Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Tampilkan postingan dengan label Perairan. Tampilkan semua postingan

Parameter Kualitas Air : Parameter Kimia Kualitas Air

Air yang digunakan untuk budidaya udang atau organisme perairan yang lain mempunyai komposisi dan sifat-sifat kimia yang berbeda dan tidak konstan. Komposisi dan sifat-sifat kimia air ini dapat diketahui melalui analisis kimia air. Dengan demikian apabila ada parameter kimia yang keluar dari batas yang telah  ditentukan dapat segera dikendalikan.

Parameter-parameter kimia yg dipakai buat menganalisis air bagi kepentingan budidaya antara lain :

1. Salinitas

Salinitas dapat didefinisikan sebagai total konsentrasi ion-ion terlarut dalam air. Dalam budidaya perairan, salinitas dinyatakan dalam permil (°/oo) atau ppt (part perthousand) atau gram/liter. Tujuh ion utama yaitu : sodium, potasium, kalium, magnesium, klorida, sulfat dan bikarbonat mempunyai kontribusi besar terhadap besarnya salinitas, sedangkan yang lain dianggap kecil (Boyd, 1990). Sedangkan menurut Davis et al. (2004), ion calsium (Ca), potasium (K), dan magnesium (Mg) merupakan ion yang paling penting dalam menopang tingkat kelulushidupan udang. Salinitas suatu perairan dapat ditentukan dengan menghitung jumlah kadar klor yang ada dalam suatu sampel (klorinitas). Sebagian besar petambak membudidayakan udang dalam air payau (15-30 ppt). Meskipun demikian, udang laut mampu hidup pada salinitas dibawah 2 ppt dan di atas 40 ppt.
Refraktometer adalah alat untuk mengukur salinitas air

2. PH

pH didefinisikan sebagai logaritme negatif dari konsentrasi ion hidrogen [H ] yg mempunyai skala antara 0 hingga 14. PH menandakan apakah air tadi netral, basa atau asam. Air menggunakan pH dibawah 7 termasuk asam dan diatas 7 termasuk basa. PH merupakan variabel kualitas air yg dinamis & berfluktuasi sepanjang hari. Pada perairan generik yang tidak ditentukan kegiatan biologis yang tinggi, nilai pH jarang mencapai diatas 8,lima, namun dalam tambak ikan atau udang, pH air dapat mencapai 9 atau lebih (Boyd, 2002). Perubahan pH ini merupakan imbas pribadi dari fotosintesis yg memakai CO2 selama proses tersebut. Karbon dioksida dalam air bereaksi membentuk asam misalnya yang terdapat pada persamaan pada bawah ini :

CO2 H2O HCO3 - H

Ketika fotosintesis terjadi pada siang hari, CO2 banyak terpakai dalam proses tersebut. Turunnya konsentrasi CO2 akan menurunkan konsentrasi H+ sehingga menaikkan pH air. Sebaliknya pada malam hari semua organisme melakukan respirasi yang menghasilkan CO2 sehingga pH menjadi turun. Fluktuasi pH yang tinggi dapat terjadi jika densitas plankton tinggi. Tambak dengan total alkalinitas yang tinggi mempunyai fluktuasi pH yang lebih rendah dibandingkan dengan tambak yang beralkalinitas rendah. Hal ini disebabkan kemampuan total alkalinitas sebagai buffer atau penyangga (Boyd, 2002).
pH meter merupakan alat untuk mengukur kadar pH air

tiga. Alkalinitas

Alkalinitas merupakan kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa menurunkan pH larutan. Alkalinitas merupakan buffer terhadap pengaruh pengasaman. Dalam budidaya perairan, alkalinitas dinyatakan dalam mg/l CaCO3. Penyusun utama alkalinitas adalah anion bikarbonat (HC03 -), karbonat (CO3 2- ), hidroksida (OH-) dan juga ion-ion yang jumlahnya kecil seperti borat (BO3 -), fosfat (P04 3-), silikat (SiO4 4-) dan sebagainya (boyd, 1990).
Kertas lakmus dapat digunakan untuk mengukur tingkat alkalinitas air

Peranan krusial alkalinitas pada tambak udang diantaranya menekan fluktuasi pH pagi dan siang dan penentu kesuburan alami perairan. Tambak menggunakan alkalinitas tinggi akan mengalami fluktuasi pH harian yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan tambak menggunakan nilai alkalinitas rendah (Boyd, 2002). Menurut Davis et al. (2004), penambahan kapur dapat menaikkan nilai alkalinitas terutama tambak menggunakan nilai total alkalinitas dibawah 75 ppm.

4. Oksigen Terlarut (dissolved oxygen)

Oksigen terlarut merupakan variabel kualitas air yg sangat penting pada budidaya udang. Semua organisme akuatik membutuhkan oksigen terlarut untuk metabolisme. Kelarutan oksigen pada air tergantung dalam suhu dan salinitas. Kelaruran oksigen akan turun jika suhu dan temperatur naik (Boyd, 1990). Hal ini perlu diperhatikan karena dengan adanya kenaikan suhu air, hewan air akan lebih aktif sebagai akibatnya memerlukan lebih poly oksigen.

Oksigen masuk dalam air melalui beberapa proses. Oksigen dapat terdifusi secara langsung dari atmosfir setelah terjadi kontak antara permukaan air dengan udara yang mengandung oksigen 21% (Boyd, 1990). Fotosintesis tumbuhan air merupakan sumber utama oksigen terlarut dalam air. Sedangkan dalam budidaya udang, penambahan suplai oksigen dilakukan dengan menggunakan aerator (Hargreaves, 2003).
Siklus oksigen terlarut pada suatu perairan

Pada saat cuaca mendung atau hujan dapat merusak pertumbuhan fitoplankton karena kekurangan sinar surya buat proses fotosintesis. Kondisi ini akan menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut lantaran oksigen tidak bisa diproduksi ad interim organisme akuatik tetap mengkonsumsi oksigen. Keterbatasan sinar matahari menembus badan air dapat juga ditimbulkan oleh tingginya partikel yg terdapat dalam kolom air, baik karena bahan organik juga densitas plankton yg terlalu tinggi. Hal ini bisa menyebabkan terganggunya fotosintesis algae yang terdapat di dasar tambak (Hargreaves, 1999).

Tingginya kepadatan tebar (stocking density) dan anugerah pakan (feeding rate) bisa mengakibatkan turunnya kensentrasi oksigen terlarut pada air. Sisa pakan (uneaten feed) dan residu hasil metabolisme menyebabkan tingginya kebutuhan oksigen buat menguraikannya (oxygen demand). Kemampuan ekosistem kolam budidaya buat menguraikan bahan organik terbatas sebagai akibatnya dapat mengakibatkan rendahnya konsentrasi oksigen terlarut dalam air (Boyd, 2004).

5.Biological Oxygen Demand (BOD)

Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi (Pescod dalam Salmin, 2005).
Biological Oxygen Demand

Waktu yg dibutuhkan buat proses oksidasi bahan organik secara sempurna sebagai CO2 dan H2O merupakan tidak terbatas. Penghitungan nilai BOD umumnya dilakukan dalam hari ke 5 karena dalam waktu itu persentase reaksi cukup besar , yaitu 70-80% dari nilai BOD total (Sawyer dan MC Carty, 1978 dalam Salmin, 2005).

6. Produktivitas primer

Dalam kolam budidaya, flora air baik macrophyta maupun plankton adalah penghasil utama menjadi asal primer bahan organik. Melalui proses fotosintetis, tumbuhan memakai karbon dioksida, air, cahaya mentari dan nutrien buat menghasilkan bahan organik & oksigen seperti dalam reaksi :

6CO2 6H2O C6H12O6 6O2

Fotosintesis merupakan proses fundamental dalam kolam budidaya. Oksigen terlarut yang diproduksi melalui fotosintesis merupakan sumber utama oksigen bagi semua organisme dalam ekosistem kolam (Howerton, 2001). Glukosa atau bahan organik yang dihasilkan merupakan penyusun utama material organik yang lebih besar dan kompleks. Hewan yang lebih tinggi tingkatannya dalam rantai makanan menggunakan material organik ini baik secara langsung dengan mengkonsumsi tanaman atau mengkonsumsi organisme yang memakan tanaman tersebut (Ghosal et al. 2000).
Siklus fotosintesis pada suatu perairan

Proses biologi lainnya yg sangat krusial dalam budidaya perairan adalah respirasi, dengan reaksi :

C6H12O6 6O2 6CO2 6H2O

Dalam respirasi, bahan organik dioksidasi menggunakan menghasilkan air, karbon dioksida dan tenaga. Pada ketika siang hari proses fotosintesis dan respirasi berjalan secara bersama-sama. Pada malam hari hanya proses respirasi yang berlangsung, sehingga konsentrasi oksigen terlarut pada air turun sedangkan konsentrasi karbon dioksida naik.

Kedua proses tersebut memiliki imbas eksklusif pada budidaya perairan. Oksigen terlarut dibutuhkan organisme buat hidup sedangkan fitoplankton adalah asal primer oksigen terlarut disamping menjadi penyusun utama rantai makanan dalam ekosistem kolam budidaya. Salah satu cara buat menentukan status suatu ekosistem dalam sedimen adalah menggunakan menghitung fotosintesis/respirasi rasio (P/R ratio). Jika P/R ratio lebih mini berdasarkan satu (1) maka sedimen tersebut termasuk heterotropik, dimana karbon lebih banyak dipakai buat respirasi dibandingkan yang dihasilkan menurut fotosintesis. Sedangkan bila P/R ratio lebih besar menurut satu (1) menerangkan sedimen tadi termasuk autotofik, dimana karbon lebih poly diproduksi berdasarkan pada dipakai buat respirasi (Eyre & Ferguson, 2002).

7. Sedimen

Managemen dasar tambak atau sedimen masih kurang diperhatikan jika dibandingkan dengan managemen kualitas air tambak budidaya. Banyak bukti yang mengindikasikan adanya pengaruh yang kuat pertukaran nutrien antara sedimen dengan air terhadap kualitas air (Boyd, 2002).
Kandungan sedimen pada suatu perairan

8. Oxidized Layer

Oxidized layer merupakan lapisan sedimen yang berada paling atas yang mengandung oksigen. Lapisan ini sangat bermanfaat dan harus dipelihara keberadaannya selama siklus budidaya (Boyd, 2002). Pada lapisan tersebut terjadi dekomposisi aerobik yang menghasilkan antara lain : CO2, air, amonia, dan nutrien yang lainnya. Pada sedimen anaerobik, beberapa mikroorganisme menguraikan material organik dengan reaksi fermentasi yang menghasilkan alkohol, keton, aldehida, dan senyawa organik lainnya sebagai hasil metabolisme. Menurut Blackburn (1987) dalam Boyd (2002), beberapa mikroorganisme anaerobik dapat memanfaatkan O2 dari nitrat, nitrit,ferro, sulfat, dan karbon dioksida untuk menguraikan bahan organik dengan mengeluarkan gas nitrogen, amonia, H2S, dan metan sebagai hasil metabolisme.

Beberapa produk metabolisme, khususnya H2S, nitrit, dan amonia berpotensi toksik terhadap ikan atau udang. Lapisan oksigen yang ada dalam permukaan sedimen dapat mencegah difusi sebagian besar senyawa beracun menjadi bentuk yang nir beracun melalui proses kimiawi & biologi ketika melalui bagian atas yang beroksigen. Nitrit diokdidasi sebagai nitrat, ferro dioksidasi menjadi ferri, dan H2S menjadi sulfat (Boyd, 2004c). Selanjutnya dikatakan bahwa kehilangan oksigen dalam sedimen bisa disebabkan sang akumulasi bahan organik yg tinggi sehingga oksigen terlarut terpakai sebelum mencapai bagian atas tanah. Tingkat hadiah pakan yang tinggi & blooming plankton bisa menyebabkan penurunan oksigen terlarut.

9. Bahan Orgnik

Tanah dasar tambak yg mengandung karbon organik 15-20% atau 30- 40% bahan organik tidak baik buat budidaya perairan. Kandungan bahan organik yang baik untuk budidaya udang sekitar 10% atau 20% kandungan karbon organik (Boyd, 2002). Kandungan bahan organik yg tinggi akan mempertinggi kebutuhan oksigen buat menguraikan bahan organik tersebut menjadi molekul yang lebih sederhana sebagai akibatnya akan terjadi persaingan penggunaan oksigen menggunakan biota yang terdapat pada tambak.

Peningkatan kandungan bahan organik pada tanah dasar tambak akan terjadi dengan cepat terutama pada tambak yang menggunakan sistem budidaya secara semi intensif maupun intensif dengan tingkat pemberian pakan (feeding rate) dan pemupukan yang tinggi (Howerton, 2001). Disamping mengendap di dasar tambak, limbah organik juga tersuspensi dalam air sehingga menghambat penetrasi cahaya matahari ke dasar tambak.
Melimpahnya kerang pada dasar perairan merupakan indikasi tingginya kandungan nutrien pada dasar perairan

Limbah tambak yg terdiri dari sisa pakan (uneaten feed), kotoran udang (feces), dan pemupukan terakumulasi pada dasar tambak maupun tersuspensi pada air. Limbah ini terdegradasi melalui proses mikrobiologi dengan menghasilkan amonia, nitrit, nitrat, & fosfat (Zelaya et al., 2001). Nutrien ini merangsang tumbuhnya algae/plankton yang dapat mengakibatkan blooming. Sementara itu beberapa output degradasi limbah organik bersifat toksik terhadap udang pada level eksklusif. Terjadinya die off plankton bisa juga menyebabkan udang stress & kematian karena turunnya kadar oksigen terlarut. Limbah tambak udang mengandung lebih banyak bahan organik, nitrogen, & fosfor dibanding tanah biasa dan mempunyai nilai BOD dan COD yg lebih tinggi (Latt, 2002).

10. Nutrien

Dua nutrien yang paling penting di tambak adalah nitrogen dan fosfor, karena kedua nutrien tersebut keberadaannya terbatas dan dibutuhkan untuk pertumbuhan fitoplankton (Boyd, 2000). Keberadaan kedua nutrien tersebut di tambak berasal dari pemupukan dan pakan yang diberikan.
Terlalu banyak kandungan nutrien pada perairan dapat mengakibatkan blooming alga

11. Nitrogen

Nitrogen biasanya diaplikasikan sebagai pupuk dalam bentuk urea atau amonium. Di dalam air, urea secara cepat terhidrolisis menjadi amonium yang dapat langsung dimanfaatkan oleh fitoplankton. Melalui rantai makanan, nitrogen pada fitoplankton akan dikonversi menjadi nitrogen protein pada ikan. Sedangkan nitrogen dari pakan yang diberikan pada ikan, hanya 20-40% yang dirubah menjadi protein ikan, sisanya tersuspensi dalam air dan mengendap di dasar tambak (Boyd, 2002).
Siklus nitrogen pada suatu perairan

Amonium dapat pula teroksidasi sebagai nitrat sang bakteri nitrifikasi yg bisa dimanfaatkan langsung oleh fitoplankton. Nitrogen organik pada plankton yg mati dan kotoran fauna air (feces) akan mengendap di dasar menjadi nitrogen organik tanah. Nitrogen pada material organik tanah akan dimineralisasi sebagai amonia dan balik ke air sehingga bisa dimanfaatkan balik oleh fitoplankton (Durborow, 1997).

12. Fosfor

Fosfor yang ada yang terdapat pada tambak budidaya berasal berdasarkan pupuk seperti ammoniumfosfat dan calsiumfosfat dan berdasarkan pakan. Fosf

Siklus fosfor dalam suatu perairan

or yg terdapat dalam pakan tidak seluruh dikonversi sebagai daging ikan/udang. Menurut Boyd (2002), dua pertiga fosfor pada pakan terakumulasi pada tanah dasar. Sebagian besar diikat oleh tanah dan sebagian kecil larut pada air. Fosfor dimanfaatkan sang fitoplankton pada bentuk ortofosfat (PO4 3-) dan terakumulasi pada tubuh ikan/udang melalui rantai makanan. Phosphat yang tidak diserap oleh fitoplankton akan didikat sang tanah. Kemampuan mengikat tanah ditentukan sang kandungan liat (clay) tanah. Semakin tinggi kandungan liat dalam tanah, semakin meningkat kemampuan tanah mengikat fosfat.

Sumber : Vutut Tuntun

Semoga Bermanfaat...

Parameter Kualitas Air : Sumber Air Untuk Budidaya Perikanan

Air adalah komponen penting pada budidaya perikanan, karena di dalam air ikan & fauna air lainnya hidup, tumbuh, dan berkembang. Cara yg umum dilakukan pada pengelolaan kualitas air dalam budidaya perikanan merupakan melakukan pergantian air secara terjadwal. Dengan cara demikian air di pada kolam akan selalu berganti dan mutunya permanen terjaga & memenuhi kebutuhan ikan buat hayati.

Air yang dapat digunakan sebagai budidaya ikan harus mempunyai standar kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan persyaratan hidup ikan. Air yang dapat digunakan sebagai media hidup ikan harus dipelajari agar ikan sebagai organisme air dapat dibudidayakan sesuai kebutuhan manusia sebagai sumber bahan pangan yang bergizi dan relatif harganya murah. Air yang dapat memenuhi kriteria yang baik untuk hewan dan tumbuhan tingkat rendah yaitu plankton sebagai indikator paling mudah bahwa air tersebut dapat digunakan untuk budidaya ikan.
Sungai sebagai salah satu sumber air pada kegiatan budidaya perikanan

Parameter kualitas air dalam proses budidaya ikan berperan dalam membangun suasana lingkungan hidup ikan, supaya perairan kolam mampu memberikan suasana yg nyaman bagi konvoi ikan yaitu tersedianya air yang cukup buat menciptakan kualitas air yg sesuai menggunakan persyaratan hayati ikan yg optimal (kimia air, ekamatra air, dan biologi air) sesuai dengan parameter yg disyaratkan, tersedianya pakan alami yang cukup & sesuai, dan terhindarnya berdasarkan biota yang merugikan bagi kelangsungan hayati & perkembangan ikan (hama & penyakit ikan).

Agar persyaratan kuantitas & kualitas air budidaya bisa terpenuhi,keberhasilan budidaya ikan sangat dipengaruhi oleh lingkungan perairan. Lingkungan yang baik akan bisa memberikan stimulus bagi pertumbuhan & perkembangan ikan, sedangkan lingkungan perairan yg kurang baik akan Mengganggu terhadap stimulus yg diberikan dalam proses pertumbuhan & perkembangan ikan.

Pengkondisian kualitas air sebagai upaya menciptakan parameter kualitas air dan kesuburan air agar sesuai dengan persyaratan untuk hidup dan pertumbuhan ikan, agar lingkungan perairan kolam mampu menyediakan suasana yang optimal bagi kehidupan (survival rate) dan pertumbuhan ikan optimal, sehingga pada akhir masa pemeliharaan dapat diperoleh produktifitas kolam yang tinggi.

PENGELOLAAN KUALITAS AIR

1. Sumber Air

Berdasarkan asalnya asal air yg dapat digunakan buat aktivitas budidaya ikan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu air bagian atas dan air tanah.

  • Air permukaan yaitu : air hujan yang mengalami limpasan/ berakumulasi sementara ditempat tempat rendah misalnya : air sungai, waduk, danau dan rawa. Selain itu air permukaan dapat juga didefenisikan sebagai air yang berada disungai, danau, waduk, rawa dan badan air lainnya yang tidak mengalami infiltrasi kedalam.Sumber air permukaan tersebut sudah banyak dipergunakan untuk kegiatan budidaya ikan.
  • Air tanah yaitu : air hujan yang mengendap atau air yang berada dibawah permukaan tanah. Air tanah yang saat ini digunakan untuk kegiatan budidaya dapat diperoleh melalui cara pengeboran air tanah dengan kedalaman tertentu sampai diperoleh titik sumber air yang akan keluar dan dapat dipergunakan untuk kegiatan budidaya ikan.

Kelebihan air tanah yaitu air tanah memiliki kelebihan airnya bersih, adapun kekurangan air tanah yaitu mempunyai kandungan oksigen yang rendah, kadar karbondioksida yang tinggi dan kandungan besi yang relatif tinggi.

Solusinya dengan memakai aerator/kincir air /blower pada air pemeliharaan & yg primer air tanah tadi wajib diinapkan minimal semalam (12 jam) untuk menaikkan kadar oksigen terlarut, selain itu jika air tanah mengalami hubungan menggunakan udara akan mengalami proses oksigenasi sebagai akibatnya ion feri(besi) yang terdapat dalam air tanah akan segera mengalami pengendapan & akan membentuk warna kemerahan pada air. Air tanah memiliki kandungan oksigen yang rendah karena air ini pergerakannya di dalam tanah sangat lambat dan sangat dipengaruhi sang porositas, permeabilitas berdasarkan lapisan tanah & pengisian balik air. Apabila asal air tanah ini dieksploitasi secara akbar-besaran maka jumlah air tanah akan semakin berkurang.

Air tanah berdasarkan kandungan salinitasnya merupakan air tawar yg akan digunakan buat budidaya ikan air tawar. Saat ini dibeberapa kota besar yang sudah poly sekali terjadi pengeboran air tanah secara besar -besaran maka kadar salinitas dari air tanah ini mengalami perubahan karena telah ternoda dengan air laut. Oleh karena itu asal air yang biasa digunakan di kota besar merupakan air yang berasal menurut PAM. Air PAM ini asal berdasarkan sumber air bagian atas & mengalami proses eksklusif hingga diperoleh kualitas air sesuai baku mutu yg diinginkan. Sumber air tersebut bisa dipergunakan buat budidaya ikan air tawar karena memiliki kandungan oksigen yang cukup dan pH yg stabil. Kekurangan air PAM ini umumnya mengandung klorin/kaporit yg cukup tinggi & solusinya sama misalnya dalam air tanah cukup dilakukan pengendapan air pada wadah terpisah minimal semalam yaitu 12 jam.

Kelebihan air permukaan yaitu air permukaan yang dapat digunakan untuk kegiatan budidaya ikan. Berdasarkan kadar garamnya (salinitas) dibagi menjadi tiga yaitu : air tawar, air payau dan air laut.

  • Air tawar adalah air yang memiliki kadar garam (salinitas) antara 0 – 5 ppt.
    Danau merupakan salah satu sumber air tawar untuk kegiatan budidaya perikanan
  • Air payau adalah air yang memiliki kadar garam (salinitas) antara 6 – 29 ppt.
    Muara merupakan salah satu sumber air payau untuk kegiatan budidaya perikanan
  • Air laut adalah air yang memiliki kadar garam (salinitas) antara 30 – 35 ppt.
    Air Laut

Air permukaan ini dapat diklasifikasikan berdasarkan lamanya terakumulasi dalam suatu tempat dibagi menjadi dua yaitu perairan tergenang (Lentik) antara lain adalah danau, waduk dan situ, yang kedua adalah perairan mengalir (Lotik) antara lain adalah sungai, saluran irigasi, air laut.

Sumber : 1.Blog Vuut Tuntun

             2.BPPP Medan

Semoga Bermanfaat...

Parameter Kualitas Air : Parameter Fisika Kualitas Air

Faktor ekamatra air adalah variabel kualitas air yg krusial karena dapat menghipnotis variabel kualitas air yang lainnya. Faktor ekamatra yg besar pengaruhnya terhadap kualitas air adalah cahaya matahari dan suhu air. Kedua faktor ini berkaitan erat, dimana suhu air terutama tergantung menurut intensitas cahaya surya yang masuk ke pada air. Cahaya matahari dan suhu air adalah faktor alam yang hingga saat belum mampu dikendalikan.

1. Cahaya Matahari

Cahaya matahari mempunyai peranan yang sangat besar terhadap kualitas air secara keseluruhan, karena dapat mempengaruhi reaksi-reaksi yang terjadi dalam air. Penetrasi cahaya matahari ke dalam air terutama dipengaruhi oleh sudut jatuh cahaya terhadap garis vertikal. Semakin besar sudut jatuhnya, maka penetrasi cahaya matahari semakin menurun. Cahaya akan berubah kualitas spektrumnya dan turun intensitasnya setelah menembus massa air disebabkan karena dispersi dan absorpsi yang berbeda-beda oleh lapisan air. Pada air murni kira-kira 53% dari cahaya yang masuk akan ditransformasi ke dalam bentuk panas dan selanjutnya akan padam pada kedalaman kurang dari satu meter (Boyd, 1990). Cahaya dengan panjang gelombang panjang (merah dan jingga) dan panjang gelombang pendek (ultra violet dan violet) lebih cepat padam dibandingkan dengan panjang gelombang sedang atau intermediate (biru, hijau dan kuning).
Cahaya matahari
Turbiditas (kekeruhan) akan menurunkan kemampuan air untuk meneruskan cahaya kedalamnya. Di kolam, turbiditas dan warna air disebabkan oleh koloid dari partikel-pertikel lumpur, organik tcrlarut dan yang paling besar disebabkan oleh densitas plankton (Hargreaves, 1999). Cahaya matahari sangat diperlukan oleh tumbuhan air sebagai sumber energi untuk melakukan fotosintesis. Sebagai produsen primer, tumbuhan hijau melakukan fotosintesis untuk menghasilkan oksigen dan bahan organik, yang akan dimanfaatkan oleh hewan yang lebih tinggi tingkatannya dalam rantai makanan (Ghosal et al. 2000).

Dua. Suhu Air

Suhu air dipengaruhi oleh : radiasi cahaya matahari, suhu udara, cuaca dan lokasi. Radiasi matahari merupakan faktor utama yang mempengaruhi naik turunnya suhu air. Sinar matahari menyebabkan panas air di permukaan lebih cepat dibanding badan air yang lebih dalam. Densitas air turun dengan adanya kenaikan suhu sehingga permukaan air dan air yang lebih dalam tidak dapat tercampur dengan sempurna. Hal ini akan menyebabkan terjadinya stratifikasi suhu (themal stratification) dalam badan air, dimana akan terbentuk tiga lapisan air yaitu : epilimnion, hypolimnion dan thermocline.

  • Epilimnion adalah lapisan atas yang suhunya tinggi.
  • Hypolimnion adalah lapisan bawah yang suhunya rendah.
  • Thermocline adalah lapisan yang berada di antara epilimnion dan hypolimnion yang suhunya turun secara drastis (Boyd, 1990). Dalam kolam budidaya, kondisi semacam ini dapat diatasi dengan pengadukan air oleh aerator atau kincir (paddle wheel).

Thermometer digunakan buat mengukur suhu

Air memiliki kapasitas yang akbar buat menyimpan panas sebagai akibatnya suhunya relatif kontinu dibandingkan dengan suhu udara (boyd, 1990). Perbedaan suhu air antara pagi & siang hari hanya kurang lebih 2?C, contohnya suhu pagi 28?C suhu siang 30?C. Energi cahaya mentari sebagian besar diabsorpsi pada lapisan bagian atas air. Semakin ke pada energinya semakin berkurang. Konsentrasi bahan-bahan terlarut pada pada air akan menaikkan penyerapan panas. Terjadinya transfer panas dari lapisan atas ke lapisan bawah tergantung menurut kekuatan pengadukan air (angin, kincir, dan sebagainya).

Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia juga biologi pada air. Reaksi kimia & hayati naik 2 kali setiap terjadi kenaikan 10?C. Aktivitas metabolisme organisme akuatik pula naik & penggunaan oksigen terlarut menjadi dua kali lipat. Penggunaan oksigen terlarut pada penguraian bahan organik pula semakin tinggi secara drastis (Howerton, 2001).

Berdasarkan pada penelitian Wasielesky (2003), suhu menghipnotis metabolisme udang putih (L. Vannamei). Pada suhu 23?C, 27?C & 30?C, menunjukkan bahwa nafsu makan udang paling tinggi terjadi pada suhu 30oC. Sedangkan berdasarkan penelitian Jackson & Wang (1998), pertumbuhan udang windu (Penaeus monodon) dalam suhu 30?C menggunakan umur 180 hari mencapai 34 g dan pada suhu 20?C hanya mencapai 20 g dalam umur yang sama.

3. Kecerahan

Kecerahan (transparancy) perairan dipengaruhi oleh bahan-bahan halus yang melayang-layang dalam air baik berupa bahan organik seperti plankton, jasad renik, detritus maupun berupa bahan anorganik seperti lumpur dan pasir (Hargreaves, 1999).
Secchi disk digunakan untuk mengukur tingkat kecerahan perairan

Dalam kolam budidaya, kepadatan plankton memegang peranan paling besar dalam menentukan kecerahan meskipun partikel tersuspensi dalam air juga berpengaruh. Plankton tersebut akan memberikan warna hijau, kuning, biru-hijau, dan coklat pada air (Boyd, 2004a). Selanjutnya dikatakan bahwa kedalaman air yang dipengaruhi oleh sinar matahari (photic zone) di danau atau tambak sekitar dua kali nilai pengamatan dengan menggunakan secchi disk . Semakin kecil kecerahan berarti semakin kecil sinar matahari yang masuk sampai dasar tambak yang dapat mempengaruhi aktvitas biota di daerah tersebut.

4. Muatan Padat Tersuspensi

Muatan padatan tersuspensi (MPT) berasal dari zat organik dan anorganik. Komponen organik terdiri dari fitoplankton, zooplankton, bakteri dan organisme renik lainnya. Sedangkan komponen anorganik terdiri dari detritus partikelpartikel anorganik (Hargreaves,1999). Selanjutnya dikatakan bahwa MPT berpengaruh terhadap penetrasi cahaya matahari ke dalam badan air. Hal ini berpengaruh pada tingkat fotosintesis tumbuhan hijau sebagai produsen primer yang memanfaatkan sinar matahari sebagai energi utama. Kekeruhan karena plankton jika tidak berlebihan bermanfaat bagi ekosistem tambak. Jika densitas plankton terlalu tinggi akan menyebabkan fluktuasi beberapa kualitas air seperti pH dan oksigen terlarut.
Kekeruhan air bisa diakibatkan oleh banyaknya mutan padat tersuspensi

Sumber : Blog Vuut Tuntun

Semoga Bermanfaat...

Parameter Kualitas Air : Parameter Biologi Kualitas Air

Indikator kualitas air yang biasa dipakai buat menilai kelayakan buat budidaya biasanya didasarkan pada faktor ekamatra dan kimia air pada kolom air.

Faktor ekamatra air yang diamati antara lain :

1. Suhu

2. Kecerahan

tiga. Partikel tersuspensi

Sedangkan faktor kimia antara lain :

1. Biological oxygen demand (BOD)

2.Chemical oxygen demand (COD),

3. Dissolved oxygen (DO)

4. Alkalinitas

5. Bahan organik

6. Amonia

7. Fosfat, dan lain-lainnya.

Indikator kualitas air yang mulai banyak dikembangkan kini ini merupakan indikator secara biologi, yaitu pengamatan terhadap organisme yang hayati pada suatu perairan (Basmi, 2000).

Selanjutnya dikatakan bahwa indikator ini sangat penting karena parameter fisika dan kimia air mempengaruhi keberadaan organisme yang hidup di perairan tersebut. Indikator biologi yang sekarang digunakan antara lain organisme macrobenthic dan plankton. Namun demikian, penggunaan biota tersebut sebagai indikator kualitas air mempunyai beberapa kelemahan. Organisme macrobenthic hanya hidup pada substrat tertentu sedangkan plankton hanya hidup di kolom air (Reynolds, 1990). Indeks keragamanan macrobenthic dan plankton hanya mencerminkan perubahan struktur komunitas pada saat mengalami gangguan (stress period) dan tidak dapat membedakan antara ekosistem yang terganggu dengan ekosistem yang sehat.

Penggunaan diatom yang hidup di dasar perairan atau sedimen (benthic diatom) diduga sangat tepat karena dapat mengatasi kelemahan-kelamahan yang ada pada organisme macrobenthic dan plankton.
Benthic diatom

Benthic diatom yang hidup menempel pada sedimen, mempunyai beberapa kelebihan antara lain :

  1. Jenis algae yang kelimpahannya paling banyak dan tersebar luas
  2. Berperan penting dalam rantai makanan
  3. Siklus hidup sederhana, beberapa spesies sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan sehingga dapat menggambarkan perubahan lingkungan dalam periode yang pendek dan jangka panjang
  4. Mudah pengambilan sampel dan identifikasinya (Round, 1993; Stevenson, 2002).
Menurut Sukran et al. (2006), keberadaannya dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia air. Struktur komunitas dan kelimpahan benthic diatom sangat penting dalam menentukan status ekologis perairan (Picinska, 2007). Sedangkan menurut Hendrarto (1994), struktur komunitas benthic diatom di daerah mangrove sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama ketersediaan air dan zonasi dari vegetasi mangrove. Kelebihan lain penggunaaan organisme yang menempel (Attaching organism) dibandingkan dengan plankton (planktonic community) adalah distribusinya tidak mudah terpengaruh oleh arus (Almeida, 2001).