Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

INTERAKSI LAMUN DENGAN EKOSISTEM LAINNYA

Ekosistem padang lamun berinteraksi dengan ekosistem lain di sekitarnya. Interaksi terpenting ekosistem padang lamun adalah menggunakan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Interaksi antara lamun menggunakan ekosistem lain.

Gambar 1. Interaksi antara tiga ekosistem laut dangkal  (UNESCO, 1983 dalam

Hutomo, 2004)

Penelitian para ahli di Karibia tentang interaksi antara ketiga ekosistem utama laut dangkal ini, berhasil mengklasifikasikan 5 (lima) tipe interaksi utama antara ketiga ekosistem tersebut. Adapun 5 (lima) tipe interaksi utama antara ketiga ekosistem tersebut, yakni interaksi-interaksi fisik, nutrient dan zat organik yang terlarut, materi organik melayang, ruaya hewan dan dampak manusia. Sebagai gambaran secara umum, pada lingkungan yang tidak terganggu, aliran nutrient terlarut dari mangrove telah meningkatkan produktivitas primer padang lamun. Padang lamun dan mangrove meningkatkan produktivitas sekunder terumbu karang dengan menyediakan tempat mencari makan. Fungsi pengendali sedimen kurang terlihat, tetapi peranannya menjadi sangat menonjol apabila lingkungan tersebut terganggu. Dalam keadaan ini, aliran dari darat ke laut menjadi faktor yang kritis karena kerusakan sistem lain dan sebaliknya (UNESCO, 1983 dalam Hutomo, 2004).

Sumber:

Suharni & Iman. 2011. Modul Penyuluhan Kelautan & Perikanan: Pengelolaan Ekosistem Lamun. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.

#Tag :

EKOSISTEM LAMUN DAN MANFAATNYA

Lamun atau sea grasses adalah satu-satunya kelompok tumbuh-flora berbunga yg terdapat pada lngkungan laut dan hayati di perairan pantai yang dangkal. Seperti halnya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yg tegak & tangkai-tangkai yang merayap yg efektif buat berkembang biak. Lamun berbunga, berbuah, & menghasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas & zat-zat hara. Terdapat 4 hal ciri-ciri lamun:

  1. Toleransi terhadap kadar garam lingkungan.
  2. Tumbuh pada perairan yang selamanya terendam.
  3. Mampu bertahan dan mengakar pada lahan dari hempasan ombak dan arus.
  4. Menghasilkan polinasi hydrophilous ( benang sari yang tahan terhadap kondisi perairan)
  5. (Hadi Endrawati, 2000)
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang berbiji satu (monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah. Jadi sangat berbeda dengan rumput laut (algae) (Wood et al. 1969; Thomlinson 1974; Askab 1999). Lamun dapat ditemukan di seluruh dunia kecuali di daerah kutub. Lebih dari 52 jenis lamun yang telah ditemukan. Di Indonesia hanya terdapat 7 genus dan sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam 2 famili yaitu : Hydrocharitacea ( 9 marga, 35 jenis ) dan Potamogetonaceae (3 marga, 15 jenis). Jenis yang membentuk komunitas padang lamun tunggal, antara lain : Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Cymodoceae serulata, dan Thallasiadendron ciliatum Dari beberpa jenis lamun, Thalasiadendron ciliatum mempunyai sebaran yang terbatas, sedangkan Halophila spinulosa tercatat di daerah Riau, Anyer, Baluran, Irian Jaya, Belitung (Nyabaken, 1992)

Manfaat Lamun

Secara ekologi, kebun lamun mempunyai beberapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan sumber utama produktivitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme (dalam bentuk detritus). Selanjutnya mereka berfungsi menstabilkan dasar-dasar lunak dimana kebanyakan spesies tumbuh, terutama dengan sisten akr yang padat dan saling menyilang. Penstabilan dasar olah akar ini sangat kuat dan mampu bertahan dalam topan badai sekalipun. Sebaliknya, sistem ini dapat melindungi banyak organisme. Jadi terdapat banyak hewan umum yang dijumpai di kebun lamun, tetapi tidak berhubungan dengan tingkatan makanan secara langsung. Kebun lamun berperan juga sebagi tempat pembesaran bagi banyak spesies yang menghabiskan waktu dewasanya dilingkungan lain. (Nyabaken, JW. 1992)

Sumber:

Suharni dan Iman. 2011. Modul Penyuluhan Kelautan & Perikanan: Pengelolaan Ekosistem Lamun. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan & Perikanan BPSDMKP.

Http://www.Cintalaut.Com/2013/07/pengertian-&-manfaat-tumbuhan-lamun.Html

#Tag :

MENGENAL HUTAN MANGROVE

Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau  muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Sering kali disebut pula sebagai hutan pantai, hutan pasang-surut, hutan payau, atau hutan bakau.  Mangrove tumbuh pada pantai-pantai yang terlindung atau pantai-pantai yang datar. Biasanya di tempat yang tidak ada muara sungainya hutan mangrove terdapat agak tipis, namun pada tempat yang mempunyai muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur dan pasir,mangrove biasanya tumbuh meluas (Jaya, 2001).

Hutan mangrove berada di daerah tropis di titik pertemuan antara laut dan darat dimana ekosistemnya mempunyai bermacam-macam fungsi. Ekosistem mangrove sangat berhubungan dengan kehidupan manusia dalam mengontrol kondisi alam. Di Indonesia ditemukan 75 jenis flora mangrove yang tersebar di 27 propinsi dengan luas hutan mangrove berkisar antara 2,5-4,2 juta ha dan luas ini terus  berubah karena faktor lingkungan dan kegiatan ekonomi manusia (Inoue et al., 1999).

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Ditemukan di pantai–pantai teluk yang dangkal, estuaria, delta, dan daerah pantai yang terlindung (Bengen, 1999).   Hutan mangrove sebagai hutan yang terutama tumbuh pada tanah lumpur di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri atas jenis-jenis pohon Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa (Noor et al., 1999).

Menurut Noor et al., (1999)  mangrove memiliki berbagai macam manfaat bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya. Bagi masyarakat pesisir, pemanfaatan mangrove untuk berbagai tujuan telah dilakukan sejak lama. Akhir-akhir ini, peranan mangrove bagi lingkungan sekitarnya dirasakan sangat besar setelah berbagai dampak merugikan dirasakan di berbagai tempat akibat hilangnya mangrove. Mangrove merupakan ekosistem yang sangat produktif. Berbagai produk dari mangrove dapat dihasilkan baik secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya: kayu bakar, bahan bangunan, keperluan rumah tangga, kulit, obat-obatan dan perikanan. Melihat beragamnya manfaat mangrove, maka tingkat laju dan perekonomian pedesaan yang berada dikawasan pesisir sering kali sangat bergantung pada habitat mangrove yang ada disekitarnya. Contohnya, perikanan pantai yang sangat dipengaruhi oleh keberadaan mangrove, merupakan produk yang secara tidak langsung mempengaruhi taraf hidup dan perekonomian desa-desa nelayan (Noor et al., 1999).

Manfaat lain dari hutan mangrove adalah melindungi garis pantai dari erosi. Akar-akarnya yang kokoh dapat meredam pengaruh gelombang, menahan lumpur hingga lahan mangrove dapat semakin luas tumbuh keluar (Jaya, 2001).

Sumber:

Basuki. 2011. Modul Penyuluhan Kelautan dan Perikanan: Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.

Http://www.Larisahomestay.Com/product/20/121/Hutan-Mangrove-Baros-Bantul#/image-product/img121-1437789134.Jpg

https://ilalangbasah.Wordpress.Com/2015/04/14/wisata-murah-hutan-mangrove-pik/

#Tag :

PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN

1. Potensi lamun

Luas padang lamun di Indonesia diperkirakan sekitar 30.000 km2 yang dihuni  oleh 13 jenis lamun. Suatu padang lamun dapat terdiri dari vegetasi tunggal yakni tersusun dari satu jenis lamun saja ataupun vegetasi campuran yang terdiri dari berbagai jenis lamun. Di setiap padang lamun hidup berbagai biota lainnya yang berasosiasi dengan lamun, yang keseluruhannya terkait dalam satu rangkaian fungsi ekosistem.

Lamun juga penting bagi perikanan, karena banyak jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomi penting, hidup di lingkungan lamun. Lamun dapat befungsi sebagai tempat ikan berlindung, memijah dan mengasuh anakannya, dan sebagai tempat mencari makan. Selain ikan, beberapa biota lainnya yang mempunyai nilai ekonomi juga dapat dijumpai hidup di padang lamun seperti teripang, keong lola (Trochus), udang dan berbagai jenis kerang-kerangan. Beberapa hewan laut yang sekarang makin terancam dan telah dilindungi seperti duyung (dugong) dan penyu (terutama penyu hijau) makanannya terutama teridiri dari lamun. Lamun juga mempunyai hubungan interkoneksi dengan mangrove dan terumbu karang sehingga diantara ketiganya dapat terjadi saling pertukaran energi dan materi.

Dilihat dari aspek pertahanan pantai,  padang lamun dengan akar-akarnya yang mencengkeram dasar laut dapat meredam gerusan gelombang laut hingga padang lamun dapat mengurangi dampak erosi. Padang lamun juga dapat menangkap sedimen hingga akan membantu menjaga kualitas air.

2. Gangguan dan ancaman terhadap lamun

Meskipun lamun sekarang diketahui memiliki poly manfaat, namun pada kenyataannya lamun menghadapi banyak sekali ganggujan dan ancaman. Gangguan & ancaman terhadap lamun pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua golongan yakni gangguan alam & gangguan dari aktivitas manusia (antropogenik).

1) Gangguan alam

Fenomena alam seperti tsunami, letusan gunung api, siklon, dapat menimbulkan kerusakan pantai, termasuk juga terhadap padang lamun. Tsunami yang dipicu oleh gempa bawah laut dapat menimbulkan gelombang dahsyat yang menghantam dan memorak-perandakan lingkungan pantai, seperti terjadi dalam tsunami Aceh (2004). Gempa bumi, seperti gempa bumi Nias (2005)  mengangkat sebagian dasar laut hingga terpapar ke atas permukaan dan menenggelamkan bagian lainnya lebih dalam. Debu letusan gunung api seperti letusan Gunung Tambora (1815) dan Krakatau (1883) menyelimuti perairan pantai sekitarnya dengan debu tebal, hingga melenyapkan padang lamun di sekitarnya.

Siklon tropis dapat menimbulkan banyak kerusakan pantai terutama di lintang 10 - 20o Lintang Utara maupun Selatan, seperti yang sering menerpa Filipina dan pantai utara Australia. Kerusakan padang lamun di pantai utara Australia karena diterjang siklon sering dilaporkan. Indonesia yang berlokasi tepat di sabuk  katulistiwa, bebas dari jalur siklon, tetapi dapat menerima imbas dari siklon daerah lain. Siklon Lena (1993) di Samudra Hindia misalnya, lintasannya mendekati Timor dan menimbulkan kerusakan besar pada lingkungan  pantai di Maumere.

Selain kerusakan fisik akibat aktivitas kebumian, kerusakan lamun karena aktivitas hayati dapat pula menimbulkan dampak negatif pada keberadaan lamun. Sekitar 10 – 15 % produksi lamun menjadi santapan hewan herbivor, yang kemudian masuk dalam jaringan makanan di laut.  Di Indonesia, penyu hijau, beberapa jenis ikan, dan bulu babi, mengkonsumsi daun lamun. Duyung tidak saja memakan bagian dedaunannya tetapi juga sampai ke akar dan rimpangnya.

2) Gangguan dari aktivitas manusia

Pada dasarnya ada empat jenis kerusakan lingkungan perairan pantai yg disebabkan oleh kegiatan insan, yg sanggup menaruh imbas dalam lingkungan lamun:

1)      Kerusakan fisik yang menyebabkan degradasi lingkungan, seperti penebangan mangrove, perusakan terumbu karang dan atau rusaknya habitat padang lamun;

2)      Pencemaran laut, baik pencemaran asal darat, maupun dari kegiatan di laut;

3)      Penggunaan alat tangkap ikan yang tak ramah lingkungan;

4)      Tangkap lebih, yakni eksploitasi sumberdaya secara berlebihan hingga meliwati kemampuan daya pulihnya

5)      Perubahan fungsi pantai untuk pelabuhan atau dermaga.

6)      Eutrofikasi (Blooming mikro alga dapat menutupi lamun dalam memperoleh sinar matahari).

7)      Aquakultur (pembabatan dari hutan mangrove untuk tambak memupuk tambak).

8)      Water polution (logam berat dan minyak).

a) Kerusakan fisik

Kerusakan fisik terhadap padang lamun sudah dilaporkan terjadi pada banyak sekali wilayah di Indonesia. Di Pulau Pari dan Teluk Banten, kerusakan padang lamun disebabkan oleh kegiatan perahu-perahu nelayan yang mengeruhkan perairan dan menghambat padang lamun. Reklamasi dan pembangunan kawasan industri dan pelabuhan juga sudah melenyapkan sejumlah besar daerah padang lamun seperti terjadi di Teluk Banten. Di Teluk Kuta (Lombok) penduduk membongkar karang-karang dari padang lamun buat bahan konstruksi, atau buat membuka usaha budidaya rumput bahari. Demikian juga terjadi pada Teluk Lampung. Di Bintan (Kepulauan Riau) pembangunan resor pariwisata pada pantai poly yang tidak mengindahkan garis sempadan pantai, pembangunan resor banyak mengorbankan padang lamun.

b. Pencemaran laut

Pencemaran laut dapat bersumber dari darat (land based) ataupun dari kegiatan di laut (sea based). Pencemaran asal darat dapat berupa limbah dari berbagai kegiatan manusia di darat seperti limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian, atau pengelolaan lahan yang tak memperhatikan kelestarian lingkungan seperti pembalakan hutan yang menimbulkan erosi dan mengangkut sedimen ke laut. Bahan pencemar asal darat dialirkan ke laut lewat sungai-sungai atau limpasan (runoff).

Masukan hara (terutama fosfat dan  nitrat) ke perairan pantai dapat menyebabkan eutrofikasi atau penyuburan berlebihan, yang mengakibatkan timbulnya ledakan populasi plankton (blooming) yang mengganggu pertumbuhan lamun. Epiffit yang hidup menempel di permukaan daun lamun juga dapat tumbuh kelewat subur dan menghambat pertumbuhan lamun. Kegiatan penambangan didarat, seperti tambang bauksit di Bintan, limbahnya terbawa ke pantai dan merusak padang lamun di depannya.

Pencemaran dari kegiatan di laut dapat terjadinya misalnya pada tumpahan minyak di laut, baik dari kegiatan perkapalan dan pelabuhan, pemboran, debalasting muatan kapal tanker. Bencana yang amat besar terjadi saat kecelakaan tabrakan atau kandasnya kapal tanker yang menumpahkan muatan minyaknya ke perairan pantai, seperti kasus kandasnya supertanker Showa Maru yang merusak perairan pantai Kepuluan Riau.

c. Penggunaan alat tangkap tak ramah lingkungan

Beberapa indera tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan dapat menimbulkan kerusakan pada padang lamun misalnya pukat harimau yg mengeruk dasar laut. Penggunaan bom & racun sianida juga ditengarai menimbulkan kerusakan padang lamun. Di Lombok Timur dilaporkan kegiatan perikanan dengan bom & racun yg mengakibatkan berkurangnya kerapatan & luas tutupan lamun.

D. Tangkap lebih

Salah satu tekanan berat yang menimpa ekosistem padang lamun adalah tangkap lebih (over fishing), yakni eksploitasi sumberdaya perikanan secara berlebihan hingga melampaui kemampuan ekosistem untuk segera memulihkan diri. Tangkap lebih bisa terjadi pada ikan maupun hewan lain yang berasosiasi dengan lamun. Banyak jenis ikan lamun yang kini  semakin sulit dicari, dan ukurannya pun semakin kecil. Demikian pula teripang pasir (Holothuria scabra), dan keong lola (Trochus)  yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, sekarang sudah sangat sulit dijumpai dalam alam. Duyung yang hidupnya bergantung sepenuhnya pada lamun kini  telah menjadi hewan langka yang dilindungi, demikian pula dengan penyu, terutama penyu hijau.

B. Akar masalah pengelolaan

Merujuk pada gangguan atau kerusakan padang lamun seperti disebut di atas, maka perlulah diidentifikasi akar masalahnya. Pada dasarnya manusia tak dapat mengontrol dan mengelola fenomena alam seperti tsunami, gempa, siklon. Kita hanya bisa melakukan mitigasi atau penanggulangan akibat yang ditimbulkannya. Di samping itu alam juga mempunyai ketahanan (resilience) dan mekanismenya sendiri untuk memulihkan dirinya dari gangguan sampai batas tertentu.

Dalam pengelolaan padang lamun, yang terpenting adalah mengenali terlebih dahulu akar masalah rusaknya padang lamun yang pada dasarnya bersumber pada perilaku manusia yang merusaknya. Berdasarkan  acuan tersebut maka akar masalah terjadinya kerusakan padang lamun dapat dikenali sebagai berikut:

1                  Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang lamun dan perannya dalam lingkungan.

2                  Kemiskinan masyarakat

3                  Keserakahan mengeksploitasi sumberdaya laut;

4                  Kebijakan pengelolaan yang tak jelas;

5                  Kelemahan perundangan

6                  Penegakan hukum yang lemah

C. Pengelolaan Ekosistem Lamun

Pelestarian ekosistem padang lamun merupakan suatu usaha yang sangat kompleks untuk dilaksanakan, karena kegitan tersebut sangat membutuhkan sifat akomodatif terhadap segenap pihak baik yang berada sekitar kawasan maupun di luar kawasan. Pada dasarnya kegiatan ini dilakukan demi memenuhi kebutuhan dari berbagai kepentingan. Namun demikian, sifat akomodatif ini akan lebih dirasakan manfaatnya bilamana keperpihakan kepada masyarakat yang sangat rentan terhadap sumberdaya alam  diberikan porsi yang lebih besar.

Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah menjadikan masyarakat sebagai  komponen utama penggerak pelestarian areal padang lamun. Oleh karena itu, persepsi masyarakat terhadap keberadaan ekosistem pesisir perlu untuk diarahkan kepada cara pandang masyarakat akan pentingnya sumberdaya alam persisir (Bengen, 2001).

Salah satu strategi penting yang saat ini sedang banyak dibicarakan orang dalam konteks pengelolaan sumberdaya alam, termasuk ekosistem padang lamun adalah pengelolaan berbasis masyakaratak (Community Based Management). Raharjo (1996) mengemukakan  bahwa pengeloaan berbasis masyarakat mengandung arti keterlibatan langsung masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam di suatu kawasan.. Dalam konteks ini pula perlu diperhatikan  mengenai karakteristik lokal dari masyakarakat di suatu kawasan. Sering dikatakan bahwa salah satu faktor penyebab kerusakan sumber daya alam pesisir adalah dekstrusi masyakarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, dalam strategi ini perlu dicari alternatif mata pencaharian yang tujuannya adalah untuk mangurangi tekanan  terhadap sumberdaya pesisir termasuk lamun di kawasan tersebut.

D. Pengelolaan Berwawasan Lingkungan

Dalam perencanaan pembangunan dalam suatu sistem ekologi pesisir dan bahari yang berimplikasi dalam perencanaan pemanfaatan sumberdaya alam, perlu diperhatikan kaidah-kaidah ekologis yg berlaku buat mengurangi akibat-dampak negatif yang merugikan bagi kelangsungan pembangunan itu sendiri secara menyeluruh. Perencanaan & pengelolaan sumberdaya alam pesisir & bahari perlu dipertimbangkan secara cermat & terpadu dalam setiap perencanaan pembangunan, agar dapat dicapai suatu pengembangan lingkungan hidup pada pesisir & bahari pada lingkungan pembangunan.

E. Pengelolaan Berbasis Masyarakat

Menurut definisi, pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat adalah suatu strategi untuk mencapai pembangunan yang berpusat pada manusia, dimana pusat pengambilan keputusan mengenai pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan di suatu daerah terletak atau berada di tangan organisasi-organisasi dalam masyarakat di daerah tersebut (Carter, 1996). Pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat (community-base management) dapat didefinisikan sebagai proses pemberian wewenang, tanggung jawab, dan kesempatan kepada masyarakat untuk mengelola sumberdaya lautnya, dengan terlebih dahulu mendefinisikan kebutuhan, keinginan, dan tujuan serta aspirasinya (Nikijuluw, 2002; Dahuri, 2003).

Pengelolaan berbasis masyarakat yang dimaksudkan di sini adalah co-management (pengelolaan bersama), yakni pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat bersama-sama dengan pemerintah setempat, yang bertujuan untuk melibatkan masyarakat lokal secara aktif dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan suatu pengelolaan. Pengelolaan berbasis masyarakat berawal dari pemahaman bahwa masyarakat mempunyai kemampuan untuk memperbaiki kualitas hidupnya sendiri dan mampu mengelola sumberdaya mereka dengan baik, sehingga yang dibutuhkan hanyalah dukungan untuk mengelola dan menyadarkan masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhannya. Kegiatan pengelolaan berbasis masyarakat saat ini menunjukkan bahwa masyarakat masih membutuhkan dukungan dan persetujuan dari pemerintah setempat dalam hal pengambilan keputusan. Demikian pula dalam pelaksanaan suatu kegiatan, dukungan pemerintah masih memegang peranan penting dalam memberikan pengarahan, bantuan teknis, dan merestui kegiatan yang sudah disepakati bersama. Sebaliknya, bila tidak ada dukungan partisipasi masyarakat terhadap program yang sudah direncanakan oleh pemerintah, maka hasilnya tidak akan optimal. Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat dan pemerintah setempat secara bersama-sama sangatlah penting sejak awal kegiatan.

Konsep pengelolaan yang mampu menampung banyak kepentingan, baik kepentingan masyarakat maupun kepentingan pengguna lainnya adalah konsep Cooperative Management (Pomeroy dan Williams, 1994). Dalam konsep Cooperative Management, ada dua pendekatan utama yaitu pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah (goverment centralized management) dan pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat (community based management). Dalam konsep ini masyarakat lokal merupakan partner penting bersama-sama dengan pemerintah dan stakeholders lainnya dalam pengelolaan sumberdaya alam di suatu kawasan. Masyarakat lokal merupakan salah satu kunci dari pengelolaan sumberdaya alam, sehingga praktek-praktek pengelolaan sumberdaya alam yang masih dilakukan oleh masyarakat lokal secara langsung menjadi bibit dari penerapan konsep tersebut. Tidak ada pengelolaan sumberdaya alam yang berhasil dengan baik tanpa mengikutsertakan masyarakat lokal sebagai pengguna dari sumberdaya alam tersebut.

Menurut Dahuri (2003) menyampaikan bahwa ada 2 komponen krusial keberhasilan pengelolaan berbasis rakyat, yaitu: (1) mufakat yg kentara dari 3 pelaku primer, yaitu pemerintah, masyarakat pesisir, dan peneliti (sosial, ekonomi, dan sumberdaya), dan (2) pemahaman yang mendalam berdasarkan masing-masing pelaku utama akan peran dan tanggung jawabnya dalam mengimplementasikan program pengelolaan berbasis rakyat.

Konsep pengelolaan berbasis warga mempunyai beberapa aspek positif (Carter, 1996), yaitu: (1) sanggup mendorong timbulnya pemerataan pada pemanfaatan sumberdaya alam, (2) sanggup merefleksi kebutuhan-kebutuhan rakyat lokal yg spesifik, (3 )bisa menaikkan efisiensi secara ekologis & teknis, (4) responsif & adaptif terhadap perubahan syarat sosial & lingkungan lokal, (lima) mampu meningkatkan manfaat lokal bagi seluruh anggota warga yg terdapat, (6) sanggup menumbuhkan stabilitas & komitmen, dan (7) rakyat lokal termotivasi buat mengelola secara berkelanjutan.

Pengelolaan ekosistem padang lamun dalam dasarnya adalah suatu proses pengontrolan tindakan insan agar pemanfaatan sumberdaya alam dapat dilakukan secara bijaksana menggunakan mengindahkan kaidah kelestarian lingkungan. Jika dilihat pertarungan pemanfaatan sumberdaya ekosistem padang lamun yg menyangkut berbagai sektor, maka pengelolaan sumberdaya padang lamun nir bisa dilakukan sendiri-sendiri, tetapi harus dilakukan secara terpadu sang beberapa instansi terkait. Kegagalan pengelolaan sumberdaya ekosistem padang lamun ini, pada umumnya disebabkan oleh warga pesisir nir pernah dilibatkan, mereka cenderung hanya dijadikan sebagai obyek & tidak pernah sebagai subyek pada program-acara pembangunan pada daerahnya. Sebagai akibatnya mereka cenderung sebagai masa ndeso atau kesadaran & partisipasi mereka terhadap konflik lingkungan pada sekitarnya menjadi sangat rendah. Agar pengelolaan sumberdaya ekosistem padang lamun ini nir mengalami kegagalan, maka warga pesisir wajib dilibatkan.

Dalam pengelolaan ekosistem padang lamun berbasis rakyat ini, yg dimaksud dengan rakyat adalah semua komponen yang terlibat baik secara eksklusif maupun tak pribadi dalam pemanfaatan dan pengelolaan ekosistem padang lamun, antara lain merupakan rakyat lokal, LSM, swasta, Perguruan Tinggi dan kalangan peneliti lainnya. Pengelolaan sumberdaya ekosistem padang lamun berbasis masyarakt bisa diartikan sebagai suatu taktik untuk mencapai pembangunan yg berpusat pada masyarakat dan dilakukan secara terpadu dengan memperhatikan aspek ekonomi dan ekologi. Dalam konteks pengelolaan sumberdaya ekosistem padang lamun berbasis rakyat, kedua komponen warga & pemerintah sama-sama diberdayakan, sebagai akibatnya tidak terdapat ketimpangan pada pelaksanaannya.

Pengelolaan berbasis rakyat wajib mampu memecahkan 2 persoalan primer, yaitu:

a)     masalah sumberdaya hayati (misalnya, tangkap lebih, penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, kerusakan ekosistem dan konflik antara nelayan tradisional dan industri perikanan modern),

b)     masalah lingkungan yang mempengaruhi kesehatan sumberdaya hayati laut (misalnya, berkurangnya daerah padang lamun sebagai daerah pembesaran sumberdaya perikanan, penurunan kualitas air, pencemaran).

F. Pendekatan Kebijakan

Perumusan kebijaksanaan pengelolaan ekosistem padang lamun memerlukan suatu pendekatan yang dapat diterapkan secara optimal dan berkelanjutan melalui pendekatan keterpaduan. Pendekatan kebijakan ini mengacu kepada pendekatan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu, yaitu pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang ada di wilayah pesisir. Hal ini dapat dilakukan dengan cara penilaian menyeluruh, menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatan, serta merencanakan kegiatan pembangunan. Pengelolaan ekosistem padang lamun secara terpadu mencakup empat aspek, yaitu: (1) keterpaduan wilayah/ekologis; (2) keterpaduan sektoral; (3) keterpaduan disiplin ilmu; dan (4) keterpaduan stakeholders (pemakai).

G. Rehabilitasi padang lamun

Merujuk pada kenyataan bahwa padang lamun mendapat tekanan gangguan utama dari aktivitas manusia maka untuk rehabilitasinya dapat dilaksanakan melalui dua pendekatan: yakni: 1) rehabilitasi lunak (soft rehabilitation) , dan 2) rehabilitasi keras (hard rehabilitation).

1. Rehabilitasi lunak

Rehabilitasi lunak berkenan dengan penanggulangan akar masalah,  dengan asumsi jika akar masalah dapat diatasi, maka alam akan mempunyai kesempatan untuk merehabilitasi dirinya sendiri secara alami. Rehabilitasi lunak lebih menekankan pada pengendalian perilaku manusia.

Rehabilitasi  lunak bisa mencakup hal-hal sebagai berikut:

a) Kebijakan dan strategi pengelolaan. Dalam pengelolaan lingkungan diperlukan kebijakan dan strategi yang jelas untuk menjadi acuan pelaksanaan oleh para pemangku kepentingan (stake holders).

b) Penyadaran masyarakat (Public awareness).  Penyadaran masyarakat dapat dilaksanakan dengan berbagai pendekatan seperti:

1)      Kampanye penyadaran lewat media elektronik (televisi, radio), ataupun lewat media cetak (koran, majalah, dll)

2)      Penyebaran berbagai materi kampanye seperti: poster, sticker, flyer, booklet, dan lain-lain

3)      Pengikut-sertaan tokoh masyarakat (seperti pejabat pemerintah, tokoh agama, tokoh wanita, seniman, dll)  dalam penyebar-luasan bahan penyadaran.

c) Pendidikan.  Pendidikan mengenai lingkungan termasuk pentingnya melestarikan lingkungan padang lamun. Pendidikan dapat disampaikan lewat jalur pendidikan formal dan non-formal

d) Pengembangan riset. Riset diperlukan untuk mendapatkan informasi yang akurat untuk mendasari pengambilan keputusan dalam pengelolaan lingkungan.

e) Mata pencaharian alternatif.  Perlu dikembangkan berbagai kegiatan untuk mengembangkan mata pencaharian alternatif yang ramah lingkungan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.  Masyarakat yang lebih sejahtera lebih mudah diajak untuk menghargai dan melindungi lingkungan.

f) Pengikut sertaan masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan lingkungan dapat memberi motivasi yang lebih kuat dan lebih menjamin keberlanjutannya. Kegiatan bersih pantai dan pengelolaan sampah misalnya merupakan bagian dari kegiatan ini.

g) Pengembangan Daerah Pelindungan Padang Lamun (segrass sanctuary) berbasis masyarakat. Daerah Perlindungan Padang Lamun (DPPL) merupakan bank sumberdaya yang dapat lebih menjamin ketersediaan sumberdaya ikan dalam jangka panjang. DPPL berbasis masyrakat lebih menjamin keamanan dan keberlanjutan DPPL.

h) Peraturan perundangan. Pengembangan pengaturan perundangan perlu dikembangkan dan dilaksanakan dengan tidak meninggalkan kepentingan masyarakat luas.  Keberadaan hukum adat, serta kebiasaan masyarakat lokal perlu dihargai dan dikembangkan.

i) Penegakan hukum secara konsisten. Segala peraturan perundangan tidak akan ada manfaatnya bila tidak dapat ditegakkan secara konsisten. Lembaga-lembaga yang terkait dengan penegakan hukum perlu diperkuat, termasuk lembaga-lembaga adat.

2 .  Rehabilitasi keras

Rehabilitasi keras menyangkut aktivitas eksklusif perbaikan lingkungan di lapangan. Ini dapat dilaksanakan misalnya menggunakan rehabilitasi lingkungan atau menggunakan transplantasi lamun di lingkungan yg perlu direhabilitasi. Kegiatan transplantasi lamun belum berkembang luas pada Indonesia. Berbagai percobaan transpalantasi lamun telah dilaksanakan sang Pusat Penelitian Oseanografi LIPI yg masih pada tingkat awal. Pengembangan transplantaasi lamun sudah dilaksanakan di luar negeri dengan berbagai taraf keberhasilan.

Sumber:

Suharni dan Iman. 2011. Modul Penyuluhan Kelautan & Perikanan: Pengelolaan Ekosistem Lamun. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan & Perikanan BPSDMKP.

#Tag :

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KELOMPOK PEMASAR HASIL PERIKANAN

1.1. Pengertian Perencanaan dan Pengembangan Usaha

Menurut wikipedia (dua014) dalammanajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semuafungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain (pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan) tak akan dapat berjalan.

Menurut & Steinhoff dan John F. Burgess (199tiga) (pada Suryana,dua00tiga) wirausaha merupakan orang yg mengorganisir, mengelola & berani menanggung resiko buat membangun bisnis baru dan peluang berusaha. Untuk dapat melakukan seluruh itu diharapkan sebuah perencanaan yang tepat dan terperinci, sebab perencanaan bisnis adalah suatu alat buat memastikan bahwa sebuah bisnis dijalankan dengan benar dan tepat, yg mencakup pemilihan kegiatan yang akan dijalankan, bagaimana menjalankan & kapan dimulai & selesainya pekerjaan itu, buat membantu tercapainya tujuan bisnis.

Perencanaan usaha merupakan langkah awal yang menunjukkan bahwa seseorang serius untuk berwirausaha, dan untuk menghindari faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan, serta mengantisipasi setiap tantangan yang akan dihadapi dalam menjalankan usaha. Seorang wirausaha, menurut Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (199tiga) (dalam Suryana,dua00tiga), mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut : “An entrepreuneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the perpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resourses to capitalize on those opportunuties”.

Rencana bisnis wajib dibuat lantaran perencanaan adalah titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal pada perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan. Di samping itu pembuatan planning bisnis menerangkan sikap yang kurang sungguh-benar-benar dalam berusaha dan komitmen yang bertenaga buat menjalankan usahanya sebagai akibatnya nir gampang menyerah dan putus harapan ketika menghadapi setiap hambatan & resiko bisnis.

1.dua. Rencana Pengembangan Usaha

Rencana bisnis merupakan sesuatu yg penting bagi seorang pengusaha di mana David H. Bangs, Jr. (199lima) menyatakan bahwa seseorang pengusaha/pelaku bisnis yang tidak sanggup membuat perencanaan sebenarnya merencanakan kegagalan. Rencana usaha wajib dibuat tertulis sebagai akibatnya dapat dijadikan sebagai rujukan & panduan buat menjaga agar aktivitas bisnis terarah & focus dalam pencapaian tujuan. Dengan membuat suatu penilaian terlebih dahulu sebelum melakukan investasi yang lalu dituangkan dalam suatu laporan secara tertulis, Manfaat yang mampu diperoleh berdasarkan perencanaan usaha merupakan, bisa digunakan sebagai pedoman atau alat untuk mengetahui apakah aktivitas bisnis yang akan dijalankan itu memungkinkan dan memiliki kelayakan buat dijalankan & berapa ketika yang diharapkan buat mewujudkannya dan bisa dijadikan sebagai indera supervisi.

Menurut Bygrave, (1994:11lima) terdapat beberapa alasan penting mengapa orang harus menyusun perencanaan bisnis dan perencanaan pengembangan usaha:

a.   Menunjukkan bahwa bisnis ini layak dan menguntungkan

Perencanaan usaha akan menciptakan kita bisa melihat dengan kentara apakah bisnis yg dijalankan nanti memiliki keberhasilan yang tinggi & juga wajib sanggup menyakinkan orang lain tidak akan merugi bila melakukan kerjasama dengan anda.

b.   Mendapatkan pembiayaan bank

Dengan adanya perencanaan usaha yang kentara akan memudahkan kita buat mencari donasi kerjasama dari banyak sekali pihak lantaran didalam perencanaan usaha menampakan aspek keuangan,& aspek pemasaran yg hal tersebut akan memudahkan kita menerima dukungan berupa pinjaman melalui bank.

c.    Mendapatkan dana investasi

Perencanaan usaha yg jelas pula memungkinkan kita buat mendapatkan pinjaman melalui pihak-pihak lain yg potensial yang akan mendukung pemenuhan investasi bisnis kita.

d.   Mengatur dengan siapa harus bekerjasama

Mengatur & menciptakan kerjasama menggunakan perusahaan-perusahaan lain yang sudah ada & saling menguntungkan contohnya menurut para pembuat yang bisa diharapkan memasok barang buat usaha anda.

e.   Mendapatkan kontrak besar

Perencanaan yang baik menarit minat perusahaan-perusahaan yg lebih besar memberi pekerjaan atau kontrak yang bisa dikerjakan oleh bisnis anda.

f.     Menarik tenaga kerja inti

Perencanaan yang baik mengundang orang-orang tertentu yg potensial atau mempunyai keahlian buat bergabung bekerja sama dengan anda. Mungkin saja anda memerlukan orang-orang yang memiliki kemampuan buat memduduki posisi kunci pada bisnis anda, tetapi anda harus berhati-hati menerima orang-orang tertentu yg dapat juga menjerumuskan usaha anda pada kerugian.

g.   Memotivasi dan fokus

Perencanaan yang baik menjamin adanya perhatian yang penekanan dalam tujuan dari banyak sekali personil yg terdapat dalam usaha. Sebab sebuah perusahaan akan bertumbuh makin lama makin komplek, sehingga business plan menjadi komponen yang sangat penting bagi setiap orang buat permanen berpijak dalam arah yg sahih.

Perencanaan mungkin bukan untuk semua orang. Ini bukan obat buat segala penyakit atau obat penenang bagi hambatan pada kemajuan seorang. Bagi mereka yg mungkin bukanlah wirausahawan, melihat perencanaan menjadi berikut :

1.   Bagi orang yang hati-hati, juga khawatir akan kegagalan, melihat bahwa penentuan gol akan merupakan sumber ketegangan dan tekanan dan mempertinggi rasa takut gagal. Konsekuensi mental dan fisik yang mungkin dari kecemasan tersebut yang mempengaruhi aktivitas yang dapat kontra produktif bagi mereka.

dua.   Menyiapkan gol dan rencana memerlukan penentuan pilihan dan komitmen. Ini artinya menentukan prioritas dalam gol. Inheren terhadap proses ini adalah kemungkinan di masa depan atau pilihan yang belum di ketahui sekarang, yang dapat saja lebih menarik untuk dipilih, sehingga menjadi hilang atau peluang yang diabaikan. Dilemma ini mempengaruhi keputusan seseorang dalam karirnya.

tiga.   Komitmen terhadap gol yang berorientasi karir, terutama bagi mereka yang muda dan belum banyak mengetahui dunia nyata. Sebagai missal, berapa banyak anak muda memilki informasi akurat, pengetahuan dan pengalaman tentang karir tertentu atau peran untuk menjadi insinyur, pilot, wirausahawan ?.

4.   Bagi seseorang yang cenderung kompulsif dan obsesif, penentuan gol bagaikan memberikan bensin pada api. Perencanaan yang efisien dan manajemen waktu akan mendorong seseorang untuk tenggelam dalam sesuatu tugas tertentu, proyek atau karir, sehingga mengeasmpingkan keluarga, teman, komunitas, atau tanggung jawab lain. Inipun merupakan dilemma bagi semua orang termasuk wirausahawan.

lima.   Berbagai kejadian dan faktor lingkungan yang diluar kontrol akan menggalkan rencana terbaik yang ada : bencala alam, kemtian, dll. Tidak ada proses perencanaan yang dapat melihat hal tersebut, ataupun mencegahnya meskipun terlihat. Sehingga selama tahap awal usaha baru yang tengah berjuang dalam ukuran minggu atau bulan, alokasi utama waktu untuk merencanakan tahun berikutnya tidak mungkin.

Mungkin nir ada kekecewaan yg lebih akbar dari dalam pengalaman kegagalan para manajer atau wirausahawan menggunakan planning yg sepertinya sudah disiapkan menggunakan baik atau benar-benar-sungguh. Disamping itu, waktu yang poly tersita akan menurunkan moral mereka bila planning tidak berjalan. Lebih buruk lagi apabila disisi lain ada contoh keberhasilan tanpa perencanaan formal. Isu yg timbul ialah mengapa planning gagal?

Perhatian primer berdasarkan perencanaan yang efektif adalah mengapa planning gagal. Secara sederhana apa saja berdasarkan perilaku atau hambatan yang menaruh sumbangan bagi kegagalan perencanaan, apa yang harus dilakukan buat mengurangi risiko gagal. Apabila kegagalan itu niscaya jika nir bekerja keras, bekerja keras tidaklah cukup. Bekerja lebih cerdik adalah tuntutan. Bekerja lebih menumbuhkan kewaspadaan dan respon terhadap enam alasan primer mengapa planning gagal.

1.   Tidak ada gol yang nyata. Jika ada rencana tidak akan gagal. Banyak orang kurang memahami mengenai apa yang dimaksud dengan gol. Mereka terbuai dengan misi seperti “peningkatan kerja”, “pertumbuhan”, atau “peningkatan usaha” yang lebih merupakan fantasi ketimbang gol. Gol haruslah nyata jika tidaklah spesifik, terukur, masa waktu, realistis, rencana akan gagal.

dua.   Gagal mengantisipasi kendala. Tidak seorangpun dapat berfikir mengenai kemungkinan kontingensi, namun optimisme berlebihan dan komitmen berlebihan akan menghambat kepekaan untuk mengatasi rintangan atau perangkap. Setiap rencana tidak terkecuali setiliti apapun memilki keterbatasan dan konflik terselubung atas prioritas dan sumber daya. Tidak jarang terjadi, hal itu terlambat diperhatikan. Wirausahawan yang berhati-hati mengidentifikasi hambatan potensial dengan cara mengatasi masalah akan lebih siap mengahadapi gangguan terhadap rencana mereka. Penentuan gol yang efektif mengetahui bahwa hal ini bukan merupakan mengidentifikasi hal yang tidak mungkin agar maklum bila ada kegagalan. Yang mereka lakukan adalah memilih beberapa hambatan kecil yang dapat menjadi besar, kemudian menentukan langkah-langkah pencegahan. Sebuah rencana harus cukup fleksibel dan mampu mengetahui adanya hambatan dan memberikan solusi antisipasi tehadap hambatan yang belum diketahui ataupun diduga.

tiga.   Terlambat meninjau ulang dan melihat tonggak kemajuan (milestone), rencana yang gagal biasanya tidak memilki tonggak kemajuan yang nyata atau tanggal peninjauan ulang, atau memperkenankan pergeseran. Alasan yang dipakai ialah “saya dapat menunggu” atau “saya tahu apa yang saya lakukan”. Peninjauan ulang secara berkala atas kemajuan yang terjadi terhadap gol yang ditentukan merupakan bendera merah agar waspada dilakukan pengkajian ulang. Tonggak kemajuan yang tercapai akan memberikan motivasi untuk sukses lebih lanjut. Namun demikian detail dan analisa yang berlebihan dalam peninjauan ulang akan menganggu tujuan implementasi dan pencapaian gol. Keseluruhan proses harus sederhana dan tanpa kecenderungan birokrasi yang berlebihan. Peninjauan ulang yang efektif hanya menguji kecepatan, arah, dan realisasi rencana pada setiap titik dari suatu usaha.

4.   Komimen yang kurang. Komitmen pribadi merupakan hal yang kritis terhadap keberhasilan rencana. Komitmen memberikan motivasi diri untuk penyelesaian suatu rencana. Bagi seseorang wirausahawan, sering mendapat komitmen yang sekedar dibibir dari subordinat atau mitra untuk suatu perencanaan. Komitmen merupakan sesuatu hal yang sulit diperoleh, memrlukan berbagai upaya melibatkan tim dalam proses pengembangan gol. Melibatkan subordinat, mitra akan membangkitkan keterkarikan, masukan, dan lebih penting lagi kepemilikan dari suatu rencana diskusi yang melibatkan negosiasi, kompromi, dan saling menukar data akan membantu dalam mencapai gol yang secara bersama-sam ditetapkan. Apabila suatu rencan gagal, akan dengan mudah untuk mengatakan “saya bilang apa, ini bukan rencana saya, ini dari bos”. Ini merupakan indicator tidak adanya komitmen. Disisi lain, komitmen berlebihan pun akan memberikan masalah yaitu mengabaikan realita karena adanya hambatan dalam umpan balik, distorsi realitas, dan presepsi yang membingungkan antara kawan atau lawan.

lima.   Gagal meninjau ulang gol. Berbagi hambatan dari 1 s/d 4 diatas akan mendorong terjadinya kegagalan dalam meninjau ulang gol. Kegagalan seolah di programkan ke rencana yang tidak memilki respon terhadap perubahan lingkungan, internal, dan eksternal.

6.   Gagal untuk belajar dari pengalaman. Sering dijumpai wirausahawan yang telah melakukan “hal yang benar” tersebut diatas, namun tampaknya mereka tidak belajar atas apa yang mereka lakukan. Mereka akan mengabaikan umpan balik yang mereka terima sama dengan “kita terlambat jadwal, tapi anggaran kita berlebihan”, atau menolak umpan balik yang terjadi “coba periksa lagi data anda”. Kegagalan untuk belajar dari pengalaman lampau atau sekarang merupakan keengganan untuk merubah cara kerja mereka. Mereka berkilah, “sebelumnya bisa, ini pasti bisa”, maka fleksibilitas sangat diperlukan disini.

1.tiga. Teknik Menyusun Perencanaan Usaha

Detail aspek-aspek perencanaan bisnis:

v Deskripsi aspek-aspek bisnis (apa yang anda kerjakan atau akan dikerjakan, produk yang ditawarkan, keadaan industri kini , peluang yg tersedia buat memasarkan produk):

a.      Industri (prospek industri, berbagai produk dan perkembangannya, pasar baru dan penggunanya, kebutuhan baru, perusahaan baru, kecenderungan dan faktor ekonomi/kondisi nasional yang mempengaruhi usaha secara positif atau negatif dan sumber informasi yang dipergunakan untuk menggambarkan kecenderungan industri)

b.      Perusahaan (deskripsi bidang usaha, produk/jasa yang ditawarkan, pengguna utama, latar belakang dan tanggal perusahaan berdiri, deskripsi identifikasi dan pengembangan produk dan keterlibatan perusahaan dalam prosesnya)

c.       Produk (barang/jasa) (deskripsi detail produk/jasa yang akan dijual, posisi kepemilikan seperti paten, rahasia dagang atau aspek kepemilikan lain, deskripsi potensi/kelebihan produk/jasa yang membuat unggul dalam persaingan)

v Aspek pemasaran, terdiri menurut:

a.      Riset pasar dan analisis (perlu data yang meyakinkan bahwa produk memiliki pasar yang substansial dalam industri yang tumbuh dan dapat memenuhi target penjualan)

1)      Pelanggan (pelanggan potensial dalam segmen pasar yang utama, siapa dan dimana pembeli utama dari produk dalam setiap segmen pasar?)

dua)      Ukuran pasar dan kecenderungannya (cari data dari distributor, dealer, salesman, pelanggan)

tiga)      Persaingan (cari data untuk menentukan tingkat persaingan yang terjadi. Bandingkan produk yang bersaing dalam basis harga, kinerja, pelayanan, jaminan dan kelebihan lainnya. Tunjukkan kelebihan dan kekurangan produk pesaing dan jelaskan mengapa masih belum memuaskan pelanggan

4)      Perkiraan pangsa pasar dan penjualan (identifikasi pelanggan utama yang bersedia membeli, perkiraan penjualan dalam rupiah dan unit tiga tahun mendatang)

lima)      Evaluasi pasar (jelaskan cara mengevaluasi secara berkesinambungan : terget pasar dalam rangka mengkaji kebutuhan pelanggan dan tuntutan dalam program, peningkatan produk dan program produk baru, rencana ekspansi dari fasilitas produksi, serta tuntunan dalam penentuan harga

b.      Rencana Pemasaran (memberikan gambaran detail dari strategi pemasaran, kebijakan penjualan dan pelayanan, penentuan harga, distribusi dan strategi iklan untuk mencapai pangsa pasar yang diproyeksikan)

1)      Strategi pemasaran secara keseluruhan (kelompok pelanggan yang menjadi target awal, cara mengenali dan menghubungi pelanggan potensial, apa yang akan ditekankan dari kelebihan produk (kualitas, harga, pengiriman, jaminan) dalam penjualan?

dua)      Penentuan harga (buat sejumlah strategi harga sebelum memutuskan. Bahaslah harga yang ditetapkan dan bandingkan dengan pesaing utama

tiga)      Taktik penjualan (deskripsikan metoda yang akan digunakan untuk melakukan penjualan dan mendistribusikan produk, rencana awal dan rencana jangka panjang untuk tenaga penjualan. Bahaslah margin  untuk agen ritel, grosir, tenaga penjualan dan bandingkan dengan pesaing. Jika menggunakan distributor, deskripsikan cara memilih, kapan mereka akan mulai menjual dan area yang dilayani)

4)      Kebijakan jasa pelayanan dan jaminan

lima)      Iklan dan promosi

v Desain & pengembangan

a.      Status dan tugas pengembangan (deskripsikan status produk  saat ini, apa yang akan dikerjakan agar dapat dipasarkan. Deskripsikan kompetensi dan keahlian dari perusahaan dalam pengembangan

b.      Kesulitan dan resiko (identifikasi langkah-langkah antisipasi adanya masalah dalam desain dan pengembangan serta pendekatan yang dilakukan dalam solusi. Bahaslah efek yang mungkin terjadi pada jadwal, biaya desain dan pengembangan dan waktu pengenalan produk ke pasar

c.       Peningkatan produk dan produk baru (kelanjutan desain dan pengembangan yang direncanakan untuk menjaga produk tetap unggul dan langkah-langkah pengembangan produk baru yang terkait pada kelompok pelanggan yang sama)

d.      Biaya (anggaran desain dan pengembangan, termasuk biaya TK, Material, konsultan dll).

V Rencana Manufaktur & Operasional

a.      Lokasi geografis (deskripsikan kekurangan dan kelebihan lokasi dari segi biaya TK, SP, ketersediaan TK, kedekatan dengan pelanggan, pemasok, jalur transportasi. Pajak, dan peraturan setempat

b.      Fasilitas dan peningkatannya

c.       Strategi dan rencana (deskripsikan kontrol kualitas, produksi, inventori, prosedur inspeksi, dan kontrol kualitas untuk meminimumkan masalah pelayanan dan keluhan pelanggan

v  Tim Manajemen

a.      Organisasi: menyajikan peran kunci dari manajemen dalam perusahaan dan individu yang menempati posisi masing-masing.

b.      Personel Kunci Dalam Manajemen: diskripsikan secara tegas tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota kunci dari tim manajemen.

c.       Kompensasi Manajemen dan Kepemilikan: keinginan untuk mendapatkan pendanaan di awal usaha tidak akan besar.

d.      Dewan Direksi: filosofi perusahaan terkait dengan ukuran dan komposisi dewan.

e.      Pelayanan dari Profesional yang Mendukung: organisasi pelayanan yang mendukung dikenal, memiliki reputasi, dan berkualitas. Hal ini tidak hanya memberikan asistensi profesional saja, tetapi juga menambah kredibilitas perusahaan.

V Aspek Risiko Kritis

Dalam aspek ini ada beberapa kasus yang harus diidentifikasi, yaitu pengaruh menurut isu terkini yang menguntungkan pada industri, porto desain, maupun pabrik yg melebihi kalkulasi dan pesaing-pesaing baru yg belum diperhitungkan.

V Rencana Keuangan

a.      Perkiraan laba dan Rugi: persiapan Pro Forma Laporan Laba Rugi adalah bagian dari perencanaan untuk laba dalam manajemen keuangan.

b.      Analisis Pro Forma Laporan Arus Kas: perkiraan arus kas dapat lebih penting daripada perkiraan laba karena detil dari jumlah uang dan penentuan waktu dari uang kas masuk dan keluar yang diharapkan.

c.       Pro Forma Neraca Keuangan: neraca keuangan dipergunakan untuk mendukung tingkat operasional

d.      Diagram Titik Impas: merupakan cara untuk menentukan tingkat penjualan dan produksi yang dapat menutup semua biaya.

e.      Kontrol Biaya: meliputi cara pelaporan biaya, siapa yang bertanggung jawab atas kontrol untuk berbagai elemen biaya dan seberapa sering memperoleh biaya.

f.        Pendanaan yang diperlukan: secara umum jelaskan berapa dana yang diperlukan, apa yang ditawarkan perusahaan untuk dana yang diterima, penggunaan apa dari dana yang diterima.

Manfaat penyusunan rencana kegiatan kelompok, antara lain adalah: (1) dipakai sebagai alat koordinasi; (dua) dapat memberikan “kepastian” mengenai masa depan atau membatasi “ketidakpastian”; (tiga) tersedianya alat ukur terhadap prestasi  yang akan dicapai dan alat pengendalian (control) jalannya kegiatan kelompok; (4) Peningkatan produktifitas (efektifitas dan efisiensi) karena memfokuskan pada sasaran; dan (lima)terbentuknya kerja sama, dukungan dan peran serta anggota kelompok.

Berikut ini tersaji beberapa contoh sederhana penyusunan planning kegiatan grup:

1. Data Umum:

1.

Nama Kelompok

: ............................................

dua.

Alamat

: ............................................

tiga.

Desa

: ............................................

4.

Kecamatan

: ............................................

lima.

Kabupaten

: ............................................

6.

Tanggal Pendirian

: ............................................

7.

Pengurus

- Ketua

: ............................................

- Sekretaris

: ............................................

- Bendahara

: ............................................

- Anggota

: ....... Orang

8.

Kelas Kelompok

: ............................................

9.

Prestasi Kelompok

: ............................................

10.

Jenis Usaha Kelompok

: ............................................

11.

Jumlah Kas Kelompok

: ............................................

1dua.

No. Rekening Kelompok

: ............................................

1tiga.

Bank Cabang

: ............................................

14.

Nama Bank

: ............................................

1lima.

Tanggal

: ............................................

dua. Buku Rencana Kegiatan Kelompok (RKK)

NO

NAMA KEGIATAN/

URAIAN KEGIATAN

VOLUME/

FREKUENSI

WAKTU PELAKSANAAN

TEMPAT PELAKSANAAN

KETERANGAN

tiga. Buku Rencana Usaha Kelompok (RUK)

NO

NAMA ANGGOTA KELOMPOK

KEBUTUHAN USAHA

JUMLAH

JADWAL

PERMANFAATAN

TANDA TANGAN

JENIS USAHA (KOMODITI)

WADAH PEMASARAN

PERALATAN PEMASARAN

SAPRAS LAINNYA

VOLUME

NILAI (RP)

VOLUME

NILAI (RP)

VOLUME

NILAI (RP)

NILAI (RP)

1

Ketua

1

dua

Sekretaris

dua

tiga

Bendahara

tiga

4

Anggota

4

lima

Anggota

lima

6

Anggota

6

7

Anggota

7

8

Anggota

8

9

Anggota

9

1 0

Anggota

10

JUMLAH

4. Buku Rencana Usaha Bersama (RUB)

NO

U RAIAN

SATUAN

VOLUME

NILAI (RP)

1.

Komoditas:

dua.

Kapasitas pemasaran/bulan

tiga.

Rencana pengembangan bisnis

4.

Peralatan pemasaran

-     …….

-     …….

-     …….

lima.

Sarana/prasarana

-     …….

-     …….

-     …….

SUMBER:

Bangs Jr., David H. 199dua, “The Market Planing Guide”,USA, Dearborn Publishing Group,inc.

Bygrave,WD. 1994,The Portable MBA in Entrepreneurship.: New York ,John Willy & Sons.

Elia W. E., dan Yulianti Y., dua009. Manajemen Pemasaran - Designing and Managing Value Networks and Channels. Program Pasca Sarjana – Magister Manajemen. Universitas Trisakti, Jakarta.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PERENCANAAN%dua0USAHA.pdf

http://blog-ilmuonline.blogspot.com/dua01dua/0lima/jaringan-usaha.html

Hudoyo M.W. dan Razi F., dua009. Modul Penyusunan Aturan Pengelolaan Keuangan Kelompok. Modul Pelatihan pendampingan pemberdayaan masyarakat PNPM Mandiri-KP Tahun dua009. Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Hudoyo M.W. dan Razi F., dua009. Modul Perencanaan Usaha. Modul Pelatihan pendampingan pemberdayaan masyarakat PNPM Mandiri-KP Tahun dua009. Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Kotler, Philip. dua00lima. Manajamen Pemasaran, Jilid 1 dan dua. PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.

Purnama R. dan Razi F., dua011. Modul Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok Pelaku Utama Perikanan. Modul Pelatihan Dasar bagi Penyuluh Perikanan Ahli. Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Razi F., dua014. Pembinaan Manajerial Kelompok; Sebuah Langkah Sederhana, Urgensi dan Efektif. Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan – BPSDMKP, Jakarta

JENIS-JENIS MANGROVE

Diperkirakan ada sekitar 89 spesies mangrove yang tumbuh di dunia, yang terdiri dari 31 genera dan 22 famili. Tumbuhan mangrove tersebut pada umumnya hidup di hutan pantai Asia Tenggara, yaitu sekitar 74 spesies, dan hanya 11 spesies hidup di daerah Caribbean. Lebih lanjut menurut Soegiarto dan Polunin (1982) dalam Supriharyono (2000) dari jumlah ini sekitar 51% atau 38 spesies hidup di Indonesia. Jumlah tersebut belum termasuk spesies ikutan yang hidup bersama di daerah mangrove (KLH et al., 1993 dalam Supriharyono, 2000). Ada beberapa spesies tumbuhan pantai, yaitu sekitar 12-16 spesies, yang masih diragukan apakah tumbuh-tumbuhan tersebut termasuk mangrove atau tidak. Sebagai contoh, famili Rhizophoraceae mempunyai 17 genera dan sekitar 70 spesies, akan tetapi hanya empat generasi dan 17 spesies diketahui benar - benar sebagai mangrove. Demikian pula famili Combretaceae, hanya tiga genera dan lima spesies yang diketahui sebagai mangrove (Supriharyono, 2000).

Ciri-ciri mangrove dari penampakan hutan mangrove terlepas dari habitatnya yang unik adalah jenis-jenisnya relatif sedikit, akar jangkar yang melengkung dan menjulang pada Rhizophora sp, akar yang tidak teratur dan keras atau pneumatofora pada marga Avicennia sp, dan Sonneratia sp, yang mencuat vertikal seperti pensil, adaptasinya yang kuat terhadap lingkungan sehingga biji (propagul) Rhizophora berkecambah di pohon (vivipar), sehingga banyaknya lentisel  pada bagian kulit pohon (Departemen Kehutanan, 1997 dalam Noor et al., 1999)

Adapun beberapa jenis mangrove yg dikenal selama ini adalah:

a. Avicennia lanata

Nama setempat: api-api. belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, dapat mencapai ketinggian hingga 8 m. Memiliki akar nafas dan berbentuk pensil. Kulit kayu seperti kulit ikan hiu (berwarna gelap), coklat hingga hitam. Daun : Memiliki kelenjar garam, bagian bawah daun putih kekuningan, dan ada rambut halus. Unit dan letak :  sederhana  dan berlawanan. Bentuk : elips. Ujung : memundar agak meruncing, dan ukuran 9x 5 cm. Bunga : Bergerombol muncul di ujung tandan, bau menyengat, letak diujung atau ketiak tangkai / tandan bunga. Formasi : bulir (8-12). Daun mahkota : 4, kuning pucat – jingga tua, 4 – 5 mm. Kelopak bunga : 5 buah. 4 benang sari. Buah : Buah seperti hati, ujungnya berparuh pendek dan jelas, warna hijau–agak kekuningan. Permukaan buah berbunga halus (seperti ada tepungnya). Ukuran : sekitar 1,5 x 2,5 cm. Ekologi : Tumbuh pada dataran lumpur, tepi sungai, daerah yang kering dan toleran terhadap kadar garam yang tinggi. Diketahui (di Bali dan Lombok) berbunga pada bulan Juli–Februari dan berbuah antara bulan November hingga Maret. Penyebaran : Kalimantan, Bali, Lombok, Semenanjung, Malaysia, Singapura. Kelimpahan : Tidak diketahui. Manfaat: Kayu bakar dan bahan bangunan (Noor et al., 1999).

Gambar 1. Bunga, buah, daun & pohon Avicennia lanata

(Noor et al., 1999).

b. Rhizophora apiculata

Nama setempat : Bakau minyak, bakau tandok, bakau akik, bakau puteh,   bakau kacang, bakau leutik, akik, bangka minyak, donggo akit, jangkar, abat, parai, mangi-mangi, slengkreng, tinjang wako. Deskripsi umum : Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang mencapai 50 cm. Memiliki perakaran yang khas hingga mencapai ketinggian 5 meter, dan kadang–kadang memiliki akar udara yang keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna abu–abu tua dan berubah-ubah. Daun berkulit, warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah kemerahan dibagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm dan warnanya kemerahan. Unit   dan letak: sederhana dan berlawanan. Bentuk : elips menyempit dan meruncing. Ukuran 7-19 x 3,5-8 cm. Bunga : Biseksual, kepala bunga kekuningan yang terletak pada gagang berukuran < 14 mm. Letak : di ketiak daun. Formasi: kelompok (2 bunga per kelompok). Daun mahkota : 4; kuning putih, tidak ada rambut, panjangnya 9-11 mm. Kelopak bunga : 4; kuning kecoklatan, melengkung, Benang sari : 11-12; tak bertangkai. Buah : Buah kasar berbentuk bulat memanjang hingga seperti buah pir , warna coklat, panjang 2,3-5 cm, berisi satu biji fertil. Hipokotil Silindris, berbintil, berwarna hijau jingga. Leher kotilodon berwarna merah jika sudah matang. Ukuran: Hipokotil panjang 18-38 cm dan diameter 1-2 cm. Ekologi : Tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir. Tingkat dominasi bisa mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi. Menyukai perairan pasang surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang kuat secara permanen. Percabangan akarnya dapat tumbuh secara abnormal karena gangguan kumbang yang menyerang ujung akar. Kepiting dapat juga menghambat pertumbuhan mereka karena mengganggu kulit akar anakan. Tumbuh lambat, tetapi perbungaan terdapat sepanjang tahun.

Penyebaran : Srilanka, seluruh Malaysia dan Indonesia hingga Australia Tropis dan Kepulauan Pasifik. Kelimpahan : Melimpah di Indonesia, tersebar jarang di Australia. Manfaat : Kayu dimanfaatkan untuk bahan bangunan, kayu bakar dan arang. Kulit kayu berisi hingga 30% tannin (per sen berat kering). Cabang akar dapat digunakan sebagai jangkar dengan diberati batu. Di Jawa acap kali ditanam di pinggiran tambak untuk melindungi pematang. Sering digunakan sebagai tanaman penghijauan (Noor et al., 1999).

Gambar 2. Bunga, buah, daun, dan pohon Rhizophora apiculata

(Noor et al., 1999).

c. Avicennia marina (Forsk.) Vierh.

Nama setempat api-api putih, api-api abang, sia-sia putih, pejapi, nyapi, hajusia. Deskripsi Umum belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, ketinggian mencapai 30 m. memiliki sistem perakaran horizontal yang rumit dan berbentuk pensil (atau berbentuk asparagus), akar nafas tegak dengan sejumlah lentisel. Kulit kayu halus dengan burik-burik hijau-abu dan terkelupas dalam bagian-bagian kecil. Ranting muda dan tangkai daun berwarna kuning tidak berbulu. Bagian atas permukaan daun ditutupi bintik-bintik kelenjar berbentuk cekung. Bagian bawah daun putih-abu-abu muda. Unit & letaknya sederhana dan berlawanan.memiliki bentuk daun elips, bulat memanjang, bulat telur terbalik. Ujungnya meruncing hingga membundar, dengan ukuran 9 x 4,5 cm. Bunga seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul di ujung tandan, bau menyengat, nektar banyak. Letaknya di ujung atau di ketiak/tandan bunga. Daun mahkota ada 4 dengan warna kuning pucat jingga tua berukuran 5-6 mm. Kelopak bunga berjumlah 5 lalu  benang sari ada 4. Merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai yang terlindung, memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai habitat pasang surut, bahkan di tempat asin sekalipun. Jenis ini juga dapat bergerombol membentuk suatu kelompok pada habitat tertentu. Berbuah sepanjang tahun, kadang-kadang bersifat vivipar. Buah membuka pada saat matan

g, mempunyai lapisan dorsal. Buah juga dapat membuka karena dimakan semut atau setelah penyerapan air. Buah dapat dimakan. Kayu dapat menghasilkan bahan kertas berkualitas tinggi. Daun digunakan sebagai makanan ternak.

Gambar 3.  Buah, bunga, daun & pohon Avicennia marina

(Noor et al., 1999).

d. Acrostichum aureum

Nama setempat mangrove varen, paku cai, hata diuk, paku laut. Batang menebal di bagian pangkal, cokelat tua dengan peruratan yang halus, pucat, tipis. Ujung daun fertil berwarna cokelat seperti karat, duri banyak berwarna hitam. Tumbuh di pematang tambak, sepanjang kali dan sungai payau dan saluran. Terdapat di seluruh Indonesia. Daun tua dapat digunakan sebagai obat, alas ternak dan dapat dimakan di daerah Timor dan Sulawesi Utara (Noor et al., 1999).

Gambar 4. Daun, ujung pihak daun, spora dan pohon Acrostichum

                a ureum (Noor et al., 1999).

Sumber:

Basuki. 2011. Modul Penyuluhan Kelautan dan Perikanan: Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.

#Tag :

PENYIAPAN BAK PADA PEMBENIHAN IKAN KERAPU

Bak yang digunakan untuk pendederan ikan kerapu dapat berupa bak beton, fiberglass, bak kayu dilapisi plastik atau akuarium.  Ukuran bak dapat bermacam-macam dan biasanya dapat menentukan kepadatan dan ukuran benih yang akan ditebar. Hal yang harus diperhatikan adalah kemudahan dalam pengaturan aerasi dan pengelolaan air pada bak tersebut.  Jadi bak harus dilengkapi dengan pipa pemasukan dan pipa pengeluaran air.  Bak yang digunakan untuk pendederan kerapu ini dapat berbentuk bulat atau empat persegi panjang.

Salah satu gambaran bentuk bak yang digunakan untuk pendederan kerapu adalah bak beton berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 1,2 m x 4 m x 0,8 m yang dapat diisi air sekitar 2,5-3,5 m3. Pada bak ini dapat ditebar 2500-3500 ekor benih kerapu yang berukuran 1.5–3 cm  atau dengan padat tebar sekitar 1 ekor/liter. Pada salah satu sisi panjang bak pendederan ini dilengkapi dengan pipa PVC ¾ inci sebagai saluran aerasi.  Pipa saluran aerasi diberi lubang sebanyak 4 buah dengan jarak antar lubang dibuat sama. Selang aerasi yang digunakan berdiameter 1/16 inci, setiap selang aerasi dilengkapi dengan batu aerasi dan pemberat.  Jarak batu aerasi dengan dasar bak sebaiknya 5-10 cm.

Pada bak beton tersebut dibuatkan saluran pemasukan untuk memasukkan air dari bak tandon, dapat berupa pipa PVC berukuran ¼ inci yang dilengkapi dengan keran.  Disamping itu disalah satu sisi bagian yang lain dibuatkan saluran pengeluaran yang terbuat dari bahan pipa  PVC dengan diameter 2 inci yang dilengkapi pula dengan keran.  Dasar bak dibuat miring 2-3% ke arah pembuangan.

Bak beton

Penggunaan bak dari bahan fiberglass umumnya berukuran 2.5 m x 1.2 m x 0.7 m yang dapat diisi air sekitar 2 m3, hanya dapat ditebari benih ikan kerapu sebanyak 2000 ekor per wadah dengan kepadatan dan ukuran benih yang sama.  Bak ini juga dilengkapi dengan pipa pemasukan dan pengeluaran air serta selang aerasi.

Sebelum benih ditebar, bak pemeliharaan & alat-alat yg akan dipakai wajib dibersihkan terlebih dahulu. Bak pendederan disiram menggunakan desinfektan berupa larutan kaporit 100-150 ppm dalam semua sisi bagian dalam bak dan didiamkan selama 24 jam.

Penyiraman dengan kaporit ini untuk mempermudah pekerjaan membersihkan dasar dan dinding bak dari kotoran yang menempel.  Setelah itu bak dan peralatan disikat dan dibilas dengan menggunakan air tawar sampai bau kaporit hilang, kemudian dikeringkan selama sehari. Kegiatan pembersihan ini bertujuan pula agar semua organisme yang menempel atau bakteri di dinding bak dan peralatan lainnya mati.  Setelah bersih, bak diisi air laut dan diaerasi selama 2 hari sebelum digunakan.

SUMBER:

Sumantadinata K., 2003.  Modul Penyiapan Bak dan Air Pendederan Kerapu Bebek. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:

Akbar, S. 2001.  Pemilihan Lokasi Budidaya Pembesaran Kerapu Macan (Ephinephelus fusacogutattus) dan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) di Karamba Jaring Apung.  Balai Budidaya Laut Lampung.  Lampung

Aslianti, T., Wardoyo, J.H. Hutapea, S. Ismi, K.M. Setiawati. 1998.  Pemeliharaan Larva Kerapu Bebek (Cromileptes altivalis) dalam Wadah Berbeda Warna.  Jurnal  Penelitian  Perikanan  Pantai, Vol. IV, No. 3: 25-30.

SEAFDEC Agriculture Department. 2001.  Pembudidayaan dan Manajemen  Kesehatan Ikan Kerapu.  APEC, Singapore dan SEAFDEC, Iloilo. Philiphines.

Sunyoto, P. & Mustahal. 2002. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis: Kerapu, Kakap, Beronang. Penebar Swadaya, Jakarta.

#Tag : Kerapu

MENGENAL LOBSTER AIR TAWAR

Dahulu sebelum lobster air tawar terkenal, hanya lobster air laut yg sebagai kuliner lezat . Padahal, lobster air laut diperoleh menggunakan cara ditangkap berdasarkan alam sebagai akibatnya ketersediaannya tergantung alam. Sedangkan lobster air tawar bisa dibudidayakan dengan relatif mudah dan sederhana.

Lobster air tawar merupakan udang air tawar berukuran relatif besar. Tubuhnya tertutup kulit beruas-ruas yang keras dan terbuat dari bahan kitin. Bagian tubuh terbagi menjadi dua bagian, yaitu kepala-dada (chephalothorax) dan badan-ekor (abdomen). Kepala tertutup kulit keras dengan bagian depan (rostrum) meruncing dan bergerigi.

Di kepala terdapat sepasang mata bertangkai, sepasang antena panjang, & sepasang antena pendek. Bagian kepala masih ada 5 pasang kaki. Tiga kaki, antara lain kaki pertama, kedua, & ketiga mengalami perubahan bentuk & fungsi menjadi capit. Sepasang capit yang pertama besar & kokoh yang berfungsi pada mempertahankan diri dan untuk menangkap mangsa. Bagian belakang, yaitu perut & ekor kulit tubuhnya beruas-ruas dengan kulit keras, dibagian ini terdapat empat pasang kaki renang. Ekornya berbentuk seperti kipas dengan lima ruas.

Pertumbuhan lobster bertambah besar melalui pergantian kulit (moulting). Pada waktu ganti kulit tersebut lobster dalam kondisi lemah sehingga saat itu sering terjadi kanibal, seperti udang yang lain.

A.    Sistematika

Phylum                         Arthropoda

Sub phylum                Crustaceae

Kelas                             Malacostraca

Ordo                              Decapoda

Family                           Parastacidae

Genus                           Cherax

Ciri-ciri Utama

1.       Badan terdiri dari kepala dada (cephalotorax), tubuh (abdomen) dan ekor (telson)

2.       Pada ujung depan kepala dada terdapat tanduk berbentuk segitiga yang di sebut rostrum.

3.       Pada dadanya terdapat 5 pasang kaki jalan dengan pasangan kaki terdepan berbentuk capit (“chelipet”)

4.       Tubuhnya terdiri dari 6 ruas yang tersusun tumpang tindih seperti genteng rumah dengan ruas kedua berada di atas ruas pertama dan ketiga

5.       Pada tiap ruas tubuh di lengkapi dengan sepasang kaki renang (“pleopod”).

6.       Ekor berbentuk segi tiga dengan ujungnya yang runcing.

7.       Ekor tersebut di apit oleh sirip ekor yang di sebut “uropod”.

8.       Dalam keadaan normal, kulitnya keras dan pada saat ganti kulit udang ini membentuk gumpalan kapur yang di sebut gastrolith yang terletak di depan lambungnya.

B.    Habitat dan Penyebaran

Lobster air tawar yang asal dari family Astacidae, Cambaridae, & Parastacidae, menyebar pada semua benua, kecuali. Meskipun demikian, pada ke 2 benua tersebut pernah pada temukan fosil lobster air tawar

Family Astacidae banyak hidup di perairan bagian barat Rocky Mountains di barat laut Amerika Serikat sampai Kolombia, Kanada, dan juga di Eropa. Di Indonesia, terutama di Jayawijaya (Papua), hidup beberapa spesies dari family Parastacidae antara lain Cherax monticola, Cherax lorentzi, Cherax comunis, Cherax papuana, dan Cherax wasseli.

C.    Spesifikasi Spesies.

Dalam usaha budidaya lobster air tawar, ada 3 spesies dari genus Cherax yang dapat dikembangbiakkan secara ekonomis, baik ditinjau dari penyediaan spesies udang hias air tawar maupun udang konsumsi, yakni lobster air tawar capit merah atau redclaw (Cherax qudricarinatus), yabbie (Cherax destructor), dan marron ( Cherax tenuimatus).

Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Sukabumi telah mulai melakukan domestikasi banyak sekali spesies lobster air tawar yg berasal berdasarkan tempat asal alam kawasan Kabupaten Wamena. Tujuan utama domestikasi ini adalah menghasilkan induk & benih teradaptasi & membuat fakta teknik pembudidayaan yang mengarah kepada upaya pelestarian plasma nutfah asli Indonesia. Di samping itu, adalah upaya pengembangan teknik budi daya lobster air tawar sebagai spesies baru yang mampu menaikkan pendapatan petani ikan air tawar khususnya & peningkatan ekspor nonmigas pada umumnya.

1. Lobster Air Tawar Capit Merah (Redclaw)

Lobster air tawar capit merah (redclaw) merupakan salah satu spesies endemik dari kelompok udang yang pada awalnya hidup di habitat alam, seperti sungai, rawa, atau danau yang ada di kawasan Queensland, Australia.

Secara khusus, ciri-ciri morfologi Lobster air tawar capit merah adalah warna tubuhnya hijau kemerahan dengan warna dasar bagian atas capit berupa garis merah tajam, terutama pada induk jantan yang telah berumur lebih dari 7 bulan. Selain itu, memiliki duri-duri kecil yang terletak di atas seluruh permukaan capit yang dilengkapi duri berwarna putih di atas permukaan setiap segmen capit, telur berwarna kuning kemerahan, dan memiliki masa pengeraman telur 32 -35 hari dengan suhu air 20–220 C.

Lobster air tawar capit merah dapat hidup dan tumbuh pada suhu 2–370 C. Meskipun demikian, suhu air optimum yang paling tepat untuk hidup dan tumbuh adalah 23-310 C. Sementara itu, toleransi terhadap kandungan oksigen di dalam air adalah 1 ppm, keasaman 6-9,5, dan amonia 1 ppm.

2. Lobster Air Tawar Yabbie

Lobster air tawar yabbie merupakan galat satu spesies endemik yg menyebar luas pada danau atau sungai yang terletak di daerah tropis sampai subtropis pada beberapa negara bagian Australia, seperti Melbourne, Adelaide, Alice Spring, Victoria, & Townsvilelle. Di daerah-daerah tadi umumnya jenis lobster ini menempati perairan yang kaya akan oksigen, tumbuhan, dan subtrat berlumpur atau berpasir.

Lobster air tawar yabbie memiliki toleransi yang tinggi terhadap konsentrasi oksigen terlarut sebesar 0,5 ppm dan suhu air 8-300 C. Namun, metabolime tubuh, nafsu makan, dan pertumbuhannya menjadi rendah jika dipelihara dalam wadah dengan suhu air kurang dari 160 C. Yabbie membutuhkan kisaran suhu untuk pertumbuhan optimum antara 20-250 C. biasanya yabbie menjadi induk saat berumur 6-7 bulan dengan bobot maksimum yang ditemukan di habitat alam mencapai 300-400 gram dan panjang total sekitar 30 cm.

Lobster ini adalah jenis omnivora, walaupun mempunyai kecenderungan menyukai flora, misalnya daun & ranting pohon yg jatuh ke perairan. Kebiasaan lain yang dimiliki yabbie adalah kemampuannya menciptakan loka proteksi menggunakan menggali lubang di dasar perairan sampai kedalaman 2 meter. Kenyataan ini tentunya mampu menjadi faktor yg mempersuliat pembudidaya.

3. Lobster Air Tawar Spesies Indonesia

Lobster air tawar spesies Indonesia adalah spesies-spesies lobster air tawar yang hayati pada habitat asli perairan Indonesia, seperti danau, rawa, atau daerah genre sungai (DAS), terutama yg berlokasi pada banyak sekali daerah pada Propinsi Papua.

Berdasarkan aneka macam penelitian & pengkajian yg sudah dilaksanakan sang Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian Pengembangan Teknologi (BPPT), Lembaga Biologi Nasional (LBN), serta laporan tahunan Dinas Perikanan Kabupaten Wamena tahun 2002, diperoleh kabar bahwa terdapat 12 spesies dan 1 subspesies lobster air tawar yg terdapat pada perairan Papua.

Dalam upaya pelestarian sumber daya plasma nutfah habitat perairan Indonesia dan pengembangan teknik produksi budidaya lobster air tawar dalam bentuk induk benih & induk yang dapat dimanfaatkan oleh warga , Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi telah melakukan aneka macam aktivitas perekayasaan. Kegiatan tersebut mencakup domestikasi induk lobster asli Indonesia sinkron menggunakan kajian desain konstruksi wadah budidaya, penanganan & pengelolaan pakan, kualitas air, dan pengendalian penyakit.

Sabar (1975) dalam Sukmajaya dan Suharjo (2006)

Sumber:

Kristiany M.G.E., dan Mulyanto. 2011. Materi Penyuluhan Perikanan: Budidaya Lobster Air Tawar. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan & Perikanan BPSDMKP.

https://www.google.co.id/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fdentistvschef.files.wordpress.com%2F2012%2F12%2Flobster-air-tawar.jpg&imgrefurl=https%3A%2F%2Fdentistvschef.wordpress.com%2Ftag%2Fhow-cook-lobster-yabbies%2F&docid=JSh8wMGk5Hh9NM&tbnid=5yzVdUWdRLMydM%3A&w=2256&h=1504&bih=667&biw=1366&ved=0ahUKEwiGtuqhh6HNAhUHrI8KHa8LBdAQMwgeKAAwAA&iact=mrc&uact=8

https://www.google.co.id/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fimg.webme.com%2Fpic%2Fs%2Fsewan-lat%2Fcheraxdestructorblue.jpg&imgrefurl=http%3A%2F%2Fcarabudidayalobsterairtawar.blogspot.com%2F2013%2F10%2Fjenis-jenis-lobster-air-tawar-di-dunia.html&docid=b41VC_lLb8ytAM&tbnid=ty-ncBuXVCFe6M%3A&w=400&h=213&bih=667&biw=1366&ved=0ahUKEwiGtuqhh6HNAhUHrI8KHa8LBdAQMwgfKAEwAQ&iact=mrc&uact=8

https://www.google.co.id/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fimg.indonetwork.co.id%2Fproducts%2Fthumbs%2F600x600%2F2011%2F03%2F04%2Fe5f5fef7e3d39570d56072d67928b4c2.jpg&imgrefurl=http%3A%2F%2Fshasi.indonetwork.co.id%2F2457890%2Fjual-lobster-air-tawar-lat-jenis-yabby-cherax-destructor.htm&docid=CGADTI24v7k4LM&tbnid=PFO7Ze0gRkAtVM%3A&w=600&h=337&bih=667&biw=1366&ved=0ahUKEwiGtuqhh6HNAhUHrI8KHa8LBdAQMwgmKAgwCA&iact=mrc&uact=8

#Tag :

KOMPONEN MANGROVE

Unsur mayoritas dalam hutan mangrove adalah pohon ? Pohon yg tumbuh & tingginya mencapai lebih dari 30 meter, memiliki tajuk (canopy) lebar, rapat dan tertutup. Banyak pula species tanaman dan fauna lain yg atau tertentu yg menempati hutan mangrove. Topografi setempat & ciri hidrologi, tipe dan komposisi bahan kimia dari tanah dan pasang surut memilih tipe ekosisitem mangrove yang dapat dibuktikan dalam tempat ? Loka tertentu.

Flora mangrove umumnya tumbuh menciptakan zonasi mulai menurut pinggir pantai hingga pedalaman daratan. Zonasi yg terbentuk mampu berupa zonasi yang sederhana dan zonasi yg kompleks tergantung dalam kondisi lingkungan mangrove yg bersangkutan.

Chapman (1984), mengelompokan mangrove menjadi dua kategori yaitu :

a.    Flora mangrove Inti, yaitu mangrove yang mempunyai peran ekologi utama dalam formasi mangrove yang terdiri dari jenis : Rhizophora, bruguiera, Ceriops, Kandelia, Soneratia, Avicenia, Nypa, Xylocarpus, Deris, Acanthus, Lumnitzera, Scyphyphora, dan Dolichandron.

b.    Flora mangrove pheripheral (pinggiran) yaitu flora mangrove secara ekologi berperan dalam formasi mangrove, tetapi juga flora tersebut berperan penting dalan formasi hutan lain. Jenisnya antara lain; Exoecaria agalloca, Acrosticum auerum, Cerbera manghas, Heritiera littoralis, Hibiscus tilliaceus

Tomlinson (1984) membagi flora mangrove sebagai 3 kelompok, yaitu :

a.    Kelompok mayor, komponen ini memperlihatkan karakteristik morfologi, seperti : sistem perakaran udara dan mekanisme fisiologis khusus untuk mengeluarkan garam agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan mangrove. Komponennya adalah pemisahan taksonomi dari hubungan daratan dan hanya terjadi dihutan mangrove serta membentuk tegakan murni, tetapi tidak pernah meluas sampai kedalam komunitas daratan. Contohnya adalah Avicennia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Kandelia, Sonneratia, Lumnitzera, Laguncularia dan Nypa

b.    Kelompok minor (tumbuhan pantai), dalam kelompok ini tidak termasuk elemen yang mencolok dari tumbuh – tumbuhan yang mungkin terdapat disekitar habitatnya dan yang jarang berbentuk tegakan murni.

c.    Kelompok asosiasi mangrove, dalam komponen ini jarang ditemukan species yang tumbuh didalam komunitas mangrove yang sebenarnya dan kebanyakan sering ditemukan dalam tumbuh – tumbuhan darat.

A. Cara Pengenalan Jenis Mangrove

Secara generik, terdapat 4 (empat) cara dalam mengenal suatu jenis tumbuhan, yaitu (a) bertanya kepada orang yg pakar, (b) mencocokkan dengan herbarium yg telah diidentifikasi, (c) membandingkan menggunakan gambar dan deskripsi yg masih ada dalam buku flora, dan (d) menggunakan kunci identifikasi. Karakter yg digunakan pada sosialisasi suatu jenis merupakan karakter morfologi yang bersifat khas dan mantap. Oleh karena itu, setiap yang ingin mengenal jenis tumbuhan, termasuk mangrove, minimal memiliki pengetahuan tentang morfologi tumbuhan.

Dalam banyak sekali buku taksonomi, identifikasi berdasarkan pada morfologi bunga dan buah, namun sulit diaplikasikan di lapangan, mengingat tidak setiap waktu dijumpai bagian bunga & buah. Oleh karena itu, sosialisasi menurut karakter morfologi berdasarkan bagian vegetatif, misalnya akar, batang, daun, & getah banyak dikembangkan yang tidak bergantung pada eksistensi bagian generatif.

Flora mangrove dapat dikenali berdasarkan karakteristik morfologi dari setiap bagian penyusunnya, seperti akar, batang, daun, bunga dan buah. Saat ini, pengenalan jenis flora mangrove juga dapat mengacu pada buku panduan atau publikasi terkait floristik mangrove yang telah tersedia, seperti Ding Hou (1958), Mabberley et al (1995), Tomlinson (1996), Kusmana et al. (1997, 2003), Kitamura et al. (1997), Noor et al. (1999), dan Onrizal et al. (2005). Dalam berbagai publikasi tersebut, karakter yang sering digunakan adalah perawakan (habitus), tipe akar, daun, bunga, dan buah.

Berdasarkan perawakannya, flora mangrove dibagi ke dalam lima kategori, yaitu: pohon (tree), semak (shrub), liana (vine), paku/palem (fern/palm), dan herba/rumput (herb/grass). Flora mangrove memiliki sistem perakaran yang khas, sehingga bisa digunakan untuk pengenalan di lapangan. Bentuk-bentuk perakaran tumbuhan mangrove yang khas tersebut adalah sebagai berikut:

a. Akar pasak (pneumatophore). Akar pasak berupa akar yang muncul dari sistem akar kabel dan memanjang keluar ke arah udara seperti pasak. Akar pasak ini terdapat pada Avicennia, Xylocarpus dan Sonneratia.

b. Akar lutut (knee root). Akar lutut merupakan modifikasi dari akar kabel yang pada awalnya tumbuh ke arah permukaan substrat kemudian melengkung menuju ke substrat lagi. Akar lutut seperti ini terdapat pada Bruguiera spp.

c. Akar tunjang (stilt root). Akar tunjang merupakan akar (cabang-cabang akar) yang keluar dari batang dan tumbuh ke dalam substrat. Akar ini terdapat pada Rhizophora spp.

d. Akar papan (buttress root). Akar papan hampir sama dengan akar tunjang tetapi akar ini melebar menjadi bentuk lempeng, mirip struktur silet. Akar ini terdapat pada Heritiera.

e. Akar gantung (aerial root). Akar gantung adalah akar yang tidak bercabang yang muncul dari batang atau cabang bagian bawah tetapi biasanya tidak mencapai substrat. Akar gantung terdapat pada Rhizophora, Avicennia dan Acanthus.

Gambar 1. Bentuk-bentuk perakaran tanaman yg sering dijumpai

pada hutan mangrove.

(a)    akar tunjang, (b) akar lutur, (c) akar pasak, (d) akar papan

Sumber:

Basuki. 2011. Modul Penyuluhan Kelautan & Perikanan: Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan & Perikanan BPSDMKP.

#Tag :

JENIS DAN POLA MAKAN LOBSTER AIR TAWAR

Dilihat berdasarkan norma makanan (food habit), hewan dibagi dalam 3 golongan, yaitu ikan pemakan tanaman (herbivora), ikan pemakan fauna (carnivora) & ikan pemakan segala (hewan pemakan daging dan tumbuh-tumbuhan).

Ikan mas termasuk herbivora atau ikan yg sepanjang hidupnya pemakan tanaman . Menurut Rita Suryani (2005) lobster air tawar tergolong hewan pemakan daging, yaitu pemakan segala, baik tumbuhan juga hewan.

Lobster air tawar bisa memakan bahan hewani, misalnya cacing sutera, cacing air, cacing tanah & zooplankton. Sementara bahan botani yg sangat disukai adalah tanaman air, sperti lumut, akar salada air & tumbuhan air lainnya. Menurut Wiyanto & Hartono (2003) selain pakan alami segar, lobster jua menyukai pakan buatan, terutama pelet.

Sedangkan dari Iskandar (2003), selain lumut & cacing, lobster jua suka dengan biji-bijian, ubi-ubian dan bangkai hewan. Sebelum memangsa kuliner, lobster mendeteksi kuliner itu menggunakan antena pada kepala, lalu bila makanan itu sudah sinkron dengan asa, mangsa akan ditangkap menggunakan capitnya yg kuat dan kokoh. Setelah itu, mangsa diserahkan pada kaki jalan pertama, yang berfungsi sebagai tangan, & siap dikonsumsi.

Lantaran pelet khusus lobster jarang, maka pelet lain pula sanggup diberikan, tapi kandungan protein pakan tersebut harus berkisar antara 30 ? 40 persen. Menurut Iskandar (2003), jenis pelet komersil buat lobster air tawar merupakan pelet buat windu dan udang galah. Dosis pakan yg diberikan sebanyak 3 persen/hari dari bobot tubuh.

Dilihat menurut kebiasaan makan, ikan dibagi sebagai tiga golongan, yaitu floating feeder, midle feeder & bottom feeder. Ikan nila termasuk floating feeder, karena terbiasa makan di permukaan. Tambakan termasuk midle feeder, lantaran terbiasa makan di tengah perairan.

Sedangkan lobster air tawar termasuk bottom feeder, yaitu pemakan dasar. Selain bottom feeder, lobster pula fasif pada mencari makan, dan lebih poly dilakukan pada malam hari, atau dikenal dengan sebutan nocturnal animal. Karena sifat itu, maka pemberian pakan buat lobster harus lebih poly untuk malam hari.

Lobster air tawar termasuk hewan pemakan segala (omnivora). Bahan-bahan kuliner berdasarkan hewani dan botani sangat pada sukainya. Lobster menyukai cacing-cacingan, seprti cacing sutera, cacing air, cacing tanah, dan plankton. Setelah berhasil dikembangbiakkan diluar tempat asal asalnya, ternyata lobster pula menyukai pakan protesis, misalnya pelet.

Kebutuhan pakan lobster sebenarnya sangat sedikit, yaitu hanya berkisar 2-tiga gr per ekor lobster dewasa perhari. Kebutuhan pakan tersebut di pakai untuk pertumbuhan, pergantian sel-sel yg telah rusak & perkembangbiakkan.

Sumber:

http://prohighschool.Blogspot.Co.Id/2013/11/makanan-yang-baik-&-cocok-buat.Html

Kristiany M.G.E., & Mulyanto. 2011. Materi Penyuluhan Perikanan: Budidaya Lobster Air Tawar. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan & Perikanan BPSDMKP.

#Tag :