Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Protozoa ini merupakan penyebab penyakit zoothamniumiosis. Protozoa ini biasanya menyerang ikan kakap putih (Lates calcalifer dan Psammoperca waigiensis) di tambak atau keramba. Selain itu, Zoothamnium sp juga ditemukan menyerang udang windu. Gejala klinis serangan seperti pada umumnya, yaitu nafsu makan berkurang dan ikan kelihatan lesu, terdapat bintik-bintik seperti lumut di permukaan tubuh, dan produksi mucus yang berlebih. Bentuk infeksi dan morfologi Zoothamnium sp disajikan pada Gambar berikut.

Bentuk infeksi dan morfolozi Zoothamnium sp

Bio ? Ekologi Patogen :

  1. Umumnya disebabkan oleh mikroorganisme dari kelompok Protozoa, meskipun sering pula berasosiasi dengan algae seperti Nitzschia spp., Amphiprora spp., Navicula spp., Enteromorpha spp., dll.
  2. Kompleks infeksi mikroorganisme tersebut akan mengganggu pergerakan udang terutama larva, kesulitan makan, berenang, serta proses molting karena organ insang dan/atau seluruh tubuh dipenuhi organisme penempel.
  3. Faktor pemicu terjadinya ledakan penyakit antara lain, kepadatan tinggi, malnutrisi, kadar bahan organik yang tinggi, dan fluktuasi parameter kualitas air terutama suhu

Gejala Klinis :

  1. Berenang ke permukaan air dan tubuhnya berwarna buram/kotor
  2. Insang yang terinfeksi berwarna kemerahan atau kecoklatan
  3. Lemah, kesulitan bernafas dan nafsu makan menurun, akhirnya mati
  4. Proses ganti kulit (moulting) terhambat, dan timbul peradangan pada kulit

Diagnosa :

  1. Pengamatan secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis yang timbul
  2. Pengamatan secara mikroskopis untuk melihat morfologi organisme penempel melalui pembuatan preparat ulas dari organ kulit/mukus, sirip dan/atau insang.

Pengendalian:

  1. Desinfeksi wadah/petak pemeliharaan dan sumber air yang bebas mikroorganisme penempel)
  2. Memperbaiki kualitas air secara keseluruhan, terutama mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan frekuensi penggantian air baru
  3. Pemberian unsur immunostimulan (misalnya penambahan vitamin C pada pakan) secara rutin selama pemeliharaan
  4. Merangsang proses ganti kulit melalui memanipulasi parameter kualitas air yang yang merupakan faktor determinan
  5. Ikan yang terserang “fouling disease” dengan tingkat prevalensi dan intensitas yang rendah, pengobatan dapat dilakukan dengan beberapa jenis desinfektan, antara lain: Perendaman dalam larutan formalin pada dosis 25-50 ppm selama 24 jam atau lebih

Sumber : Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB

Semoga Bermanfaat...

Checking your browser before accessing

This process is automatic. Your browser will redirect to your requested content shortly.

Please allow up to 5 seconds…

DDoS protection by Cloudflare
Ray ID: