Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

DESKRIPSI TEKNOLOGI

Manfaat Teknologi

Teknologi pembenihan ikan hias Botia (ChromoBotia macracanthus Bleeker) ditujukan buat produksi benih berukuran komersial (? Dua inchi) secara protesis melalui rangsangan hormonal pada lingkungan yang terkontrol, sehingga diharapkan bermanfaat pada peningkatan produksi benih ikan hias Botia output budidaya. Penerapan teknologi pembenihan ikan hias Botia secara nasional diperlukan bisa mendukung acara peningkatan produksi benih ikan hias Botia buat membuka lapangan kerja bagi pembudidaya skala tempat tinggal tangga (HSRT) sebagai bahan eksport dan buat konservasi ikan.

PENGERTIAN/DEFINISI

Yang dimaksud menggunakan pembenihan ikan hias Botia (ChromoBotia macracanthus Bleeker) pada lingkungan terkontrol merupakan serangkaian kegiatan pembenihan dimana segala aspek pada dalamnya seperti pemeliharaan induk, seleksi induk yang matang gonad, penyuntikkan hormon, pengeluaran (stripping) telur & sperma, pembuahan (fertilisasi), penetasan (inkubasi) telur, perawatan larva, perawatan benih, & pengelolaan kualitas air dilakukan dengan adanya campur tangan insan yang dilakukan di lingkungan budidaya secara terkontrol serta dimonitor secara periodik. Kegiatan ini dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias Depok, untuk menyebarkan teknologi pembenihan ikan hias Botia.

RINCIAN DAN APLIKASI TEKNIS

Persyaratan Teknis Penerapan Teknologi

Mengingat bahwa teknologi pembenihan ikan hias Botia pada lingkungan terkontrol merupakan satu rangkaian teknologi pembenihan, maka keberhasilan penerapan teknologi ini sangat tergantung dalam segala aspek yg ada di dalamnya seperti : pemeliharaan induk, seleksi induk yang matang gonad, penyuntikkan hormon, pengeluaran (stripping) telur dan sperma, pembuahan (fertilisasi), penetasan (inkubasi) telur, perawatan larva, perawatan benih, & pengelolaan kualitas air.

Uraian lengkap SOP

Secara generik, masyarakat pada hal ini pembudidaya sudah mengetahui tentang apa itu kegiatan pembenihan ikan. Namun demikian buat kegiatan pembenihan dari hasil budidaya misalnya ikan hias Botia, mereka masih belum mengetahuinya. Teknologi pembenihan ikan hias Botia di lingkungan terkontrol, merupakan serangkaian kegiatan pembenihan dimana segala aspek di dalamnya misalnya pemeliharaan induk, seleksi induk yg matang gonad, penyuntikkan hormon, pengeluaran (stripping) telur & sperma, pembuahan (fertilisasi), penetasan (inkubasi) telur, perawatan larva, perawatan benih, & pengelolaan kualitas air dilakukan dengan adanya campur tangan manusia yg dilakukan di lingkungan budidaya secara terkontrol dan dimonitoring secara periodik. Adanya campur tangan insan ini dikarenakan pembenihan ikan ini belum mampu dilakukan secara alami dan masih menggunakan rangsangan hormonal. Sedangkan lingkungan terkontrol dimaksudkan berupa lingkungan yang diatur buat mengurangi pengaruh berdasarkan lingkungan luar yang bisa mengganggu keberhasilan kegiatan pembenihan sebagai akibatnya bisa menaikkan produksi dalam pembenihan ikan hias Botia berdasarkan output budidaya.

Cara Penerapan Teknologi

1. Pemilihan Lokasi Pembenihan

Lokasi pemeliharaan hendaknya dibangun di wilayah bebas banjir, relatif air (kualitas & kuantitas) & kondisi hening.

2. Persiapan wadah

Wadah induk ikan hias Botia pada tempatkan dalam syarat ruangan yg agak gelap hanya memakai lampu penerangan lima watt, warna kuning. Pemeliharaan induk ikan hias Botia memakai sistem resirkulasi, satu set sistem pemeliharaan ini terdiri menurut 4 komponen yaitu wadah pemeliharaan induk, filter biologi dan filter fisik yg terdiri berdasarkan masing-masing satu filter serta bak penampungan air. Wadah pemeliharaan induk Botia terdiri berdasarkan 2 unit bak kanvas bulat, masing-masing buat memelihara induk Botia asal Sumatera & Kalimantan. Wadah pemeliharaan induk Botia di tempatkan dalam ruangan ukuran 10 x lima m yg terdiri berdasarkan dua kanvas 1 berdiameter 3,70 m, tinggi 0,7 m & kapasitas menampung air sebesar 3.500 liter. Kanvas dua berdiameter 3,0 m, tinggi 0,7 m dan kapasitas menampung air sebesar 1.600 liter. Bak filter pertama berbentuk silinder menggunakan garis tengah 2 m, tinggi 2,30 m & berkapasitas bisa menampung air sebanyak dua.300 liter. Bak filter pertama hanya di isi menggunakan dakron. Bak filter ke 2 memiliki berukuran dua ? 1,2 ? 1 m menggunakan kapasitas tampung air sebanyak dua.000 liter & 3 hanya pada isi dengan bioball & kulit kerang. Selain itu dilengkapi dengan bak penampung air keluar yang memiliki berukuran 0,6 ? 0,5 ? 1 m dengan kapasitas tampung air sebanyak 300 liter. Tiga Wadah pemeliharaan induk ikan Botia dengan sistem resirkulasi bisa dilihat dalam Gambar 1.

Tiga. Pengelolaan Induk

Adaptasi induk dari alam

Induk yang pertama kali ditangkap berdasarkan alam harus diadapatasikan atau dikarantinakan menggunakan lingkungan budidaya terlebih dahulu selama 14 - 21 hari. Wadah yang dipakai adaptasi berupa akuarium kaca berukuran 0,8 ? 0,4 ? 0,4 m menggunakan kepadatan sebesar 5 ? 8 ekor/akuarium tiga menggunakan sistem resirkulasi, dilengkapi aerasi, heater dan epilog akuarium dan pada semua bagian sisi akuarium ditutup plastik warna hitam. Hal ini bertujuan supaya ikan tidak gampang stres akibat gangguan menurut lingkungan luar, suhu air permanen stabil dan menghindari ikan loncat keluar. Selanjutnya dilakukan pencegahan (preventif) terhadap penyakit yg mungkin timbul dampak dari

Akuarium akarantina pasca transportasi. Pencegahan umumnya dilakukan menggunakan perendaman pada larutan 10 ppm formalin atau 20 ppm larutan anti biotik (Oxytetracyclin atau OTC). Perlakuan ini dilakukan 3 hari sekali selama minggu pertama. Selain itu dilakukan pergantian air sebanyak 100% pada waktu pencegahan yang ke-dua kalinya. Wadah akuarium buat karantina dapat dilihat dalam Gambar dua .

Penebaran induk

Penebaran induk dilakukan selesainya ikan telah menjalani adaptasi atau karantina selama 14?21 hari & sudah dipastikan sehat. Penebaran induk dilakukan menggunakan aklimatisasi terlebih dahulu yaitu menggunakan menyesuaikan suhu air pada wadah baru, bila suhu telah sama maka ikan akan keluar menggunakan sendirinya. Induk ikan Botia yg dipelihara di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias (BP2BIH) Depok berjumlah 125 ekor menggunakan rincian induk ikan Botia berasal Sumatera 66 ekor yang dipelihara pada kanvas 1 & 59 ekor induk ikan Botia berasal Kalimantan yg dipelihara pada kanvas 2. Pemeliharaan induk jantan dan betina pada masing-masing dari daerah tidak dipisahkan.

Pakan Induk

Pakan yang diberikan dalam induk ikan Botia berupa cacing tanah (Lumbricus sp.) menggunakan frekuensi pemberian pakan satu kali per hari pada pukul 15.00-16.00 WIB hingga kenyang (ad libitum). Foto pakan induk Botia berupa cacing tanah bisa ditinjau dalam Gambar 3 .

Kematangan gonad

Pengamatan kematangan gonad dilakukan setiap bulan. Melihat kematangan gonad bisa dilakukan dengan cara Gambar tiga. Foto pakan induk botia visual yaitu dengan melihat karakteristik-karakteristik sekunder misalnya bagian perut induk ikan Botia. Induk betina yang telah matang gonad perutnya mengembang & buncit serta apabila diraba akan terasa lembek & halus. Akan tetapi terkadang tidak seluruh perut yg gendut berisi telur, adakalanya itu adalah lemak. Untuk memastikannya dilanjutkan menggunakan metode kanulasi atau kateterisasi yaitu menggunakan cara mengambil sampel telur menggunakan kateter. Sampel telur yang telah didapat dimasukkan ke dalam cawan petri yang sudah Gambar 4. Induk matang diisi dengan larutan fisiologis sebesar 0,tiga ml. Telur yg berada di cawan petri kemudian diamati menggunakan mikrosop binokuler dengan perbesaran 25 kali. Diameter telur yg telah dapat dipijahkan berkisar 1,02 ? 1,08 mm, berwarna kuning ke abu-abuan atau hijau keabu-abuan, nir poly cairan lemak,

Pengamatan terhadap kematangan gonad induk jantan dilakukan dengan cara pengurutan (stripping) pada bagian perut ke arah genital dan mengeluartkan cairan putih susu yang disebut sperma. Selanjutnya sperma disedot dengan syringe tanpa jarum yang telah berisi larutan fisiologis sebanyak 0,4 ml dan kemudian dimasukkan ke dalam tube serta disimpan di coolbox yang berisi batu es. Sperma yang telah diambil kemudian diamati secara visual dan mikroskopis. Secara visual, sperma dikatakan sudah matang jika warnanya putih susu dan kental, dan secara mikroskopis memiliki tingkat motilitas tinggi (>80%).

Pengelolaan Kualitas Air Pada Pemeliharaan Induk

Pengelolaan kualitas air pada aktivitas pemeliharaan induk memakai sistem resirkulasi yang terpadu dimana terdiri atas filter biologis, fisik dan kimia. Filter biologis ini memakai bioball & kulit kerang yang berfungsi sebagai penempelan bakteri nitrifikasi misalnya Nitrosomonas. Selain itu, kulit kerang mengandung kitin yg mampu membarui air yg bersifat asam menjadi netral. Untuk monitoring kualitas air dilakukan pengukuran terhadap parameter ekamatra & kimia yang terdiri atas pengukuran suhu, pH, DO, amoniak & nitrit. Metode pengukuran suhu dilakukan sehari 2 kali dalam pukul 08.00 & 16.00 WIB dengan memakai termometer digital & dilakukan pencatatan suhu pada kertas data. Sedangkan buat pengukuran kualitas air berupa parameter kimia dilakukan setiap satu minggu sekali, baik itu pengukuran DO, pH, amoniak dan nitrit menggunakan alat pengukur. Penyiponan dilakukan setiap hari pada dasar bak kanvas buat membersihkan kotoran dan sisa pakan. Selang yg digunakan berdiameter 1,5 cm sepanjang 8 m yang ujungnya diberi paralon PVC berdiameter 1 inchi menggunakan panjang 1,lima m, dengan bagian bawah diberi lubang untuk saluran penyerapan kotoran. Kemudian dilakukan pergantian air sebesar 5 ? 10% per hari. Pada bak penampungan air keluar diberi lubang sinkron dengan tinggi air yg diinginkan, hal tersebut dilakukan dalam rangka menjaga volume dan tinggi air permanen stabil.

4. Pemijahan Dengan Rangsangan Hormonal

Perangsangan pemijahan ikan secara hormonal dilakukan menggunakan menyuntikan hormon eksklusif ke tubuh ikan. Hormon tadi masuk ke pada sistem peredaran darah ikan & ketika mencapai organ sasaran (gonad) akan eksklusif bekerja dan menghipnotis organ tersebut. Dengan demikian, perangsangan pemijahan secara hormonal ini merupakan bypass cara kerja hormon dalam sistem reproduksi ikan. Perangsangan pemijahan ikan secara hormonal ini sangat bermanfaat antara lain; 1). Memijahkan ikan yg sistem saraf pusatnya sulit dipengaruhi sang sinyal lingkungan, 2). Memijahkan ikan di luar animo pemijahan (out season), terutama dalam ikan yang mengenal demam isu pemijahan eksklusif. Ikan Botia merupakan salah satu model ikan yg belum sanggup memijah secara alami pada lingkungan protesis dikarenakan belum diketahuinya sinyal lingkungan apa yang mampu mensugesti saraf sentra. Sehingga keberhasilan pemijahannya masih dengan pemijahan protesis menggunakan rangsangan hormonal.

Persiapan wadah pemijahan

Sebelum dilakukan pemijahan, induk output seleksi ditempatkan dalam wadah akuarium pemberokan dengan ukuran 100x30x40 cm dan akuarium tersebut disekat menjadi 3 bagian. 3 Akuarium pemberokan dibuat sistem resirkulasi dengan suhu media airnya 25-26 C. Untuk o menjaga kenyamanan supaya ikan nir stres, akuarium ini ditutup dengan plastik rona hitam.

Jenis hormon

Pemijahan ikan hias Botia di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias (BP2BIH) Depok dilakukan menggunakan cara pemijahan protesis (induced breeding) menggunakan stimulasi hormon berupa HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dan hormon sintetik brand Ovaprim produk menurut Syndel Kanada yang berisikan gonadotropin dan antidopamin. HCG berfungsi untuk menghomogenkan berukuran telur & Ovaprim berfungsi buat merangsang ovulasi serta spermiasi.

Dosis hormon

Dosis hormon yang dipakai dalam pemijahan ikan hias Botia buat betina yaitu, HCG 500 IU/kg bobot induk dan Ovaprim 0,6 mililiter/kg bobot induk. Induk jantan hanya disuntik satu kali dengan Ovaprim 0,6 mililiter/kg bobot induk.

Penyuntikan

Perbandingan ikan yang dipakai pada pemijahan antara induk betina & jantan yang matang gonad adalah 1 : dua. Stimulasi hormon yg diberikan dalam induk betina dilakukan dua kali penyuntikan. Penyuntikan pertama biasanya dilakukan dalam malam hari pukul 24.00 WIB menggunakan HCG & penyuntikan ke 2 dilakukan setelah interval 24 jam dari penyuntikan pertama menggunakan Ovaprim secara intramuscular. Sedangkan penyuntikan induk jantan dilakukan satu kali memakai ovaprim dengan selang saat 15 jam dari penyuntikan pertama pada induk betina secara intramuskular.

Pengeluaran (stripping) telur & sperma

?Waktu Penentuan selang ketika antara penyuntikan hormon & pengambilan sel telur merupakan faktor kunci pada keberhasilan teknik reproduksi yang melibatkan dorongan hormonal buat memicu ovulasi dan pembuahan protesis dalam ikan. Pengambilan sel telur yg tertunda atau telat setelah ovulasi akan menciptakan sel telur menjadi terlalu matang yang bisa mengakibatkan derajat pembuahan rendah, meningkatkan jumlah embrio yg rusak dan menurunkan kelangsungan hayati embrio & larva. Istilah selang waktu tak jarang dianggap ?Saat laten?. Waktu laten yaitu antara penyuntikan hormon terakhir & ovulasi berkorelasi negatif dengan suhu air. Pada ikan hias Botia menggunakan suhu media air dalam ketika penyuntikan sekitar 25-26 C, waktu latennya berkisar 9-15 jam.O

?Pemeriksaan GVBD (Germinal Vesicle Break Down)

Setelah penyuntikan Ovaprim, proses pematangan oocyt mencakup migrasi inti sel telur ke ujung atau tepi oocyt dan pecahnya inti sel telur (Germinal Vesicle Break Down). Untuk mengetahuinya dilakukan menggunakan menaruh sampel telur menurut output kanulasi dalam larutan serra. Komposisi larutan serra terdiri atas alkohol 70%, formalin 40% & asam asetat dengan perbandingan (6:tiga:1). Larutan serra bisa melisiskan lapisan chorion (cangkang telur) sebagai akibatnya inti telur bisa terlihat kentara di bawah mikroskop binokuler.

Pemeriksaan stadium inti telur wajib cepat & nir lebih menurut lima mnt. Hal ini dikarenakan larutan serra yang digunakan bisa mengakibatkan telur menjadi larut sehabis 10 mnt sehingga inti telur nir terlihat. Setelah GVBD, oocyt menjadi matang & siap buat keluar berdasarkan folikel (ovulasi), kemudian oocyt tersebut sebagai sel telur (ovum), siap buat pembuahan. Biasanya pada ikan hias Botia selesainya migrasi inti mencapai posisi GVBD, maka waktu ovulasi dapat diprediksi kurang lebih dua jam ke depan.

?Pengeluaran (stripping) sperma dan telur Pengambilan sperma dilakukan dengan cara pengurutan (stripping) dibagian perut ikan. Pada saat diurut pelan-pelan, yang pertama keluar umumnya urine yang berupa cairan bening. Urine dimuntahkan terlebih dahulu hingga habis dan lubang genital di lap sampai kering. Hal ini dilakukan agar sperma tidak tercampur menggunakan urine yg akan dapat mengurangi aktifitas sperma. Setelah sperma keluar, sperma disedot menggunakan syringe tanpa jarum yg berisi larutan fisiologis sebanyak 0,4 ml. Kemudian sperma dimasukkan ke dalam tube ukuran 10 mililiter & disimpan pada coolbox. Cara pengeluaran telur menurut induk betina sama dengan pengeluaran sperma dalam induk jantan, yaitu menggunakan cara pengurutan (stripping). Jika sudah waktunya ovulasi, pengurutan akan terasa gampang dan ringan. Sedangkan jika terasa berat, berarti induk belum siap buat ovulasi. Dalam pengurutan induk betina jua harus dihindari masuknya air ke dalam telur sebelum telur dibuahi oleh sperma. Karena bila telur tercampur menggunakan air, maka lubang mycropile dalam telur akan segera tertutup. Hal ini mengakibatkan telur nir dapat dibuahi.

Sebelum dilakukan proses pengeluaran telur, induk dianestesi memakai larutan phenoxy ethanol dengan dosis 0,tiga ppm. Pengurutan dilakukan secara perlahan & telur ditampung di cawan plastik. Setelah telur keluar, kemudian ditimbang agar bisa mengetahui berat telur yg terovulasi. Kisaran berat telur yang terovulasi buat ikan Botia selama ini antara 22,2-37 g yang asal menurut induk dengan bobot 101-217,6 g. Sampel telur menggunakan berat eksklusif ditimbang dan dihitung jumlahnya buat mengetahui berat telur per buah. Caranya yaitu menggunakan membagi berat sampel & jumlah sampel telur. Nilai berat telur ikan Botia per butir berkisar antara 0,89-1,09 mg. Untuk mengetahui jumlah telur total yang didapatkan dilakukan pembagian antara berat telur total yang diperoleh menggunakan berat telur per buah. Kisaran jumlah telur total yang terovulasi buat ikan Botia selama ini antara 22.524 - 41.573 buah. Foto pengeluaran telur bisa dipandang dalam Gambar 7.

Pembuahan (fertilisasi)

Pembuahan atau fertilisasi dilakukan secara protesis menggunakan mencampurkan sperma ke pada wadah yang berisi telur. Perbandingan jumlah sperma dengan telur kira-kira 1 mililiter sperma buat lima gr telur. Telur yg sudah dicampur menggunakan sperma digoyang-goyangkan secara perlahan selama 1 mnt sampai tercampur merata, lalu dimasukkan air mineral agar sperma aktif untuk membuahi telur. Goyang-goyang lagi

Pembilasan dengan air mineral (kanan) terbuahi, kemudian dicuci sebanyak tiga kali menggunakan air mineral hingga bersih berdasarkan residu- sisa sperma dan kotoran. Setelah dilakukan pembuahan, telur disampling buat mengetahui jumlah telur yg terbuahi (FR) dan jumlah telur yang menetas sebagai larva (HR). Langkah kerja yang dilakukan yakni merogoh sampel telur kira-kira 100 buah & dimasukkan ke pada basket plastik dan lalu diletakkan di atas mesin goyang atau bioblock scientific. Nilai derajat pembuahan (FR) selama ini berkisar antara 58,5 - 100%.

Penetasan (inkubasi) telur

? Penetasan (inkubasi) telur Telur output fertilisasi kemudian diinkubasi menggunakan corong penetasan. Suhu di pada ruang inkubasi telur berkisar antara 2526oC. Corong penetasan terbuat menurut fibberglass menggunakan diameter 30 cm dan tinggi 45 centimeter yang dimasukkan ke pada hapa menurut kain trililin berukuran 100 ? 50 ? 50 cm3 yg diletakkan di pada

Hapa diikat di sebuah transek berbentuk persegi panjang yang terbuat dari pipa PVC berdiametar 1 inchi. Untuk penyangga corong dipakai styrofoam sehingga corong penetasan selalu terdapat pada permukaan air. Kegiatan selanjutnya dilakukan penebaran telur. Penebaran telur tiap corong penetasan kurang lebih dua-lima g. Dalam penebaran telur, aliran air pada corong dimatikan terlebih dulu yg berfungsi untuk mencegah telur keluar dari corong inkubasi. Penebaran dilakukan secara hati-hati menggunakan sendok (centong nasi) yg terbuat menurut plastik. Setelah telur ditebar ke corong penetasan, air dialirkan dengan debit diatur agar telur berputar secara perlahan dan halus. Telur yg dibuahi akan terlihat berwarna bening transparan. Sedangkan telur yg nir dibuahi akan terlihat berwarna putih susu dan pudar. Telur yg sudah dibuahi akan menetas selesainya 14 - 19 jam pada suhu air 25-26 C. Setelah telur menetas, kemudian dihitung nilai derajat o penetasannya. Derajat penetasan adalah presentase jumlah telur yang menetas baik secara normal maupun abnormal dibandingkan jumlah telur yang terbuahi. Perhitungan derajat penetasan ini dilakukan selesainya telur menetas secara keseluruhan. Nilai derajat penetasan (HR) dalam ikan hias Botia berkisar antara 51,78-92,20%. Larva yang baru menetas memiliki panjang lima ? 6 mm dengan kuning telur berbentuk memanjang.

? Perkembangan Embrio Pengamatan embriogenesis dilakukan supaya diketahui perkembangan telur sesudah dibuahi hingga menetas. Perkembangan embriogenesis ikan Botia, sesudah dibuahi merupakan menjadi berikut : Fase Pembelahan Waktu dua sel 41 mnt 4 sel 1 jam 10 mnt 8 sel 1 jam 12 mnt 16 sel 1 jam 15 mnt 32 sel 1 jam 32 mnt Morula 2 jam 48 mnt Blastula 4 jam 58 mnt gastrula awal 8 jam 3 mnt embrio awal 16 jam 8 mnt Menetas 20 jam 24 mnt Panen Larva Larva dipanen sesudah berumur 7 hari dengan memakai seser & dibantu dengan cahaya senter sebagai akibatnya mempermudah dalam pengambilan larva Botia. Saluran air masuk dan aerasi dimatikan, kemudian corong penetasan diangkat dari hapa sebagai akibatnya larva terlihat jelas. Selanjutnya dasar hapa diangkat perlahan-lahan ke atas buat mempersempit ruang gerak larva & memudahkan dalam pemanenan. Larva diambil menggunakan seser menggunakan mata saringan ukuran 1 mm & dimasukkan ke pada baskom plastik. Kemudian larva dihitung dan dimasukkan ke basket plastik yang berukuran 300 ml. Setiap basket plastik menampung 100 ekor larva. Larva yg sudah dihitung ditebar ke pada akuarium berukuran 80 ? 40 ? 40 centimeter dengan tiga sistem resirkulasi, dan terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi suhu selama lima mnt. Aklimatisasi dilakukan menggunakan cara memasukkan wadah yang berisi larva ke dalam akuarium & dibiarkan larva keluar dengan sendirinya dengan apabila wadah dimiringkan.

Pemeliharaan Larva sampai Benih

Pemeliharaan larva menurut umur 7-8 hari selama 1,5 bulan akan menghasilkan benih Botia dengan berukuran 1,2-1,5 centimeter.

? Wadah pemeliharaan

Wadah yang digunakan berupa akuarium berukuran 80x40x40 centimeter 3 dengan sistem resirkulasi. Sebelum digunakan akuarium dibersihkan dan didesinfektan.

? Penebaran larva

Penebaran larva dilakukan sehabis larva berumur 7-8 hari, larva ditebar menggunakan kepadatan lima ekor/L. Sebelum ditebar, dilakukan aklimatisasi atau penyesuaian suhu yang umumnya kurang lebih 30 mnt. Aklimatisasi dilakukan menggunakan cara memasukan wadah berisi larva ke dalam akuarium, sesudah suhu air pada wadah sama menggunakan suhu akuarium kemudian wadah dimiringkan & secara perlahan akan keluar larva menggunakan sendirinya ke dalam akuarium. Suhu pada dalam ruangan ini berkisar antara 28-30 C.O

? Pemberian Pakan

Larva diberi pakan berupa nauplii Artemia sesudah berumur 4-lima hari. Pemberian pakan dilakukan sebesar 5-7 kali sehari yaitu dalam jam 08.00, 10.00, 12.00, 14.00 dan 16.00 WIB, kemampuan pakan benih Botia sekitar 30 ekor naupli artemia/hari (individu/hari). Memasuki bulan kedua, pakan yang diberikan berupa kombinasi nauplii Artemia dengan bloodworm (cacing darah) (larva Chironomus sp). Setelah satu atau 2 minggu pembesaran umumnya ukuran ikan menjadi nir seragam. Pada waktu inilah dibutuhkan adanya sortase atau gradding berukuran.

? Grading dan Sampling Pertumbuhan

Kegiatan grading dimaksudkan untuk menggelompokkan ikan berdasarkan ukuran. Selain itu juga untuk mengetahui jumlah ikan dan kelangsungan hidup ikan selama pemeliharaan. Waktu sampling dilakukan pada pagi atau sore hari, yang bertujuan untuk menghindari adanya fluktuasi suhu yang membuat ikan stres. Benih ikan Botia diserok menggunakan seser berukuran sedang secara hati-hati dan perlahan, kemudian ditampung di atas bak plastik bundar yang telah dilapisi dengan kain trililin. Setelah itu disediakan baskom plastik empat buah, diisi sedikit air dan dilakukan sortasi ke dalam 3 ukuran, yakni small (0,8-1,0 cm), medium (1,0-1,3 cm) dan large (> 1,3 cm). Persentase ukuran S, M dan L dalam satu populasi biasanya 44,20%; 47,91% dan 7,89%. Sedangkan tingkat kelangsungan hidup ikan pada pemeliharaan ini sekitar 74,71%. Benih ikan Botia yang telah disortir dicatat ke dalam buku laporan sortir dan benih siap untuk ditebar ke dalam akuarium baru. Kegiatan lain pada saat grading adalah sampling pertumbuhan yang bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan larva baik itu dari segi panjang standar dan bobot dari larva yang dipelihara. Sampel larva Botia yang diukur sebanyak 30 ekor diambil secara acak.

Pemeliharaan Benih

Pemeliharaan benih lanjutan hingga ukuran benih siap jual. Keluaran berdasarkan aktivitas ini adalah didapatkan benih berukuran jual yaitu 4,2-5,0 cm menggunakan lama pemeliharaan lima-6 bulan. ??Wadah pemeliharaan

? Wadah yg dipakai berupa bak beton yg dikeramik dengan ukuran 3x1,5x0,8 m3 menggunakan sistem resirkulasi & dilengkapi aerasi. Air sesudah diputar selama 14 hari menggunakan merendamkan pakan pelet ke dalamnya yg berfungsi buat merangsang bakteri tumbuh pada bahan filter. Air tadi bisa digunakan apabila kadar NH3 & NO2 nir bisa terdeteksi menggunakan indera.

? Penebaran benih

? Benih yang ditebar terlebih dahulu diaklimatisasi menggunakan cara merendam baskom plastik yang berisi benih ke dalam bak tadi selama 10 mnt. Kemudian baskom plastik dimiringkan ke dalam air pemeliharaan secara perlahan dan benih dibiarkan keluar dengan sendirinya. Tiap bak mempunyai kapasitas tampung sebesar lima.000 ekor menggunakan berukuran dua inchi atau 5 centimeter.

?Pemberian Pakan

?Benih diberi pakan berupa bloodworm beku yang dilakukan tiga kali sehari yakni dalam pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 WIB. Pemberian pakan menggunakan bloodworm dilakukan secara ad satiation atau sekenyangnya. Sebelum diberikan, bloodworm beku direndam pada air bersih selama ? 10 mnt. Setelah mencair kemudian dicuci menggunakan air higienis berulangulang, ditiriskan baru diberikan ke benih ikan Botia. Sortase Benih Kegiatan penyortiran benih memiliki fungsi yang sama dan tahapan kerja yang sama pula menggunakan aktivitas penyortiran larva. Kegiatan penyortiran ini dilakukan karena ukuran ikan sudah tidak seragam. Pada ketika aktivitas penyortiran, dilakukan jua penghitungan taraf kelangsungan hidupnya. Sampai tahap pemeliharaan benih, tingkat kelangsungan hidupnya mencapai 65%.

Panen benih

Ikan yg sudah dipelihara selama 5-6 bulan homogen-homogen telah mencapai ukuran 4,dua-5,0 cm. Tingkat kelangsungan hidup ikan hingga panen lebih kurang 50%. Ikan yg akan dipanen terlebih dulu dipuasakan buat menghilangkan sisa metabolisme yang mengakibatkan amoniak dan karbondioksida meningkat. Pemanenan ikan menggunakan cara penyerokkan menggunakan seser yang ukuran akbar, lalu ikan dimasukkan ke pada baskom plastik buat dilakukan penyortiran. Sebelum ikan disortir, plastik packing terlebih dahulu disiapkan (biasanya rangkap 2). Ujung plastik bagian bawah diikat menggunakan karet yg bertujuan untuk menghilangkan sudut tewas & konvoi ikan menjadi lebih luas. Ke dalam plastik diisikan air sebanyak 2 liter, kemudian ikan yang sudah diserok lalu disortir berdasarkan ukuran yakni 4,2-5,0 centimeter dan dimasukkan ke kantong plastik serta diberi oksigen murni (rasio air : oksigen adalah 1:tiga). Yang perlu diperhatikan bahwa sebelum oksigen murni dimasukkan, udara bebas yg berada di pada plastik harus dimuntahkan. Jumlah ikan tiap kantong plastik sebesar 65 ekor dan diberi label jumlah ikan per kantong.

Pengelolaan Kualitas Air Pada Pemeliharaan Larva dan Benih

Pengelolaan kualitas air dilakukan menggunakan penyiponan yg dilakukan 2 kali sehari, yakni dalam pagi dan sore hari. Penggunaan selang sipon wajib diganti untuk setiap resirkulasi yg tidak sama. Hal ini bertujuan buat menghindari dan mencegah penyebaran penyakit bila resirkulasi yang satu terjangkit penyakit. Setelah melakukan penyiponan, diisi kembali menggunakan mengalirkan air tandon melalui kran sebesar lima ? 10% dari volume air akuarium. Air yang masuk ke dalam bak keramik harus terlebih dahulu disterilisasi menggunakan sinar UV. Selain itu, pengukuran suhu dilakukan setiap hari yakni pada pagi dan sore hari. Sedangkan pengukuran DO, pH, Amoniak & nitrat dilakukan satu minggu sekali yg biasanya dilakukan dalam hari Rabu.

Sebagaimana diketahui bahwa suhu di habitatnya berkisar 25-30?C, pH berkisar lima-8 , DO berkisar 6-9, NH3 berkisar 0-0,dua mg/L dan NO2 berkisar 0-0,1 mg/L.

Pencegahan & Pengobatan Penyakit ? Pencegahan Penyakit ? Dalam mengantisipasi datangnya penyakit pada pemeliharaan ikan hias Botia, BP2BIH Depok menerapkan system biosecurity yang diterapkan buat pekerja & peralatan yang dipakai. Pada area pintu masuk disediakan semacam bak kecil berisi air desinfektan buat sterilisasi kaki, lalu juga disediakan alkohol teknis buat sterilisasi tangan. Untuk peralatan yg digunakan, misalnya selang sipon, serok, baskom plastik & centong wajib disediakan pada masing-masing unit resirkulasi & sehabis digunakan wajib direndam kembali di larutan desinfektan. Untuk menjaga suhu nir fluktuatif, dalam pemeliharaan larva & benih digunakan indera pemanas ruangan. Perlakuan air menggunakan lampu UV pada masing-masing unit resirkulasi. Selain itu jua dilakukan penyiponan air setiap pagi & sore sebesar 1 % menurut volume air akuarium. ? Pengobatan Penyakit ?Jenis penyakit yang sering menyerang benih Botia adalah white spot yang berasal menurut parasit Ichtyopthirius multifilis. Parasit ini menyerang di bagian luar tubuh ikan seperti kulit & sirip dan ditandai dengan adanya bintik putih yang bisa dipandang secara kasat mata. Jika nir ditindaklanjuti menggunakan serius dapat mengakibatkan kematian. Sedangkan buat pengobatannya menggunakan perendaman menggunakan larutan Oksitetrasiklin 20 ppm & formalin 10 ppm selama 3 hari sekali. Selama pengobatan ikan nir diberika makan. Jumlah Kaji Terap di Beberapa Daerah Tahun 2012 : Pendederan larva hingga benih ikan hias Botia di Musi Banyuasin Sumatera Selatan & Kasongan Kalimantan Tengah Dalam kegiatan ini sudah dilakukan transfer teknologi pendederan larva sampai benih ikan hias Botia ke stakeholder di Musi Banyuasin & Kasongan. Data keberhasilan kegiatan pendederan ini bisa ditinjau dalam Tabel 3., & Tabel 4.

Dalam aktivitas ini sudah memperlihatkan hasil seperti :

A. Untuk Kasongan : Sudah dilakukan sampling induk & ada yang matang gonad 2 ekor (TKG II & TKG III) & 1 ekor (keluar sperma, tapi masih sedikit). Sudah dilakukan tagging induk, pembuatan resirkulasi inkubasi, resirkulasi pemberokan induk & pemugaran akuarium resirkulasi perawatan larva hingga benih.

B. Untuk Musibanyuasin : Sudah dilakukan sampling induk & ada yang matang gonad dua ekor (sudah keluar sperma dan yg lain masih kosong). Sudah dilakukan tagging induk, perbaikan tandon inkubasi, dan resirkulasi induk.

KEUNGGULAN TEKNOLOGI

? Botia adalah komoditas favorit untuk ekspor & sebagai komoditas penghela pada setiap ekspor ikan jenis lain berdasarkan Indonesia.

? Dapat dilakukan pemijahan sepanjang tahun tanpa dipengaruhi sang musim misalnya yg terjadi pada habitatnya aslinya.

? Menghasilkan produk berupa benih ikan Botia hasil budidaya, dimana kedepannya produk hasil budidayalah yg direkomendasikan buat memenuhi permintaan ekspor, seiring menurunnya jumlah output tangkapan dampak kerusakan habitatnya & adanya tangkapan yg berlebih. Hal ini diperkuat dengan munculnya Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 44/M-DAG/PER/7/2012 tentang Barang Dilarang Ekspor. Barang dibidang perikanan & kelautan yg dihentikan ekspor itu yaitu ; ex. 0301.11.10.00 : Benih ikan Botia hayati (Botia macracantha) ukuran panjang kurang dari 2,lima cm; dan ex. 0301.11.99.10 : Ikan Botia hayati (Botia macracantha) berukuran panjang pada atas 15 cm.

? Teknologi pembenihan ikan hias Botia (ChromoBotia macracanthus Bleeker) pada lingkungan terkontrol memiliki keunggulan yaitu dapat mengatur supplai & harga.

? Usaha pembenihan ikan Botia bisa dilakukan pada skala tempat tinggal tangga menggunakan jumlah benih yang dipelihara berdasarkan kemampuan pengelolanya, & dapat membuka lapangan pekerjaan & penghasilan.

WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN, DAERAH YANG DIREKOMENDASIKAN

Penelitian awal yang berupa upaya domestikasi sebagai akibatnya dihasilkan induk Botia yg terdomestikasi dengan kriteria yaitu; mampu hidup, tumbuh & bisa berkembang biak pada lingkungan budidaya sudah dilakukan antara tahun 2005 ? 2008 pada Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok menggunakan bekerja sama menggunakan Institut de Recherch? Pour le Developpement (IRD) Perancis. Penelitian dan pengembangan termin produksi massal; menggunakan aktivitas berupa : uji produksi benih skala massal, uji pemasaran benih hasil budidaya ke pasar internasional dan analisa ekonomi dalam siklus produksi sudah dilakukan antara tahun 2009-2011 pada Balai Penelitian & Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok dengan bekerja sama menggunakan Institut de Recherch? Pour le Developpement (IRD) Perancis. Penelitian & pengembangan tahap produksi massal lanjutan berupa pemugaran teknologi pembenihan ikan hias Botia agar lebih efisien dan aktivitas transfer teknologi buat penerapan teknologi di warga melalui kegiatan diseminasi telah dilakukan tahun 20122013 di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok; pada Dinas Perikanan Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan & di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kasongan Kalimantan Tengah.

Lokasi daerah yg direkomendasikan buat penerapan teknologi pembenihan ikan hias Botia dengan lingkungan terkontrol merupakan wilayah dari ikan

Botia misalnya Sumatera dan Kalimantan. Pemilihan lokasi pada daerah asal ikan Botia diperkirakan kondisi lingkungan pemeliharaan sudah sinkron buat ikan Botia. Selain itu buat aplikasi teknologi pendederan larva sampai benih pada sistem resirkulasi bisa dilakukan di aneka macam wilayah bahkan pada daerah yg kurang akan asal daya air sekalipun, mengingat teknologi resirkulasi memiliki kelebihan yaitu mampu ekonomis air.

KEMUNGKINAN DAMPAK NEGATIF

Sangat kecil kemungkinan efek negatif menurut pelaksanaan teknologi pembenihan ikan hias Botia pada lingkungan terkontrol, karena hampir seluruh bahan yang dipakai nisbi aman. Hanya saja buat penggunaan obat-obatan yg bersifat antibiotik misalnya oksitetrasiklin harus ada perbaikan manajemen dalam pembuangannya, dikarenakan bila dibuang begitu saja ke perairan sanggup membahayakan organisme yang terdapat.

KELAYAKAN FINANSIAL DAN ANALISA USAHA

Biaya Investasi

Biaya investasi adalah porto yg dimuntahkan dalam saat awal membuka usaha dan mempunyai umur teknis lebih berdasarkan 1 tahun. Total biaya investasi budidaya ikan Botia berdasarkan analisa bisnis yang telah diperhitungkan sebesar Rp.1.561.963.000,-. Rincian biaya investasi dari pembenihan ikan Botia bisa dipandang pada tabel berikut. Total Biaya A Pengadaan induk lima.400.000 B Tanah & Pembangunan gedung 1.160.850.000 C Tandon air 6.000.000 D Sarana dan prasarana produksi artemia 9.575.000 E Sarana & prasarana pemeliharaan induk F Sarana & prasarana reproduksi. Inkubasi. Larva G Sarana dan prasarana pemeliharaan larva 65.100.000 39.350.000 100.500.000 H Sarana & prasarana pemeliharaan benih I Sarana dan prasarana listrik 100.438.000 16.250.000 J Sarana dan prasarana keamanan K Sarana dan prasarana laboratorium 40.000.000 14.500.000 L Sarana dan prasarana transportasi 2.000.000 M Sarana & prasarana kantor 2.000.000 Total 1.561.963.000 Biaya Penyusutan Biaya penyusutan adalah alokasi berdasarkan biaya investasi setiap tahun berdasarkan umur teknis. Total porto penyusutan budidaya ikan Botia yaitu sebanyak Rp. 114.320.010. Rincian biaya penyusutan menurut budidaya ikan Botia bisa dicermati pada tabel berikut. A Pengadaan induk B Tanah dan Pembangunan gedung C Tandon air D Sarana & prasarana produksi artemia E Sarana dan prasarana pemeliharaan induk F Sarana & prasarana reproduksi. Inkubasi. Larva G Sarana & prasarana pemeliharaan larva H Sarana dan prasarana pemeliharaan benih I Sarana & prasarana listrik J Sarana dan prasarana keamanan K Sarana dan prasarana laboratorium L Sarana dan prasarana transportasi M Sarana dan prasarana kantor Total 900.000 61.017.500 433.333 782.500 8.433.333 3.935.000 14.562.000 9.283.962 3.250.000 4.000.000 1.600.000 350.000 200.000 114.320.010 Biaya Variabel Biaya variabel merupakan porto yg dimuntahkan bila hanya terdapat kegiatan produksi. Rincian biaya variabel dapat dicermati dalam tabel berikut. 1 Konsumsi pemijahan 1.220.000 2 Pakan larva 25.450.000 tiga Pakan benih 31.679.567 4 Transportasi 1.100.000 5 Tenaga untuk ruang inkubasi 6.689.837 6 Tenaga buat gedung pemeliharaan larva dan benih 14.348.837 Total Biaya Tetap 96.153.605 Diketahui data per siklus (6 bulan) sebagai berikut : Keterangan Persentase Jumlah per siklus Jumlah telur 242.647 Fertilization rate (FR) 85% 206.250 Hachip Rate (HR) 80% 165.000 Survival Rate (sampai berukuran jual ) 35% 57.800 apabila satu siklus dibutuhkan saat 6 bulan, maka pada satu tahun bisa dilakukan dua daur. Benih output produksi sanggup dijual ke pasar lokal dan pasar ekspor. PASAR LOKAL Produksi benih 1 tahun = 57.800 ekor x 2 daur = 115.600 ekor Harga jual = Rp. 3.500 Penerimaan = Jumlah panen x Harga jual = 115.600 ekor x Rp. Tiga.500 = Rp. 404.600.000,Keuntungan Keuntungan yg diperoleh dari satu daur produksi (1 tahun) pembenihan ikan Botia bisa dihitung dengan perhitungan sebagai berikut: Keuntungan = Penerimaan ? ( Biaya permanen Biaya variabel ) = Rp. 404.600.000 ? (Rp. 210.473.615 Rp. 96.153.605) = Rp. 97.972.780,- Keuntungan yg diperoleh menurut satu tahun produksi pembenihan merupakan Rp. 97.972.780,Revenue Cost Ratio R/C adalah indera analisis buat melihat laba relatif suatu bisnis pada satu tahun terhadap biaya yg dipakai pada kegiatan produksi. R/C ratio = Penerimaan Biaya permanen Biaya variabel = Rp.404.600.000,- Rp.210.473.615 Rp.96.153.605 = 1,3 Efisiensi bisnis (R/C Ratio) pembenihan Botia adalah biaya yg dimuntahkan Rp. 1 akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 0,3. Break Even Point (BEP) BEP dipakai buat mengetahui batas nilai volum produksi suatu usaha mencapai titik impas (tidak untung, nir rugi). BEP(Rp) ? BiayaTetap 1? BiayaVaria bel Penerimaan BEP(Rp) ? Rp.210.473.615 1? Rp.96.153.605 Rp.404.600.000 = Rp. 276.067.176,- BEP(ekor) BiayaTetap ? Harga ? BiayaVariabel Jumlahproduksi BEP(ekor) ? Rp.210.473.615 3.500? Rp.96.153.605 115.600 = 78.882 ekor Berdasarkan nilai diatas usaha pembenihan Botia akan mengalami titik impas apabila nilai penjualan sudah mencapai Rp. 276.067.176,- & ketika penjualan sebesar 78.882 ekor. Pay Back Periode (PP) Digunakan untuk mengetahui ketika tingkat pengembalian investasi yg telah ditanam pada suatu bisnis. Investasi awal PP = x 1 thn Keuntungan PP = 1.561.963. X 1 thn PP = 15,94 tahun Maka ketika pengembalian kapital bisnis pembenihan Botia merupakan selama 15,94 tahun. Harga Pokok Penjualan (HPP) Harga utama penjualan merupakan dasar dalam memilih harga jual benih. Harga pokok penjualan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : HPP = Total biaya produksi : Kapasitas produksi HPP = Rp. 306.627.220 : 115.600 ekor HPP = PASAR EKSPOR Rp. Dua.652,- SR benih 1 tahun = 57.800 ekor x 2 siklus = 115.600 ekor Harga jual = Rp. 8.000 Penerimaan = Jumlah panen x Harga jual = 115.600 ekor x Rp. 8.000 = Rp. 924.800.000 Keuntungan Keuntungan yg diperoleh dari dua siklus produksi (1 tahun) pembenihan ikan Botia dapat dihitung menggunakan perhitungan menjadi berikut: Keuntungan = Penerimaan ? ( Biaya permanen Biaya variabel ) = Rp. 924.800.000 ? (Rp. 210.473.615 Rp. 96.153.605) = Rp. 618.172.780 Keuntungan yang diperoleh dari satu tahun produksi pembenihan merupakan Rp. 618.172.780,- Revenue Cost Ratio R/C adalah indera analisis buat melihat laba relatif suatu bisnis dalam satu tahun terhadap biaya yg digunakan pada aktivitas produksi. R/C ratio = Penerimaan Biaya permanen Biaya variabel = Rp.924.800.000,- Rp.210.473.615 Rp.96.153.605 = tiga,01 Efisiensi bisnis (R/C Ratio) pembenihan Botia merupakan porto yg dikeluarkan Rp. 1 akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 2,01. Break Even Point (BEP) BEP dipakai buat mengetahui batas nilai volum produksi suatu usaha mencapai tittik impas (tidak untung, nir rugi). BEP(Rp) ? BiayaTetap 1? BiayaVaria bel Penerimaan BEP(Rp) ? Rp.210.473.615 1? Rp.96.153.605 Rp.924.800.000 = Rp. 234.877.374,- BEP(ekor) BiayaTetap ? Harga ? BiayaVariabel Jumlahproduksi BEP(ekor) ? Rp.210.473.615 8.000? Rp.96.153.605 115.600 = 29.363 ekor Berdasarkan nilai diatas bisnis pembenihan Botia akan mengalami titik impas pada apabila nilai penjualan telah mencapai Rp. 234.877.374,- dan waktu penjualan sebesar 29.362 ekor. Pay Back Periode (PP) Digunakan untuk mengetahui ketika tingkat pengembalian investasi yg telah ditanam dalam suatu bisnis.

Investasi awal

PP = x 1 thn

Keuntungan

PP = 1.561.963. X 1 thn PP = 2,52 tahun Maka ketika pengembalian kapital bisnis pembenihan Botia merupakan selama dua,52 tahun. Harga Pokok Penjualan (HPP) Harga utama penjualan adalah dasar dalam menentukan harga jual benih. Harga pokok penjualan dapat dihitung dengan menggunakan rumus menjadi berikut : HPP = Total biaya produksi : Kapasitas produksi HPP = Rp. 302.692.220 : 115.600 ekor HPP = Rp. 2.618,44

TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI

Hampir semua bahan dalam penerapan teknologi pembenihan ikan hias Botia pada lingkungan terkontrol adalah produk pada negeri, kecuali untuk hormon (HCG dan Ovaprim) masih impor.

Sumber:

Priyadi A., Permana A., Ginanjar R., Satyani D., 2013. Teknologi Pembenihan Ikan Hias Botia (Chromobotia macracanthus bleeker) di Lingkungan Terkontrol. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2013. Badan Penelitian & Pengembangan Kelautan & Perikanan ? Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Checking your browser before accessing

This process is automatic. Your browser will redirect to your requested content shortly.

Please allow up to 5 seconds…

DDoS protection by Cloudflare
Ray ID: