana

2)      Menyiapkan pembuatan rencana

3)      Menyiapkanjadwal perencanaan

Tidak terdapat satupun formula ajaib yang dapat menentukan kesiapan kita. Tetapi terdapat beberapa hal mendasar yang harus dipertimbangkan sebelum memulai proses perencanaan pengelolaan. Akan sangat baik jika kita meluangkan waktu sejenak buat mengidentifikasi dan berhubungan dengan berbagai pemangku kepentingan supaya mereka juga siap terlibat dalam proses perencanaan. Kita jua dapat melakukan beberapa perkiraan atau proyeksi terhadap proses perencanaan buat memastikan bahwa kita akan memiliki cukup saat, sumberdaya, & kewenangan buat menyusun planning.

Di bawah ini merupakan beberapa pertanyaan yang dirancang buat menilai kesiapan pada membuat planning pengelolaan KKP. Kita dapat meninjau dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut menggunakan grup inti yang akan mengawali & melaksanakan proses perencanaan pengelolaan.

Mengapa Anda pikir ketika ini adalah ketika yang sempurna buat menciptakan sebuah planning pengelolaan?

Ajukan pertanyaan ini dahulu kemudian lanjutkan buat membahas pertanyaan lainnya. Di akhir pertanyaan-pertanyaan ini, tanyakan lagi kepada diri Anda sendiri apakah Anda benar-benar siap memulai proses perencanaan pengelolaan.

Apakah Anda sudah melakukan pengenalan atau penjangkauan KKP kepada para pemangku kepentingan kunci?

Mungkin diharapkan saat berbulan-bulan atau bertahun-tahun buat dapat melakukan sosialisasi KKP atau penjangkauan dasar yg dibutuhkan guna melibatkan pemangku kepentingan kunci pada proses perencanaan pengelolaan KKP. Biasanya sejumlah penduduk lokal akan sangat termotivasi buat mengikuti proyek berskala seperti ini, namun sangat penting untuk menjangkau gerombolan pemangku kepentingan lainnya untuk dapat memahami apa yang menjadi perhatian mereka dan jua melibatkan mereka pada proses perencanaan.

Adakah dukungan buat membentukKKP menurut pemangku kepentingan kunci atau apakah Anda perlu melakukan penjangkauan lebih luas lagi?

Sebelum Anda maju buat membuat rencana pengelolaan, Anda wajib yakin bahwa grup intipemangku kepentinganyang kuat sudah tahu maksud pembentukan KKP dan memiliki kesempatan buat membicarakan dukungan atau masukannya. Tanpa dukungan ini, proses pembentukan KKP nir akan berkiprah maju atau mungkin saja akan terdapat orang yg sengaja merusaknya.

Sudahkan Anda melakukan pendidikan dasar bagi pemangku kepentinganmengenai ekologi laut, konsep pemanfaatan danpembatasan yg akan diterapkanKKP?

Pemangku kepentinganperlu memahami dasar-dasar ekologi laut & manfaatnya demikian jua dengan keterbatasan KKP. Ada banyak contoh di berbagai tempat pada mana para praktisi sudah menentukan lokasi KKP tanpa menggunakan informasi ekologi yang relatif sebagai akibatnya tempat nir menaruh manfaat misalnya yg diinginkan.

Apakah Anda memiliki cukup warta dasar mengenai lokasi tersebut?

Sudahkah Anda melakukan survei dasar terhadap lokasi tadi? Apakah Anda telah mengidentifikasi sumberdaya target buat dilindungi (biofisik, sosial, sejarah, & ekonomis)? Apakah Anda telah mengetahui siapa saja para pemangku kepentingan kunci dan siapa yg mempunyai kewenangan buat mengelola lokasi tadi? Semua warta ini sangat penting buat perencanaan.

Apakah Anda mempunyai wewenang buat menyusun rencana pengelolaan yg fungsional?

Kewenangan untuk menyusun rencana pengelolaan penting untuk dimiliki sebelum memulai proses perencanaan. Dalam beberapa kasus, mungkin tidak dibutuhkan sistem formal tentang siapa yang berwenang dalam perencanaan pengelolaan, bahkan  masyarakat setempat mungkin akan mengembangkan rencana tersebut demi keperluan mereka sendiri.  Namun dalam kasus demikian pun, Anda tetap harus mengungkapkan siapa yang berwenang menyiapkan rencana tersebut.

Bisakah para pemangku kepentingan mencurahkan relatif waktu buat menyusun rencana pengelolaan?

Penting bagi grup pemangku kepentingan kunci buat mempunyai relatif waktu selama dua belas bulan, bahkan lebih, buat menyusun planning. Kami merekomendasikan enam sampai 2 belas bulan untuk mengembangkan rencana tersebut lantaran apabila waktunya lebih lama lagi, orang mungkin akan kehilangan minat pada proses tadi.

Apakah Anda memiliki staf atau mitra yang bisa memfasilitasi proses penyusunan planning pengelolaan?

Memiliki pendamping atau faslitator yang netral dalam proses perencanaan pengelolaan akan amat sangat membantu. Untuk beberapa hal, dia wajib berpengalaman dalam acara KKP atau proses perencanaan pengelolaan. Pemimpin masyarakat lokal mungkin akan membantu mengadakan pertemuan, tetapi mereka nir bisa ditunjuk buat memfasilitasi pertemuan karena hal ini akan menghalangi hadirin lain buat berpartisipasi secara bebas dalam diskusi.

Apakah Anda mempunyai relatif saat buat melakukan perencanaan dan kemudian melakukansejumlah aktivitas lapangan?

Ketika Anda melaksanakan proses perencanaan pengelolaan, kegiatan lain yg akan membantu mengganti situasi pada lapangan sangat diharapkan. Kegiatan ini termasuk program pendidikan warga dan penjangkauan, penegakan aturan, pemantauan hayati, & aktivitas lainnya.

Apakah Anda siap memulai perencanaan pengelolaan atau Anda perlu persiapan lebih jauh?

Berdasarkan jawaban Anda terhadap pertanyaan-pertanyaan pada atas, Anda wajib bertanya pulang dalam diri sendiri apakah Anda siap memulai proses perencanaan pengelolaan atau wajib melakukan beberapa hal tambahan sebelum memulai proses perencanaan pengelolaan.

1.2.2       Menyiapkan diri untuk membuat rencana

Jika Anda telah siap memulai proses perencanaan pengelolaan, hal pertama yang harus Anda lakukan adalah menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan.  Bersama dengan tim inti atau tim perencanaan yang akan dilibatkan dalam proses perencanaan pengelolaan, silhakan ikuti langkah-langkah berikut:

Menyepakati secara jelas mengapa ketika ini Anda ingin menciptakan rencana pengelolaan.

Anda wajib menyatakan alasan yg sebenarnya tentang mengapa Anda ingin menciptakan planning pengelolaan pada orang-orang yang terlibat di pada tim inti. Harus terdapat konvensi atas topik tersebut sebelum Anda melangkah lebih lanjut. Dalam proses selanjutnya, Anda wajib dapat mengemukakan alasan perlunya menciptakan planning pengelolaan dihadapan warga , pemangku kepentingan, dan para mitra, misalnya instansi pemerintah terkait dan mitra non-profit.

Mengidentifikasi tim perencanaan & individu atau organisasi terdepan.

Anggota tim perencanaan (dan atau organisasi yang mereka wakili) harus mempunyai kewenangan yg memadai buat melakukan proses perencanaan, memiliki ketika dan sumberdaya yg memadai buat memimpin & menindak-lanjuti proses.

Sebagai tambahan, tim perencana wajib mempunyai karakteristik-ciri sebagai berikut:

(1)   memiliki ketertarikan dalam bidang perencanaan,

(2)   memiliki pengetahuan dalam bidang tersebut,

(3)   memiliki kewenangan yang diperlukan untuk melakukan perencanaan,

(4)   waktu berlebih untuk dicurahkan dalam proses perencanaan pengelolaan,

(5)   komitmen tinggi terhadap proses perencanaan.

Kapasitas tim perencana akan sangat ditentukan oleh kapasitas individu yang bergabung di dalam tim perencana tersebut.  Oleh karena itu akan sangat membantu jika para anggota tim inti ini memiliki keterampilan yang berbeda-beda. Misalnya, beberapa anggota memiliki latar belakang pengetahuan biologi, sementara yang lainnya adalah praktisi budaya dan sisanya pernah mendapatkan pelatihan ekonomi. Kebutuhan akan kemampuan beragam ini akan dapat ditentukan berdasarkan kasus per kasus. Namun, makin beragam anggota tim, makin banyak pengetahuan yang dapat mereka bawa ke dalam proses. Tergantung seberapa rumit lokasi yang Anda tangani, Anda akan mempertimbangkan keterlibatkan individu dari berbagai kelompok pemangku kepentingan yang berbeda. Setidaknya harus ada satu anggota tim yang berpengalaman mengenai perencanaan pengelolaan atau memanfaatkan tenaga dari luar tim untuk membantu merancang dan melaksanakan proses.

Terakhir, identifikasi satu orang atau satu grup kecil yg akan menjadi ketua atau pemimpin proses perencanaan. Peranan ini amat sangat krusial.

Identifikasi menggunakan jelas maksud KKP dan pastikan hal ini bisa dipahami sang seluruh orang yg terlibat.

Cakupan dari maksud pendirian KKPsebaiknya sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan atau kesepakatan formal lain yang menetapkan wilayah tersebut sebagai KKP. Namun, penting untuk memeriksa ulang maksud pendirian KKPyang sesunguhnya terkait dengan keadaan lokasi KKP.  Kajian ulang ini akan membantu kita dalam menetapkan tahapan rencana.  Jika cakupan maksud pendirian KKP belum diungkapkan atau kebutuhannya tidak disesuaikan, maka cakupan ini harus ditetapkan sebelum perencanaan dimulai. Anda juga harus mengkomunikasikan maksud pendirian KKP tersebut kepada pemangku kepentingan utama sebelum memulai proses perencanaan pengelolaan.

Tentukan siapa saja khalayak atau pihak-pihakyang akan menggunakan planning.

Rencana pengelolaan dipersiapkan terutama buat kegunaan rutin para manajerKKP. Tetapi, anggota rakyat, pemerintah, kalangan pengusaha, dan masyarakat juga merupakan pengguna penting dari rencana yang akan dibentuk. Dalam beberapa situasi, pemilik istiadat, pejabat pemerintahan lokal, dan pengusaha juga mampu menjadi pengguna kunci. Cara berkomunikasi menggunakan merekaharus mencerminkan bahwa gerombolan pengguna adalah pihak yg paling krusial.

Membuat penjelasan dan kesepakatan tentang prosedur buat persetujuan final planning pengelolaan.

Apabila persetujuan pihak eksternal (misalnya badan penyandang dana, dewan penasehat, dan departemen di pemerintahan) diperlukan, prosedur yang wajib diikuti pada mencapai persetujuan tersebutharus dikemukakan di awal. Pihak-pihak tersebut juga wajib menyepakati rapikan ketika penyerahan planning pengelolaan akhir buat mendapat persetujuan.

Mengumpulkan fakta penting.

Sangat penting untuk mengumpulkan informasi kunci sebelum Anda melangkah melakukan proses perencanaan.  Informasi penting tersebut biasanya mencakup sumber daya ekologi dan kondisi umumnya, sumber daya budaya dan kondisi umumnya, karakteristik fisik, karakteristik kunci lingkungan sosial-ekonomi, penggunaan lahan daratan dan ruang laut, ancaman terhadap wilayah, infrastruktur atau fasilitas publik, karakteristik pengguna sumberdaya alam dan dampaknya terhadap wilayah tersebut. Dengan berbagai informasi yang dikumpulkan sebelumnya maka proses perencanaan pengelolaan akan lebih mudah difasilitasi. Anda mungkin akan memasukkan berbagai pengumpulan data dan kegiatan penelitian yang lebih terperinci sebagai kegiatan yang direkomendasikan dalam rangka penyusnan rencana pengelolaan KKP.

Mengidentifikasi langkah-langkah yg wajib diikuti selamaproses perencanaan, rangkaian kegiatan, & metode yg dipakai.

Harap diperhatikan: Anda akan menyusun jadwal perencanaan secara rinci pada langkah ketiga.

Banyak sekali organisasi memiliki panduan sendiri tentang proses penyusunan rencana pengelolaan.  Jika tidak, Anda dapat merancang sendiri sebuah pendekatan terbaik bagi KKP Anda sesuai dengan konteks pengelolaannya. Proses yang direkomendasikan dalam pelatihan ini harus disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan lokal.

1.2.3       Membuat jadwal perencanaan

Perencanaan pengelolaan akan memakan waktu usang, terutama apabila perencana tidak memulainya dengan penjadwalan yg realistis untuk proses perencanaannya, dan nir berkomitmen mengikuti jadwal tadi. Sangat penting untuk menyediakan ketika yg cukup agar para pemangku kepentingan dapat terlibat dan berkonsultasi menggunakan baik, tetapi krusial juga diperhatikan agar proses planning pengelolaan tidak memakan waktu terlalu lama sebagai akibatnya para peserta terlalu lelah sebelum semuanya terselesaikan.

Sangat penting bagi tim perencana menentuka tanggal penyelesaian planning tersebut, kemudian membuat rapikan waktu buat memastikan penyelesaian sinkron lepas sasaran. Tim ini tentu harus fleksibel dan bersedia melakukan penyesuaian buat hal-hal tak terduga yang terjadi selama proses berlangsung. Namun jika semua orang sepakat dalam jadwal & memutuskan tanggung jawabnya, tiap orang wajib melakukan yang terbaik buat patuh terhadap jadwal ini.

Kualitas apa yang menciptakan wilayah ini?Tidak misalnya daerah lainnya?Istimewa & unik untuk menerima pengelolaan spesifik?

Deskripsi tentang lokasi KKP sangat diperlukan namun tidak harus lengkapdisertai inventarisasi sumber daya maupun database karena kedua hal ini dapat ditambahkan sebagai lampiran-lampiran dari dokumen rencana pengelolaan.  Informasi tersebut dapat diperoleh selama proses perencanaan, seperti tercantum dalam:

(1)   Kerangka kerja hukum

(2)   Kewenangan pengelola

(3)   Identifikasi pemangku kepentingan

(4)   Karakterisasi lokasi

(5)   Target sumber daya

(6)   Ancaman terhadap pengelolaan sumber daya

Dalam konteks proses perencanaan dan tim perencana pengelolaan, membuat draft deskripsi atau karakteristik lokasi KKP adalah kegiatan yang baik untuk mengumpulkan informasi melalui proses perencanaan.  Dalam proses ini, informasi terkini dapat diperoleh dan sintesis informasi dapat dilakukan sebagai bahan untuk menyusun rencana pengelolaan.  Hasil dari kegiatan ini adalah informasi dasar yang diperlukan untuk membuat deskripsi lokasi yang akan dikelola.

2.         Tujuan Akhir Kawasan Konservasi Perairan

Tujuan akhir (visi)merupakan suatu pernyataan mengenai asa/angan-angan/harapan terhadap syarat yg akan dibangun atau diwujudkan berkaitan dengan tugas dan fungsi maupun pekerjaan suatu organisasi.

Biasanya proses perencanaan pengelolaan dimulai dengan membuat tujuan akhir kolektif tentang bagaimana KKP seharusnya di masa depan. Maksud dari tahapan pembuatan tujuan akhir dalam proses perencanaan ini adalah mengajak tim perencanasejak awal untuk memikirkan gambaran masa depan KKP  yang diinginkan.   Oleh karena itu, kita perlu membuat pernyataan tujuan akhir (vision statement). Pernyataan tujuan akhir harus mencerminkan hasil pikiran kolektif tim perencana tentang KKP di masa depan sebagai hasil dari implementasi  dari rencana pengelolaan yang efektif.

Pernyataan tujuan akhir adalah sebuah deskripsi ideal tentang hasil yang diinginkan yang harus memberikan inspirasi dan membantu menciptakan gambaran pikiran KKPpada saat 5 atau10 tahun ke depan. Pernyataan tujuan akhir terkadang rancu dengan pernyataan misi, tapi keduanya memiliki maksud yang saling melengkapi. Ingatlah bahwa pernyataan tujuan akhir ini tidak dimaksudkan sebagai sebagai sasaran “nyata” yang akan menjadi tolok ukur keberhasilan atau kegagalan.  Pengukuran keberhasilan atau kegagalan akan merujuk pada tujuan-tujuan akhir (goals) dan tujuan-tujuan antara (objectives), yang akan dibahas dalam bagian lain.  Sebaliknya, pernyataan tujuan akhir ini akan membuka mata tim perencana tentang apa saja yang mungkin dicapai.

Membuat orang tahu apa yg dilakukan KKP Anda (nilai tambah yg dihasilkannya jika satu daerah ditunjuk menjadi lokasi KKP). Pernyataan misi ini menggambarkan tujuan fundamental KKP Anda & mengapa KKP tersebut terdapat. Sebuah misi berlangsung sepanjang hayati KKP dan nir mempunyai rapikan ketika. Pernyataan tujuan akhir terasa lebih mulia karena itu menjabarkan tujuan akhirKKP Anda di masa depan. Jadi, Anda mungkin akan bertanya mengapa kita tidak mulai menggunakan pernyataan misi pada proses perencanaan pengelolaan ini. Asumsinya merupakan, apabila Anda siap buat memulai proses perencanaan pengelolaan, pernyataan misi telah dikembangkan menjadi bagian penjelasan tujuan & kebutuhan buat penetapan KKP Anda.

Sumber:

PUSLATKP, 2014. MODUL A.033101.003.01 Melakukan Kegiatan Persiapan Awal Perencanaan pada  Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.

MEMAHAMI KONSEP KETERLIBATAN PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

Tingginya keterlibatan pemangku kepentingan (stakeholders) adalah kunci keberhasilan dalam pembuatan dan pelaksanaan rencana pengelolaan KKP. Keterlibatan pemangku kepentingan adalah suatu proses berkelanjutan mereka dalam mengkaji, merencanakan dan melaksanakan rencana pengelolaan KKP.  Keterlibatan para pemangku kepentingan pada setiap tahapan proses perencanaan akan memastikan terbangunnya dan dimasukannya pandangan atau perspektif, pengetahuan dan dukungan mereka. Jika mereka tidak sempat dilibatkan dalam setiap tahapan proses perencanaan, setidaknya mereka harus diberi informasitentang proses tersebut, dan diikutsertakan dalam pengambilan keputusan kunci yang mungkin akan berdampak langsung ataupun tidak langsung pada kepentingan mereka masing-masing. Semakin banyak pemangku kepentingan yang percaya dan menjalankan rencana tersebut (karena rasa “memiliki”) maka akan semakin berhasil pelaksanaan rencana Anda dalam jangka panjang.

Pemangku kepentingan merupakan mereka yang mempunyai minat & ?Kepentingan? Bagi keputusan yg dibentuk. Mereka merupakan mitra pada proses perencanaan. Pemangku kepentingan jua termasuk individu juga kelompok yg terlibat, tertarik, atau terpengaruh oleh asal daya laut & pesisir. Tidak hanya penduduk setempat, pemangku kepentingan pada wilayah pesisir jua termasuk:

1)      Nelayan

2)      Pelaku usaha penangkapan ikan komersial

3)      Pelaku usaha budidaya laut

4)      Otoritas pengelola kawasan konservasi perairan

5)      Pemerintah daerah

6)      Industri pariwisata (operator tur, hotel, rumah makan, dll.)

7)      Kelompok konservasi lokal

8)      Kelompok konservasi internasional

9)      Organisasi pengembangan masyarakat

10)  Organisasi masyarakat pribumi

11)  Kelompok perempuan

12)  Ilmuwan

13)  Pendidik

14)  Lembaga swadaya masyarakat

2. Keterlibatan para pemangku kepentingan dalam proses perencanaan

Tahapan pada melibatkan para pemangku kepentingan

Sekalipun pada tahap awal persiapan perencanaan pengelolaan, ada beberapa keputusan utama yang harus dibuat dan akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan pengembangan dan implementasi rencana pengelolaan. Identifikasi dan keterlibatan para pemangku kepentingan adalah batu pertama sebagai fondasi yang akan mendukung seluruh proses perencanaan.  Kesepakatan dalam peran dan tanggung jawab masing-masing pada tahap awal ini sangatlah penting untuk meraih keberhasilan.

Langkah-langkah utama proses tadi adalah menjadi berikut:

1)      Mengidentifikasi para pemangku kepentingan di dalam dan di sekitar KKP.

2)      Mengidentifikasi ketertarikan dan hubungan di antara para pemangku kepentingan dan KKP.

3)      Mendefinisikan peran para pemangku kepentingan dalam pengembangan dan implementasi rencana pengelolaan.

4)      Mengidentifikasi peranan dan tanggungjawab lain dari para pemangku kepentingan dalam pengelolaan KKP, termasuk pemetaan, pemantauan dan evaluasi keefektifan pengelolaan.

Proses yg didijabarkan di bawah ini telah melalui berbagai tahapan identifikasi dan melibatkan pemangku kepentingan dalam perencanaan & implementasi pengelolaan.

Langkah 1: Mengidentifikasi dan mengenal karakter pemangku kepentingan

Pemangku kepentingan maupun masyarakat bukanlah sebuah kelompok yang terdiri dari orang-orang yang memiliki keseragaman dalam hal pengetahuan, pemikiran, keterampilan dan sikap serta status kehidupannya. Kedua kelompok orang ini juga terdiri dari orang-orang dengan tingkatan ekonomi, kelompok keluarga, dan etnis berbeda, juga terdiri dari dua gender, berbagai kelompok dengan ketertarikan berbeda, dan kelompok pengguna. Bahkan kelompok yang terlihat sama seperti “nelayan” juga terdiri dari berbagai sub-kelompok: penangkap udang, pukat, perahu dayung, kapal penangkap tuna internasional, pekerja pemrosesan dan pengalengan, dan lain sebagainya. Setiap kelompok pemangku kepentingan ini memiliki perspektif berbeda dan akan memberi tanggapan berbeda pula terhadap strategi pengelolaan KKP yang diajukan. Melibatkan para pemangku kepentingan termasuk juga mengakui keberadaaan dan menghargai peran kelompok-kelompok tersebut dan keragaman mereka.

Selain pengetahuan tentang siapa saja para pemangku kepentingan dari sebuah KKP, pengetahuan tentang keterkaitanmereka dengan KKP juga penting.  Sebagai contoh, selain pemangku kepentingan yang mungkin banyak tinggal dan bekerja secara fisik dekat sekali dengan KKPnamun ada juga yang tinggal dan bekerja di tempat yang jauh dari KKP. Di mana pun mereka tinggal, para pemangku kepentingan ini memiliki derajat kekuasaan dan pengaruh yang berbeda-beda berkaitan dengan pengambilan keputusan KKP. Industri berbasis kelautan diperkuat dengan para pelobi berpengaruh, atau kementrian negara yang secara geofrafis tidak terlihat secara fisik di KKP namun memiliki pengaruh besar, sementara bisnis kecil atau masyarakat lokal hanya memiliki sedikit sekali pengaruh–-atau malah sebaliknya. Informasi ini penting untuk mengidentifikasi dan menggolongkan pemangku kepentingan.

Mengidentifikasi dan menggolongkan pemangku kepentingan pada awal akan membentuk liputan yg digunakan tim perencanaketika akan merogoh keputusan tentang siapa saja pemangku kepentingan yang wajib terlibat & bagaimana melibatkan mereka pada proses perencanaan. Akhirnya, banyak keputusan mengenai pelibatan pemangku kepentingan menjadi semakin bersifat politis?Berdasar pada identifikasi pemenang dan musuh, dan dalam banyak masalah, keduanya akan diharapkan buat duduk beserta dan berdiskusi.

Langkah dua: Membangun kepercayaanpemangku kepentingan

Anda telah mengidentifikasi pemangku kepentingan kunci, namun sebelum melibatkan mereka dalam proses perencanaan pengelolaan sangat penting untuk membangun hubungan. Salah satu cara terbaik melakukannya adalah meluangkan waktu secara informal dengan orang-orang. Ini akan memberi Anda kesempatan untuk bertanya, mendengar, dan mempelajari seluas apa pengetahuan yang dimiliki para pemangku kepentingan mengenai isu dan sumber daya di KKP. Tanyakan bagaimana pandangan mereka mengenai isu tentang KKP dan apa gagasan mereka untuk memecahkan masalah tersebut.

Ada banyak cara untuk memulai keterlibatan pemangku kepentingan.  Para manajer KKP telah menggunakan beberapa cara di bawah ini, sebagai tambahan, untuk membuka dialog dengan pemangku kepentingan, untuk mempelajari lebih jauh tentang pengetahuan dan pandangan para pemangku kepentingan, dan untuk mengumpulkan berbagai informasi untuk proses perencanaan pengelolaan:

1) Wawancara informal atau kelompok alamiah: Percakapan sederhanadengan kelompok orang di lingkungan alami mereka. Teknik ini membuka tinjauan yang luas mengenai isu kunci yang penting bagi masyarakat lokal atau kelompok pemangku kepentingan yang berbeda, dan mungkin juga penting bagi KKP.

2) Kelompok fokus:Diskusi semi-terstruktur (semi-structured) dengan kelompok orang yang memiliki ketertarikan atau karakteristik sama. Pesertanya dipilih berdasarkan metode pengambilan sampel statistik atau nonstatistik (misalnya lintas usia, desa yang berlainan dan kelompok pengguna yang berbeda). Teknik ini sangat berguna untuk mengidentifikasi dan menggambarkan pandangan kelompok, sikap dan kebutuhan berkaitan dengan topik yang telah ditentukan sebelumnya.

3) Wawancara semi-structured: Wawancara menggunakan daftar topik bahasan , bukan menggunakan kuesioner yang rinci.  Responden didorong agar mau membicarakan topik-topik tersebut secara umum tanpa diganggu oleh pewawancara, namun bisa dilewati jika topiknya memang perlu diabaikan. Teknik ini dapat menemukan topik yang tidak diduga sebelumnya.

4) Sesi curah gagasan (brain storming): Diskusi yang difasilitasi agar sekelompok orang bisa mengidentifikasi masalah dan isu di masyarakat atau diantara kelompok pemangku kepentingan. Tujuan sesi curah gagasan ini adalah untuk mendorong para pemangku kepentingan untuk berpikir kreatif mengenai topik tertentu dan membuat opini serta gagasan baru. Fasilitator menulis gagasan-gagasan tersebut ketika muncul satu-satu tanpa membuat diskusi menjadi panjang. Gagasan itu bisa didiskusikan bersama nanti, karena tujuan curah gagasan ini adalah untuk memunculkan gagasan sebanyak-banyaknya.

5) Pengamatan sambil berjalan kaki dan naik kapal: Dilakukan oleh kelompok dan berguna untuk mengidentifikasi isu-isu sosial, lingkungan dan penghidupan. Teknik ini kerap membantu para pemangku kepentingan untuk mendapatkan perspektif baru mengenai sumber daya. Perhatikan bahwa kunjungan lapangan dapat berjalan dua arah: anggota masyarakat harus mengunjungi KKP, dan staf KKP juga harus mengunjungimasyarakatpelaku (misalnya, pengrajin pengolahan ikan, kegiatan budidaya kelautan, kapal penangkap ikan, dan kegiatan pariwisata).

6) Pemetaan partisipatif: Membuat sketsa besar wilayah lokal dengan cara berteknologi rendah. Peta ini dibahas dalam kelompok dan digunakan untuk mengumpulkan data mengenai sumber daya dan isu sosial, serta untuk mendorong keterlibatan para pemangku kepentingan. Data dapat digabungkan ke dalam peta yang lebih formal melalui rekaman GPS dan teknik GIS.

7) Diagram Venn: Menggunakan bentuk yang saling bertumpang tindih untuk menggambarkan dan meringkas hubungan, konflik dan isu diantara pemangku kepentingan. Kelompok pemangku kepentingan dapat menggambar atau menggunakan bentuk-bentuk yang sudah digunting sebelumnya. Tumpang tindihakhir ditangkap oleh pewawancara. Teknik ini dapat digunakan selama sesi kelompok fokus.

8) Pohon masalah dan solusi:Diagram grafik tentang masalah terkini dan akar masalah serta efeknya. Hal ini membantu mengembangkan kemampuan masyarakat untuk mengkaji isu-isu yang rumit dan mengembangkan pemahaman komprehensif terhadap isu yang saling berhubungan.

9) Analisis gender: Penelitian mengenai hubungan gender dan bagaimana hal tersebut mungkin terpengaruh oleh tindakan pengelolaan seperti penetapanKKP baru atau pengenalan zonasi dan larangan.

Meskipun teknik-teknik tersebut merupakan pembuka yang mengagumkan, ada teknik partisipatif tambahan untuk terus melibatkan pemangku kepentingan, contohnya berpartisipasi pada upaya penegakan hukum, pemantauan, & acara penjangkauan. Pemangku kepentingan pula akan menjadi jurubicara yg sangat baik buat KKP, berfungsi menjadi penghubung atau pendamping buat rakyat pemangku kepentingan yang lebih luas dan bahkan buat media massa. Sebagai perilaku penghormatan, perlu dipertimbangkan untuk meletakkan perwakilan pemangku kepentingan sebagai garda depan dalam setiap kegiatan publik yg berhubungan dengan perencanaan & pengelolaanKKPseperti lokakarya, pertemuan menggunakan donor, & kegiatan media massa.

Langkah tiga: Melibatkan pemangku kepentingan pada proses perencanaan

Anda telah mengidentifikasi pemangku kepentingan kunci dalam KKP. Anda kemudian akan memanfaatkan kegiatan partisipatif buat berdialog dengan para pemangku kepentingan dan mulai menjalin interaksi, sebuah proses yg berkelanjutan dan terus berkembang. Langkah berikutnya merupakan memilih bagaimana & kapan waktu yg tepat bagi pemangku kepentingan buat terlibat aktif pada proses perencanaan pengelolaan.

Melibatkan pemangku kepentingan dapat memunculkan berbagai kemungkinan. Di satu sisi, pemangku kepentingan mungkin sangat nir menyadari mengenai apa yang terjadi pada KKP dan sangat nir terlibat pada pengambilan keputusan. Di sisi lain, pemangku kepentingan mungkin dapat mempertahankan taraf keterlibatan yang konsisten, menyadari akan seluruh warta yang ada, & mereka merupakan pengambil keputusan yang aktif dan agresif terhadap aneka macam tindakan pengelolaan. Kisaran keterlibatan pemangku kepentingan diilustrasikan seperti di bawah ini:

PASIF èè    TERINFORMASI èè    AKTIF èè    PENGAMBIL KEPUTUSAN

Rangkaian Kesatuan Partisipasi Pemangku Kepentingan

Untuk berkiprah menjadi aktif pada kesatuan rangkaian, para pemangku kepentingan harus diberdayakan. Ini merupakan proses berkelanjutan yang akan memberikan pengetahuan & keterampilan bagi para pemangku kepentingan buat dapat terlibat?Melalui pendidikan lingkungan, pengembangan kapasitas dan komunikasi sosial, contohnya. Ketika pemangku kepentingan menambah pengetahuan dari apa yg sudah mereka ketahui, mereka paham bahwa sebenarnya mereka memiliki kekuasaan, pengetahuan & dukungan administratif dari staf KKP buat menciptakan disparitas konkret; lantaran itulah mereka sebagai berdaya. Ketika pemangku kepentingan lalu semakin paham bahwa manager KKP sangat menerima terhadap opini & usulan, mereka akan lebih bisa mengungkapkan opini secara akurat & lebih siap membantu menciptakan keputusan dan merancang rencana pengelolaan yg efektif.

Pemberdayaan pemangku kepentingan harus sebagai tujuan aktif pada semua proses perencanaan pengelolaan karena hal ini akan merupakansumbangan terhadap kesuksesan planning pengelolaanKKP apapun. Melalui proses pengembangan & pelaksanaan rencana pengelolaanKKP, manajer KKPsecara terpola harus mempelajari tingkat partisipasi para pemangku kepentingan dan warga . Siapa saja yang berpartisipasi? Apakah hanya beberapa orang? Adakah tokoh masyarakatnya? Seberapa besar partisipasi mereka, dan dalam hal apa? Apakah seluruh grup pemangku kepentingan pula terlibat? Apakah perempuan & lelaki juga terlibat? Adakah halangan administratif, sosial maupun politis untuk berpartisipasi?

Partisipasi dari poly pemangku kepentingan yg bervariasi juga mempunyai banyak sekali bentuk yang dalam rangkaian kesatuan digambarkan sebagai berikut:

1) Pendekatan instruktif:Instansi eksternal (biasanya pemerintahan) menginformasikan tentang berbagai perubahan yang akan terjadi tanpa membuka kesempatan berkomentar atau memberi umpan balik bagi para pemangku kepentingan. Pengalaman menunjukkan bahwa pendekatan seperti ini tidak akan menghasilkan sukses jangka panjang karena merupakan metode yang inklusif.

2) Pendekatan konsultatif: Pemangku kepentingan memberikan masukan terhadap usulan yang diajukan oleh instansi eksternal namun tidak berpartisipasi dalam keputusan utama.

3) Pendekatan partisipatif terbatas: Instansi eksternal membuat keputusan utama kemudian mengundang partisipasi para pemangku kepentingan untuk aspek tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Partisipasi pemangku kepentingan oleh instansi eksternal tersebut dapat dianggap  sebagai alat untuk meraih sasaran yang ditetapkan sebelumnya dan mengurangi perlawanan.

4) Pendekatan pengelolaan kolaboratif : Pemangku kepentingan (biasanya anggota masyarakat) berpartisipasi dalam analisis dan pengembangan rencana dari awal. Partisipasi ini membantu menentukan tujuan akhir dan dipandang sebagai hak, bukan alat untuk mencapai tujuan akhir proyek yang ditetapkan sebelumnya.

5) Pendekatan penasihat: Pemangku kepentingan (khususnya masyarakat) membuat keputusan utama sendiri, kemudian memberitahukannya ke pemerintah mengenai rekomendasi mereka. Pemerintah biasanya mengesahkan rekomendasi mereka.

6) Pendekatan swa-mobilisasi: Para pemangku kepentingan (khususnya anggota masyarakat) merencanakan dan mengorganisir diri mereka sendiri, kemudian dapat memberitahu atau tidak ke pemerintah mengenai keputusan mereka.

Pemangku kepentingan mengalami berbagai tekanan yang mungkin dapat memfasilitasi atau menghalangi maksud mereka untuk aktif berpartisipasi.  PengelolaKKP perlu menyadari kekuatan tekanan ini dan bagaimana kekuatan ini dapat mempengaruhi partisipasi para pemangku kepentingan. Tidak semua orang dalam masyarakat dapat atau harus terlibat penuh—karena akan menjadi tidak praktis—namun staf KKP harus selalu memiliki intuisi yang baik mengenai siapa yang harus terlibat dan mengapa. Dalam setiap tahapan proses perencanaan, staf KKP perlu mengetahui hal-hal berikut (dari Francis dkk., 2003):

1)      Siapa yang akan terpengaruh oleh tahapan perencanaan ini?

2)      Siapa yang memerlukan masukan?

3)      Siapa yang memiliki informasi kunci?

4)      Siapa yang harus dilibatkan, dan bagaimana?

5)      Siapa yang akan menggagalkan proses jika mereka tidak dilibatkan?

6)      Siapa atau apa yang mungkin kita lupakan?

Langkah 4: Membentuk Tim Perencanaan Pengelolaan

Tahapan utama yang ke dua untuk proses keseluruhan sesungguhnya adalah membuat rencana pengelolaan yang baru.  Hal ini akan melibatkan perumusan dan kesepakatan atas tujuan akhir (goals) dan tujuan antara (objectives) yang dinyatakan secara jelas, mengembangkan rencana strategi dan tindakan dan membuat—jika diperlukan—badan administratif. Salah satu cara untuk melibatkan para pemangku kepentingan dalam proses ini adalah melalui rangkaian lokakarya perencanaan.

Mengembangkan rencana pengelolaan adalah proses tahunan (multi years). Kesabaran dan komitmen jangka panjang terhadap proses sangatlah penting untuk menarik berbagai pemangku kepentingan bersama-sama, mengatasi konfik yang tidak dapat dihindari dan halangan administratif, membangun tujuan akhir bersama, dan akhirnya menetapkan rencana yang praktis. Tetapkan sasaran jangka panjang dalam pikiran Anda setiap saat dengan kesabaran. Banyak kemungkinan tujuan akhir dan tujuan yang diinginkan, namun dana dan staf selalu dalam jumlah terbatas.  Oleh karena itu, sangat penting bagi KKP dan pemangku kepentingan agar fokus pada sasaran baru dan yang terpenting. Identifikasi hasil yang diinginkan dan berbagi tujuan akhir yang sama akan membantu masyarakat membidik prioritas utama dari tujuan akhir dan tujuan tersebut.

Melibatkan pemangku kepentingan dalam proses perencanaan:Pemangku kepentingan dapat mengisi berbagai peranan dan tanggung jawab yang berbeda dalam proses perencanaan pengelolaan. Tidak semua perwakilan pemangku kepentingan diperlukan dalam tahapan ini. Namun sangat baik jika dapat melibatkan mereka yang memang memiliki kepentingan, kebutuhan maupun keahlian terhadap isu dan sumber daya target yang Anda tuju. Meskipun penting untuk melibatkan pemangku kepentingan dalam pengembangan rencana pengelolaan, semua orang harus paham siapa yang ditunjuk sebagai pihak yang berwenang legal, dan siapa pengambil keputusan akhirnya.

Dalam membentuk sebuah tim perencanaan, ada beberapa hal yang harus dilakukan atau diperhatikan.  Beberapa di antaranya adalah:

(1)   Memilih anggota tim

(2)   Memilih kepala tim

(3)   Menentukan peran dan tanggungjawab tim

(4)   Menentukan cara komunikasi pada pada tim

(5)   Membuat pernyataan tujuan dan hasil kerja tim yang jelas

(6)   Melibatkan pemangku kepentingan tidak mampu hanya sekali

(7)   Memanfaatkan pihak netral menjadi fasilitator

Berikut adalah penjelasan singkat mengenai ke 7 hal pada atas.

Memilih anggota tim

Mungkin Anda mempunyai anggota tim menggunakan latar belakang bervariasi, namun tim tadi wajib sesuai dengan wilayah yang akan dituju menggunakan berbagai pemangku kepentingan yg mungkin akan terpengaruh secara eksklusif atas keputusan pengelolaan Anda. Beberapa faktor yang menentukan pilihan anggota tim merupakan impak khusus yg mungkin terjadi di wilayah tersebut; operasional pemerintah, infrastrutur, & kebijakan yang mungkin terpengaruh.

Harus terdapat penasehat ilmiah eksternal di dalam tim yang bisa mengarahkan para anggota ke sumber daya informasi & meringkas berita ilmiah tentang bagaimana dampak keterlibatan insan menggunakan format yg tidak terlalu teknis. Anggota tim lainnya yg bonafide bisa termasuk beberapa anggota staf (apabila Anda sudah mempunyai struktur administratif yg memadai). Anggota tim juga harus mempunyai wewenang buat menciptakan perubahan.

Adalah gagasan yang bagus jika taktik khusus yang timbul dari proses perencanaan mencerminkan perilaku kemitraan & kerjasama, & keterlibatan masyarakat awam adalah hal yg juga penting. Anda mungkin perlu membuat dewan penasehat eksternal menjadi tambahan tim, tergantung seberapa besar bisnis perencanaan Anda.

Tim wajib diberi penjelasan di awal menjadi pandangan tentang apa yang telah mereka ketahui mengenai asal daya di KKP Anda, kondisinya, keterlibatan manusia pada dalamnya, dan impak dari keterlibatan tadi. Anggota tim harus tahu & paham apa yang dapat dan tidak dapat diinformasikan sang ilmu pengetahuan saat ini & seberapa konfiden masyarakat ilmiah tentang aneka macam proyeksi. Ini adalah tahapan yg berharga, tahapan yang meletakkan dasar pemahaman diantara anggota tim, terutama lantaran mereka mempunyai derajat pemahaman & pengetahuan yg berbeda-beda. Tim juga wajib merujuk pada gosip prosedural dan membahas bagaimana mereka akan maju pada proses perencanaan.

Selama proses perencanaan pengelolaan yg panjang ini, tim & rencana kerjanya mungkin akan berubah. Tim akan menemukan bahwa planning pengelolaan akan mempengaruhi sektor-sektor atau daerah asal daya lain pada lingkungan yang tidak mereka sadari dari awal, & mungkin akan perlu merekrut anggota baru. Sebaliknya, apabila ditemukan lebih sedikit atau perbedaan kerentanan dalam sektor eksklusif, beberapa tenaga mungkin nir begitu dibutuhkan. Karenanya, Anda wajib mengadakan evaluasi secara terpola buat menentukan ketepatan antara anggota tim & apa yang dituju dalam rencana pengelolaan. Tindakan tadi akan memastikan apakah penempatan energi sudah sahih-sahih sinkron selama mengerjakan proses perencanaan.

Memilih kepala tim

Ketua tim wajib bertanggung jawab buat menyusun timnya & memimpin usaha tim tersebut. Idealnya, ketua ini akan diletakkan pada tengah, memahami tujuan holistik KKP, dan sanggup berkomunikasi dengan baik menggunakan seluruh pemangku kepentingan. Kualitas lain untuk mencari seorang ketua tim yang cakap merupakan:

(1)   Pemahaman umum mengenai departemen atau divisi mana yang memiliki kewenangan yang menjadi bagian KKP.

(2)   Keterampilan manajerial, termasuk kemampuan memfasilitasi pertemuan besar dengan topik yang kompleks dan menjaga tim tetap fokus.

(3)   Kemampuan memfasilitasi interaksi kelompok dan mengembangkan komitmen dari anggota tim untuk merasa memiliki hak kolektif dalam hasil yang sama.

(4)   Seorang yang memiliki kepribadian terhormat tanpa adanya agenda personal maupun institusional yang dapat menimbulkan konflik dengan kerja tim yang produktif.

(5)   Kemampuan berkomunikasi secara gamblang dengan publik, tokoh masyarakat dan pemerintah.

(6)   Pemahaman dasar mengenai penggunaan sumber daya oleh manusia dan dampaknya terhadap lingkungan pesisir dan laut—meskipun pengetahuan ini dapat ditingkatkan dengan membaca literatur, pertemuan dengan tenaga ahli lokal, seminar, dan berbagai moda pendidikan umum yang lain

Menentukan kiprah & tanggungjawabtim

Sebuah tim harus terlibat pada 5 tahap dasar pekerjaan berikut yang efektif bagi tim perencanaan pengelolaanKKP:

(1)   Lakukan penelitian mengenai penggunaan tenaga manusia terkini di wilayah KKP, dampak dan konflik; dan penggunaan, dampak dan konflik yang diproyeksikan.

(2)   Mengidentifikasi wilayah perencanaan prioritas untuk tindakan, berdasarkan penelitian Anda.

(3)   Menetapkan tujuan akhir dan mengembangkan rencana Anda.

(4)   Mengimplementasikan rencana.

(5)   Mengukur kemajuan dan membuat rencana yang terkini.

Umumnya tim bertanggung jawab buat membentuk dokumen menurut konsensus yg menyebutkan efek regional planning pengelolaanyang diusulkan dan menjelaskan bagaimana imbas tadi akan memengaruhi tujuan, output & aktivitas departemen atau program yg berbeda, & bagaimana tiap departemen atau acara mempersiapkan diri terhadap pengaruh tadi. Ketika telah dibentuk, tim wajib diberi penjelasan tentang asal daya biofisik & warga yang terdapat pada KKP Anda waktu ini, apa yg dapat atau nir bisa diinformasikan ilmu pengetahuan pada kita, & bagaimana tingkat keyakinan rakyat ilmiah mengenai aneka macam imbas yg diproyeksikan.

Menentukan cara komunikasi pada pada tim

Langkah krusial dalam melibatkan pemangku kepentingan adalah untuk membuat lingkungan kerja yg baik bagi anggota gerombolan yg dibangun atas dasar agama & saling menghormati. Hal ini nir akan terjadi dalam satu kali rendezvous, tetapi akan terbentuk sedikit demi sedikit dalam grup kerja. Ketidaksepakatan dan kesulitan akan selalu ada kapanpun. Dalam prosesnya memang akan melalui kesulitan ini, dan bagaimana semua terselesaikan, bisa membuka kesempatan buat dapat saling mendengarkan, belajar, & saling menghormati sudut pandang orang lain. Awal menurut proses ini adalah yang paling usang, lantaran di waktu inilah tim belajar buat bekerja bersama. Usaha yg diinvestasikan di depan ini akan menuai hasil yg akbar pada prosesnya nanti. Saat pada mana kepercayaan , komunikasi yg baik, dan rasa tanggung jawab personal atas suksesnya proses sudah didapat, proses buat menjadi keputusan akan semakin cepat.

Membuat pernyataan tujuan dan hasil kerja tim yang jelas

Proses yg berbasis dalam pemangku kepentingan akan menghadapi permasalahan yang nir dapat dihindarkan. Salah satu cara buat menjauhkan grup berdasarkan perbedaan mereka merupakan menemukan daerah kesepakatan misalnya keinginan atau tujuan umum buat mewujudkan pemugaran dalam suatu daerah. Ketika tujuan dikemukakan dengan jelas & akhirnya menyepakati tujuan rencana dibentuknya rencana tata ruang kelautan, Anda membuka kesempatan bagi tim perencanaan lebih fokus terhadap satu daerah konvensi, sebagai versus dari perselisihan.

Sangat krusial jua buat tim perencanaan agar dapat menyatakan di awal mengenai hasil & keluaran yg diinginkan sebelum mereka terlibat dalam proses perencanaan rapikan ruang kelautan. Tujuan yg diinginkan hanyalah untuk meningkatkan pemahaman mengenai aktivitas penggunaan sumber daya sang insan & imbas yg terkait dengan KKP Anda. Atau, buat menciptakan planning pengelolaan dan/atau strategi buat implementasi rencana. Atau, tujuan sebenarnya merupakan buat menggabungkan sektor-sektor yang tidak sama buat dapat mempertimbangkan masa depan wilayah tadi. Mungkin terdapat beberapa atau malah semua yg menginginkan hasil dan keluaran misalnya itu. Dalam masalah apapun, hasil & keluaran tadi harus dipahami oleh setiap anggota tim perencanaan sebelum dilibatkan lebih jauh dalam proses.

Melibatkan pemangku kepentingan tidak mampu hanya sekali

Proses partisipatif nir bergerak maju menggunakan sendirinya. Hal tadi memerlukan tambahan energi yang konstan. Anggota tim akan terus memerlukan dorongan dan dukunga. Hanya karena mereka telah berkomitmen terhadap tim perencanaan di awal bukan berarti mereka akan terus permanen memegang komitmen tersebut selama proses berlangsung. Seorang fasilitator diharapkan buat mengarahkan proses agar mampu berkiprah maju sinkron jadwal, tenggat ketika, dan output ad interim yg terdokumentasi. Ini krusial buat membentuk tonggak keberhasilan seiring berjalannya saat supaya tim dapat merasakan serangkaian keberhasilan kecil yang telah mereka raih. Hal ini akan memberi dorongan positif bagi holistik tim. Pemangku kepentingan perlu melihat bukti nyata & manfaat yang telah didapat menurut seluruh proses, langkah demi langkah. Di saat yg sama, tim perencanaan nir boleh menyesatkan tetapi wajib menunjukkan apa yang sekiranya realistis (IMSP).

Memanfaatkan pihak netral menjadi fasilitator

Proses partisipatif yg berhasil selalu melibatkan keliru satu anggota staf yg berdedikasi, yang bertanggung jawabmengoordinasi & mengawasi kerja sama antara anggota tim perencanaan berbasis pemangku kepentingan. Peranan orang ini khususnya fokus dalam memfasilitasi obrolan dan organisasi & bukan menulis isi planning. Seorang fasilitator atau moderator profesional secara signifikan akan berkontribusi terhadap pengelolaan yang sensitif dan akurat dan keterlibatan para pemangku kepentingan. Peranan ini memerlukan orang menggunakan keterampilan komunikasi yg baik, fasilitasi, dan bernegosiasi, dan seseorang yang akan permanen netral dan tidak nampak condong ke pemangku kepentingan eksklusif (IMSP).

Langkah 5: Membentuk tim implementasi

Saatnya buat menciptakan seluruh terwujud! Rencana pengelolaan sudah selesai & siap diimplementasikan, umumnya melalui serangkaian aktivitas pengelolaan yg berbarengan seperti berikut adalah:

1)      Proyek mata pencaharian alternatif (misalnya, para nelayan pengungsi)

2)      Restorasi habitat (misalnya, penanaman mangrove)

3)      Larangan kegiatan penangkapan ikan (misalnya, terkait musim,jenis penangkapan ikan, sifat penutupan sementara maupun geografis)

4)      Menetapkan batas-batasKKP dan memasang tanda-tanda batas.

5)      Pendidikan masyarakat secara terus-menerus mengenai penegakan hukum dan peraturan baru

6)      Menciptakan penegakan hukum dan pengawasan terpadu

7)      Menciptakan program pemantauan dan evaluasi

Langkah 6: Membentuk tim evaluasi

Termasuk pada dalam langkah ini adalah koordinasi implementasi planning, perundangan, penegakan hukum, membuat pendapatan dan tinjauan acara tahunan yg sedang berlangsung serta penganggaran. Langkah ini harus dipandu dengan rencana kerja yg memaparkan siapa yg memiliki pengawasan pribadi terhadap proyek atau program; rapikan ketika aplikasi; asal daya yang diharapkan buat implementasi termasuk staf, keahlian teknis atau alat-alat & asal daya finansial; membuat prioritas kegiatan; pemantauan & evaluasi; & kemitraan. Pemangku kepentingan tidak sama yg wajib bertanggung jawab buat aneka macam unsur implementasi dapat dimasukkan ke dalam daftar mitra.

Keberlanjutan Jangka Panjang. Setelah tahap awal implementasi berakhir, KKP dan wilayah pesisir akan memasuki tahap pemantauan dan evaluasi jangka panjang berkelanjutan, melanjutkan penjangkauan masyarakat dan pengelolaanyang adaptif untuk menyesuaikan rencana sebagaimana yang diperlukan.

Pemantauan dan Evaluasi. Indikator yang tepat harus dipilih di awal proses sehingga kondisi awal dapat diukur dan dikaji ulang secara konsisten.

Masyarakat kemudian akan & wajib terlibat dalam proses pemantauan. Mendorong warga buat memainkan peran besar dalam proses ini menyebabkan rasa kepemilikan & tanggung jawab dan membantu membentuk mufakat dalam setiap strategi-strategi baru yang mungkin diharapkan.

Penjangkauan Masyarakat dan Pendidikan: Berbarengan dengan kegiatan pemantauan dan evaluasi, KKP harus berinvestasi dalam proses pengelolaan informasi, pendidikan masyarakat dan penjangkauan jangka panjang yang masih berlangsung. Hal ini sangat membantu dalam mempertahankan ketertarikan masyakakat dan dapat mencegah mundurnya semangat mereka jika ternyata hasil positif tidak persis seperti yang diinginkan atau jika terjadi hambatan tak terduga yang berpotensi menggagalkan rencana. Penjangkauan masyarakat juga dapat membantu mempromosikan manfaat positif yang mulai terjadi namun belum begitu terlihat bagi semua anggota masyarakat (misalnya, kenaikan dolar dari pariwisata berkelanjutan yang menjangkau masyarakat lokal atau peningkatan ukuran ikan rata-rata secara bertahap).

SUMBER:

PUSLATKP, 2014. MODUL A.033101.003.01 Melakukan Kegiatan Persiapan Awal Perencanaan pada  Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.

Peranan Pemangku Kepentingan dalam Proses Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP)

Di banyak lokasi di seluruh dunia, ada masyarakat yang tinggal di dalam atau bersebelahan dengan KKP.  Menentukan hubungan antara KKP dengan masyarakat di awal proses perencanaan pengelolaan adalah penting sekali. Akankah masyarakat bekerja bersama dengan pengelola KKP yang berwenang? Akankah ada pengaturan pengelolaan kolaborasi formal antara masyarakat dengan pengelola KKP yang berwenang? Atau, apakah masyarakat memiliki hak kepemilikan atau kuasa terhadap lingkungan laut dan pesisir dan akankah hal tersebut diakui oleh pengelola yang berwenang?

Dalam kedua kasus di atas, hubungan kerja yg terbuka & saling percaya harus dibangun menggunakan rakyat. Hal ini akan membutuhkan ketika. Akan berguna apabila dalam permulaan proses, melibatkan beberapa anggota rakyat yang memperlihatkan ketertarikannya pada KKP daripada membuka proses perencanaan pada seluruh pemangku kepentingan. Melibatkan sejumlah anggota masyarakat yang bisa dikelola dalam awal proses akan mendapatkan kesempatan buat mengetahui pandangan mereka & bias ketika melanjutkan proses perencanaan tersebut. Jika terlalu poly anggota rakyat yang dilibatkan pada awal, proses tadi mungkin akan terjebak pada masalah logistik sebelum perencanaan tersebut dimulai. Jumlah yg sedikit pula memberikan kesempatan untuk tahu dinamika masyarakat dan siapa pemimpin yang benar-sahih mewakili rakyat secara keseluruhan, atau sub-grup dalam warga (nelayan, wanita, jemaat gereja, dll.).

Mempertimbangkan penempatan pulang staf KKP buat membantu mereka menjalin hubungan menggunakan rakyat. Memberi pembinaan staf KKP pada ketrampilan fasilitasi & resolusi pertarungan, jua teknik pemantauan sosio-ekonomi bisa membantu melaksanakan penelitian sosio-ekonomi yang bisa dipakai buat meningkatkan interaksi antara staf dan anggota rakyat. Dalam belajar menurut & bersama anggota warga , staf KKP wajib menciptakan rasa hormat atas pengetahuan dan kebijaksanaan rakyat lokal, yg dalam gilirannya mereka akan termotivasi bahwa staf pengelolaan mendengar & belajar menurut mereka.

Landasan yg baik bagi keterlibatan rakyat adalah melalui pengkajian asal daya & sosio ekonomi partisipatif pada awal proses perencanaan pengelolaan. Ini membantu buat memperjelas isu-info penting & prioritas dari perspektif warga .

Saat mulai terlibat dengan masyarakat, sadarilah perbedaan “dominasi sosial” pada tiap pertemuan, karena mereka dapat menutupi kebutuhan dan prioritas kelompok atau pribadi yang kurang menonjol dalam kelompok masyarakat. Struktur keanggotaan masyarakat apapun mungkin akan sangat kompleks dan ditutupi oleh mereka yang penghidupannya lebih aman karena memiliki lebih banyak waktu untuk berpartisipasi dalam pertemuan; akses yang lebih mudah dalam metode komunikasi semacam surel (e-mail), telepon dan bahkan transportasi ke lokasi pertemuan; atau bahkan lebih berani untuk bicara. Perhatian yang cermat terhadap profil kekayaan dan kemiskinan dalam kelompok masyarakat dapat membantu mengidentifikasi mereka yang memiliki tingkat ketergantungan tinggi terhadap sumber daya alam dan prioritas.

Kajian sosio ekonomi dan sumber daya juga harus sensitif terhadap gender. Ada perbedaan penggunaan sumber daya dan kegiatan antara lelaki dan perempuan, juga akses dan kendali mereka terhadap sumber daya, serta kemampuan dan kerentanan mereka. Pengkajian harus menggambarkan perbedaan ini. Data survei harus selalu mengidentifikasi responden gender; hal ini akan membuat identifikasi opini dan dampak tindakan KKP yang berbeda terhadap perempuan dan laki-laki.

Ketika menggunakan teknik penilaian komunitas, cobalah buat memvalidasi temuan dengan triangulasi atau pengecekan silang?Menggunakan istilah lain, mengggunakan beberapa metode tidak selaras buat membenarkan temuan. Sumber sekunder terhadap kabar, statistik, & observasi pribadi merupakan asal kabar berharga yg independen menurut pandangan pemangku kepentingan atau anggota warga .

Tata batas rakyat terkadang berkaitan dengan batasan penggunaan asal daya. Karenanya, perseteruan menggunakan rapikan batas rakyat harus diselesaikan di awal waktu mengusahakan tanggung jawab pengelolaan daerah lindung. Pertemuan pemetaan warga di awal proses bisa membantu mengidentifikasi batasan-batasan ini.

Menariknya, informasi pengelolaan yang diidentifikasi pada rendezvous komunitas umumnya tidak berbeda menurut yg diidentifikasi oleh para manajerKKP. Ini merupakan refleksi kenyataan bahwa penduduk lokal umumnya punya pengetahuan cukup tentang kondisi di dalam & pada lebih kurang lingkungan KKP & tindakan penduduk dan kesehatan ekosistem KKP terjalin sangat erat. Walhasil, berita yg diterima rakyat, & penyebab dan solusinya, dapat digunakan buat mendefinisikan tujuan holistik, hasil & kegiatan buat perencanaan pengelolaan.

Membangun agama adalah hal yg paling krusial. Peran kunci dapat dimainkan sang fasilitator atau rakyat yg berinteraksi dengan pemangku kepentingan pada tahap-tahap awal pengumpulan warta. Bersabarlah; agama mungkin tumbuh sesudah bertahun-tahun.

Buatlah pertemuan komunitas & aktivitas partisipatif lain seterbuka mungkin & gampang diakses. Penjadwalan, baik yg sinkron isu terkini juga harian, bisa mendorong dan menjauhkan sektor-sektor tertentu buat bisa hadir. Mengelola ketertarikan komunitas merupakan hal penting. Ketertarikan cenderung memudar selesainya beberapa saat yg lama waktu antusiasme awal sudah memudar.

2.   Studi kasus masyarakat lokal sebagai mitra pengelola KKP

STUDI KASUS

Masyarakat Lokal menjadi Mitra Pengelolaan KKP

Dari semua pemangku kepentingan yang telah kita bicarakan, anggota masyarakat lokal sangatlah penting. Pengalaman pendekatan top-down yang dikendalikan secara terpusat terhadap pengelolaan wilayah terlindung menunjukkan jika penduduk lokal tidak dilibatkan maka mereka akan mengacaukan upaya konservasi. Contohnya, orang-orang Maasai yang menombak binatang liar di Taman Nasional Amboseli di Kenya sebagai protes terhadap penghapusan hak pengairan dan penjenggutan. Di Taman Nasional Galapagos nelayan lokal berulangkali menduduki stasiun penelitian sebagai protes atas pembatasan hak menangkap ikan yang dikenakan pada mereka. Dengan kata lain, ketika masyarakat lokal atau pemangku kepentingan berbagi tanggung jawab, secara otentik dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan memahami manfaat pengelolaanKKP bertanggung jawab, mereka adalah mitra bagi kesuksesan KKP. Contohnya, mereka akan menggunakan metode penangkapan ikan yang kurang tingkat merusaknya, hanya memanen apa yang mereka perlukan, dan bahkan membantu membuat peraturan bagi para sesama anggota masyarakat untuk mendukung tujuan akhirKKP. Apalagi keterlibatan masyarakat lokal selama proses perencanaan pengelolaan akan membantu memastikan bahwa rencana tersebut terintegrasi ke dalam struktur institusional lokal, mempertimbangkan faktor sosial dan budaya, dan manfaat pengetahuan lokal.

Penting untuk  bekerja sama dalam menentukan peranan dan tanggung jawab yang berbeda dari para pemangku kepentingan yang terlibat. Contohnya, tingkatan pemerintahan tertentu mungkin diberi kewenangan sebagai pengelolaan legal yang berwenang, yang kemudian dilaksanakan di tingkatan lokal menggunakan pendekatan bottom-up dimana keputusan dan kegiatan pengelolaan dibuat bersama masyarakat. Jika struktur legal meminta pengelolaan atas ke bawah, pengelolaan bawah ke atas, maupun pengelolaan kolaboratif, pemangku kepentingan harus selalu diikutsertakan.

3.  Cara mengidentifikasi peranan pemangku kepentingan dalam proses perencanaan

Pada saat mengidentifikasi dan menentukan pera pemangku kepentingan yang akan terlibat didalam proses pembetukan KKP tentunya kita sudah berpikir peranan masing-masing pemangku kepentingan dalam mendukung  terbentuknya KKP yang ideal.  Untuk menentukan peran masing-masing tertunya anda harus mengetahui tugas dan fungsinya didalam organisasi/institusi maupun  potensi yang dimiliki bagi masyarakat yang terlibat.

SUMBER:

PUSLATKP, 2014. MODUL A.033101.003.01 Melakukan Kegiatan Persiapan Awal Perencanaan pada  Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.

MEMAHAMI TEKNIK IDENTIFIKASI ANCAMAN TERHADAP KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP)

1. Jenis ancaman terhadap kawasan konservasi perairan dan cara menghadapinya

Sekarang anda telah mengidentifikasi sumber daya sasaran prioritas yang akan dijadikan alasan untuk menyusun rencana pengelolaan KKP.  Selanjutnya, tim perencana harus bekerja bersama untuk mengidentifikasi semua kemungkinan ancaman yang dihadapi atau dialami oleh sumberdaya sasaran tersebut.

Apa sesungguhnya yang kita maksud dengan ancaman?

Dalam konteks perencanaan pengelolaan KKP, yang dimaksud dengan ancaman adalah berbagai hal yang dapat menyebabkan dampak berupa kondisi buruk atau dampak pada sumber daya sasaran.   Sangat diharapkan, ancaman tersebut dapat ditangani (dikurangi atau dihilangkan) dengan menerapkan strategi pengelolaan KKP. Pada banyak kasus, membicarakan ancaman adalah membicarakan berbagai kegiatan manusia di dalam dan di luar KKP yang mempengaruhi sumber daya sasaran.  Oleh karena itu, ketika kita membahas ancaman terhadap KKP yang berlokasi di wilayah pesisir, kita juga perlu mempertimbangkan berbagai hal yang terjadi di daerah aliran sungai, sepanjang pesisir sampai ke laut lepas.  Selanjutnya, ketika kita membahas ancaman terhadap KKP, baik di wilayah pesisir maupun di laut lepas, perhatikan juga berbagai hal yang terjadi di luar batas-batas KKP karena air mengalir tidak mengenal batas.

Seluruh KKP juga menghadapi ancaman yang disebabkan oleh berbagai peristiwa alam dan perubahan iklim. Walaupun kita tidak secara khusus mengidentifikasi dampaknya seperti yang dilakukan terhadap dampak dari kegiatan manusia, ancaman-ancamanalami ini perlu juga dipertimbangkan selama proses perencanaan pengelolaan.  Banyak KKP menerapkan strategi pengelolaan yang disertai dengan strategi agar KKP memiliki daya tahan(resilience) terhadap ancaman-ancaman alam dan perubahan iklim.

Pendekatan terbaik untuk menghadapi ancaman akibat gangguan alamiah dan perubahan iklim adalah dengan menerapkan prinsip kehati-hatian(precautionary approach), yaitu ketika situasi sangat sulit dipastikan maka konservasi harus dijadikan pegangan, terlepas dari pendapat apakah strategi konservasi ini benar atau salah. Dalam mengidentifikasi dan menganalisis ancaman, kita harus mencari berbagai strategi inovatif untuk menangani ancaman walaupun kita mungkin tidak memiliki seluruh informasi atau pengetahuan yang diperlukan untuk memahami berbagai dampak, ancaman, atau sumber ancaman.  Berbagai ancaman tersebut berasal dari kegiatan manusia yang terjadi di dalam dan di luar tata batas KKP.

Kiat  menghadapi ancaman yang dialami sumberdaya sasaran

Ketika mempertimbangkan ancaman terhadap asal daya sasaran pada KKP, perhatikan jua:

1.         Kegiatan manusia.

2.         Dampak alami.

3.         Akumulasi pengaruh dari kombinasi kedua jenis sumber ancaman di atas.

Anda mungkin tidak dapat langsung mengatasi dampak alami melalui strategi pengelolaan, tetapi Anda harus mempertimbangkan untuk membangun prinsip-prinsip daya pulih (resilience) dan ketahanan (resistance) ke dalam rencana pengelolaan.  Hal ini akan membantu kita dalam mengatasi baik tekanan manusia maupun tekanan alam.

Langkah-langkah dalam proses mengidentifikasi ancaman merupakan menjadi berikut:

(1)   Mengidentifikasi berbagai hal yang dapat mengancam sumber daya yang ada di dalam kawasan konservasi perairan.

(2)   Memetakan ancaman.

(3)   Mengidentifikasi sumber ancaman, yaitu kegiatan dan/atau pelaku kegiatan yang menyebabkan dampak buruk pada sumber daya yang ada di dalam kawasan konservasi perairan.

(4)   Mengelompokkan ancaman menurut jenis sumber daya yang menjadi sasaran prioritas pengelolaan.

(5)   Mengidentifikasi dan memahami penyebab dan akibat dari setiap ancaman ini.

(6)   Mengidentifikasi perilaku atau kegiatan manusia yang terkait dengan ancaman tersebut.

(7)   Mengidentifikasi kemampuan KKP (kekuatan dan kelemahan) untuk mengatasi ancaman.

(8)   Memprioritaskan ancaman yang akan menjadi fokus perhatian dari strategi pengelolaan.

(9)   Mengidentifikasi kelompok-kelompok pengguna yang terkait dengan berbagai ancaman ini.

2.  Keterlibatan masyarakat dalam mengidentifikasijenis ancaman terhadap kawasan konservasi perairan

Proses untuk mengidentifikasi ancaman terhadap sumber daya sasaran dimulai dengan melakukan curah pendapat (brain storming) untuk setiap sumber daya sasaran prioritias yang telah diidentifikasi sebelumnya. Apakah tim perencana telah melakukan curah pendapat mengenai seluruh kemungkinan ancaman pada setiap sasaran dan telah mencatat setiap ide?Ketika Anda telah memiliki cukup informasiuntuk bekerja, mulailah mengelompokkan ancaman-ancaman yang serupa atau mirip dan hilangkan ancaman-ancamanlain yang tidak perlu dicatat karena tidak seberapa manfaatnya jika dicatat (redundant). Catatlah setiap ancaman yang mempengaruhi beberapa jenis sumber daya sasaran yang berbeda sekaligus. Sepertinya, Anda akan melihat suatu pola yang muncul. Terakhir, mintalah tim manajemen untuk meninjau daftar ancaman berdasarkan ancaman-ancaman yang dapat ditangani oleh manajemen. Langkah ini akan memberikan pemahaman mengenai berbagai macam ancaman yang dihadapi oleh KKP dan ancaman yang umum dialami oleh beberapa sumber daya sasaran.

Manfaat dari mengidentifikasi ancaman:

(1)   Kesempatan untuk melibatkan para pihak.

(2)   Mendapatkan masukan berdasarkan pengetahuan lokal.

(3)   Memahami batas-batas geografi atau lokasi ancaman.

(4)   Memahami keterkaitan di antarasumber daya sasaran dan ancaman.

(5)   Mengidentifikasi kesenjangan .

Satu hal yang perlu Anda perhatikan, bila tim perencana terdiri dari perwakilan dari kelompok pemangku kepentingan KKP, setiap kelompok pemangku kepentingan biasanya akan cenderung hanya memperhatikan ancaman yang secara langsung menjadi perhatian mereka. Itulah sebabnya mengapa penting untuk mendengarkan seluruh pandangan peserta diskusi dan bila memungkinkan memberikan contoh-contohnya. Biasanya melalui diskusi, berbagai ancaman yang dikatakan oleh kelompok pemangku kepentingan yang berbeda akan mulai menyatu.

SUMBER:

PUSLATKP, 2014. MODUL A.033101.004.01 Merumuskan Masalah Yang Akan Ditangani pada Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.

MEMAHAMI TEKNIK MENENTUKAN JENIS SUMBER DAYA SASARAN PRIORITAS DALAM PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP)

Sekarang kita akan fokus dalam sasaran pengelolaan atau sumber daya yg memiliki prioritas tertinggi untuk dilindungi menggunakan pengelolaan KKP.Mengidentifikasi jenis asal daya yg diprioritaskan ini akan sangat membantu kita dalam menyusun & melaksanakan suatu planning pengelolaan yg meliputi berbagai aktivitas pengelolaan, sumber daya insan & dana, yg sudah seharusnya difokuskan untuk menangani permasalahan yang dihadapi asal daya tersebut.

Sumber daya sasaran yang akan dikelola umumnya diketahui pada saat proses penetapan KKP dan pengenalan karakteristik lokasi.Sumber daya sasaran tersebut dapat mencakup berbagai hal, namun secara garis besar dapat dibagi menjadi 5 kelompok berikut.  Penjelasan singkat dan contoh dari ke lima kelompok sumber daya tersebut adalah sebagai berikut:

(1)   Keanekaragaman hayati yang berkaitan dengan spesies-spesies endemik, spesies yang terancam punah.  Contohnya adalah penyu hijau, duyung atau dugong, dan sebagainya.

(2)   Keanekaragaman hayati yang berkaitan dengan habitat-habitat penting bagi kelengkapan siklus hidup biota laut.  Contohnya adalah kawasan terumbu karang, hutan mangrove, padang lamun, gumuk pasir (sand-dunes), kawasan berlumpur (mudflat area), pantai berbatu (rocky shore), dan sebagainya.

(3)   Kondisi alam yang unik bernilai estetika atau memiliki fitur-fitur khusus, baik secara geologi maupun ekologi.  Contohnya adalah beting-beting di lepas pantai, gunung-gunung api di bawah permukaan laut, lokasi-lokasi pemijahan dan kawasan up-welling.

(4)   Sumber daya yang memiliki nilai manfaat sosial-ekonomi langsung, seperti obyek-obyek wisata dan tempat rekreasi, sumber daya yang dimanfaatkan oleh kegiatan perikanan (seperti berbagai jenis ikan dan tumbuhan air), sumber daya air minum di laut, kawasan yang memiliki fungsi perlindungan fisik, ataupun kawasan yang menarik untuk diteliti.

(5)   Sumber daya yang memiliki nilai sosial dan budaya, biasanya berupa peninggalan sejarah, lokasi budaya ritual, situs-situs yang dianggap sakral atau suci serta berbagai lokasi yang dimanfaatkan masyarakat adat secara tradisional.

Dalam mengidentifikasi jenis-jenis sumber daya ini, kita perlu mengetahui lokasi tempat sumber daya berada.  Informasi tentang lokasi sumber daya ini dapat kita ketahui dengan berbagai cara, mulai dari dengan mengamatinya secara langsung di lapangan ataupun dari berbagai sumber pustaka atau laporan.  Pengamatan di lapangan memerlukan keterampilan khusus beserta peralatan sedangkan penggalian informasi dari pustaka memerlukan kecermatan untuk memastikan di mana lokasinya yang tepat.  Peta laut biasanya dapat dijadikan titik awal keberadaan habitat-habitat laut, namun semua tergantung pada kelengkapan dan kemutakhiran peta.  Oleh karena itu, meskipun kita telah mendapatkan berbagai informasi yang sifatnya sekunder tersebut, kita tetap masih harus melakukan verifikasi untuk memastikan keberadaannya.

Cara lain yang dapat diandalkan untuk mengetahui jenis-jenis sumber daya yang ada di dalam kawasan konservasi perairan adalah dengan melibatkan para pemangku kepentingan (stakeholder) dari kawasan konservasi ini.  Mereka, terutama, kelompok pengguna sumber daya dan kelompok yang biasa melalui lokasi-lokasi biasanya mempunyai informasi tentang kondisi kawasan di masa lalu dan informasi terkini.  Kegiatan pemetaan yang melibatkan para stakeholder dan masyarakat ini disebut community mapping.  Cara pemetaaan ini dianggap sebagai cara terbaik dibandingkan dengan hanya mengandalkan tenaga surveyor yang umumnya berasal dari luar kawasan konservasi.

Dalam kegiatan ini, para pemangku kepentingan dan anggota warga akan menggambar sebuah peta geografi atau memakai peta resmi untuk menunjukkan lokasi asal daya alam (ikan & sebagainya), masyarakat (pemukiman atau sebarannya) & infrastruktur yang tersedia. Kegiatan-kegaitan ini pemetaan ini mencakup:

(1)   Sejumlah pertemuan dengan pemangku kepentingan lokal untuk mengidentifikasi di mana lokasi sumber daya, kegiatan manusia dan sumber daya yang berpeluang untuk dilindungi atau dijadikan sumber daya sasaran konservasi;

(2)   Menentukan lokasi-lokasi yang menghadapi masalah atau ancaman-ancaman dan mengidentifikasi peluang untuk mengatasi atau memperbaikinya; dan

(3)   Memfasilitasi diskusi-diskusi terbuka dan intensif dengan masyarakat mengenai sumber daya sasaran, ancaman terhadap sumber daya tersebut, kegiatan pengelolaan, dan masalah yang mungkin timbul serta berbagai peluang pengelolaan.

Kiat-kiat memetakan sumberdaya sasaran

Memetakan asal daya target merupakan saat yang baik buat melibatkan para pemangku kepentingan yg mungkin tidak memiliki saat lama atau kepentingan alngsung buat duduk bersama dalam tim perencanaan. Hal Ini merupakan cara yang baik buat permanen menjaga para pemangku kepentingan permanen mendapatkan warta relevan, dan permanen terlibat pada proses perencanaan Anda.

Beberapa manfaat dari kegiatan pemetaan masyarakat (community mapping) untuk perencanaan pengelolaan di antaranya adalah:

(1) Peta yg dihasilkan akan menggambarkan kondisi modern menggunakan sempurna mengenai lokasi banyak sekali asal daya, kegiatan, masalah & peluang, serta berukuran atau dimensi dan cakupan pertarungan atau ancaman.Peta ini dibentuk dengan cara menguji & membuatkan keterangan yg sudah dikumpulkan selama penilaian awal & pula melengkapinya dengan informasi yang lebih rinci dalam beberapa karakter eksklusif, misalnya lereng, drainase, vegetasi, air, tanah, dan asal daya lainnya, yg mungkin nir teridentifikasi tanpa adanya bantuan berdasarkan rakyat.

(2) Dalam proses pembuatan peta ini biasanya akan diperoleh sejumlah informasi dari berbagai anggota masyarakat tentang kondisi masa lalu yang masih diingat oleh para sesepuh (orang-orang berusia tua), termasuk kisah-kisah yang pernah dikatakan oleh para orang tua mereka atau nenek moyang mereka.  Sebagai contoh, dari kisah mereka kita dapat mengetahui adanya suatu kawasan yang tidak seberapa luas (seperti gugusan terumbu karang) tempat nelayan biasanya menangkap ikan, namun luput dari pengamatan staf pengelola KKP karena produksi ikan dari kawasan ini dianggap rendah.   Anggota masyarakat juga biasanya sudah mengenal musim ketika ikan-ikan yang menjadi incaran mereka akan memijah, kapan dan dimana mereka harus menggunakan peralatan yang berlainan untuk menangkap ikan, dan tempat-tempat berkonflik, lokasi-lokasi tempat perikanan tradisional dipraktekan, dan sebagainya. Para nelayan yang lebih tua atau mantan nelayan mungkin mengetahui dengan benar daerah mana saja yang sebelumnya merupakan tempat menangkap ikan yang produktif namun namun sekarang sudah tidak lagi.

(tiga) Dalam proses pembuatan peta masyarakat, tim perencana mempunyai kesempatan buat bertanya pada perwakilan warga tentang tren atau kecenderungan yang ada, tanggapan warga tradisional, pandangan masyarakat atas perkara tersebut, dan seterusnya.

(4) Pemetaan warga bisa memperjelas aneka macam nama lokal buat jenis-jenis laut, yang sangat krusial untuk mendapatkan pemahaman seksama tentang perubahan dalam tempat asli atau jenis tertentu.

Dari kegiatan pemetaan tersebut tentu harus dibuat rangkuman atau kesimpulan.  Agar pembuatan kesimpulan ini mudah dilakukan, sebaiknya kita menentukan atau menugaskan satu orang dari tim perencana untuk membuat catatan tentang berbagai hal yang muncul selama diskusi dengan masyarakat berlangsung, seperti opini, komentar dan reaksi atau tanggapan dari seluruh peserta.  Dari diskusi ini kita dapat mengetahui berbagai hal yang dianggap penting oleh masyarakat, baik secara sosial, ekonomi maupun lingkungan.  Tentu saja arah diskusi sangat penting, terutama jika persepsi masyarakat tidak akurat, namun walaupun demikian persepsi tersebut tetap menunjukkan bagaimana cara pandang masyarakat tentang suatu keadaan.

Kegiatan pemetaan warga mungkin akan membuat warta tentang beberapa asal daya, infrastruktur & gambaran yg sama dengan pemetaan yang dilakukan oleh tim perencana pengelolaan KKP itu sendiri. Namun demikian, peta rakyat juga berisi fakta tambahan mengenai sejarah bagaimana rakyat memakai sumber daya?Daerah penangkapan ikan waktu ini, rapikan batas tradisional, daerah yg berdasarkan sejarahnya adalah wilayah perikanan yg tidak sinkron, & sebagainya. Selanjutnya, anggota masyarakat umumnya memiliki berita tentang wilayah yang menarik buat pariwisata, infrastruktur dan aksesibilitasnya yg mungkin nir diketahui sang staf KKP.

3.  Cara menentukan jenis sumberdaya sasaranprioritas

Berikut merupakan model sejumlah pertanyaan yang dapat digunakan pada menganalisis jenis sumber daya target.

(1)   Apakah semua sumber daya yang dibahas dalam kegiatan pemetaan sudah mewakili berbagai jenis habitat yang ada di kawasan konservasi perairan?

(2)   Apakah sebagian besar sumber daya ini dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu, atau sudah menjadi bagian dari kegiatan ekonomi masyarakat?

(3)   Apakah di lokasi ini ada sumber daya yang dilindungi hukum secara khusus karena pertimbangan aspek biologi atau nilai budaya masyarakat?

Ketiga hal tersebut secara bersama-sama akan menentukan urutan prioritas, sehingga keterwakilan habitat, keadilan ekonomi dan sosial serta faktor lainnya juga perlu dipertimbangkan.  Perbaharui daftar sumber daya sasaran prioritas berdasarkan diskusi kelompok.

SUMBER:

PUSLATKP, 2014. MODUL A.033101.004.01 Merumuskan Masalah Yang Akan Ditangani pada Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.

PENDINGINAN IKAN

Pendinginan ikan merupakan salah satu proses yang umum digunakan untuk mengatasi masalah pembusukan ikan, baik selama penangkapan, pengangkutan maupun penyimpanan sementara sebelum diolah menjadi produk lain. Dengan mendinginkan ikan sampai sekitar 0°C kita dapat memperpanjang masa kesegaran (daya simpan, shelf-life) ikan sampai 12-18 hari sejak saat ikan ditangkap dan mati, tergantung pada jenis ikan dan cara penanganan. Pengaruh pendinginan terhadap mutu ikan dapat dilihat pada table 1 di bawah ini.

Tabel 1. Daya simpan ikan pada berbagai suhu

Kelebihan cara pendinginan adalah sifat asli ikan masih bisa dipertahankan. Ikan menggunakan sifat asli (tekstur, rasa, bau, dsb) terutama jenis-jenis ikan tuna, tenggiri, bawal, kakap dan lemuru, dsb dapat dipasarkan dengan harga yang relatif tinggi. Selain itu pendinginan merupakan cara yg murah, cepat, & efektif.

Efisiensi pendinginan sangat bergantung pada tingkat kesejukan ikan sesaat sebelum didinginkan. Pendinginan dapat dilakukan menggunakan galat satu atau kombinasi menurut cara-cara berikut

1. Pendinginan dengan es

2. Pendinginan menggunakan es kemarau

3. Pendinginan menggunakan air dingin

4. Pendinginan menggunakan udara dingin

Bentuk es ada lima kelompok yaitu:

a)    Es balok (block ice), berupa balok berukuran 12-60 kg per balok. Sebelum dipakai, es balok harus dipecahkan.

b)    Es tabung ( tube ice), berupa tabung kecil-kecil yang siap pakai

c)    Es keping tebal (plate ice), berupa lempengan besar dan tebal (8-15 mm), kemudian dipecahkan menjadi potongan kecil (diameter 5 cm)

d)    Es keping tipis (flake ice), berupa lempengan tipis (5 mm, diameter 3 cm), merupakan hasil pengerukan dari lapisan es yang terbentuk di atas permukaan pembeku yang berbentuk silinder.

e)    Es halus (slush ice), berupa butiran yang sangat halus (diameter 2 mm) dan lembek, umumnya berair.

Cara pendinginan dengan es batu ada 2, yaitu:

a.     Tumpukan, es batu ditebarkan ke dasar wadah peyimpanan ikan hingga membentuk lapisan es setebal 5 cm. Kemudian ikan dicampurkan ke dalam wadah tersebut. Pada lapisan ikan yang paling atas ditutupi dengan hancuran es setebal 7 cm, lalu wadah ditutup agar tidak terjadi kontak dengan udara disekitarnya.

b.    Berlapis, es batu ditebarkan di dasar wadah penyimpanan hingga membentuk lapisan stebal 5 cm. Selanjutnya di atas lapisan es batu tersebut disusun ikan secara teratur dengan bagian perut menghadap ke bawah agar cairan es batu yang meleleh tidak tergenang di bagian perut ikan. Pada bagian atas ditaburkan kembali es batu sehingga membentuk lapisan setebal 7 cm, selanjutnya wadah ditutup agar tidak terjadi kontak dengan udara luar.

Cara penyusunan ikan terdapat 3 sebagai berikut :

1. Bulking

Bulking diartikan bahwa ikan & es disusun selapis demi selapis dalam sebuah wadah. Dasar wadah diberi lapisan es setebal 5 cm. Tebal antara lapisan ikan dan lapisan es usahakan sama & sebaiknya supaya setiap tubuh ikan terbungkus sang es sebagai akibatnya lebih cepat dingin. Jika jumlah ikan yg didinginkan sangat poly usahakan wadah dilengkapi menggunakan sekat hayati (sekat yg gampang dibongkar pasang) terbuat menurut kayu. Pada setiap dasar sekat usahakan diberi lapisan plastik supaya cairan es batu tidak jatuh ke lapisan ikan di bawahya namun mengalir ke dasar melalui sisi wadah.

Dua. Shelfing

Prinsip kerja ini sama dengan bulking yg dilengkapi dengan sekat hidup. Jarak antar sekat lebih kurang 20 cm & setiap sekat hanya menampung 1 lapis ikan. Cara ini hanya digunakan buat ikan berukuran akbar lantaran dipercaya menghabiskan poly saat,tenaga, dan tempat. Namu mutu ikan dapat lebih baik karena kehilangan berat akibat tekanan lebih sedikit jika dibandingkan menggunakan cara bulking.

Tiga. Boxing

Penyusunan ikanmenggunakan kotak atau boks yg terbuat menurut kayu, aluminium, atau plastik. Ikan disusun pada dalam kotak lalu dicampur menggunakan es batu secukupnya. Keuntungan cara ini bila dibandingkan menggunakan 2 cara penyusunan ikan lain yaitu ikan nir banyak mengalami luka, taraf kesegaran ikan tidak banyak mengalami perubahan, penyususnan dan pembongkaran ikan dari dalam kotak bisa dilakukan menggunakan lebih gampang dan cepat.

SUMBER:

Masyamsir, 2001.  Modul Penanganan Hasil Perikanan. Departemen Pendidikan Nasional, Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan SMK, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta.

REFERENSI:

Afrianto, E. Dan Evi Liviawati. 1991. Pengawetan & Pengolahan Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 123 hal.

Burgess, G.H.O., C.L. Cutting, J.A. Lovern & J.J. Waterman. 1965. Fish Handling and Processing. Her majesty?S Stationary Office. Edinburg. 390 hal.

Djariah Alaihi Salam. 1995. Ikan Asin. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 56 hal.

Murniyati Alaihi Salam & Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan & Pengawetan Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 220 hal.

Nitibaskara, R. 1981. Laporan Studi Pengembangan Industri Kecil Pengolahan Ikan. Laporan Fakultas Perikanan IPB. Bogor. 98 hal.

Purwaningsih S. 2000. Teknologi Pembekuan Udang. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 73 hal.

Rahardi F, Regina Kristiawati dan Nazaruddin. 2001. Agribisnis Perikanan. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 63 hal.

Soekarto, S.T. 1990. Dasar-dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan. Penerbit IPB Press.  Bogor. 357 hal.

Zaitsev, V., I. Kizevetter, L. Lagunov, T. Makarova, L. Munder & V. Podsevalow. 1969 Fish Curing and Processing. Terjemahan A. De Marindol. M.R. Publisher, Moskow.

MEMAHAMI TEKNIK PENENTUAN ANCAMAN PRIORITAS PADA PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP)

1. Alasan menentukan ancaman prioritas

Dalam rangka membuat rencana pengelolaan yang efektif dan mudah dilaksanakan, strategi yang diterapkan dalam rencana pengelolaan anda harus fokus pada sejumlah ancaman utama atau ancaman prioritas.  Kegagalan dalam menentukan ancaman prioritas sering menyebabkan terjadinya pengelolaan yang sembarangan (hit-or-miss), sehingga pengelolaan menjadi mahal dan tidak efektif.  Bila anda secara seksama menentukan ancaman prioritas, anda akan mengembangkan dan menerapkan strategi yang lebih tepat untuk mengatasi berbagai ancaman tersebut sehingga pengelolaan kawasan menjadi lebih efektif.  Kebanyakan KKP juga memiliki sumber daya manusia dan keuangan yang terbatas, dan kita ingin memastikan bahwa sumber daya yang terbatas ini digunakan dengan sangat efektif.

Kiat-kiat membuat prioritas ancaman

Lantaran pentingnya pembuatan prioritas ancaman & sifatnya yang sangat subyektif, Anda ingin seluruh tim perencana mendukung hasil menurut proses pembuatan prioritas ancaman Anda. Menyetujui proses tadi, dan meluangkan waktu buat memastikan semua orang tahu dan mendukung proses tadi.dua.  Cara menentukan ancaman prioritas

Untuk memprioritaskan ancaman, setiap ancaman harus dievaluasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria tersebut dapat saja ditetapkan oleh pengelola KKP yang berwenang atau oleh tim perencana pengelolaan. Dalam kedua kasus tersebut, tim perencana perlu menyetujui kriteria dan sangat memahami arti dari setiap komponen.  Setiap kali Anda membahas dan menerapkan kriteria, biasanya akan ada beberapa penafsiran dari kriteria tersebut terutama yang berhubungan dengan ancaman tertentu. Juga pembuatan kriteria ini subyektif, maka akan memerlukan banyak waktu untuk berdiskusi dan membangun konsensus.  Berikut adalah beberapa contoh variabel yang dapat digunakan untuk membangun sejumlah kriteria yang sering digunakan untuk membuat urutan prioritas setiap ancaman terhadap KKP:

1)      Sumber daya:  Jumlah sumber daya sasaranyang dipengaruhi oleh ancaman ini.

dua)      Daerah:  Dimensiatau luasan fisik ruang terkena dampak pada KKP yang dipengaruhi oleh ancaman ini (misalnya, apakah seluruh habitat atau seluruh sumber daya terkena pengaruhnya atau hanya sebagian saja?)

3)      Intensitas:  Kekuatan ancaman terhadap sumber daya sasaran di KKP tersebut (misalnya, apakah ancaman akan merusak seluruh habitat atau sumber daya, ataukah hanya sedikit memengaruhi sumber daya tersebut?)

4)      Urgensi:  seberapa cepat tindakan harus dilakukan (kesegeraan) untuk mengatasi ancaman tersebut (misalnya, apakah ancaman tersebut saat ini aktif, ataukah akan terjadi besok atau mungkin dalam beberapa tahun ke depan?)

Lima)      Kapasitas:  ketersediaan sumber daya manusia dan keuangan untuk mengatasi ancaman tersebut saat ini (misalnya, apakah KKP memiliki keahlian dan sumber daya yang diperlukan untuk menangani ancaman ini, atau apakah hal tersebut memerlukan tambahan sumber daya?)

Tetapi demikian, sebelum mengevaluasi aneka macam ancaman, kita perlu menciptakan cara membuat peringkat secara numerik. Sekali lagi, tim perencana harus menyetujui cara pemeringkatan yg akan digunakan ini. Contoh sistem pemeringkatan adalah menjadi berikut.

Variabel

Skor

:

Kriteria

Jumlah sumber daya

:

skor sesuai menggunakan jumlah asal daya yang terkena impak

Daerah

dua

:

hanya sedikit daerah di KKP yg terpengaruh sang ancaman.

Lima

:

daerah KKP yang terkena impak cukup luas.

10

:

seluruh KKP terkena efek ancaman tadi.

Intensitas

dua

:

intensitas rendah; hanya menyebabkan imbas atau kerusakan mini .

Lima

:

intensitas sedang; relatif mengakibatkan imbas atau kerusakan.

10

:

intensitas tinggi; menimbulkan imbas atau kerusakan berfokus.

Urgensi

dua

:

nir terlalu mendesak; nir memerlukan strategi segera.

Lima

:

cukup mendesak; akan memerlukan taktik segera.

10

:

sangat mendesak; memerlukan strategi segera.

Kapasitas

dua

:

tidak memerlukan tambahan staf atau asal daya keuangan.

Lima

:

memerlukan tambahan sumber daya yang cukup.

10

:

sangat memerlukan tambahan staf atau sumber daya.

Faktor-faktor yang dinilai & akbar nilai atau skor pada atas hanyalah contoh, anda beserta tim bisa mengembangkannya lebih jauh.

SUMBER:

PUSLATKP, dua014. MODUL A.033101.004.01 Merumuskan Masalah Yang Akan Ditangani pada Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.

PEMBEKUAN IKAN

Pembekuan ikan berarti menyiapkan ikan buat disimpan di pada suhu rendah yaitu jauh dibawah titik rendah ikan. Seperti pendinginan, pembekuan bertujuan untuk mengawetkan sifat-sifat lalami ikan. Pembekuan mengubah hampir seluruh kandungan air pada ikan menjadi es, tetapi dalam waktu ikan beku dilelehkan pulang buat digunakan, keadaan ikan wajib pulang seperti sebelum dibekukan. Pada prakteknya sangan sulit buat membekukan semua cairan di dalam tubuh ikan karena sebagian cairan itu mempunyai titik beku yang sangat rendah yaitu antara -55?C hingga dengan -65?C. Pada umumnya pembekuan sampai -12?C atau -30?C dipercaya telah relatif, tergantung pada jangka saat yang direncanakan.

Alat yg digunakan buat membekukan ikan disebut freezer. Pada freezer proses pendinginan ikan dikendalikan dengan peralatan mekanis. Bahan pendingin cair berdasarkan tangki penampung dimasukkan ke pada evaporator melalui sebuah katup ekspansi. Dalam evaporator bahan pendingin cair (refrigerant) dipaksa menguap menggunakan jalan menurunkan tekanannya dengan kompresor. Uap bahan pendingin yg terisap olehkompresor kemudian dimampatkan ke dalam kondensor. Bahan pendingin yang telah menjadi cairan pulang ditampung di pada sebuah tangki penampung buat kemudian diuapkan kembali pada pada evaporator. Begitu seterusnya, siklus itu berjalan berulang-ulang sehingga bahan pendingin tidak perlu terbuang.

Gambar 1. Diagram siklus dalam mesin pendingin mekanis (freezer)

Berdasarkan alat yang digunakan cara pembekuan dibagi sebagai lima golongan sebagai berikut :

Tabel 2. Alat Pembekuan Ikan

Gambar 2. Horizontal plate freezer

Gambar 3. Vertical plate freezer

SUMBER:

Masyamsir, 2001.  Modul Penanganan Hasil Perikanan. Departemen Pendidikan Nasional, Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan SMK, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta.

REFERENSI:

Afrianto, E. & Evi Liviawati. 1991. Pengawetan & Pengolahan Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 123 hal.

Burgess, G.H.O., C.L. Cutting, J.A. Lovern & J.J. Waterman. 1965. Fish Handling and Processing. Her majesty?S Stationary Office. Edinburg. 390 hal.

Djariah AS. 1995. Ikan Asin. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 56 hal.

Murniyati AS & Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 220 hal.

Nitibaskara, R. 1981. Laporan Studi Pengembangan Industri Kecil Pengolahan Ikan. Laporan Fakultas Perikanan IPB. Bogor. 98 hal.

Purwaningsih S. 2000. Teknologi Pembekuan Udang. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 73 hal.

Rahardi F, Regina Kristiawati dan Nazaruddin. 2001. Agribisnis Perikanan. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 63 hal.

Soekarto, S.T. 1990. Dasar-dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan. Penerbit IPB Press.  Bogor. 357 hal.

Zaitsev, V., I. Kizevetter, L. Lagunov, T. Makarova, L. Munder & V. Podsevalow. 1969 Fish Curing and Processing. Terjemahan A. De Marindol. M.R. Publisher, Moskow.

BASO IKAN

PENDAHULUAN

Baso adalah campuran homogen daging, tepung pati dan bumbu yang telah mengalami proses ekstraksi dan pemasak. Cara pembuatan baso tidak sulit. Daging digiling halus dengan screw extruder, kemudian dicampur dengan tepung dan bumbu di dalam alat pencampur yang khusus sehingga bahan tercampur menjadi bahan pasta yang sangat rata dan halus. Setelah itu pata dicetak bulat dan direbus sampai matang. Baso yang bermutu bagus dapat dibuat tanpa penambahan bahan kimia apapun.

Gambar 1. Baso Ikan

BAHAN

1)    Ikan. Ikan yang digunakan adalah ukuran sedang dan besar, seperti ikan tongkol, tuna (sisiak), beledang, tenggiri, dan gabua. Ikan harus seger, semakin segar semakin baik. Ikan segar yang baru ditangkap paling baik digunakan. Ikan yang akan dijadikan baso lebih baik dibekukan secara cepat sebelum digiling. Ikan beku akan memberikan rasa dan aroma baso yang lebih gurih.

2)    Tapioka

3)    Bumbu-bumbu. Rempah-rempah apa saja dapat dijadikan bumbu. Akan tetapi biasanya pengusaha baso menggunakan bawang merah, bawang putih, merica bubuk dan garam.

4)    Telur. Telur tidak selalu digunakan. Telur apa saja dapat digunakan.

5)    Sodium tripoli fosfat. Bahan kimia ini berfungsi sebagai pengemulsi sehingga dihasilkan adonan yang lebih rata (homogen). Adonan yang lebih rata akan memberikan tekstur baso yang lebih baik.

PERALATAN

1)    Penggiling dan Pencampur. Alat ini terdiri dari bagian penggiling baso berupa screw extruder dan pencampur adonan. Pncampur adonan berupa piring baja yang dilengkapi pengaduk sentrifugal yang dipasang mendatar. Pengaduk tersebut berputar dengan kecepatan tinggi sehingga bahan-bahan yang tidak liat dan tidak keras akan dihancurkan.

2)    Ketel perebus. Alat ini digunakan untuk merebus baso mentah menjadi matang. Pengusaha baso biasanya menggunakan panci sebagai ketel perebus.

CARA PEMBUATAN

1) Proses Pendahuluan

Proses pendahuluan dilakukan buat penyiangan, dan filleting.

A) Penyiangan

-    Mula-mula sisik disikat dari ekor mengarah ke kepala dengan sikat ikan tanpa melukai dagingnya. Kemudian ikan dicuci, dan sisik yang tertinggal dibuang.

-    Bagian di bawah insang dipotong tanpa menyebabkan kepala ikan terpotong. Kemudian perut ikan dibelah dari anus ke arah insang tanpa melukai jeroannya.

-    Perut yang sudah terbelah dibuka. Jeroan dan insang dibuang. Bagian dalam perut disikat dengan ujung pisau untuk membuang sisa-sisa darah.

-    Setelah itu, ikan dicuci sampai bersih.

b) Filleting

-    Daging rusuk di sayat dari arah kepala ke ekor sehingga diperoleh fillet. Daging yang tersisa pada tulang dikerok dengan pisau dan dicampurkan dengan fillet.

-    Kulit pada fillet dikelupas dan dipisahkan. Kulit ini tidak digunakan untuk membuat baso.

C) Pembekuan fillet

- Fillet dibekukan secara cepat. Kemudian digiling sampai halus menjadi bubur ikan.

- Fillet tidak harus dibekukan, dan dapat langsung digiling.

Tabel 1. Komposisi Bahan-Bahan Penyusun Baso

2) Penyusunan Bahan Baso

Komposisi bahan penyusun baso tergantung pada rasa baso yg diinginkan. Semakin poly kandungan ikan, semakin lezat rasa basonya.

Tiga) Penggilingan Ikan Menjadi Adonan Baso

Bubur ikan diaduk dan lebih dihaluskan pada pada bagian alat pencampur campuran. Setelah bubur ikan benar-benar homogen & halus ditambahkan bumbu, sodium tripolifosfat, & tepung sedikit demi sedikit sambil terus diaduk menggunakan kecepatan tingi. Selama pengadukan, ditambahkan butiran atau bongkahan es. Pengadukan dipercaya terselesaikan jika terbentuk campuran yg rata, halus & bisa dibulatkan apabila di remas dengan tangan, kemudian dikeluarkan melalui lobang yg dibuat sang telunjuk & mak jari.

4) Pembuatan Bulatan Baso Mentah & Perebusan

Adonan diremas-remas dengan telapak tangan, lalu dibuat bulatan dengan meremas-remas campuran, kemudian dimuntahkan melalui lobang yg dibuat oleh telunjuk dan ibu jari. Dengan donasi ujung sendok terbalik, bulatan adonan secara cepat dimasukkan ke pada air mendidih. Jika telah matang, baso akan mengapung. Baso ini dibiarkan mengapung selama 5 mnt, kemudian diangkat buat ditiriskan. Hasil yang diperoleh diklaim baso ikan.

5) Penyimpanan

Baso merupakan bahan basah yang mudah rusak. Agar dapat tahan lama, baso harus disimpan di dalam ruang pembeku (freezer) dalam kemasan plastik tertutup rapat. Suhu freezer hendaknya di bawah -180C.

PEMBUATAN KUAH BASO

1) Kuah baso merupakan kaldu daging yg dibumbui. Kebanyakan kuah baso berupa kaldu yang sangat encer lantaran sangat sedikit memakai daging. Kuah baso seperti ini umumnya ditambah monosodium glutamat (MSG) pada jumlah tinggi (hingga 2% atau 20 gr per liter kuah).

2) Agar kuah baso terasa enak, daging yg digunakan buat menciptakan baso sekurang-kurangnya 10% dari jumlah kuah baso yg dihasilkan. Kuah baso seperti itu tidak perlu ditambah MSG.

Tiga) Bahan

o  Air (4 liter)

o  Daging cincang kasar (300 gram)

o  Tulang cincang kasar (250 gram)

o  Bawang putih digiling halus (150 gram)

o  Bawang merah digiling halus (150 gram)

o  Merica halus (25 gram)

o  Seledri segar (5 tangkai)

o  Pala cacahan kasar (10 gram)

o  Kapulaga/gardamungu (4 buah)

o  Garam (secukupnya)

4) Cara Pengolahan

a.     Daging cincang dan tulang direbus di dalam air mendidih selama 30 menit.

b.    Bawang putih, bawang merah dan merica yang telah digiling halus ditumis dengan sedikit minyak sampai harum.

c.     Semua bumbu, kecuali seledri dimasukkan ke dalam rebusan daging dan tulang yang mendidih. Sepuluh menit kemudian ditambahkan irisan seledri, dan kuah baso tetap dibiarkan mendidih sebentar, kemudian diangkat, hasil yang diperoleh adalah kuah baso yang enak dan gurih tanpa bahan kimia tambahan.

SUMBER:

http://www.Ristek.Go.Id

Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi & Industri Sumatera Barat.

MEMAHAMI KONSEP MEMBUAT PETA BERBAGAI ANCAMAN DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP)

Pemetaan akan memberikan citra mengenai dimensi atau ukuran dan hubungan antar komponen di dalamnya yang mungkin nir bisa dijelaskan dengan cara lain . Berbagai ancaman yg telah diidentifikasi sang tim perencana Anda wajib dipetakan buat menggambarkan interaksi antara asal daya & ancaman & buat merencanakan kegiatan pengelolaan.

Untuk memetakan ancaman, gunakan peta yang dibuat selama proses karakterisasi-lokasi dan identifikasi sumber daya sasaran[1]. Peta-peta tersebut diharapkan sudah memuat banyak ancaman.  Tentukan anggota kelompok yang bertugas untuk memetakan ancaman tambahan pada peta karakterisasi-lokasi yang telah ada. Pemetaan yang dibuat dengan tangan tidak memiliki keakuratan yang sama dengan peta yang dihasilkan dari GIS, tetapi proses ini memberikan peluang untuk menyertakan pengetahuan lokal dalam proses perencanaan pengelolaan. Pengetahuan lokal seringkali tidak tertangkap dalam database ilmiah, tetapi memetakan suatu pengetahuan dapat meningkatkan informasi mengenai sumber daya sasaran dalam KKP.

Ketika ancaman tersebut sudah dipetakan, tinjaulah peta tadi bersama grup Anda buat memastikan keakuratan nisbi & konvensi. Jawablah pertanyaan berikut adalah:

(1)   Apakah kita sudah memetakan ancaman yang teridentifikasi secara akurat? Adakah wilayah yang terlewatkan atau terlupakan?

(2)   Adakah ancaman yang luput dari perhatian atau terlewat?

(3)   Adakah wilayah yang perlu divalidasi atau sangat kurang informasinya?

2. Menilai kemampuan KKP dalam menangani ancaman

Ketika Anda telah mengidentifikasi seluruh ancaman terhadap sumber daya sasaran, langkah selanjutnya adalah menganalisiskekuatan dan kelemahan KKP dan kekuatan dan peluang dari luar yang terdapat dalam lokasi tersebut. Analisis ini dikenal sebagai analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats). Dalam membahas keempat dimensi ini, Anda akan:

(1)   Mendapatkan pemahaman lengkap yang lebih baik mengenai kapasitas pengelolaan KKP;

(2)   Berpikir lebih pro-aktif daripada hanya mengandalkan pemikiran berdasar kebiasaan atau insting;

(3)   Dapat membuat keputusan yang lebih baik tentangstrategi terbaik untuk menangani ancaman terhadap KKP;

(4)   Dapat menentukan karakter KKP menurut pemikiran Anda sendiri daripada dilakukan oleh orang luar;

(5)   Dapat meninjau dan memperbarui SWOT KKP karena adanya perubahan kondisi dan ancaman; dan

(6)   Dapat membandingkan hasil SWOT hari ini dengan hasil yang didapat di kemudian hari, dan memungkinkan kelompok Anda untuk memantau keberhasilan dalam menangani ancaman dari waktu ke waktu.

Tinjaulah aktivitas yg baru saja Anda lakukan selama tahap ?Mempersiapkan Proses Perencanaan?, yaitu mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang & ancaman. Tujuan dari langkah ini merupakan mengidentifikasi kapasitas yg dimiliki KKP buat mengatasi ancaman eksklusif yg telah Anda identifikasi. Analisis SWOT akan membentuk pertanda tentang ketersediaan dan kecukupan asal daya buat menangani & akhirnya mengelola ancaman dengan menganalisis keahlian asal daya manusia, sumber daya keuangan, infrastruktur, kemitraan dan dukungan buat rencana pengelolaan KKP. Memahami kapasitas lokasi melalui analisis SWOT jua akan membantu kita buat memilih langkah selanjutnya pada proses ini.

SUMBER:

PUSLATKP, 2014. MODUL A.033101.004.01 Merumuskan Masalah Yang Akan Ditangani pada Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.