Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

White syndrome disease dikenal jua dengan nama white spot disease (WSD) merupakan penyakit menular dampak virus yg menyerang udang jenis Penaeid. Penyakit lain yang jua tak jarang ditemukan pada udang adalah penyakit yang ditimbulkan oleh adanya infeksi hepatopancreatic parvovirus (HPV) & monodon baculovirus (MBV). Berkenaan menggunakan infeksi virus WSSV, beberapa jenis udang Penaeid yg dibudidayakan dapat sebagai inang bagi WSSV, yaitu P. Monodon, Marsupenaeus, L. Vannamei, dan Fenneropenaeus. Beberapa jenis crustacea lainnya misalnya rajungan (Portunus spp), lobster (Panulirus spp & Cherax spp), kepiting (Scylla spp), serta udang air tawar (Macrobrachium spp) juga dapat terinfeksi WSSV.

Penyakit ini disebabkan sang white spot syndrome virus (WSSV), yaitu suatu jenis virus yang mempunyai envelope, berbentuk batang (rod) yang mengandung double-stranded DNA genom. Virus WSSV dikelompokkan ke pada anggota Keluarga Nimaviridae. Virus ini menginfeksi aneka macam jenis

crustacean, khususnya udang. Udang yang terkena penyakit ini mempunyai tanda-tanda klinis, yaitu keluarnya bintik-bintik putih berdiameter 0.Lima-dua.0 mm, perubahan rona menjadi kemerahan, dan divestasi kutikula udang. Luka tak jarang dijadikan tanda kerusakan sistemik jaringan ektodermal & mesodermal, termasuk jaringan haemopoietic, insang, epitelium subkutikula, epidermis kutikula perut, dan organ lymphoid. Indikasi terinfeksinya jaringan ditunjukkan sang adanya titik nekrosis yang beredar dan sel-sel yang terdegenerasi diitandai menggunakan adanya inti-inti yg mengalami hiperthrophy (mengembang) menggunakan kromatin yg terpinggirkan, inklusi intranuklear eosinofil hingga basofil, dan enkapsulasi hemosit berdasarkan sel nekrosis terlihat menjadi massa berwarna coklat pada dalam perut. Bentuk infeksi & morfologi WSSV dapat dicermati pada Gambar 25.

Bentuk infeksi & morfologi wssv

Penyebab : White Spot Baculovirus Complex

Bio ? Ekologi Patogen :

  1. Memiliki kisaran inang yang luas yaitu golongan udang penaeid (Penaeus monodon, P. japonicus, P. chinensis, P. indicus, Litopenaeus vannamei, dll.) serta beberapa krustase air.
  2. Sangat virulen dan menyebabkan kematian hingga 100% dalam beberapa hari. Individu yang bertahan hidup pada saat terjadi kasus tetap berpotensi sebagai carrier.

Penularan umumnya terjadi melalui kanibalisme terhadap udang yg sakit dan mangkat , atau langsung melalui air. Beberapa jenis krustase pula diketahui sangat potensial menjadi pembawa (carriers).

  1. Burung dapat menularkan WSSV dari satu petak tambak ke petak lainnya melalui bangkai udang yang lepas dari gigitannya.
  2. WSSV mampu bertahan dan tetap infektif di luar inang (di dalam air) selama 4-7 hari.

Gejala Klinis :

  1. Infeksi akut akan mengakibatkan penurunan konsumsi pakan secara drastic
  2. Lemah, berenang ke permukaan air, tidak tidak terarah atau mengarah ke pematang tambak
  3. Tampak bercak putih di karapas dan rostrum, tidak selalu tampak pada fase acute tetapi akan tampak pada fase subacute dan kronis
  4. Udang yang sekarat umumnya berwarna merah kecoklatan atau pink
  5. Populasi udang dengan gejala-gejala tersebut umumnya akan mengalami laju kematian yang tinggi hingga 100% dalam tempo 3-10 hari.

Diagnosa :

Polymerase Chain Raection (PCR)

Udang windu yang terinfeksi white spot syndrome virus (WSSV),

tampak adanya bercak putih di semua tubuhnya

Karapas udang vannamei yang terinfeksi white spot syndrome virus

(WSSV), penuh dengan bercak putih

Pengendalian :

  1. Belum ada teknik pengobatan yang efektif, oleh karena itu penerapan biosecurity total selama proses produksi (a.l penggunaan benur bebas WSSV, pemberian pakan yang tepat jumlah dan mutu, stabilitas kuialitas lingkungan) sangat dianjurkan.
  2. Menjaga kualitas lingkungan budidaya agar tidak menimbulkan stress bagi udang (misalnya aplikasi mikroba esensial: probiotik, bacterial flock, dll.).
  3. Desinfeksi suplai air dan pencucian dan/atau desinfeksi telur dan nauplius juga dapat mencegah transmisi vertikal
  4. Pemberian unsur imunostimulan (misalnya suplementasi vitamin C pada pakan) selama proses pemeliharaan udang.
  5. Teknik polikultur udang dengan spesies ikan (mis: tilapia) dapat dilakukan untuk membatasi tingkat patogenitas virus WSSV dalam tambak, karena ikan akan memakan udang terinfeksi sebelum terjadi kanibalisme oleh udang lainnya.

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

Checking your browser before accessing

This process is automatic. Your browser will redirect to your requested content shortly.

Please allow up to 5 seconds…

DDoS protection by Cloudflare
Ray ID: