Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

MEMAHAMI TEKNIK PENENTUAN ANCAMAN PRIORITAS PADA PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP)

1. Alasan menentukan ancaman prioritas

Dalam rangka membuat rencana pengelolaan yang efektif dan mudah dilaksanakan, strategi yang diterapkan dalam rencana pengelolaan anda harus fokus pada sejumlah ancaman utama atau ancaman prioritas.  Kegagalan dalam menentukan ancaman prioritas sering menyebabkan terjadinya pengelolaan yang sembarangan (hit-or-miss), sehingga pengelolaan menjadi mahal dan tidak efektif.  Bila anda secara seksama menentukan ancaman prioritas, anda akan mengembangkan dan menerapkan strategi yang lebih tepat untuk mengatasi berbagai ancaman tersebut sehingga pengelolaan kawasan menjadi lebih efektif.  Kebanyakan KKP juga memiliki sumber daya manusia dan keuangan yang terbatas, dan kita ingin memastikan bahwa sumber daya yang terbatas ini digunakan dengan sangat efektif.

Kiat-kiat membuat prioritas ancaman

Lantaran pentingnya pembuatan prioritas ancaman & sifatnya yang sangat subyektif, Anda ingin seluruh tim perencana mendukung hasil menurut proses pembuatan prioritas ancaman Anda. Menyetujui proses tadi, dan meluangkan waktu buat memastikan semua orang tahu dan mendukung proses tadi.dua.  Cara menentukan ancaman prioritas

Untuk memprioritaskan ancaman, setiap ancaman harus dievaluasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria tersebut dapat saja ditetapkan oleh pengelola KKP yang berwenang atau oleh tim perencana pengelolaan. Dalam kedua kasus tersebut, tim perencana perlu menyetujui kriteria dan sangat memahami arti dari setiap komponen.  Setiap kali Anda membahas dan menerapkan kriteria, biasanya akan ada beberapa penafsiran dari kriteria tersebut terutama yang berhubungan dengan ancaman tertentu. Juga pembuatan kriteria ini subyektif, maka akan memerlukan banyak waktu untuk berdiskusi dan membangun konsensus.  Berikut adalah beberapa contoh variabel yang dapat digunakan untuk membangun sejumlah kriteria yang sering digunakan untuk membuat urutan prioritas setiap ancaman terhadap KKP:

1)      Sumber daya:  Jumlah sumber daya sasaranyang dipengaruhi oleh ancaman ini.

dua)      Daerah:  Dimensiatau luasan fisik ruang terkena dampak pada KKP yang dipengaruhi oleh ancaman ini (misalnya, apakah seluruh habitat atau seluruh sumber daya terkena pengaruhnya atau hanya sebagian saja?)

3)      Intensitas:  Kekuatan ancaman terhadap sumber daya sasaran di KKP tersebut (misalnya, apakah ancaman akan merusak seluruh habitat atau sumber daya, ataukah hanya sedikit memengaruhi sumber daya tersebut?)

4)      Urgensi:  seberapa cepat tindakan harus dilakukan (kesegeraan) untuk mengatasi ancaman tersebut (misalnya, apakah ancaman tersebut saat ini aktif, ataukah akan terjadi besok atau mungkin dalam beberapa tahun ke depan?)

Lima)      Kapasitas:  ketersediaan sumber daya manusia dan keuangan untuk mengatasi ancaman tersebut saat ini (misalnya, apakah KKP memiliki keahlian dan sumber daya yang diperlukan untuk menangani ancaman ini, atau apakah hal tersebut memerlukan tambahan sumber daya?)

Tetapi demikian, sebelum mengevaluasi aneka macam ancaman, kita perlu menciptakan cara membuat peringkat secara numerik. Sekali lagi, tim perencana harus menyetujui cara pemeringkatan yg akan digunakan ini. Contoh sistem pemeringkatan adalah menjadi berikut.

Variabel

Skor

:

Kriteria

Jumlah sumber daya

:

skor sesuai menggunakan jumlah asal daya yang terkena impak

Daerah

dua

:

hanya sedikit daerah di KKP yg terpengaruh sang ancaman.

Lima

:

daerah KKP yang terkena impak cukup luas.

10

:

seluruh KKP terkena efek ancaman tadi.

Intensitas

dua

:

intensitas rendah; hanya menyebabkan imbas atau kerusakan mini .

Lima

:

intensitas sedang; relatif mengakibatkan imbas atau kerusakan.

10

:

intensitas tinggi; menimbulkan imbas atau kerusakan berfokus.

Urgensi

dua

:

nir terlalu mendesak; nir memerlukan strategi segera.

Lima

:

cukup mendesak; akan memerlukan taktik segera.

10

:

sangat mendesak; memerlukan strategi segera.

Kapasitas

dua

:

tidak memerlukan tambahan staf atau asal daya keuangan.

Lima

:

memerlukan tambahan sumber daya yang cukup.

10

:

sangat memerlukan tambahan staf atau sumber daya.

Faktor-faktor yang dinilai & akbar nilai atau skor pada atas hanyalah contoh, anda beserta tim bisa mengembangkannya lebih jauh.

SUMBER:

PUSLATKP, dua014. MODUL A.033101.004.01 Merumuskan Masalah Yang Akan Ditangani pada Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.

PEMBEKUAN IKAN

Pembekuan ikan berarti menyiapkan ikan buat disimpan di pada suhu rendah yaitu jauh dibawah titik rendah ikan. Seperti pendinginan, pembekuan bertujuan untuk mengawetkan sifat-sifat lalami ikan. Pembekuan mengubah hampir seluruh kandungan air pada ikan menjadi es, tetapi dalam waktu ikan beku dilelehkan pulang buat digunakan, keadaan ikan wajib pulang seperti sebelum dibekukan. Pada prakteknya sangan sulit buat membekukan semua cairan di dalam tubuh ikan karena sebagian cairan itu mempunyai titik beku yang sangat rendah yaitu antara -55?C hingga dengan -65?C. Pada umumnya pembekuan sampai -12?C atau -30?C dipercaya telah relatif, tergantung pada jangka saat yang direncanakan.

Alat yg digunakan buat membekukan ikan disebut freezer. Pada freezer proses pendinginan ikan dikendalikan dengan peralatan mekanis. Bahan pendingin cair berdasarkan tangki penampung dimasukkan ke pada evaporator melalui sebuah katup ekspansi. Dalam evaporator bahan pendingin cair (refrigerant) dipaksa menguap menggunakan jalan menurunkan tekanannya dengan kompresor. Uap bahan pendingin yg terisap olehkompresor kemudian dimampatkan ke dalam kondensor. Bahan pendingin yang telah menjadi cairan pulang ditampung di pada sebuah tangki penampung buat kemudian diuapkan kembali pada pada evaporator. Begitu seterusnya, siklus itu berjalan berulang-ulang sehingga bahan pendingin tidak perlu terbuang.

Gambar 1. Diagram siklus dalam mesin pendingin mekanis (freezer)

Berdasarkan alat yang digunakan cara pembekuan dibagi sebagai lima golongan sebagai berikut :

Tabel 2. Alat Pembekuan Ikan

Gambar 2. Horizontal plate freezer

Gambar 3. Vertical plate freezer

SUMBER:

Masyamsir, 2001.  Modul Penanganan Hasil Perikanan. Departemen Pendidikan Nasional, Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan SMK, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta.

REFERENSI:

Afrianto, E. & Evi Liviawati. 1991. Pengawetan & Pengolahan Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 123 hal.

Burgess, G.H.O., C.L. Cutting, J.A. Lovern & J.J. Waterman. 1965. Fish Handling and Processing. Her majesty?S Stationary Office. Edinburg. 390 hal.

Djariah AS. 1995. Ikan Asin. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 56 hal.

Murniyati AS & Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 220 hal.

Nitibaskara, R. 1981. Laporan Studi Pengembangan Industri Kecil Pengolahan Ikan. Laporan Fakultas Perikanan IPB. Bogor. 98 hal.

Purwaningsih S. 2000. Teknologi Pembekuan Udang. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 73 hal.

Rahardi F, Regina Kristiawati dan Nazaruddin. 2001. Agribisnis Perikanan. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 63 hal.

Soekarto, S.T. 1990. Dasar-dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan. Penerbit IPB Press.  Bogor. 357 hal.

Zaitsev, V., I. Kizevetter, L. Lagunov, T. Makarova, L. Munder & V. Podsevalow. 1969 Fish Curing and Processing. Terjemahan A. De Marindol. M.R. Publisher, Moskow.

BASO IKAN

PENDAHULUAN

Baso adalah campuran homogen daging, tepung pati dan bumbu yang telah mengalami proses ekstraksi dan pemasak. Cara pembuatan baso tidak sulit. Daging digiling halus dengan screw extruder, kemudian dicampur dengan tepung dan bumbu di dalam alat pencampur yang khusus sehingga bahan tercampur menjadi bahan pasta yang sangat rata dan halus. Setelah itu pata dicetak bulat dan direbus sampai matang. Baso yang bermutu bagus dapat dibuat tanpa penambahan bahan kimia apapun.

Gambar 1. Baso Ikan

BAHAN

1)    Ikan. Ikan yang digunakan adalah ukuran sedang dan besar, seperti ikan tongkol, tuna (sisiak), beledang, tenggiri, dan gabua. Ikan harus seger, semakin segar semakin baik. Ikan segar yang baru ditangkap paling baik digunakan. Ikan yang akan dijadikan baso lebih baik dibekukan secara cepat sebelum digiling. Ikan beku akan memberikan rasa dan aroma baso yang lebih gurih.

2)    Tapioka

3)    Bumbu-bumbu. Rempah-rempah apa saja dapat dijadikan bumbu. Akan tetapi biasanya pengusaha baso menggunakan bawang merah, bawang putih, merica bubuk dan garam.

4)    Telur. Telur tidak selalu digunakan. Telur apa saja dapat digunakan.

5)    Sodium tripoli fosfat. Bahan kimia ini berfungsi sebagai pengemulsi sehingga dihasilkan adonan yang lebih rata (homogen). Adonan yang lebih rata akan memberikan tekstur baso yang lebih baik.

PERALATAN

1)    Penggiling dan Pencampur. Alat ini terdiri dari bagian penggiling baso berupa screw extruder dan pencampur adonan. Pncampur adonan berupa piring baja yang dilengkapi pengaduk sentrifugal yang dipasang mendatar. Pengaduk tersebut berputar dengan kecepatan tinggi sehingga bahan-bahan yang tidak liat dan tidak keras akan dihancurkan.

2)    Ketel perebus. Alat ini digunakan untuk merebus baso mentah menjadi matang. Pengusaha baso biasanya menggunakan panci sebagai ketel perebus.

CARA PEMBUATAN

1) Proses Pendahuluan

Proses pendahuluan dilakukan buat penyiangan, dan filleting.

A) Penyiangan

-    Mula-mula sisik disikat dari ekor mengarah ke kepala dengan sikat ikan tanpa melukai dagingnya. Kemudian ikan dicuci, dan sisik yang tertinggal dibuang.

-    Bagian di bawah insang dipotong tanpa menyebabkan kepala ikan terpotong. Kemudian perut ikan dibelah dari anus ke arah insang tanpa melukai jeroannya.

-    Perut yang sudah terbelah dibuka. Jeroan dan insang dibuang. Bagian dalam perut disikat dengan ujung pisau untuk membuang sisa-sisa darah.

-    Setelah itu, ikan dicuci sampai bersih.

b) Filleting

-    Daging rusuk di sayat dari arah kepala ke ekor sehingga diperoleh fillet. Daging yang tersisa pada tulang dikerok dengan pisau dan dicampurkan dengan fillet.

-    Kulit pada fillet dikelupas dan dipisahkan. Kulit ini tidak digunakan untuk membuat baso.

C) Pembekuan fillet

- Fillet dibekukan secara cepat. Kemudian digiling sampai halus menjadi bubur ikan.

- Fillet tidak harus dibekukan, dan dapat langsung digiling.

Tabel 1. Komposisi Bahan-Bahan Penyusun Baso

2) Penyusunan Bahan Baso

Komposisi bahan penyusun baso tergantung pada rasa baso yg diinginkan. Semakin poly kandungan ikan, semakin lezat rasa basonya.

Tiga) Penggilingan Ikan Menjadi Adonan Baso

Bubur ikan diaduk dan lebih dihaluskan pada pada bagian alat pencampur campuran. Setelah bubur ikan benar-benar homogen & halus ditambahkan bumbu, sodium tripolifosfat, & tepung sedikit demi sedikit sambil terus diaduk menggunakan kecepatan tingi. Selama pengadukan, ditambahkan butiran atau bongkahan es. Pengadukan dipercaya terselesaikan jika terbentuk campuran yg rata, halus & bisa dibulatkan apabila di remas dengan tangan, kemudian dikeluarkan melalui lobang yg dibuat sang telunjuk & mak jari.

4) Pembuatan Bulatan Baso Mentah & Perebusan

Adonan diremas-remas dengan telapak tangan, lalu dibuat bulatan dengan meremas-remas campuran, kemudian dimuntahkan melalui lobang yg dibuat oleh telunjuk dan ibu jari. Dengan donasi ujung sendok terbalik, bulatan adonan secara cepat dimasukkan ke pada air mendidih. Jika telah matang, baso akan mengapung. Baso ini dibiarkan mengapung selama 5 mnt, kemudian diangkat buat ditiriskan. Hasil yang diperoleh diklaim baso ikan.

5) Penyimpanan

Baso merupakan bahan basah yang mudah rusak. Agar dapat tahan lama, baso harus disimpan di dalam ruang pembeku (freezer) dalam kemasan plastik tertutup rapat. Suhu freezer hendaknya di bawah -180C.

PEMBUATAN KUAH BASO

1) Kuah baso merupakan kaldu daging yg dibumbui. Kebanyakan kuah baso berupa kaldu yang sangat encer lantaran sangat sedikit memakai daging. Kuah baso seperti ini umumnya ditambah monosodium glutamat (MSG) pada jumlah tinggi (hingga 2% atau 20 gr per liter kuah).

2) Agar kuah baso terasa enak, daging yg digunakan buat menciptakan baso sekurang-kurangnya 10% dari jumlah kuah baso yg dihasilkan. Kuah baso seperti itu tidak perlu ditambah MSG.

Tiga) Bahan

o  Air (4 liter)

o  Daging cincang kasar (300 gram)

o  Tulang cincang kasar (250 gram)

o  Bawang putih digiling halus (150 gram)

o  Bawang merah digiling halus (150 gram)

o  Merica halus (25 gram)

o  Seledri segar (5 tangkai)

o  Pala cacahan kasar (10 gram)

o  Kapulaga/gardamungu (4 buah)

o  Garam (secukupnya)

4) Cara Pengolahan

a.     Daging cincang dan tulang direbus di dalam air mendidih selama 30 menit.

b.    Bawang putih, bawang merah dan merica yang telah digiling halus ditumis dengan sedikit minyak sampai harum.

c.     Semua bumbu, kecuali seledri dimasukkan ke dalam rebusan daging dan tulang yang mendidih. Sepuluh menit kemudian ditambahkan irisan seledri, dan kuah baso tetap dibiarkan mendidih sebentar, kemudian diangkat, hasil yang diperoleh adalah kuah baso yang enak dan gurih tanpa bahan kimia tambahan.

SUMBER:

http://www.Ristek.Go.Id

Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi & Industri Sumatera Barat.

MEMAHAMI KONSEP MEMBUAT PETA BERBAGAI ANCAMAN DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP)

Pemetaan akan memberikan citra mengenai dimensi atau ukuran dan hubungan antar komponen di dalamnya yang mungkin nir bisa dijelaskan dengan cara lain . Berbagai ancaman yg telah diidentifikasi sang tim perencana Anda wajib dipetakan buat menggambarkan interaksi antara asal daya & ancaman & buat merencanakan kegiatan pengelolaan.

Untuk memetakan ancaman, gunakan peta yang dibuat selama proses karakterisasi-lokasi dan identifikasi sumber daya sasaran[1]. Peta-peta tersebut diharapkan sudah memuat banyak ancaman.  Tentukan anggota kelompok yang bertugas untuk memetakan ancaman tambahan pada peta karakterisasi-lokasi yang telah ada. Pemetaan yang dibuat dengan tangan tidak memiliki keakuratan yang sama dengan peta yang dihasilkan dari GIS, tetapi proses ini memberikan peluang untuk menyertakan pengetahuan lokal dalam proses perencanaan pengelolaan. Pengetahuan lokal seringkali tidak tertangkap dalam database ilmiah, tetapi memetakan suatu pengetahuan dapat meningkatkan informasi mengenai sumber daya sasaran dalam KKP.

Ketika ancaman tersebut sudah dipetakan, tinjaulah peta tadi bersama grup Anda buat memastikan keakuratan nisbi & konvensi. Jawablah pertanyaan berikut adalah:

(1)   Apakah kita sudah memetakan ancaman yang teridentifikasi secara akurat? Adakah wilayah yang terlewatkan atau terlupakan?

(2)   Adakah ancaman yang luput dari perhatian atau terlewat?

(3)   Adakah wilayah yang perlu divalidasi atau sangat kurang informasinya?

2. Menilai kemampuan KKP dalam menangani ancaman

Ketika Anda telah mengidentifikasi seluruh ancaman terhadap sumber daya sasaran, langkah selanjutnya adalah menganalisiskekuatan dan kelemahan KKP dan kekuatan dan peluang dari luar yang terdapat dalam lokasi tersebut. Analisis ini dikenal sebagai analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats). Dalam membahas keempat dimensi ini, Anda akan:

(1)   Mendapatkan pemahaman lengkap yang lebih baik mengenai kapasitas pengelolaan KKP;

(2)   Berpikir lebih pro-aktif daripada hanya mengandalkan pemikiran berdasar kebiasaan atau insting;

(3)   Dapat membuat keputusan yang lebih baik tentangstrategi terbaik untuk menangani ancaman terhadap KKP;

(4)   Dapat menentukan karakter KKP menurut pemikiran Anda sendiri daripada dilakukan oleh orang luar;

(5)   Dapat meninjau dan memperbarui SWOT KKP karena adanya perubahan kondisi dan ancaman; dan

(6)   Dapat membandingkan hasil SWOT hari ini dengan hasil yang didapat di kemudian hari, dan memungkinkan kelompok Anda untuk memantau keberhasilan dalam menangani ancaman dari waktu ke waktu.

Tinjaulah aktivitas yg baru saja Anda lakukan selama tahap ?Mempersiapkan Proses Perencanaan?, yaitu mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang & ancaman. Tujuan dari langkah ini merupakan mengidentifikasi kapasitas yg dimiliki KKP buat mengatasi ancaman eksklusif yg telah Anda identifikasi. Analisis SWOT akan membentuk pertanda tentang ketersediaan dan kecukupan asal daya buat menangani & akhirnya mengelola ancaman dengan menganalisis keahlian asal daya manusia, sumber daya keuangan, infrastruktur, kemitraan dan dukungan buat rencana pengelolaan KKP. Memahami kapasitas lokasi melalui analisis SWOT jua akan membantu kita buat memilih langkah selanjutnya pada proses ini.

SUMBER:

PUSLATKP, 2014. MODUL A.033101.004.01 Merumuskan Masalah Yang Akan Ditangani pada Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.

MEMAHAMI TEKNIK IDENTIFIKASI AKAR MASALAH DENGAN MEMBUAT DIAGRAM ANCAMAN PADA PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP)

1. Alasan penting mengidentifikasi akar penyebab ancaman dan stakeholder pengguna yang terkait

Ketika tim perencana telah mengidentifikasi dan memetakan ancaman, langkah selanjutnya adalah menganalisis ancaman tersebut, termasuk siapa yang bertanggungjawab atas terjadinya ancaman tersebut. Informasi ini akan memandu kita dalam menentukan strategi-strategi pengelolaan karenasesungguhnya Anda harus menangani akar masalah atau akar penyebab ancaman, bukan menangani ancaman yang diketahui. Sebagai contoh, sebuah kelompok kerja dibentuk untuk mengatasi ancaman yang akan ditimbulkan akibat terlalu dekatnya jalur pelayaran dari sebuah KKP. Setelah menganalisis ancaman tersebut secara cermat, kelompok kerja menyimpulkan bahwa bahwa kedekatan jalur pelayaran bukan merupakan masalah dibandingkan dengan risiko besar jika terjadinya kecelakaan akibat tumpahan minyak.  Agar dapat bekerja dengan baik, maka susunan kelompok kerja tersebut kemudian ditata-ulang dengan menyertakan tenaga ahli yang dapat mengatasi tumpahan minyak, mengganti tenaga ahli di bidang industri pelayaran.

Beberapa metode dapat digunakan untuk membantu lebih memahami berbagai jenis ancaman, termasuk mengelompokkan ancaman atau rumusan permasalahan. Metode lainnya—salah satunya yang digunakan di bawah ini—didasarkan pada pendekatan pohon masalah, yaitu dengan memahami akar penyebab ancaman dan kelompok pengguna yang bertanggung jawab atas akar penyebab tersebut.

Tim perencana akan menggunakan informasi yang diperoleh dari proses curah gagasan sebagai dasar dari analisis ancaman (threat analysis). Tim akan menggunakan daftar ancaman tersebut untuk:  (1) untuk menentukan sumber setiap ancaman yang teridentifikasi dari sesi curah gagasan, dan (2) mengidentifikasi kelompok pengguna yang terkait dengan sumber ancaman.

Anda mungkin menginginkan agar peserta membentuk kelompok yang lebih kecil dan setiap kelompok kecil menangani satu ancaman, sehingga secara keseluruhan kelompok akan menangani seluruh ancaman, atau beberapa kombinasi alternatif.

2.   Cara membuat diagram ancaman

Beberapa metode dapat diterapkan untuk membantu kita lebih memahami ancaman, termasuk mengembangkan penggolongan ancaman atau pernyataan masalah. Metode lainnya—salah satunya digunakan di bawah ini—didasarkan pada pendekatan pohon masalah (tree diagram), yaitu dengan memahami akar penyebab ancaman dan kelompok pengguna yang bertanggung jawab atas akar penyebab tersebut.

Tim perencana Anda akan menggunakan informasi yang didapat dari proses curah gagasan sebagai dasar dari analisis ancaman. Tim akan menggunakan daftar ancaman tersebut (1) untuk menentukan sumber setiap ancaman yang teridentifikasi dari sesi curah gagasan dan (2) mengidentifikasi kelompok pengguna yang terkait dengan sumber ancaman.

Anda mungkin menginginkan agar peserta membentuk kelompok yang lebih kecil dan setiap kelompok menangani satu ancaman, seluruh kelompok akan menangani seluruh ancaman, atau beberapa kombinasi alternatif.

SUMBER:

PUSLATKP, 2014. MODUL A.033101.004.01 Merumuskan Masalah Yang Akan Ditangani pada Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.

MEMAHAMI TEKNIK MERANGKUM JENIS ANCAMAN DAN RUMUSAN MASALAH DALAM MODEL KONSEPTUAL PENILAIAN AWAL PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP)

Ketika tim perencana Anda telah merampungkan Latihan dua.5, mereka wajib merampungkan analisis ancaman. Selanjutnya merupakan mencatat seluruh output berdasarkan upaya Anda dalam model logis yang mengkompilasi seluruh kerja perencanaan yg sudah diselesaikan sampai waktu ini. Dengan melengkapinya akan memberi kesempatan buat membawa seluruh keputusan yang telah Anda buat hingga ketika ini ke dalam satu diagram alur yang merupakan kerangka, mulai menurut Anda bekerja sampai pengembangan rencana pengelolaan.

Ringkasan contoh logis memiliki 3 tujuan:

(1)   Memberikan kesempatan untuk membawa seluruh kerja perencanaan yang sejauh ini telah dicapai menjadi sebuah model visual, sehingga tim perencana dapat melihat hubungan antara setiap langkah perencanaan.

(2)   Membentuk catatan mengenai seluruh keputusan untuk pengembangan rencana pengelolaan.

(3) Merupakan sarana komunikasi yang baik untuk berbagi dengan para pemangku kepentingan lainnya, anggota masyarakat lokal dan para pembuat keputusan.

2.   Alasan penting membuat rumusan masalah dalam perencanaan pengelolaan

Sejauh ini ini anda telah selesai melakukan analisis ancamandan mengetahui akar penyebab masalah yang mempunyai dampak buruk pada sumberdaya sasarandi KKP.  Sekarang adalah saatnya untuk membuat rumusan masalah yang akan dimanfaatkan dalam menentukan strategi pengelolaan.  Sebuah rumusan masalah pada prinsipnya menjelaskan penyebab dan dampak dari setiap ancaman. Dengan mencermati suatu rumusan masalah, perencana akan dapat menentukan cara atau strategi pengelolaan yang akan diterapkan untuk menangani penyebab munculnya ancaman.

Rumusan masalah harus dinyatakan sebagai penyebab utama yang dibingkai sedemikian rupa sehingga mengarah pada solusi. Sebagai contoh, kerusakan terumbu karang bukanlah suatu masalah tetapi lebih merupakan fenomena atau gejala masalah.  Masalah yang sebenarnya adalah kehadiran kapal-kapal para penyelam yang membuang jangkar pada terumbu karang dan berbagai dampak yang terkait dengan kegiatan tersebut.  Masalah ini harus mulai dibingkai dan diarahkan pada cara pemecahannya, yaitu menangani pembuangan jangkar sehingga ancaman kerusakan pada terumbu karang tersebut dapat dikurangi.

Kiat-kiat merumuskan masalah

Bekerja dengan para pemangku kepentingan melalui proses merumuskan permasalahan merupakan pendekatan terbaik untuk  mengenali masalah yang umum,  agar setiap orang mengambil sedikit tanggung jawab untuk menangani suatu persoalan.

Di lain pihak, kita perlu menghindari rumusan permasalahan yang terlalu spesifik dan terlalu mengarah atau menunjuk pada satu cara atau strategi penanganan tertentu. Sebagai contoh, cara menangani masalah pembuangan jangkar bukan hanya dengan cara melarang kapal-kapal penyelam beroperasi di terumbu karang, namun ada pilihan lain, seperti mengendalikan jumlah kapal penyelam pada periode waktu tertentu pada terumbu karang tertentu, menyediakan fasilitas tambat apung sehingga kapal-kapal tersebut tidak perlu membuang jangkar ke terumbu karang, memberikan penyuluhan tentang penggunaan tambat apung, mencarikan operator kapal penyelam lokasi-lokasi penyelaman (dive sites) lainnya, serta memperkenalkan para penyelam untuk menerapkan praktek-praktek teladan (best practices). Solusi untuk menangani masalah ini dapat bermacam-macam, yaitu yang dapat mengurangi dampak kegiatan penyelaman terhadap terumbu karang.  Oleh karena itu, sebuah rumusan masalahtidak perlu mencantumkan solusi yang akan diterapkan, tetapi hanya ancaman dan akar penyebabnya.

Agar suatu masalah dapat dieksplorasi secara cukup,membingkai masalah tersebut menjadi sangat penting. Membingkai suatu masalah berarti mendefinisikannya – yaitu memberikan batasan tentang pengertiannya dan memberikan arahan untuk memeriksanya. Bingkai tersebut merupakan road map atau garis besar yang memandu kita untuk menyelidiki masalah lebih lanjut. Dalam membingkai suatu masalah Anda harus:

a)      menggunakan istilah sesedikit mungkin untuk menggambarkan masalah,

b)      memilih istilah yang paling tepat untuk menggambarkan masalah tersebut.

3. Beberapa pertanyaan untuk merumuskan masalah

Ada poly pendekatan buat merumuskan pertarungan. Salah satu pendekatan yang dipakai merupakan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

Dampak spesifik apa yg terkait dengan dilema ini (biofisik, sosial ekonomi, pengaturan atau rapikan kelola)?

Misalnya:

(1)   hilangnya habitat dan makanan untuk ikan dan avertebrata di sebuah terumbu karang (biofisik),

(2)   keluhan dari para penyelam karena menurunnya kepuasan dalam mengamati hidupan liar padahal mereka sudah mengeluarkan ongkos banyak untuk datang ke lokasi tersebut (sosial ekonomi), atau

(3)   kedatangan kapal penyelam tanpa ijin (illegal) memasuki kawasan wisata di dalam KKP tanpa ada penindakan tegas dari penjaga pantai; tidak adil bagi kapal-kapal lain yang sudah memiliki izin masuk (pengaturan).

Jelaskan gambaran banyak sekali akar penyebab berdasarkan masalah ini.

(1)   operator kapal-kapal penyelam tidak peduli dan tidak menggunakan sarana tambat apung yang ada, mereka dengan seenaknya membuang jangkar.

(2)   operator kapal-kapal penyelam tidak menyadari dampak kumulatif dari kegiatan membuang jangkar pada terumbu karang.

(3)   kapal-kapal penyelam tidak mengetahui adanya sistem perijinan untuk masuk ke kawasan KKP, atau kapal-kapal penyelam illegaltidak mengetahui bahwa masih ada banyak terumbu karang yang masih bagus di luar KKP.

Apaindikatoryang digunakan buat mengukur taraf pengaruh?

(1)   Luasan (persentase) terumbu karang yang rusak pada beberapa titik atau lokasi yang dianggap kondisi lokasi penyelaman yang populer.

Berapa batas kerusakan maksimum yg dapat diterima akibat berdasarkan kedatangan kapal penyelaman yang dapat diterima?

(2)   Kerusakansebanyak 2% dari luasan terumbu karang pada beberapa lokasi perwakilan selama kurun waktu 10 tahun.

Contoh rumusan buat kasus pada atas:

(1)   Terumbu karang di Tuva mengalami kerusakan akibat pembuangan jangkar oleh kapal-kapal penyelam sehingga terjadi kerusakan habitat ikan dan gangguan pada kehidupan liar.

Rumusan masalah ini terfokus pada penyebab utamanya (yaitu pembuangan jangkar).  Dengan rumusan seperti ini kita akan lebih mudah untuk menemukan sejumlah solusi, yaitu strategi pengelolaan yang akan mengatur dan mengarahkan pembuangan jangkar.

Proses merumuskan masalah ini merupakan cara yang baik untuk membawa seluruh pemangku kepentingan menyetujui beberapa masalah umum yang ada di KKP.   Pada beberapa kasus, kita akan menjumpai bahwa para pemangku kepentingan, terutama kelompok pengguna (resource users),memiliki perhatian yang sama dengan perhatian pengelola KKP. Bekerja bersama untuk mengidentifikasi pemecahan dalam menangani masalah atau ancaman akan membantu anda bergerak maju bersama untuk menggalang dukungan bagi pengembangan dan pelaksanaan rencana pengelolaan KKP.

4.  Cara membuat rumusan masalah

Dalam membuat rumusan kasus dilakukan menggunakan langkah-langkah berikut:

1)      Dampak spesifik apa yang terkait dengan persoalan ini (biofisik, sosial ekonomi, pengaturan/tata kelola).

2)      Gambarkan berbagai akar penyebab dari dampak buruk yang dialami sumber daya ataupun masyarakat.

3)      Apa indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat dampak?

4)   Tetapkan nilai batas kerusakan maksimum yang dapat diterima?

SUMBER:

PUSLATKP, 2014. MODUL A.033101.004.01 Merumuskan Masalah Yang Akan Ditangani pada Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.

#Tag : Pemberdayaan

PENGGARAMAN IKAN

Penggaraman merupakan cara pengawetan ikan yg banyak dilakukan oleh pengolah ikan. Ikan yang diawet menggunakan garam diklaim ikan asin.

Garam yg dipakai berupa garam dapur NaCl) baik yg berbentuk kristal juga larutan.Fungsi garam buat membunuh bakteri secara langsung.

Kematian bakteri dampak garam menyerap air berdasarkan tubuh ikan melalui poses osmosa. Akibatnya air bagi bakteri berkurang sebagai akibatnya metabolisme bakteri terganggu. Selain itu gram akan menyerap air berdasarkan tubuh bakteri itu sendiri sampai bakteri mengalami plasmolisis akhirnya mati.

Penggaraman acapkali dilanjutkan dengan proses pengeringan atau perebusan. Oleh karenanya kita menjumpai 3 macam ikan asin yakni:

a.  Ikan asin basah (tidak dikeringkan setelah digarami)

b. Ikan asin kering (dikeringkan sehabis digarami)

c.  Ikan asin rebus (direbus setelah digarami, misalnya ikan Pindang)

Garam yang digunakan pada proses penggaraman bisa dikelompokkan sebagai tiga kelas misalnya terlihat dalam tabel di bawah ini:

Penggaraman dapat dilakukan menggunakan tiga cara, yaitu penggaraman kering (dry salting), penggaraman basah (wet salting) & pelumuran garam (kench salting). Penggaraman kemarau dilakukan menggunakan menaburkan garam Kristal dalam lapisan ikan yang disusun rapi. Dalam proses penggaraman ini cairan tubuh ikan akan diserap sang kristal garam. Akibatnya kristal garam akan mencair dan terbentuk larutan garam pekat. Jumlah garam yang dipakai umumnya 10%-35% berdasarkan berat ikan.

Penggaraman basah dilakukan dengan merendam ikan pada larutan garam pekat. Bedanya menggunakan penggaraman kemarau merupakan larutan garam perendam ikan dibentuk lebih dulu sebagai akibatnya konsentrasi larutan ini diadaptasi dengan selera & keperluan. Umumya larutan garam yang dipakai 30% - 50% (setiap 100 liter larutan garam berisi 30 - 50 kg garam). Kench salting hampir sama dengan penggaraman kering, tetapi larutan garam yg terbentuk dibiarkan mengalir keluar dari wadah. Wadah yg digunakan tidak rapat air namun berupa keranjang. Ikan yg dilumuri garam ditumpuk dalam keranjang dan dipadatkan dan ditutup kedap.

Gambar 1. Penggaraman kemarau

Gambar 2. Penggaraman basah

Gambar 3. Penggaraman cara kench

SUMBER:

Masyamsir, 2001.  Modul Penanganan Hasil Perikanan. Departemen Pendidikan Nasional, Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan SMK, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta.

REFERENSI:

Afrianto, E. & Evi Liviawati. 1991. Pengawetan & Pengolahan Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 123 hal.

Burgess, G.H.O., C.L. Cutting, J.A. Lovern & J.J. Waterman. 1965. Fish Handling and Processing. Her majesty?S Stationary Office. Edinburg. 390 hal.

Djariah AS. 1995. Ikan Asin. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 56 hal.

Murniyati AS & Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan & Pengawetan Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 220 hal.

Nitibaskara, R. 1981. Laporan Studi Pengembangan Industri Kecil Pengolahan Ikan. Laporan Fakultas Perikanan IPB. Bogor. 98 hal.

Purwaningsih S. 2000. Teknologi Pembekuan Udang. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 73 hal.

Rahardi F, Regina Kristiawati dan Nazaruddin. 2001. Agribisnis Perikanan. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. 63 hal.

Soekarto, S.T. 1990. Dasar-dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan. Penerbit IPB Press.  Bogor. 357 hal.

Zaitsev, V., I. Kizevetter, L. Lagunov, T. Makarova, L. Munder dan V. Podsevalow. 1969 Fish Curing and Processing. Terjemahan A. De Marindol. M.R. Publisher, Moskow.

STRUKTUR DAN DINAMIKA WILAYAH PESISIR DAN LAUT

Suhu & Stratifikasi Vertikal

Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Di lautan, suhu bervariasi secara horisontal sesuai menggunakan garis lintang, & jua secara vertikal sinkron menggunakan kedalaman. Suhu adalah keliru satu faktor yg sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital, yg secara kolektif diklaim metabolisme, hanya berfungsi pada pada kisaran suhu yang relatif sempit, umumnya antara 0-40?C. Ada juga organisme yang sanggup mentolerir suhu sedikit pada atas dan sedikit di bawah batas-batas tadi, misalnya ganggang hijau-biru yang hayati dalam suhu 85?C di asal air panas. Di pada kisaran suhu pada mana proses-proses kehidupan berlangsung, metabolisme bergantung dalam suhu. Pada umumnya, organisme-organisme yg nir bisa mengatur suhu tubuhnya, proses metabolismenya meningkat 2 kali buat setiap kenaikan suhu sebanyak 10?C.

Semua organisme bahari, kecuali burung-burung dan mamalia bahari, bersifat poikilotermik atau ektotermik, merupakan suhu tubuhnya ditentukan oleh suhu massa air di sekitarnya. Burung dan mamalia bahari bersifat homiotermik atau endotermik, ialah memiliki kemampuan mengatur sendiri suhu tubuhnya tanpa ditentukan sang suhu massa air. Kebanyakan organisme bahari telah mengalami adaptasi buat hidup dan berkembang biak pada kisaran suhu yang lebih sempit daripada kisaran total 0-40?C. Karena sebagain akbar organisme laut juga bersifat poikilotermik & suhu air bahari bervariasi menurut garis lintang, maka penyebaran organisme laut sangat mengikuti disparitas suhu lautan secara geografik.

Berdasarkan penyebaran suhu permukaan laut & penyebaran organisme secara holistik, dapat dibedakan empat zona biogeografik utama: kutub, tropik, beriklim sedang-panas, & beriklim sedang-dingin. Terdapat juga zona peralihan antara daerah-daerah ini, tetapi nir absolut lantaran pembatasannya dapat relatif berubah sinkron menggunakan isu terkini.

Suhu dalam lautan jua bervariasi sinkron menggunakan kedalaman. Massa air permukaan di wilayah tropik, panas sepanjang tahun, yaitu 20-30?C, sedangkan massa air permukaan dalam zona beriklim sedang, hangat pada trend panas.

Di bawah air permukaan yang hangat, suhu mulai menurun, & mengalami penurunan yg sangat cepat dalam kisaran kedalaman yg sempit yaitu antara 50-300 m. Zona kedalaman pada mana terjadi penurunan suhu yg paling cepat dianggap termoklin. Di bawah termoklin, suhu terus turun dengan bertambahnya kedalaman, tetapi penurunannya jauh lebih lambat, sehingga massa air di bawah termoklin hampir isotermal seterusnya sampai ke dasar perairan. Termoklin adalah suatu gambaran yg terjadi sepanjang tahun di perairan tropik, sedangkan di wilayah beriklim sedang hanya terjadi pada trend panas. Di wilayah kutub, termoklin tidak dikenal.

Suhu jua berpengaruh terhadap kerapatan air bahari. Air bahari yang hangat kerapatannya lebih rendah daripada air laut yg dingin dalam salinitas yg sama.

Gambar 1. Pemukiman Nelayan pada Indonesia

Sumber: http://architectureconsepdesign.Blogspot.Com/2012_02_01_archive.Html

Kerapatan juga merupakan suatu fungsi berdasarkan salinitas, kenaikan salinitas menyebabkan kenaikan kerapatn. Akan namun variasi suhu yg ditemukan pada semua lautan lebih akbar daripada variasi salinitas. Oleh karena itu, suhu lebih krusial dalam mensugesti kerapatan.

Gambar 2. Wilayah Pesisir di Indonesia

Sumber: http://egsaugm.Blogspot.Com/2011/10/kawasan-pesisir-indonesia.Html

Massa & Sirkulasi Air

Sebagai akibat perbedaan suhu dan salinitas serta pengaruhnya terhadap kerapatan air laut di samudera dapat dibagi menjadi beberapa massa air, antara lain: massa air-permukaan (upper water mass) yang meluas sampai ke dasar lautan.

Massa air-permukaan selalu dalam keadaan bergerak. Gerakan ini ditimbulkan terutama oleh kekuatan angin yang bertiup melintasi permukaan air. Angin ini menghasilkan dua macam gerakan yaitu ombak atau gelombang dan arus. Gelombang mempunyai ukuran yang bervariasi, mulai dari riak dengan ketinggian beberapa sentimer hingga pada gelombang angin badai yang dapat mencapai ketinggian 30 m. Selain ketinggian, gelombang selanjutnyadicirkan oleh panjang gelombang, yang merupakan jarak horisontal antara puncak dua gelombang yang berurutan. Periode satu gelombang adalah waktu yang diperlukan oleh dua puncak gelombang yang berurutan melalui satu titik yang sama. Selain oleh angin, gelombang dapat juga ditimbulkan oleh gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tanah longsor bawah air, yang menimbulkan gelombang yang merusak yang disebut tanah longsor bawah air, yang menimbulkan gelombang yang merusak yang disebut tsunami, serta oleh daya tarik bulan dan bumi yang menghasilkan gelombang tetap dikenal sebaai pasang surut.

SUMBER:

http://student.Ut.Ac.Id/

http://architectureconsepdesign.Blogspot.Com/2012_02_01_archive.Html

http://egsaugm.Blogspot.Com/2011/10/tempat-pesisir-indonesia.Html

#Tag : Ekosistem

IKAN ASAP

PENDAHULUAN

Ikan adalah bahan kuliner yang poly dikonsumsi warga selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan kuliner lain. Bakteri & perubahan kimiawi pada ikan mati menyebabkan pembusukan. Mutu olahan ikan sangat tergantung dalam mutu bahan mentahnya.

Tanda ikan yg sudah busuk:

- mata suram dan karam;

- sisik suram & mudah lepas;

- rona kulit suram menggunakan lendir tebal;

- insang berwarna kelabu menggunakan lendir tebal;

- dinding perut lembek;

- warna keseluruhan suram & berbau busuk.

Tanda ikan yg masih segar:

- daging kenyal;

- mata jernih menonjol;

- sisik kuat dan mengkilat;

- sirip kuat;

- rona keseluruhan termasuk kulit cemerlang;

- insang berwarna merah;

- dinding perut bertenaga;

- bau ikan segar.

Ikan merupakan galat satu sumber protein hewani yg poly dikonsumsi warga , mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami proses pembusukan. Oleh sebab itu pengawetan ikan perlu diketahui semua lapisan rakyat. Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan buat mengurangi kadar air pada tubuh ikan, sebagai akibatnya tidak menaruh kesempatan bagi bakteri buat berkembang biak. Untuk mendapatkan output awetan yg bermutu tinggi dibutuhkan perlakukan yang baik selama proses pengawetan seperti : menjaga kebersihan bahan & indera yang digunakan, menggunakan ikan yg masih segar, serta garam yg bersih. Ada beragam pengawetan ikan, antara lain dengan cara: penggaraman, pengeringan, pemindangan, perasapan, peragian, & pendinginan ikan.

Dari tabel pada atas, dapat dicermati bahwa ikan mempunyai nilai protein tinggi, & kandungan lemaknya rendah sebagai akibatnya banyak menaruh manfaat kesehatan bagi tubuh manusia.

Manfaat makan ikan sudah banyak diketahui orang, seperti di negara Jepang  dan Taiwan ikan merupakan makanan utama dalam lauk sehari-hari yang memberikan efek awet muda dan harapan hidup lebih tinggi dari negara lainnya.

Penggolahan ikan dengan aneka macam cara dan rasa mengakibatkan orang mengkonsumsi ikan lebih poly.

Ikan asap merupakan hasil pengawetan ikan secara tradisional yg pengerjaannya adalah adonan dari penggaraman (perendaman dalam air garam) & pengasapan sehingga memberikan rasa khas.

Berbagai cara penggasapan tergantung kepada faktor-faktor berikut :

a. Jenis ikan yang diasap;

b. Akbar kecilnya ikan yang diasap.

  BAHAN

1) Ikan bandeng 6 kg

dua) Garam 1 kg

3) Arang, potongan kayu, atau serbuk gergaji secukupnya

ALAT

1) Lemari asap (tungku, drum)

dua) Pisau

tiga) Baskom

CARA PEMBUATAN

1)    Siangi ikan, cuci, dan kelompokkan menurut ukuran;

2)    Masukkan garam ke dalam ½ liter air dan didihkan, kemudian dinginkan.

3)    Rendam ikan selama ± 15-20 menit, tiriskan, dan angin-anginkan sampai permukaan kering;

4)    Ikat satu persatu kemudian :

a.     gantungkan dalam ruang pengasapan, dengan jarak masing-masing ± 1 cm atau;

b.    gantung dengan ekor ke bawah dan kepala menghadap ke atas dengan menggunakan kaitan kawat, atau

c.     susun satu persatu di atas anyaman bambu, kemudian disusun dalam lemari pengasapan secara berlapis-lapis. Antara masing-masing lapisan diberi jarak kira-kira sama dengan rata-rata panjang ikan. Agar pengasapan merata ikan harus dibolak-balik.

5)    Siapkan bahan bakar berupa arang dan potong-potong kayu di bawah ruang pengasap, kemudian bakar;

6)    Bubuhkan ampas tebu atau serbuk gergaji sedikit demi sedikit sampai timbul asap :

a.     Panas diatur pada suhu ± 700 ~ 800 C. selama 2-3 jam (harus dijaga agar panas merata dan ikan tidak sampai hangus);

b.    Panas diatur pada suhu ± 300 ~ 400 C selama 4 jam terus menerus. Hasil pengasapan ditandai dengan bau harum yang khas dari ikan asap;

7)    Keluarkan ikan asap dari lemari pengasapan lalu bungkus atau kemas dalam kantong plastik.

Catatan:

1. Ciri-ciri khas ikan asap yang baik merupakan :

a.  rupa dan warna: produk harus licin, mengkilat, dan berwarna coklat emas muda;

b. Bau dan rasa: produk menaruh bau atau aroma yang khas ikan asap (bau asap yang sedap & merangsang selera);

c.  berair.

2. Dengan cara pengasapan pada suhu 700 ~ 800 C, ikan tahan usang disimpan hingga 1 bulan, dibandingkan menggunakan pengasapan pada suhu 200 - 300C (kurang menurut 1 bulan) panas dibandingkan menggunakan pengasapan pada suhu 200 - 300C. (hingga 1 bulan).

Tiga. Selain bandeng, ikan yang biasa diasap adalah ikan tembang, lemuru, kembung, selar, tongkol, dan cakalang.

SUMBER:

http://www.Ristek.Go.Id

Ikan asap. Jakarta : Dirjen Industri Kecil, Departemen Perindustrian, s.A.

Moeljanto. Pengasapan & fermentasi. Jakarta : Penebar Swadaya, 1987

MEMAHAMI TEKNIK MERUMUSKAN TUJUAN AKHIR (GOAL) DAN TUJUAN (OBJECTIVES) DALAM PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERIKANAN (KKP)

Mengembangkan tujuan akhir dan tujuan antara pada setiap tahapan diyakini sebagai salah satu langkah tersulit dalam setiap proses perencanaan. Alasan dari kesulitan tersebut umumnya karena kurangnya penjelasan tentang perbedaan di antara tujuan akhir dan tujuan masing-masing kegiatan konservasi sehingga tujuan akhir dan tujuan tersebut kemudian diungkapkan dengan  tidak tepat. Salah satu langkah awal untuk menuliskan tujuan akhir dan tujuan setiap masing-masing kegiatan konservasi yang jelas adalah dengan memahami keperluan dan perannya dalam proses perencanaan pengelolaan seperti contoh Table 1 berikut ini.

Tabel  1.  Perbedaan di antara tujuan akhir (goal) dan tujuan antara (objective)

Aspek

Tujuan akhir (goal)

Tujuan antara (objectives)

Cakupan

Luas:  mimpi Anda atau tujuan akhir yang dinyatakan dalam istilah praktis

Spesifik:  bagaimana mencapai mimpi Anda tersebut, tujuan yang baik seharusnya berorientasi pada hasil.

Pernyataan

Kebalikan menurut masalah

Membantu memecahkan masalah

Kelompok sasaran

Praktis dipahami oleh publik

Praktis diigunakan sang staf proyek buat memandu aktivitas Anda

Tujuan akhir (goal) merupakan sebuah pernyataan terkait ke belakang menggunakan tujuan akhir KKP & terkait ke depan dengan taktik pengelolaan KKPTujuan akhir

Tujuan akhir juga dapat dinyatakan sebagai suatu rangkaian dari beberapa tujuan antara pada bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Tergantung pada prioritas suatu KKP, tujuan akhir ini bisa dibuat dengan menetapkan target atau standar dalam berbagai bidang, seperti zona penggunaan ruang, fungsi ekosistem, konservasi keanekaragaman hayati dan pemanfaatan yang berkelanjutan, pengentasan kemiskinan, serta partisipasi masyarakat adat dan lokal.  Biasanya tujuan akhir ini berasal dari prinsip-prinsip dasar yang dikombinasikan dengan konsep konservasi laut: kegiatan berdampak rendah di KKP, manfaatnya bagi masyarakat lokal, pembiayaan konservasi pendidikan lingkungan. Tujuan akhir ini mungkin tidak akan berubah untuk waktu yang lama, walaupun strategi yang dirancang untuk mencapainya dapat berubah sesuai dengan kondisi terkini.Tujuan antara memberikan arahan bagaimana kita dapat mencapai tujuan akhir

Untuk membantu mewujudkan tujuan akhir atau visi yang luas ini, tim perencana perlu menetapkan tujuan-tujuan jangka pendek atau tujuan-tujuan antara, yang akan kita sebut tujuan (objectives). Tujuan ini mencakup target dan jadwal yang jelas untuk memastikan bahwa setiap kegiatan dalam KKP menghasilkan dampak lingkungan yang masih dalam batas-batas yang dapat diterima dan memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan, atau prioritas lainnya. Contoh-contohnya termasuk adopsi hukum dan tindakan lain yang diperlukan untuk menetapkan dan mendukung kawasan konservasi, menyisihkan area tertentu untuk memenuhi persyaratan rencana zonasi, memperkuat jaringan kawasan konservasi, menggunakan kebijakan ekonomi dan mendorong sektor swasta agar mereka mendukung upaya konservasi secara aktif. Tujuan tersebut dapat dirumuskan berdasarkan pada kinerja maupun proses.Ketika sedang mengerjakan topik ini fokuslah pada pengembangan tujuan akhir.Ingatlah bahwa, secara umum:

1)      tujuan akhir itu sangat luas, sedangkan tujuan masing-masing kegiatan konservasi itu sangat spesifik atau pasti.

dua)      tujuan akhir mencerminkan tujuan akhir dan misi KKP, sedangkan tujuan masing-masing kegiatan konservasi mencerminkan strategi atau aksi.

Tiga)      Tujuan akhir mudah dipahami oleh publik, sedangkan tujuan masing-masing kegiatan konservasi merupakan perangkat bagi staf KKP dalam mengelola KKP.

Kiat-kiat menentukan tujuan akhir & tujuan antara

Sebelum melibatkan tim perencana Anda dalam berbagi tujuan akhir dan tujuan masing-masing aktivitas konservasi, berilah penjelasan tentang fokus-fokus dalam KKP, rencana pengelolaan, atau asal daya sasaran.

Dalam konteks perencanaan pengelolaan KKP, tujuan akhir bisa difokuskan pada beberapa komponen rencana yg berbeda:

1)      Tujuan akhir keseluruhan untuk KKP,

dua)      Tujuan akhir keseluruhan untuk rencana pengelolaan, atau

Tiga)      Tujuan akhir diarahkan pada sumber daya sasaran prioritas.

dua.  Kriteria sebuah tujuan (objective)

Untuk setiap tujuan akhir Anda harus mengembangkan serangkaian tujuan (objective) yang spesifik dan terprogram yang harus dipenuhi bila segala upaya Anda diyakini akan berhasil. Tujuan antara merupakan pernyataan spesifik yang merinci pencapaian yang diinginkan atau hasil dari strategi rencana pengelolaan Anda. Jika sebuah proyek memiliki konsep dan dirancang secara baik, realisasi tujuan proyek harus mengarah pada pemenuhan tujuan akhir yang tersirat dalam rencana pengelolaan pengelolaan.

Suatu tujuan usahakan memenuhi kriteria SMART, yaitu singkatan menurut :

· SSpecific/spesifik

· M Measurable/terukur

· AAchievement-oriented/berorientasi pada pencapaian

· RRealistic/realistis

· TTime-limited/dibatasi waktu

Menetapkan suatu tujuan yang memenuhi seluruh kriteria tadi nir sesulit seperti yg mungkin diduga, yaitu hanya dengan membuat tujuan tadi secara khusus. Beberapa model khusus menurut tujuan yg baik merupakan menjadi berikut:

1)      Setelah tiga tahun, dua jalur pendidikan akan dirancang, dibangun dan digunakan.

dua)      Pada akhir tahun kelima, pendapatan rumah tangga yang berpartisipasi dalam kegiatan produksi kerajinan tangan akan meningkat paling sedikit dua5% dari baseline.

Tiga)      Setelah dua tahun, volume sampah yang tercecer di pantai Pulau Fiofi akan turun 75% dari volume sampah pada tahun dua005.

4)      Selama enam bulan pertama di tahun dua011, KKP akan memiliki Panitia Penasihat Program Ekowisata yang berfungsi membantu Kepala Program dalam pelaksanaan kegiatan program, mengevaluasi kemajuan program, dan memberi saran mengenai cara terbaik untuk berurusan dengan sektor swasta dan lembaga lainnya.

5)      Lima pemandu mengenai sumber daya alam dari masyarakat lokal akan dilatih dan telah bekerja di akhir tahun pertama.

Tujuan dapat ditulis dengan beberapa cara yang berbeda. Pendekatan pertama adalah dengan menyatakan keinginan Anda, sebagai contoh, “untuk memperbaiki rambu-rambu pelayaran  pada …”. Pendekatan lainnya adalah dengan menyatakan keinginan dan hasil , sebagai contoh “rambu-rambu dipasang pada semua  tempat yang dilindungi”. Bentuk rambu-rambu yang Anda gunakan sangat  tergantung pada pilihan yang tersedia dan konteks lokasi penempatannya.

Anda juga dapat mengukur apakah tujuan Anda dapat atau tidak terpenuhi dengan membuat indikator atau bukti-bukti yang dapat diukur untuk mencapai tujuan akhir.  Sebagai contoh, ”jumlah rambu yang sudah dipasang”. Anda juga mungkin berpikir tentang capaian jangka pendek (milestone) yang akan membantu membagi pekerjaan Anda ke dalam suatu tahapan yang dapat dicapai.  Sebagai hasilnya, semua bentuk pelaporan harus merujuk pada kemajuan pencapaian tujuan Anda sehingga Anda atau orang lain dapat memantau kinerjanya.

Tabel dua. Contoh tujuan akhir yang tidak efektifdan tujuan akhir yang efektif

No

Tujuan akhir yang nir efektif

Tujuan akhir yg efektif

1

Menyelamatkan Teluk Bai Long

Kesehatan perikanan karang di Teluk Bai Long pulih kembali

dua

Menetapkan area yang dikelola buat mempertinggi kelimpahan ikan.

Sampai akhir tahun ketiga, terdapat peningkatan kelimpahan jenis ikan sasaran di Teluk Bai Long sampai 10% pada mana terdapat daerah asal ikan yang sehat.

Tiga

Melibatkan anggota warga

50% anggota masyarakat akan aktif berpartisipasi dalam program relawan KKP pada Desember dua01dua.

4

Menurunkan pelanggaran

Pelanggaran terhadap peraturan KKP akan berkurang hingga 50%  pada Januari dua011.

Pendekatan sistematik untuk membuat tujuan yang “SMART”.

Ancaman

Strategi #1

Hasil yang ingin dicapai dari strategi

Di mana?

Kapan?

Penangkapan ikan yang berlebihan menyebabkan penurunan sumber daya perikanan

Membuat zona larangan penangkapan ikan

10% kenaikan kelimpahan jenis ikan sasaran

Di Teluk Bai Long di mana terdapat habitat ikan yang sehat

Dalam Tiga tahun ke depan

Kurangnya penegakan hukum

Meningkatkan patroli penegakan hukum

kasus pelangaran terhadap peraturan berkurang sebaganya 50% dari jumlah kasus tahun dua009

Di perairan yang masuk dalam KKP

Sampai Januari dua011

Apakah tujuan setiap kegiatan memenuhi persyaratan  “SMART”?

Tujuan 1: Sampai akhir tahun ketiga, kelimpahan jenis ikan sasaran di teluk Bai Long yang memiliki habitat ikan yang sehat meningkat hingga 10% dari kelimpahan pada tahun dua006.

1. Apakah spesifik?

Teluk Bai Long, habitat ikan yang sehat, 10% kenaikan, jenis ikan sasaran

dua. Apakah terukur?

10% kenaikan, Tiga tahun

Tiga. Apakah berorientasi pada pencapaian?

Peningkatan kelimpahan ikan

4. Apakah realistis?

Ya: didukung oleh para pemangku kepentingan, fokus pada habitat ikan yang sehat, mengharapkan keuntungan yang wajar

5. Apakah dibatasi oleh waktu?

Tiga tahun

Kesimpulan: Tujuan di atas merupakan tujuan yang ?SMART?!

SUMBER:

PUSLATKP, dua014. MODUL A.0TigaTiga101.005.01 Menyusun Strategi Pengelolaan pada Pelatihan Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan,  Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Didownload dari http://kkji.kpTigak.kkp.go.id/index.php/dokumen/modul-pelatihan.

#Tag : Pemberdayaan