Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

DESKRIPSI TEKNOLOGI

Manfaat Teknologi

Tujuannya adalah untuk mendukung produksi benih abalon di hatcheri skala rumah tangga (HSRT) secara berkesinambungan; membuka lapangan bisnis baru dan mata pencaharian cara lain atau sampingan tanpa wajib alih profesi menurut HSRT ikan bahari yang sudah ada; mengurangi pendayagunaan abalon di alam.

Teknologi ini berguna buat mendukung pengembangan budidaya abalon skala masal secara berkesinambungan, meningkatkan pendapatan masyarakat pembudidaya yg bermukim pada wilayah pesisir, mendukung peningkatan kegiatan ekonomi secara riil di bidang perikanan

RINCIAN DAN APLIKASI TEKNIS

Persyaratan Teknis Penerapan Teknologi

? Lokasi bangunan (hatchery) terletak dekat pantai berpasir dan jauh berdasarkan imbas air sungai yg dapat menurunkan salinitas air & berpotensi terjadinya pencemaran limbah; tersedia asal air tawar buat mencuci peralatan dan pencucian wadah pemeliharaan dan makroalga (rumput laut); tersedia sumber energi listrik buat menghidupkan blower & pompa air; tersedia wahana alat transportasi buat pengambilan rumput bahari & bahan-bahan yang dibutuhkan buat operasional.

? Kisaran kualitas air yang baik dalam mendukung perbenihan abalon, yaitu: suhu 28?30 ?C, salinitas 32-35 ppt, pH air 8,0?8,5, oksigen terlarut 4,5-5,5 mg/L & intensitas cahaya 1.500 -tiga.500 lux.

Uraian teknologi dan cara penerapan teknologi

benih abalon akan berjalan dengan baik bila ditunjang oleh sarana yg lengkap, yaitu tersedia bak pemeliharaan induk, bak larva, ruang pemijahan, ruang & bak kultur pakan alami, bak pendederan, wahana aerasi dan fasilitas penunjang lainnya, sehingga didapatkan benih abalon siap tebar di bahari. Kegiatan produksi benih abalon akan lebih efisien bila dilakukan secara terpadu menggunakan produksi benih ikan laut pada hatchery skala rumah tangga (HSRT).

Rancang Bangun Wadah Pembenihan

Wadah untuk pembenihan abalon tidak memerlukan bentuk yang spesifik, namun untuk memudahkan dalam pengelolaan sebaiknya berbentuk persegi panjang. Untuk bak pemeliharaan induk dan larva sebaiknya mempunyai ketinggian maksimal 0,7 m dengan kemiringan dasar bak <10° yang terbuat dari beton atau fiberglass.

Seleksi & Transportasi Induk

Cara mendapatkan abalon yang baik buat dijadikan induk, wajib dilakukan seleksi induk pada waktu penangkapan ataupun pada saat diperoleh berdasarkan pengumpul. Ciri?Ciri induk abalon yang baik merupakan sebagai berikut: Bagian tubuh utuh (cangkang dan daging tidak ada yang rusak), jika diangkat gerakannya lincah, pribadi membalikkan tubuhnya jika diletakkan secara terbalik, menempel kuat dalam substrat, berukuran panjang cangkang minimum lima cm. Pada pengangkutan abalon hidup perlu diperhatikan cara pengemasan yg sahih supaya abalon dapat ditransportasi menggunakan baik & membuat sintasan tinggi.

Pemeliharaan Induk Abalon Wadah yang digunakan pada pemeliharaan induk abalon adalah bak beton maupun bak fiberglass ukuran 200 x 80 x 50 centimeter yang di 3 dalamnya ditempatkan 4 buah keranjang plastik berlubang /bak menggunakan ukuran 40 x 60 x 40 cm dan dibubuhi rabat pipa PVC menjadi shelter atau substrat (Gambar 1). Setiap tiga keranjang diisi abalon sebesar 15 ekor. Pakan yang digunakan untuk induk abalon adalah rumput bahari jenis Gracillaria sp. & Ulva sp. Pakan diberikan dengan dosis 1015%/biomassa/hari dan diberikan setiap dua hari sekali (Gambar dua). Penyiponan buat membersihkan kotoran & residu pakan dilakukan sebelum penggantian & hadiah pakan berikutnya. Pergantian air menggunakan sistem air mengalir dengan debit air lima ? 6 liter/mnt.

Pengamatan taraf kematangan gonad dilakukan dengan melihat pada bagian samping posterior memakai indera bantu spatula. Gonad yang telah matang a k a n t e r l i h a t menggelembung dan tumpul pada ujung h e p a t o p a n k r e a s ( G a m b a r tiga ) . Pemeliharaan induk & sanitasi lingkungan beberapa tahapan, y a i t u : a ) . P e m b e r s i h a n abalon menggunakan cara m e m i n d a h k a n keranjang yang berisi induk abalon ke bak lain yang telah diisi air, k e m u d i a n disemprot dengan air bahari agar kotoran yang melekat pada tubuh abalon dan keranjang dapat terlepas; b). Pembersihan bak pemeliharaan yang dilakukan setiap minggu menggunakan sikat atau spon dan disemprot dengan air tawar.

Pemijahan Alami & Buatan

Abalon jenis H. Squamata dapat memijah secara alami atau dipijahkan secara buatan (induced spawning). Pemijahan abalon secara alami dilakukan sesudah melalui proses seleksi induk jantan maupun betina yang telah matang gonad menggunakan rasio jantan & betina 1 : dua. Induk abalon lalu ditaruh pada keranjang plastik berlubang ukuran 40x60x40 cm & ditambahkan 3 potongan pipa PVC sebagai shelter atau substrat. Abalon jantan dan betina ditempatkan secara terpisah. Setiap keranjang diisi sebanyak 10-15 ekor induk abalon. Selanjutnya keranjang yang telah berisi induk abalon ditempatkan pada wadah bak fiberglass ukuran 200 x 80 x 50 cm 3 dan dialiri air secara perlahan selesainya sebelumnya dilakukan proses pengeringan induk (dry up) sekitar 1 jam menggunakan cara mengangkat keranjang yang sudah berisi induk matang gonad berdasarkan pada bak & dibiarkan pada syarat tanpa air. Selanjutnya, keranjang tadi dimasukkan balik ke pada bak induk dan dilakukan pengamatan pada keesokan harinya pada kolektor telur buat memastikan terjadinya pemijahan. Pengamatan buat mengetahui terjadinya pemijahan dilakukan menggunakan memeriksa kolektor telur/larva yg telah disiapkan. Hasil pengamatan menerangkan bahwa abalon bisa memijah sepanjang tahun, menggunakan zenit demam isu pemijahan kurang lebih bulan Agustus sampai September. Untuk proses pemijahan abalon secara buatan, dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: melakukan proses seleksi induk matang gonad baik jantan juga betina, melakukan dry up selama 1-2 jam dengan cara menempatkan induk abalon dalam wadah yang dilapisi kain handuk basah. Selanjutnya memasukkan induk abalon jantan dan betina masing-masing 5-10 ekor dalam bak volume 30 liter secara terpisah (pakai air laut yg telah difiltrasi menggunakan sand filter) kemudian tempatkan pada ruangan kondisi gelap. Tahapan selanjutnya melakukan rangsangan pemijahan dengan penambahan oksigen murni melalui aerasi selama tiga jam pada bak pemijahan, dilanjutkan menggunakan penambahan aerasi biasa hingga terjadi pemijahan. Setelah pemijahan dilanjutkan menggunakan melakukan pembuahan (fertilisasi) telur, penyiphonan & pencucian telur sampai bersih. Setelah itu, massa telur abalon ditempatkan dalam bak inkubasi. Dengan adanya teknologi pemijahan protesis tersebut, maka permasalahan larva di luar isu terkini pemijahan bisa diatasi.

Penanganan Telur dan Larva Abalon

Telur abalon mempunyai ukuran homogen-homogen diameter sebesar 185 ? 9,tiga ?M. Sebelum menetas menjadi larva (trokopor), telur mengalami masa embriogenesis selama 6 ? 7 jam pada kondisi suhu 28,0? - 29,5?C. Trokopor yang sehat memiliki gerakan yang lincah, berenang dan respon cepat dalam cahaya & mempunyai cangkang normal. Pemanenan larva dilakukan dengan cara merogoh secara perlahan menggunakan gayung. Larva ditampung dalam wadah volume 30-50 l, kemudian diberi aerasi dan dilakukan penghitungan secara sampling.

Penumbuhan Diatom (pakan alami)

Diatom adalah pakan awal yang dimanfaatkan sang larva. Kultur diatom dilakukan dalam rangka penyediaan pakan pada jumlah yang memadai buat larva. Diatom yang dikultur umumnya dari jenis Nitzschia spp. & Navicula spp. Pakan yang dipakai buat larva abalon berdasarkan jenis diatom ini bersifat bentik atau melekat. Syarat yang diperlukan buat kultur diatom merupakan salinitas 32 ? 35 ppt, suhu 28? - 31?C & intensitas cahaya 700 ? Dua.500 lux. Pupuk yang digunakan buat menumbuhkan diatom yaitu KNO3 : 50 g/m3 , Na2HPO4.12 H2O : 4 g/m3 , Clewat-32 : lima g/m3 , FeCl3 : dua,5 g/m , Na2EDTA : lima g/ m3 , & NaSiO3 : 50 g/ m3 . Kultur diatom dilakukan pada bak fiber volume 30 l. Menggunakan dengan kepadatan awal 800.000 ? 1.200.000 sel/ml selama 3 ? 4 hari. Diatom yg telah siap panen lalu dimasukkan ke dalam bak p e m e l i h a r a a n l a r v a d a n selanjutnya setiap minggu diberikan pupuk susulan 1/2 d a r i d o s i s a w a l . S e l a m a penumbuhan diatom pada bak pemeliharaan diterapkan sistem air mengalir menggunakan debit 1 ? Dua l/menit. Tetapi dalam ketika pemberian pupuk, sistem air mengalir tidak boleh ad interim selama 3 ? 4 jam. Persiapan awal & penumbuhan diatom pada rearing plate dilakukan dua minggu Gambar 4. Bak pemeliharaan larva abalon H. Squamata menggunakan sebelum penebaran larva. ?Rearing plate?-nya

Produksi Benih Abalon

?Pemeliharaan larva abalon H. Squamata dapat dilakukan dalam bak beton yang berukuran tiga x 2 x 0,7 m3. Persiapan awal dalam bak pemeliharaan larva yaitu dengan menambahkan substrat penempelan larva (rearing plate) dari bahan plastik gelombang berukuran 58 x 60 centimeter yang telah ditumbuhi diatom menjadi pakan larva (Gambar 4). Sebelum dua penebaran larva, terlebih dahulu dilakukan pembersihan balik bak & rearing plate buat menghilangkan organisme pengganggu seperti kopepoda, siput & udang. Bak pemeliharaan larva dilengkapi dengan sistem aerasi. Penebaran veliger dengan kepadatan 25?50 ekor/l. Kisaran kualitas air yg baik & mendukung pada pemeliharaan larva yaitu suhu 28?? 30?C, salinitas 32 ? 35 ppt, pH air 7,9 ? 8,5, Oksigen terlarut 4,5- lima,5 mg/l, intensitas cahaya 1.500 ? 3.500 lux. Sistem air mengalir dengan debit air 0,lima ? 1,0 l/mnt mulai diterapkan pada waktu memasuki hari ke-7 pemeliharaan larva. Sampling pertumbuhan dilakukan setiap 10 hari sekali menggunakan cara mengukur panjang dan lebar cangkang. Sampling kepadatan larva abalon dilakukan pada umur 1 bulan pemeliharaan dengan cara menghitung jumlah spat yg melekat dalam tiap platenya. Selama pemeliharaan larva, perlu dilakukan penambahan pakan alami diatom dua- tiga kali seminggu buat menjaga ketersediaan pakan. Penyiponan dilakukan setiap 2 hari sekali setelah diterapkan sistem air mengalir buat menjaga kondisi lingkungan yg higienis selama pemeliharaan.

? Setelah pemeliharaan larva mencapai umur satu bulan, umumnya sudah diperoleh juvenil yg mencapai berukuran panjang cangkang 0,6-0,8 mm. Juvenil dalam ukuran tadi telah siap mengkonsumsi pakan makroalga dari jenis Ulva sp.. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan pemanenan selektif secara manual menggunakan spatula berukuran kecil dan pipih buat dilakukan pendederan.

? Wadah yang digunakan buat pendederan juvenil yakni keranjang plastik berlubang berbentuk persegi panjang menggunakan berukuran 35 x 25 x 8 centimeter . Dengan diameter ukuran 3 lubang berkisar dua-3 mm. Keranjang disusun berhadapan dan dijepit dengan memakai rabat pipa pralon (Gambar 5). Wadah tadi kemudian ditempatkan ke pada bak beton ukuran 3 x dua x 1 m . Apabila juvenil telah mencapai ukuran minimal 3 panjang cangkang 1 cm, pakan makroalga bisa dikombinasi menggunakan jenis Gracillaria sp. Yang memiliki berukuran diameter thallus lebih mini . Biasanya jenis makroalga ini gampang diperoleh pada daerah pertambakan tradisional ataupun sengaja dibudidayakan di wilayah tambak/air payau. Setelah dua bulan pemeliharaan benih abalon, dilakukan penjarangan benih dalam keranjang sebesar 50% agar pertumbuhan benih lebih optimal. Pemberian pakan dilakukan dengan takaran kurang lebih 25 ? 35 % dari berat biomas per hari. Penyiponan sebaiknya rutin dilakukan setiap hari & dilakukan penerapan sistem air mengalir buat menjaga kualitas air. Suhu air buat pendederan benih abalon berkisar 28,lima ? 30,lima C, o salinitas 32 ? 35 ppt dan kandungan oksigen terlarut (DO) lima,0 ? 5,3 ppm. Kepadatan optimal buat pendederan benih abalon berukuran panjang cangkang (PC) 0,8-1,dua cm berkisar 400-500 ek/keranjang; Ukuran PC antara 1-dua centimeter berkisar 250 ek/keranjang. Pemeliharaan dilakukan hingga benih abalon mencapai ukuran PC 2 - dua,5 centimeter buat selanjutnya dibesarkan di laut (Gambar 6). Pengkajian & penerapan teknologi Ujicoba teknologi produksi benih abalon sudah dilakukan sejak tahun 2011 di beberapa HSRT milik warga di Kec. Gerokgak, Kab. Buleleng dan pada satu hatchery kerang milik partikelir di Tanjung Putus, Lampung Selatan. Selama dua bulan periode pemeliharaan, bisa didapatkan benih abalon berukuran panjang cangkang 0,8 ? 1,1 cm menggunakan sintasan berkisar 7-10%. Pada pemeliharaan lanjutan (pendederan) benih abalon pada keranjang tertutup menggunakan sistim terapung selama dua-2,5 bulan, bisa diperoleh benih abalon menggunakan ukuran panjang cangkang dua,0 ? Dua,lima centimeter dengan sintasan mencapai 95 ? 99%.

3. KEUNGGULAN TEKNOLOGI :

? Teknologi perbenihan abalon sangat sederhana & gampang dilakukan oleh warga pembudidaya dan bisa dilakukan sepanjang tahun.

? Produksi benih abalon tergolong efisien, hemat dan layak dikembangkan karena bisa diterapkan secara terintegrasi di Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) Ikan Laut menjadi cara lain usaha tambahan tanpa harus beralih profesi, sebagai akibatnya bisa menambah pendapatan pembudidaya di HSRT.

? Sangat ramah lingkungan lantaran teknologi tersebut nir menggunakan bahan kimia/disinfektan dan hanya menggunakan mikroalga dan makroalga (Gracillaria sp. & Ulva sp.) sebagai pakan pada proses produksi benih sehingga nir mencemari lingkungan.

? Cangkang abalon bisa dimanfaatkan sebagai bahan buat membuat perhiasan.

LOKASI PENGEMBANGAN DAN DAERAH YANG DIREKOMENDASI

? Tahun 2010: Pengembangan teknologi produksi benih abalon pada HSRT ikan bahari pada Bali Utara (Kabupaten Buleleng). ? Tahun 2011: Pendampingan teknologi pada stakeholder Hatchery Abalon di Pulau Tanjung Putus, Prov. Lampung. ? Tahun 2010-2012: Kerjasama pengembangan teknologi pembenihan abalon di BBPPBL Gondol dengan PT. Sarana Hatchery Abadi, Provinsi Sulawesi Selatan. ?Tahun 2012: Pendampingan teknologi Produksi Benih abalon (H. Squamata) di Hatchery UNHAS Pulau Barrang Lompo, Makassar, Prov.Sulawesi Selatan dengan LSM. ? Tahun 2011: Pengembangan teknologi pembesaran abalon asal pembenihan dalam keramba apung pada Kabupaten Takalar, Prov. Sulawesi Selatan ? Tahun 2012: Pengembangan teknologi pembesaran benih abalon berasal pembenihan pada keramba apung pada Kabupaten Situbondo, Prov. Jawa Timur Wilayah rekomendasi pengembangan sebaiknya tidak jauh berdasarkan daerah sentra produksi rumput bahari supaya dapat sejalan dengan pengembangan budidaya pembesaran abalon, seperti pada wilayah Kab. Buleleng & pulau Nusa Penida (Bali); Kabupaten Situbondo (Jawa Timur); Kab. Takalar dan Kab. Barru (Sulawesi Selatan); Kab. Marowali dan Kab. Parigi (Sulawesi Tengah); pulau Tanjung Putus (Lampung Selatan), Prov.Gorontalo dan wilayah Kawasan Timur Indonesia pada umumnya.

KEMUNGKINAN DAMPAK NEGATIF

Kemungkinan imbas negatif yg ditimbulkan sangat mini bagi lingkungan karena teknologi tadi tidak menggunakan bahan kimia/disinfektan. Penggunaan mikroalga dan makroalga (Gracillaria sp. & Ulva sp.) menjadi pakan dalam proses produksi benih sampai ukuran konsumsi sehingga tidak mencemari lingkungan.

KELAYAKAN FINANSIAL DAN ANALISA USAHA

Untuk produksi benih abalon di HSRT menggunakan menggunakan 4 buah bak larva dan dua butir bak pendederan yg dipelihara selama 4 bulan menggunakan sintasan benih 10% menerima laba :Rp. 7.108.333,-.; B/C ratio = 1,73. Biaya produksi = Rp. 651,- per ekor.

A. Biaya investasi No. Uraian Vol. Satuan Harga satuan Jumlah (Rp) Umur hemat (siklus) Penyusutan (Rp) 1 Bak larva uk. 2,5x2x0,7 m 4 bh 4.000.000 16.000.000 30 533.333 dua Bak filter air uk.1x1x1 m 1 bh 1.000.000 1.000.000 30 33.333 3 Bak juvenil uk. Dua.5x2x0.7 m dua bh 4.000.000 8.000.000 30 266.667 4 Blower 1 unit 3.000.000 3.000.000 15 200.000 lima Pompa air bahari 1 unit dua.500.000 2.500.000 9 277.778 6 Pompa air tawar 1 unit 750.000 750.000 9 83.333 7 Generator 1 unit 1 unit tiga.000.000 3.000.000 15 200.000 8 Sistim Pemipaan 1 set 5.000.000 5.000.000 30 166.667 9 Perlengkapan sistem aerasi, dll. 1 set lima.000.000 5.000.000 9 555.556 10 Rearing plate 300 lbr 25.000 7.500.000 15 500.000 JUMLAH 51.750.000 dua.816.667

. Biaya variabel BV) No Uraian Vol. Satuan Harga Satuan Jumlah (Rp) 1 Larva (veliger) 150000 btr 3 450.000 2 Rumput bahari 100 kg 1.500 150.000 3 Listrik (PLN) 4 bln 400.000 1.600.000 4 Pupuk (ZA, TSP, Urea, EDTA, FeCl3, Silikat) 1 pkt 500.000 500.000 5 Biaya panen 1 pkt 250.000 250.000 JUMLAH dua.950.000

C. Tenaga Kerja No. Uraian Vol. Satuan Harga Satuan Jumlah (Rp) 1 Tenaga kerja (2 Orang) X 4 bulan 8 bln 500.000 4.000.000 JUMLAH 4.000.000

D. Biaya Tetap Upah Tenaga Kerja Biaya Penyusutan 6.816.667

E. Biaya Total Biaya Tetap Biaya Variabel 9.766.667

F. Penerimaan Asumsi panen SR 10 % (benih uk.1,5 centimeter) Hasil panen benih (ekor) 15.000 Harga Jual (Rp./ekor) 1.125 Jumlah Penerimaan 16.875.000

G. Analisa Laba/Rugi Keuntungan=Penerimaan-Biaya Total 7.108.333

H. B/C Ratio Penerimaan : Biaya Total 1.73

I. PENGEMBALIAN MODAL (Siklus) Biaya Total : Keuntungan 1.37

J. BIAYA PRODUKSI (Rp/ekor) Biaya total : produksi 651 K. BREAK EVEN POINT Biaya Total 9.766.667 Biaya Tetap 6.816.667 Biaya Variabel BV) 2.950.000 Hasil Panen (Ekor) 15.000 Penerimaan 16.875.000 BV : Penerimaan 0.17 1 - (BV:Penerimaan) 0.83 BEP (Rp) 8.260.772

TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI

Penggunaan komponen dalam negeri hampir mencapai 100%, karena bahan dan alat yg dipakai sebagian besar berasal & diproduksi pada dalam negeri kecuali blower, pompa & generator.

Sumber:

Rusdi I, Susanto B, Permana I.G.N, Giri I.N.A., 2013. Teknologi Perbenihan Abalon (Haliotis squamata). Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan & Perikanan 2013. Badan Penelitian & Pengembangan Kelautan & Perikanan ? Kementerian Kelautan & Perikanan, Jakarta.

Checking your browser before accessing

This process is automatic. Your browser will redirect to your requested content shortly.

Please allow up to 5 seconds…

DDoS protection by Cloudflare
Ray ID: