Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Tampilkan postingan dengan label alat tangkap ikan. Tampilkan semua postingan

Destuctive Fishing

Pengertian Destructive Fishing

Destructive fishing merupakan kegiatan mall praktek dalam penangkapan ikan atau pemanfaatan sumberdaya perikanan yang secara yuridis menjadi pelanggaran hukum. Secara umum, maraknya destructive fishing disebabkan oleh beberapa faktor ; (1) Rentang kendali dan luasnya wilayah pengawasan tidak seimbang dengan kemampuan tenaga pengawas yang ada saat ini (2) Terbatasnya sarana dan armada pengawasan di laut (3) Lemahnya kemampuan SDM Nelayan Indonesia dan banyaknya kalangan pengusaha bermental pemburu rente ekonomi (4) Masih lemahnya penegakan hukum (5) Lemahnya koordinasi dan komitmen antar aparat penegak hukum.

Bentuk Destructive Fishing

Komponen destructive fishing, yaitu :

  1. Penangkapa ikan dengan bahan peledak dan bahan kimia seperti : bom (dengan bahan berupa pupuk (cap matahari, beruang,obor), bius (kalium cianida – KCn) dan Tuba (akar tuba).
    Penangkapan ikan menggunakan bom

  2. Penangkapan ikan dengan trawl (pukat harimau). Pukat harimau (trawl) merupakan salah satu alat penangkap ikan yang digunakan oleh nelayan. Alat ini berupa jaring dengan ukuran yang sangat besar, memilki lubang jaring yang sangat rapat sehingga berbagai jenis ikan mulai dari ikan berukuran kecil sampai dengan ikan yang berukuran besar dapat tertangkap dengan menggunakan jaring tersebut. Cara kerjanya alat tangkap ditarik oleh kapal yang mana menyapu ke dasar perairan. akibat penggunaan pukat harimau secara terus menerus menyebabkan kepunahan terhadap berbagai jenis sumber daya perikanan.
    Penangkapan ikan dengan menggunakan trawl
  3. Penangkapan ikan dengan Racun Sianida, Pembiusan. Bahan beracun yang sering dipergunakan dalam penangkapan ikan, seperti sodium atau potassium sianida. Penangkapan dengan cara ini dapat menyebabkan kepunahan jenis-jenis ikan karang, misalnya ikan hias, kerapu (Pinephelus spp.), dan ikan napoleon (Chelinus). Racun tersebut dapat menyebabkan ikan besar dan kecil menjadi "mabuk" dan mati. Disamping mematikan ikan-ikan yang ada, sisa racun dapat menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan terumbu karang, yang ditandai dengan perubahan warna karang yang berwarna warni menjadi putih yang lama kelamaan karang menjadi mati. Indikatornya adalah karang mati, memutih, meninggalkan bekas karang yang banyak akibat pengambilan ikan di balik karang.
    Penangkapan ikan dengan pembiusan

Jenis Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) Untuk Destructive Fishing

Berdasarkan temuan yg ditemukan terhadap pelaku destructive fishing bahan-bahan yang acapkali digunakan adalah :

Bahan Beracun :

  1. Potasium Cianida digunakan untuk penangkapan ikan didaerah karang, bahan ini biasa digunakan tukang mas.
  2. Racun hama pertanian seperti merek Dexon, Diazino, Basudin, Acodan digunakan untuk penangkapan ikan air tawar di sungai atau perairan umum, bahan ini sering digunakan didaerah transmigrasi dan masyarakat lain disekitar perairan umum.
  3. Deterjen digunakan untuk penangkapan ikan didaerah karang.
  4. Akar Tuba digunakan untuk penangkapan ikan didaerah karang.
  5. Tembakau digunakan untuk penangkapan ikan didaerah karang.

Bahan Berbahaya :

  1. Belerang korek api seperti merek Diponegoro, Segi tiga ungu digunakan untuk penangkapan ikan teri dan ikan karang.
  2. Pupuk urea seperti merek matahari, tiga obor dan tengkorak digunakan untuk penangkapan ikan didaerah karang dan permukaan. Bahan ini bersama korek api diatas diracik sebagai bahan peledak diisi dalam botol korek api sebagai sumbu bahan peledak.
  3. Aliran listrik (strom) digunakan untuk penangkapan ikan di sawah, kali-kali kecil dan daerah genangan air.

Sumber : http://mukhtar-api.blogspot.sg/2008/09/destructive-fishing-di-perairan.html

Semoga Bermanfaat...

Mengenal Bubu Gurita

Penangkapan gurita yg umum dilakukan di Indonesia umumnya hanya dilakukan menggunakan cara memakai tombak, yg dilakukan menggunakan cara sembari menyelam. Alat tangkap yang secara spesifik digunakan buat menangkap gurita boleh dikatakan masih belum ada. Sebagai citra, di bawah ini dijelaskan tentang konstruksi, metode operasi animo penangkapan dan wilayah penangkapan dengan menggunakan Bubu Gurita, yang bisa dijadikan menjadi acuan sebelum melakukan bisnis penangkapan menggunakan bubu gurita.

KONSTRUKSI

Untuk bubu keramik, lebar mulut (pintu masuk) 15-25 cm, tinggi 30-40 cm, diameter bawah 15-20 cm dan berat antara 1-1.5 kg. Untuk bubu yang memakai  cangkang kerang, dapat memakai cangkang kerang dari jenis Scaparca Subcrenata, Rapana thomasiana yang ukuran panjangnya antara 15-20 cm atau jenis cangkang kerang lain dengan ukuran yang hampir sama. Tali pelampung, tali pemberat dan tali utama memakai tali berdiameter 15 mm sedangkan tali cabang berdiameter 10 mm. Jarak antara satu bubu dan bubu lainnya antara 8-12 m, panjang tali utama disesuaikan dengan banyak sedikitnya jumlah bubu yang digunakan, sedangkan untuk tali pelampung disesuaikan dengan kedalaman.

METODE OPERASI

Metode pengoperasian berdasarkan bubu gurita pada prinsipnya hampir sama menggunakan pengoperasian bubu lainnya hanya saja pada pengoperasian bubu nir menggunakan umpan. Lama perendaman tergantung nelayan yang mengoperasikannya sinkron menggunakan pengalaman tapi umumnya antara dua-3 hari. Pemasangan dan pengangkatan bubu dilakukan setiap hari pada pagi hari.

Pemasangan bubu di daerah penangkapan dipasang satu demi satu kemudian diuntai dengan jarak satu dengan lainnya antara 6-10 m. Dalam satu set bubu biasanya dipasang antara 20-30 buah bubu atau tergantung dari kapasitas perahu, bubu yang tersedia dan kemampuan nelayan yang mengoperasikannya.
Metode pengoperasian bubu gurita

ALAT BANTU PENANGKAPAN

Alat bantu penangkapan dapat memakai gardan yang dibuat dari bambu, kayu atau besi.

JENIS HASIL TANGKAPAN

Jenis gurita seperti Ocellated octopus, Octopus ocelatus, Octopus vulgaris dan jenis Octopus dofleini.

PERAHU DAN NELAYAN

Pengoperasian bubu dapat dilakukan dengan mernpergunakan perahu tanpa motor atau bahtera motor tempel dengan jumlah nelayan berkisar antara 1-dua orang.

UMPAN

Dalam pengoperasian bubu gurita tidak menggunakan umpan.

MUSIM PENANGKAPAN

Musim penangkapan disesuaikan menggunakan trend keberadaan gurita pada wilayah penangkapan masing-masing. Pada trend memijah, gurita akan lebih gampang buat memasuki bubu daripada trend selesainya memijah, gurita susah buat memasuki bubu.

DAERAH PENANGKAPAN

Daerah penangkapan merupakan daerah penangkapan yg mempunyai dasar perairan lumpur berpasir, berarus kecil menggunakan kedalaman antara lima-40 m. Daerah penangkapan yg berarus cepat nir cocok buat pengoperasian bubu gurita.

PEMELIHARAAN ALAT

Pemeliharaan alat harus dilakukan secara rutin. Semakin higienis semakin gampang gurita buat memasuki bubu.

PENGADAAN ALAT DAN BAHAN

Bahan & indera untuk pembuatan bubu gurita bisa dicari di toko kelontong atau mencari cangkang kerang.

Sumber : Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Semoga Bermanfaat...