Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Berkembangnya pangsa kepiting bakau (Scylla serrata) baik pada pada juga di luar negeri merupakan suatu tantangan untuk meningkatkan produksi secara berkesinambungan. Dengan mengandalkan produksi semata menurut alam/tangkapan, jelas tidak sepenuhnya bisa dibutuhkan transedental produksinya. Untuk itu perlu adanya usaha budidaya bagi jenis crustacea yg mempunyai nilai hemat tinggi.

Di sisi lain produksi kepiting selama ini secara holistik masih mengandalkan dari penangkapan di alam, yang transedental prodsuksinya nir dapat dipertahankan. Oleh karena itu sudah saatnya dilakukan usaha yang lebih rasional yaitu melalui sistem budidayanya.

Klasifikasi Kepiting Bakau

Penggolongan kepiting bakau secara lengkap berdasarkan ilmu taksonomi fauna (system pengelompokan fauna berdasarkan bentuk tubuh & sifat-sifatnya) bisa dipaparkan menjadi berkut :

Phyllum : Arthopoda

Class : Crustacea

Ordo : Decapoda

Familia : Portunidae

Genus : Scylla

Species : Scylla serrata

Morfologi Kepiting Bakau

Ukuran kepiting yg terdapat di alam bervariasi tergantung daerah & isu terkini. Misalnya diperairan bakau Ujung Alang, masih ada kepiting bakau menggunakan kisaran panjang karapas (kerangka luar) 18,80 mm-142,40 mm. Sedangkan diperairan bakau Segara Anakan didapatkan kepiting bakau dengan kisaran panjang karapas 19,20 mm-116,70 mm.

Berdasarkan lebar karapasnya, taraf perkembangan kepiting bisa di bagi menjadi 3 grup :

? Kepiting juwana, lebar karapas 20 mm-80 mm

? Kepiting menjelang dewasa, lebar karapas 70 mm-150 m

m ? Kepiting dewasa, lebar karapas 150 mm-200 mm

Tingkah Laku & Kebiasaan Kepiting Bakau

Secara generik tingkah laris dan kebiasaan kepiting bakau yg dapat diamati merupakan sebagai berikut :

? Suka berendam dalam lumpur acapkali berada didasar (bentic) dan menciptakan lubang dalam dinding atau pematang tambak pemeliharaan. Dengan mengetahui norma ini, maka kita dapat merencanakan atau mendesain tempat pemeliharaan sedekimian rupa supaya kemungkinan lolosnya kepiting yang dipelihara sekecil mungkin merugikan usaha penanganan hidup dan budidayanya. Karena sifatnya yang saling menyerang ini akan mengakibatkan kelulusan hayati rendah & menurunkan produktifitas tambak. Sifat kanibalisme yang paling mayoritas terdapat pada kepiting jantan, oleh karena itu budidaya monokultur pada produksi kepiting akan memberikan kelangsungan hayati lebih baik.

? Moulting atau berganti kulit. Sebagaiman jenis crustacea, maka kepiting jua memiliki sifat misalnya crustacean yg lain, yaitu moulting atau berganti kulit. Setiap berganti kulit kepitig akan mengalami pertumbuhan besar karapas maupun beratnya. Umumnya pergantian kulit akan terjadi sekitar 18 kali mulai menurut stadia awal sampai dewasa. Selama proses ganti kulit, kepiting memerlukan tenaga dan gerakan yang cukup kuat, maka bagi kepiting dewasa yang mengalami perlu loka yg relatif luas.

? Pertumbuhan akan terlihat lebih pesat dalam saat masih belia, hal ini berkaitan menggunakan frekuensi pergantian kulit pada waktu stadia awal tadi.Periode dan tipe ganti kulit penting merupakan pada melakukan pola usaha budidaya yang terkait dengan desain & kontruksi wadah, tipe budidaya dan pengelolaannya.

? Kepekaan terhadap polutan. Kualitas air sangat berpengaruh terhadap ketahanan hidup kepiting. Penurunan mutu air dapat terjadi lantaran kelebihan sisa pakan yg membusuk, bahan pencemar, dan adanya bahan-bahan logam berat, dll. Bila kondisi kepiting lemah, contohnya nir cepat menaruh reaksi jika dipegang & perutnya kosong jika dibelah, kemungkinan ini dampak berdasarkan menurunya mutu air. Untuk menghindari akibat yg lebih jelek lagi, selekasnya pindahkan kepiting ke tempat pemeliharaan lain yg syarat airnya masih segar.

Daerah Penyebaran

Daerah penyebaran kepiting bakau sangat luas, dari barat daya samudra fasifik hingga samudera hindia. Sebagai mana dijelaskan diatas bahwa negara yg terkenal menjadi pembudidaya kepiting bakau adalah Malaysia, Taiwan, Hawai , Australia & Filipina.

Lokasi Budidaya

Pemilihan lokasi adalah keliru satu unsur krusial pada usaha budidaya kepiting bakau. Lokasi yg sesuai adalah keliru satu penenentu keberhasilan bisnis budidaya kepiting. Hal ini tidak hanya memeberikan produksi yg aporisma, tetapi pula menaruh kemudahan pada pengelolaannya.

Fakrtor utama yg perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi budidaya kepiting yaitu tersedianya asal air baik kondisi juga jumlahnya, tipe & struktur tanah yg baik, tersedianya pakan yg cukup, dekat dengan sarana dan prasarana produksi, pasar yang baik, dan tersedianya energi lapang yang terampil.

Tambak pemeliharaan kepiting diusahakan mempunyai kedalaman 0,8-1,0 meter. Sumber air yang cocok adalah air payau atau air asin, karena kepiting merupakan penghuni wilayah pantai. Kadar garam yang bisa menaruh produksi tinggi yaitu berkisar antara 15-30 promil. Kisaran salinitas yang rentannya (15 point) memudahkan bagi petani pada menemukan wilayah yg sinkron.

Tanah yang cocok untuk budidaya kepiting adalah tanah yg mempunyai fungsi terutama buat pelawan air, lantaran fungsi ini berhubungan dengan fungsi tanah dasar dan tanah pematang tambak. Tanah yg baik buat penahan air merupakan tanah berlumpur menggunakan tekstur liat berpasir (sandy clay) atau lempung berliat (silty loam). Selain menjadi pelawan air tanah tambak jua berfungsi menjadi tempat hidup dan asal unsur hara bagi poly organisme yg sebagai asal pakan bagi kepiting.

Disain dan Kontruksi Tambak

Apabila perlakuan terhadap kepiting selama masa pemeliharaan kurang baik, seperti mutu air kurang diperhatikan, makanan tidak mencukupi maka pada ketika kepiting tadi mencapai kondisi biologis matang telur akan berusaha meloloskan diri, dengan jalan memanjat dinding/pagar atau menggunakan cara membuat lubang dalam pematang. Untuk menggindari hal tersebut, maka konstruksi pematang dan pintun air pelu diperhatikan secermat mungkin. Pada pematang dapat dipasang pagar kere bambu atau berdasarkan waring, hal ini mengurangi kemungkinan lolosnya kepiting.

Pemasangan pagar kere bambu atau waring pematang yang kokoh (lebar dua-4 meter) dilakukan diatas pematang bagian pinggir dengan ketinggian lebih kurang 60 centimeter.

Pada tambak yg pematang nir kokoh, pemasangan pagar dilakukan pada kaki dasar pematang menggunakan tinggi menimal 1 meter.

Penebaran Benih Kepiting Bakau

Pada lokasi penghasil kepiting tangkapan berdasarkan alam, pada ekspresi dominan benih untuk budidaya tradisisonalpetani hanya mengandalakn benih kepiting yang masuk secara alami dalam saat pasang surut air. Setelah beberapan bulan mulai dilakukan panen selektif dengan memungut kepiting yg siap jual.

Pada budidaya polikultur dengan ikan bandeng, ukuran benih kepiting dengan berat 20-50 gram bisa ditebar menggunakan kepadatan 1000-2000 e kor/Ha, & ikan bandeng gelondongan yg berukuran berat dua-lima gr ditebar dengan kepadatan 2000-3000 ekor/Ha. Pada budidaya system monokultur benih kepiting dengan ukuran misalnya tersebut diatas ditebar dengan kepadatan 5000-15000 ekor/Ha.

Metode yang dipakai buat tujuan produksi kepiting bertelur ada 2 macam yakni : menggunakan sistem kurungan & sistem karamba apung.

A. Sistem Kurungan

Kurungan bisa dibuat dari bahan bambu yang dibuat menjadi rangkaian. Lebar bilah bambu 1-2 cm menggunakan panjang 1,7 meter. Bilah-bilah bambu dirangkai secara teratur sehingga membangun kere atau semacam pagar. Kere ini kemudian dipasang pada saluran tambak memanjang pada bagian pinggirnya, bila dipasang pada tambak supaya ditempatkan paada bagian yg relatip pada & mendapat pergantian air yang relatif.

Kere atau pagar bambu ditancapkan sedalam 30 meter menggunakan bagian bawah dibuat lebih kedap yg bertjuan agar kepiting tidak lolos. Untuk penempatan kurungan dalam saluran tambak ukurannya disesuaiakan menggunakan lebar saluran tadi agar nir menggangu kelancaran aliran saluran tambak ytersebut. Untuk skala yang lebih akbar dapat memakai petakan tambak dengan luasan antara 0,25-0,50 Ha dengan pagar keliling darin kere bambu ataupun waring.

B. Keramba apung

Selain menggunakan kerungan, untuk budidaya kepiting betelur dapat jua memakai keramba apung. Karamba apung dibentuk dari rangkain bilah bamboo seperti dalam pembuatan kere,kemudian kere yg telah jadi dirangkai sebagai kotak yg ukurannya diubahsuaikan menggunakan lokasi dimana karamba apung akan ditempatkan.

Selanjutnya dalam sisi panjang yang antagonis dipasang pelampung yg dibuat berdasarkan potongan bambu yg masih utuh atau menurut bahan lainnya. Penempatan karamba apung ini pada temapt bergantian airnya, misalnya pada saluran, tepi sungai dan loka lainnya yang memenuhi kondisi diatas.

Proses produksi kepiting bertelur paling lama berlangsung kurang lebih 5-14 hari atau tergantung berukuran awal penebaran. Singkatnya masa pemeliharaan ini jua dimungkinkan karena kepiting betina yang ditebar menggunakan berat kurang lebih 150 gram umumnya telah mengandung telur.

Pakan

Pakan yg baik merupakan pakan yang sesuai menggunakan perkembangan kepiting. Masing-masing tahp perkembangan (stadia) kepiting, memerlukan jenis pakan yang tidak sama. Untuk lebih mudahnya dalam penyediaan pakan kepiting dibagi sebagai 2 tahap perkembangan hayati. Pertama larva misalnya benih, ke 2 benih sampai berukuran konsumsi/induk

Pada stadium larva kepiting cenderung menjadi pamakan plankton. Semakin besar ukurannya, kepiting manjadi omnivora atau pemakan segala. Sesuai dengan kebiasaan makannya di alam, jenis pakan yang disukai antara lain chlorella, ikan kecil ataupun anak ikan & udang-udangan misalnya rotifera (Brachianus plicatilis) dan artemia.

Berbagai jenis pakan seperti : ikan rucah, usus ayam, kulit sapi, kulit kambing, bekicot, keong sawah, dan lain-lain. Dari jenis pakan tadi, ikan rucah segar lebih baik dilihat dari fisik juga kimiawi & peluang buat segera dimakan lebih cepat karena begitu ditebar akan tenggelam. Hal ini berkaitan erat menggunakan kebiasaan kepiting yang biasa makan didasar.

Pemberian pakan pada bisnis pembesaran hanya bersipat suplemen dengan dosis lebih kurang lima %. Lain halnya dalam usaha kepiting bertelur & bisnis penggemukan, anugerah pakan harus diperhatikan menggunakan dosis antara lima-10 % berdasarkan berat kepiting yang dipelihara. Kemauan makan kepiting muda lebih besar , lantaran dalam periode ini diharapkan sejumlah kuliner yang relatif poly buat pertumbuhan dan proses ganti kulit.

Pakan protesis atau pakan yg diramu sendiri juga sanggup digunakan untuk pembesaraan kepiting. Kelebihan pakan protesis dibanding pakan segar, yakni dapat dibentuk & dipakai setiap waktu sehingga ketersediaannya lebih terjamin. Selain itu kandungan gizinya bisa diatur sendiri & biayanya sanggup disesuaikan menggunakan keadaan modal.

Pemanenan

Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa pemanenan kepiting bisa dilakukan secara selektif, dimana pemanenan ini dilakukan menggunakan jalan memilih kepiting yg ukurannya sudah mencapai berukuran konsumsi. Selain itu pemanenan jug dapat dilakukan dengan jalan pemanenan sekaligus yaitu kepiting dipanen secara sekaligus (dilakukan pengeringan air tambak/wadah budidaya) kepiting.

PENYAKIT KEPITING BAKAU

Penyakit yang seringkali menyerang kepiting bakau selama ini diketahui bahwa denagn kematian yg tinggi terjadi pada stadium yang ebrbedfa terutama dalam taraf-taraf zoea awal, akhir, & megalopa, keliru satu factor penyebabnya adalah fungi.

Adapun timbulnya jamur tadi akibat kondisi lingkungan media pemeliharaan yang tidak stabil, contohnya temperatur naik cuup tinggi dalam siang hari dan turun dastis pada malam hari dan kadar oksigen terlarut yg rendah sebagai akibatnya menyebabkan kepiting tersebut sebagai stress dan memudahkan patogen buat menyerang.

DAFTAR PUSTAKA

Amri, K. 2003 ?Budidaya Udang Windu Secara Intensif (Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis)?, Agromedia Pustaka. Jakarta

Dahuri. 2002 ?Koran Waspada Februari 2004?.

Nur, Syaripah. 2004 ?Progam Pengembangan Udang Windu di Kabupaten Lampung Timur?, STPP Bogor

Ichsan M. Dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Kepiting Bakau Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Checking your browser before accessing

This process is automatic. Your browser will redirect to your requested content shortly.

Please allow up to 5 seconds…

DDoS protection by Cloudflare
Ray ID: