Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

PENGELOLAAN PAKAN PADA PEMBENIHAN IKAN KERAPU

Pengelolaan pakan adalah salah satu faktor penentu keberhasilan pemeliharaan larva. Pemberian pakan tepat saat, sempurna kualitas dan tepat jumlah merupakan hal yg perlu diperhatikan pada pengelolaan anugerah pakan ikan kerapu bebek. Larva yg baru menetas masih mempunyai kuning telur yg menempel pada tubuhnya yang merupakan cadangan makanan buat larva tersebut (Gambar 1).

Adanya kuning telur yang menempel di tubuh menunjukkan bahwa larva belum membutuhkan pakan dari luar.   Setelah kuning telur habis ikan membutuhkan pakan dari luar.  Selama pemeliharaan larva ikan membutuhkan pakan alami berupa rotifera dan artemia serta pakan buatan.

Pakan larva awal berupa rotifera tipe s yang diberikan pada malam di hari ke dua setelah menetas.  Rotifera diberikan dengan padat penebaran 5-10 ind/ml disesuaikan dengan besar larva.  Rotifera diberikan mulai dari hari ke 2 sampai hari ke 20.  Selama pemberian rotifera, kepadatan rotifera di cek pada pagi dan sore hari. Pengecekan dilakukan dengan cara melakukan sampling pada tiga-lima titik.  Sampling dilakukan dengan cara mengambil volume air sebanyak 0.1 ml dengan menggunakan mikropipet.  Air sampling tersebut ditaruh di gelas objek dan beri larutan lugol.  Pemberian larutan lugol dilakukan untuk mematikan rotifera sehingga memudahkan dalam menghitung rotifera.

Rotifera dihitung dengan menggunakan mikroskop.  Jika jumlah rotifera di wadah pemeliharaan larva kurang dari 5/ml maka harus ditambahkan agar genap menjadi l5 ind/ml.

Dengan semakin besarnya larva maka pakan alami yang ukurannya lebih besar dari rotifera harus diberikan. Oleh karena itu, pada hari ke 15 disamping rotifera larva juga mulai diberi artemia. Artemia dipersiapkan sesuai dengan prosedur modul penetasan artemia. Artemia diberikan mulai dari hari ke-15 sampai dengan hari ke-35. Jumlah artemia yang diberikan disesuaikan dengan ukuran larva.  Pada awal pemberian Artemia diberikan dengan kepadatan antara 0.3 ind./ml  sampai dengan 3 ind/ml.

Selain pakan alami, larva ikan kerapu juga sudah mulai diadaptasikan dengan pakan buatan yang berupa mikro pelet.  Mikro pelet ini dapat diberikan bersamaan dengan pemberian pakan alami.  Mikro pelet yang diberikan ukurannya disesuaikan dengan ukuran larva.  Mikro pelet berukuran mulai dari 200 sampai dengan 2000 mikron. Mikro pelet diberikan mulai dari hari ke-15 sampai dengan hari ke-45. Mikro pelet diberikan dengan dosis 1-2 ppm. Dan jumlahnya ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan.  Pada saat pemberian artemia dihentikan mikropelet diberikan dengan metoda sampai ikan kenyang.  Pada hari ke-45 benih ikan kerapu dapat dipanen.

SUMBER:

Sumantadinata K., 2003.  Modul Pemeliharaan Larva sampai Benih Ikan Kerapu Bebek. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:

Randall, J.E. 1987.  A Preliminary Synopsis of the Groupers (Perciformes, Serranidae, Epinephelinae) of the Indo Pasific Region. In Polovina J.J and S. Ralston (Eds.): Tropical Snapper and Groupers, Biology and Fisheries Management.  Westview Press. Inc.  London.

Subyakto, S. dan S. Cahyaningsih.  2003.  Pembenihan Kerapu Skala Rumah Tangga.  PT Agromedia Pustaka, Depok.

Sunyoto, P. Dan Mustahal. 2002. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis: Kerapu, Kakap, Beronang. Penebar Swadaya, Jakarta.

#Tag : Kerapu

PERAN BANK INDONESIA DALAM MENGAKSELERASI AKSES KEUANGAN MELALUI KONSULTAN KEUANGAN MITRA BANK (KKMB)

Sumber:

Biwado A.S. 2016. Peran Bank Indonesia pada Mengakselerasi Akses Keuangan UMKM melalui Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB). Bahan Tayang yg disampaikan dalam Kegiatan Bimbingan Teknik Peningkatan Kelas Kelompok Pelaku Utama Perikanan pada Swiss bell-hotel Ambon, tanggal 16-18 Februari 2016 yg diselenggarakan oleh Pusat Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan.

#Tag :

VAKSIN INAKTIF BAKTERI STREPTOCOCCUS AGALACTIAE-N14G

Sumber:

BPPBAT. 2012. Vaksin Inaktif Bakteri Streptococcus Agalactiae-N14G. Bogor, Balai Penelitian & Pengembangan Budidaya Air Tawar.

#Tag :

KEPITING LUNAK

Apa sebenarnya kepiting lunak itu ?

Kepiting termasuk ke dalam golongan binatang yang disebut arthropoda dimana penopang tubuhnya terbentuk dari cangkang yang menyelimuti bagian luar tubuhnya. Pertumbuhan baginya merupakan hal yang krusial karena untuk tumbuh menjadi lebih besar kepiting harus melepaskan kulit yang lama kemudian kulit baru yang ukurannya lebih besar akan menggantikan tempatnya. Peristiwa tersebut dikenal sebagai molting yang terjadi berkali-kali selama daur hidup kepiting yang frekuensinya menurun dengan  semakin bertambah umur dan ukurannya.

Molting merupakan salah satu fenomena alami yang sangat menarik untuk diketahui. data menunjukan bahwa, aktifitas molting kepiting bakau dapat mempunyai dua puncak dalam sebulan yakni pada puncak pasang perbani dan purnama.

Walaupun tidak semua indifidu mengikut pola tersebut. sesaat sebelum kepiting molting, kepiting telah menyediakan dasar kulit baru di bawah kulit yang lama. Pada saat tersebut kalsium diserap dari kulit yang lama sehingga menjadi lebih rapuh atau fleksibel. Kulit yang lama terpisah pada bagian belakang kepiting dan kerapas bagian belakang tersangkut.

Walaupun demikian, tangkai mata tetap tidak terganti sehingga biasa digunakan sebagai meletakan tanda/tag pada kegiatan penandaan kepiting. kepiting bakau mengalami pergantian kulit sekitar 17 kali sampai dengan umur setahun. Pada tahap awal dari kepiting lunak tersebut merupakan kondisi yang benar-benar lemah dan rawan terhadap pemanghsa predator, sehingga untuk beberapa hari berikutnya kepiting dangan cangkang yang lunak akan tetap berbenam diri ke dalam sedimen/lumpur sementara kulit yang baru mengembang dan semakin mengeras. Karena itu sudah menjadi pengtahuan umum bahwa kepiting lunak sangat jarang tertangkap dengan alat tangkap yang dilengkapi dengan umpan. Dalam beberapa hari kemudian, kepiting lunak akan aktif,dapat menghindar dari predator dan bahkan sudah dapat aktif mencari makan. dalam dua hingga tiga minggu cangkangnya akan mengeras dan daginganya tumbuh mengisi cangkang baru yang lebih besar.selama fase itu, kepiting lunak menjadi sangat berpeluang untuk tertangkap dengan perangkap dan rawan terhadap kerusakan cangkangnya.

Mengapa kepiting lunak apabila tertangkap usahakan dilepas pulang ke alam ?

Kepiting  lunak hanya menghasilkan daging kurang dari 20% dari bobot tubuhnya sedangkan kepiting keras akan menghasilkan 25% . menangkap kepiting pada kondisi cangkan keras akan memaksimumkan produksi untuk jumlah kepiting tertentu.

Disamping itu, kualitas daging dari kepiting cangkang lunak sangat rendah dibandingkan dengan kepiting cangkang keras. masyarakan mengenal daging kepiting demikian dengan daging berair, lembek, tidak bertekstur, bahkan menyatu seperti jelli sehingga tidak jarang hanya dibuang. dengan melepas kan kembali kepiting cangkang lunak yang tertangkap ke alam dengan hati-hati, berarti akan memberi kesempatan kepada kepiting untuk mengeras dan dapat di tangkap di kemudian hari setelah qualitas dagingnya maksimal.

Bagaimana membedakan antara kepiting cangkang lunak denga kepiting cangkang keras ?

Kepiting  lunak dapat diidentifikasi dengan jalan memijit/menekan secara perlahan bagian tubuh kepiting. kepiting lunak yang dipasarkan khusus untuk komsumsi adalah kepiting yang baru saja molting atau paling tidak baru berumur 4jam sejak molting .pada kondisi demikian, bagiancangkang

kepiting pun lunak apalagi bagian tubuh yang lainnya.

Pada kondisi ini ,kepiting belum mampu melakukan perlawanan apabila diganggu sehingga dialam sangat rawan terhadap pemangsa. berbeda dengan kepiting lunak yang memang diproduksi untuk dikomsumsi, kepiting lunak yang biasanya tercampur dengan kepiting komsumsi yang di jual di pasaran biasanya kondisinya sudah lebih baik. Cangkang dan bagian tubuh yang lainnya sudah mengeras sehingga sudah bisa menghidar dan melawan predator yang mengganggu. Identifikasi kepiting lunak seperti ini sudah jauh lebih sulit karena hampir seluruh bagian tubunya sudah mengeras

tetapi sebenarnya isinya masih sangat sedikit dan tubuhnya sebagian besar masih terisi dengan air.Untuk mengidentifikasikannya, maka beberapa pijitan dapat dilakukan di beberapa tempat seperti pada ruas pertama pada kaki-kaki jalan dan kaki renang atau pada bagian dada kepiting. Apabila bagian-bagian tersebut lentur, maka kepiting tersebut masih termasuk kepiting lunak. Disamping tanda tersebut, orang yang berpengalaman dalam penanganan kepiting dapat mengetahui bahwa kepiting

yang kelihatan lebih ringan dibandingkan dengan bobot sebenarnya pada umumnya adalah kepiting lunak biasanya putih dan bersih, sedangkan kepiting keras biasanya lebih gelap, kekuning-kuningan, kecoklatan dan bahkan sering ditempili dengan teritip dan alga.

Bagaimana menghasilkan kepiting lunak secara massal buat komsumsi ?

Salah satu sifat yang dimiliki krustase dalam pertumbuhannya adalah ganti kulit atau dalam bahasa ilmiah dikenal dengan molting. Pada kondisi ganti kilut, kulit krutase yang tadinya keras digantikan oleh kulit yang lunak sehingga dikenal dengan "soft shelling crab" yang di indonesia kemudian disingkat menjadi "soka". Karena kulitnya yang lunak, maka dia tidak dapat mencapit dan mudah penanganannya. Kondisi lunak tersebut hanya bertahan dalam waktu yang singkat kemudian berangsur-angsur mengeras kembali sebagaimana layaknya kepiting normal sehingga perlu

pengontrolan yang ketat. Produk ini sebenarnya telah lama dikenal terutamauntuk kepiting biru Calinectes sapidus yang ditangkap dari alam namun karena penangkapan soka dari alam ketersediaannya tidak menentu, maka kemudian dipikirkan untuk dibudidayakan. Berbagaicara telah

dilakukan untuk mempercepat terjadinya ganti kulit pada kepiting bakau seperti rengsangan melalui manipulasi makanan, manipulasi lingkungan dan teknik pemotong kaki. Hingga saat ini teknik pemotongan kaki yakni dengan mematahkan capit dan kaki jalan kepiting masih merupakan cara

yang paling praktis yang dapat dilakukan untuk mempercepat terjadinya pergantian kulit dan dapat diterapkan secara massal. Dengan mematahkan anggota badan kepiting, maka hormon pertumbuhannya akan memacu pembentukan kembali dari anggota badan yang hilang. Dengan cara ini, kepiting muda dapat berganti kulit dalam waktu 2-3 minggu tergantung pada kejelian di dalam memilih kepiting yang sudah mendekati fase ganti kulit. Karena penggemar soka cukup luas maka produk ini menjadi andalan oleh beberapa negara penghasil kepiting ke depan. Harganya pun cukup

menggiurkan yakni sekitar 3-5 USD tergantung pada ukurannya. semakin besar ukurannya semakin tinggi pula harganya. Namunkarena pergantian kulit kepiting pada ukurannya yang lebih kecil biasanya lebih cepa, maka perkembangan soka biasanya diarahkan untuk kepiting muda dengan bobot

60-150 g/ekor.

Berdasrkan sifat ganti kulit kepiting diatas, maka sejak tahun 90an, produksi kepiting soka telah mulai dikembangkan di indonesia. Walau pun secara ekonomis budidaya soka kelihatan menguntungkan, namun sebagaian besar pengusaha soka tidak bisa bertahan lama. Berbagai kendala dihadapi terutama masalah pasar dan ketersediaan benih yang bersaing dengan kebutuhan komsumsi menyebabkan harga benih di beberapa sentra pengembangan manjadi mahal. Namun semakin membaiknya teknik pembenihan, maka di massa yang akan datang diharapkan hal ini tidak lagi menjadi masalah. Sedangkan masalah pemasaran, diharapkan dapat di formulasikan solusinya melalui keterlibatan pembudidaya dan pemerintah.

Produksi dilakukan melalui beberapa tahap seperti : persiapan tambak, pemasangan keranjang sebagai wadah yang diapungkan di dalam tambak, penebaran benih yang kaki-kakinya telah dipatahkan, pemberian pakan, dan pengontrolan/panen.

Persiapan tambak dapat dilakukan sebagaimana persiapan tambak untuk budidaya bandeng untuk menghasilkan lingkungan tambak yang baik. Keranjang yang digunakan dapat berupa keranjang buah lengkeng yang disekat dengan bilah bambu menjadi 6 kotak untuk mengakomondasi masing-masing satu kepiting per kotak. Selain itu, saat ini tersedia secara komersial kotak khusus untuk pemeliharaan soka namun dengan harga yang lebih mahal. kotak khusus yang terbuat dari plastik tersebut memungkinkan untuk melalukan pemeliharaan soka tanpa pemotongan kaki karena dilengkapi dengan penutup yang kuat dan khusus sehingga kepiting tidak dapat keluar dari kotak pemelihraan. Keranjang atau pun kotak plastik tersebut kemudian dirangkai dan diapungkan di dalam tambak. satu hektar tambak dapat diisi sampai dengan 10.000 kotak atau 10.000 ekor kepiting. setelah penebaran, dilakukan pemberian pakan berupa ikan rucah dua kali sehari sebanyak 5-10% dari bobot kepiting. pengontrolan kapiting ganti kulit dilakukan lebih intensif setelah pemeliharaan memasuki minggu kedua apabila dilakukan pemotongan kaki atau bulan kedua bila tanpa pemotongan kaki untuk mengantisipasi adanya kepiting yang ganti kulit. Apabila kepiting yang ganti kulit dibiarkan sampai dengan 4jam, maka kepiting lunak akan mengeras secara perlahan. Dari 10.000 ekor yang dipelihara

dengan pemotongan kaki maka sejak minggu ketiga sampai dengan satu bulan biasanya terjadi pergantian kulit sekitar 10% perhari atau sekitar 1000 ekor atau setara dengan sekitar 100kg per hari. Namun apabila tidak dilakukan pemotongan kaki maka biasanya memasuki bulan kedua sampai dengan tiga bulan masa pemeliharaan akan di dapat kan kepiting lunak sebanyak sekitar 150 ekor atau setara dengan 15kg per hari. Kepiting yang dipanen biasanya dapat dipasarkan dalam keadaan hidup maupun beku. Berdasarkan hasil pengkajian balai budidaya air payau takalar terhadap

pengusaha soka di sulawesi selatan menunjukan bahwa usaha ini menguntungkan dengan R/C rasio 1,94untuk skala <1000ekor 2="" dan="" nbsp="" skala="" untuk="">1000 ekor.

Sumber:

http://www.Kkp.Go.Id/index.Php/arsip/c/7497/KEPITING-LUNAK/?Category_id=107

http://www.Balitbangkp.Kkp.Go.Id/read-more-10015.Aspx

#Tag :

BUKU KEUANGAN KELOMPOK PERIKANAN

Sumber:

Tim Fasilitator Pusluhdaya KP. 2016. Bahan Tayang "Penumbuhan, Penguatan & Pengembangan Kelompok Perikanandanquot; yg disampaikan dalam kegiatan Bimtek Peningkatan Kelas Kelompok Perikanan yg diselenggarakan oleh Pusat Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat KP di Hotel Sahid Surabaya tanggal 12-14 Maret 2016.

#Tag :

PAKET TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN TENGADAK

Sumber:

BPPBAT. 2012. Paket Teknologi Pembenihan Ikan Tengadak. Bogor, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar.

#Tag :

BUKU ADMINISTRASI KELOMPOK PERIKANAN

Sumber:

Tim Fasilitator Pusluhdaya KP. 2016. Bahan Tayang "Penumbuhan, Penguatan dan Pengembangan Kelompok Perikanandanquot; yg disampaikan dalam kegiatan Bimtek Peningkatan Kelas Kelompok Perikanan yg diselenggarakan oleh Pusat Penyuluhan & Pemberdayaan Masyarakat KP di Hotel Sahid Surabaya lepas 12-14 Maret 2016.

#Tag :