Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Namun dengan perkembangan zaman sekarang ini ikan Koi berkembang dengan pesat, karena sebagian besar petani ikan dan jua para hobiis yang ada di Indonesia sudah benyak yang membudidayakan. Hal ini dikarenakan budidaya ikan Koi gampang dilakukan dan memiliki harga jual yang tinggi.

Meski sekarang koi sudah terkenal, tapi nir seluruh hobiis paham akan ikan cantik ini sebab nir sporadis mereka terkecoh menggunakan ikan mas lauk yang berwarna. Memang repot, karena antara ikan mas lauk menggunakan ikan Koi ke 2-duanya berdasarkan spesies Cyprinus carpio. Dan mungkin tidak mampu terlalu disalahkan benar apabila para hobiis (terutama pemula) menduga bahwa koi adalah ikan mas lauk yg berwarna.

Klasifikasi

Ikan Koi (Cyprinus carpio) masih tergolong satu species dengan ikan mas konsumsi, karena mempunyai sistematika yang sama yaitu :

Ordo : Ostariophysi

Sub Ordo : Cyprinoidae

Famili : Cyprinidae

Sub Famili : Cyprinidae

Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus carpio

Morfologi

Badan koi berbentuk misalnya torpedo menggunakan perangkat gerak berupa sirip. Sirip-sirip yang melengkapi bentuk morfologi koi adalah sebuah sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, subuah sirip anus, & sebuah sirip ekor.

Sirip dada dan sirip ekor hanya memiliki jari-jari lunak. Sirip punggung mempunyai tiga jari-jari keras & 20 jari-jari lunak. Sirip perut hanya terdiri menurut jari-jari lunak, sebanyak 9 butir. Sirip anus memiliki 3 jari-jari keras dan lima jari-jari lunak.

Pada sisi badannya, berdasarkan pertengahan ketua hingga batang ekor terdapat gurat sisi (linea lateralis) yg bermanfaat buat merasakan getaran suara. Garis ini terbentuk menurut urat-urat yang berada di sebelah pada sisik yg membayang hingga ke sebelah luar.

Fisiologi

Koi adalah fauna yg hidup pada daerah yang beriklim sedang dan hayati dalam perairan tawar. Mereka bisa hidup pada temperatur 8o C sampai 30o C. Oleh karena itu koi dapat dipelihara di semua daerah Indonesia, mulai berdasarkan pantai sampai daerah pegunungan. Koi nir tahan mengalami goncangan suhu drastis. Penurunan suhu sampai 5o C dalam tempo singkat sudah sanggup menciptakan ikan ini kelabakan. Jika tubuhnya diselimuti lapisan putih sampai 7o C, umumnya koi akan beristirahat di dasar kolam, statis. Kadang-kadang koi bisa bertahan hidup dalam suhu 2o ? 3o C, akan tetapi kebekuan air umumnya akan mengakibatkan kematian, kecuali pada kolam dipasang indera aliran buat mencegah terjadinya kebekuan. Koi asli adalah ikan air tawar, tapi masih bertahan hidup pada air yg agak asin kurang lebih 10 permil (10o/oo) kandungan garam pada air masih mampu buat hidup koi.

Pemilihan Induk

Ciri-ciri induk yang baik dan layak buat dipijahkan merupakan sebagai berikut :

- Induk matang kelamin.

- Tidak cacat (sehat, berenang normal).

- Umur minimal 2 tahun pada jantan & tiga tahun pada betina.

- Sisik tersusun rapi.

- Kepala relatif lebih mini berdasarkan badan.

- Gerakan harus tangkas dan gesit, lincah terutama pada induk jantan.

Pemijahan

Induk dimasukkan ke pada kolam pemijahan kurang lebih pukul 1600 dan akan mulai memijah tengah malam. Induk betina akan berenang mengelilingi kolam dan diikuti induk jantan pada belakangnya. Makin usang gerakan mereka makin seru. Induk jantan menempelkan badannya ketika mengikuti induk betina. Pada puncaknya induk betina akan mengeluarkan telurnya dengan sekali meloncat ke udara. Aktivitas betina ini segera diikuti sang induk jantan dengan mengeluarkan cairan sperma.

Telur-telur yg terkena sperma akan melekat dalam kakaban atau bahan penempel telur lainnya dan susah tanggal. Juga ada sebagian telur yang jatuh ke dasar kolam. Proses perkawinan terselesaikan pada pagi hari, dan induk segera dipisah dengan telurnya karena apabila terlambat telur sanggup dimakan habis sang induknya.

Penetasan Telur

Agar menetas dengan baik, telur harus selalu terendam & suhu air permanen konstan. Apabila suhu air terlalu dingin, penetasan akan berlangsung usang, sedangkan jika suhu air terlalu tinggi, telur mampu mangkat & membusuk.

Agar telur bisa terendam seluruh, rangkaian kakaban harus ?Ditenggelamkan? Ke pada kolam. Untuk itu mampu memakai jasa gedebog pisang. Potong tiga buah gedebog pisang sepanjang 40 centimeter, lalu diletakkan pada atas kakaban dengan ruas bambu menjadi alasnya. Agar sanggup stabil, gedebog pisang diratakan salah satu sisinya.

Dalam tempo 2 ? Tiga hari telur telah mulai menetas. Setelah menetas kakban diangkat & dipindahkan ke loka lain. Benih koi yg berumur 1 minggu masih sangat lembut. Umumnya orang menetaskan telur koi dalam happa yaitu kantong yang bermata lembut yg mampu buat menampung benih. Di happa, benih koi lebih gampang dikumpulkan dan nir hanyut dibawa sang genre air. Koi yang baru menetas masih membawa kuning telur menjadi persediaan pakannya yang pertama.

Pendederan

Setelah benih berumur lima-7 hari sejak telur menetas segera di pindahkan kekolam pendederan. Pemindahan ini sebaiknya dilakukan pada saat suhu rendah yaitu dalam saat pagi atau sore hari. Dalam pemindahan benih dikolam sebaiknya dilakukan penyesuaian suhu terlebih dahulu, supaya benih nir mengalami stress akibat perubahan suhu yang mendadak.

Kegiatan pendederan ini umumnya berlangsug 30 hari (1 bulan). Sedangkan untuk pakan yg diberikan biasnya hanya mengandalkan dalam pakan alami. Untuk menutupi danpak terjadinya danpak kekurangan pakan alami, umumnya bisa di gantikan dengan pakan buatan yaitu kuning telur yang di rebus, tepung udang, susu serbuk buat anak sapi, dan pakan tepung spesifik koi.

Dalam usaha pemeliharaan ikan, penyakit merupakan keliru satu faktor krusial yang perlu diperhatikan lantaran bisa mengakibatkan kerugian & kematian dalam ikan yang dipelihara. Umumnya penyakit ikan koi timbul lantaran kondisi lingkungan yang tidak baik. Keadaan ini bisa terjadi karena persiapan & perawatan kolam yang kurang baik. Selain itu tingginya kadar bahan organik & anorganik serta banyaknya residu pakan yang nir habis dimakan sang ikan dapat menyebabkan pembusukan pada dasar kolam. Kondisi ini bisa menyebabkan bakteri, fungi, & parasit. Biasanya jenis penyakit seperti ini bisa menyerang dalam bagian luar tubuh ikan juga dalam bagian pada tubuh ikan.

Adapun jenis penyakit yang menyerang ikan Koi & cara pengobatannya yaitu :

White Spot

Penyakit White Spot ditandai menggunakan adanya bintik-bintik putih dalam bagian atas tubuh ikan. Mula-mula bintik muncul di bagian atas badan lalu meluas ke bagian tubuh lain, contohnya ke insang.

Koi yang terkena penyakit bintik putih bisa diobati dengan mempertinggi suhu air kolam sampai berapa derajat menurut suhu awal. Untuk pengobatan kimia, air kolam bisa dibubuhi menggunakan 0,lima gr Metheline Blue (MB)/1 ton air. Sedangkan buat pengobatan secara alami dapat memakai ekstrak berdasarkan daun sirih atau kunyit. Koi yg terjangkit penyakit ini direndam ke dalam larutan ekstrak daun sirih atau kunyit yang sudah dicampur dengan air bersih selama kurang lebih 1 jam.

Parasit Lernea

Parasit lernea lebih terkenal disebut ?Cacing jangkar?. Parasit ini dapat dipandang menggunakan mata telanjang, biasanya ditemukan melekat dalam bagian luar tubuh ikan atau pada insang.

Untuk pengobatan secara kimianya sebaiknya koi yg terserang parasit diobati dengan larutan Formalin atau Dephterex dengan takaran 25 ppm melalui perendaman selama 10 mnt yg dilakukan 2 ? 3 kali setiap dua hari sekali. Sedangkan buat pengobatan secara alami bisa memakai Daun Sirih atau Kunyit dengan cara ikan yang sakit direndam dalam larutan ini yg telah dicampur menggunakan air higienis.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Perikanan DKI Jakarta, ?Pengangkutan Ikan Hidup? (Jakarta: 1987).

Pelealu N. & Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan ?Ikan Koi Sehat Produksi Meningkat?. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Susanto Heru, ?Ikan Koi?. Penebar Swadaya. Jakarta : 2002.

Widjanarko, B. ?Ikan Koi ?Tukang Tes? Limbah Industri?. Suara Karya : 1989.

Checking your browser before accessing

This process is automatic. Your browser will redirect to your requested content shortly.

Please allow up to 5 seconds…

DDoS protection by Cloudflare
Ray ID: