Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Tampilkan postingan dengan label Ikan. Tampilkan semua postingan

Jenis - Jenis Ikan Air Laut Ekonomis Penting [Bagian 20]

Jenis ikan air bahari yg memiliki irit krusial pada perairan Indonesia sangatlah poly. Berikut merupakan beberapa jenis ikan air laut yg mempunyai nilai ekonomis penting yang telah dirangkum. Untuk melihat goresan pena sebelumnya dapat dilihat pada tautan dibawah artikel ini.

96. Kembung lelaki, Rastrelliger kanagurta
Ikan kembung lelaki [sumber]

(Scombridae); hidup diperairan pantai, lepas pantai, bergerombol akbar, pemakan plankton kasar, dapat mencapai panjang 35 cm, umumnya 20-25 cm. Tergolong ikan pelagis mini , penangkapan menggunakan purse seine, jaring insang lingkar, jala lompo dan sejenisnya, sero, dipasarkan dalam bentuk segar, asin setengah kemarau (peda), harga agak mahal. Daerah penyebaran; hampir masih ada diseluruh perairan Indonesia, Kalbar, Kalsel, Laut Jawa, Selat Malaka, Sulsel, Arafuru, Teluk Siam, Philipinna.

97. Kembang perempuan, Rastrelliger neglectus
Ikan kembang perempuan [sumber]

(Scombridae); hayati lebih mendekati pantai, membangun grup besar , pemakan plankton halus, dapat mencapai panjang 30 centimeter, umumnya 15-20 centimeter. Tergolong ikan pelagis kecil, penangkapan dengan sero, jala lompo dan sejenisnya, kadang-kadang masuk trawl, jaring insang lingkar, purse seine, dipasarkan pada bentuk segar, asin 1/2 kemarau (peda), harga agak mahal. Daerah penyebaran; perairan pantai Indonesia terutama Kalimantan, Sumbar, Laut Jawa, Selat Malaka, Sulsel, Muna-Buton, Arafuru, Teluk Siam, Philipinna.

98. Tongkol, Auxis thazard
Ikan tongkol [sumber]

(Scombridae); hidup diperairan pantai, lepas pantai, bergerombol besar , termasuk ikan buas, predator, makanannya ikan-ikan kecil, cumi-cumi, bisa mencapai panjang 50 cm, umumnya 25-40 centimeter. Tergolong ikan pelagis akbar, perenang cepat, penangkapan menggunakan tonda, jabur, purse seine, pole and line, dipasarkan pada bentuk segar, asin kemarau, difufu, asin panaskan (pindang), harga mahal. Daerah penyebaran; terdapat diseluruh wilayah pantai, lepas pantai perairan Indonesia, & seluruh perairan Indo-Pasifik.

99. Komo (Tongkol), Euthynnus affinis
Ikan komo [sumber]

(Scombridae); hayati bergerombol besar , ikan buas, predator, karnivor, bisa mencapai panjang 100 cm, umumnya 50-60 cm. Tergolong ikan pelagis akbar, penangkapan dengan tonda, jaring insang, purse seine, pole and line, dipasarkan dalam bentuk segar, asinkering, difufu (oven), harga mahal. Daerah penyebaran; terutama perairan Indonesia Timur, Samudera Indonesia, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang Laut Cina Selatan, Philipinna, perairan utara Australia.

100. Cakalang, Katsuwonus pelamis
Ikan cakalang [sumber]

(Scombridae); hidup bergerombol, akbar, ikan buas, predator, karnivor, dapat mencapai panjang 100 cm, umumnya 40-60 centimeter. Tergolong ikan pelagis akbar, penangkapan menggunakan pole and line, pancing tonda, jaring insang hanyut, dipasarkan dalam bentuk segar, difufu (panggang), asin-kemarau, harga mahal. Daerah penyebaran; daerah pantai bahari pada, kadar garam tinggi, daerah tropis, Perairan Indonesia Timur, Selatan Jawa, Barat Sumatera, Philipinna, Kep. Hawai, daerah perairan tropis Australia.

Jenis - jenis ikan ekonomis bahari lainnya silahkan lihat artikel berikut :

Ikan Laut Ekonomis Penting

Sumber : Pengenalan jenis - jenis ikan air bahari. Abdul Samad Genisa. 1999

Semoga Bermanfaat...

Ikan Khas Sungai di Indonesia

Sungai merupakan genre air yang akbar & memanjang yg mengalir secara monoton dari hulu (asal) menuju hilir (muara). [wikipedia]. Perairan sungai membentuk ekosistem tersendiri bagi makhluk hidup buat berkembang biak.

Dari sekian poly makhluk hayati yang memanfaatkan sungai buat hidup & berkembang biak, ikan air tawar adalah makhluk hayati yg banyak ditemui di ekosistem sungai.

Ikan - ikan sungai merupakan jenis ikan yang hidup dan berkembang biak diperairan sungai. Beberapa jenis ikan sungai sudah diintroduksi sehingga dapat dipelihara secara intensif oleh manusia dengan menggunakan media kolam dan diberi pakan buatan seperti ikan tawes, ikan nilem, ikan mas, ikan nila, udang galah, sidat dan sebagainya.
Berbagai jenis ikan sungai [sumber]

Berbicara mengenai ikan sungai spesial Indonesia ketika ini poly yg belum diintroduksi dan dibudidayakan secara intensif dikarenakan susah direproduksi & belum bisa memanipulasi lokasi budidaya. Tetapi ikan - ikan tersebut mempunyai potensi buat dikembangkan & menguntungkan secara ekonomi. Apabila dilihat dipasaran harga ikan sungai rata - homogen mempunyai harga jauh diatas ikan output budidaya, hal ini dikarenakan masih sedikitnya output tangkapan tetapi permintaan tinggi.

Dengan adanya peluang pengembangan ikan sungai tadi sebaiknya kita mengenal terlebih dahulu jenis - jenis ikan sungai khas Indonesia yang memiliki potensi buat dikembangkan & memiliki laba secara ekonomi.

Berikut adalah beberpa jenis ikan - ikan sungai khas Indonesia :

1. Ikan Balar / Lalawa

2. Ikan Hampala

3. Ikan Baung

4. Ikan Gabus

lima. Ikan Jeler / Uceng

 Semoga Bermanfaat...

Mengenal Jenis Kepiting Beracun

Bicara mengenai kepiting, biasanya kita akan mengacu pada kepiting yang bisa dikonsumsi, misalnya kepiting bakau (Scylla spp.) atau rajungan (Portunus pelagicus). Namun, sebenarnya di dunia ini banyak sekali jenis kepiting, baik itu kepiting dari kelompok Brachyura ataupun Anomura. Brachyura merupakan kelompok kepiting sejati, memiliki 4 pasang kaki gerak yang berkembang sempurna, sedangkan Anomura merupakan kelompok kepiting ‘semu’, hanya memiliki 3 pasang kaki gerak yang berkembang sempurna – kaki gerak keempat sangat kecil atau sulit terlihat.

Dari seluruh spesies yg kini dikenal, sesungguhnya hanya beberapa saja yg mampu dikonsumsi. Bahkan, beberapa spesies kepiting diketahui sebagai spesies yg beracun.

Racun Dalam Tubuh Kepiting

Beberapa jenis racun yang telah diketahui terkandung dalam tubuh kepiting adalah domoic acid, okadaic acid, palytoxin, tetrodotoxin, saxitoxin, neosaxitoxin, surugatoxin, brevetoxin, nereistoxin, dan gonyautoxin. Selain palytoxin, semua racun tersebut termasuk dalam kelompok neurotoxin, yaitu racun yang beraksi terhadap sel saraf, dan biasanya berinteraksi terhadap protein membran.

Domoic acid adalah racun yang bersifat asam. Nama ‘domoic’ berasal dari kata ‘doumoi’, yaitu istilah lokal bahasa Jepang dari alga merah Chondria armata. Menurut Horner (publikasi tahun 1996), racun ini diketahui dapat terakumulasi pada jaringan kepiting dan kerang-kerangan.

Okadaic acid memiliki cara kerja yang mirip dengan domoic acid. Istilah okadaic diambil dari spons laut Halichondria okadai. Namun, penghasil racun ini yang sesungguhnya adalah alga dari kelompok Dinophyta. Meskipun demikian, ternyata racun ini juga dapat terkandung dalam tubuh kepiting.

Palytoxin pertama kali diketahui terdapat pada ikan yang mengkonsumsi zoanthid Palythoa, organisme mirip anemon. Palitoksin bekerja dengan cara membentuk saluran membran baru yang melebihi normal sehingga transpor ion menjadi tidak terkontrol dan menyebabkan malfungsi sel serta jaringan tubuh.

Tetrodotoxin (TTX) dideteksi pertama kali pada ikan suku Tetraodontidae. Racun ini juga merupakan neurotoksin dengan mekanisme penghambatan transpor ion natrium.

Saxitoxin (STX) merupakan senyawa racun nonprotein, bersifat larut air dan juga memiliki efek penghambatan transpor ion natrium. Racun ini memiliki efek yang setara dengan TTX. Menurut Groves dkk (1980), STS dan TTX dihasilkan oleh Dinophyta, meski dapat ditemukan pula pada berbagai macam biota laut.

Racun-racun lain seperti Neosaxitoxin (neoSTX), Brevetoxin, Surugatoxin, Nereistoxin, dan Gonyautoxin juga merupakan neurotoksin yang dapat ditemukan dalam tubuh kepiting meski dalam jumlah yang sedikit. Racun-racun ini juga ditemukan dalam tubuh hewan lain seperti kerang dan cacing laut.

Mengapa kepiting sebagai beracun?

Jika kita melihat klasifikasi racun-racun tersebut, bisa diambil kesimpulan ad interim bahwa sesungguhnya penghasil racun-racun tersebut bukanlah spesies kepiting. Beberapa racun bahkan dihasilkan oleh spesies alga. Jadi, bagaimana sanggup kepiting sebagai beracun?

Menurut Ng (1998), kepiting beracun dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu beracun permanen (sifat toksisitas permanen) dan temporer. Kepiting-kepiting tersebut umumnya merupakan anggota dari suku Xanthidae. Kepiting yang diketahui bersifat beracun permanen adalah Lopozozymus pictor, Demania spp., Zosimus aeneus, Platypodia granulosa dan Atergatis floridus. Sementara itu, kepiting-kepiting yang bersifat beracun temporer contohnya adalah Atergatis integerrimus dan Atergatis spp. (semua spesies Atergatis kecuali Atergatis floridus). Kepiting kategori beracun temporer ini tingkat toksisitasnya tergantung pada habitatnya.
Beberapa jenis kepiting yang memiliki racun

Sampai saat ini paling nir ada 2 hal yg diyakini dapat menjadi penyebab kepiting sebagai beracun, yaitu:

(1) Kontaminasi dan akumulasi racun dari konsumsi makanan,

(dua) Pengaruh tempat asli (terutama eksistensi bakteri, alga dan organisme produsen racun).

Beberapa penelitian pada dua atau tiga dekade yang lalu menyebutkan bahwa sumber makanan utama dari spesies kepiting beracun adalah Dinophyta, kerang-kerangan (Bivalvia dan Gastropoda), cacing (Polychaeta) serta beberapa spesies alga. Pola konsumsi semacam ini dapat menyebabkan kepiting mengakumulasi racun-racun tersebut karena ternyata racun-racun seperti TTX, STX dan okadaic acid diketahui dihasilkan oleh Dinophyta.

Pertanyaan menarik merupakan, bagaimana racun-racun menurut kuliner tersebut bisa terakumulasi dan mengapa justru tidak mengakibatkan keracunan pada kepiting-kepiting tadi. Mekanisme eksositosis & endositosis diduga bertenaga sebagai jalan bagi zat racun terakumulasi pada tubuh kepiting. Ng (1998) menyampaikan bahwa senyawa racun paling banyak ditemukan dalam organ hati usus & gonad kepiting. Lehane (2000) membicarakan liputan dari penelitian Negri dan Llewllyn bahwa beberapa spesies dari suku Xanthidae mempunyai mekanisme pertahanan terhadap racun (STX, TTX dan turunanna). Mekanisme ini adalah dengan membuat protein haemolimph yg secara farmakologi sama dengan saxiphilin, yaitu senyawa yg dapat mengikat racun.

Habitat pula mensugesti taraf toksisitas kepiting, terutama kepiting-kepiting yg bersifat beracun temporer. Keberadaan alga, bakteri & organisme penghasil racun pada suatu daerah asal dapat berperan penting sebagai penyebab kepiting (& pula fauna lain misalnya kerang & ikan) menjadi beracun. Bakteri misalnya Pseudomonas sp.,Alteromonas sp., Moraxella sp., dan Acinetobacter sp. Diketahui jua mampu membuat STX dan neoSTX secara otonom. Bakteri lain dari grup Vibrionaceae diketahui dapat menghasilkan TTX. Bakteri-bakteri ini dapat berasosiasi dengan kepiting (contohnya bersimbiosis & hidup dalam bagian di bawah karapas kepiting) & menyebabkan meningkatnya toksisitas kepiting tadi.

Selanjutnya, insiden meledaknya populasi alga berbahaya (terutama yang dapat memproduksi racun) dalam suatu habitat kepiting jua bisa sebagai penyebab meningkatnya toksisitas kepiting. Kepiting-kepiting suku Xanthidae umumnya mempunyai konduite ?Malas? Berkecimpung sebagai akibatnya wilayah jelajahnya terbatas. Apabila habitatnya sedang mengalami ledakan populasi alga produsen racun, sifat ?Malas? Berkiprah ini akan meningkatkan peluang kontaminasi & akumulasi senyawa beracun pada tubuh kepiting.

Sumber : Rubrik Biologi.Majalah 1000 Guru. August 2013

Semoga Bermanfaat...

Mengenal Kepiting

Kepiting merupakan hewan yang termasuk dalam subfilum Crustacea ordo Decapoda (yang berarti “berkaki sepuluh” dan mengacu pada 10 alaat gerak). Kepiting dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu kepiting Brachyura(kepiting yang sebenarnya) dan kepiting Anomura (kepiting “semu”). Semua spesies kepiting Brachyura dapat dengan mudah dibedakan dari kepiting Anomura. Kepiting Brachyura pada umumnya memiliki 4 pasang kaki gerak yang berkembang dengan baik, sedangkan kepiting Anomura hanya memiliki 3 pasang kaki gerak. Kaki gerak keempat dari kepiting Anomura sangat kecil dan sulit dilihat.
Liocarcinus vernalis, salah satu contoh Brachyura [sumber]

Selain ciri umum yang disebutkan di atas, ada juga beberapa kepiting Brachyura yang memiliki kaki gerak keempat tereduksi, seperti kepiting dari famili Dynomenidae dan Retroplumidae, atau bahkan hilang sama sekali, seperti kepiting dari famili Hexapodidae (penelitian Peter Ng pada 1998). Kemudian, satu hal lagi yang menjadikan kedua kelompok besar kepiting Brachyura dan Anomura adalah bahwa kepiting “semu” Anomura biasanya menggunakan cangkang kosong Gastropoda atau bambu sebagai ‘rumahnya’ yang melindungi bagian perut yang lunak (hasil penelitian Rahayu dan Wahyudi pada 2008). Contoh kepiting Brachyura adalah kepiting bakau (Scylla serrata) dan rajungan biru (Portunus pelagicus). Sementara itu, contoh kepiting “semu” Anomura adalah kepiting kelapa (Birgus latro) dan kumang (Coenobita spp).

Saat ini, pengumpulan data jumlah spesies kepiting baik Brachyura maupun Anomura masih belum lengkap. Sensus tahun 1951 oleh Fenner Chace Jr. melaporkan bahwa secara keseluruhan jumlah Brachyura dan Anomura masing-masing sebanyak 4.428 and 1.270 spesies. Dalam penelitian baru-baru ini, McLaughlin dkk. (2007) mencatat ada sekitar 1069 spesies Anomura dari superfamili Paguroidea saja. Raoul Serène pada tahun 1968 memperkirakan sekitar 1.000 spesies Brachyura berada di wilayah Indo-Malaya. Namun, jumlah ini semakin meningkat seiring dengan ditemukannya banyak spesies baru.
Pagarus bernhardus, salahsatu contoh Anomura [sumber]

Jumlah total Brachyura & Anomura diperkirakan masing-masing sekitar lima.000-6.000 & 1.500-dua.000 spesies. Dari semua ini, daerah yg paling banyak dihuni oleh kepiting-kepiting tersebut merupakan wilayah Pasifik Barat bagian tengah (termasuk Indonesia), yaitu kurang lebih 1.500-dua.000 Brachyura (spesies air laut juga air tawar). Selama kurun saat berdasarkan 1999 sampai 2010, sudah ditemukan 29 spesies baru Crustacea berdasarkan perairan bahari Indonesia, 25 spesies di antaranya adalah kepiting (Brachyura dan Anomura). Hal ini berarti dua spesies baru ditemukan menurut perairan bahari Indonesia setiap tahunnya, belum termasuk spesies air tawar.

Bagian-bagian tubuh kepiting Anomura serta Brachyura dalam bentuk gambar skema diberikan dalam tulisan ini. Sebagai catatan, istilah yang dipakai untuk menamakan bagian tubuh kepiting di sini adalah istilah yang umum digunakan di kalangan ilmiah internasional. Oleh karena itu, istilah-istilah tersebut diberikan padanan bahasa Indonesianya hanya jika dapat memudahkan pemahaman ataupun terdapat padanannya.
Bagian - bagian tubuh kepiting "semu" Anomura [Rahayu dan wahyudi, 2008]

Bagian tubuh utama kepiting Anomura adalah perisai (shield), perut (abdomen), serta organ gerak yang terdiri dari capit (cheliped) dan kaki gerak (pereopod 2, 3, 4, 5). Pereopod keempat dan kelima biasanya tereduksi. Organ gerak baik capit maupun pereopod terdiri dari bagian-bagian merus, propodus, dactyl.
Bagian - bagian tubuh Brachyura [Peter NG, 1998]

Bagian tubuh kepiting Brachyura yang utama terdiri dari karapas (carapace), perut (abdomen), capit (cheliped) dan kaki gerak (kaki gerak 1, 2, 3, 4). Perlu diperhatikan bahwa ada perbedaan penomoran kaki gerak untuk Anomura dan Brachyura sesuai dengan keumuman yang dipakai dalam deskripsi spesies pada publikasi ilmiah.

Sumber : Rubrik Biologi. Majalah 1000 Pengajar. June 2013.

Semoga Bermanfaat...

Mengenal Ikan Baung

Dalam rangka peningkatan taraf hayati warga , khususnya petani/nelayan, aktivitas budi daya ikan adalah galat satu cara lain yg bisa ditempuh. Kegiatan budi daya beberapa jenis ikan, misalnya ikan mas, nila, mujair, gurame, lele, dan patin sudah umum dikembangkan di rakyat.

Salah satu jenis ikan yang sangat potensial untuk dibudidayakan adalah ikan baung. Ikan baung adalah sejenis lele (catfish) yang hidup di perairan umum, seperti sungai (dari hulu sampai ke muara) dan danau. Di Indonesia, ikan baung cukup populer dan amat digemari oleh konsumen, khususnya di Sumatra dan Kalimantan karena berdaging tebal dan memiliki rasa yang khas.
Ikan baung [sumber]

Harga satu kilogram ikan baung berukuran konsumsi (1/4 kg - 1 kg) adalah Rp 15.000,00 sampai Rp 40.000,00 sedangkan dalam bentuk ikan salai (asap) dapat mencapai Rp 90.000,00/kg. Karena nilai ekonomisnya tinggi, ikan baung senantiasa diburu & ditangkap. Sampai saat ini, penyediaan ikan baung buat konsumsi masih diperoleh dari penangkapan pada alam. Ekploitasi alam tanpa memperhatikan kelestarian tentu akan menurunkan populasi ikan baung, bahkan dapat mengakibatkan kepunahan. Gejala kepunahan ikan baung telah dirasakan sang rakyat Sumatra Tengah (Riau, Jambi, & Bengkulu), Sumatra Selatan, dan Kalimatan.

Klasifikasi Ikan Baung

Ikan baung diklasifikasikan ke dalam Phylum Chordata, Kelas Pisces, Sub-kelas Teleostei, Ordo Ostariophysi, Sub-ordo Siluroidea, Famili Bagridae, Genus Macrones, dan Spesies Macrones nemurus CV. (Saanin, 1968). Menurut Imaki et al. (1978), ikan baung dimasukkan dalam Genus Mystus dengan spesies Mystus nemurus CV.
Ikan baung [sumber]

Sinonim Mystus nemurus adalah Bagrus nemurus CV., Bagrus hoevenii Blkr., Bagrus sieboldi Bikr., Hemibagrus nemurus Bikr., Macrones nemurus Gunther., Macrones bleekeri Volza., Macrones howony Popla., dan Macrones borga Popla (Weber and de Beaufort, 1965).

Di daerah Karawang, ikan baung dikenal dengan nama ikan tagih atau senggal, sedangkan di Jakarta dan Malaysia dikenal menjadi ikan bawon, senggal, singgah, & singah (Sunda/Jawa Barat); tageh (Jawa); boon (Serawak); niken, siken, tiken, tiken-bato, baungputih, dan kendinya (Kalimantan Tengah); baong (Sumatra) (Weber and de Beaufort, 1965; Djajadiredja et al., 1977).

Morfologi Ikan Baung

Ikan baung mempunyai bentuk tubuh panjang, licin, dan tidak bersisik, kepalanya kasar dan depres dengan tiga pasang sungut di sekeliling mulut dan sepasang di lubang pemafasan; sedangkan panjang sungut rahang atas hampir mencapai sirip dubur.
Ikan baung [sumber]

Pada sirip dada & sirip punggung, masing-masing terdapat duri patil. Ikan baung mempunyai sirip lemak (adipose fin) pada belakang sirip punggung yang kira-kira sama menggunakan sirip dubur. Sirip ekor berpinggiran tegak & ujung ekor permukaan memanjang menyerupai bentuk sungut. Bagian atas ketua dan badan berwama coklat kehitam-hitaman sampai pertengahan sisi badan dan memutih ke arah bagian bawah

Daerah Penyebaran Ikan Baung

Distribusi ekologis ikan baung, selain pada perairan tawar, sungai, dan danau, juga terdapat di perairan payau muara sungai dan dalam umumnya ditemukan di wilayah banjir. Ikan baung berhasil hayati pada kolam yg dasarnya berupa pasir & batuan (Madsuly, 1977). Di Jawa Barat, ikan baung poly ditemukan pada sungai Cidurian & Jasinga Bogor yg airnya cukup dangkal (45 cm) menggunakan kecerahan 100 %.

Distribusi geografis ikan baung, selain di perairan Indonesia, jua terdapat di Hindia Timur, Malaya, Indocina, dan Thailand.

Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Baung

Ikan pada umumnya mempunyai kemampuan mengikuti keadaan tinggi terhadap makanan dan pemanfaatan makanan yang tersedia di suatu perairan. Dengan mengetahui kebiasaan makan ikan, maka kita bisa mengetahui interaksi ekologi organisme dalam suatu perairan, misalnya bentuk-bentuk pemangsaan persaingan kuliner & rantai kuliner.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa ikan baung termasukjenis ikan hewan pemakan daging menggunakan susunan makanan yg terdiri atas ikan, insekta, udang, annelida, nematoda, detritus, sisa-sisa tanaman , atau organik lainnya. Susunan kuliner ikan baung dewasa tidak selaras menggunakan susunan kuliner ikan baung anakan. Makanan primer ikan baung dewasa terdiri atas ikan & insekta, sedangkan makanan primer anakan ikan baung hanya berupa insekta. Namun, Djajadiredja et al. (1977) mengemukakan bahwa ikan baung termasuk jenis ikan hewan pemakan daging dan tumbuh-tumbuhan dengan makanan terdiri atas anak ikan, udang, remis, insekta, moluska, & rumput. Makanan primer ikan baung yang hidup di Waduk Juanda terdiri atas udang & makanan pelengkapnya berupa ikan dan serangga air, sebagai akibatnya digolongkan dalam jenis ikan kamivora.

Cara Berkembang Biak Ikan Baung

Berdasarkan laporan alawi et.al. (1990), ikan baung diperairan sungai Kampar (Riau) memijah pada sekitar bulan Oktober sampai bulan Desember.  Hal ini merupakan fenomena umum karena pada saat itu biasanya musim hujan dan sebagian besar ikan diperairan umum memijah pada awal atau sepanjang musim hujan.  Hal ini terjadi karena ikan yang akan memijah umumnya mencari kawasan yang aman dan banyak makanan.

Kawasan seperti ini didapatkan pada kawasan rerumputan yang digenangi air pada saat musim hujan tiba.  Demikian juga jenis ikan baung mencari tepat perlindungan dan membuat sarang bila melakukan pemijahan (Bardach et.al., 1972).

Sumber : Pembenihan ikan baung. 2008. Bogor

Semoga Bermanfaat...

Mengenal Ikan Balar / Lalawak

Ikan lalawak atau yang sanggup disebut juga dengan ikan balar atau ceceperan merupakan ikan air tawar yang hidup di sungai yg berarus cukup deras dan landai. Karakteristik menurut lalawak sama dengan ikan-ikan arus deras lainnya, yaitu militan dalam pergerakannya.

Jenis ikan ini mirip menggunakan ikan tawes yg biasa dibudidayakan di kolam, yang menjadi pembedanya yaitu menurut warna ujung siripnya. Ujung sirip Tawes berwarna hitam sedangkan lalawak berwarna kemerah-merahan meskipun terdapat jua yg berwarna kekuning-kuningan. Ukuran berat maksimal dewasa mampu mencapai 1 kg dengan panjang 25 cm.

Warna badan ikan lalawak berwarna perak kehijauan, sebagian mata berwarna merah. Sirip punggung dan sirip ekor berwarna abu-abu sampai kehitaman. Sirip dada berwarna kuning pucat hingga kuning terang. Bedanya, sirip lalawak berwarna merah, demikian halnya mata dan ekornya. Ukuran sisik lebih kecil dibanding tawes dan berwarna cerah. Itu sebabnya lalawak mampu dipelihara menjadi ikan hias.

Ikan Balar/Lalawak [sumber]
Ikan balar / lalawak (Barbodes sp) merupakan salah satu jenis ikan yang hidup di perairan umum (seperti sungai) dan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai ikan konsumsi, walaupun belum menjadi jenis ikan yang terancam punah, kan ini perlu mendapat perhatian karena dibeberapa lokasi keberadaannya sudah sangat berkurang.

Klasifikasi Ikan Balar / Lalawak

Klasifikasi ikan Lalawak (Barbode sp) dari Kottela et al (1993):

Kingdom        : Animalia

Phylum           : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Pisces

Ordo : Cypriniformes

Subordo          : Cyprinoidei

Family : Cyprinidae

Genus : Barbodes

Species           : Barbodes sp

Morfologi Ikan Balar / Lalawak

Genus Barbodes mempunyai ciri-ciri mulut kecil, terminal dan subterminal, celahnya tidk memanjang melebihi garis vertikal yang melalui pinggiran depan mata, mempunyai bibir halus berpapila atau tidak tetapi tanpa liapatan, bibir bagian atas terpisah dari moncongnya oleh suatu lekukan yang jelas, pangkal bibir atas tertutup oleh lipatan kulit moncong, pada ujung rahang bawah tidak ada tonjolan. Bagian perut di depan sirip perut datar atau membulat tidak memipih membentuk geligir taja, jika terdapat geligir hanya di bagian belakang sirip perut. Gurat sisi sempurna, tidak ada pori tambahan pada sisik sepanjang gurat sisi. Terdapat 7-10½ jari-jari bercabang pada sirip punggung, jari-jari terakhir sirip punggung lemah atau keras tapi tidak bergerigi, tidak ada duri mendatar didepan sirip punggung, 5-8½ jari-jari bercabang pada sirip dubur. Sisik dengan struktur beberapa jari-jari sejajar atau melengkung ke ujung, sedikit atau tidak ada proyeksi jari-jari ke samping.

Habitat Ikan Balar / Lalawak

Ikan lalawak adalah ikan yang mempunyai tempat asli asli di sungai & dewasa ini telah dibudidayakan di kolam-kolam peliharaan.

Kebiasaan Makan Ikan Balar / Lalawak

Ikan balar / lalawak merupakan jenis ikan omnivor lantaran selain memakan organisme nabati pula memakan organisme hewani.

Sumber : IPB;Jitunews

Semoga bermanfaat...

Mengenal Ikan Hampal/Hampala

Hampal, adungan atau kebarau (Hampala macrolepidota) adalah sejenis ikan air tawar anggota suku Cyprinidae (kerabat ikan mas). Ikan ini menyebar luas di Asia Tenggara daratan dan Indonesia bagian barat. Nama-nama lokalnya, di antaranya, hampal, hambal, hampalong (Sd.); ampalong (Btw); wader, suco, palung (Jw.); adungan, dungan, dongan (Klm.); kabarau, kebarau, barau, sebarau (Mly.); sebaju (Lamp.). Dalam bahasa Inggris spesies ini dikenal sebagai Hampala Barb dan juga Large-scaled Hampal, sebagaimana nama penunjuk jenisnya (specific ephitet) yang merujuk pada sisik-sisiknya yang berukuran besar. Nama marganya dipinjam dari nama lokalnya dalam bahasa Sunda.

Kalsifikasi Ilmiah

Kingdom         : Animalia

Filum              : Chordata

Kelas               : Actinopterygii

Ordo                : Cypriniformes

Famili              : Cyprinidae

Genus              : Hampala

Spesies            : H. macrolepidota; H. ampalong; H. bimaculata

Moroflogi Ikan Hampala

Ikan Hampala adalah salah satu genus dari famili Cyprinidae yang memiliki ciri-ciri bibir atas terpisah dari moncong oleh suatu lekukan yang jelas, pangkal bibir atas terpisah oleh lapisan kulit moncong, mulut terminal atau subterminal, gurat sisi mempunyai 25-30 sisik, sirip perut depan datar atau membulat, sirip anal memiliki 5 jari-jari bercabang tidak memiliki duri pada sirip punggung, hidup di perairan air tawar yaitu di danau dan sungai dan tersebar luas di perairan Indo-Australia (Sumatra, Jawa, Borneo), Malaka, Siam, Indo-China. (Weber and Beaufort, 1916 ; Kottelat et al. 1993 ; Sulaiman & Mayden, 2012).

Weber and Beaufort (1916), membagi genus Hampala menjadi tiga jenis berdasarkan pola bercak hitam di tubuhnya yaitu, Hampala ampalong mempunyai dua bercak hitam besar sepanjang gurat sisi, satu dibawah sirip punggung dan satu terletak di ujung sirip dubur. Hampala bimaculata mempunyai dua bercak hitam melintang sisi badan, satu dibawah sirip punggung dan satu di depan batang ekor. Hampala macrolepidota pada ikan yang berukuran besar memiliki bercak hitam antara sirip punggung dengan sirip perut yang kemudian menjadi samar-samar pada ikan yang sangat besar

Habitat

Hampal diketahui menyebar luas mulai dari Tenasserim, Thailand, Indocina, Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Spesimina didapatkan di antaranya dari Padang, Solok Danau Singkarak, Danau Maninjau, Serdang (Sungai Ular), Sungai Kampar, Sungai Kuantan, Langkat, Deli, Jambi, Palembang, Lahat; Sambas, Seminis, Sungai Kapuas, Sungai Baram, Sarawak, Sungai Barito, Banjarmasin, Sungai Mahakam; Jakarta, Pondok Gede, Ciampea, Bogor, Garut, Situ Bagendit, Panjalu, Ngawi, Kediri, Surabaya, Grati.

Ikan hampala berhabitat biasanya di sungai berair jernih,berarus,dengan kadar oksigen tinggi, dengan dasar pasir,batu2an sungai,atau juga lumpur meski juga didapati di sungai hampir tidak berarus, ditemui di daerah rendah juga tinggi. Dibeberapa lokasi mereka lebih sering berkumpul di aliran utama sungai,dan sering berada diantara ranting atau kayu2 dari pohon yg tumbang.. Ditemukan pada kebanyakan badan air, termasuk waduk dan danau. Termasuk ikan predator: ikan dewasa tercatat memangsa ikan-ikan kecil (di Malaysia), tetapi pengamatan di Waduk Saguling mendapatkan bahwa 74% makanannya adalah serangga akuatik.

Jenis - Jenis Ikan Hampala

1. Hampala macrolepidota
Hampala macrolepidota [sumber]

2. Hampala ampalong
Hampala ampalong [sumber]

3. Hampala bimaculata
Hampala bimaculata [sumber]

4. Hampala dispar
Hampala dispar [sumber]

5. Hampala lopezi

6. Hampala sabana
Hampala sabana [sumber]

7. Hampala salweenensis
Hampala salweenensis [sumber]

Sumber : Wikipedia; Ikan Hampala; Mahamaya hiko

Semoga bermanfaat...

Mengenal Ikan Gabus

Ikan gabus (Channa striata) merupakan jenis ikan yang bernilai ekonomis. Di Indonesia penyebarannya antara lain di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Spesies ini memiliki rasa yang khas, tekstur daging tebal dan putih sehingga harganya pun cukup mahal baik dalam bentuk

segar maupun kemarau (ikan asin). Selain itu, memiliki kandungan albumin yg diharapkan tubuh manusia dalam mengatasi aneka macam penyakit terutama yang disebabkan berkurangnya jumlah protein darah. Ikan ini termasuk keliru satu jenis ikan karnivora air tawar dikarenakan sifatnya yg gemar memangsa ikan-ikan kecil sebagai pakannya. Walaupun mempunyai potensi strategis dan kegunaan yang luas dalam industri pangan maupun farmasi, tetapi pada Indonesia masih belum poly dibudidayakan karena belum dikuasai teknik budidayanya. Pemeliharaan beserta ikan mujair di kolam, penggunaan campuran pakan buatan kaya nutrisi, dan pemanfaatan tumbuhan air dalam proses pemijahan merupakan alternatif budidaya yg perlu dikembangkan.

Ikan gabus [sumber]
Ketersediaan lahan budi daya jenis ikan konsumsi air tawar di Indonesia memberikan peluang besar bagi masyarakat bahkan pengusaha untuk mengembangkan budi daya ikan gabus. Permintaan dan kebutuhan pasar lokal maupun luar negeri semakin meningkat seiring dengan meningkatnya nilai produksi budidaya Channa striata tiap tahunnya. Data statistik FAO (2000) menyebutkan jumlah produksi Channa striata dari hasil budidaya pada tahun 2003 sebanyak 5.448 ton dan meningkat pada tahun 2004 mencapai 11.498 ton, sedangkan dari hasil tangkapan pada tahun 2003 sebanyak 7.327 ton dan meningkat pada tahun 2004 sebesar 16.528 ton. Berdasarkan data di atas memperlihatkan bahwa peluang bisnis budidaya spesies ini menjadi semakin prospektif dan strategis. Jenis-jenis ikan air tawar ekonomis dan strategis di Indonesia yang sudah dikenal dan diperdagangkan secara luas adalah ikan mas, tawes, nilem, jelawat, kowan (grasscarp), patin, baung, lele (lokal dan dumbo), gurami, tambakan, betutu, nila, belut, sidat, dan gabus. Khusus ikan gabus (Channa striata) merupakan jenis ikan air tawar yang bersifat karnivora namun memiliki banyak manfaat baik dari segi nilai ekonomisnya maupun manfaat dalam bidang kesehatan.

DESKRIPSI IKAN GABUS

Ikan gabus merupakan salah satu jenis ikan karnivora air tawar yang menghuni kawasan Asia Tenggara, namun belum banyak diketahui tentang sejarah dan sifat biologisnya. Ikan jenis ini dikenal sebagai ikan konsumsi dan banyak ditemui di pasaran. Dalam ukuran kecil (anakan) ikan gabus terlihat eksotis sehingga banyak dimanfaatkan sebagai ikan hias dalam akuarium. Di Indonesia, ikan ini dikenal dengan banyak nama daerah yaitu aruan, haruan (Malaysia, Banjarmasin, Banjarnegara), kocolan (Betawi), bogo (Sidoarjo), bayong, licingan (Banyumas), kutuk (Jawa). Dalam bahasa Inggris antara lain common snakehead, snakehead murrel, chevron snakehead, dan stripped snakehead. Weber & Beaufort (1922) menyebutkan beberapa nama daerah Channa striata antara lain gabus (Malaysia, Jawa), rajong (Sunda), deluk, kuto (Jawa, Madura), bado (Gaju), bace (Aceh), sepunkat (Palembang), dan haruan (Banjarmasin).

KLASIFIKASI

Ikan gabus dalam taksonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum       : Chordata

Kelas       : Actinopterygii

Ordo        : Perciformes

Familia    : Channidae

Genus      : Channa

Species    : Channa striata

(Bloch, 1793 dalam Weber & Beaufort, 1922).

Synonyms:

- Ophiocephalus wrahl (Lacepede, 1801: 552)

- Ophiocephalus wrahl (Hamilton, 1822: 60, 367)

- Ophiocephalus chena (Hamilton, 1822: 62, 367)

- Ophiocephalus planiceps (Cuvier, 1831: 424)

- Ophiocephalus sowarah (Bleeker, 1845)

- Ophiocephalus vagus (Peters, 1868: 260)

- Ophiocephalus philippinus (Peters, 1868: 262)

Morfologi

Tubuh ikan gabus umumnya berwarna coklat sampai hitam pada bagian atas dan coklat muda sampai  keputihputihan pada bagian perut.

Bentuk badan ikan gabus [sumber]
Kepala agak pipih dan bentuknya seperti ular dengan sisik-sisik  besar di atas kepala, oleh sebab itu, dijuluki sebagai “snake head”.

Kepala ikan gabus [sumber]
Sisi atas tubuh ikan gabus dari kepala hingga ke ekor berwarna gelap, hitam kecoklatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh berwarna putih mulai dagu ke belakang.

Warna ikan gabus [sumber]
Sisi samping bercoret tebal (striata, bercoret-coret) dan agak kabur, warna tersebut seringkali menyerupai lingkungan sekitarnya.

Corak warna ikan gabus [sumber]
Mulut ikan gabus besar, dengan gigi-gigi yang tajam.

Mulut ikan gabus penuh dengan gigi tajam [sumber]
Sirip punggung memanjang dengan sirip ekor membulat di bagian ujungnya.

Bentuk sirip ikan gabus [sumber]
Penyebaran

Channa merupakan jenis ikan air tawar dengan 30 spesies yang tersebar dari Afrika hingga Asia (Lim & Ng, 1990). Di Asia spesies ini tersebar dari Afghanistan, Pakistan bagian barat, Nepal bagian selatan, India, Bangladesh, Srilangka, Myanmar, Indo-China, Cina, Jepang, Taiwan, Philipina, Malaysia, Singapura, dan Indonesia bagian barat.

Peta sebaran ikan gabus [sumber]
Asia Tenggara menjadi pusat penyebaran ikan gabus dengan 10 spesies didalamnya, menurut Lim & Ng (1990) sebanyak lima spesies tersebar di negara Singapura, Malaysia, dan Indonesia antara lain Channa micropeltes, Channa striata, Channa lucius, Channa melasoma, dan Channa gachua. Beberapa spesies Channa yang tersebar di Malaysia, Singapura, Sumatera, Kalimantan (Borneo) antara lain Channa sp. (Scopoli, 1777), Channa bankanensis (Bleeker, 1852), Channa gachua (Hamilton-Buchanan, 1822), Channa lucius (Cuvier & Valenciennes, 1831), Channa marulioides (Bleeker, 1851), Channa melanoptera (Bleeker, 1855), Channa melasoma (Bleeker, 1851), Channa micropeltes Cuvier & Valenciennes, 1831), Channa pleurophthalma (Bleeker, 1851), dan Channa striata (Bloch, 1793).

Habitat

Ikan gabus umumnya didapati pada perairan dangkal seperti sungai dan rawa dengan kedalaman 40 cm dan cenderung memilih tempat yang gelap, berlumpur, berarus tenang, ataupun wilayah bebatuan untuk bersembunyi. Selain itu, spesies ini juga ditemui di danau serta saluransaluran air hingga ke sawah-sawah.

Rawa merupakan salahsatu habitat ikan gabus [sumber]
Day (1967) dalam Tjahjo & Purnomo (1998) menyatakan bahwa ikan gabus termasuk salah satu jenis ikan air tawar yang mempunyai penyebaran yang luas, dan secara alami dapat hidup di danau, sungai, rawa air tawar, dan sawah. Sedangkan menurut Muflikhah (2007) benih ikan gabus banyak ditemukan di daerah perairan yang banyak rerumputan atau tanaman air dan belukar yang terendam air.

Kebiasaan Hidup

Secara umum ikan gabus (Channa striata) memiliki pola pertumbuhan allometrik atau pertambahan bobot lebih cepat daripada pertambahan panjang badan, hal ini berkaitan dengan sifat agresifnya dalam mencari makan. Ikan ini memangsa berbagai ikan kecil, serangga, dan berbagai hewan air lain termasuk berudu dan kodok. Seperti dinyatakan Uchida & Fujimoto (1933) bahwa makanan alami ikan gabus berupa hewan-hewan akuatik seperti ikan-ikan kecil, kodok serta insekta air. Ikan gabus memiliki kemampuan bernapas langsung dari udara, dengan menggunakan semacam organ labirin bernama divertikula yang terletak di bagian atas insang sehingga mampu menghirup udara dari atmosfir (Lagler et al., 1993 dalam Muflikhah, 2007). Sebagaimana ikan - ikan yang mempunyai labirin, ikan gabus mampu bertahan dalam kondisi perairan rawa dengan kandungan oksigen terlarut rendah dan pH berkisar 4,5-6.

Tanaman air merupakan tempat bersembunyi ikan gabus [sumber]
Dalam proses pemijahan spesies ini memiliki kebiasaan membangun sarang berbusa di antara vegetasi di lingkungan hidupnya. Djajadireja et al., (1977) dalam Muflikhah (2007) menyatakan bahwa ikan gabus membuat sarang yang berbentuk busa di sekitar tanaman air di rawa dan perairan dangkal dengan arus lemah. Busa tersebut berbentuk semacam lingkaran yang berfungsi selain sebagai area pemijahan juga sebagai pelindung telur yang telah dibuahi.

JENIS - JENIS IKAN GABUS

1.Channa micropeltes

Channa micropeltes [sumber]
2. Channa striata

Channa striata [sumber]
3. Channa lucius

Channa lucius [sumber]
4. Channa melasoma

Channa melasome [sumber]
5. Channa gachua

Channa gachua [sumber]
6. Channa bankanensis

Channa bankanensis [sumber]
7. Channa marulioides

Channa marulioides [sumber]
8. Channa melanoptera

Channa melanoptera [sumber]
9. Channa pleurophthalma

Channa pleurpohthalma [sumber]
Sumber : Nurbakti Listyantodan Septyan Andriyanto. 2009. Ikan Gabus (Channa striata) Manfaat Pengembangan dan Alternatif Teknik Budidayanya.Nurbakti Listyantodan Septyan Andriyanto. Pusat Riset Perikanan Budidaya KKP.

Semoga Bermanfaat...

Mengenal Lebih Jauh Jenis Sisik Ikan

Sisik secara biasanya berarti semacam lapisan kulit yang keras & berhelai-helai, misalnya pada ikan, ular atau kaki ayam. Dalam ilmu nabati, sisik digunakan juga buat menyebut dedaunan mini yg tidak hijau, seperti yg masih ada pada kuncup atau btg yg termodifikasi.

Dalam ilmu zoologi, sisik (Ingg. scale, Gr. lepid, dan Lat. squama) umumnya merujuk kepada keping-keping kecil yang kaku, yang tumbuh di kulit binatang sebagai pelindung tubuhnya. Misalnya pada ikan, kadal atau ular. Kupu-kupu juga memiliki sisik, yakni keping-keping amat kecil di atas sayapnya, yang mudah rontok dan berfungsi untuk membentuk pola warna di atas sayap tersebut.

Sisik-sisik dalam fauna, secara struktur umumnya merupakan bagian menurut sistem integumen, yakni penutup luar tubuh hewan.

Ikan adalah keliru satu fauna yang memiliki sisik, tetapi kita jarang sekali mengetahui kegunaan berdasarkan sisik yang melekat pada tubuh ikan tadi.

Ada beberapa macam sisik ikan yg dikenal, yakni:

  1. Sisik kosmoid (cosmoid) yang sesungguhnya hanya dijumpai pada ikan-ikan bangsa Crossopterygi yang telah punah. Sisik ini berlapis-lapis, di mana lapisan terdalam terbangun dari tulang yang memipih. Di atasnya berada selapis tulang yang berpembuluh darah, dan di atasnya lagi, selapis bahan serupa email gigi yang disebut kosmin (cosmine). Kemudian di bagian terluar terdapat lapisan keratin. Ikan coelacanth memiliki semacam sisik kosmoid yang telah berkembang, yang kehilangan lapisan kosmin dan lebih tipis dari sisik kosmoid sejati.
    Ikan Coelacanth merupakan salah satu ikan yang memiliki sisik kosmoid
  2. Sisik ganoid ditemukan pada ikan-ikan suku Lepisosteidae dan Polypteridae. Sisik-sisik ini serupa dengan sisik kosmoid, dengan sebuah lapisan ganoin terletak di antara lapisan kosmin dan enamel. Sisik-sisik ini berbentuk belah ketupat, mengkilap dan keras.
    Sisik Ganoid

  3. Sisik plakoid dimiliki oleh ikan hiu dan ikan-ikan bertulang rawan lainnya. Sisik-sisik ini memiliki struktur serupa gigi.
    Sisik Plakoid

  4. Sisik leptoid didapati pada ikan-ikan bertulang keras, dan memiliki dua bentuk. Yakni sisik sikloid (cycloid) dan ktenoid (ctenoid).
  5. Sisik-sisik sikloid memiliki tepi luar yang halus, dan paling umum ditemukan pada ikan-ikan yang lebih primitif yang memiliki sirip-sirip yang lembut. Misalnya adalah ikan-ikan salem dan karper.
    Sisik Sikloid

  6. Sisik-sisik ktenoid bergerigi di tepi luarnya, dan biasanya ditemukan pada ikan-ikan yang lebih ‘modern’ yang memiliki sirip-sirip berduri.
    Sisik Ktenoid

Sejalan dengan pertumbuhannya, sisik-sisik sikloid dan ktenoid terus bertambah bulat tahunnya. Sisik-sisik ini tersusun pada tubuh ikan seperti genting, menggunakan arah menutup ke belakang. Dengan demikian memungkinkan aliran air yang lebih lancar pada sekeliling tubuh & mengurangi ukiran.

Sisik pada ikan merupakan bagian yg penting & perkembangan yang istimewa buat evolusi pada ikan. Meskipun belum poly diketahui secara dekat, beberapa jenis ikan telah berubah sisiknya sebagai lebih keras seperti tulang.

Sisik sangat bermanfaat bagi pakar ichtyologi pada pekerjaan identifikasi. Sering bahwa sebuah sisik sudah cukup buat mengklasifikasikan seekor ikan, paling tidak sampai keluarga dimana beliau termasuk pada dalamnya. Perhitungan jumlah sisik merupakan indera Bantu lain yg terbukti berguna dalam taksonomi.

Sisik berdasarkan banyak species ikan dapat digunakan buat menaksir umur ikan. Lingkaran dasar sebagaimana terdapat pada batang pohon, terbentuk setiap tahun sejalan dengan tumbuhnya ikan & sisiknya berkembang beserta menggunakan itu.

Warna indah dari banyak ikan juga berasal dari sisik ikan tersebut.  Warna cemerlang bergantung pada pemantulan cahaya secara fisik, yang meningkatkan pengaruhnya pada warna yang dipantulkan kembali kepada yang melihatnya, dari pigmen-pigmen gelap di bawah kulit ikan tersebut.

Perubahan rona memegang peranan penting sebagai sinyal dalam tingkah laris ikan., & bisa digunakan untuk persembunyian dan kamuflase. Dalam perubahan warna ini telah ditemukan dua mode cara kontrol. Mode pertama adalah imbas hormonal yg berpusat pada pituitary, yang mengeluarkan hormon-hormon yang biasanya berkenaan menggunakan penguatan warna. Adrenalin menumpahkan epinephrine, yg mempunyai pengaruh dalam penumpukan melanopora & dengan demikian mengakibatkan warna ikan menjadi pucat. This is typical fright response. Mode ke dua merupakan kontrol kondisi. Dua set ujung kondisi antagonik berakhir dalam kromatophora-kromatopora.

Sumber : Buku Tingkah Laku Ikan

Semoga Bermanfat...

#Tag : Ikan

Poin - Poin Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB)

Perdagangan bebas antar negara yang sementara waktu lagi akan diberlakukan, menuntut para pelaku pasar buat menaikkan daya saing produknya. Bukan hanya berkualitas, tetapi jua dengan harga yg murah. Persaingan produk bukan hanya dalam tataran lokal, tetapi jua akan bertarung dengan pesaing berdasarkan luar negeri. Apabila pelaku pasar tidak dapat menaikkan daya saing produknya, bukan nir mungkin produk-produk menurut luar negeri yg berkualitas tinggi & murah akan membanjiri pasar dalam negeri, & menjadi idola konsumen lokal.

Perdagangan bebas antar negara berlaku juga untuk produk-produk perikanan. Untuk dapat bertarung dengan produk-produk perikanan dari luar negeri, kita tentu harus memiliki kualitas produk perikanan yang baik dan juga harga produk yang murah. Nilai kualitas suatu produk didasarkan pada suatu pengakuan system jaminan mutu (standard mutu) pada masing-masing negara berdasarkan transparasi, objektivitas dan kepercayaan. Disamping itu, produk perikanan juga diharapkan aman untuk dikonsumsi dan ramah lingkungan.
Ilustrasi ikan hias yang sehat

Beberapa negara pengimport produk-produk perikanan, memberlakukan anggaran yang ketat & melakukan pemeriksaan sebelum produk perikanan yg masuk ke negaranya tersebar bebas. Diantaranya adalah mempelajari sisa logam berat dan anti biotik dan kandungan bakteri yg terdapat. Mereka memberlakukan standard yang ketat dengan memberi nilai ambang batas kandungan-kandungan bahan atau organisme berbahaya tadi.

Jadi jangan pernah mimpi produk ikan kita akan diterima pasar bebas, bila kita masih memelihara lele di kolam yg pula berfungsi menjadi jamban, atau mengobati ikan dengan obat yg mengandung antibiotik tinggi. Mungkin saat ini kita beranggapan bahwa toh produk perikanan kita hanya dijual pada pedagang lokal, jadi nir masalah jika masih melakukan hal tadi. Namun ke depan jika pasar kita sudah dibanjiri produk perikanan dari Vietnam atau RRC yang terkenal murah dan pula siap olah (berupa fillet), kita baru akan sadar dan mulai memperhatikan perkara mutu.

Agar kita tidak terlambat pada mengantisipasi hal tadi, ada baiknya bila kita memulai buat melakukan sebuah tindakan yang kongkrit dalam menaikkan mutu produk perikanan kita.

Penerapan Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB) adalah keliru satu upaya membangun ikan yang berkualitas. CBIB adalah penerapan cara memelihara dan atau membersarkan ikan dan mamanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol sehingga memberikan jaminan pangan dari pembudidayaan dengan memperhatikan sanitasi, pakan obat ikan dan bahan kimia serta bahan hayati.

Ada beberapa poin yang wajib diperhatikan dalam penerapan CBIB, berikut poin - poin tadi :

1. LOKASI

Unit usaha budidaya berada pada lingkungan yang sesuai, bebas banjir, pencemaran bahan kimiawi, biologis, selengkapnya dapat dilihat disini Pemilihan Lokasi.
Ilustrasi wadah budidaya ikan yang baik

2. SUPLAI AIR

Unit usaha mempunyai sumber air yang baik dan air pasok terhindar dari cemaran, selengkapnya dapat dilihat di Parameter Kualitas Air :

  • Parameter Kualitas Air : Sumber Air Untuk Budidaya Perikanan
  • Parameter Kualitas Air : Parameter Fisika Kualitas Air
  • Parameter Kualitas Air : Parameter Kimia Kualitas Air
  • Parameter Kualitas Air : Parameter Biologi Kualitas Air
Saluran air

3. TATA LETAK DAN DESAIN

Unit usaha budidaya memiliki desain & tata letak yg dapat mencegah pencemaran lingkungan & dibuat untuk memenuhi persyaratan pertumbuhan dan perkembangan ikan. Toilet, septic tank, gudang dan fasilitas lainnya terpisah & tidak berpotensi mengkonta-minasi produk budidaya.

Unit usaha budidaya memiliki fasilitas pembuangan limbah yang ditempatkan di area yang sesuai. Wadah budidaya di-desain dan dibangun agar menjamin kerusakan fisik dan kenyamanan ikan selama pemeliharaan dan panen, selengkapnya dapat dilihat di Wadah Budidaya Perikanan.

Ilustrasi tata letak dan desain budidaya ikan

4. KEBERSIHAN FASILITAS DAN PERLENGKAPAN

Unit usaha budidaya dan lingkungannya dijaga kondisi kebersihan&higienis.  Wadah, perlengkapan dan fasilitas budidaya dibuat dari bahan yang tidak menyebabkan Pencemaran lingkungan dan tidak melukai ikan.

Fasilitas dan perlengkapan dijaga dalam kondisi higienis dan dibersihkan sebelum dan sesudah digunakan; serta (bila perlu) didesinfeksi dengan desinfektan yang diizinkan.
Sarana dan prasarana budidaya ikan

5. PERSIAPAN WADAH BUDIDAYA

Wadah budidaya dipersiapkan dengan baik sebelum penebaran benih. Dalam persiapan wadah dan air, hanya menggunakan pupuk, probiotik dan bahan kimia  yang direkomendasikan.

Wadah budidaya ikan

6. PENGELOLAAN AIR

Dilakukan upaya filterisasi air atau pengendapan serta menjamin kualitas air yang sesuai untuk ikan yang dibudidayakan. Monitor kualitas air sumber secara rutin untuk menja min kesehatan & kebersihan ikan yang dibudidayakan. Pengolahan air sesuai sumber air dan jenis ikan yang dibudidayakan (Kesadahan, pH, suhu, CO2).
Sistem filtrasi pada budidaya ikan

Sumber : Panduan Cara Budidaya Ikan Yang Baik

Semoga Bermanfaat...