Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Penyakit Ikan Bintik Putih (White Spot)

Penyakit white spot merupakan salah satu penyakit ikan yang sering menyerang ikan diwilayah tropis. Penyakit ini disebabkan oleh protozoaIchthyophthirius multifiliis.Ichthyophthirius multifiliis adalah protozoa bersilia yang menyebabkan "Ich" atau "penyakit white spot." Penyakit ini merupakan masalah besar untuk aquarists dan produsen ikan komersial di seluruh dunia. Ichthyophthirius merupakan penyakit penting dari ikan tropis. Penyakit ini menular dan menyebar dengan cepat dari satu ikan ke ikan yang lain. Hal ini dapat menjadi parah ketika sekelompok ikan berkumpul banyak. Hal ini disebabkan parasit yang menyebabkan penyakit ini mampu membunuh dalam  jumlah besar ikan dalam waktu singkat. diagnosis dan pengobatan dini sangat penting untuk mengendalikan Ich dan mengurangi kerugian kematian ikan.

KLASIFIKASIIchthyophthirius multifiliis

Ikan yang terinfeksi dengan Ich mungkin memiliki bintik putih pada kulitnya. Karena  penampilan ini, Ich disebut penyakit white spot. Kulit ikan juga terlihat bergelombang. Bentuk dewasa dari parasit yang besar (sampai 1 mm) dan dapat dilihat tanpa pembesaran. Ich sering menyebabkan ikan berlendir dalam jumlah yang besar yang berasal dari peluruhan kulit mereka, penampilan yang menyerupai jamur bila dilihat dari jarak di dalam air. Dalam beberapa kasus Ich parasit dapat hadir hanya pada insang dan bukan pada kulit.

Klasifikasi/Taxonomi :

Kingdom : Protista

Phylum         : Ciliophora

Class         : Oligohymenophorea

Order : Hymenostomatida

Family : Ichthyophthiriidae

Genus : Ichtyophthirius

Spesies         : multifilis

Ikan yang terserang penyakit white spot [sumber]

Di bawah mikroskop, Ich tampak seperti bola dan bergerak dengan  gerakan bergulir, menggunakan rambut kecil yang disebut silia yang menutupi seluruh parasit. Motilitasnya sering dibandingkan dengan amuba. Pada bagian tengah organisme dewasa memiliki inti berbentuk C. Tahap infektif kecil tidak memiliki inti berbentuk C, dan mereka bergerak kaku di dalam air, karena berlawanan dengan air, bergerakan menggulung-gulung hingga dewasa. Dalam stadium in feksi lanjut, Ich ditemukan meringkuk di bawah lendir dan diatas lapisan sel-sel (epitel) di insang atau kulit. Ich sangat sulit untuk diobati karena lapisan pelindung lendir dan sel host yang melindungi parasit. Pengobatan yang tepat adalah penting untuk membantu mencegah pembentukan infeksi lanjutan.

Ichtyopthirius multifiliis [sumber]

SIKLUS HIDUP

Ichthyophthirius multifiliis adalah parasit protozoa yang biasanya ditularkan ke dalam kolam dengan ikan yang bersifat carrier, hewan lain, atau manusia. Parasit ini didapat dari sungai atau aliran air  yang digunakan sebagai sumber air untuk kolam. Ketika Ich dewasa meninggalkan ikan yang terinfeksi, itu disebut tomont. Tomont menempel pada dasar tambak atau permukaan lain dan membentuk kista berdinding tipis. Dalam kista, tomont membelah berkali-kali, membentuk sebanyak 2.000 tomites kecil. Ketika tomites yang dilepaskan dari kista ke dalam air, mereka memanjang dan menjadi theronts. theronts ini (juga disebut swarmers) berenang ke host ikan dan menembus epitel ikan dan menumbus kelenjar,  kekuatan berenang ini disebabkan oleh silia. Jika mereka tidak menemukan host ikan dalam satu atau dua hari mereka biasanya mati. Ini membuat Ich sebagai parasit obligat; ia harus memiliki sejumlah ikan untuk bertahan hidup. Begitu mereka menembus ikan mereka disebut sebagai trophonts. Trophonts hidup dalam sel  ikan host dan menjdi dewasa, sementara itu ia melindungi dari terhadap perlakuan kimia di bawah lendir atau epitel. Hanya theront dan tomont tahap sensitif terhadap perawatan di dalam air.

Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk Ich menyelesaikan siklus hidupnya adalah bergantung pada temperatur. Ich umum menginfeksi ikan antara 68o dan 77oF (20o ke 25oC), namun infeksi yang terjadi biasanya pada suhu dingin (Serendah 33o F, 1oC). Biasanya, Ich tidak dapat bereproduksi dengan baik pada suhu air di atas 85o F (30oC), sehingga parasit biasanya tidak menimbulkan masalah di bulan musim panas yang hangat. Namun, dalam kasus di Florida tengah, Ich bertanggung jawab untuk membunuh ikan di 92o F (33o C). Untuk melengkapi siklus hidupnya, Ich membutuhkan kurang dari 4 hari (pada suhu lebih tinggi dari 75o F atau 24oC) untuk lebih dari 5 minggu (pada suhu lebih rendah dari 45o F atau 7oC).

Siklus hidupIchtyopthirius multifiliis

GEJALA KLINIS

Tanda klasik dari infeksi "Ich" adalah kehadiran bintik-bintik putih kecil di kulit atau insang. Lesi ini terlihat seperti lecet kecil di kulit atau sirip ikan. Sebelum munculnya bintik-bintik putih, ikan dapat menunjukkan tanda-tanda iritasi, berkedip, kelemahan, kehilangan nafsu makan, dan penurunan aktivitas. Jika parasit hanya hadir pada insang, bintik-bintik putih akan tidak terlihat sama sekali, tetapi ikan akan mati dalam jumlah besar. Pada ikan ini, insang akan terlihat pucat dan sangat bengkak. bintik-bintik putih tidak boleh digunakan sebagai satu-satunya alat diagnosi, karena penyakit lain mungkin memiliki penampilan yang sama. Gill dan kulit kerokan harus diambil ketika tanda-tanda pertama dari penyakit diamati. Jika organisme "Ich" terlihat, ikan harus diobati segera karena ikan yang berat terinfeksi mungkin tidak akan bertahan lama dalam masa pengobatan.

PATOGENESA

Lapisan atas sel-sel insang, epitel, bereaksi terhadap invasi Ich hingga menebal, dan ini akan  menghamabt aliran oksigen dari air ke darah melauli insang. Lipatan dari insang, lamellae, juga menjadi cacat, mengurangi transfer oksigen. Organisme Ich yang meliputi insang juga menyebabkan penyumbatan mekanis Transfer oksigen. kondisi ini  menekankan ikan dengan menghalangi pernafasan.

Lapisan epitel pada insang mungkin akan terpisah & menyebabkan hilangnya elektrolit, nutrisi & cairan menurut ikan, sebagai akibatnya sulit buat ikan buat mengatur konsentrasi air pada tubuhnya. Infeksi sekunder sang bakteri & fungi pula lebih gampang menyerang saat ikan mengalami infeksi ich.

Sedangkan dalam kulit, cara penyerangan parasit ini dengan menempel dalam lapisan lender bagian kulit ikan, parasit ini akan menghisap sel darah merah dan sel pigmen pada kulit ikan. Ikan yang terjangkit parasit ini menampakan gejala sebagai berikut produksi lendir yang hiperbola, adanya bintik-bintik putih (white spote), frekuensi pernafasan semakin tinggi, dan pertumbuhan terhambat.

DIAGNOSIS

Diagnosis "Ich" mudah dikonfirmasi oleh pemeriksaan mikroskopis pada kulit dan insang. Kerok beberapa bintik-bintik putih dari ikan yang terinfeksi, kemudian rekatkan pada objek glass dengan beberapa tetes air dan tutup dengan cover glass. Jika itu parasit dewasa yang besar, akan terlihat berwarna gelap (karena tebal silia meliputi seluruh sel), dan memiliki tapal kuda berbentuk inti yang kadang-kadang terlihat di bawah 100 x pembesaran . Parasit dewasa bergerak  perlahan dengan cara berguling, tanda ini  mudah dikenali. Untuk bentuk-bentuk yang belum matang (tomites) berukuran lebih kecil, tembus, dan bergerak cepat. Tomites mirip protozoa parasit lain yang disebut Tetrahymina. Tetrahymina biasanya tidak memerlukan pengobatan, sehingga penting untuk mengenali perbedaan antara dua parasit. Jika hanya tomites dilihat, siapkan slide kedua dan amati lebih teliti untuk parasit dewasa untuk mengkonfirmasi diagnosa. Pengamatan dari organisme tunggal adalah cukup untuk membuat pengobatan yang diperlukan.

A) Prasit Ich dewasa, B) Tomites atau Parasit Ich yang belum dewasa, C) Parasit Tetrahymena menyerupai tomites

Sumber : 1) Robert M. Durborow, Andrew J. Mitchell and M. David Crosby. 1998. .(White Spot Disease). Southern Regional Aquaculture Center. 2) Ruth Francis-Floyd and Peggy Reed. Ichthyophthirius multifiliis (White Spot) Infections in

Fish. The Institute of Food and Agricultural Sciences (IFAS)

Semoga Bermanfaat...

BUDIDAYA IKAN NILA

Setelah semua persiapan selesai dilakukan & benih telah ditebarkan ke dalam kolam, langkah selanjutnya adalah merawat ikan hingga usia panen. Tiga hal yang paling penting pada pemeliharaan budidaya ikan nila adalah pengelolaan air, anugerah pakan dan pengendalian hama penyakit.

A. Pengelolaan air

Agar pertumbuhan budidaya ikan nila aporisma, pantau kualitas air kolam. Parameter penentu kualitas air merupakan kandungan oksigen & pH air. Bisa juga dilakukan pemantauan kadar CO2, NH3 & H2S apabila memungkinkan.

Bila kandungan oksigen pada kolam menurun, perderas peredaran air menggunakan memperbesar genre debit air. Jika kolam sudah banyak mengandung NH3 dan H2S yang ditandai menggunakan bau busuk, segera lakukan penggantian air. Caranya menggunakan mengeluarkan air kotor sebanyak ? Nya, lalu menambahkan air baru. Dalam keadaan normal,pada kolam seluas 100 m2 atur debit air sebanyak 1 liter/dtk.

B. Pemberian pakan

Pengelolaan pakan sangat krusial dalam budidaya ikan nila. Biaya pakan adalah komponen biaya paling besar pada budidaya ikan nila. Berikan pakan berupa pelet menggunakan kadar protein 20-30%.

Ikan nila membutuhkan pakan sebanyak 3% dari bobot tubuhnya setiap hari. Pemberian pakan sanggup dilakukan pada pagi dan sore hari. Setiap 2 minggu sekali, ambil sampel ikan nila secara acak lalu timbang bobotnya. Lalu sesuaikan jumlah pakan yg harus diberikan.

Perhitungan takaran pakan budidaya ikan nila:

Dalam satu kolam masih ada 1500 ekor ikan nila berukuran 10-20 gram/ekor. Rata-rata bobot ikan ? (10 20)/dua = 15 gr/ekor. Perhitungan pakannya ? 15 x 1500 x 3% = 675 gram = 6,75 kg per hari Cek bobot ikan setiap 2 minggu buat menyesuaikan jumlah pakan.

C. Pengendalian hama & penyakit

Seperti sudah disebutkan sebelumnya, ikan nila adalah ikan yang tahan banting. Pada situasi normal, penyakit ikan nila nir banyak mengkhawatirkan. Namun jika budidaya ikan nila sudah dilakukan secara intensif dan massal, resiko agresi penyakit wajib diwaspadai.

Penyebaran penyakit ikan sangat cepat, khususnya buat jenis penyakit infeksi yg menular. Media penularan biasanya melewati air. Jadi mampu menjangkau satu atau lebih daerah kolam. Untuk penerangan lebih jauh silahkan baca hama dan penyakit ikan nila.

Pemanenan ikan nila

Waktu yang diperlukan buat budidaya ikan nila mulai menurut penebaran benih hingga panen mengacu dalam kebutuhan pasar. Ukuran ikan nila buat pasar domestik berkisar 300-500 gram/ekor. Untuk memelihara ikan nila menurut berukuran 10-20 gr hingga sebagai 300-500 gr dibutuhkan waktu sekitar 4-6 bulan.

SUMBER:

Alamtani. 2017. Panduan Lengkap Budidaya Ikan Nila. Didownload berdasarkan page https://alamtani.Com/budidaya-ikan-nila/

#Tag :

Penyakit Ikan Saprolegnia (Penyakit Kapas)

Salah satu kelompok jamur yang sering menyerang ikan air tawar adalah Saprolegnia sp. Saprolegnia sp merupakan penyebab penyakit saproligniasis. Penyakit ini dikenal dengan nama fish mold yang dapat menyerang ikan dan telur ikan.

KLASIFIKASI

Saprolegnia sp termasuk ke dalam

Subdivisi : Zygomycotina / Zygomycetes

Kelas : Oomycetes

Ordo : Saprolegniales dan kelompok fungi non septat.
Ikan yang terkena jamur saprolegnia

Jamur ini bereproduksi secara seksual (spora~oospora) dan juga aseksual (antheridia dan oogonia) yang mengalami kematangan. Jamur ini menyerang sebagian besar ikan air tawar, umumnya ikan mas, tawes, gabus, gurami, nila, dan lele. Selain itu, juga menyerang ikan kakap yang dipelihara di salinitas rendah.
Bentuk fisik jamur saprolegnia

GEJALA KLINIS

Gejala klinis serangan Saprolegnia sp antara lain ikan dan telur yang terserang dapat diketahui dengan mudah karena terlihat benang putih yang kasat mata, terjadi peradangan, granuloma, bagian yang diserang ditumbuhi misellium seperti kapas (white cotton growth), serta dapat menyebabkan kematian akibat masalah osmosis atau respirasi yang berat pada kulit dan insang.
Siklus hidup jamur saprolegnia

BIO-EKOLOGI

Memiliki hifa yang panjang & tidak bersepta, hidup dalam ekosistem air tawar namun terdapat yg bisa hidup pada salinitas 3 promil.

  1. Tumbuh optimum pada suhu air 18-26 oC. Reproduksi secara aseksual, melalui hifa fertil untuk memproduksi spora infektif.
  2. Menginfeksi semua jenis ikan air tawar dan telurnya.
  3. Serangan bersifat kronis hingga akut, dapat mengakibatkan kematian hingga 100%.

PENGENDALIAN

Menaikkan dan mempertahankan suhu air ? 28 oC dan/atau penggantian air baru yang lebih tak jarang.

Pengobatan bisa dilakukan dengan cara perendaman menggunakan :

  1. Kalium Permanganate (PK) pada dosis 1 gram/100 liter air selama 90 menit.;
  2. Garam dapur pada konsentrasi 1-10 promil (tergantung spesies dan ukuran) selama 10-60 menit;
  3. Methylene Blue pada dosis 3-5 ppm selama 24 jam.

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB KKP

Semoga Bermanfaat...

Dedak Fermentasi Pacu Pertumbuhan Bandeng di Tambak

Tidak sedikit petambak bandeng tradisional di Pinrang mengeluh soal lambatnya pertumbuhan ikan pada tambak. Padahal di pada tambak cukup tersedia makanan alami seperti klekap, lumut dan tumbuhan air lainnya. Tetapi bandeng permanen saja kerdil nir mau cepat gemuk lantaran gairah makannya berkurang.

Seperti diketahui, pertumbuhan bandeng di tambak dapat ditentukan sang beberapa faktor. Selain kualitas nener, pertumbuhan bandeng juga bisa dipengaruhi oleh daya dukung tambak, iklim dan cuaca.

Untuk menyisiati lambatnya pertumbuhan bandeng tadi maka petambak melakukan banyak sekali perlakukan menggunakan cara mencoba-coba dari warta pengalaman berdasarkan petambak yg sukses maupun keterangan menurut penyuluh perikanan. Seperti halnya Zainuddin, keliru seorang petambak bandeng di Lanrisang, Pinrang sudah beberapa daur sukses panen bandeng berukuran size 2-3 ekor/kg hanya pada ketika budidaya 4 bulan menggunakan tebar 3.000 ekor nener gelondongan. Padahal petambak lainnya menggunakan jumlah tebar yg sama sanggup panen ukuran size yang sama pada ketika budidaya 6-7 bulan.

Ternyata, Zainuddin menggunakan dedak padi. Sekarang bukan rahasia lagi, kesuksesan Zainuddin budidaya bandeng sudah menyebar ke petambak lainnya. Dedak yang diberikan dalam bandeng lebih dahulu dibusukkan melalui proses fermentasi. Dedak yg difermentasi memeiliki poly manfaat. Selain menstabilkan populasi plankton di tambak jua menambah nutrisi dalam air sebagai akibatnya bisa memacu nafsu makan bandeng.

Untuk menciptakan dedak fermentasi tidaklah sulit. Pertama-tama siapkan bahannya berupa dedak padi, ragi roti, molase (tetes tebu) & air higienis. Sedangkan alat-alat yg dibutuhkan relatif sederhana yaitu ember, waskom atau jerigen plastik berukuran volume 20-30 liter.

Langkah kerjanya merupakan pertama memasukkan dedak halus sebanyak 5 kilogram ke pada waskom pastik. Kemudian tambahkan air tawar higienis 20 liter sambil campurkan dan kocok perlahan, tambahkan molase sebanyak 1,lima liter. Selanjutnya tambahkan ragi roti sebanyak 20 gram sembari aduk merata. Setelah tercampur rata selanjutnya dimasukkan ke pada jerigen lalu ditutup kedap. Biarkan selama 2 hari proses fermentasi selesai ditandai dengan bau spesial tape.

Selanjutnya output fermentasi itu ditebar merata ke tambak sebelum ditebari nener maupun sehabis ada bandeng. Waktu pelaksanaan sebaiknya dalam saat mata hari cerah atau panas supaya cepat bereaksi. Kegiatan penebaran fermentasi dedak dilakukan setiap 4 hari sekali hingga plankton tambak tumbuh subur. Plankton fertile ditandai menggunakan warna air coklat kehijauan menggunakan tingkat kecerahan kurang lebih 25 cm. Usahakan populasi plankton nir hingga terlalu padat sebab akan menyebabkan ikan kekurangan oksigen terutama dalam malam menjelang pagi.

Sumber:

Adjo A.S., 2018. Dedak Fermentasi Pacu Pertumbuhan Bandeng di Tambak. Didownload dari laman http://mfcepusluh.bpsdmkp.kkp.go.id/html/index.php?id=artikel&kode=431

#Tag :

Mengenal Lebih Jauh Jenis Sisik Ikan

Sisik secara biasanya berarti semacam lapisan kulit yang keras & berhelai-helai, misalnya pada ikan, ular atau kaki ayam. Dalam ilmu nabati, sisik digunakan juga buat menyebut dedaunan mini yg tidak hijau, seperti yg masih ada pada kuncup atau btg yg termodifikasi.

Dalam ilmu zoologi, sisik (Ingg. scale, Gr. lepid, dan Lat. squama) umumnya merujuk kepada keping-keping kecil yang kaku, yang tumbuh di kulit binatang sebagai pelindung tubuhnya. Misalnya pada ikan, kadal atau ular. Kupu-kupu juga memiliki sisik, yakni keping-keping amat kecil di atas sayapnya, yang mudah rontok dan berfungsi untuk membentuk pola warna di atas sayap tersebut.

Sisik-sisik dalam fauna, secara struktur umumnya merupakan bagian menurut sistem integumen, yakni penutup luar tubuh hewan.

Ikan adalah keliru satu fauna yang memiliki sisik, tetapi kita jarang sekali mengetahui kegunaan berdasarkan sisik yang melekat pada tubuh ikan tadi.

Ada beberapa macam sisik ikan yg dikenal, yakni:

  1. Sisik kosmoid (cosmoid) yang sesungguhnya hanya dijumpai pada ikan-ikan bangsa Crossopterygi yang telah punah. Sisik ini berlapis-lapis, di mana lapisan terdalam terbangun dari tulang yang memipih. Di atasnya berada selapis tulang yang berpembuluh darah, dan di atasnya lagi, selapis bahan serupa email gigi yang disebut kosmin (cosmine). Kemudian di bagian terluar terdapat lapisan keratin. Ikan coelacanth memiliki semacam sisik kosmoid yang telah berkembang, yang kehilangan lapisan kosmin dan lebih tipis dari sisik kosmoid sejati.
    Ikan Coelacanth merupakan salah satu ikan yang memiliki sisik kosmoid
  2. Sisik ganoid ditemukan pada ikan-ikan suku Lepisosteidae dan Polypteridae. Sisik-sisik ini serupa dengan sisik kosmoid, dengan sebuah lapisan ganoin terletak di antara lapisan kosmin dan enamel. Sisik-sisik ini berbentuk belah ketupat, mengkilap dan keras.
    Sisik Ganoid

  3. Sisik plakoid dimiliki oleh ikan hiu dan ikan-ikan bertulang rawan lainnya. Sisik-sisik ini memiliki struktur serupa gigi.
    Sisik Plakoid

  4. Sisik leptoid didapati pada ikan-ikan bertulang keras, dan memiliki dua bentuk. Yakni sisik sikloid (cycloid) dan ktenoid (ctenoid).
  5. Sisik-sisik sikloid memiliki tepi luar yang halus, dan paling umum ditemukan pada ikan-ikan yang lebih primitif yang memiliki sirip-sirip yang lembut. Misalnya adalah ikan-ikan salem dan karper.
    Sisik Sikloid

  6. Sisik-sisik ktenoid bergerigi di tepi luarnya, dan biasanya ditemukan pada ikan-ikan yang lebih ‘modern’ yang memiliki sirip-sirip berduri.
    Sisik Ktenoid

Sejalan dengan pertumbuhannya, sisik-sisik sikloid dan ktenoid terus bertambah bulat tahunnya. Sisik-sisik ini tersusun pada tubuh ikan seperti genting, menggunakan arah menutup ke belakang. Dengan demikian memungkinkan aliran air yang lebih lancar pada sekeliling tubuh & mengurangi ukiran.

Sisik pada ikan merupakan bagian yg penting & perkembangan yang istimewa buat evolusi pada ikan. Meskipun belum poly diketahui secara dekat, beberapa jenis ikan telah berubah sisiknya sebagai lebih keras seperti tulang.

Sisik sangat bermanfaat bagi pakar ichtyologi pada pekerjaan identifikasi. Sering bahwa sebuah sisik sudah cukup buat mengklasifikasikan seekor ikan, paling tidak sampai keluarga dimana beliau termasuk pada dalamnya. Perhitungan jumlah sisik merupakan indera Bantu lain yg terbukti berguna dalam taksonomi.

Sisik berdasarkan banyak species ikan dapat digunakan buat menaksir umur ikan. Lingkaran dasar sebagaimana terdapat pada batang pohon, terbentuk setiap tahun sejalan dengan tumbuhnya ikan & sisiknya berkembang beserta menggunakan itu.

Warna indah dari banyak ikan juga berasal dari sisik ikan tersebut.  Warna cemerlang bergantung pada pemantulan cahaya secara fisik, yang meningkatkan pengaruhnya pada warna yang dipantulkan kembali kepada yang melihatnya, dari pigmen-pigmen gelap di bawah kulit ikan tersebut.

Perubahan rona memegang peranan penting sebagai sinyal dalam tingkah laris ikan., & bisa digunakan untuk persembunyian dan kamuflase. Dalam perubahan warna ini telah ditemukan dua mode cara kontrol. Mode pertama adalah imbas hormonal yg berpusat pada pituitary, yang mengeluarkan hormon-hormon yang biasanya berkenaan menggunakan penguatan warna. Adrenalin menumpahkan epinephrine, yg mempunyai pengaruh dalam penumpukan melanopora & dengan demikian mengakibatkan warna ikan menjadi pucat. This is typical fright response. Mode ke dua merupakan kontrol kondisi. Dua set ujung kondisi antagonik berakhir dalam kromatophora-kromatopora.

Sumber : Buku Tingkah Laku Ikan

Semoga Bermanfat...

#Tag : Ikan

Cara Menebar Benih Lele Tanpa Stres

Penebaran benih adalah galat satu faktor yang menjadi kunci keberhasilan dalam bisnis ternak & budidaya lele. Kita seluruh tahu bahwa lele yg ditebarkan secara tidak sahih akan mudah stres, sebagai akibatnya lebih gampang terjangkit penyakit & akhirnya meninggal.

Oleh karenanya, selain memperhatikan kualitas air kolam, kita jua wajib memperhatikan secara betul proses penebaran benih lele kita, supaya lele yang kita tebar mempunyai kondisi tubuh yg fit, yang pada akhirnya menaikkan taraf keberlangsungan hayati lele kita (survival rate) dan memaksimalkan keuntungan kita dalam usaha ternak & budidaya lele ini.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses penebaran benih lele adalah kualitas air kolam, ketinggian air kolam, proses adaptasi benih lele menggunakan kolam baru, dan ketika yang sinkron buat menebarkan benih lele. Di bawah ini kami menaruh daftar yg mencakup holistik faktor tadi buat proses pembenihan lele yg benar & minim kematian.

1. Kedalaman Air Kolam 30 ? 40 centimeter.

Kedalaman yg terlalu rendah akan menyebabkan populasi ikan per meter persegi overcrowded, selain itu, lele merupakan ikan yang nir terlalu cocok dengan panas sinar mentari langsung, oleh karena itu kedalaman air kolam yg terlalu rendah nir menaruh ikan lele tempat ?Bersembunyi? Yg cukup dari sinar mentari .

Dua. Air Kolam Memiliki Pakan Alami (Plankton)

Sebelum dimasukkan, air kolam yg baik berwarna hijau belia jernih (bukan hijau muda pekat). Apabila anda menggunakan kolam terpal, anda mampu memunculkan plankton menjadi pakan alami lele menggunakan cara menambahkan sedikit lumpur sawah & kotoran kambing pada air kolam sebelum memasukkan benih. Setelah didiamkan dua hari, air kolam akan menjadi berwarna relatif kehijauan (nir jernih sekali). Hal tersebut merupakan ciri kolam yg telah berisi plankton yg dapat digunakan sang benih lele sebagai sumber pakannya.

Tiga. Mengadaptasi Benih Lele menggunakan Kolam Baru

Benih lele yg baru saja dibeli dan ditransportasikan tidak boleh eksklusif ditebar begitu saja ke pada kolam. Mereka sudah menempuh perjalanan jauh yg berguncang-guncang, benih lele ada pada keadaan stres dan kolam milik kita tentu saja mempunyai suhu dan pH yg berbeda menggunakan kolam tempat kita membeli lele.

Meski lele pada usia benih tergolong bertenaga dibanding pada usia lainnya, ada baiknya jika kita mengadaptasikan terlebih dahulu benih lele tadi. Cara mengadaptasikannya adalah sebagai berikut:

Apungkan ember/jerigen/drum/plastik loka kita mewadahi bibit lele yang kita beli pada atas kolam yang akan kita tebarkan. Hal ini dilakukan buat menciptakan lele terbiasa dengan suhu kolam kita. Apungkan selama kira-kira 10 ? 15 menit.

Buka tutup wadah secara perlahan-lahan & abaikan air kolam masuk sedikit-sedikit. Miringkan wadah lele secara perlahan-lahan supaya air pada dalam wadah bertukar dengan air kolam, dan biarkan benih lele keluar dengan sendirinya.

Jangan pernah melakukan proses penebaran secara pribadi & jangan pernah menebar benih lele pada siang hari. Penebaran hanya boleh dilakukan dalam pagi & sore hari, karena pada siang hari suhu air kolam terlalu panas sehingga dapat menyebabkan benih lele stres saat ditebarkan.

4. Penambahan Antibiotik Sebelum Penebaran

Ini merupakan cara tambahan (opsional) yg dapat anda lakukan sebelum anda menebarkan bibit lele anda. Yakni menggunakan cara merendam bibit atau benih lele pada larutan antibiotik selama 15 mnt. Larutan antibiotik tadi bisa berupa OTC, tetrasiklin, & supertetra sebanyak 1 sdt/10 liter air. Guna menurut antibiotik ini adalah buat mengantisipasi penyakit yang inheren dalam kulit lele, dan memastikan bakteri tidak masuk dalam luka pada kulit lele yang mungkin terjadi akibat tabrakan antar lele. Biasanya penjual bibit lele telah menambahkan antibiotik ini dalam benih lele yg anda beli.

Kami harap Artikel di atas bisa membantu anda buat meminimalkan tingkat kematian pada benih lele anda yg diakibatkan oleh penyakit dan stres. Semoga usaha budidaya lele yang anda lakukan sukses akbar & membuat ikan lele yg berkualitas.

Sumber:

http://mfcepusluh.bpsdmkp.kkp.go.id/html/index.php?id=artikel&kode=429

#Tag :

Penyakit Ikan Trichodiniasis (Penyakit Gatal)

Trichodina sp merupakan jenis Protozoa penyebab penyakit trichodiniasis (penyakit gatal). Trichodina sp memiliki berbentuk bundar seperti cawan atau topi yang berukuran 50-100 µm. Secara mikroskopis, Trichodina sp terlihat seperti lingkaran transparan dengan sejumlah silia. Trichodina sp dan Cyclochaeta sp merupakan spesies yang sama, sebab bentuknya tidak berbeda. Namun, ada juga

peneliti yang memisahkannya menjadi dua genus dari Keluarga Urceolaridae.

Biasanya Trichodina sp menyerang pada bagian kulit, sirip, kepala, dan insang sehingga menyebabkan iritasi. Gejala-gejala klinis ikan yang terserang Trichodina sp antara lain terdapat bintik-bintik putih terutama di bagian kepala dan punggung, nafsu makan hilang dan ikan menjadi sangat lemah, produksi mucus bertambah sehingga tubuh ikan tampak mengkilap, sering dijumpai terjadinya pendarahan dan warna tubuh kusam, memperlihatkan gejala flashing yang memantulkan cahaya, serta sering menggosok-gosokkan tubuh ke pinggiran dan dasar wadah, atau benda keras di sekelilingnya.

KLASIFIKASI

Klasifikasi berdasarkan parasit Trichodina sp. Dari Kabata (1985), merupakan sebagai berikut:

Filum               : Protozoa

Subfilum         : Ciliophora

Class                : Ciliata

Ordo                : Petrichida

Famili              : Trichodinidae

Genus              : Trichodina

Bentuk protozoa Trichodina

GEJALA KLINIS

  1. Warna tubuh pucat, nafsu makan menurun, kurus, gelisah dan lamban.
  2. Menggosok-gosokkan badan pada benda di sekitarnya (gatal).
  3. Frekwensi pernapasan meningkat dan sering meloncat - loncat.
  4. Mengakibatkan iritasi dan luka pada kulit ikan karena struktur alat penempel yang keras (chitin)
  5. Iritasi sel epitel kulit, produksi lendir berlebih sehingga berwarna kecoklatan atau kebiruan.
  6. Sirip rusak, menguncup atau rontok.
Ikan yang terserang Trichodina

BIO-EKOLOGI

Protozoa berdasarkan golongan ciliata, berbentuk bundar , simetris & terdapat pada ekosistem air tawar, payau dan bahari.

  1. Trichodina spp. berukuran 45-78 μm, Trichodinella (24-37 μm) dan Tripartiella (lebih dari 40 μm).
  2. Memiliki cincin dentikel berupa cakram yang berfungsi sebagai alat penempel.
  3. Inang parasit adalah semua benih ikan air tawar, payau dan laut. Menginfeksi organ kulit, sirip dan insang ikan yang baru menetas hingga umur 1 bulan.
  4. Kelompok parasit ini umumnya lebih bersifat komensalis dari pada parasitik sejati, karena hanya memakan sel-sel kulit ikan yang mati/hancur.
  5. Kematian ikan yang diakibatkannya bisa mencapai 50% dari total populasi, terutama akibat infeksi sekunder oleh bakteri dan/atau cendawan.
Trichodina menginfeksi insang ikan

PENGENDALIAN

  1. Mempertahankan kualitas air terutama stabilisasi suhu air ≥ 29oC
  2. Mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan frekwensi pergantian air
  3. Ikan yang terserang trichodiniasis dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan perendaman beberapa jenis desinfektan, antara lain:
  • Larutan garam dapur (untuk ikan air tawar) pada konsentrasi 500-10.000 ppm (tergantung jenis dan umur ikan) selama 24 jam.
  • Air tawar (untuk ikan air laut) selama 60 menit, dilakukan pengulangan setiap hari
  • Larutan Kalium Permanganate (PK) pada dosis 4 ppm selama 12 jam
  • Larutan formalin pada dosis 200 ppm selama 30-60 menit dengan aerasi yang kuat, atau pada dosis 25-50 ppm selama 24 jam atau lebih
  • Larutan Acriflavin pada dosis 10-15 ppm selama 15 menit
  • Glacial acetic acid 0,5 ml/L selama 30 detik setiap 2 hari selama 3 – 4 kali
  • Copper sulphate 0,0001 mg/L selama 24 jam atau lebih, diulang setiap 2 hari sekali
  • Hidrogen peroxide (3%) 17,5 ml/L selama 10 menit, diulang setiap 2 hari

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB KKP

Semoga Bermanfaat...

Penyakit Yang Sering Menyerang Ikan Lele

Penyakit pada ikan lele cukup majemuk dan memerlukan penanganan yg berbeda-beda tergantung jenis penyakitnya. Untuk mengetahui jenis penyakit apa yg menimpa ikan lele peliharaan kita, bisa ditinjau berdasarkan tanda-tanda-gejala luar ikan lele. Meski lele termasuk ikan yang tahan hidup dalam air yang berkualitas jelek, tetapi sanitasi air memegang peranan krusial dalam menunjang kesehatan lele.

Penyakit dalam ikan lele umumnya ditimbulkan oleh mikroorganisme yang bersifat parasit yang hidup dalam tubuh ikan lele, mikroorganisme ini biasanya berupa virus, bakteri, jamur, & protozoa yg ukuran mini . Beberapa penyebab penyakit dalam ikan lele antara lain:

1. Penyakit lantaran Bakteri Aeromonas hydrophilla & Pseudomonas hydrophylla

Bentuk bakteri ini misalnya btg menggunakan cambuk yang terletak di ujung batang, dan cambuk ini digunakan buat berkiprah. Ukurannya 0,7-0,8 x 1-1,5 mikron. Biasanya diakibatkan lantaran syarat kualitas air yg jelek.

Gejala: munculnya borok (ulcer), dropsy/ kembung, iritasi sirip, sisik menguak. Lele bernafas megap-megap pada bagian atas air.

Pencegahan: lingkungan wajib permanen bersih, termasuk kualitas air wajib baik.

Pengobatan: melalui makanan antara lain pakan dicampur Oxytetracycline (OTC) dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama 7-10 hari berturut-turut atau dengan Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3-4 hari.

2. Penyakit tuberculosis yang ditimbulkan bakteri Mycobacterium fortoitum

Gejalanya: tubuh ikan berwarna gelap,mata melotot, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, & limpa). Posisi berdiri pada permukaan air, berputar-putar atau miring-miring. Apabila menginfeksi kulit,ada bercak-bercak merah & menjadi luka,sirip & ekor geripis.

Pengendalian: memperbaiki kualitas air dan lingkungan

Pengobatan: menggunakan Terramycin atau OTC dicampur dengan makanan 5-7,5 gram/100 kg ikan/hari selama 5-15 hari.

Tiga. Penyakit karena Jamur/Saprolegnia. Penyebab: fungi ini tumbuh sebagai saprofit dalam jaringan tubuh yg mati atau ikan yang kondisinya lemah.

Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, pada wilayah luka atau ikan yg sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan dalam telur, maka telur tadi diliputi benang seperti kapas.

Pengobatan: Perendaman menggunakan larutan PK (1 gr/100 liter) selama 90 mnt atau Garam dapur 1.000 ppm selama 15-30 mnt) atau Methylene blue 3-5ppm selama 24 jam.

4. Penyakit bintik putih & gatal (Trichodiniasis)

Penyebab: parasit berdasarkan golongan Ciliata, bentuknya bundar , kadang-kadang amuboid, memiliki inti berbentuk tapal kuda, dianggap Ichthyophthirius multifilis. Gejala: (1) ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di permukaan air; (2) terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip & insang; (tiga) ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam.

Pengendalian: air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya (menaikkan frekuensi pergantian air), menjaga stamina dan menaikkan ketahanan tubuh ikan melalui imunostimulan (misal vitamin C)

Pengobatan: dengan cara perendaman ikan yg terkena infeksi menggunakan garam dapur 300 ppm atau Kalium Permanganat (PK) 4 ppm selama 12 jam.

Lima. Penyakit Cacing Kulit (Gyrodactiliosis)

Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus menyerang kulit & sirip.

Gejala: insang yg dirusak sebagai luka-luka, lalu timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu.

Pengendalian: (1) Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam; (dua) menyelupkan tubuh ikan ke pada larutan Kalium Permanganat (PK) 0,01% selama ?30 mnt; (3) menggunakan larutan NaCl 2% selama ? 30 menit;

6. Penyakit Columnaris (Luka Kulit, Sirip & Insang)

Penyebab: Infeksi bakteri Flexbacter columnaris ini umumnya berkaitan menggunakan kondisi stress akibat fluktuasi suhu yg ekstrim & kualitas air yg buruk.

Gejala: luka disekitar verbal,ketua,badan atau sirip. Luka berwarna putih agak coklat lalu berkembang sebagai borok. Jika menginfeksi sirip maka acapkali dicirikan menggunakan rontok sirip.

Pengendalian: Manajemen kesehatan ikan terpadu (inang,lingkungan dan pathogen), Pemberian OTC 50-75 mg/kg ikan/hari melalui pakan

Sumber:

Mujiyono, 2017. Penyakit pada Ikan Lele. Didownload dari laman http://mfcepusluh.bpsdmkp.kkp.go.id/html/index.php?id=artikel&kode=425

#Tag :

Penyakit Ikan Lernea (Cacing Jangkar)

Parasit ini merupakan penyebab penyakit lerneasis. Penyakit lerneasis disebabkan oleh Lernea sp yang lebih dikenal dengan nama cacing jangkar (anchor worm). Sebenarnya, Lernea sp tidak termasuk golongan cacing, akan tetapi jenis udang renik yang berbentuk bulat panjang seperti cacing dan memiliki cengkeraman seperti jangkar sehingga disebut cacing jangkar. Jenis Lernea banyak ditemukan menyerang ikan air tawar, yaitu dari spesies Lernea cyprinacea. Lernea sp biasanya melekat di insang, tubuh, ataupun sirip dan merupakan parasit eksternal yang sering dijumpai pada ikan mas hias dan ikan air tawar lainnya. Selain Lernea sp, terdapat Crustacea lainnya seperti Ergasilus sp dan Argulus sp yang juga menyerang ikan air tawar ataupun laut.

KLASIFIKASI

Kingdom: Animalia

Filum: Arthropoda

Classis: Maxillopoda

Ordo: Cyclopoida

Familia: Lernaeidae

Genus: Lernaea

Spesies: Lernaea sp

Parasit Lernea

BIO-EKOLOGI

Parasit ini dikenal sebagai cacing jangkar (anchor worm) :
Siklus hidup lernea

  1. Menempel ke tubuh ikan dengan “jangkar” yang menusuk dan berkembang di bawah kulit.
  2. Badan parasit dilengkapi dengan dua buah kantung telur akan terlihat menggantung di luar tubuh ikan.
  3. Hampir semua jenis ikan air tawar rentan terhadap infeksi parasit ini, terutama yang berukuran benih.
  4. Pada tingkat infeksi yang tinggi dapat mengakibatkan kasus kematian yang serius.

GEJALA KLINIS

Gejala klinis serangan Lernea sp antara lain ikan yang terserang mengalami luka pada tubuhnya dan terlihat jelas cacing jangkar yang menempel dengan kuat pada bagian badan, sirip, insang, dan mata, pembengkakan, sisik terkelupas, dan necrosis, penurunan berat tubuh, perkembangan gonad terhambat, terdapat ulcer (borok), mengalami kesulitan bernafas, dan sangat memungkinkan serangan

sekunder dari bakteri atau jamur infeksius lainnya.
Ikan yang terserang lernea

PENGENDALIAN

  1. Pengendapan dan penyaringan air masuk.
  2. Pemusnahan ikan yang terinfeksi dan pengeringan dasar
  3. kolam yang diikuti dengan pengapuran.
  4. Perendaman dengan :
  • Larutan formalin pada 250 ppm selama 15 menit.
  • Larutan Abate pada dosis 1 ppm (akuarium) dan 1,5 ppm (kolam)
  • Larutan Dichlorvos 0,2 mg/L selama 24 jam atau lebih, setiap minggu selama 4 minggu berturut-turut

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB KKP

Semoga Bermanfaat...

BUDIDAYA KAKAP PUTIH POLIKULTUR UDANG WINDU DI TAMBAK

Membaca judul goresan pena ini pasti anda kaget dan bertanya, bisakah ikan kakap putih dipelihara bersama (polikultur) menggunakan udang windu dalam satu petakan tambak ?. Jawabannya pasti bisa.

Seperti diketahui Kakap putih (Lates calcalifer, Bloch) biasa dikenal menggunakan nama Giant sea perch, atau seabass. Ikan ini biasa dikenal menggunakan nama lokal Pinrang bale Kanja (ikan cantik) semua orang menyukainya lantaran memilki daging yang putih halus & sedikit duri. Keunggulannya itu sebagai akibatnya termasuk ikan irit penting pada Indonesia yang memiliki pasar dan harga tinggi. Untuk pasaran lokal ikan kakap dari tambak berukuran berat 350 gr bisa dihargai Rp.30-50 ribu/ekor. Ikan kakap seberat itu umumnya seumuran dengan ikan bandeng yg dibudidaya di tambak yakni 3-4 bulan. ?Biasanya ikan kakap ikut ditangkap waktu petambak sedang panen bandeng memakai jaring,? Kata Zainuddin kepala Pokdakan Salopokko desa Waetuoe kecamatan Lanrisang, Pinrang.

Kakap putih berasal berdasarkan bahari beruaya (migrasi) masuk ke perairan pantai, muara & saluran tambak. Meski dari berdasarkan laut tetapi dapat dibudidayakan di tambak air payau (campuran air laut & air tawar) juga di kolam air tawar. Hampir seluruh tambak-tambak udang & bandeng yg terdapat pada kabupaten Pinrang ditemui ikan kakap. Ikan kakap yang ditangkap pada tambak benihnya asal menurut alam (bahari) lolos masuk ke tambak bersamaan dengan air pasang. Benih itulah yang tumbuh menjadi hama bagi udang windu yg dibudidayakan.

Dikatakan Zainuddin, ikan kakap merupakan ikan predator karena dapat memangsa ikan-ikan mini & udang secara hidup-hayati yg terdapat pada lingkungannya. Bila dikelola dengan baik polikultur kakap menggunakan udang windu akan sangat menguntungkan. Lantaran kedua komoditi ini sama-sama mempunyai prospek pasar & harga yg relatif cantik. Dari aspek teknis telah sinkron syarat lingkungan antara udang windu menggunakan ikan kakap ?Agar kakap nir memangsa udang maka kita lebih awal tebar udangnya daripada benih ikan kakapnya,? Istilah Zainuddin.

Syarat lokasi tambak, konstruksi dan parameter kualitas air untuk budidaya kakap putih nir sebagai kasus. Sebab selama ini kakap putih poly ditangkap petambak ketika panen bandeng. Demikian pula persiapan tambak misalnya halnya yg telah dilakukan pembudidaya selama ini. Dari mulai pengeringan, pengapuran, pemupukan dasar, pemasukan air, penumbuhan makanan alami sampai tebar benih. Diharapkan, setelah dilakukan pengeringan tanah tambak dengan sinar mentari dapat membunuh bakteri pembusuk, mempertinggi pH tanah, dan memudahkan dalam renovasi kolam supaya tidak licin & berlumpur. Pengapuran bertujuan buat menetralkan keasaman tanah, dilakukan menggunakan kapur Zeolit dan Dolomit. Selama budidaya, ikan memerlukan syarat keasaman yg stabil yaitu pada pH 7 - 8. Untuk mengembalikan keasaman tanah pada kondisi tersebut, dilakukan pengapuran lantaran penimbunan & pembusukan bahan organik selama budidaya sebelumnya menurunkan pH tanah. Pengapuran pula menyebabkan bakteri dan jamur pembawa penyakit mati lantaran sulit dapat hayati pada pH tadi. Pengapuran menggunakan kapur tohor, dolomit atau zeolit menggunakan dosis 1 ton /ha atau 10 kg/100 m2 .

Pemupukan berupa pupuk protesis, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan takaran 50-700 gram/meter persegi. Urea & TSP diberikan menggunakan dicampur terlebih dahulu & ditebarkan merata di dasar tambak. Selesai pemupukan tambak diairi sedalam 10 centimeter bagian pelataran & dibiarkan 3-4 hari supaya terjadi reaksi antara aneka macam macam pupuk & kapur dengan tanah. Hari ke-5 air tambak ditambah hingga sebagai sedalam 50 centimeter. Air media yg dipakai buat pemeliharaan ikan kakap putih beserta udang windu wajib terhindar berdasarkan polutan berupa pestisida atau bahan berbahaya lainnya. Pengisian air laut dilakukan sampai ketinggian air dari 80 ? 100 centimeter dari dasar tambak.

Agar tidak sebagai hama bagi udang windu maka kita lebih awal tebar benur gelondongan udang windu sebanyak 20.000 ekor/ha. Sebulan lalu dilakukan penebaran benih ikan kakap ukuran 2 cm sebesar 1.000 ekor/ha. Memasuki umur dua bulan udang windu mulai panen selektif size 40-60 ekor/kg. Pada ketika ikan kakap umur 2 bulan sudah bisa memakan benih-benih ikan liar berdasarkan saluran masuk tambak sebagai makanan alaminya. Benih ikan liar seperti mujair paling cepat tumbuh & berkembang biak di tambak. Benih-benih mujair inilah yang menjadi incaran kakap sebagai santapannya setiap waktu. Kakap putih dapat dipanen setelah berumur tiga-4 bulan menggunakan berukuran 200-300 gr per ekor.

Sumber:

Atjo A.S, 2018. BUDIDAYA KAKAP PUTIH POLIKULTUR UDANG WINDU DI TAMBAK. Didownload dari laman http://mfcepusluh.bpsdmkp.kkp.go.id/html/index.php?id=artikel&kode=430

#Tag :