Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

PERAN BANK INDONESIA DALAM MENGAKSELERASI AKSES KEUANGAN UMKM MELALUI KONSULTAN KEUANGAN MITRA BANK (KKMB)

Sumber:

Biwado A.S. 2016. Peran Bank Indonesia pada Mengakselerasi Akses Keuangan UMKM melalui Konsultan Keuangan. Bahan Tayang yang disampaikan pada Kegiatan Bimbingan Teknik Peningkatan Kelas Kelompok Pelaku Utama Perikanan pada Swiss bell-hotel Ambon, lepas 16-18 Februari 2016 yg diselenggarakan sang Pusat Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan.

#Tag :

Jenis Arwana dan Negara Asalnya

a.    Arwana Asia

Disebut sebagai ikan arwana asia karena terdapat di Asia Tenggara. Ada 4 katagori, yaitu Indonesian Red Arwana, Indonesia Red Tail Golden Arwana, Malaysian Golden Arwana,dan Green Arwana. Sebenarnyan mereka satu jenis, hanya varietas atau varian warna tubuhnya saja berbeda.Ciri khas ikan ini adalah adanya satu pasang sungut (barbel), bersisik besar dan dapat tumbuh sampai 90 cm. Ikan arowana muda memakan serangga, sedangkan yang dewasa memakan ikan. Arwana merupakan jenis pengeram telur di mulut dengan jumlah  anak sekitsr  50 ekor. Waktu minimal penggadaan populasi sekitar 4,5 – 14 tahun.

Gambar 1.Scleropages formosus

b.    Arwana Irian

Ukuran maksimal sekitar  1 meter, mempunyai  hiasan noktah titik - titik sehingga disebut  Spoted bonytounge. Ikan ini terdapat di sungai Fitzroy Queensland, Australia dan melimpah di Papua sehingga disebut Arowana Irian.Arwana ini hidup di air menggenang, terutama di anak – anak sungai.Hidup di permukaan sungai dekat vegetasi air. Ikan territorial dan agresif terhadap ikan lain. Ikan predator dan kawin saat musim hujan dengan suhu 20-30 derajat celcius.

Gambar 2. Scleropages formasus

c.    Arwana Australia

Ukuran maksimal sekitar  1 meter. Pernah dilaporkan mempunyei berat sekitar 12,5 kg, hidup di air menggenang, di anak-anak sungai  dan rawa-rawa hutan. Seperti arowana lain, jenis ini juga hidup di prmukaan sungai dekat vegetasi air. Ikan territorial,agresif terhadap ikan lain. Musim kawin saat musim hujan dengan suhu sekitar 30oC. Ikan ini mengerami anaknya di mulut.Jumlah telur sekitar 30-130 ekor.

Gambar 3. Scleropages jardini

d.    Arwana Brazil Silver

Mempunyai ukuran maksimal 1,2 meter, berwarna keperakkan (silver) dan sirip-sirip cerah kemerahan. Distribusi dan habitat dialam terdapat di Sungai Amazone, Rupununi dan Oyapock di Amerika Selatan.Hidup di air menggenang, di anak-anak sungai. Hidup dipermukaan sungai dekat vegetasi air, ikan territorial,agresif terhadap ikan lain.

Ikan ini adalah kelompok predator yang menyerap ikan, udang,reptile,mamalia air,dan serangga dengan melompat keluar air.

Gambar 4. AnakanOsteoglossum bicirrhosum

e.    Arwana Brazil Black

Dapat tumbuh sampai 1 meter, berwarna keperakkan (Silver) dengan sirip kehitaman.Saat kecil mempunyai gelembung hitam seperti kutil yang di bawah tutup insangnya.Hidup di Sungai Negro di Amerika Selatan.Hidup di air menggenang, sering ada dipermukaan sungai dekat vegetasi air. Ikan territorial, agresif terhadap ikan lain. Ikan predator yang memakan ikan, udang serta serangga yang ditangkap dengan cara melompat keluar dari air.

f.     Arwana Aureus

Terdapat di Indonesia dan layak disebut sebagai ikan arwana Indonesia.Ikan ini baru ditemukan pada 2003 oleh beberapa ahli ikan dari luar dan dalam negeri. Anak ikan yang ada didalam mulut induknya bisa mencapai 100 ekor.

Sumber:

Suharyadi, 2011. Budidaya Ikan Arwana: Modul Penyuluhan Perikanan. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.

#Tag :

PERAN BANK INDONESIA DALAM MENGAKSELERASI EKSESE KEUANGAN UMKM MELALUI KONSULTAN KEUANGAN MITRA BANK (KKMB)

Sumber: Bank Indonesia, 2016

#Tag :

ANALISA USAHA PEMBESARAN IKAN NILA BERSAMA TOMAT

Akuaponik secara sederhana dapat diartikan menjadi sistim terpadu antara Akuakultur (budidaya ikan) dan Hidroponik (budidaya flora non-tanah) atau teknologi budidaya yg mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan tumbuhan.

Sejak tahun 2005 teknik budidaya ikan air tawar dengan sistim akuaponik telah dikembangkan di Balai Penelitian  dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor sebagai solusi dari semakin terbatasnya lahan dan sumber air bagi kegiatan budidaya ikan khususnya di perkotaan.

Dengan teknologi akuaponik, pencemaran air dampak limbah budidaya (sisa pakan dan metabolisme ikan, penyebab tingginya N & P dalam air) akan diserap dan dimanfaatkan sang akar sebagai sumber nutrien bagi tumbuhan. Akibat menurut mekanisme tersebut maka air yg digunakan sebagai media budidaya ikan akan terpurifikasi sehingga tidak perlu diganti selama periode pemeliharaan (hanya perlu ditambah untuk mengubah air yang hilang dampak penguapan).

Dari hasil penelitian ternyata budidaya dengan sistim akuaponik mampu menghemat air sebesar 700% (Ahmad dkk, 2005), dapat mereduksi ammonia dalam air hingga 90% serta menurunkan kadar nitrit dari 4,4 mg/l menjadi 0,013-0,25 mg/l (Nugroho dan Sutrisno, 2002). Selain itu, akuaponik juga dapat dilakukan pada daerah dengan ketinggian 7 – 1000 m DPL (Taufik, 2012), artinya teknologi ini dapat diterapkan pada semua daerah mulai dari  pesisir hingga pegunungan.

Untuk memberikan citra tentang peluang pengembangan akuaponik, maka bisa ditinjau Analisa Usaha Pembesaran Ikan Nila Bersama Tomat menjadi berikut:

NO.

URAIAN

 VOLUME

SATUAN

HARGA SATUAN

JUMLAH

1.

INVESTASI

a.

Pembuatan/pembelian wadah budidaya

- Kolam Terpal  4 X 6 M (JUE = 2 tahun = 24 bulan)

1

butir

400.000

400.000

b.

Peralatan

- Mesin Pompa Air   (JUE = 3 tahun = 36 bulan)

1

butir

150.000

150.000

- Pipa PVC 1/2"   (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

6

btg

1lima.000

90.000

- Knee 1/2"  (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

12

butir

4.500

54.000

- Ember 10 L (JUE = dua tahun = 24 bulan)

30

butir

7.500

22lima.000

- Batu apung (JUE = 3 tahun = 36 bulan)

45

kg

9.000

40lima.000

JUMLAH  1 (INVESTASI)

1.324.000

2.

BIAYA TETAP

a.

Penyusutan Wadah Budidaya

- Kolam Terpal  4 X 6 M (JUE = 2 tahun = 24 bulan)

4

bulan

16.667

66.667

b.

Penyusutan Peralatan

- Mesin Pompa Air   (JUE = 3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

12.000

48.000

- Pipa PVC 1/2"   (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

2.500

10.000

- Knee 1/2"  (JUE =  3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

1.050

4.200

- Ember 10 L (JUE = dua tahun = 24 bulan)

4

bulan

9.375

37.500

- Batu apung (JUE = 3 tahun = 36 bulan)

4

bulan

11.250

4lima.000

c.

Gaji Tenaga Kerja

4

orang/bulan

100.000

400.000

d.

Listrik (20 - 30 watt x 24 jam x 30 hari)

4

bulan

20.000

80.000

JUMLAH  2  (BIAYA TETAP)

691.367

3.

BIAYA VARIABEL (OPERASIONAL)

a.

Benih

- Benih Ikan Nila; Ukuran 3 - 5

1.500

ekor

75

112.500

- Benih Tomat

30

unit

lima.000

150.000

c.

Pakan

- Pakan Pabrik

125

kg

8.500

1.062.500

d.

Bahan-bahan habis gunakan

- Probiotik

1

liter

2lima.000

2lima.000

- Obat-obatan ikan

1

paket

50.000

50.000

- Media filter

20

unit

7.500

150.000

JUMLAH   3 (BIAYA OPERASIONAL)

1.550.000

4.

BIAYA TOTAL (TETAP VARIABEL)

dua.241.367

- Nila = Rp. 1.540.667

- Tomat = Rp. 550.700

lima.

PENERIMAAN

- Panen Nila (Size 7 - 10)

100

kg

16.000

1.600.000

- Panen Tomat  (2 bln x 2 musim x 30 unit x 1 kg)

120

kg

10.000

1.200.000

JUMLAH   5

2.800.000

6.

KEUNTUNGAN = (PENERIMAAN - BIAYA TOTAL)

558.633

- Nila = Rp. 59.333

- Tomat = Rp. 649.300

7.

KEUNTUNGAN (JIKA TENAGA KERJA TIDAK DIBAYAR)

958.633

8.

ANALISA-ANALISA

IKAN NILA

- Harga Pokok Penjualan = (porto total/volume prod)

Rp./satuan

1lima.407

- R/C ratio                           = (penerimaan/biaya total)

-

1

- B/C ratio                           = (keuntungan/biaya total)

-

0

- Payback Period               = (investasi/keuntungan)

kali bisnis

9

- Net Interest Margin       = keuntungn/penerimn x 100)

%

5

TOMAT

- Harga Pokok Penjualan = (porto total/volume prod)

Rp./satuan

4.589

- R/C ratio                           = (penerimaan/biaya total)

-

2,2

- B/C ratio                           = (keuntungan/biaya total)

-

1,dua

- Payback Period               = (investasi/keuntungan)

kali bisnis

1

- Net Interest Margin       = keuntungn/penerimn x 100)

%

54

Sumber:

BPPBAT Bogor, 2014. Akuaponik: Teknik Budidaya Hemat air dan Lahan. Bogor, Balai Penelitian & Pengembangan Budidaya Air Tawar.

Http://pusluh.Kkp.Go.Id/mfce/halaman-album-46-perikanan-budidaya-html diakses dalam 09/08/2016.

Https://www.Google.Co.Id/search

Sutrisno, dkk. 2013. Teknologi  Budidaya Ikan Air Tawar  Sistem Akuaponik. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan Halaman 188-199; Jakarta, Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

#Tag :

PEMBENIHAN IKAN GURAME SECARA ALAMIAH

Cara Pemijahan Budidaya Ikan Gurame  (Osphronemus gouramy). Gurame adalah jenis ikan konsumsi bergizi tinggi yang termasuk jenis ikan air tawar dengan daya tahan tubuh yang tinggi. Gurame atau Osphronemus gouramy memiliki bentuk badan pipih lebar, bagian punggung berwarna merahsawo dan bagian perut berwarnakekuningkuningan/ keperak-perakan. Ikan gurame merupakan keluarga Anabantidae, keturunan Helostoma dan bangsa Labyrinthici.

Guramme bisa tumbuh baik dengan ketinggian 20-400 m dpl. Gurame mudah dibudidayakan tetapi did dataran tinggi lebih kurang 800 m dpl ikan gurame cenderung lambat pertumbuhannya.

Parameter Ikan Gurame

Suhu      Oksigen                pH          Jumlah Telur

25-30     >4           6-8          2000-10.000

Pemilihan Induk Gurame

Induk mencapai umur > 3 - 7 tahun. Berbeda dengan induk ikan tambakan, Jumlah telur induk ikan gurame tergantung dari berat indukan betina semakin besar indukan betina semakin banyak jumlah telur yang tersimpan, perut akan membulat dan relatif penjang dengan warna badan terang. Sisik-sisiknya usahakan tidak cacat/hilang dan masih dalam keadaan tersusun rapi.

Induk betina yang relatif umur dan matang kelamin ditandai dengan perutnya akan membesar ke belakang atau di dekat lubang dubur. Pada lubang anus akan nampak putih kemerah-merahan. Dan bila kita coba buat meraba perutnya akan teras lembek.

Ciri-Ciri indukan Gurame

1) Induk betina

Ikan betina mempunyai dasar sirip dada yang gelap atau berwarna kehitaman, rona dagu ikan betina keputih-putihan atau sedikit coklat, bila diletakkan di lantai maka ikan betina tidak menerangkan reaksi apa-apa.

2) Induk jantan

Ikan jantan mempunyai dasar sirip berwarna terperinci atau keputih-putihan, mempunyai dagu yg berwarna kuning, lebih tebal daripada betina & menjulur. Induk jantan apabila diletakkan dalam lantai atau tanah akan menerangkan reaksinya dengan cara mengangkat pangkal sirip ekornya ke atas.

Klasifikasi ikan gurame adalah menjadi berikut:

Klas : Pisces

Sub Kelas : Teleostei

Ordo : Labyrinthici

Sub Ordo : Anabantoidae

Famili : Anabantidae

Genus : Osphronemus

Species : Osphronemus goramy (Lacepede)

Syarat Lokasi Budidaya Ikan Gurame

Tanah yang baik buat kolam pemeliharaan merupakan jenis tanah liat/lempung, nir berporos dan cukup mengandung humus. Jenis tanah tadi dapat menunda massa air yg besar & nir bocor sebagai akibatnya dapat dibentuk pematang/dinding kolam.

Kemiringan tanah yg baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% buat memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.

Ikan gurame bisa tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian 50-400 m dpl.

Kualitas air buat pemeliharaan ikan gurame wajib higienis dan dasar kolam tidak berlumpur, nir terlalu keruh & nir ternoda bahan-bahan kimia beracun, & minyak/limbah pabrik.

Kolam menggunakan kedalaman 70-100 cm & sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan gurame. Untuk pemeliharaan secara tradisional dalam kolam khusus, debit air yang diperkenankan adalah 3 liter/detik, sedangkan buat pemeliharaan secara polikultur, debit air yg ideal adalah antara 6-12 liter/dtk.

Keasaman air (pH) yang baik merupakan antara 6,lima-8.

Suhu air yang baik berkisar antara 25-28 derajat C.

Penyiapan Sarana & Peralatan Ikan Gurame

Jenis kolam yang generik digunakan dalam budidaya ikan gurame antara lain:

a) Kolam penyimpanan induk

Kolam ini berfungsi buat menyimpan induk pada mempersiapkan kematangan telur & memelihara kesehatan induk, kolam berupa kolam tanah yg luasnya sekitar 10 meter persegi, kedalamam minimal 50 centimeter & kepadatan kolam induk 20 ekor betina & 10 ekor jantan.

B) Kolam pemijahan

Kolam berupa kolam tanah yang luasnya 200/300 meter persegi dan kepadatan kolam induk 1 ekor memerlukan 2-10 meter persegi (tergantung menurut sistim pemijahan). Adapun syarat kolam pemijahan

adalah suhu air berkisar antara 24-28 derajat C; kedalaman air 75-100 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir. Tempatkan sarana penempel telur berupa injuk atau ranting-ranting.

C) Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan

Luas kolam tidak lebih berdasarkan 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50 centimeter. Kepadatan usahakan lima-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di pada kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada waktu benih ikan berukuran 3-lima centimeter.

D) Kolam pembesaran

Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara & membesarkan benih selepas berdasarkan kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini dibutuhkan beberapa kolam jaring 1,25?1,lima centimeter. Jumlah penebaran bibit sebaiknya nir lebih berdasarkan 10 ekor/meter persegi.

E) Kolam/loka pemberokan

Merupakan tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan

Adapun cara pembuatan kolam merupakan sebagai berikut:

Ukurlah tanah 10 x 10 m (100 m2).

Buatlah pematangnya dengan ukuran; permukaan lebarnya 0,lima m, bagian bawahnya 1 m & tingginya 1 m.

Pasanglah pipa/bambu besar buat pemasukan & pengeluaran air. Aturlah tinggi rendahnya, agar mudah memasukkan & mengeluarkan air.

Cangkullah tanah dasar kolam induk agar gembur, kemudian diratakan lagi. Tanah akan jadi lembut setelah diairi, sebagai akibatnya lobang-lobang tanah akan tertutup, dan air nir keluar dampak bocor dari pori-pori itu. Dasar kolam dibuat miring ke arah pintu keluar air.

Buatlah saluran ditengah-tengah kolam induk, memanjang dari pintu masuk air ke pintu keluar. Lebar saluran itu 0,lima m & dalamnya 15 centimeter.

Keringkanlah kolam induk menggunakan 2 karung pupuk kandang yang disebarkan merata, kemudian air dimasukkan. Biarkan selama 1 minggu, supaya pupuk hancur & meresap ke tanah dan membentuk lumut, serta menguji supaya kolam tidask bocor. Tinggi air 0,75-1 m.

Peralatan Ikan Gurame

Alat-alat yang biasa digunakan pada bisnis pembenihan ikan gurame antara lain merupakan:

jala,

waring (anco),

hapa (kotak berdasarkan jaring/kelambu buat menampung sementara induk juga benih),

seser,

ember-ember,

baskom banyak sekali berukuran,

timbangan skala mini (gr) dan akbar (Kg),

cangkul,

arit,

pisau serta piring secchi (secchi disc) buat mengukur kadar kekeruhan.

Sedangkan alat-alat lain yg digunakan buat memanen/menangkap ikan gurame antara lain merupakan

warring/scoopnet yg halus,

ayakan panglembangan diameter 100 centimeter,

ayakan penandean diameter 5 cm,

loka menyimpan ikan, keramba kemplung,

keramba kupyak, fish bus (buat mengangkut ikan jarak dekat),

kekaban (buat loka penempelan telur yg bersifat inheren),

hapa menurut kain tricote (buat penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih,

ayakan penyabetan dari alumunium/bambu,

oblok/delok (buat pengangkut benih),

sirib (buat menangkap benih berukuran 10 cm keatas),

anco/hanco (buat menangkap ikan),

lambit menurut jaring nilon (buat menangkap ikan konsumsi),

scoopnet (buat menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas),

seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar ),

jaring berbentuk segiempat (buat menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).

Pemeliharaan Induk Ikan Gurame

Induk-induk terpilih (20-30 ekor buat kolam seluas 10 m2) disimpan dalam kolam penyimpanan induk. Beri makanan selama pada penampungan. Untuk setiap induk dengan berat antara 2-tiga kg diberi kuliner daun-daunan sebesar 1/3 kg setiap hari pada sore hari. Makanan tambahan berupa dedak halus yang diseduh air panas diberikan 2 kali seminggu dengan dosis 1/dua blekminyak tanah setiap kali anugerah.

Pembenihan Ikan Gurame

Induk yang telah matang gonad siap buat ditebarkan pada kolam pemijahan.

Kolam pemijahan merupakan kolam spesifik yg ukurannya tergantung jumlah induk yg dimiliki, berukuran minimumya 20 m2 & maksimum dapat mencapai 1000 m2 menggunakan kedalaman ideal 0,8 m - 1,5 m.

Kolam induk sebaiknya dekat menggunakan kolam pemijahan sebagai akibatnya memudahkan proses pemindahan induk ikan.

Padat tebar induk ikan gurami diusahakan 1 ekor induk ikan yg bobotnya tiga-lima kg per ekor usahakan memiliki areal buat beranjak bebas seluas 5 m2.

Penebaran induk dilakukan dengan perbandingan 1 ekor jantan yang bobotnya mencapai tiga-lima kg dan tiga ekor betina yang bobotnya minimal tiga kg.

Proses pemijahan umumnya akan berlangsung yang diawali 1 minggu pertama induk jantan sudah memulai membuat sarang, lamanya membuat sarang kurang lebih 6 hari kemudian induk betina yg sudah siap pijah memiliki naluri akan segera berpijah sesudah sarangya siap, terjadinya proses pemijahan selama 2-tiga hari, induk betina segera mengeluarkan telur-telurnya dan secara bersamaan jua induk jantan menyemprotkan sperma & terjadi proses pembuahan telur oleh sperma jantan.

Proses perkawinan akan diakhiri jika jantan telah menutup sarang, dengan ijuk atau sejenisnya. Keberhasilan proses pemijahan dapat diamati pula dengan melihat pemukaan kolam yg ada sarang guraminya terlihat keluar banyak minyak dipermukaan air & tecium bau amis.

Penetasan Telur Ikan Gurame

Pengambilan sarang yg berisi telur dilakukan secara berhati-hati dengan cara memegang sisi luar bagian paling bawah sarang dan sebaiknya sarang tidak diangkat begitu saja, tetapi menggunakan wadah berupa ember atau baskom yg berisi air dan diberi Metheline Blue menggunakan perbandingan 5 cc obat buat lima liter air.

Penetasan dapat dilakukan di pada paso atau baskom juga pada pada akuarium. Air pada pada baskom atau akuarium diberi aerasi atau supplay oksigen & setiap hari dilakukan pengambilan telur-telur yang tidak menetas atau berjamur supaya tidak menular ke telur yang sehat. Biasanya telur gurami akan menetas sesudah 36-41 jam.

Pemeliharaan Larva Ikan Gurame

Setelah telur menetas, larva bisa dipelihara pada paso atau baskom selama 8-10 hari sampai kuning telur habis.

Bila penetasan dilakukan di pada akuarium, pemindahan larva nir perlu dilakukan. Selama pemeliharaan di akuarium, penggantian air perlu dilakukan buat membersihkan air menurut minyak yg didapatkan saat penetasan. Suhu dipertahankan dalam kisaran 29-30 derajat celcius.

Pemindahan larva berdasarkan lokasi penetasan ke lokasi pembesaran / pendederan bisa dilakukan menggunakan memakai baskom atau ember.

Larva dimasukkan ke dalam ember beserta air berdasarkan loka penetasan sehingga larva nir stres. Sebaiknya pemindahan ke kolam atau loka pendederan dilakukan pada pagi atau sore hari dimana pebedaan suhu antara air media penetasan & air media pendederan atau kolam nir begitu mencolok.

Pemberian Pakan Ikan Gurame

Pakan mulai diberikan selesainya larva berumur 8-10 hari atau selesainya kuning telur habis. Pakan yang diberikan adalah pakan alami yg bisa berupa artemia, kutu air berupa daphina atau moina, cacing sutera.

Jenis pakan yang diberikan ini disesuaikan dengan bukaan verbal larva. Frekuensi hadiah sebesar 4-5 kali sehari.

Untuk larva yang dipelihara pada akuarium, pemberian pakan bisa diberikan sebesar 2 sdm buat 1000 ekor larva setiap anugerah. Ketika telah semakin akbar, kepadatan larva pada satu akuarium dapat dikurangi.

Larva yg dipelihara dalam akuarium selanjutnya dipelihara sampai menjadi benih yang siap ditebarkan ke kolam pemeliharaan benih.

Pertarunga Pembenihan Ikan Gurame

Berikut ini beberapa permasalahan yg acapkali ditemui pada usaha pembenihan ikan gurami :

1. Induk Malas Memijah

Induk gurami yang sudah matang gonad kadang-kadang tidak mau memijah. Hal ini sebagian besar diakibatkan lantaran kondisi lingkungan kolan yang nir nyaman bagi indukan atau indukan belum sahih-benar matang gonad. Cara mengatasinya merupakan menggunakan memijahkan induk yang sahih-benar sudah matang gonad & kolam pemijahan jangan terlalu padat, cukup 40 ekor/1000 m2 atau bisa juga menggunakan perbandingan tiga betina : 1 jantan buat kolam dengan ukuran 4m x 3m.

2. Jumlah Telur Sedikit

Hal ini bisa disebabkan oleh umur induk yang terlalu muda. Untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan induk jantan yang  telah berumur 4 tahun dan induk betina yang berumur 3 tahun.

Tiga. Telur Tidak Menetas

Telur yg tidak menetas bisa disebabkan oleh kualitas induk yg kurang bagus & penanganan sarang yg galat sehingga telur tewas. Hal ini bisa diatasi dengan penggunaan induk yg kualitasnya sahih-benar memenuhi syarat sebagai akibatnya telur yg didapatkan indah mutunya dan tidak mengangkat baskom atau ember begitu saja akan namun sarang diangkat beserta menggunakan air kolam pemijahan agar telur tidak terkotori dengan udara luar.

4. Tubuh Benih Berwarna Hitam

Kondisi ini disebabkan sang gangguan velvet yg mengakibatkan kulit benih sebagai berwarna gelap & berlendir. Pemicunya merupakan lantaran suhu air penetasan terlalu rendah. Hal ini bisa diatasi menggunakan pemasangan pemanas atau heater buat menjaga suhu air media penetasan tetap dalam kisaran yang sesuai.

Sumber:

http://www.Alamikan.Com/2014/05/cara-pembenihan-budidaya-ikan-gurame.Html

http://budidayanews.Blogspot.Co.Id/2011/02/cara-pemijahan-ikan-gurame.Html

#Tag :

PEMBERIAN PAKAN DAN PEMANENAN PADA BUDIDAYA CHLORELLA (PAKAN ALAMI)

Chlorella merupakan salah satu jenis fitoplankton yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan, salah satunya digunakan sebagai makanan rotifera atau sebagai media budidaya larva ikan.

Budidaya Chlorella dapat dilakukan dalam skala laboratorium dan skala lapangan. Dalam budidaya Chlorella di skala laboratorium digunakan wadah berupa erlenmeyer. Hasil budidaya pada skala laboratorium pada umumnya digunakan sebagai stock untuk budidaya massal. Dalam kegiatan budidaya skala laboratorium wadah harus dibersihkan dan disanitasi. Umumnya pencucian dapat menggunakan deterjen dan dibilas sampai bersih kemudian dikeringkan. Setelah kering kemudian wadah disanitasikan dengan cara direbus pada suhu 1100C.

Air yang digunakan juga harus bersih. Air yang digunakan dapat berupa air sumur atau air mata air atau akuades. Untuk air mata air atau air sumur sebaik air difilter terlebih dahulu untuk menyaring partikel yang tersuspensi dalam air. Selajutnya air juga harus disanitasi dengan cara merebus air sampai mendidih, sehingga air yang digunakan bebas dari kontaminasi plankton lain. Selanjutnya erlenmeyer yang sudah diisi air sebanyak satu liter ditempatkan pada rak yang dilengkapi dengan selang aerasi dan lampu neon. Hal ini dilakukan supaya cahaya cukup untuk proses fotosintesis Chlorella, yang memerlukan intensitas cahaya antara 2500 – 5000 lux dan agar Chlorella tidak mengendap. Dalam budidaya di dalam laboratorium sebaiknya dilakukan pada suhu antara 21-250C, dengan tujuan agar pertumbuhannya tidak terlalu cepat.

Setelah persiapan wadah selesai kemudian dilakukan pemupukan. Pemupukan ini dilakukan agar kebutuhan unsur hara dari Chlorella terpenuhi sehingga Chlorella dapat berkembang. Adapun pupuk yang dapat digunakan untuk skala laboratorium ini adalah pupuk Walne, seperti yang tertera pada Tabel 1. Gunakan 1 ml larutan A pada Tabel 1 tersebut untuk setiap liter media budidaya.

Tabel 1. Komposisi pupuk Walne buat phytoplankton

Untuk budidaya Chlorella skala massal dapat digunakan wadah berupa bak fiber atau bak beton yang berbentuk bulat atau persegi.

Volume wadah untuk budidaya Chlorella secara massal berkisar antara 500 l (minimal) dan 200 ton. Selanjutnya kedalaman air minimal dalam wadah budidaya adalah 40 cm. Hal ini dimaksudkan agar suhu dalam wadah tidak terlalu tinggi pada siang hari dan tidak terlalu dingin pada malam hari.

Untuk skala masal wadah biasanya ditempatkan pada luar ruangan dan mendpat cukup cahaya surya

Dalam budidaya Chlorella skala massal disamping volume dan kedalaman air, bentuk permukaan bak juga harus mendapatkan perhatian. Permukaan bak sebaiknya mampunyai bentuk yang licin agar supaya mudah dibersihkan dari kotoran atau lumut. Bak dibersihkan dengan cara menyikat dinding dan dasar bak sampai semua kotoran hilang.

Sama halnya seperti budidaya dalam laboratorium, air yg akan dipakai pada budidaya massal jua wajib disanitasi. Pada umumnya air tawar yg digunakan bisa bersumber berdasarkan air sumur. Air yang digunakan terlebih dahulu dibersikan menggunakan jalan penyaringan (pencucian air secara fisik). Penyaringan air tawar dapat dilakukan menggunakan filter pasir sebelum masuk ke dalam bak budidaya & pada ujung saluran/selang air yang akan dimasukkan ke bak, perlu diberi kantung penyaring dengan berukuran lubang 25 mm. Hal ini dilakukan untukmencegah masuknya zooplankton melalui air yang akan memakan fitoplankton. Setelah air disaring secara fisik air jua harus disanitasi buat mematikan fitoplankton lain dan telur-telur zooplankton yg lolos saringan.

Sanitasi dapat dilakukan menggunakan menggunakan chlorine dengan takaran 30 ppm (30 g/ton air). Pada umumnya bak budidaya diisi air sebesar 85-90% dari kapasitas. Sebagai contoh dalam bak berukuran 20 ton, hanya diisi air tawar sebanyak 18 ton. Air disanitasi dengan memakai chlorine 30 ppm selama 6 jam. Setelah chlorine dimasukkan, air diaerasi sampai chlorine tercampur rata diseluruh badan air dan sesudah itu aerasi dimatikan. Untuk menetralkan chlorine, air diberi Na?Thiosulfate 10 ppm dan diaerasi kuat.

Setelah air dibersihkan dan disanitasi kemudian air diaeresi kembali. Untuk bak berukuran besar sebaiknya setiap jarak 1 meter diberi satu titik aerasi. Setelah air diaerasi kemudian dilakukan pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan tujuan agar unsur hara yang dibutuhan Chlorella dapat terpenuhi sehingga dapat menghasilkan Chlorella dengan kepadatan yang tinggi. Adapun pupuk yang digunakan untuk skala masal berbeda dengan pupuk yang digunakan dalam skala laboratorium. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan faktor ekonomis.

Adapun pupuk yg dipakai dalam skala massal bisa ditinjau dalam Tabel 2.

Tabel 2. Berbagai kombinasi pupuk untuk media Chlorella

Sesuai bahan yang tersedia, jenis pupuk yang akan digunakan dapat dipilih diantara kombinasi pupuk di atas. Satu hari setelah pemupukan kemudian bibit Chlorella dapat ditebar. Jumlah bibit yang ditebar harus mencukupi. Sebagai contoh bibit dengan volume 1 liter tidak bisa digunakan untuk dijadikan bibit pada skala massal. Hal ini disebabkan pencapaian waktu yang dibutuhkan untuk mencapai popolasi puncak lama. Oleh karena itu perlu dilakukan upscaling ( budidaya pada volume wadah yang berurutan mulai dari yang terkecil sampai terbesar) yang akan dijelaskan kemudian.

Selama budidaya Chlorella dilakukan, aerasi perlu diberikan agar terjadi pencampuran air, sehingga semua sel Chlorella bisa mendapatkan pupuk yang diperlukan. Selain itu aerasi berguna untuk menghindari stratifikasi suhu air, dan memberikan kesempatan terjadinya pertukaran gas, dimana udara adalah sebagai sumber gas CO2 untuk keperluan fotosintesis Chlorella, sekaligus untuk mencegah naiknya pH air. Fitoplankton dapat mentolerir pH air 7–9 dan optimum pada pH 8,2 – 8,7.

SUMBER:

Jusadi D., 2003.  Modul Budidaya Rotifera - Budidaya Pakan Alami Air Tawar. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

Coutteau, P. 1996. Micro?Algae, p. 7?48. In P. Lavens and P. Sorgeloos (eds) Manual on the production and used of live food for aquaculture. FAO Fisheries Technical Paper 361..

#Tag : Pakan Alami

PENETASAN KISTA ARTEMIA (PAKAN ALAMI)

Penetasan kista Artemia adalah suatu proses inkubasi kista Artemia di media penetasan (air laut ataupun air laut buatan) sampai menetas. Proses penetasan terdiri dari beberapa tahapan yang membutuhkan waktu sekitar 18-24 jam.

A. Proses penyerapan air

b. Pemecahan dinding cyste sang embrio

c. Embrio terlihat jelas masih diselimuti membran

d. Menetas dimana nauplius berenang bebas

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menetaskan cyste Artemia adalah:  Aerasi, Suhu, Kadar garam, Kepadatan cyste dan Cahaya

Agar diperoleh hasil penetasan yg baik maka oksigen terlarut di pada air harus lebih menurut lima ppm. Untuk mencapai nilai tadi bisa dilakukan dengan pengaerasian yang kuat. Disamping buat meningkatkan oksigen, pengaerasian jua berguna agar cyste yang sedang ditetaskan nir mengendap.

Suhu sangat mempengaruhi lamanya waktu penetasan dan suhu optimal untuk penetasan Artemia adalah 26-290C. Pada suhu dibawah 250C Artemia akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menetas dan pada suhu diatas 33oC dapat menyebabkan kematian cyste. Kadargaram optimal untuk penetasan adalah antara 5 – 35 ppt, namun untuk keperluan praktis biasanya digunakan air laut (kadar garam antara 25–35 ppt). Nilai pH air harus dipertahankan pada nilai 8 agar diperoleh penetasan yang optimal. Adapun iluminasi pada saat penetasan sebaiknya 2000 lux.

Hal lain yang menentukan derajat penetasan cyste adalah kepadatan cyste yang akan ditetaskan. Pada penetasan skala kecil (volume < 20l) kepadatan cyste dapat mencapai 5 g per liter air. Akan tetapi pada skala yang lebih besar agar diperoleh daya tetas yang baik maka kepadatan harus diturunkan menjadi 2 g per liter air.

Artemia akan menetas setelah 18-24 jam. Artemia yang sudah menetas dapat diketahui secara sederhana yakni dengan melihat perubahan warna di media penetasan. Artemia yang belum menetas pada umumnya berwarna cokelat muda, akan tetapi setelah menetas warna media berubah menjadi oranye. Warna oranye belum menjamin Artemia sudah menetas sempurna, oleh karena itu untuk meyakinkan bahwa Artemia sudah menetas secara sempurna disamping melihat perubahan warna juga dengan mengambil contoh Artemia dengan menggunakan beaker glass. Jika seluruh nauplius Artemia sudah berenang bebas maka itu menunjukkan penetasan selesai. Akan tetapi jika masih banyak yang terbungkus membran, maka harus ditunggu 1-2 jam agar semua Artemia menetas secara sempurna.

Kista menetas menjadi Artemia stadia nauplius. Setelah menetas sempurna, secara visual dapat terlihat terjadinya perubahan warna dari coklat muda menjadi oranye. Hal yang penting yang perlu diperhatikan dalam pemanenan nauplius Artemia adalah jangan sampai tercampur antara Artemia dan cangkang. Hal ini perlu dihindari mengingat cangkang Artemia tersebut mengandung bahan organik yang dapat menjadi substrat perkembangbiakan bakteri.

Setelah 18 jam dimasukan dalam bak penetasan maka pengecekan apakah Artemia dalam wadah penetasan sudah menetas atau belum.

Pengecekan dilakukan dengan cara mematikan aerasi. Sesaat selesainya aerasi dimatikan, apabila secara kasat mata holistik nauplius sudah berenang bebas maka pemanenan dapat dilakukan & aerasi permanen dimatikan. Jika sebagian besar nauplius masih terbungkus membran dan belum berenang bebas maka aerasi dihidupkan pulang. Selanjutnya 1 atau dua jam lalu dilakukan pengecekan ulang.

Langkah awal pemanenan Artemia yaitu dengan mematikan aerasi serta menutup bagian atas wadah dengan bahan yang tidak tembus cahaya. Hal ini dilakukan dengan tujuan memisahkan antara nauplius dan cangkang Artemia. Cangkang Artemia akan mengambang dan berkumpul di permukaan air. Nauplius Artemia akan berenang menuju ke arah cahaya. Karena bagian bawah wadah tranparan dan ditembus cahaya maka nauplius Artemia akan berkumpul di dasar wadah penetasan. Oleh karena itu pada saat pemanenan nauplius, sebaiknya bagian dasar wadah disinari lampu dari arah samping.

Selain nauplius, di dasar wadah juga akan terkumpul kista yang tidak menetas. Aerasi tetap dimatikan selama 10 menit. Setelah semua cangkang berkumpul di atas permukaan air dan terpisah dengan nauplius yang berada di dasar wadah maka pemanenan dapat dilakukan dengan cara membuka kran pada dasar wadah (jika ada) atau dengan cara menyipon dasar. Sebelum kran dibuka atau disipon, ujung kran atau selang kecil dibungkus saringan yang berukuran 125 mikron dan dibawah saringan disimpan wadah agar nauplius Artemia tetap berada dalam media air. Setelah semua nauplius terpanen, kran ditutup atau penyiponan dihentikan. Pada saat pemanenan hindarilah terbawanya cangkang. Artemia yang tersaring kemudian dibilas dengan air laut bersih dan siap diberikan ke larva ikan atau udang. Selanjutnya air dan cangkang yang tersisa di wadah penetasan dibuang dan dibersihkan.

SUMBER:

Jusadi D., 2003.  Modul Penetasan Artemia - Budidaya Pakan Alami Air Tawar. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

Lavens, P. And P. Sorgeloos. 1996. Manual on the production and used of live food for aquaculture. FAO Fisheries Technical Paper 361.

#Tag : Pakan Alami