Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Bahan Alat Penangkap Ikan Dari Serat Alami Tumbuhan

Serat tumbuhan (Vegetable fibers) umumnya terdiri menurut selulosa (cellulose) Contoh serat yg tergolong pada serat tanaman antara lain adalah Katun (cotton), linen, jute, flax, ramie, sisal, & hemp. Serat selulosa digunakan pada pembuatan kertas & sandang.

Kategori Serat Tumbuhan

1. Serat Bijian

Serat bijian dikumpulkan dari pembungkus biji seperti : kapas(cotton) dan kapuk. Contoh serat bijian yang masih digunakan saat ini adalah serat yang berasal dari kapas dan kapuk. Serat ini memiliki kekuatan putus yang lebih besar dibanding dengan serat tumbuhan lainnya.
Kapas

Serat Katun

Benang dan Rope Katun
Kapuk

Serat Kapuk dan Benang Kapuk

2. Serat Daunan

Serat daunan (Leaffiber) adalah serat yang dikumpulkan menurut serat daunan seperti pandan, sisal & agave.

Pohon Sisal

Tanaman Agave

tiga. Serat Kulit Pohon

Serat kulit (Skinfiber) adalah serat yang dikumpulkan dari bagian kulit luar (bast) batang Contoh serat kulit ini adalah jute, kenaf, hemp, ramie, rattan, termasuk pohon pisang.
Jute Putih (Choorcorus capsularis)

Serat Kenaf, Benang Kenaf dan Jaring Kenaf

Pohon dan Batang Hemp

Pencari Rotan dan Bubu Rotan

4. Serat Pohonan

Serat pohonan adalah serat yg berasal berdasarkan kulit atau btg tanaman seperti jerami padi, Jerami gandum, ilalang, termasuk btg bambu.

Benang Dari Pohon Pisang

Jaring berdasarkan kulit waru

Sumber : Materi Bahan Alat Tangkap Ikan, Yusrizal

Semoga Bermanfaat...

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA IKAN DISKUS

Menciptakan kondisi pemeliharaan yg higienis akan menghasilkan sebesar mungkin yg sering timbul berkenaan menggunakan penyakit discus, lebih baik mencegah menurut dalam mengobati. Pepatah yg tampaknya sejalan dengan cara penanganan penyakit pada discus, perlu diperhatikan bahwa bukan obat-obatan yang lengkap dan mahal ataupun mekanisme pengobatan yang rumit yg bisa mngatasi atau mencegah timbulnya penyakit. Bahkan penggunaan obat yang terlalu acapkali dengan dosis yang galat dapat menghambat fungsi organ discus.

Klasifikasi dan Morfologi

Discus yg dijuluki raja ikan hias air tawar ini sudah memulai perjalannya dari tempat asli aslinya ke aquarim pada tempat tinggal kita. Aslinya ikan ini berasal dari pedalaman rimba Amazon, Brazil yg populer kaya akan majemuk species tanaman & hewan. Discus merupakan keliru satu ikan hias air tawar yg banyak peminatnya. Mengenai sistematikanya terdapat sedikit perdebatan, banyak orang mengklaim berdasarkan loka dari,warna dan bentuk luarnya.

Menurut sistematikanya, ikan discus di golongkan menjadi berikut:

Ordo : Percomorphodei

Sub : Percoidea

Family : Cichlidae

Genus : Symphysodon

Species : Symphysodon discus

Nama lokal : Discus

Ikan yg berbentuk misalnya kudapan manis dadar ini pada lengkapi dengan estetika warna dan bentuk tubuhnya. Jika dalam umumnya ikan hias memiliki bentuk tubuh memanjang, discus tidaklah demikian. Bentuk discus unik seperti cakram atau kudapan manis dadar. Warnanya sangat unik dan manarik sesuai menggunakan strain & keturunannya.

Habitat dan Penyebarannya

Habitat asli discus adalah perairan di Amerika Selatan. Pemrakarsa penangkapan discus umumnya pemilik modal di Negara itu yg ingin melipatgandakan uangnya. Mereka menggunakan jeli melihat potensi alam yg begitu menggiurkan, ada juga beberapa ilmuwan yg mengadakan penelitian tentang ikan discus.Mereka menangkap dengan donasi penduduk asli, seorang Indian. Para Indian ini dapat mengetahui seluk beluk diskus. Perahu yang dipakai biasanya telah pada desain khusus agar bias menampung discus liar yg telah tertangkap. Mereka umumnya melakukan penangkapan jika hari berubah malam.

Setelah sampai pada tempat yang pada duga poly discus, umumnya mereka harus sabar menunggu kawanan diskus bergerak ke permukaan air. Selain menggunakan cara tersebut, umumnya discus di tangkap dengan memakai perangkap yang di pasang di lebih kurang batang pohon yang tumbang. Di lebih kurang tempat jala di beri rumpon (fishing ground).

Membedakan Induk Jantan & Betina

Membedakan induk jantan dan betina akan lebih gampang dilakukan jika kita dihadapkan menggunakan sekumpulan calon induk yg dibesarkan bersama. Discus betina memiliki organ genitalia yang dianggap ovositor berbentuk oval denganm ujung menumpul, sedangkan jantan organnya membulat dengan panjang sekitar 1,5 mm.

Proses Pemijahan

Pasangan induk ditempatkan dalam aquarium pemijahan, pada 3-10 hari lalu umumnya proses perkawinan mulai berlangsung. Pasangan induk discus saling berenang mengitari pasangannya, pada ketika tersebut warna discus akan terlihat sangat intens, sirip-sirip mekar penuh dan matanya terlihat berbinar, lalu mereka akan memilih tempat nertelur berupa pipa PVC, pot bunga atau pecahan-pecahan genting atau keramik. Setelah itu pasangan discus akan mulai meletakan telurnya, setelah telur pertama diletakkan, discus jantan kan membuahinya selama beberapa jam, induk yg dipersiapkan menggunakan baik akan menghasilkan 150-300 buah telur.

Setelah proses pemijahan berakhir, pasangan discus akan menunggui telurnya, mereka akan mengipasi telur tersebut dengan sirip dada, buat mencegah adanya kotoran atau spora jamur yang inheren selama menjaga telurnya, induk tetap wajib diberi pakan & kondisi aquarium wajib terlihat higienis.

Dalam waktu 6 hari sejak peletakan telur, telur akan menetas menjadi larva-larva kecil, yg kemudian akan berkembang sebagai discus dewasa.

Perawatan Benih

Burayak discus bisa dibiarkan beserta induknya sampai berumur 14-20 hari. Selesainya itu, burayak dipindahkan untuk dibesarkan secara terpisah menurut induknya. Biasanya pada saat itu burayak akan hayati berada disekeliling induknya. Dengan menggiringnya kepojok aquarium kemudian memberinya sedikit kejutan, sang induk akan meninggalkan anaknya, sehabis itu kita bisa menyerok deretan burayak yang tertinggal menggunakan hati-hati. Burayak yang diserok dapat langsung dipindahkan kedalam aquarium pembesaran yg telah disiapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Aryanti Y. & Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Diskus Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

D. Setiawan 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta

http://akuariumhias.Blogspot.Com/2012/10/discus-fish.Html

I. Daniel,2002. Memelihara Dan Membudidayakan Diskus Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta

S. Heru, 1989. DISCUS. Penebar Swadaya, Jakarta.

#Tag :

Bahan Alat Penangkap Ikan : Serat Alami dan Serat Buatan

Bahan indera penangkap ikan merupakan mencakup seluruh bahan yg digunakan buat membangun sebuah indera penangkap ikan, baik yang terbuat dari serat alami, serat buatan, metal, maupun kompon, termasuk jua bahan yg digunakan sebagai sarana penunjang buat mengumpulkan ikan sebelum ditangkap.

Bahan indera penangkap ikan asal menurut serat alami & serat protesis.

Serat Alami

Serat alami merupakan serat yang terbuat berdasarkan bahan alami tanpa melalui proses kimia atau transformasi. Bagian?Bagian tumbuhan yg bisa dipakai menjadi bahan indera penangkap ikan adalah dari bijian, bast, daun, & buah.

Perlakuan yang diberikan hanya ditujukan untuk membuang serat‐serat yang tidak berguna, atau dilakukan proses perebusan, perendaman, penyamakan dan pengawetan, baik untuk melemaskan sehingga bahan tersebut mudah untuk dianyam atau dipintal maupun memperpanjang usia pakainya.   Sebagai contoh bahan tali yang terbuat dari kulit pohon waru harus direndam di dalam lumpur selama 5 – 6 hari, baru seratnya dapat digunakan.
Skema Klasifikasi Serat Alami

Sifat Serat Alami

  • Mudah membusuk
  • Terdiri dari staple fibres
  • Tidak dipengaruhi oleh sinar ultra violet
  • Tidak seberapa kuat
  • Menyerap air
  • Tidak mencair
  • Harganya murah

Serat Buatan

Serat buatan (man mad fiber) atau dikenal juga menggunakan serat sintetis. Sintetis merupakan suatu teknologi buat suatu proses kimia dimana elemen-elemen kimia atau subtansi dasar digabung melalui suatu proses yg rumit sebagai akibatnya terbentuk produk akhir yg betul-benar baru menggunakan penggunaan yang baru jua.

Serat protesis secara sintetis terbuat menurut subtansi dasar misalnya phenol, benzene, acetylene, prussic acid, chlorine, sang karenanya disebut ?Synthetic fiber?.

Kelebihan serat sintetis dibandingkan menggunakan serat alami buat bahan alat penangkapan ikan adalah menjadi berikut :

  • Tidak membusuk
  • Memiliki kekuatan putus yang jauh lebih besar
  • Sedikit menyerap air
  • Densitas (specific gravity) yang lebih rendah
  • Ukuran diameter serat dapat diatur
  • Lebih tahan terhadap gesekan
  • Tidak terpengaruh oleh asam, alkalis, garam atau produk minyak (bensin, minyak tanah, minyak pengencer cat)

Sumber : Bahan Ajar Bahan Alat Penangkap Ikan : Supardi Ardidja

Semoga Bermanfaat...

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT IKAN GUPPY

Guppy termasuk ikan yang sangat gampang dipijahkan. Sepasang induk jantan dan induk betina yang ditempatkan pada dalam akuarium telah dapat membuat keturunan. Namun, kendala yg acapkali dihadapi sang para pembudidaya guppy ini nir jauh tidak selaras dengan pembudidaya ikan hias lainnya, yaitu terserangnya penyakit yg mampu menyebabkan kerugian bagi petani.

Penyakit yg menyerang ikan guppy pada dalam akuarium ditimbulkan sang beberapa faktor, baik yang dari berdasarkan luar juga dalam akuarium. Ada beberapa faktor yang merupakan penyebab dan cara penularan penyakit ikan pada akuarium, diantaranya yaitu :

1. Faktor yang berasal menurut kondidi air (kepekatan, keracunan)

2. Faktor yg asal dari sinar (terlalu tajam, kurang kuat, suhu)

3. Faktor filter (kotoran tak tersedot, keracunan, pH, air)

4. Faktor yg berasal dari pompa udara (O2, aliran air, suhu air)

lima. Faktor kepadatan ikan pada dalam akuarium (O2, suhu dan kotoran)

6. Faktor tumbuhan dalam akuarium (O2, kotoran, ruang gerak ikan)

7. Faktor pergantian air, sanitasi

Jika ikan pada dalam akuarium terjangkit penyakit, dapat dipastikan disebabkan sang galat satu atau beberapa faktor tadi pada atas. Untuk mencegah & mengobatinya wajib bertitik tolak dari faktor-faktor penyebab tersebut.

Sistematika Sistematika ikan guppy menurut Dr. Herbert R. Axelord dalam Heru Susanto adalah sebagai berikut:

Filum : Chordata

Subfilum : Craniata

Superklass : Gnathostomata

Klass : Osteichthyes

Subklass : Actinopterygii

Superordo : Teleostei

Ordo : Cyprinodontoidai

Subordo : Peocillidea

Famili : Peocillidae

Genus : Poecillia / Lebistes

Spesies : Poecillia reticulata

Ciri-karakteristik Ikan Guppy

Jenis & varietas ikan guppy setiap tahunnya bertambah. Namun demikian rona dasar badan guppy yang orisinil berwarna kecoklatan, dengan variasi rona sisik pada samping badannya serupa pelangi. Bentuk sirip ekor ikan guppy lebar, sehingga menambah kecantikan ikan guppy itu sendiri. Kalau dipandang sekilas ikan guppy mirip burung merak yg memiliki ekor memukau.

Tanpa sirip ekornya, guppy nir berarti apa-apa. Karena sirip ekor itulah yang menciptakan badan sebelah depannya biasa-biasa saja sebagai lebih unik. Ikan guppy betina mempunyai ukuran tubuh 7 cm, sedangkan ikan guppy jantan ukuran 4 centimeter. Untuk lebih jelasnya bentuk ikan guppy bisa dipandang pada gambar di bawah ini.

Habitat dan Penyebaran

Di alam aslinya ikan ini hayati pada dua jenis perairan yang berbeda, yaitu air payau, & air tawar. Menurut Dr. Herber R. Axelord pada Bambang & Donny, salinitas yang baik untuk guppy berkisar antara 0,lima ? 1 ppt. Ikan guppy bisa ditemukan di perairan Indonesia menggunakan mudah, yg lebih dikenal menggunakan nama ikan seribu.

Ternyata guppy yg kelihatan mini & lemah berasal menurut perairan mengalir, itulah sebabnya apabila ditempatkan di akuarium ikan ini nir mau membisu. Bila kita perhatikan dalam akuarium, ikan lebih poly menempati bagian bagian atas air dari dalam pada bagian tengah & dasar akuarium.

Pemilihan Induk

Sebelum disatukan dalam wadah pemijahan, usahakan calon induk diseleksi terlebih dahulu. Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan sebagai petunjuk pada memilih calon induk berkualitas, diantaranya menjadi berikut :

1. Tubuh tidak cacat dan tidak masih ada penyakit

2. Gerakannya lincah dan gesit

tiga. Nafsu makan tinggi

4. Bagian perut calon induk betina membesar

5. Panjang total tubuh induk betina minimal 4 cm dan jantan tiga,5 cm

6. Warna tubuh & sirip cemerlang dan corak jelas

7. Tipe sirip ekor calon induk sama.

Teknik Pemijahan

Guppy dapat dipijahkan secara massal. 1 ekor guppy jantan dapat mengawini lima-10 ekor guppy betina. Induk jantan & betina disatukan dalam pagi hari pukul 07.30-08.00 atau sore hari pukul 16.30-17.00, karena pada saat tadi suhu nir terlalu tinggi.

Induk guppy yang telah disatukan umumnya akan memijah pada pagi hari sampai mentari terbenam. Guppy jantan akan mengejara & mengikuti guppy betina matang kelamin berenang. Selanjutnya induk guppy jantan akan melakukan penetrasi dan spermanya akan dimuntahkan pada pada tubuh induk betina. Selang waktu antara kelahiran berkisar 15- 20 hari. Satu ekor induk betina akan membentuk sebanyak 25-30 ekor burayak ukuran sekitar 3,lima-4 mm.

Pemeliharaan Larva

Larva ikan guppy dipelihara pada pada akuarium. Untuk akuarium berukuran 150 cmx75 cmx75 cm menggunakan ketinggian air minimal 50 centimeter, bisa menampung benih guppy sebanyak 3.500-4.000 ekor. Benih ikan guppy bisa dipisahkan menurut induknya dalam ketika guppy sudah berumur 7-10 hari. Waktu yang sempurna memindahkan larva guppy yaitu dalam pagi hari pukul 07.00-09.30.

Pemberian pakan

Pakan yg diberikan pada guppy disesuaikan menggunakan umurnya. Burayak guppy yg berumur pada bawah satu bulan sebaiknya diberi kutu air. Setelah burayak berumur satu bulan, pakan yg diberikan adalah pakan yg poly mengandung Crude Oil. Jenis pakan tersebut diantaranya cacing sutra (Tubivex worm). Setelah guppy berumur tiga bulan, masukkan pakan yg poly mengandung Crude Fiber (serat) buat mempertinggi kualitas rona. Pakan alami berserat yg gampang diperoleh antara lain larva nyamuk, cacing super, atau cacing darah (Blood worm). Semua jenis pakan yang diberikan buat ikan guppy secara adlibitum.

Jenis-jenis Penyakit yg Menyerang Ikan Guppy

Penyakit yang menyerang ikan guppy tidak jauh tidak selaras dengan ikan-ikan hias air tawar lainnya. Penyakit yang biasa menyerang ikan guppy di akuarium merupakan menjadi berikut.

A. Penyakit sukar bernapas

Gejala awal yang timbul dari penyakit sukar bernapas ini adalah guppy bernapas terengah-engah nir teratur, tutup insang terbuka lebar, dan berenang terhuyung-huyung pada bagian atas air. Dapat dipastikan ikan tersebut terjangkit penyakit pada insang.

Bila dicermati menggunakan mikroskop, dalam insang guppy melekat cacing menurut golongan trematoda, yaitu Dactylogyrus sp. Cacing ini terbawa oleh pakan guppy yg kurang bersih. Cara pencegahan pada penyakit ini, yaitu dengan memperhatikan hadiah pakannya. Usahakan pakan yang diberikan sudah sahih-sahih higienis dan higienis. Namun, ikan yang telah terserang penyakit ini segera dilakukan pengobatan. Caranya dengan merendam guppy yang sakit kedalam larutan PK berdosis 0,lima gr / 5 liter air. Perendaman dilakukan selama 5-10 mnt, lalu ikan dipindahkan kedalam air bersih. Setelah itu ikan dimasukan kembali kedalam larutan PK. Pengobatan ini terus dilakukan sampai guppy terlihat sudah bernapas normal.

B. Penyakit Parasit yg disebabkan Oleh Serangan Lernea & Argulus

Lernea dan Argulus termasuk golongan penyakit ekto parasit. Lernea cyiprinacea berbentuk panjang dengan tubuh berwarna kelabu. Bagian ujung tubuhnya terdapat 2 buah sungut yang sebenarnya adalah kantung telur. Sementara Argulus indicus berbentuk bulat misalnya kura-kura, dengan tubuh berwarna hijau transparan. Kedua jenis parasit ini menyerang guppy menggunakan menancapkan kakinya ketubuh ikan, merusak sisik dan kulit, serta menghisap darah ikan. Ikan yang terjangkit menjadi lemah hingga menemui kematian.

Lernea dapat diatasi dengan cara menangkap ikan yang telah terjangkit, kemudian memotong bagian tubuh lernea yg menjorok keluar dengan menggunakan gunting yg tajam. Cara ini akan menyebabkan lernea mati seketika. Sementara buat mengetatasi Argulus jua menggunakan cara menangkap ikan yg telah terjangkit & membuang satu persatu argulus dengan menggunakan pinset. Argulus yang telah terlepas berdasarkan tubuh ikan segera dihancurkan.

Agar ikan yg sudah terselesaikan ditangani tersebut tidak terjangkit penyakit lain, sebaiknya ikan pribadi dimasukkan ke dalam wadah berisi air yang telah diteteskan Blitz Icth atau Tetra Medica Fungistop. Dosisnya sebesar 1 ? 2 tetes / dua liter air.

Tabel Penyakit dan Cara Pengobatan

Selain dari penyakit yg disebut pada atas, masih ada penyakit yg umum menyerang ikan guppy. Untuk lebih jelas mengetahui penyakit ikan guppy & cara pengobatannya bisa ditinjau dalam tabel berikut.

Tabel 1. Parasit yang acapkali menyerang ikan guppy

Tabel 2. Jamur yang acapkali menyerang ikan guppy

Tabel tiga. Bakteri yg tak jarang menyerang ikan guppy

Pengobatan dengan Menggunakan Bahan Alami

Kita sudah mengetahui beserta, bahwa telah banyak ditemukan obat-obatan kimia buat mengobati ikan-ikan yang sakit. Namun, sudah barang tentu bahan-bahan kimia tadi akan menyebabkan dampak samping di lalu hari. Untuk ikan hias bahan-bahan kimia tadi nir terlalu berpengaruh, tetapi sebaliknya buat ikan-ikan konsumsi.

Jika ada bahan alami yang bisa dipakai buat melakukan pengobatan pada ikan yang sakit alangkah baiknya, disamping tidak berbahaya & harganya nir terlalu mahal. Oleh karenanya dalam bahasan ini akan dicoba memakai bahan alami untuk mengobati penyakit ikan guppy. Bahan alami yang digunakan adalah SAMBANG DARAH (Excoecaria cochinnensis Lour).

Sambang darah asal menurut suku Euphorbiaceae. Nama-nama sambang darah ini bhineka tergantung dari wilayah. Mungkin pada Indonesia sambang darah lebih dikenal dngan nama daun remek daging, dan ki sambang.

A. Uraian Tumbuhan

Umumnya, sambang darah ditanam pada perkarangan menjadi pagar hayati atau flora obat, ditanam sebagai tumbuhan hias atau tumbuh liar di hutan. Perdu yg tumbuh tegak ini memiliki tinggi 0.5 ? 1,5 meter, & bercabang Banyak. Sambang darah mudah diperbanyak dengan cara stek batang atau cangkokan.

B. Sifat dan Khasiat

Sambang darah rasanya pedas, sifatnya hangat. Tumbuhan ini memiliki kegunaan membunuh parasit (Parasitisid), menghilangkan gatal (Antipuritik), dan menghentikan pendarahan (Hemostatis).

C. Kandungan Kimia

Tanin, asam behenat, triterpenoid eksokarol, silosterol. Getahnya mengandung resin & senyawa beracun.

D. Bagian yang dipakai buat obat & cara pengobatannya

Bagian tumbuhan yg digunakan sebagai obat merupakan daun, ranting, dan akarnya. Cara pengobatan dengan memakai sambang darah ini yaitu menggunakan merendam ikan yang sakit dengan menggunakan sambang darah yg telah dibuat ekstrak.

? Cara pembuatan ekstrak sambang darah yaitu :

1. Daun dicuci bersih

2. Daun tadi dihaluskan dengan tambahan air sebanya 50 ml buat 250 gr daun sambang darah.

3. Setelah dihaluskan lalu disaring dan diambil air 4. Air yang telah disaring tadi & adalah ekstrak berdasarkan daun sambang darah

? Cara pengobatan

Ikan-ikan yang sakit didipping pada dalam larutan ekstrak daun sambang darah hingga ikan tersebut sembuh. Untuk dosis anugerah ekstrak sambang darah belum diketahui secara niscaya. Tetapi dalam bahasan ini kita akan memberikan takaran ekstrak sambang darah sebesar 0.2 ml / 5 liter air. Ekstrak sambang darah diberikan sinkron takaran setiap hari sampai ikan yg terserang penyakit sahih-sahih sembuh. Namun, dosis dapat berubah bila telah dilakukan penelitian

menggunakan akurat dan ditemukannya takaran yg tepat mengenai pengobatan penyakit ikan guppy menggunakan memakai bahan alami SAMBANG DARAH. Agar ikan guppy yg dipelihara cepat sembuhnya, dapat dipakai ekstrak sambiloto menjadi anti biotik, & menjadi bahan obat untuk menolak agresi penyakit lain. Dosis yang kita berikan sama menggunakan sambang darah.

DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha. S, 2004. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Puspa Swara. Jakarta.

Eka. B dan Sitorus. P, 2003. Menghasilkan Guppy Kualitas Kontes. Penebar Swadaya. Jakarta.

Http://world-aquaculture.Blogspot.Com/2009/11/guppy-awalnya-hidup-pada-rawa-air-payau.Html

Lesmana. S, 2003. Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Ikan Hias. Penebar swadaya. Jakarta.

Susanto. H, 1990. Budidaya Ikan Guppy. Kanesius. Yogyakarta.

Tambunan N.L. & Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Guppy Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Whendrato & Madyana, 1988. Mengenal Ikan Hias Pemeliharaan, Penyakit dan Pengobatan. Eka Offset. Semarang.

#Tag :

Bahan Alat Penangkap Ikan Dari Serat Alami Hewani

Serat hewani (Animalfiber) umumnya sebagian besar  terdiri  dari  protein, yang  secara   langsung dapat digunakan adalah sutra (silk), bulu (hair/fur) atau dikenal dengan nama wool. Serat hewani yang umum diggunakan adalah yang berasal dari bulu.

Ulat Sutera dan Proses Pemintalan
Benang Sutera

Sumber : Materi Bahan Alat Tangkap Ikan, Yusrizal

Semoga Bermanfaat...

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT IKAN GABUS

Daerah rawa banjiran adalah salah satu tipe ekosistem yng produktif bagi perikanan air tawar (welcomme, 1985). Pada perairan rawa banjiran tinggi air (volume air) sangat bervariasi sepanjang tahun, karena ditentukan sang isu terkini hujan. Pada ketika ekspresi dominan kering volume air kecil hanya tinggal pada sungai primer, cekungan-cekungan tanah (lebung) dan danau. Pada saat musim penghujan air meluap menutupi bagian atas tanah bisa mencapai 3-4 meter. Keadaan ini akan menghipnotis sifat hayati & ekologi pada wilayah tersebut. Pada trend kemarauikan tinggal pada cekungan-cekungan tanah (lebung), danau & sungai utama, sedangkan dalam waktu air banjir ikan menyebar keseluruh penjuru perairan. Fungsi vegetasi pada perairan rawa pada waktu air besar menjadi loka mencari kuliner bagi ikan & sebagai loka asuhan dan menjadi tempat buat melekatkan telur bagi ikan-ikan yang sedang memijah, zenit isu terkini pemijahan umumnya terjadi pada awal musim penghujan (Utomo et al, 1992; MRG, 1994).

BIOLOGI IKAN GABUS

Morfologi

Berdasarkan Kottelat et al. (1993), Syafei,et al. (1995); ICLARM (2002), ikan gabus (gambar dibawah ini) di gerombolan ke dalam ordo Pleuronecti formes & famili Channidae memiliki ciri-ciri semua tubuh dan kepala ditutupi sisik sikloid dan stenoid. Bentuk badan hampir undar di bagian depan dan piph tegak ke arah belakang sehingga disebut ikan berkepala ular (snakedhead). Ikan ini sanggup menghirup udara dari sungai atmosfer karena memiliki organ napas tambahan pada bagian atas insangnya. Hal ini juga yg memuat ikan tersebut mampu berkecimpung dalam jarak jauh pada isu terkini kemarau buat mencari sumber air.

Distribusi

Berdasarkan FAO (2002) dan Allington (2002), ikan gabus mempunyai distribusi yg luas dari China hingga India & Srilangka, kemudian India Timur & Philipina, pula Nepal, Burma, Pakistan, Banglades, Singapura, Malaysia & & Jawa). Indonesia (Sumatera, Kalimantan).

Ukuran & Habitat

Menurut Allington (2002), di alam panjang ikan gabus bisa mencapai 1 meter dengan berukuran rata-rata mencapai antara 60-75 centimeter. Panjang larva sekitar tiga,5 mm, pasacalarva sehabis 4 minggu dengan panjang antara 10-20 mm, selesainya 6 minggu ikan mempunyai berukuran 4-5 centimeter.

Ikan gabus merupakan jenis ikan air tawar yg bisa hidup di sungai, danau, kolam, bendungan, rawa, banjiran, sawah bahkan parit & air payau (Syafei et al, 1995; Anonim, 2002). Menurut Le fish Corner (1999); Allington (2002), bahwa ikan gabus sangat toleran terhadap syarat anaerobik, karena mereka memiliki sistim pernapasan tambahan dalam bagian atas insangnya. Berdasarkan Syafei et al. (1995) yg melakukan penelitian perairan generik Jambi, ikan gabus hidup menggunakan kondisi perairan yang mempunyai : pH 6,dua-7,8 & temperatur 26,5-31,5 0C.

Penangkapan

Berdasarkan Prasetyo et al. (1993), indera tangkap yang dipergunakan oleh nelayan pada perairan umum sangat beraneka ragam, cara pengoperasiannya terdapat yang pasif & terdapat yg aktif. Ditambahkan oleh Utomo & Arifin (1991), di DAS musi, penangkapan ikan di daerah rawa atau lebak lebung kebanyakan memakai indera tangkap yang bersifat pasif, sedangkan di sungai merupakan indera tangkap yg bersifat aktif. Menurut Nasution & Rupawan (1997), indera tangkap yang tergolong pasif merupakan empang (barrier and trap), corong (Filtering device), bingkai jika (bamboo pot trap), dan rawai (hooks and line). Alat tangkap yang bersifat aktif adalah jala (cast net), jaring (gillnet) & langgian (scoop net).

Beberapa jenis alat tangkap yang biasa dipakai buat menangkap ikan gabus sang nelayan pada wilayah rawa banjiran dari Samuel et al.(1997), Nasution & Rupawan (1997) merupakan jala, penggilar kawat, bengkirai bilah, tajur, rawai & empang.

Makanan Ikan gabus adalah ikan karnivora dengan kuliner utamanya adalah udang, katak, cacing, serangga dan semua jenis ikan. Menurut Allington (2002), dalam masa larva ikan gabus memakan zooplankton & dalam berukuran fingeling, makanannya berupa seraangga, udang dan ikan mini . Sementara itu menurut Anonim (2002), dalam fase pascalarva ikan gabus memakan makanan yg mempunyai kuantitas yg lebih akbar seperti Daphnia dan Cyclops, sedangkan ikan dewasa akan memakan udang, serangga, katak, cacing dan ikan. Pada penelitian Sinaga et al. (2002) pada sungai Banjiran Jawa Tenga, diketahui kuliner ikan gabus dengan kisaran panjang total antara 5,78-13,4 cm adalah serangga air, rabat hewan air, udang & detritus. Sementara itu dari penelitian Buchar (1998) di danau Sabuah Kalimantan Tengah, kuliner ikan gabus merupakan rabat hewan air, siput air, rotifera & Rhizopoda.

Hubungan Panjang dengan Bobot

Pola pertumbuhan padaikan terdiri atas pertumbuhan isometrik, yaitu pertambahan bobot seimbang menggunakan pertambahan panjang, & pola pertumbuhan allometrik yaitu pertambahan bobot tidak seimbang dengan pertambhan panjang. Berdasarkan output penelitian Kartamihardja (1994), ikan gabus yang diperoleh sebesar 241 ekor menggunakan panjang total berkisar antara 15,dua ? 62,8 cm dan bobot berkisar antara 45 ? 1950 gram. Hubungan panjang dan bobot ikan tersebut mengikuti persamaan W=0,0213L2,743. Pola pertumbuhan ikan gabus pada waduk kedungombo bersifat allometrik (b?3).

Faktor Kondisi

Hile (1936) dalam weatherley (1972), melakukan penelitian dalam populasi ikan cisco (Leucichthys artedi) pada beberapa danau di Amerika Utara, hasilnya mengambarkan bahwa disparitas populai akan berpengaruh terhadap syarat ikan tadi. Sedangkan output penelitian Allen (1951) dalam Weatherley (1972) padaikan Trout di sungai Harokiwi menyatakan bahwa faktor kondisi ikan jua pada pengaruhi sang demam isu, yaitu pada musim panas kondisi ikan Trout lebih baik di bandingkan pada trend lain. Di tambahkan jua oleh Weathersley (1972), yg melakukan penelitian di Tasmania, bahwa kondisi ikan Tench dewasa dengan berukuran 20 ? 30 cm pula di pengaruhi proses pemijahan selain faktor musim.

Pertumbuhan

Dengan pertumbuhan ikan gabus dalam beberapa jenis perairan yang di nyatakan dalam persamaan Von Beartalanffy adalah menjadi berikut : padaa perairan waduk kedungombo jawa tengah yaitu Lt = 66,93 l-e-1,1(t-to) & pada danau Tondano Sulawesi Utara yaitu Lt = 45,7 l - -1,1(t-to) .

Pertumbuhan ikan gabus di danau Tondano lebih rendah di bandingkan pertumbuhan ikan gabus di waduk kedungombo, keadaan tersebut bisa di lihat berdasarkan nilai Loo ikan gabus di waduk kedungombo yang lebih besar yaitu 66,93 centimeter di bandingkan pada danau Tondano yaitu 47,7 centimeter (Kartamihardja, 1994 ; 2000).

Reproduksi

Ikan gabus menciptakan sarang pada lebih kurang tumbuhan air atau pingiran perairan yg dangkal. Sarang ikan gabus menciptakan busa di antara flora air pada periran yg berarus lemah (Syfei et al.,1995; Alington, 2000). Berdasarkan Anonim (2002), di Srilangka ikan gabus pada alam memijah beberapa kali pada setahun, sedangkan pada Philipina ikan gabus bisa memijah setiap bulan. Ditambahkan oleh Allington (2002), ikan gabus dapat memijah dalam umur 9 bulan menggunakan panjang total sekitar 21 centimeter. Musim pemijahan ikan gabus di Thailand antara bulan mei sampai oktober, menggunakan puncaknya pada bulan juli hingga september. Sementara itu menurut duong nhut Long et al.I (2002), yg melakukan penelitian terhadap ikan gabus pada delta Mekong, diperoleh ikan gabus yang matang kelamin lebih dahulu adalah ikan gabus betina. Berdasarkan penelitian Kartamihardja (1994), pada waduk kedungombo Jawa Tengah ikan gabus betina mulai matang kelamin pada berukuran panjang total 16,lima cm.

Umumnya telur-telur yang telah dibuahi akan menetas dalam saat 24 jam (dalam kondisi alami) sedangkan dalam syarat laboratorium atau budidaya telur akan menetas selesainya 48 jam Anonim, 2002). Umumnya induk jantan akan menjaga sarang & telur selama periode inkubasi paling usang 3 hari. Benih ikan akan bergerombol & keliru satu berdasarkan induknya akan menjaga mereka sepanjang waktu (Syafei et al, 1985; Allington, 2002).

Tingkat Kematangan Gonad

Ukuran ikan dalam saat pertama kali matang gonad tidak selalu sama (Effendie, 1979). Menurut Blay dan Egeson (1980), perbedaan ukuran ini terjadi dampak perbedaan syarat ekologis perairan.

Menurut Utomo et al, (1992); Chen (1976), dalam Sinaga et al. (2000), ikan gabus & jenis ikan rawa lainnya melakukan pemijahan pada awal atau pertengahan isu terkini hujan. Berdasarkan Kartamihardja (1994), yang melakukan penelitian di waduk Kedungombo Jawa Tengah pada peroleh indeks kematangan gonad ikan gabus betina meningkat mulai dari 1,16% dalam taraf kematangan I hingga mencapai 4,15% pada taraf kematangan V yang lalu menurun tajam pada tingkat kematangan VI, yang menunjukkan penurunan berat gonad karena terjadinya divestasi telur pada saat memijah.

Fekunditas

Fekunditas merupakan jumlah telur matang dalam ovari yg akan dimuntahkan pada ketika memijah (Hunter et al, 1992). Pertumbuhan bobot dan panjang ikan cendrung meningkat fekunditas secara linier. Sebagai ikan mas (Cyprinus carpio) menggunakan panjang 15 cm mempunyai fekunditas 13512 butir, & panjang 60 cm memiliki fekunditas 2945000 buah (Bardach et al., 1972). Menurut Kartamihardja (1994), yg melakukan penelitian biologi reproduksi populasi ikan gabus di Waduk Kedongombo Jawa Tengah, diperoleh kesimpulan bahwa ikan gabus di wilayah tadi memijah menggunakan perbandingan kelamin jantan & betina 1 : 1. Fekunditas ikan gabus yang dihitung menurut 24 individu dengan kisaran panjang total antara 18,5-50,5 centimeter, kisaran bobot antara 60-1020 g & kisaran bobot gonad antara 2,70-16,02 g berkisar antara 2585-12880 butir. Fekunditas tadi lebih besar berdasarkan homogen-homogen fekunditas ikan gabus yg terdapat di rawa-rawa Pekanbaru Riau yang berkisar antara 1190-11307 buah telur. Hal ini lantaran ukuran ikan yang diteliti di rawa-rawa Pekanbaru lebih mini yaitu antara 165-360 mm dengan bobot antara 35-375 g & bobot gonad antara 0,82-7,84 g.

Diameter Telur

Pengukuran diameter telur dalam gonad yg telah matang bermanfaat buat menganggap frekuensi pemijahan, yaitu menggunakan modus penyebarannya. Telur-telur ikan gabus yang telah dibuahi mengapung pada busa, diameter telur tadi lebih kurang 1,5 mm (Anonim, 2002). Sedangkan berdasarkan Duong Nhut Long et al., (2002) berukuran telur ikan gabus homogen-rata pada TKG IV merupakan antara 0,10-1,6 mm.

Penyiapan Sarana dan Peralatan

Dalam pembuatan kolam pemeliharaan ikan gabus sebaiknya ukurannya nir terlalu luas. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan dan pengawasan. Bentuk dan berukuran kolam pemeliharaan bervariasi, tergantung menurut selera pemilik & lokasinya. Namun sebaiknya bagian dasar dan dinding kolam dibentuk permanen.

Pada minggu ke I samapi ke VI air harus dalam keadaan jernih, kolam bebas menurut pencemaran meupun fitoplankton. Ikan gabus dalam umur 7 ? 9 minggu kejernihan airnya harus dipertahankan. Pada minggu ke 10 air dalam batas-batas tertentu masih diperbolehkan. Kekeruhan membuktikan kadar bahan padat yang melayang dalam air (plankton). Alat buat mengukur kekeruhan air disebut secchi disk.

Prakiraan kekeruhan air dari usia ikan gabus (minggu) sesuai dengan nomor secchi : - Usia 10 ? 15 minggu, nomor secchi = 30 - 50 - Usia 16 ? 19 minggu, nomor secchi = 30 ? 40 - Usia 20 ? 24 minggu, angka secchi = 30

Penyiapan Bibit 1). Menyiapkan Bibit a. Pemilihan Induk b. Syarat induk yg baik c. Induk harus sipa buat memijah d. Perawatan induk ikan gabus e. Pemijahan Pemeliharaan & Pembesaran

1). Pemupukan

a. Sebelum dipakai, kolam terlebiha dahulu dipupuk. Pemupukan bermaksud buat menumbuhkan plankton yg sebagai pakan alami bagi benih ikan gabus.

B. Pupuk yang dipakai merupakan pupuk sangkar (kotoran ayam). Dengan dosis 500 ? 700 gram/m2. Bisa jua ditambah dengan Urea 15 gr/m2, TSP 20 gram/m2, & Amonium Nitrat 15 gr/m2. Selanjutnya dibiarkan selama 3 hari.

C. Kolam diisi balik dengan air segar. Mula-mula 30-50 centimeter dan dibiarkan selamaz 1 minggu hingga rona pada air kolam berubah sebagai agak coklat atau kehijauan yg menunjukkan jasad-jasad renik yg tumbuh sebagai kuliner alami benih ikan gabus.

D. Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih gabus ditebar.

Dua). Pemberian Pakan

Makanan alami yang berupa zooplankton, larva, cacing-cacing dan serangga air. Makanan berupa fitoplankton adalah Gomponema spp (golongan Diatome), anabaena spp (Golongan Cyanophyta), Navicula spp (golongan Diatome). Ikan gabus jua menykai pakan busuk yang berprotein serta kotorang yg berasal berdasarkan kakus.

Makanan tambahan bisa diberikan residu-sia kuliner famili, daun kubis, tulang ikan, tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, & bangkai. Campuran dedak & ikan rucah (9 : 1) atau adonan bekatul, jagung, & bekicot (2 : 1 : 1).

Pakan buatan (pellet) dapat diberikan menggunakan komposisi (% berat) : tepung ikan = 27; bungkil kacang kedelai 20; tepung terigu 10,50; bungkil kacang tanah 18; tepung kacang hijau 9; tepung darah lima; dedak 9; vitamin 1; mineral 0,5. Cara pemberian pakan pellet mulai dikenalkan dalam benih ikan gabus dalam umur 6 minggu & diberikan 10 ? 15 mnt sebelum anugerah makanan yg berbentuk tepung. Pada minggu ke 7 dan seterusnya telah bisa diberikan pakan berpa pellet. Hindarhan hadiah pakan pada saat terik mentari , lantaran suhu suhu tinggi dapat mengurangi nfsu makan ikan gabus.

Jenis Penyakit Penyakit yang acapkali menyerang ikan gabus adalah parasit yg disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa. Tetapi, jenis penyakit yg dibahas dalam buku ini adalah menjadi berikut:

Tabel 1. Jenis penyakit dan penyebabnya

Tabel 2. Penyakit dan tanda-tanda agresi

Pengobatan

Penyakit yang menyerang ikan gabus dapat diobati menggunakan menggunakan bahan kimia & bahan alami. Secara rinci bisa dipandang dalam tabel berikut :

Tabel tiga. Pengobatan dengan memakai bahan kimia

Tabel 4. Pengobatan dengan bahan alami

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2002. Budidaya Ikan Air Tawar. Deputi Manegeristik Bidang Pendayagunaan & Kemasyarakatan IPTEK. Jakarta.

Djuanda, Tatang. 1981. Dunia Ikan. Armico. Bandung.

Http://m.Epetani.Deptan.Go.Id/budidaya/studi-pembuatan-konsentrat-protein-ikan-gabus-1941

http://usahasuksesmandiri.Blogspot.Com/2011/05/budidaya-ternak-ikan-gabus.Html

Sentis Y. Dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Ikan Gabus Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Siswoyo, Pujo. 2004. Tumbuhan Berkhasiat Obat. Absolut. Yogyakarta.

Skripsi output penelitian Mahasiswa IPB tahun 2003.

#Tag :

Bahan Alat Penangkap Ikan Dari Serat Buatan

Serat protesis (man mad fiber) atau dikenal pula dengan serat sintetis. Sintetis merupakan suatu teknologi untuk suatu proses kimia dimana elemen-elemen kimia atau subtansi dasar digabung melalui suatu proses yg rumit sehingga terbentuk produk akhir yg betul-benar baru menggunakan penggunaan yang baru juga.

Serat buatan secara sintetis terbuat dari subtansi dasar seperti phenol, benzene, acetylene, prussic acid, chlorine, oleh karenanya disebut “synthetic fiber”.

Tahapan Pembuatan Serat Sintetis

Klust (173) menjelaskan bahwa tahapan pembuatan serat pada prabrik secara umum melalui 5 tahapan, yaitu :

  1. Penyediaan bahan baku
  2. Pembentukan  macro-molecules yang diperoleh dari  suatu proses kimia
  3. Polymerisasi (polymerization atau polycondensation)
  4. Pengubahan substansi menjadi serat dengan memilin lelehannya
  5. pemintalan serat untuk membentuk benang, sekaligus meningkatkan kekuatan putusnya.

Skema   proses  pembuatan  tali  dari  serat  alami  (hemp) sampai menjadi produk tali (Taito Synthetic Rope).
Skema proses pembuatan tali dari serat alami sampai menjadi produk tali

Skema  proses  pembuatan  tali  dari  sintetis  sampai menjadi produk tali (Taito Synthetic Rope).

Istilah - istilah

  1. Hackling : Proses membuang serat-serat yang keluar dari benang
  2. Silvering : Proses mengubah warna dari coklat kusam menjadi keperak-perakan
  3. Spinning : Proses memilin serat menjadi yarn
  4. Stranding : Proses memintal yarn menjadi twine atau rope
  5. Closing : Proses menggulung rope menjadi coil
  6. Inpection : Proses pengujian kualitas mutu
  7. Product : Hasil akhir berupa rope
  8. Joining : Proses penggabungan sejumlah serat untuk dipilin menjadi yarn
  9. Twisting : Proses pemintalan yarn menjadi strand
  10. Finishing : Proses pemintalan strand menjadi twine untuk pembuatan rope, dan proses penyimpulan pada pembuatan webbing
  11. Heat setting : Proses pendinginan dan pengencangan pintalan pada rope
Mesin pemroses bahan standar dan Mesin pemintal benang

Mesin pembuat tali anyam dan Mesin pembuat webbing grascel

Mesin pembuat webbing yang disimpul dan Proses pengencangan webbing

Contoh kemasan benang jaring

Kemasan benang nilon

Kemasan benang cotton

Kemasan benang PE

Berbagai macam sifat bahan dalam pembuatan BAPI :

  1. Berat jenis yang sesuai
  2. Kecepatan tenggelam
  3. Daya tahan terhadap tarikan
  4. Daya tahan terhadap gesekan
  5. Daya tahan terhadap pembusukan
  6. Elastisitas/kekenyalan
  7. Daya tahan terhadap pengaruh air laut

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA IKAN SEPAT

Meskipun ikan ini tidak begitu terkenal dikalangan warga luas, namun ikan ini relatif dikenal di Indonesia. Meskipun ikan ini merupakan ikan buat konsumsi, akan tetapi pada ukuran mini ikan ini bisa dijadikan menjadi ikan hias, lantaran bentuk tubuh dan warnanya sangat menarik.

Ikan sepat siam adalah ikan orisinil negara Thailand, & hayati pada rawa-rawa. Ikan ini di datangkan ke Indonesia pada tahun 1934 dari semenanjung Malaka.

Sistematika

Ordo : Labyrinthici

Sub Ordo : Anabantoidae

Famili : Anabantidae

Genus : Trichogaster

Species : Trichogaster pectoralis

Ciri-ciri

Badan memanjang, pipih kesamping (compressed), tinggi badan 2,2 sampai 3 kali panjang baku. Sirip punggung mempunyai 7 buah duri & 10-11 jari-jari sirip lemah, sirip dada lebih panjang daripada ketua, ekspresi sangat kecil dan dapat disembulkan.

Jari-jari sirip perut yg pertama mengalami modifikasi menjadi filamen yg panjang mencapai sirip ekor. Linealateralis (1.1.) terdiri menurut 42-47 sisik. Pada wilayah punggung badan hijau kegelapan sedangkan pada bagian badan sebelah sampaing sisik lebih jelas. Pada kepala dan badan masih ada garis-garis yang melintang & dari mata sampai ke ekor terdapat garis memanjang yg terputus. Pada sirip dubur masih ada dua-tiga garis hitam yg memanjang (longitudinal). Panjang ikan maksimum yang bisa dicapai ? 250 mm. Rumus jari-jari sirip menjadi berikut : D.VII. 10-11; A. IX-XII. 33-38; L.1. 55-63.

Sifat-Sifat

Sepat siam merupakan ikan sungai & rawa yang cocok sekali di pelihara di kolam-kolam. Jenis ikan ini bisa hidup dalam perairan yang pH-nya berkisar antara 4 - 9. Jenis ikan ini mudah dibiakkan di sawah dan kolam. Kematangan kelamin mulai terjadi pada umur 7 bulan. Pembiakan terjadi menggunakan terlebih dahulu ikan tadi menciptakan sarang berupa gelembung-gelembung (busa) yang bergaris tengah ? 5 cm. Telur yg didapatkan akan terapung berada dalam sarang tersebut. Seekor induk yg bertelor bisa menghasilkan 7000-8000 butir telor, sedangkan larva yang hidup umumnya tidak lebih menurut 4000 ekor.

Telur berwarna kuning atau putih kekuning-kuningan, mengandung globul minyak sebagai akibatnya memiliki sifat mengapung, & embrio menetas sehabis 36-48 jam dari pembuahan. Kantong kuning telur diserap dalam saat tiga-7 hari. Pemijahan dikolam terjadi sepanjang tahun. Lava dan benih memakan plankton. Ikan-ikan dewasa memakan phytoplankton seperti Bacillariphyceae, Cyanophyceae, plagellata, Zooplankaton seperti Cilliata, Rotifera, Cladocera, Copepoda, Cholorophyceaedan tumbuh-flora tinggi yg membusuk.

Pertumbuhan di kolam dan di sawah mencapai 7-9 centimeter pada waktu tiga bulan, 10-12 cm dalam saat 6 bulan dan 16-18 centimeter dalam waktu 12 bulan. Berat ikan yg besar antara 130-160 gr. Pemeliharaan yg baik merupakan pada wilayah-daerah ketinggian hingga 800 meter dpl.

Penyebaran Tempat dari ikan sepat siam adalah Thailand. Indonesian mendatangkan ikan ini dalam tahun 1934 dari semenanjung Malaka. Kemudian jenis ikan ini karena tempat asli asalnya adalah rawa-rawa, ditebarkan juga didaerah rawa-rawa diperairan Sumatera, Kalimantan & Sulawesi. Di Sumatera Selatan ikan ini berbiak menggunakan cepatnya dan kini jenis ikan ini merupakan ikan penting yg mendominasi wilayah rawa. Hasil penangkapan suatu perairan generik pada sumatera selatan, 60% adalah sepat siam. Jenis ikan ini ditangkap dengan macam-macam indera seperti pangilar (homogen perangkap) dibentuk dari dawai atau rotan, pukat (gill net) dan empang - lulung terbuat dari bambu menggunakan rotan sebagai pengikatnya. Demikian pula halnya pada perairan Kalimantan, jenis ikan ini mempunyai peranan penting. Jenis ikan ini telah dibawa jua ke Bali, Lombok, Flores & Ambon. Pada biasanya jenis ikan ini diolah sebagai ikan asin yang diekspor ke Jawa.

Pemeliharaan ikan sepat siam pada kolam-kolam di Jawa kurang popular, meskipun pada daerah daratan rendah poly pula yang memelihara.

Pemeliharaan

Pemeliharaan ikan sepat siam dilakukan di kolam atau di sawah, terutama di wilayah-daerah dataran rendah atau pada rawa-rawa yang pH-nya sedikit asam atau pada kolam-kolam tergenang tanpa adanya aliran air sehingga zat asam minimal. Ikan sepat siam adalah ikan yg mempunyai indera labyrinth sehingga kekurangan zat asam nir adalah kasus akbar.

Di Kalimantan Selatan pemeliharaan sepat siam dilakukan dalam beje-beje yg dibuat di sawah atau di rawa berupa saluran-saluran ukuran lebar ? 2 m dan tinggi 1 - 1,5 m sedangkan panjangnya nir tertentu. Saluran ini dalam ekspresi dominan hujan tergenang air apabila air hujan turun pada demam isu kemarau maka ikan akan berkumpul dan dapat dilakukan penangkapan dengan gampang.

Pemeliharaan ikan sepat siam pada sawah umumnya dikombinasikan dengan ikan jenis lain atau poli kultur. Pada pemeliharaan pada sawah usahakan saluran pinggir atau saluran tengah diperdalam, supaya plankton yg dihasilkan cukup tersedia.

Perkembangbiakan

Untuk membiakan jenis ikan ini nir diharapkan perlakuan spesifik seperti pada halnya ikan-ikan mas, tawes atau gurame. Ikan sepat dapat berbiak di kolam pemeliharaan menggunakan sendirinya. Tumbuh-tanaman air misalnya Hydrilla persicillata & air yang relatif zat asam diharapkan.

Kolam pemijahan hendaknya agak pada yaitu lebih kurang 70 - 100 cm, dan pada waktu pemijahan terjadi kolam hendaknya berair membisu sehingga pemasukan air relatif buat mengubah air yang hilang lantaran penguapan atau merembes. Tumbuh-flora air yg mengapung baik sekali disediakan buat menutup sebagian kecil bagian atas saja. Pada waktu pemijahan maka ikan jantan akan menciptakan sarang terlebih dahulu.

Pembuatan sarang dilakukan selama 1 - dua hari. Gelembung - gelembung udara (buih) yang membangun sarang tersebut bergaris tengah 1,5 - tiga mm. Pada waktu pembuatan sarang tersebut ikan - ikan lain nir diperkenankan mendekat. Jika terdapat ikan yg mendekat maka akan dikejarnya sebagai akibatnya keluar dari daerah territorial tempat sarang dibuat. Sarang biasa dibentuk dari bagian tepi atau pada sudut - sudut. Setelah sarang siap maka ikan jantan memikat betina & pemijahan terjadi pada bawah sarang.

Telur yg sudah dibuahi tersebut mengapung sampai mencapai sarang tersebut. Telur menetas selesainya 2 - 3 hari. Telur kemudian dijaga oleh jantan, terutama dari gangguan-gangguan lain yg mendekat.

Untuk mengembangbiakkan ikan sepat siam ini sebaiknya kolam dipersiapkan menggunakan pengeringan, pemupukan dan sebagainya, agar hama benih dapat hilang dan benih cukup menerima makanan terutama makanan alami (Zooplankton).

PENANGANAN PENYAKIT

DAFTAR PUSTAKA

Azis D.A. & Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Sepat Siam Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Daelami, Deden A.S. 2002. ?Agar Ikan Sehat? Jakarta: Penebar Swadaya.

Dalimartha, S. 2004. ?Atlas Tumbuhan Obat Indonesia?, Anggota IKAPI, Puspita Swara.

Suyanto, S. Rachmatun. 1995. ?Parasit Ikan & Cara-cara Pemberantasannya?. Jakarta: Yayasan Sosial Tani Membangun.

#Tag :

Bahan Alat Penangkap Ikan Dari Serat Alami Mineral

Serat mineral terbentuk secara alami, baik menjadi serat maupun modifikasi berdasarkan mineral. Serat mineral bisa mengkategorikan menjadi berikut :

  1. Asbestos : Satu-satunya serat mineral yang terbentuk secara alami.  Jenisnya adalah serpentine (chrysotile), amphiboles (amosite, crocidolite, tremolite, actinolite, dan anthophyllite).
  2. Serat keramik (Ceramic fibers) : Glass fibers (Glass wool dan Quartz), aluminum oxide, silicon carbide, dan boron carbide.
  3. Serat metal (Metal fibers): Aluminum fibers

Sumber : Materi Bahan Alat Tangkap Ikan, Yusrizal

Semoga Bermanfaat...

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT IKAN GURAME

Permintaan ikan gurame berdasarkan tahun ke tahunnya terus meningkkat baik pada bentuk benih juga dalam bentuk berukuran konsumsi. Sebagai model mini , pada tahun 2001 kebutuhan benih gurame umur 12 hari pada Tasikmalaya mencapai 500.000 ? 1.000.000 ekor/bulan (Khairuman, 2003).

Dengan melihat data di atas, maka buat menaikkan produksi ikan gurame agar bisa memenuhi permintaan yang terus meningkat, maka yang wajib diperhatikan galat satunya merupakan tentang kesehatan ikan, lantaran keliru satu penghambat pada proses peningkatan produksi adalah hama dan penyakit, bahkan ada pendapat bahwa apabila ikan sehat maka produksi akan semakin tinggi.

Klasifikasi

Dalam daftar klasifikasi, Gurame termasuk dalam bansa Labirinthici & suku Anabantidae. Klasifikasi Gurame secra lengkap merupakan sebagai berikut :

? Filum : Chordata

? Subfilum : Vertebrata

? Kelas : Pisces

? Ordo : Labyrinthici

? Famili : Anabantidae

? Genus : Osphronemus

? Spesies : Osphronemus gouramy, Lac

Morfologi

Gurame memiliki bentuk badan agak panjang, pipih, & tertutup sisik yang ukuran akbar, terlihat kasar, serta bertenaga. Punggungnya tinggi & mempunyai sirip perut dengan jari-jari yag sudah berubah menjadi indera peraba.

Bagian kepala Gurame ujda berbentuk lancip, dan akan menjadi tumpul jika telah besar .Ikan Gurame memiliki lisan yang mini , dengan bibir bawah menonjol sedikt dibandingkan bibir atas dan bisa disembulkan.

Badan Gurame dalam umumnya berwarna biru kehitaman dan bagian perut berwarna putih. Jari-jari pertama sirip erut merupakan benang panjang yang berfungsi menjadi indera peraba. Ujung sirip punggung dan sirip dubur bisa mencapai pangkal ekor. Sirip ekor berbentuk busur, pada dasar sirip dada dalam Gurame betina terdapat indikasi berupa sebuah bulat hitam.

Penyebaran

Ikan gurame adalah ikan asli perairan Indonesia. Meskipun demikian, ada jua literature yang mengungkapkan bahawa Gurame merup[akn ikan asli perairan Asia Tenggara. Hal ini menggunakan ditemukannya ikan ini selain di Indonesia, yakni pada perairan Thailand dan Malayasia.

Dari literature disebutkan bahwa tahun 1808 ikan ini telah ditulis orang. Dalam itu, ikan Gurame asal menurut kepulauan sunda besar , selanjutnya disebarkan ke pulau lainnya, yakni ke Tornado pada sulawesi utara, ke Madurdan ke Filipina yaitu lebih kurang tahun 1916 bahkan gurame juga sudah menyebar ke arah utara seperti sri Langka, India, dan Cina.

Di Indonesia, ikan Gurame poly ditemukan di pulau sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Di alamnya, ikan Gurame merujpakan penghuni asli perairan yg tenang, seperti rawa, danau, situ, atau perairan tergenang lainnya.

Pemilihan Induk

Untuk membuat benih yang berkualitas, induk Gurame harus asal berdasarkan populasi Gurame yg sehat, tidak stigma, beranjak aktif atau lincah. Untuk membedakan induk Gurame jantan & betina, dapat dikenali menurut cirri-ciri fisik seperti ini dia :

Tabel 1.

Persiapan Kolam Pemijahan

Sebelum digunakn, kolam pemijahan sebaiknya sebaiknya dipersiapkan terlebih dulu sebaik mungkin. Persiapankolam meliputi :

Pengeringan Kolam

Pengeringan kolam pemijahan dilakukan selama 2-tiga hari. Tujuan berdasarkan pengeringan kolam adalah buat membunuh hama dan sumber penyakit serta menghilangkan nitrit yg berada pada dasar kolam serta buat memberikan suasana baru yaitu tanah yg sudah dikeringkan akan menimbulkan bau khas dalam waktu diisi air yg akan merangsang Gurame buat memijah. Setelah kolam dikeringkan, kolam tersebut siap diisi air denga kualitasyang baik yaitu tidak berwarna, jernih, tidak berwarna & terbebas menurut hama dan bibit penyakit.

Pemasanngan Sarang

Kolampemijahan yg sudah terisi air, kemudian dibiarkan minimum 4 hari. Selama itu, dilakukan pemasangan kerangka sarang yang berupa sosog sebagai loka buat meletakan bahan pembentuk sarang. Kerangka sarang diletakan pada tengah & di pingir-pinggir kolam. Sedangkan bahan pembentuk sarang yang berupa ijuk diletakan di kolam sebelum induk dimasukan ke kolam.

Bahang sarang diletakan di tengah atau pada pinggir-pinggir kolam. Semakin banyak bahan pembentuk sarang maka akan semakin baik.

Penebaran Induk

Induk Gurame yg telah matang gonad & siap buat memijah bisa segera dipindahkan ke kolam pemijahan. Pemindahan induk harus dilakukan secar hati-hatiagar induk nir tertekan.

Penebaran induk sebaiknya dilakukan dalam pagi atau sore hari. Perbandingan antara induk jantan dan betina yang akan dipijahkan yaitu 1:3 (satu jantan & tiga betina.

Pemijahan

Seminggu sesudah dilepaskan ke kolam pemijahan, induk jantan telah selesai menyiapkan satu sarang. Setelah itu induk jantan akan mondar-mandir yg bertujuan buat menarik perhatian induk betina.

Proses pemijahan ini terjadi pada depan lisan sarang dan umumnya terjadi kurang lebih dua hari sesudah sarang dibentuk. Sementara itu, proses pembuahan akan berlangsung pada dalam sarang. Selam proses pemijahan ini tercium bau amis diserati keluarnya bintik-bintik dipermukaan air lebih kurang sarang. Hal ini menunjukan bahwa proses pemijahan telah berhasil.

Penetasan Telur

Setelah proses pemijahan berlangsung telur ikan gurame akan menetas sekitar 30-36 jam. Penetasn telur ikan gurame sanggup dilakukan pada akuarium atau bak, di kolam pemijahan, pemijahan pada sawah & lain-lain.

Pemeliharaan Benih Benih Gurame bisa dielihara di aquarium, bak kayu yang dilapisi plastic, bak tembok atau ditebar pribadi ke kolam pendederan. Pemeliharaan benih pada wadah terkomtrol wajib dilengkapi menggunakan aerasi buat suplai oksigen & terhindar kontak eksklusif menggunakan hujan.

Pakan awal berupa cacing rambut, Daphnia sp, Moina sp, atau asal protein lainnya. Bahan-bahan botani bisa mulai diberikan selesainya larva berumur 36-40 hari. Sedangkan pakan buatan (pelet) bisa diberikan dengan menyesuaikan bukaan mulutnya.

Lama pemeliharaan & benih yang dihasilkan antara lain : benih berumur 40 hari bisa mencapai berukuran 1-dua cm (setara berukuran kuku). Benih berumur 80 hari dapat mencapai berukuran dua-4 centimeter (setara berukuran jempol). Benih berumur 120 hari bisa mencapai berukuran 4-6 centimeter (setar berukuran silet). Dan benih berumur 16 hari dapt mencapi berukuran 6-8 centimeter (setar berukuran korek api di masyarakat).

Masalah hama dan penyakit dalam budidaya ikan Gurame merupakn hambatan yg berfokus, karena dapat menyebabkan taraf kematian yg tinggi yang nantinya akan mengakibatkan produksi ikan Gurame akan menurun, terutama pada fase benih.

Berikut ini merupakan penyakit yg sering menyerang ikan Gurame :

1. White Spot

Penyakit ini acapkali dianggap juga penyakit ich. Penyakit ini ditimbulkan oleh Ichtyopthirius multifiliis. Parasit ini menyerang ikan dalam bagian sirip punggung & sisiknya.

Ikan yg terserang oleh parasit ini terlihat misalnya bintik-bintik putih pada bagian-bagian sirip atau sisik.

Parasit ini sering menyerang dalam waktu ikan mengalami stres & dalam waktu daya tahan tubuhnya menurun. Terutama pada ketika suhu air rendah, parasit ini menyerang secara sporadis.

Dua. Dactylogyrus & Gyrodactylus

Parasit Dactylogyrus dan Gyrodactylus termasuk famili cacing (Monogenea ). Kedua jenis cacing ini berbentuk bulat memanjang dan pada ujung tubuhnya terdapat indera penempel & verbal penghisap. Dactylogyrus menyerang insang sedangkan Gyrodactylus menyerang tubuh dan sirip

Gejala klinis ikan gurame yang terjangkit penyakit ini adalah ikan sebagai lemah, kurang napsu makan, & mengap-mengap seperti kekurangan oksigen.

Tiga. Aeromonas hydrophila

Bakteri Aeromonas hydrophila ini bersifat pathogen yang bisa menyebabkan penyakit sistematik dan bisa menyebabkan kematian iakan secara masal. Bakteri ini berbentuk btg pendek ukuran 2-3 mikron & bersifat gram neganif. Bakteri ini menginfeksi luka & mengakibatkan 80-100 % sesudah satu minggu ikan gurame terinfeksi. Selain dalam luka, bakteri ini dapat ditemukan jua di hati & ginjal ikan gurame.

Ikan gurame yg terserang penyakit ini akan memberitahuakn tanda-tanda misalnya masih ada luka infeksi pada bagian tubuh ikan, sisik terkuak, perut busung, lemah, & tak jarang berada dipermukaan air dan dasar kolam.

4. Argulus sp.

Argulus sp atau yang lebih dikenal menggunakan kutu ikan air ini termasuk keluarga udang renik menggunakan badang yg berbentuk bulat pipih. Kutu air ini menyerang kulit & insang ikan lalu mengisap darahnya. Telur argulus ditempelkan pada benda-benda dan tanaman pada air. Setelah menetas, kutu air ini akan berenang mencari mangsa atau inang yg baru.

Gejala ikan yg terjangkit penyakit ini adalah pada kulitdan insang ikan tanpak adanya kutu yang melekat bertenaga & terjadinya pendarahan pada bekas gigitan.

Lima. Tricodina sp

Parasit ini termasuk protozoa yg bertbentuk bult dan mempunyai bulu getar. Gejala klinis ikan yg terjangkit parasit ini merupakan ikan terlihat lemah, warn tubuh pucat dan acapkali menggosokan tubuhnya pada substrat, dinding, atau dasar kolam.

6. Saprolegnia

Saprolegnia merupakan fungi yg tumbuh pada tubuh ikan. Jamur-jamur ini tumbuh, sebagian besar karena adanya luka yg terdapat dalam ikan dan luka terrsebut nir ditanggulangi sebagai akibatnya tumbuhlah jamur-jamur saprolegnia ini.

Berikut ini adalah tabel beberapa penyakit yang acapkali menyerang ikan gurame & cara pengendaliannya :

Tabel dua

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan A. & Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Gurame Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Harmanto, Ning. Menggempur Penyakit Hewan Kesayangan dengan Mahkota Dewa, Jakarta : Penebar Swadaya, 2004.

Jangkaru, Z. Memacu Pertumbuhan Gurame, Jakarta : Penebar Swadaya, 2003. Khairuman dan Khairul Amri. Pembenihan Dan Pembesaran Gurame Secar Intensif, Jakarta : Agromedia Pustaka, 2003.

Sendjaja, Julius Tirta. Usaha Pembenihan Gurame, Jakarta : Penerbit Swadaya,2002.

#Tag :