Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

PEMANENAN PADA PENDEDERAN IKAN KERAPU

Kegiatan pembesaran ikan kerapu bebek oleh petani ikan biasanya mempunyai dua fase aktivitas yaitu fase pendederan yang dilakukan pada jaring hapa atau pada dalam tangki serta fase pembesaran yang umumnya dilakukan di karamba jaring apung (KJA) pada bahari.

Kegiatan pendederan adalah suatu usaha budidaya ikan kerapu yang memelihara benih yang berukuran 1,5-2,0 cm berasal dari pembenihan atau yang tertangkap dari alam dan dibesarkan dijaring hapa atau bak sampai berukuran 5-7 cm (fingerling). Kegiatan pembesaran adalah suatu usaha budidaya ikan  kerapu yang memelihara benih ikan kerapu ukuran 5-7cm (fingerling) sampai berukuran konsumsi.

Pemanenan benih ikan kerapu bebek harus dilakukan secara benar karena ikan ini termasuk peka terhadap perubahan lingkungan.  Panen yang dilakukan secara tidak tepat dapat mengakibatkan tingginya kematian benih.       Persiapan panen yang harus dilakukan meliputi:

1.      Sebelum panen benih diberokan atau dipuasakan dulu sekitar 12-24 jam. Pemberokan ini dilakukan dengan tujuan mengurangi kegiatan metabolisme sehingga kualitas air selama proses pemanenan dan pengangkutan tetap terjaga.

2.      Alat panen yang harus disiapkan diantaranya adalah seser atau skop net, ember, bambu panjang, waring, dan peralatan aerasi.

3.      Pemanenan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari, sore hari atau malam untuk menghindari fluktuasi suhu yang terlalu tinggi.

Pemanenan benih ikan kerapu output pendederan ini bisa dilakukan menggunakan cara disesuaikan menggunakan loka pemeliharaannya.

1.  Pemanenan benih kerapu bebek dari jaring hapa

·         Jaring hapa yang digunakan untuk mendederkan ikan kerapu ini dapat diletakkan di karamba jaring apung atau tambak.  Pemeliharaan benih didalam hapa sangat memudahkan untuk melakukan pemanenan setelah ikan berukuran 5-7 cm atau sekitar 65-85 hari dipelihara di pendederan.

·         Hapa diangkat secara perlahan-lahan dan diangkat menuju satu sudut sehingga benih berkumpul. Benih yang sudah terkumpul dalam satu sudut ini akan mudah diambil dengan menggunakan seser halus. Benih tersebut dimasukkan kedalam ember atau baskom plastik dan dipindahkan ke tempat penampungan benih. Selanjutnya benih siap diangkut dan dipasarkan.

2.  Pemanenan benih kerapu bebek dari bak/tangki

  • Dasar bak harus dalam keadaan bersih, kalau perlu disipon dahulu.
  • Volume air dikurangi perlahan-lahan sampai tinggi permukaan air mencapai sekitar 30 cm.
  • Benih kerapu digiring ke sudut bak dengan waring ukuran 250 mm, dengan bagian sisi kanan dan sisi kiri waring berbingkai yang menempel pada dinding bak sedangkan bagian bawah waring menempel pada dasar bak.
  • Setelah terkumpul pada sudut bak, benih ditangkap dengan seser atau serok, serta ditampung dalam ember dan diberi aerasi.
  • Benih dihitung dan dimasukkan ke dalam wadah fiberglass yang telah disiapkan.

SUMBER:

Sumantadinata K., 2003.  Modul Pemanenan dan Pengemasan pada Pendederan Ikan Kerapu Bebek. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:

SEAFDEC Agriculture Department. Pembudidayaan dan Manajemen Kesehatan Ikan Kerapu. APEC, Singapore & SEAFDEC, Iloilo. Philipines.

Sunyoto, P. & Mustahal. 2002. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis: Kerapu, Kakap, Beronang. Penebar Swadaya, Jakarta.

#Tag : Kerapu

PENGELOLAAN AIR PADA PEMBENIHAN IKAN KERAPU

Pengelolaan kualitas air agar kondisi air pemeliharaan selalu dalam keadaan baik untuk larva.  Kegagalan mempertahankan kualitas air dapat menyebabkan kematian larva.  Wadah diaerasi agar kebutuhan oksigen larva terpenuhi.  Jarak antar titik aerasi di wadah pemeliharaan larva adalah 50 cm.  Pada hari pertama media pemeliharaan larva diberi air hijau dengan kepadatan 25000-50000 sel/ml dan perberian alga dilakukan dengan tujuan sebagai makanan rotifera dan juga agar media pemeliharaan berwarna hijau.  Air yang berwana hijau diyakini dapat mengurangi intensitas sinar matahari yang kuat dan sebagai stabilisator kondisi lingkungan pemeliharaan.  Untuk mengurangi intensitas sinar matahari dapat juga dilakukan dengan kombinasi air hijau dan memberi krei di atas wadah peliharaan sehingga sinar matahari tersebar merata.  Intensitas sinar mata hari yang kuat pada satu titik dapat menyebabkan larva bergerombol di satu tempat. Sinar matahari yang kuat dapat menyebabkan larva menjadi bengkok yang diikuti dengan kematian.

Pada awalnya pemeliharaan larva dilakukan dengan sistem air tenang, tanpa adanya pergantian air.  Pergantian air dimulai pada hari ke 7 sebanyak 5 – 10% dari volume tergantung dari kondisi air dan kondisi larva.  Pergantian air ini dilakukan mengingat kualitas air sudah mulai menurun. Pergantian air dilakukan dengan cara membuang air dengan selang.  Ujung selang diberi saringan, kekuatan sedot selang diusahakan sedemikian rupa agar larva tidak ikut tersedot. Pergantian air dilakukan pada pagi hari.  Pergantian mulai dilakukan secara rutin dalam jumlah yang cukup banyak (70-400%) seletah larva diberi artemia dan mikro pelet.  Pergantian air dilakukan dengan cara sistem air mengalir,  sehingga saat diberikan pakan buatan sistem pemeliharaan berubah dari sistem air tenang ke sistem air mengalir.   Hal ini dilakukan karena pakan buatan yang tidak termakan, dalam waktu yang relatif singkat dapat menurunkan kondisi media pemeliharaan.  Selanjutnya jika dianggap perlu, untuk mempertahankan kualitas air ke dalam bak pemeliharaan larva dimasukkan bakteri pengurai.  Bakteri tersebut dapat menguraikan amoniak dan nitrat yang sangat berbahaya bagi larva menjadi  bentuk lain yang tidak berbahaya bagi larva.

Pada awal pemeliharaan larva penyiponan dasar bak tidak dilakukan dan penyiponan dasar hanya dilakukan dalam kondisi yang darurat seperti terjadi kematian plankton yang mengendap di dasar wadah.  Penyiponan dasar biasaya dapat dilakukan mulai hari ke-10.  Setelah larva diberikan pakan buatan maka penyiponan sisa pakan dilakukan setiap hari.

Agar media pemeliharaan larva juga terbebas dari serangan bakteri dan jamur biasanya diberi obat-obatan dengan merek dagang ElBAJU atau Gold 100.  dengan dosis 1 ppm.  Pemberian dilakukan setiap 5 hari sekali.

SUMBER:

Sumantadinata K., 2003.  Modul Pemeliharaan Larva sampai Benih Ikan Kerapu Bebek. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:

Randall, J.E. 1987.  A Preliminary Synopsis of the Groupers (Perciformes, Serranidae, Epinephelinae) of the Indo Pasific Region. In Polovina J.J and S. Ralston (Eds.): Tropical Snapper and Groupers, Biology and Fisheries Management.  Westview Press. Inc.  London.

Subyakto, S. dan S. Cahyaningsih.  2003.  Pembenihan Kerapu Skala Rumah Tangga.  PT Agromedia Pustaka, Depok.

Sunyoto, P. Dan Mustahal. 2002. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis: Kerapu, Kakap, Beronang. Penebar Swadaya, Jakarta.

#Tag : Kerapu

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.14/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM DAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PELAKU UTAMA PERIKANAN

Sumber:

Istrianto K. 2016. Keputusan Menteri KP Nomor KEP.14/MEN/2012 dan Juknis Menuju Kelompok Perikanan Mandiri. Bahan Tayang yang disampaikan dalam Kegiatan Bimbingan Teknik Peningkatan Kelas Kelompok Pelaku Utama Perikanan di Swiss bell-hotel Ambon, tanggal 16-18 Februari 2016 yang diselenggarakan sang Pusat Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat Kelautan & Perikanan.

#Tag :