Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Ciri - Ciri Ikan Segar dan Ikan Busuk

Ikan merupakan salah satu kuliner yang cepat rusak, lantaran kandungan protein yg sangat tinggi mengakibatkan bau busuk yg menyengat. Untuk keperluan konsumsi disarankan buat memilih ikan benar-sahih segar, di samping cita rasanya akan lebih baik, kandungan proteinnya pun lebih cantik. Banyak orang yg belum bisa membeakan antara ikan yg segar dan ikan busuk.

Berikut perbedaan antara ikan segar & ikan busuk:

1. Mata

dua. Insang

3. Warna

4. Bau

lima. Daging

6. Sisik

7. Dinding Perut

8. Keadaan Tubuh

Sumber : Modul Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan

Semoga Bermanfaat...

KKP KEMBANGKAN BUDIDAYA IKAN LEPAS PANTAI DI TAHUN 2017

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) merencanakan pembangunan budidaya ikan dengan metode keramba jaring apung (KJA) lepas pantai (KJA Offshore) tahun 2017 di 3 lokasi yakni Karimun Jawa provinsi Jawa Tengah, Pantai selatan Jawa dan Sabang Provinsi Aceh.

Dalam warta pers yg diberikan sang Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto di Jakarta, Selasa (08/11), disampaikan bahwa pembangunan KJA Offshore ini bertujuan buat menaikkan pemanfaatan potensi huma budidaya bahari di Indonesia, dimana diketahui bahwa potensi yg tergarap baru dua % atau lebih kurang 281 ribu ha menurut total potensi budidaya laut sebesar 12,08 ha.

Dijelaskan oleh Slamet, bahwa ada tujuh manfaat pembangunan KJA Offshore, yaitu adalah untuk meningkatkan pemanfaatan lahan, meningkatkan produksi ikan budidaya, diseminasi teknologi budidaya ikan modern lepas pantai kepada masyarakat, memberikan peluang usaha baru bagi masyarakat melalui segmentasi usaha dalam melakukan penggelondongan benih ikan kakap putih dari ukuran 10 gram menjadi ukuran 100 gram per ekor (siap tebar),  pemanfaatan tambak-tambak idle untuk usaha pengglondongan benih, dan penyerapan tenaga kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat.

KJA Offshore memiliki 8 lubang per-unit dan dapat menghasilkan 568 ton kakap putih ukuran konsumsi. Dimana dibutuhkan benih ikan kakap putih ukuran 100 gr sebanyak 1,2 juta ekor. Untuk memenuhi kebutuhan benih gelondongan sebanyak itu, jika dilakukan di tambak akan diperlukan tambak seluas 290 Ha. Dan apabila satu hektar dikelola oleh lima orang, maka penyerapan tenaga kerja yang akan dihasilkan adalah sebanyak 1.450 orang. Efek positif dari pembangunan  KJA offshore ini cukup banyak, termasuk meningkatkan perekonomian daerah , dan mendorong terciptanya industri budidaya ikan secara berkelanjutan ugkap Slamet.

Slamet menambahkan bahwa ketika ini telah mulai proses identifikasi lokasi khusus, penjajakan proses pengadaan barang & prosedur pengelolaan. "Lantaran ini sistemnya wajib melalui mekanisme pengadaan barang/jasa sinkron dengan Peraturan Presiden. Jadi perlu kehati-hatian, agar seluruh nya dapat berjalan lancar. Kemudian, proses pengiriman dan pemasangan yg memerlukan saat kurang lebih 8 bulan, maka harus dimulai dalam akhir tahun 2016 ini. Ke depan, buat operasionalisasi akan dikerjasamakan dengan BUMN yang beranjak dibidang perikanan" , jelas Slamet.

Berdasar data statistik perikanan budidaya, data sementara produksi ikan kakap putih pada tahun 2015 mencapai 5,082 ton. Diharapkan dengan adanya KJA Offshore ini dapat memberikan kontribusi produksi yang cukup signifikan lebih dari tahun-tahun sebelumnya. “Apabila satu unit KJA Offshore dengan delapan lubang dalam satu siklus dapat menghasilkan 568 ton, maka dari tiga unit KJA offshore akan memberikan kontribusi produksi sebesar 1.600 ton. Kita harapkan dengan adanya pembangunan KJA offshore ini, akan mendorong munculnya industri perikanan yang maju dan terintegrasi dengan tetap mengedepankan keberlanjutan dan keberpihakan kepada masyarakat.

Sumber:

http://www.Djpb.Kkp.Go.Id/arsip/c/470/KKP-KEMBANGKAN-BUDIDAYA-IKAN-LEPAS-PANTAI-DI-TAHUN-2017/?Category_id=9

#Tag :

Faktor Yang Mempengaruhi Pembusukan Ikan

Dalam setiap operasi penangkapan, ikan yg tertangkap harus diperlakukan dengan sebaik-baiknya, lantaran perlakuan ini merupakan langkah pertama yg sangat menentukan mutu ikan pada proses berikutnya.

Ikan yg ditangkap akan segera membusuk, kecepatan pembusukan ditentukan oleh beberapa faktor berikut:

  1. Cara Penangkapan : Ikan yang tertangkap dengan playing, pole & line, trawl akan lebih baik keadaanya bila dibandingkan dengan yang ditangkap dengan gill net, long line, dan sebagainya.
  2. Reaksi ikan menghadapi kematian : Ikan – ikan yang keras menghabiskan banyak tenaganya dalam menghadapi kematiannya, lebih cepat busuk daripada ikan yang mati dengan tenang  atau cepat.
  3. Jenis dan ukuran ikan : a) Kecepatan pembusukan berbeda pada setiap jenis ikan, karena perbedaan komposisi kimianya. b) Ikan yang berukuran kecil cepat membusuk dari pada ikan yang berukuran besar.
  4. Keadaan fisik sebelum ditangkap : a) Ikan yang sangat kenyang akan makanan saat ditangkap, perut dan dinding perutnya segera diurai oleh enzym isi perut dan akan mengakibatkan perubahan warna. b) Ikan yang kondisi physiknya lemah, misalnya ikan yang sakit, lapar atau habis bertelur, akanlebih membusuk.
  5. Keadaan Cuaca : Udara yang panas, suhu air yang tinggi, laut yang banyak gelombang, akan mempercepat pembusukan.
  6. Cara penanganan dan penyimpanan : Jika ikan dalam keadaan rigor diperlakukan dengan kasar, misalnya ditumpuk terlalu banyak, terinjak, terlempar, dan sebagainya, proses pembusukannya akan berlangsung lebih cepat. Pembusukan dapat dicegah atau diperlambat jika ikan disiangi dan disimpan pada suhu yang cukup rendah.

Penurunan Mutu Ikan Oleh Pengaruh Fisik

Penurunan mutu ikan juga dapat terjadi oleh pengaruh fisik. Misal kerusakan oleh alat tangkap waktu ikan berada di dek, di atas kapal dan selama ikan disimpan di palka. Kerusakan yang dialami ikan secara fisik ini disebabkan karena penanganan yang kurang baik. Sehingga menyebabkan luka-luka pada badan ikan dan ikan menjadi lembek. Hal-hal ini dapat disebabkan karena :

  • Terlalu lamanya ikan  berada dalam  jaring, misal dalam jaring trawl, penarikan trawl terlalu lama. Kondisi ini dapat menyebabkan kepala atau ekor menjadi luka atau patah.
  • Pemakaian alat, semisal ganco atau sekop terlalu kasar, sehingga melukai badan ikan dan ikan dapat mengalami pendarahan.
  • Penyimpanan dalam palka terlalu lama.
  • Penanganan yang ceroboh sewaktu penyiangan, mengambil ikan dari jaring, sewaktu memasukkan ikan dalam palka, dan membongkar ikan dari palka.
  • Daging ikan juga akan lebih cepat menjadi lembek, bila kena sinar matahari.

Sumber : Materi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan

Semoga Bermanfaat...

LARANGAN MENERIMA GRATIFIKASI DAN MELAKUKAN PUNGUTAN LIAR DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Sumber:

Http://www.Bpsdmkp.Kkp.Go.Id/index.Php/detail/170104-105554-larangan-menerima-gratifikasi-dan-melakukan-pungutan-liar#

Info BPSDMP KP (4/1) - Surat Edaran Sekretaris Jenderal Nomor : 1587/SJ/XII/2016 tanggal 23 Desember 2016 tentang Larangan Menerima Gratifikasi dan Melakukan Pungutan Liar di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan. - See more at: Http://www.Bpsdmkp.Kkp.Go.Id/index.Php/detail/170104-105554-larangan-menerima-gratifikasi-dan-melakukan-pungutan-liar#sthash.4EV8xh3o.dpuf

Info BPSDMP KP (4/1) - Surat Edaran Sekretaris Jenderal Nomor : 1587/SJ/XII/2016 tanggal 23 Desember 2016 tentang Larangan Menerima Gratifikasi dan Melakukan Pungutan Liar di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan. - See more at: Http://www.Bpsdmkp.Kkp.Go.Id/index.Php/detail/170104-105554-larangan-menerima-gratifikasi-dan-melakukan-pungutan-liar#sthash.4EV8xh3o.dpuf

Info BPSDMP KP (4/1) - Surat Edaran Sekretaris Jenderal Nomor : 1587/SJ/XII/2016 tanggal 23 Desember 2016 tentang Larangan Menerima Gratifikasi dan Melakukan Pungutan Liar di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan. - See more at: Http://www.Bpsdmkp.Kkp.Go.Id/index.Php/detail/170104-105554-larangan-menerima-gratifikasi-dan-melakukan-pungutan-liar#sthash.4EV8xh3o.dpuf

#Tag :

Pengawetan Ikan Dengan Suhu Rendah : Pendinginan

Yang menjadi dasar menurut pengawetan menggunakan memakai suhu rendah adalah bahwa dalam suhu tadi mikro organisme nir dapat tumbuh atau tidak bisa berkembang (bacteristatic) & reaksi enzimatis dan reaksi kimiawi yang mengakibatkan kerusakan atau pembusukan bisa dihambat.

Meskipun pada suhu rendah dapat menghambat proses metabolisme mikro organisme, namun hal ini tidak berarti bahwa pada suhu rendah dapat mematikan seluruh mikro organisme. Jadi tujuan dari pengawetan dengan suhu rendah adalah dapat memperpanjang daya awet dengan memperhatikan faktor-faktor suhu yang digunakan, kualitas bahan baku, perlakuan pendahuluan, dari cara dan metode penggunaan suhu rendah yang diterapkan
Pengawetan ikan melalui pendinginan

Pendinginan dapat dipergunakan sebagai metode pengawetan ikan. Ikan bisa diawet selama 12 ? 13 hari jika didinginkan dengan cara & kondisi yg baik, namun dalam umumnya lebih kurang 7 ? 12 hari. Daya awet yg pendek ini mengakibatkan pendinginan hanya dipergunakan buat pengangkutan jeda pendek dan kapal penangkap yang beroperasi tidak terlalu jauh.

Dengan pendinginan bakteri nir dapat dibunuh. Mereka masih hidup tetapi sebagian tidak bisa bekerja aktif. Jadi pendinginan bertujuan buat merusak aktifitas bakteri sehingga bisa mengawetkan sifat-sifat orisinil ikan (rasa, bau, aroma) menurut setiap jenis ikan.

Pada prinsipnya pendinginan ikan merupakan menurunkan suhu pusat (thermal) ikan sebagai 0? C & mempertahankan pada suhu tadi selama penyimpanan dan distribusi. Pendinginan ikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :

  1. Pendinginan dengan es ;lihat
  2. Pendinginan dengan udara dingin ;lihat
  3. Pendinginan dengan air yang didinginkan ;lihat

Sumber : Modul Teknologi Hasil Perikanan

Semoga Bermanfaat...

Induk Ikan Gurami (Osphronemus goramy, Lac) Kelas Induk Pokok (Ringkasan SNI 01-6485.1-2000)

BATASAN

Standar  ini menetapkan  klasifikasi,  persyaratan kualitatif dan kuantitati, cara pengukuran serta pemeriksaan  induk ikan gurami kelas induk pokok. Ikan gurami merupakan ikan asli Indonesia yang menyebar ke wilayah Asia Tenggara. Termasuk famili Osphronemidae, memijah sepanjang tahun, memiliki alat pernapasan tambahan labirin, sampai umur 40 hari merupakan ikan karnivor dan setelah itu berubah menjadi herbivor.

PERSYARATAN

Kualitatif

1)   Asal  : hasil pembesaran benih sebar dari induk ikan kelas induk dasar.

2)   Warna badan : kecoklatan dan bagian perut berwarna putih keperakan atau kekuningkuningan.

3)   Bentuk tubuh : pipih vertikal.

4)   Kesehatan : anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan tidak ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh bebas dari jasad patogen, insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan tidak berlumut, tutup insang normal dan tubuh berlendir.

Kuantitatif

Persyaratan kuantitatif seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Persyaratan kuantitatif sifat reproduksi

CARA PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN

1)   Umur : dihitung sejak telur menetas.

2)   Kematangan gonad : a) ikan jantan : dilihat  dari tingkah lakunya berpasangan dengan betina mulai  menyusun sarang; b) ikan betina : dengan meraba perut yang membesar, lunak dan di kolam pemijahan berpasangan dengan jantan menyusun sarang.

3)   Diameter telur :  ambil 30 butir telur, ukur diameternya dengan mikroskop yang dilengkapi mikrometer.

4)   Panjang standar, panjang kepala dan tinggi badan : a) panjang standar : dengan mengukur jarak antara ujung mulut sampai dengan pangkal ekor (cm); b) panjang  kepala : dengan mengukur jarak antara ujung mulut sampai dengan ujung tengkorak bagian belakang (cm); c) tinggi badan : dengan mengukur garis tegak lurus dari dasar perut sampai ke punggung dengan mistar atau jangka sorong (cm).

5)   Bobot badan : dengan menimbang ikan per individu (kg).

6)   Memeriksa kesehatan : a) pengambilan contoh : secara acak 1 % dari populasi, maksimal 10 ekor; b) pengamatan visual : untuk memeriksa gejala penyakit dan kesempurnaan morfologi ikan; c) pengamatan mikroskopik : untuk memeriksa jasad patogen (parasit, jamur, virus dan bakteri) di laboratorium uji.

7)   Kemurnian ikan : dengan pengambilan contoh darah/jaringan ikan untuk pengujian di laboratorium uji  Induk ikan gurami.

REFERENSI

BSN, 2000. SNI 01-6485.1-2000 Induk Ikan Gurami (Osphronemus goramy, Lac)  Kelas Induk Pokok (parent stock). Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Pendinginan Ikan Dengan Es

Es merupakan medium pendingin yg paling baik. Dengan menaruh es yg relatif pada ikan, akan bisa menurunkan suhu ikan hingga kurang lebih 0? C. Pada suhu tadi kegiatan bakteri dan enzim dapat dihambat.

Jenis es yg digunakan :

  1. Es balok
    Es Balok
  2. Es tabung (tube ice)

Es Tabung

  • Es curai (flake ice)
    Es Curai
  • Beberapa kelebihan pendinginan dengan es :

    1. Es mempunyai daya mendinginkan yang besar
    2. Es tidak merusak ikan dan tidak membahayakan bagi yang memakannya
    3. Harganya murah dan mudah dibawa
    4. Sentuhan dengan es senantiasa dingin, basah dan cemerlang
    5. Es adalah thermostatnya sendiri artinya es dapat memelihara dan mengatur suhu ikan sekitar suhu es mencair 0ยบ C.
    6. Air lelehan es membasahi permukaan ikan sambil menghanyutkan lendir, sisa darah dan kotoran lainnya.

    Sumber : Modul Teknologi Hasil Perikanan

    Semoga Bermanfaat...

    Produksi Benih Ikan Gurami (Osphronemus goramy, Lac) Kelas Pembesaran di Kolam (Ringkasan SNI 01-7241-2006)

    BATASAN

    Standar  ini menetapkan persyaratan produksi dan tata cara pemeriksaan produksi ikan gurami kelas pembesaran di kolam. Pembesaran ikan gurami merupakan rangkaian kegiatan pra produksi, proses produksi, dan pemanenan untuk menghasilkan ikan gurami ukuran konsumsi yang telah mencapai 500 - 750 g/ekor.

    PERSYARATAN PRODUKSI

    Pra produksi

    1)   Lokasi : a). bebas banjir dan pencemaran, sesuai RUTR/RUTW; b). tanah liat berpasir; c). ketinggian lahan 1 - 400 m di atas permukaan laut.

    2)   Sumber air : tidak tercemar (fisika, kimia dan biologi dari alam, industri, pemukiman, dan pertanian) dan berasal dari saluran irigasi atau air tanah (air permukaan).

    3)   Wadah : berupa kolam (tanah, tembok, dan plastik) dengan luas 200 - 500 m2, kedalaman 120 - 150 cm dan kemiringan dasar kolam ke arah pengeluaran 1 - 2 %.

    4)   Bahan : pakan buatan kandungan protein 20 - 26 % sesuai SNI 01-2354.4-2005, dan pakan hijauan (antara lain daun talas  dan kangkung), kapur tohor dan garam, obatobatan dan bahan kimia (desinfektan atau probiotik yang sudah direkomendasikan).

    5)   Peralatan :  peralatan  lapangan (timbangan, ember, drum dan jaring panen dengan ukuran mata jaring 1-2 mm) dan peralatan kualitas air (termometer, pH meter/kertas lakmus, DO meter, dan piring seki).

    Proses produksi

    1)   Persiapan kolam : a). kolam tanah : berupa perbaikan pematang dan dasar kolam, pengeringan, pengapuran (50 - 200 g/m2), pengisian air, dan penggaraman; b). kolam tembok/plastik : dengan pembersihan dasar/pinggir kolam, desinfeksi, pengeringan, pengisian air dan penggaraman. Penggunaan garam sebanyak 200 - 300 g/m3.  Kolam siap digunakan bila volume air stabil dan kualitas air memenuhi persyaratan.

    2)   Kualitas air : persyaratan kualitas air seperti pada tabel dibawah ini. Tabel :  Persyaratan kualitas air

    3)   Tahapan pembesaran I dan pembesaran II : a) padat tebar : ukuran tebar, waktu pemeliharaan dan panen (tabel 2); b) pemberian ransum harian pakan buatan : 1 - 3 % bobot biomass/hari dengan frekuensi 1 – 2 dua kali/hari (pagi dan sore); dan pakan hijauan 1 - 2 % bobot biomas/ hari dengan frekuensi  1 kali /hari; c) penggunaan garam : sebanyak 200 -  300 g/m3; dan d) penggunaan desinfektan : berupa kalium permanganat dosis 20 - 30 mg/l untuk kolam tembok dan plastik. Bahan kimia dan obat-obatan lainnya (sesuai kebutuhan) dapat digunakan dengan cara perendaman atau dicampur melalui pakan.

    Tabel : Proses produksi

    CARA PENGUKURAN

    1)   Suhu : dengan termometer pada permukaan dan dasar wadah 2 kali/hari, pagi dan sore.

    2)   pH air : dengan pH meter atau pH indikator (kertas lakmus).

    3)   Ketinggian air : dengan mengukur jarak antara dasar wadah dengan ke permukaan air, memakai penggaris atau papan skala (cm).

    4)   Oksigen terlarut : dengan DO meter, pada permukaan air dan dasar wadah 2 kali/hari, pagi dan sore

    5)   Kecerahan air : dengan sechi disk (garis tengah ≥ 25 cm) diberi tali/tangkai yang dimasukan ke dalam wadah pemeliharaan, mengukur jarak antara permukaan air ke piringan saat pertama piringan tidak terlihat (cm).

    6)   Jumlah pakan : (F) = W x  P x fr. (W= bobot rata-rata ikan;  P= ฮฃ populasi ikan yang ditanam; fr= % tingkat pemberian pakan (g atau kg). Jumlah pemberian pakan disesuaikan setiap 15 hari.

    7)   Jumlah kapur = (dosis kapur /m2) x   luas wadah pemeliharaan (g atau kg).

    8)   Jumlah garam = dosis garam/m3  x  volume air dalam wadah pemeliharaan.

    9)   Padat tebar benih = (ฮฃ benih ditebar/m2)  x   luas wadah pemeliharaan.

    10) Sintasan = ฮฃ  populasi udang dibagi  ฮฃ  tebar

    11) Waktu pemeliharaan = ? Waktu mulai benih ditebar sampai menggunakan saat panen (hari).

    12) Bobot ikan = menggunakan menimbang ikan memakai timbangan analitis (g atau kg).

    13) Biomas = ฮฃ populasi ikan  x  berat rata-rata/ekor  (g atau kg).

    REFERENSI

    BSN, 2000. SNI 01-7241-2006 Produksi Benih Ikan Gurami (Osphronemus goramy, Lac)  Kelas Pembesaran di Kolam. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

    Https://www.Google.Co.Id/search

    #Tag :

    Tips Mencegah Pembusukan Ikan

    Kita telah mengetahui bahwa pembusukan ikan terutama ditimbulkan oleh enzym & bakteri. Oleh karena itu buat mencegah pembusukan, akan sangat efektif bila kedua penyebab primer itu disingkirkan berdasarkan ikan, dibunuh, & dicegah kedatangan penyebab lain yang asal berdasarkan luar. Pembusukan itu sendiri bagaimana pun tidak dapat dicegah atau dihindari. Sampai waktu insan baru berhasil buat memperlambat atau menunda proses pembusukan itu.

    Ikan Segar
    Usaha Mencegah Pembusukan Ikan

    Usaha terbaik yg bisa dilakukan buat mempertahankaan mutu ikan terhadap pembusukan adalah menjadi berikut:

    Bakteri terdapat dalam bagian kulit & terutama sekali pada insang dan isi perutnya sedangkan enzim dalam daging & sebagian besar dalam perutnya. Jika sehabis ditangkap dibuang isi perutnya dan insangnya serta lalu dicuci bersih, dihilangkan lendir-lendirnya maka berarti sebagian akbar bakteri & enzim telah dibuang.

    2. Membunuh residu-sisa bakteri dan enzim atau sekurang-kurangnya Mengganggu kegiatannya.

    Bakteri yang tertinggal pada ikan bisa diperangi dengan aneka macam cara yg dalam dasarnya bisa dibagi pada 5 kategori:

    • Penggunaan suhu rendah
      Penggunaan es sebagai salah satu upaya pencegahan pembusukan ikan
    • Penggunaan suhu tinggi
      Pemindangan merupakan salah satu upaya pencegahan pembusukan ikan dengan suhu tinggi
    • Pengeringan (dehidrasi)
      Pengeringan ikan
    • Penggunaan zat-zat anti septic
    • Penyinaran atau irradiasi

    Untuk dapat hidup dengan baik, bakteri memerlukan suhu tertentu, tergantung menurut jenisnya. Ada tiga macam bakteri berdasarkan pertahanannya terhadap suhu seperti pada tabel berikut :

    Kisaran suhu bagi kehidupan bakteri
    Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kebanyakan bakteri akan mati atau sekurang-kurangnya akan terhenti kegiatannya bila suhu ikan diturunkan sampai dibawah 0 0 C atau bila dinaikkan sampai diatas 100 derajat celcius. Penggunaan suhu rendah kita lakukan dengan menggunakan es atau dengan cara pendinginan   lainnya. Sedangkan suhu tinggi dipakai misalnya dalam pengalengan atau pemindangan. Ikan asin, ikan asap, ikaan asam, dan sebagainya akan lebih awet jika disimpan pada suhu rendah.

    Air adalah kebutuhan yang utama bagi pertumbuhan bakteri.

    Bakteri selalu menyerap makanannya pada bentuk larutan, dan buat itu diperlukan air. Jadi dalam suasana kemarau, bakteri nir akan dapat makan sebagai akibatnya akan mangkat . Atas dasar inilah maka ikan dapat diawetkan dengan mengurangi kadar airnya, yaitu dengan cara:

    • Pengeringan dengan udara (Drying)
    • Osmose (penggunaan garam)
    • Pemasakan (perebusan, pengukusan, pengetiman)
    • Pengeringan dengan pembekuan pada ruang hampa ( vacuum freeze drying).

    Beberapa zat kimia seperti asam cuka, klor (kaporit), Aureonmycin, asam benzoat, natrium benzoat, dll, sangat efektif dipakai untuk membunuh kuman bakteri dan menghentikan enzym. Zat-zat tadi bisa dipakai buat mengawetkan ikan pada batas-batas eksklusif.

    3. Melindungi ikan terhadap kontaminasi bakteri dari luar.

    Pengawetan tidak akan banyak berarti apabila ikan yang telah diawetkan tidak dilindungi dari penyebab kerusakan baru yg datang dari luar ikan. Kerusakan ini bermacam-macam pada ikan olahan & hasil olahannya, diantaranya:

    • Pembusukan akibat pencemaran bakteri dari air, pembungkus, dari ikan lain, dan sebagainnya.
    • Oksidasi lemak yang menimbulkan bau tengik,
    • Kerusakan-kerusakan fisik karena serangga, jamur, kecerobohan dalam penanganan, dan sebagainya.

    Untuk melindungi ikan terhadap kerusakan-kerusakan ini kita wajib menyelenggarakan sanitasi dan hygiene yang baik pada proses penanganan, melakukan pembungkusan / pengepakan yang baik, serta bisnis-bisnis proteksi yg lain.

    Sumber : Modul Teknologi Hasil Perikanan

    Semoga Bermanfaat...

    Benih Ikan Gurami (Osphronemus goramy, Lac) Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-6485.2-2000)

    BATASAN

    Standar  ini menetapkan  persyaratan dan cara pengukuran serta pemeriksaan  induk ikan gurami kelas benih sebar. Benih ini merupakan  keturunan pertama dari induk pokok, induk dasar atau induk penjenis yang memenuhi syarat mutu kelas benih sebar, terdiri dari larva (0,75 - 1,0 cm), benih ukuran 1 - 2 cm, 2 - 4 cm, 4 - 6 cm, 6 - 8 cm dan 8 - 11 cm. Mempunyai alat pernapasan tambahan labirin yang terbentuk umur 18 - 24 hari untuk bertahan hidup pada perairan yang kurang oksigen. Sampai umur sekitar 40 hari merupakan ikan karnivor dan berubah menjadi ikan herbivor.

    PESYARATAN

    Kualitatif

    1)   Larva : a) asal : hasil penetasan telur dari induk kelas induk pokok (jantan dan betina bukan satu keturunan); b) warna : badan coklat kehitaman dan bagian perut putih; c) bentuk tubuh : normal; d) gerakan/perilaku : cenderung bergerombol, berenang aktif dan berpencar, responsif terhadap rangsangan luar.

    2)   Benih P I : a) asal : larva dari pemijahan induk kelas induk pokok (jantan dan betina bukan satu keturunan); b) warna  badan : coklat kehitaman, perut putih; c) bentuk tubuh :  menyerupai dewasa; d) gerakan/perilaku : pasif dan berpencar, responsif terhadap rangsangan luar, sesekali berenang ke permukaan air mengambil oksigen bebas dari udara.

    3)   Benih P II : a) asal :  benih P I dari pemijahan induk kelas induk pokok (jantan dan betina bukan satu keturunan); b) warna  badan : coklat kehitaman, perut putih; c)  bentuk tubuh : menyerupai dewasa; d) gerakan/perilaku : aktif dan berpencar, responsif terhadap rangsangan luar, sesekali berenang ke permukaan air mengambil oksigen bebas dari udara.

    4)   4) Benih P III : a) asal : benih PII dari pemijahan induk kelas induk pokok (jantan dan betina bukan satu keturunan); b) warna  badan : coklat kehitaman, bagian perut  putih; c) bentuk tubuh : menyerupai dewasa; d) gerakan/perilaku : aktif dan berpencar, responsif terhadap adanya rangsangan luar, Sesekali berenang ke permukaan air mengambil oksigen bebas dari udara.

    5)   Benih P IV : a) asal : benih P III dari pemijahan induk kelas induk pokok (induk jantan dan betina bukan satu keturunan);  b) warna  badan : kecoklatan, perut putih, keperakan atau kekuning-kuningan; c)  bentuk tubuh : menyerupai dewasa; d) gerakan/perilaku : aktif dan berpencar, responsif terhadap rangsangan luar, sesekali berenang ke permukaan air mengambil oksigen bebas dari udara.

    6)   Benih P V : a) asal : benih P IV dari pemijahan induk kelas induk pokok (induk jantan dan betina bukan satu keturunan); b) warna  badan : kecoklatan, bagian perut putih, keperakan atau kekuning-kuningan; c) bentuk tubuh : menyerupai dewasa; d) gerakan/perilaku : aktif dan berpencar, responsif terhadap rangsangan luar, sesekali berenang ke permukaan air mengambil oksigen bebas dari udara.

    Kuantitatif

    Persyaratan kuantitatif benih ikan gurame kelas benih sebar seperti pada tabel dibawah ini.

    Tabel : Persyaratan kuantitatif benih ikan gurame kelas benih sebar

    CARA PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN

    1)   Umur : dihitung sejak telur menetas.

    2)   Panjang total :  dengan mengukur jarak antara ujung mulut dengan ujung sirip ekor dengan jangka sorong atau penggaris (cm atau mm).

    3)   Bobot badan : menimbang ikan dengan timbangan analitis (mg atau gram).

    4)   Memeriksa kesehatan : a) pengambilan contoh 10 % dari populasi, minimal 30 ekor; b) pengamatan visual: untuk memeriksa gejala penyakit dan kesempurnaan morfologi ikan; c) pengamatan mikroskopik : untuk memeriksa jasad patogen (parasit, jamur, virus dan bakteri) di laboratorium uji.

    REFERENSI

    BSN, 2000. SNI 01-6485.2-2000 Benih Ikan Gurami (Osphronemus goramy, Lac)  Kelas Benih Sebar. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

    https://www.google.co.id/search

    #Tag :