Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

DESKRIPSI TEKNOLOGI

Tujuan & Manfaat Penerapan Teknologi

Permintaan pasar ekspor ikan patin daging putih semakin meningkat & perlu segera dimanfaatkan buat meningkatkan devisa negara & kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sebuah terobosan teknologi sudah dilakukan oleh Loka Riset Pemuliaan & Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar (kini Balai Penelitian Pemuliaan Ikan) dengan menghasilkan patin hibrida yg diberi nama patin ?Pasupati (Patin Super Harapan Pertiwi)?. Patin Pasupati adalah persilangan antara betina patin siam (Pangasianodon hypophthalmus) menggunakan jantan patin jambal (Pangasius djambal) hasil seleksi.

Kehadiran ikan patin Pasupati merupakan jawaban buat memenuhi permintaan benih ikan patin daging putih yg saat ini sangat dinantikan sang para pembudidaya. Peluang ekspor patin daging putih kini sudah terbuka yg berdampak membuka lapangan kerja baru. Dengan adanya aktivitas ekspor ikan patin daging putih ini selain membuat produk primer berupa filet, juga akan membuat produk samping berupa kepala ikan, sebagai bahan soup pada restoran, minyak ikan, tepung tulang ikan & kulitnya dapat dipakai bahan standar colagen sebagai obat kulit terbakar. Selama ini permintaan ekspor ikan patin daging putih terus semakin tinggi. Peningkatan ekspor ini bermanfaat untuk meningkatkan devisa negara dan peningkatan kesejahteraan pembudidaya.

Tujuan berdasarkan penerapan teknologi adalah penyediaan larva ikan patin pasupati yang terjamin secara kualitas, kuantitas dan kontinuitas buat mendukung peningkatan produksi ikan patin skala industri. Diharapkan dari peningkatan produksi ini bisa menaruh manfaat terhadap peningkatan nilai tambah & kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya.

PENGERTIAN/DEFINISI Pasupati : Patin Super Harapan Pertiwi Hibridisasi : Suatu perkawinan silang antara banyak sekali jenis spesies ikan untuk membentuk jenis ikan unggul sebagai benih sebar baik kualitas maupun Kanulasi kuantitas : Cara sampling telur pada gonad menggunakan pipa plastik halus bergaris tengah 1,2 mm (kateter) Papilla : Lubang kelamin berbentuk tonjolan mini di bagian perut ikan sebagai tempat pengeluaran telur atau sperma. OSI : Ovi Somatic Index/ indeks yang memperlihatkan perbandingan antara bobot telur yang di ovulasikan menggunakan bobot tubuh induk betina. Fekunditas : Jumlah telur yg diovulasikan per satuan bobot tubuh induk. HCG : Human Chorionic Gonadotropin/ hormon sejenis Glikoprotein yang didapatkan oleh plasenta bunda hamil digunakan buat memacu ovulasi

RINCIAN DAN APLIKASI TEKNIS

Pemeliharaan & Seleksi Induk

Larva patin pasupati didapatkan melalui teknologi hibridisasi antara Induk Betina Patin Siam & Induk Jantan Patin Jambal. Pengelolaan atau manajemen induk sangat dibutuhkan untuk mempertinggi efisiensi dan produktivitas dalam usaha pembenihan dan membuat benih yg berkualitas baik. Larva yg sehat diperoleh berdasarkan induk yg dipelihara secara baik, yakni mendapat pakan yg bermutu & memenuhi syarat sebagai pakan induk dan dipelihara pada wadah menggunakan kualitas air yg baik.

Induk yg dipakai adalah induk jantan patin jambal dan induk betina patin siam. Induk betina patin siam dapat dipijahkan selesainya berumur minimal dua,lima tahun menggunakan bobot 2,lima ? Tiga kg/ekor. Sedangkan induk jantan patin jambal dapat dipijahkan sehabis berumur minimal 2 tahun dengan bobot dua,0 ? 2,lima kg/ekor.

Kisaran kualitas air yang disarankan merupakan; pH air 6,lima ? 8,lima, suhu air 28 ? 31 C, oksigen terlarut o pada atas tiga mg/l, amoniak kurang dari 0,1 mg/l, nitrit kurang menurut 1 mg/l. Ikan patin tidak menghendaki air yang terlalu jernih, taraf kecerahan yg ideal lebih kurang 30 cm. Beberapa wadah pemeliharaan induk yg bisa digunakan diantaranya:

a. Kolam (air damai) menggunakan kontruksi tanah atau tembok, luas kolam 50 -200 m ,2 kedalaman air 1,dua m, disarankan adanya pergantian air sebesar 10%/hari. Kawasan wajib bebas banjir & bebas berdasarkan pencemaran. Padat tebar dua ekor/m buat patin 2 siam & 0,lima ekor/m buat patin jambal.2

b. Konstruksi karamba, bahan yang dipakai dapat berdasarkan kayu, bambu atau besi. Ukuran minimal tiga m x 2m x 1,lima m. Padat tebar tiga ekor/m buat patin siam & 1 ekor/m untuk3 3 patin jambal

c. Karamba jaring apung, konstruksi terbuat menurut kerangka bambu, kayu atau besi. Ukuranminimal 4m x 4m x 4m, jaring terbuat berdasarkan polyethylene, PE 210 D9 hingga D18, berukuran mata jaring minimal 1 inch. Padat tebar tiga ekor/m buat patin siam & 13 ekor/m buat patin jambal.2 Induk ikan patin perlu menerima asupan pakan dengan jumlah yg cukup dan mutu yang baik. Pakan buat induk ikan patin usahakan memiliki kadar protein kasar 36 ? 38 % dan diberikan sebesar 1 % menurut biomassa/hari dengan frekuensi pemberian 2 kali/hari. Tetapi bila di kurang lebih tempat budidaya nir tersedia pakan induk dengan kadar protein kasar 36 ? 38 %, induk ikan patin dapat diberi pakan menggunakan kadar protein kasar minimal 28 % sebesar 2% berdasarkan bobot biomas/hari dengan frekuensi hadiah dua kali/hari.

Keberhasilan pemijahan induk dipengaruhi oleh kejelian pemilihan induk yg matang gonad. Ciriciri induk betina ikan patin yang matang gonad ditunjukkan dengan organ papila membengkak dan berwarna merah. Selain itu, ditunjukkan dengan perut membengkak ke arah belakang (ke arah genital). Untuk mengetahui tingkat kematangan gonad induk betina secara akurat bisa dilakukan melalui inspeksi oosit (sel telur) dengan cara merogoh sampel telur dengan alat kanulasi (Kateter) Kanulasi dilakukan menggunakan memasukan alat kanulasi ke dalam ovari melalui lubang papila sedalam 8 ? 10 centimeter. Agar mendapatkan sampel telur dari semua bagian ovari secara merata, batang penyedot yang terdapat dibagian tengah kateter ditarik keluar bersamaan menggunakan menarik kateter berdasarkan ovari. Induk ikan patin siam yang siap dipijahkan memiliki berukuran sel telur yang seragam menggunakan diameter ?1 mm (sedangkan buat patin jambal berdiameter ?1,6 mm) dan berwarna kuning gading dan gampang dipisahkan, tidak menempel satu sama lain.

Sedangkan untuk mengetahui induk patin jantan yang matang gonad nisbi mudah. Ciri induk jantan yg matang gonad adalah papila menonjol berwarna merah, jika dipijit keluar cairan putih kental (sperma). Induk yg terseleksi & siap dipijahkan dipelihara di pada wadah yang sempit sebagai akibatnya induk mudah buat ditangkap & menerima kualitas air yg baik yakni oksigen yang relatif (?3 ppm) dan suhu air relatif tinggi (?28? C).

Pemijahan

Induk patin siam dan patin jambal yang dipelihara pada wadah budidaya nir dapat memijah secara alami, sehingga pemijahannya dilakukan secara buatan melalui rangsangan hormonal. Hormon yang digunakan merupakan ekstrak kelenjar hipofisa, Gonadotropin, dan Ovaprim (adonan LHRH-a & domperidon). Penggunaan kelenjar hipofisa sudah jarang dilakukan lantaran kurang mudah. Hormon yg generik dipakai merupakan ovaprim (campuran LHRH & domperidon) & HCG (Human Chorionic Gonadotropin).

Dosis penyuntikan yang biasa digunakan adalah menjadi berikut:

1. Penyuntikan dengan Ovaprim Penyuntikan pertama sebanyak 0,tiga ml/kg induk dan penyuntikan kedua sebesar 0,6 mililiter/kg induk dengan selang ketika 12 jam

dua. Penyuntikan dengan HCG & Ovaprim Penyuntikan pertama dengan HCG sebesar 500 IU/kg induk dan penyuntikan ke 2 dengan Ovaprim sebanyak 0,6 ml/kg induk Selang ketika berdasarkan penyuntikan ke 2 hingga ovulasi (waktu laten/latency time pada patin siam) berkisar 10 - 12 jam pada kondisi suhu air 28?C. Meskipun sudah dilakukan rangsangan ovulasi induk ikan patin siam juga patin jambal pada pada wadah budidaya nir sanggup memijah secara alami. Proses pembuahan (bercampurnya telur dan sperma) harus dilakukan secara buatan (artificial). Pembuahan yang biasa dilakukan terdapat 2 sistem:

Pembuahan Sistem Kering

Dalam sistem kemarau ini telur yg sudah dimuntahkan dan ditampung dalam baskom dicampur dengan s p e r m a y a n g b a r u , langsung dikeluarkan berdasarkan

Gambar 1. Proses pengeluaran sperma ikan patin jambal (kiri), Proses induk jantan kemudian pengeluaran telur ikan patin siam (kanan) dicampur dengan bulu ayam secara merata.

Kemudian buat aktivasi ditambahkan air yang kaya oksigen sembari diaduk-aduk rata dengan bulu ayam. Selanjutnya dibilas & diberi larutan tanah buat menghilangkan daya rekat telur (Memisahkan telur yang umumnya inheren satu sama lain), kemudian dibilas lagi menggunakan air segar beberapa kali, lalu ditetaskan.

Pembuahan Sistem basah

Pada sistem basah ini, sperma induk jantan terlebih dahulu dikeluarkan dan ditampung dalam wadah tabung atau gelas & diencerkan dengan larutan NaCl fisiologis (larutan infus NaCl). Larutan tersebut selain berfungsi menjadi pengencer jua berfungsi sebagai pengawet. Spermatozoa dapat tahan hidup pada larutan tadi selama 12 ? 24 jam dalam suhu lima ? 0?C.

Penetasan telur dilakukan pada corong penetasan. Telur dimasukan ke dalam corong penetasan yang dialiri air dalam bagian dasar corong sebagai akibatnya telur berkecimpung/ berputar secara pelan. Larva yang telah menetas dan sehat akan berenang ke atas mengikuti saluran pembuangan dan ditampung pada hapa, sedangkan telur yg nir menetas dan larva yang abnormal akan tetap berada pada dasar corong. Resiko keracunan nisbi rendah, karena kualitas air dapat mudah diperbaiki dengan menambahkan air segar. Suhu air optimal buat proses penetasan telur adalah 28 - 31 C & akan menetas selesainya 16 ? 22 jam.O

Larva yg tertampung dalam hapa harus segera dipanen supaya tidak keracunan akibat pembusukan residu-sisa telur yg nir menetas. Larva dipanen menggunakan memakai serokan halus, lalu dipindahkan ke pada wadah bulat yg berisi air yang telah diaerasi supaya mendapatkan oksigen yang relatif. Penghitungan maupun pengepakan larva usahakan dilakukan sebelum larva berumur lima jam. Lantaran dalam kondisi tersebut larva belum aktif mengejar sinar sebagai akibatnya terdistribusi secara merata dalam seluruh badan air.

Gambar dua. Fertilisasi telur pembentuk patin pasupati (kiri), Fasilitas corong penetasan telur (kanan)

Penghitungan larva dalam biasanya dilakukan secara volumetri.

Pengangkutan larva dilakukan secara tertutup menggunakan kantong plastik dengan penambahan oksigen. Pengangkutan sebaiknya dilakukan dalam suhu dingin. Kepadatan larva dalam setiap kantong plastik wajib mempertimbangkan lama saat transportasi. Perbandingan volume antara air & gas oksigen merupakan 1 : dua.

Kepadatan larva maksimum dalam setiap kantong plastik tertera pada Tabel berikut:

Tabel 1. Kepadatan larva & waktu tempuh dalam transportasi tertutup Pengangkutan lebih menurut 12 jam bisa dilakukan menggunakan kondisi dilakukan penggantian oksigen.

TARGET PRODUKSI T

arget produksi menurut aktivitas pemijahan pada setiap siklus produksi sebanyak 1.000.000 ekor, dimana dalam 1 tahun sebesar 8.000.000 ekor ( 8 siklus pemijahan).

Kaji Terap

Kegiatan kaji terap teknologi produksi larva ikan patin pasupati sudah dilakukan melalui aktivitas diseminasi/iptekmas yang berlokasi di UPPU Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Palembang pada tahun 2012 & aktivitas Iptekmas yg berlokasi di BBI Tanjung Putus Dinas Peternakan & Perikanan Kabupaten Ogan Ilir pada tahun 2013 menggunakan output menjadi berikut:

Tabel 2. Keragaan reproduksi dalam produksi benih ikan patin pasupati

KEUNGGULAN TEKNOLOGI

Dari teknologi hybrid ini dihasilkan benih sebar Ikan patin pasupati yang bertumbuh cepat & berdaging putih. Bila membudidayakan patin siam, fekunditas cukup tinggi tetapi dagingnya berwarna kining, sedangkan patin jambal fekunditas rendah dan beraging putih. Dengan persilangan (hybrid) didapatkan benih sebar berdaging putih & bertumbuh lebih cepat. Daging putih sangat diminati sang konsumen dibandingkan daging berwarna kuning atau pink.

WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN/ DAERAH YANG DIREKOMENDASIKAN

Wilayah pengembangan usaha dalam rangka penerapan teknologi produksi larva ikan patin pasupati adalah lokasi yang dekat dengan sentra pengembangan budidaya Patin dan memiliki parameter kualitas air yang optimal untuk pemeliharaan adalah: suhu 28 -30 C, kandungan o oksigen terlarut 5 – 7 ppm, pH 6,5 – 8,5, amoniak (NH3) <0,2 mg/l dan nitrit (NO2) <0,01mg/l.

Wilayah pengembangan/penerapan teknologi yang diusulkan antara lain : Sumatera Selatan (Palembang, Ogan Ilir, Banyu Asin), Jawa Timur (Tulung Agung), Kalimantan Selatan (Banjar Baru). Sangat diharapkan pada pengembangan industri ikan patin wajib terintegrasi, dan suply chainnya semua tersedia (benih, pakan, obat-obatan, pengolahan) sehingga nir limbah (Zero waste).

KEMUNGKINAN DAMPAK NEGATIF

Tidak terdapat pengaruh negatif dari bisnis perbenihan, limbah yang didapatkan nisbi sangat mini & dapat diatasi dengan memanfaatkan air limbah sebagai pupuk buat menyiram tumbuhan sayuran yang ditanam diatas pada atas galengan kolam.

KELAYAKAN FINANSIAL

Berikut dilampirkan analisa usaha yang terkait kegiatan produksi benih ikan patin pasupati: Target produksi 8.000.000 ekor pertahun

Sumber:

Utami R., dkk. 2013. Teknologi Produksi Massal Larva Ikan Patin Pasupati. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan & Perikanan, Kementerian Kelautan & Perikanan, Jakarta.

Checking your browser before accessing

This process is automatic. Your browser will redirect to your requested content shortly.

Please allow up to 5 seconds…

DDoS protection by Cloudflare
Ray ID: