Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Jenis - Jenis Ikan Air Laut Ekonomis Penting [Bagian 15]

Jenis ikan air bahari yg memiliki irit krusial pada perairan Indonesia sangatlah poly. Berikut adalah beberapa jenis ikan air bahari yang mempunyai nilai irit penting yang telah dirangkum. Untuk melihat goresan pena sebelumnya bisa dipandang pada tautan dibawah artikel ini.

71. Biji nangka , Upheneus molluccensis
Ikan biji nangka [ sumber ]

(Mullidae); hayati di perairan pantai dalam kedalaman antara 10-80 m, bergerombol besar , termasuk ikan buas, makanannya organismeorganisme dasar yg masih hidup, dapat mencapai panjang 25 centimeter, umumnya 15 cm. Tergolong ikan demersal, penangkapan menggunakan pukat dasar (trawl), macam-macam perangkap, macam-macam pukat tepi, cantrang dan sejenisnya, dipasarkan dalam bentuk segar, asin-kering, harga murah. Daerah penyebaran; perairan pantai semua Indonesia, ke utara sampai Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang Laut Cina Selatan, Philipinna, ke selatan sampai pantai utara Australia & AfrikaTimur.

72. Kuniran, Upheneus tragula
Ikan kuniran [ sumber ]

(Mullidae); hayati di perairan pantai sampai kedalaman 40 m, menyendiri, menciptakan gerombolan , makanannya binatang-binatang yg hidupnya pada dasar, bisa mencapai panjang 28 centimeter, umumnya 20 centimeter. Tergolong ikan demersal, penangkapan menggunakan trawl, cantrang & sejenisnya, macam-macam pukat tepi, sero, dipasarkan dalam bentuk segar, asinkering, harga murah. Daerah penyebaran; perairan pantai, karang-karang seluruh Indonesia dan perairan Indo-Pasifik lainnya.

73. Kerondong , Gymnothorax undulatus
Ikan kerondong [ sumber ]

(Muraenesocidae); hidup didasar, karangkarang, termasuk ikan sangat buas, predator, makanannya ikan dan binatang-binatang dasar, dapat mencapai panjang 180 centimeter, umumnya 75-100 centimeter. Tergolong ikan demersal, perairan karang, penangkapan dengan pancing, bubu, jaring klotok, dipasarkan dalam bentuk segar, ikan hias, ikan konsumsi, harganya mahal. Daerah penyebaran; terdapat diperairan karang, perairan pantai di seluruh Indonesia.

74. Remang, Congresox talabon
Ikan remang [ sumber ]

(Muraenesocidae); hidup didasar hingga kedalaman 100 m, jua di muara-muara sungai, termasuk ikan buas, predator, pemakan organisme dasar, bisa mencapai panjang 200 cm, umumnya 100-150 cm. Tergolong ikan demersal, penangkapan menggunakan pancing, bubu, pancing rawai terutama dalam malam hari, dipasarkan dalam bentuk segar, harga murah. Daerah penyebaran, perairan pantai, tanggal pantai, karang-karang diseluruh Indonesia, melebar pada sepanjang pantai Samudera Hindia, Philipinna, Laut Cina Selatan.

75. Kurisi (Kambayan), Nimipterus hexodon
Ikan kurisi [ sumber ]

(Nemipteridae); hayati di perairan pantai sampai kedalaman 100 m, bergerombol, makanannya organisme dasar (cacing, udang, cumi-cumi & ikan-ikan mini ), bisa mencapai panjang 30 centimeter, umumnya 15-25 centimeter. Tergolong ikan demersal, penangkapan dengan pukat dasar (trawl, beach seine), pancing, cantrang & sejenisnya, pukat tepi, dipasarkan pada bentuk segar, asin kemarau, harga murah. Daerah penyebaran; terutama Laut Jawa, pantai timur Sumatera, sepanjang Kalimantan, Sulsel, Arafuru, ke utara meliputi Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, Philipinna.

Jenis - jenis ikan irit bahari lainnya silahkan lihat artikel berikut :

Ikan Laut Ekonomis Penting

Sumber : Pengenalan jenis - jenis ikan air bahari. Abdul Samad Genisa. 1999

Semoga Bermanfaat...

Teknologi Sistem Resirkulasi Untuk Pemeliharaan Induk Udang Vannamei (litopenaeus Vannamei)

DESKRIPSI TEKNOLOGI

Tujuan & Manfaat Penerapan Teknologi

Tujuan buat mengembangkan usaha pemeliharaan induk vannamei & memperoleh sistem pemeliharan yg sesuai buat induk udang vannamei sebagai akibatnya bisa menaikkan produktivitas induk. Manfaat kegiatan buat memperoleh nauplius yang bermutu dari induk vannamei .

PENGERTIAN/DEFINISI

Resirkulasi : Proses pergantian air yg dilakukan secara tertutup. Sistem perputaran air tertutup, tidak terdapat penambahan air berdasarkan luas sistem, kalaupun terdapat hanya sedikit sebagai pengganti air yg menguap.

RINCIAN DAN APLIKASI TEKNIS

Persyaratan Teknis Penerapan Teknologi

Sistem resirkulasi dalam pemeliharaan induk vannamei dilakukan menjadi upaya buat memperoleh air media pemeliharaan pada suhu 26o-27oC lantaran udang ini asal menurut Amerika yang bersuhu lebih rendah. Sistem resirkulasi dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh suhu air media pemeliharan yang stabil (26o-27oC). Untuk memperoleh kisaran suhu tadi suhu 26o-27oC dilakukan modifikasi ruang pemeliharaan induk menggunakan memasangkan AC 1 PK sebesar dua buah dan supaya suhu lebih stabil maka dibuatkan plafon dalam ruang pemeliharaan induk.

Detail SOP meliputi

a. Gambaran/uraian/rincian teknologi

Sistem resirkulasi yang digunakan dalam pemeliharaan induk vannamei asal Amerika dilakukan secara 3 tahap yaitu:

I. Air disaring dalam saringa fisik dengan susunan arang dan pasir kuarsa,

II. Air disaing menggunakan filter fisik dengan system gravitasi denga n menggunakan zeolit, pasir kuarsa, karbon aktif/arang, ijuk & batu kali,

III. Air disaring memakai ultra violet. Setelah itu air dimasukkan ke dalam bak pemeliharan induk.

B. Cara penerapan teknologi yg diurut mulai dari persiapan hingga aplikasi Dalam perekayasaan ini air laut yg digunakan dialirkan melalui sistem filtrasi BBAP Takalar yaitu air yang dipompa menurut bahari dialirkan dalan filter dengan material terdiri dari batu kali, pasir kwarsa dan arang tempurung. Kemudian air dialirkan ke pada bak tandon buat diendapkan. Dari bak tandon air dialirkan ke bak-bak pemeliharaan melalui presure filter & ultraviolet.

Untuk mempertahankan kualitas`air di bak pemeliharaan maka dilakukan penyiponan dan proses aliran. Pengukuran kualitas air misalnya suhu, salinitas, DO dan pH dilakukan dalam setiap hari, sedangkan alkalinitas & TOM dilakukan setiap tiga hari.

KEUNGGULAN TEKNOLOGI

Uraian mengenai teknologi yang baru & modifikasi

Pada pemeliharaan induk udang vanamei agar produktif dan sehat dibutuhkan suhu air yg lebih rendah (26-27 C) dibandingkan dengan suhu air homogen-homogen pada Indonesia berkisar antara 27.8-o 29.7o C. Untuk menurunkan suhu digunakan indera yg diklaim Chiller, harganya relatif mahal sekali, lebih kurang Rp 50.000.000 sampai Rp 70.000.000. Untuk mengatasi hal tadi maka diciptakan tempat dengan memodifikasi ruangan pemeliharaan induk induk dengan cara menciptakan plafon & memasang AC 1 PK sebanyak dua butir dan membuat sistem resirkulasi.

Uraian tentang keberhasilan teknologi

? Lebih hemat karena nir menggunakan pompa terus menerus & chiller pendingin sebagai akibatnya ekonomis porto listrik dan irit air lantaran nir perlu memompa air dari luar/laut setiap hari, relatif mengganti sedikit saja.

? Teknologi ini sangat layak diterapkan buat pemeliharaan induk vanamei, karena tidak ada pergantian air menurut luar sebagai akibatnya kecil kemungkinan tercemar dengan penyakit dari alam. Kandungan bakteri pada air media selesainya penyaringan fisik dan ultraviolet lebih rendah berdasarkan dalam air awal (inlet) & outlet media pemeliharaan dimana kandungan Vibrio sp pada outlet merupakan 6,tiga.103 setalah tahap III adalah lima,0.101, Aeromonas sp adalah 9,7.102 selesainya termin III merupakan 8,6.101 dan total bakteri adalah 1,6.105 selesainya tahap III merupakan 9,7.102. Jumlah telur dalam pemeliharaan induk menggunakan sistem resirkulasi yaitu 69.320 buah telur dan hatching rate 49,88% sedangkan tanpa resirkulasi merupakan 47.591 butir telur dan daya tetas telur 31,55 %. Persentase tingkat kelangsungan hidup menggunakan sistem resirkulasi pada induk jantan merupakan 52,09% dan betina 48,64% sedangkan buat pemeliharaan tanpa resirkulasi dalam induk jantan adalah 33,23% dan betina 27,56 %.

Praktis diterapkan dalam sistem bisnis kelautam & perikanan ??Sistem resirkulasi ini gampang diterapkan dalam usaha perikanan budidaya

?Sistem ini dapat diterima oleh pelaku usaha perbenihan udang vanamei.

? Dari segi ekonomi, sistem resirkalasi ini lebih menguntungkan baik untuk penggunaannya/pengaplikasiannya maupun buat pembuatannya.

? Dari segi teknis, sistem resirkulasi dapat berfungsi menggunakan baik & dapat mereduksi kandungan bakteri pada media air pemeliharaan.

Selama pemeliharaan induk, dilakukan pengukuran kandungan bakteri Vibrio sp, Aeromonas sp & Total Bakteri, dan diperoleh output sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Pengukuran Vibrio sp, Aeromonas sp, dan Total Bakteri dalam

Air Pemeliharaan Induk Selama Proses Resirkulasi

Total bakteri pada asal air yang akan dugunakan buat bak induk (inlet) 5,dua.103 cfu/mililiter akan meningkat sebagai 1,6.105 cfu/mlsetelah dipakai dalam bak induk., demikian juga pada bakteri Vibrio sp dan Aeromonas sp. Kandungan bakteri pada air di outlet semakin tinggi tetapi perlahan menurun sesudah melewati 3 tahapan penyaringan yang dilakukan pada proses resirkulasi. Kandungan bakteri dalam air media sehabis penyaringan fisik dan ultraviolet lebih rendah dari pada air awal (inlet) & outlet media pemeliharaan dimana kandungan Vibrio sp dalam outlet merupakan 6,tiga.103 setalah tahap III merupakan lima,0.101, Aeromonas sp merupakan 9,7.102 selesainya tahap III adalah 8,6.101 & total bakteri adalah 1,6.105 setelah tahap III adalah 9,7. 102. Dari hasil pengukuran bakteri pada air media pemelihaan induk menggunakan sistem resirkulasi menggunakan menggunakan penyaringan fisik ganda & ultraviolet, mampu mengurangi bakteri alam air media. Untuk lebih jelasnya dapat dipandang pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Kandungan Bakteri dalam Air Media Pemeliharaan Induk

Jumlah dan daya tetas telur pada pemeliharaan induk dengan menggunakan sistem resirkulasi lebih akbar berdasarkan pada pemeliharaan induk tanpa resirkulasi. Pada sistem resirkulasi jumlah telur 69. 320 buah dan menetas (hatching rate) 49,88% sedangkan yang tanpa resirkulasi jumlah telur 47.591 menetas 31,55%. Rendahnya jumlah telur yg didapatkan dan jua daya tetasnya utamanya disebabkan kualitas air tidak stabil terutama seringkali terjadi fluktuasi perubahan suhu dampak berdasarkan pemasukan air dari luar sistem

Tabel 2. Hasil Pengukuran Jumlah dan Daya Tetas Telur

Gambar 2. Grafik Tingkat Kelangsungan Hidup Induk

Vannamei selama Pemeliharaan

Pada sistem resirkulasi sintasan induk jantan adalah 52,09% & betina 48,64% sedangkan buat pemeliharaan tanpa resirkulasi sintasan dalam induk jantan adalah 33,23% dan betina 27,56% . Tingkat kelangsungan hidup pada pemeliharaan induk menggunakan sistem resirkulasi lebih tinggi dibandingkan tanpa resirkulasi baik dalam induk jantan juga betina. Sintasan induk betina lebih rendah dari pada induk jantan baik pada sistem resirkulasi maupun sistem mengalir. Hal ini dampak berdasarkan adanya perlakuan ablasi yang kurang paripurna dalam induk betina sebagai akibatnya berakibat kematian.

Parameter kualitas air masih sangat layak buat kehidupan induk udang vaname & buat bereproduksi.

Tabel 3. Parameter Kualitas Air Selama Pemeliharaan Induk (Litopenaeus vannamei) dalam Sistem Resirkulasi. Dari segi infrastruktur, sistem rsirkulasi ini memiliki bentuk dan desain yg lebih baik & layak dari sistem lainnya yg penggunaannya dapat diadaptasi menggunakan kebutuhan.

Ramah lingkungan

Dengan adanya sistem resirkulasi pada pemeliharaan induk vannamei, lebih ramah lingkungan karena : 1. Tidak perlu melakukan pergantian air setiap harinya sebagai akibatnya buangan limbah menjadi pencemar lingkungan dapat di kontrol dua.Dengan penggunaan penyaring dengan ultraviolet dalam sistem resirkulasi ini, penggunaan bahan kimia dan obat-obatan pada mereduksi bakteri & mikroorganisme yang menghipnotis air media pemeliharaan ikan, bisa dikurangi.

LOKASI PENELITIAN/DAERAH REKOMENDASI

Unit rancang bangun & unit pembenihan udang windu dan vannamei pada Balai Budidaya Air Payau Takalar, Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar. Kegiatan pembuatan dilakukan pada bulan Agustus sampai Desember tahun 2006, tetapi pengkajian, pengembangan dan penerapan dilakukan sampai waktu ini/kini dengan memakai biota perikanan lainnya. Lokasi daerah yg direkomendasikan buat penerapan teknologi sistem resirkulasi dalam pemeliharaan induk vannamei, pada dasarnya bisa dipakai pada seluruh kegiatan yg menginginkan penghematan air & memperoleh air yang bebas mikroorganisme dan bakteri yg merugikan baik buat kegiatan pemeliharaan ikan baik air laut maupun tawar.

KEMUNGKINAN DAMPAK NEGATIF

Kandungan bakteri akan tinggi tetapi telah dipasangkan sistem penyaringan air menggunakan ultraviolet.

KELAYAKAN FINANSIAL

Tabel 3. Rincian Biaya yg diharapkan dalam pembuatan sistem resirkulasi.

? Untuk pembuatan plafon membutuhkan dana Rp 10.380.000,00.

? Pembelian AC 1 PK sebanyak dua butir @ Rp tiga.800.000,00 sebanyak Rp 7.600.000,00

? Pembuatan sistem resirkulasi (pembuatan tower, pemasangan filter fisik, pembuatan outlet, pembuatan instalasi pipa, pembuatan UV) membutuhkan dana Rp 11.210.000,00.

?Total dana yang diperlukan adalah Rp 29.190.000,00

?Pembelian Chiller protesis impor dipasaran 1 paket (harga minimal) adalah Rp 50.000.000,00

? Keuntungan yg diperoleh dengan penerapan sistem resirkulasi merupakan: = Rp 50.000.000,00 - 29.190.000,00 = Rp 20.810.000,00 Jadi total laba yg diperoleh menggunakan perapan sistem resisrkulasi adalah: Rp 20.810.000,00 Dari output yang diperloleh pada Aplikasi Sistem Resirkulasi dalam Pemeliharaan Induk Vannamei berdasarkan segi kelayakan finansial, dapat dikatakan memberikan hasil yang menguntungkan buat diterapkan lantaran bisa mengurangi pengguanaan air, baik dari segi pelestarian lingkungan juga output produksi.

TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI

Tingkat komponen yang dipakai dalam kegiatan perekayasaan 90% produk dalam negeri dan 10 % menurut luar negeri, dimana semua bahan & alat-alat yang dipakai dalam perekayasaan tersedia setiap ketika dibutuhkan.

Sumber:

Faridah S., Syam S., & Haruna. 2013. Teknologi Sistem Resirkulasi Untuk Pemeliharaan Induk Udang Vannamei (litopenaeus Vannamei). Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan & Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

#Tag :

Jenis - Jenis Ikan Air Laut Ekonomis Penting [Bagian 13]

Jenis ikan air bahari yg memiliki irit krusial pada perairan Indonesia sangatlah banyak. Berikut adalah beberapa jenis ikan air bahari yg mempunyai nilai hemat krusial yg sudah dirangkum. Untuk melihat tulisan sebelumnya bisa dilihat dalam tautan dibawah artikel ini.

61. Bambangan, (Lutjanus sanguineus)
Ikan Bambangan [ sumber ]

(Lutjanidae); hidup pada perairan pantai sampai kedalaman 100 m, menyendiri, ikan buas, makanannya ikan-ikan kecil dan in-vertebrata dasar, dapat mencapai panjang 90 cm, biasanya 35-50 cm. Tergolong ikan demer-sal, penangkapan menggunakan pancing, bubu, pukat dasar, dipasarkan dalam bentuk segar, asinkering, harga sedang. Daerah penyebaran; perairan pantai semua Indonesia, meluas ke utara hingga Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, Philipinna, ke selatan hingga perairan tropis Australia dan ke barat hingga Afrika Selatan.

62. Tambangan, (Lutjanus johni)
Ikan Tambangan [ sumber ]

(Lutjanidae); hidup di perairan pantai, dangkal, hutan-hutan bakau hingga kedalaman 80 m, makanannya ikan-ikan kecil & in-vertebrata dasar, dapat mencapai panjang 70 centimeter, umumnya 30-50 centimeter. Tergolong ikan demersal penangkapan dengan pancing, rawai dasar, bubu, trawl dipasarkan dalam bentuk segar, asin-kemarau, harga sedang. Daerah penyebaran; perairan pantai semua Indonesia, meluas sampai Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, Phlipinna, & perairan tropis Australia, ke barat hingga Afrika Selatan.

63. Jenaha, (Lutjanus russelli)
Ikan Jenaha [ sumber ]

(Lutjanidae); hayati pada perairan dangkal, terumbu karang, dihutan-hutan bakau, makanannya ikan-ikan kecil dan in-vertebrata dasar, dapat mencapai panjang 40 cm, umumnya 25 centimeter. Tergolong ikan demersal, penangkapan menggunakan pancing, bubu, dipasarkan dalam bentuk segar, asin-kemarau, harga sedang. Daerah penyebaran; perairan karang seluruh Indonesia, meluas ke utara hingga Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, ke selatan sampai perairan tropis Australia, ke barat sampai Afrika Selatan.

64. Jambian, (Lutjanus lutjanus)
Ikan Jambian [ sumber ]

(Lutjanidae); hayati didaerah pantai, muara sungai, dapat mencapai panjang 30 centimeter, umumnya 25 centimeter. Tergolong ikan demersal, penangkapan menggunakan pancing, jaring insang, bubu, trawl, dipasarkan dalam bentuk segar, asin-kemarau, harga sedang. Daerah penyebaran; perairan pantai, muara-muara sungai pada Indonesia, daerah Indo-Pasifiklainnya, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang Laut Cina Selatan, Philipinna.

65. Gorara, (Lutjanus vitta)
Ikan Gorara [ sumber ]

(Lutjanidae); hayati pada perairan pantai, terunbu karang, bisa mencapai panjang- 40 cm, biasanya 22 centimeter. Tergolong ikan demersal, penangkapan menggunakan pancing, bubu, cantrang, trawl, dipasarkan pada bentuk segar, asin kemarau, harga sedang. Daerah penyebaran; perairan pantai seluruh Indonesia, perairan Indo-Pasifik lainnya, ke utara sampai Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, ke selatan hingga perairan tropis Australia.

Jenis - jenis ikan ekonomis laut lainnya silahkan lihat artikel berikut :

Ikan Laut Ekonomis Penting

Sumber : Pengenalan jenis - jenis ikan air laut. Abdul Samad Genisa. 1999

Semoga Bermanfaat...

Perakitan Alat Radiasi UV untuk Menekan Bakteri Pathogen dalam Perikanan Budidaya

DESKRIPSI TEKNOLOGI

Tujuan Penerapan Teknologi

Untuk menciptakan Alat Radiasi Ultraviolet (UV) sederhana buat menekan populasi bakteri pathogen pada air pemeliharaan ikan baik dalam perbenihan maupun pembesaran ikan indoor . Manfaat kegiatan buat menyediakan alat radiator ultraviolet sederhana, efisien dan bisa diterapkan menggunakan gampang sang masyarakat perbenihan & pembudidaya ikan baik skala besar maupun kecil.

Pengertian

Gambar 1. Penyaring menggunakan ultraviolet perdana output rakitan sederhana versi baru berukuran 8?.

Filter : Proses penyaringan air sehingga air lebih baik bersih menurut partikel/kotoran menurut dibandingkan menggunakan air sebelum difilter. Sinar ultraviolet (UV) : Sinar radiasi yang berada pada kisaran panjang gelombang antara 40 ? 400 nm Patogen : agen biologi yg penyebabkan munculnya penyakit atau infeksi penyakit. Bakteri patogen : bersifat saprifit & menyerang ikan saat ikan dalam kondisi yg tidak fit atau seimbang serta defisiensi nutrisi.

RINCIAN DAN APLIKASI TEKNIS

Persyaratan Teknis Penerapan Teknologi Air yg akan diradiasi dengan ultraviolet wajib bersih berdasarkan partikel, dengan pengendapan dan penyaringan terlebih dahulu:

?Efektifitas radiasi Ultraviolet akan lebih baik apabila air yang diradiasi bebas kotoran/ partikel

?Lampu UV nir cepat buram cahayanya lantaran lampunya cepat kotor.

Cara penerapan teknologi

Pada termin awal dilakukan uji coba dengan menciptakan radiator dengan lampu UV three in one, dimana pada 1 tabung yang berukuran 8? Dipasang tiga buah lampu UV. Langkah ? Langkah yang dilakukan dalam pembuatan radiator-UV output rakitan sederhana adalah :

1. Membuat piringan berdasarkan pipa paralon menggunakan ? 8?, lalu membuat lubang tempatpemasangan lampu UV, dimana pada masing piringan dibuat sebesar tiga lubang.

Dua. Membuat cincin dengan ? 8? Menggunakan ketebalan ? 1,5 cm.

Tiga. Setelah itu dilakukan pemasangan piringan dan cincin pada Tee ? 8? Dan dilakukanpemasangan sambungan sohk drak (watermur) dalam masing ?Masing lubang.

4. Setelah itu dilakukan pengeleman dalam watermur dengan ketingian lem ? 1 centimeter,kemudian Tee ? 8? Yang dilem didiamkan selam ? 24 jam dimana buat 1 tabung penyaring dengan ultraviolet membutuhkan 2 Tee ? 8? Yang dilem untuk dipasang dalam sisi kiri & kanan lampu.

5. Setelah itu dilakukan penyambungan Tee kiri dengan tee kanan dengan menambahkanpipa paralon ? 8? ? 60 cm.

6. Lalu lampu dipasang dalam masing ? Masing lubang dan disambung kabel & panelcontrol.

7. Setelah semua terpasang dengan baik, lampu UV siap dipakai.

8. Penggunaan lampu UV dengan cara memasang pipa air pada pemasukan UV danmemasang pipa pengeluaran pada bagian outlet lampu UV.

#Tag :

Jenis - Jenis Ikan Air Laut Ekonomis Penting [Bagian 14]

Jenis ikan air laut yang mempunyai hemat penting di perairan Indonesia sangatlah banyak. Berikut adalah beberapa jenis ikan air laut yg mempunyai nilai hemat krusial yg telah dirangkum. Untuk melihat goresan pena sebelumnya dapat dipandang pada tautan dibawah artikel ini.

66. Gorara gigi anjing, Lutjanusline olatus
Ikan gorara gigi anjing [ sumber ]

(Lutianidae); hidup diperairan pantai, karang, membentuk gerombolan kecil, ikan buas, makanannya ikan-ikan kecil dan invertebrata dasar, dapat mencapai panjang 25 centimeter, umumnya 20 cm. Tergolong ikan demersal, penangikapan menggunakan pancing, bubu, trawl dan sejenisnya, pukat tepi, dipasarkan dalam bentuk segar, asin-kering, harga sedang. Daerah penyebaran; perairan pantai semua Indonesia, ke utara sampai Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, ke selatan hingga perairan tropis Australia & ke barat sampai Afrika Selatan.

67. Ekor kuning, Caesio erythrogaster
Ikan ekor kuning [ sumber ]

(Lutjanidae); hidup pada perairan pantai, terumbu karang, menciptakan grup akbar, ikan buas, makanannya ikan-ikan mini & krustasea, bisa mencapai panjang 60 cm, umumnya 30-40 cm. Tergolong ikan karang, penangkapan dengan muroami, jaring klotok, soma malalugis, bubu, dipasarkan pada bentuk segar, asin kemarau, harga sedang. Daerah penyebaran; perairan karang semua Indonesia, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, bagian selatan Ryukyu, ke selatan sampai perairan tropis Australia.

68. Pisang-pisang merah (lolosi merah), Caesio chrysozona
Ikan pisang - pisang merah [ sumber ]

(Lutjanidae); hayati bergerombol di daerah pantai, ikan buas, makanannya in-vertebrata, dapat mencapai panjang 20 cm, biasanya 15 centimeter. Tergolong ikan pelagis, karang, penangkapan menggunakan muroami, soma malalugis, jaring klotok, kadang-kadang masuk bubu, dipasarkan dalam bentuk segar, asin-kering, harga sedang. Daerah penyebaran; perairan dangkal perairan karang, semua lndanesia.

69. Pisang-pisang biru (lolosi biru),Caesio coerulaureus
Ikan pisang - pisang biru [ sumber ]

(Lutjanidae); hayati bergerombol bersama-sama ekor kuning, diperairan pantai, karang-karang, ikan buas, makanannya ikan-ikan kecil, krustasea, bisa mencapai panjang 25 cm, umumnya 20 centimeter. Tergolong ikan karang, pelagis, penangkapan menggunakan muroami, jaring klotok, soma malalugis, dipasarkan dalam bentuk segar, asin-kemarau, harga sedang. Daerah penyebaran; perairan dangkal, perairan karang seluruh Indonesia.

70. Belanak , Valamugil speigleri
Ikan belanak [ sumber ]

(Mugillidae); hidup di perairan pantai, dangkal dan muara-muara sungai. Pergi menjauhi pantai bila hendak berpijah. Makanannya organisme-organisme kecil yang terdapat didasar, didalam lumpur, pula ganggangganggang yang terapung, bisa mencapai panjang 35 centimeter, umumnya 15-20 centimeter. Tergolong ikan pelagis, penangkapan dengan jaring insang, sero, jermal, purse seine, pukat tepi, payang, dipasarkan pada bentuk segar, asin kemarau, harga sedang. Daerah penyebaran; daerah pantai seluruh perairan Indonesia, ke utara meliputi Teluk Benggala, pantai India, pantai Laut Cina Selatan, Philipinna.

Jenis - jenis ikan ekonomis laut lainnya silahkan lihat artikel berikut :

Ikan Laut Ekonomis Penting

Sumber : Pengenalan jenis - jenis ikan air laut. Abdul Samad Genisa. 1999

Semoga Bermanfaat...

Introduksi Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis)

DESKRIPSI TEKNOLOGI

Tujuan dan Manfaat Penerapan Teknologi

Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) adalah jenis ikan endemik yang hanya masih ada pada Danau Singkarak, Sumatera Barat. Di Danau Singkarak, ikan ini sebagai andalan nelayan sebagai akibatnya bisnis penangkapannya sangat intensif dengan menggunakan alat tangkap ?Alahan? Dalam genre sungai dengan target tangkapan induk ikan bilih yang akan memijah. Akibatnya output tangkapan ikan bilih menurun tajam dan ukuran ikan yang tertangkap juga semakin kecil. Sebelum tahun 2000, ikan bilih menurut Danau Singkarak diekspor ke Negara tetangga seperti Malaysia & Singapura, akan tetapi menggunakan menurunnya hasil tangkapan, ekspor ikan bilih nir mampu berlanjut.

Untuk menyelamatkan populasi ikan bilih pada Danau Singkarak yang telah mulai menurun, telah dilakukan introduksi ikan bilih pada Danau Toba dimana output tangkapan ikannya masih rendah dibanding potensi produksinya yg cukup tinggi. Disamping itu, introduksi ikan bilih jua dilakukan untuk menggantikan keberadaan ikan pora-pora (Puntius binotatus) yang langka di Danau Toba dan sejak tahun 1995 jenis ikan Gambar 1. Peta Danau Toba, kawasan pemijahan ikan Bilih tadi tidak pernah tertangkap lagi.

Pengertian - Definisi

Introduksi ikan (fish introduction) adalah kegiatan penebaran ikan menurut luar ke suatu badan air dimana ikan yg ditebarkan tadi bukan adalah ikan asli pada badan air yang bersangkutan.

Ikan yg ditebarkan d i h a r a p k a n d a p a t memanfaatkan habitat & kuliner alami yg tersedia serta dapat memijah secara alami pada perairan tadi. Introduksi ikan wajib d i l a k u k a n d e n g a n pendekatan kehati-hatian (precautionary approach) supaya ikan yang diintroduksikan aman & tidak berdampak negatif terhadap populasi ikan asli. Untuk menghindari k e r a n c u a n d e n g a n Restocking, perdefinisi Restocking merupakan penebaran ikan ke suatu badan air dimana ikan yang ditebarkan sudah terdapat sebelumnya (adalah ikan asli) di perairan tersebut. Restocking umumnya dilakukan untuk menambah populasi ikan orisinil yang menurun atau langka yang hayati di perairan tadi.

Rincian & Aplikasi Teknis

1. Persaratan Teknis Penerapan Teknologi introduksi ikan bilih menjadi berikut:

(1) Badan air yang akan digunakan buat penerapan teknologi introduksi ikan bilih harus memiliki: kualitas air yg baik buat kehidupan ikan bilih; air nisbi jernih, suhu air rendah (berkisar antara 26-28 C); masih ada sungai yang masuk danau menggunakan ciri o sebagai tempat asli pemijahan, yaitu: berair jernih, dasar berpasir atau kerikil, arus air antara 40-60 centimeter/detik, kedalaman air 20-40 cm, suhu air berkisar antara 26,0-28,0 C; sumber o daya kuliner alami yang berupa plankton & detritus tinggi & belum optimal dimanfaatkan oleh ikan asli.

(dua) Ikan bilih yg akan ditebarkan wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: bebas berdasarkan hama dan penyakit; memiliki nilai irit; disukai warga kurang lebih; bisa memanfaatkan asal daya makanan alami yang tersedia; dapat memijah/berreproduksi secara alami; & tidak bersifat invasif (tidak berdampak negatif) terhadap jenis ikan asli.

(tiga) Hasil tangkapan ikan pada badan air yg akan ditebari masih rendah jauh di bawah potensi produksi ikan lestarinya.

(4) Kelompok nelayan menjadi unsur pengelola perikanan utama sudah terdapat atau gampang dibuat; berperan aktif dalam kegiatan pengelolaan perikanan.

2. Uraian lengkap dan rinci Prosedur Operasional Standar (POS), penerapan teknologi introduksiikan bilih adalah sebagai berikut:

(1) Identifikasi potensi badan air yg meliputi: kualitas air; jenis & kelimpahan asal daya makanan alami; komposisi jenis ikan asli; perkiraan potensi produksi ikan; masih ada sungai yang bermuara ke danau yg sinkron menjadi tempat pemijahan ikan bilih.

(dua) Identifikasi sifat hayati ikan bilih yg mencakup: daur hidup, reproduksi, kuliner dan kebiasaan makan dan distribusinya. Ikan bilih yg akan diintroduksi sebaiknya ditangkap menurut tempat asli aslinya, Danau Singkarak.

(tiga) Identifikasi aktivitas perikanan yg meliputi: jumlah nelayan; jenis & jumlah indera tangkap, jenis, komposisi & jumlah hasil tangkapan ikan.

(4) Identifikasi warga kurang lebih badan air: jumlah atau ketersediaan grup nelayan; grup pengawas; grup bisnis perikanan lainnya.

(5) Identifikasi biaya yang dibutuhkan buat kegiatan introduksi ikan dan peluang keberhasilannya.

(6) Pelaksanaan penebaran ikan bilih yang berukuran 5 ? 12 cm termasuk transportasi hidup benih.

(7) Monitoring dan evaluasi. Kegiatan monitoring dilakukan dalam perencanaan, selama & selesainya penerapan teknologi introduksi, & dari output monitoring dilakukan evaluasi buat mempelajari keberhasilan ataupun kegagalan penerapan teknologinya.

Tiga. Uraian dan jumlah kaji t e r a p y a n g s u d a h dilakukan di beberapa daerah

Teknologi introduksi ikan bilih yg didasarkan atas hasil penelitian & pengkajian belum pernah diterapkan di badan air l a i n n y a . N a m u n berdasarkan warta dari beberapa Dinas Perikanan, introduksi ikan bilih secara ?Trial and error? Telah dilakukan pada beberapa badan air dan tidak menunjukkan hasil. Introduksi ikan bilih ini gagal lantaran persyaratan badan air buat memenuhi kebutuhan hidupnya nir sinkron. Hasil penelitian & pengkajian introduksi ikan bilih di Danau Toba yg dilakukan dalam tahun 2002 ? 2003 dijadikan dasar pada implementasi introduksi ikan bilih di Danau Toba. Hasil introduksi ikan bilih pada Danau Toba sudah memberi manfaat ekonomi, sosial & lingkungan yg besar bagi masyarakat lebih kurang Danau Toba dan masyarakat Sumatera Barat yang melakukan bisnis pemasaran dan pengolahan ikan bilih. Pada tahun 2010 IPTEKMAS introduksi ikan bilih di Danau Toba sudah dilaksanakan menjadi langkah konkret desiminasi ilmu pengetahuan & teknologi kepada masyarakat yang membutuhkan.

KEUNGGULAN TEKNOLOGI

Uraian mengenai teknologi yg baru atau modifikasi

Teknologi introduksi ikan bilih ke Danau Toba merupakan teknologi yg sudah dimodifikasi disesuaikan dengan karakteristik perairan dan ciri biologi berdasarkan ikan bilih di habitat aslinya Danau Singkarak. Keberhasilan teknologi introduksi ikan bilih dengan teknologi yang sudah ada

Teknologi introduksi ikan merupakan teknologi yang sudah usang diterapkan di perairan danau dan waduk Indonesia. Sebagai contoh introduksi ikan mujair (Oreochromis mossambicus) pada Danau Toba telah dilakukan semenjak jaman penjajahan Belanda. Introduksi ikan mujair di Danau Toba gagal lantaran ikan mujair memerlukan wilayah littoral buat pemijahannya sedangkan Danau Toba adalah danau dalam (590 m), berpantai curam sehingga mempunyai daerah littoral yg sempit. Disamping itu, kelimpahan asal daya kuliner yg tersedia rendah. Ikan mujair malahan disinyalir berdampak negatif terhadap punahnya populasi ihan batak (Neolissochillus thienemanni) menggunakan cara memakan telurnya. Penerapan teknologi introduksi ikan bilih di Danau Toba adalah teknologi yg unggul menggunakan alasan menjadi berikut:

(1) sangat efisien, karena ikan bilih tumbuh hanya dengan memanfaatkan makanan alami yg tersedia dan residu pakan yg terbuang berdasarkan budidaya ikan dalam KJA, ikan bilih bisa mengisi wilayah pelagis danau yang selama ini belum terisi ikan, terdistribusi pada semua perairan danau dan bisa berkembang biak secara alami pada sungai-sungai yg masuk danau;

(dua) ekonomis: pada kasus di Danau Toba menandakan produksi ikan bilih mencapai 45.000 ton pada tahun 2012 atau senilai 225 milyar rupiah (bandingkan dengan produksi ikan lemuru pada Selat Bali yang hanya mencapai 25.000 ton/tahun); produksi ikan bilih yang tinggi telah berdampak terhadap peningkatan pendapatan nelayan; mudah dipasarkan lantaran pembeli (pedagang pengumpul terutama berdasarkan Sumatera Barat) datang sendiri ke loka produksi; dan ikan bilih menjadi komoditas unggulan masyarakat nelayan setempat;

(tiga) layak: teknologi introduksi ikan bilih layak buat dikembangkan pada perairan danau menggunakan ciri yg sejenis.

Praktis diterapkan pada sistem bisnis kelautan dan perikanan

Teknologi introduksi ikan bilih sangat mudah diterapkan oleh rakyat yang tinggal pada lebih kurang danau lantaran sangat sederhana dan praktis. Masyarakat nelayan sebagai ujung tombak pelaksana pengelolaan relatif diarahkan buat memahami persyaratan teknis penerapan teknologi introduksi ikan bilih & bagaimana melakukan pengelolaan & monitoring dan evaluasinya. Keberlanjutan pengelolaan sumber daya ikan bilih akan berhasil jika warga nelayan telah membentuk grup sehingga seluruh peraturan yang dibentuk bisa dipatuhi dan dilaksanakan. Ramah lingkungan

Teknologi introduksi ikan bilih ke danau Toba sangat ramah lingkungan karena ikan bilih tumbuh menggunakan memanfaatkan sumber daya makanan alami (plankton, mikrobenthos & detritus) yang tersedia dan ikan bilih pula memanfaatkan residu makanan & kotoran ikan yang berupa limbah berdasarkan budidaya ikan pada KJA yg bila tidak dimakan ikan bilih akan mencemari danau. Ikan bilih menjadi ikan asing di Danau Toba tidak bersifat invasif terhadap ikan asli malahan menggantikan peran ikan Pora-pora yang dari tahun 1990-an telah tidak tertangkap lagi.

WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN, DAERAH YANG DIREKOMENDASIKAN

Gambaran lokasi dan waktu penelitian, pengkajian, & pengembangan

Penelitian dilaksanakan pada Danau Toba yg adalah danau terbesar di Indonesia dengan luas 112.000 ha & kedalaman maksimum 590 m. Danau berlereng curam kecuali pada pantai Samosir bagian timur sebagai akibatnya sebagian besar danau berupa wilayah pelagis dan hanya sebagian mini berupa wilayah littoral. Sungai yg bermuara ke Danau Toba terdapat 149 buah & sebesar 79 butir nir pernah kering. Danau berair jenih dengan kecerahan air lebih menurut 12 m menggunakan kandungan oksigen terlarut yg tinggi & suhu air antara 27-28 C. Sebelum tahun 1995, Danau Toba o termasuk perairan menggunakan tingkat kesuburan rendah (oligotrofik) dan sekarang kesuburannya semakin tinggi menjadi perairan dengan tingkat kesuburan sedang (mesotrofik). Karakteristik limnologis Danau Toba tersebut serupa menggunakan karakteristik limnologis Danau Singkarak sebagai tempat asal asli ikan bilih. Malahan perairan Danau Toba mempunyai keunggulan tersendiri karena jumlah sungai yang masuk danau hampir 30 kali lipat dari jumlah sungai yang masuk Danau Singkarak. Sungai-sungai ini umumnya berair jernih, berdasar pasir & atau kerikil sebagai akibatnya sangat sinkron sebagai wilayah pemijahan ikan bilih. Populasi ikan orisinil biasanya telah menurun atau langka & menuju kepunahan seperti ihan batak yg dipakai sebagai ikan istiadat & pora-pora. Ikan introduksi terdiri menurut ikan mujair, betutu, nilem, sepat, dan nila, ikan-ikan introduksi tersebut umumnya tidak berkembang menggunakan baik karena habitatnya nir sinkron.

Kegiatan penelitian, pengkajian, & penerapan teknologi introduksi ikan bilih dapat dibagi sebagai beberapa periode menjadi berikut:

(1) Tahun 2000-2002, penelitian tentang ciri limnologis Danau Toba dan Danau Singkarak, aspek hayati ikan bilih (daur hidup, makanan & norma makan, hayati reproduksi & pertumbuhan) di daerah asal aslinya danau Singkarak dan aspek perikanan tangkap ikan bilih pada Danau Singkarak. Bersamaan dengan itu jua dipelajari aspek biologi komunitas ikan di Danau Toba. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa karakteristik limnologi Danau Singkarak serupa dengan Danau Toba

(2) Tahun 2003-2005, perancangan cara penangkapan & transportasi hidup benih ikan bilih, aplikasi penebaran ikan bilih pada Danau Toba, yang dilanjutkan dengan monitoring perkembangan ikan bilih yg diintroduksikan dan aspek biologinya. Hasil pengkajian menyimpulkan bahwa ikan bilih dapat tumbuh dan berkembang biak menggunakan baik, distribusinya mengisi seluruh perairan danau dan tempat pemijahannya tersebar pada hampir semua sungai yg masuk danauSejak tahun 2005, hasil tangkapan ikan bilih mulai nampak dan menurut output pencatatan enumerator pada beberapa loka penangkapan nelayan tercatat sebesar 635,9 kg atau senilai 3,89 milyar rupiah.

(tiga) Tahun 20010-2013, penerapan IPTEK pengelolaan & konservasi ikan bilih melalui aktivitas IPTEKMAS (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi buat Masyarakat).

Kegiatan IPTEKMAS ini ditujukan buat memberdayakan rakyat nelayan dalam rangka optimasi pemanfaatan & pengelolaan asal daya ikan bilih dan upaya konservasinya. Melalui aktivitas I PTE K MAS pula dilakukan pemberdayaan warga dalam pengolahan produk dan pemasaran ikan bilih. Pada tahun terakhir (2013), sedang disusun ?Naskah Akademik Pengelolaan & Konservasi Sumber Daya Ikan pada Danau Toba? Menjadi bahan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara yg akan disampaikan ke Gubernur Sumatera Utara.

Lokasi daerah yg direkomendasikan buat penerapan teknologi introduksi

Pada prinsipnya, introduksi ikan ke suatu badan air wajib dilakukan menggunakan pendekatan kehatihatian (precautionary approach) karena eksistensi ikan asing pada suatu perairan dapat berdampak negatif terhadap keanekaragaman ikan asli dan lingkungan. Oleh karena itu, sebelum introduksi ikan dilakukan harus dilakukan kajian yg mendalam terlebih dahulu baik aspek hayati ikan introduksi dan daerah asal aslinya juga hayati komunitas ikan & habitatnya di perairan yg akan ditebari. Introduksi ikan bilih bisa dilakukan di beberapa perairan danau yang memiliki karakteristik serupa menggunakan Danau Singkarak & di danau tersebut nir terdapat ikan orisinil yg endemik atau langka yg akan bersaing dengan ikan bilih. Beberapa danau yg dapat diintroduksi ikan bilih antara lain: Danau Dibawah & Diatas (Sumatera Barat), Danau Ranau (Sumatera Selatan dan Lampung), dan Danau Kerinci (Jambi).

KEMUNGKINAN DAMPAK NEGATIF

Penerapan teknologi introduksi ikan bilih dapat berdampak negatif terhadap penurunan keanekaragaman ikan orisinil apabila ikan bilih berkompetisi dan mendesak populasi ikan orisinil. Apalagi bila di badan air yg bersangkutan masih ada jenis ikan endemik atau jenis ikan langka yang perlu dilindungi dan dilestarikan.

KELAYAKAN FINANSIAL DAN ANALISA USAHA

Dengan mengambil perkara penebaran ikan bilih di Danau Toba, ikan bilih yang ditebarkan, pada lepas tiga Januari 2003 (hanya dilakukan satu kali) sebanyak 2.850 ekor dari tiga.500 ekor yang ditangkap dari Danau Singkarak dengan berukuran panjang total antara 5-6 cm dan berat antara 0,91,5 gr per ekor atau setara menggunakan 3,8 kg x 10.000 rupiah/kg = 38.000 rupiah. Biaya transportasi dan fasilitas jaring penampung sebanyak 3 juta rupiah, dan porto energi kerja dan lainlain sehingga total biaya buat introduksi ikan bilih sebesar 6 juta rupiah.

Hasil tangkapan nelayan mulai terlihat sejak tahun 2005 yg mencapai 653,6 ton atau 14,6% dari total hasil tangkapan ikan dalam tahun yang sama, yakni sebesar 4.462 ton menggunakan nilai produksi sebesar tiga,9 milyar rupiah. Hasil tangkapan ikan Bilih tersebut berada dalam urutan ke 3 sesudah tangkapan ikan mujair & nila. Pada tahun 2008, hasil tangkapan ikan bilih meningkat mencapai 13.000 ton atau setara menggunakan nilai 65 milyar rupiah. Pada tahun 2012 mencapai 45.000 ton atau senilai 225 milyar rupiah. Secara generik, produksi ikan di Danau Toba semakin tinggi menurut rata 15-20 kg/ha/th sebelum introduksi ikan bilih menjadi 350-400 kg/ha/th.

TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI

Ikan bilih merupakan ikan endemik Danau Singkarak di Sumatera Barat. Demikian juga seluruh komponen yg dipakai dalam penerapan teknologi introduksi ini adalah komponen dalam negeri.

Sumber:

Kartamihardja E. S., Sarnita A. S., Purnomo K., 2013. Introduksi Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis). Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan & Perikanan 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

#Tag :

Jenis -Jenis Ikan Air Laut Ekonomis Penting [Bagian 16]

Jenis ikan air laut yang memiliki hemat penting di perairan Indonesia sangatlah poly. Berikut adalah beberapa jenis ikan air laut yg memiliki nilai irit krusial yg telah dirangkum. Untuk melihat goresan pena sebelumnya bisa dilihat pada tautan dibawah artikel ini.

76. Kurisi cambuk ganda, Nemipterus nematophorus
Ikan cambuk ganda [sumber]

(Nemipteridae); hidup didasar, karang-karang, dasar lumpur atau lumpur pasir pada kedalaman 10-50 m, makanannya cacing-cacing kecil, udang, moluska, dapat mencapai panjang 25 centimeter, biasanya 12-18 cm. Tergolong ikan demersal, penangkapan terutama dengan trawl, cantrang & sejenisnya, macam-macam pukat tepi, pancing, dipasarkan dalam bentuk segar, asin kemarau, harga murah. Daerah penyebaran; hampir masih ada diseluruh perairan Indonesia, ke utara mencakup Teluk Siam, Philipinna.

77. Sembilang, Plotosus canius
Ikan sembilang [sumber]

(Plotosidae); hayati didasar, umumnya berlumpur, daerah pantai, muara sungai dan kadang-kadang masuk sungai makanannya ikan-ikan dasar, moluska, & lain-lain hewan dasar, dapat mencapai panjang 200 m. Tergolong ikan demersal, penangkapan trawl, cantrang dan sejenisnya, pukat tepi, pancing, dipasarkan pada bentuk segar, asin kering, harga murah. Daerah penyebaran; perairan pantai terutama Laut Jawa, Selat Malaka, sepanjang Kalimantan, Sulawesi, Sultra, Laut Arafuru, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan.

78. Kuro (Senangin), Eleutheronema tetradactylum
Ikan kuro [sumber]

(Polynemidae); hayati didasar, wilayah pantai, dangkal, kadang-kadang masuk sungai-sungai akbar, makanannya ikan-ikan kecil, udang-udangan, organisme dasar, dasar, dapat mencapai panjang 200 cm, umumnya 45-50 centimeter. Tergolong ikan demersal, Penangkapan dengan trawl, jaring insang, pukat tepi, cantrang & sejenisnya, jermal, sero, rawai, dipasarkan dalam bentuk segar, asin-kering, asin-1/2 kemarau (beka), harga sedang. Daerah penyebaran; perairan pantai terutama bahari Jawa, Sumatera bagian Timur, sepanjang Kalimantan, Sulawesi Selatan, Arafuru, Ke utara hingga Teluk Benggal, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, ke Selatan hingga Queensland (Australia).

79. Kambing-kambing, Pomacanthus imperator
Ikan kambing - kambing [sumber]

(Pomacanthidae); hayati dikarangkarang, bisa mencapai panjang 40 cm. Tergolong ikan-ikan karang, penangkapan dengan bubu, jaring bundar (encircling net) dilengkapi serok, pancing, dipasarkan baik sebagai ikan konsumsi maupun ikan hias, harganya relatif baik, mahal. Daerah penyebaran ; perairan karang, terumbu karang semua indonesia, & perairan Indo-Pasifik lainya.

80. Kambing-kambing ungu, Pomacanthus semicirculatus
Ikan kambing - kambing ungu [sumber]

(Pomacanthidae); hidup pada perairan karang, karang-karang, bisa mencapai panjang 35 centimeter. Tergolong ikan karang, penangkapan dengan bubu, jaring lingkar, dipasarkan baik menjadi ikan konsumsi biasa, juga sebagai ikan hias. Sebagai ikan hias harganya cukup baik, mahal. Daerah penyebaran ; perairan dangkal, karang-karang diseluruh Indonesia, dan perairan Indo-Pasifik lainnya.

Jenis - jenis ikan ekonomis bahari lainnya silahkan lihat artikel berikut :

Ikan Laut Ekonomis Penting

Sumber : Pengenalan jenis - jenis ikan air laut. Abdul Samad Genisa. 1999

Semoga Bermanfaat...

Polikultur Rumput Laut Lawi-lawi (Caulerpa, sp) dengan Rajungan (Portunus pelagicus. Linn) di Tambak

DESKRIPSI TEKNOLOGI

Tujuan & Manfaat Penerapan Teknologi

Tujuan berdasarkan aktivitas ini adalah buat (a) menyebarkan komoditas alternatif yg prospektif dan menguntungkan, (b) memperoleh model budidaya rajungan yang tepat, efisien dan ramah lingkungan, (c) menaikkan produktivitas tambak, (d) menambah nilai produksi berdasarkan lawi-lawi menjadi bioshelter & produk samping aktivitas budidaya rajungan, dan (e) mempertinggi pendapatan pembudidaya dan memperluas lapangan kerja.

Manfaat lain berdasarkan aktivitas ini merupakan tersedianya produk lawi-lawi sebagai pangan yang mempunyai poly manfaat bagi manusia. Manfaat lawi-lawi disamping menjadi bahan panganatau makanan segar sebagai lalapan jua memiliki hasiat menjadi obat beberapa penyakit tertentu dan masih banyak kegunaan/hasiatnya diantaranya :

? Meningkatkan nafsu makan

? Sebagai obat kanker dan penyembuh luka

? Meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh

? Sumber nutrisi tubuh (Tabel 1)

? Melancarkan aliran darah

? Meningkatkan percaya diri (awet muda)

? Meningkatkan vitalitas

? Anti alergi dan anti jamur

? Pencegahan rematik

? Pencegah terjadinya tumor

? Dapat digunakan menjadi obat bius yg aman buat mobilisasi & transportasi sistem pengiriman ikan

PENGERTIAN

Lawi ?Lawi (Caulerpa, sp), diambil menurut bahasa daerah Makassar Sulawesi Selatan. Masyarakat pada Sulawesi Selatan secara turun temurun telah mengkonsumsi rumput bahari dari golongan makro alga yang mirip anggur hijau ini. Beberapa sebutan lain buat lawi-lawi antara lain : Latoh (Jawa), Lato (Filipina), Umi Budo (Jepang), Latin, Caulerpa sp, Anggur bahari (Indonesia) dan Sea grapes (bahasa Inggris). Rajungan (Portunus pelagicus. Linn), adalah jenis kepiting yg mempunyai tempat asli alami hanya di bahari. Jenis ini biasa ditemukan di areal pasang surut berdasarkan Samudera Hindia, Samudera Pasifik & Timur Tengah hingga Mediterania. Rajungan dimanfaatkan menjadi asal bahan pangan dengan nilai ekonomis tinggi. Makanan rajungan di alam diantaranya bivalvia, ikan & beberapa jenis alga. Rajungan memiliki sifat yg sangat berbeda dengan kepiting bakau (Scylla serrata), Rajungan tidak dapat bertahan usang hidup pada darat atau keluar menurut lingkungan air.

Tabel 1. Komposisi Nutrient Eucheuma cottonii, Caulerpa lentillifera and Sargassum polycystum (% berat kering sample). Matajun et aI.(2009)

RINCIAN DAN APLIKASI TEKNIS

Persyaratan Teknis Penerapan Teknologi

Secara umum pemeliharaan lawi-lawi nir rumit. Lawi-lawi pada umumnya hayati pada perairan bahari dangkal namun bisa jua dibudidayakan pada tambak baik secara monokultur maupun secara polikultur dengan komoditas bandeng, udang atau rajungan. Lokasi yg dipilih buat budidaya lawi-lawi dan rajungan adalah yg mempunyai ciri lingkungan menjadi berikut :

1. Lokasi tambak jauh menurut imbas air tawar yg dapat menurunkan salinitas air

2. Lokasi tambak jauh menurut asal polutan

3. Lokasi tambak harus dekat sumber air bahari. Air tambak sanggup berganti secara rutin mengikuti pasang surut air bahari

4. Tambak dengan tanah dasar pasir berlumpur, karena lumpur sebagai substrat bagi lawilawi

lima. PH tanah tambak wajib normal (tidak asam & tidak basa)

6. Salinitas tambak > 20 ppt.

NO PARAMETER KISARAN OPTIMAL

1 Suhu 25-33 oC

dua Salinitas 20-30 ppt

tiga Pertukaran air Maksimal 1 7 hari sekali

4 Kedalaman air 50 ? 120 cm

Lawi-lawi yg sudah ditanam wajib dikontrol secara rutin buat mengetahui syarat perkembangannya. Begitu juga syarat salinitas air wajib senantiasa dimonitor terutama dalam isu terkini hujan karena salinitas air sewaktu-waktu sanggup menurun tajam sampai pada bawah 25 ppt. Salinitas yg optimum untuk budidaya Lawi-lawi yaitu di atas 20 ppt (Tabel dua). Untuk menjaga salinitas air tambak wajib dilakukan penggantian air secara rutin (minimal satu minggu sekali).

Tabel 2. Kondisi lingkungan optimal buat budidaya Lawi-lawi (Caulerpa,sp) dan Rajungan (Portunus pelagicus, linn)

Uraian Prosedur Operasional Standar

a. Uraian teknologi

Teknologi yg diterapkan yaitu aktivitas budidaya polikultur (pemeliharaan beberapa komoditas) secara bersamaan dalam satu ekosistem yg sama. Dalam aktivitas ini dilakukan pemeliharaan & produksi dua biota aquatik yang tidak selaras yaitu Lawi-lawi (Caulerpa. Sp) sebagai tumbuhan aquatik & Rajungan (Portunuspelagicus. Linn)sebagai hewan aquatik yang asal berdasarkan golongan Crustacea.

B. CaraPenerapan teknologi

1. Tahap Persiapan Tambak

Pengeringan dasar tambak (Gambar 1) dilakukan untuk mempercepat proses pembusukan bahan organik dan pencucian gulma perairan yg bisa sebagai kompetitor pada penggunaan oksigen. Pemberantasan hama dilakukan dengan memakai saponin (4050g/m ) & pengapuran dasar tambak menggunakan menggunakan CaO (25-30 g/m ) atau kapur2 dua CaCO3dengan takaran (60-70 g/m )dua. Pemupukan tambak dilakukan buat memperkaya ketersediaan unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan lawi-lawi dan pakan alami yg berguna bagi kehidupan rajungan. Dosis anugerah pupuk organik yaitu 20-40 g/m atau dua 200-400 kg/ Ha. Setelah Gambar 1. Proses pengeringan tambak selama tiga-4 hari sebelum pengapuran & pemupukan pemberian pupuk & terjadi proses ionisasi atau mineralisasi selanjutnya tambak diisi air secara berangsur-angsur sampai pada air 10-15cm. Setelah kedalaman air tambak 15-25cm, dilakukan penanaman lawi-lawi menggunakan padat tanam 500 g/m2 pada 10-15% x luas areal (Ha) atau 500-750 kg/Ha.

Dua. Penanaman bibit lawi-lawi

Penanaman lawi-lawi dilakukan lebih awal menurut rajungan, yaitu 2 minggu sebelum penebaran benih rajungan. Hal ini dimaksudkan agar dalam ketika benih rajungan ditebar lawi-lawi sudah tertanam bertenaga pada dasar tambak dan telah sanggup dimanfaatkan menjadi shelter rajungan. Lawi-lawi ditanam pada dasar tambak dalam kondisi ketinggian air tambak antara 15-25 centimeter menggunakan padat tanam 0,5 kg/m (masing-masing lima rumpun lawi-lawi/m masing-masing 100 gram per2 2 rumpun) menggunakan jarak tanam antar rumpun atara 50 ? 100 centimeter tergantung pada syarat lingkungan tambak.

Tiga. Pemberian Pupuk Susulan

Pemberian pupuk susulan dilakukan buat membantu proses pertumbuhan dan peremajaan selsel dalam tallus & anggur pada lawi-lawi selesainya dilakukan panen sebagian (parsial). Disamping itu pemberian pupuk susulan pula sangat bermanfaat bagi pengkayaan ketersediaan pakan alami rajungan. Meningkatnya ikan-ikan pelagis yg masuk ke areal tambak menaikkan ketersediaan makanan tambahan rajungan pada tambak. Bahan yang digunakan dalam anugerah pupuk susulan ini sanggup menggunakan pupuk organik kompos atau pupuk organik cair menggunakan takaran sinkron syarat dan kesesuaian lahan. Waktu pemupukan usahakan dilakukan dalam pagi hari setiap 6 minggu sekali sehabis pergantian air.

4. Penebaran Rajungan

Penebaran benih rajungan dilakukan selesainya 2 minggu penanaman lawi-lawi. Benih rajungan yang dipakai merupakan benih unggul output pengembangbiakan pada hatchery Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar. Benih rajungan yang ditebar berukuran 1-2 centimeter menggunakan berat rataan 1,5 - 2 g/ekor. Sebelum ditebar di tambak benih rajungan terlebih dahulu diaklimatisasikan dengan cara dipelihara pada waring yang dipasang di tambak. Setelah tiga hari aklamatisasi, benih rajungan dilepas ke pada tambak. Budidaya rajungan pada tambak dilakukan selama 4 bulan masa pemeliharaan. Sistem budidaya yang dilakukan adalah sistem intensif dan tradisional. Pada sistem intensif, benih rajungan ditebar menggunakan kepadatan dua ekor/m sedangkan pada sistem tradisional 1 ekor/m2.

Lima. Pemberian Pakan Rajungan

Pakan yang dipakai sebagai pakan tambahan buat pembesaran rajungan adalah ikan rucah yaitu jenis ikan yang bernilai irit rendah atau limbah olahan ikan. Ikan rucah dicincang supaya sesuai menggunakan berukuran & bukaan verbal rajungan. Pemberian pakan tambahan u n t u k r a j u n g a n p a d a budidaya sistem semi intensif dilakukan satu kali per hari dengan dosis dua% berdasarkan total biomassa (berat t o t a l b e n i h y a n g dibudidayakan). Waktu yang

Gambar 3. Ikan rucah dicincang (kiri) dan output cincangan (kanan) buat pakan tambahan dalam aktivitas pembesaran rajungan pada tambak tepat buat pemberian pakan dalam sistem semi intensif ini merupakan pada jam 11-12 siang yaitu pada syarat nafsu makan rajungan sangat tinggi. Sedangkan dalam sistem budidaya intensif hadiah pakan dalam rajungan yg dipelihara dilakukan sebanyak 3 kali perhari dengan takaran dua-3% berdasarkan total biomassa. Pemberian pakan yg sempurna yaitu pada jam 08.00, jam 12.00 dan jam 15.00 dan dilakukan secara kontinyu setiap hari hingga masa rajungan siap panen.

6. Sampling Rajungan

Sampling merupakan penimbangan dan pengukuran beberapa sampel rajungan yg dibudidayakan secara rambang untuk mengetahui bobot & ukuran modern baik pada rataan perindividu juga per populasi rajungan yang dibudidayakan. Sampling jua dimaksudkan buat bisa mengetahui laju pertumbuhan, nilai konversi pakan (FCR), nomor sintasan hidup (SR) dan tingkat efisiensi anugerah pakan, serta dapat m e m p e r k i r a k a n kebutuhan pakan l a n j u t a n . A g a r rajungan tidak tertekan usahakan sampling dilakukan setiap dua minggu sekali dalam

Gambar 3. Kegiatan sampling yang dibudidayakan untuk mengukur laju pagi atau sore hari pertumbuhan (kiri) & berat rataan rajungan (kanan) waktu suhu air rendah.

7. Metode Pemanenan Lawi-lawi & Rajungan dalam sistem polikultur

Lawi-lawi juga rajungan bisa dipanen secara gampang kapan saja waktunya disaat diinginkan sinkron kondisi pasar. Pemanenan mampu dilakukan secara berangsur-angsur sebagian (parsial) atau dipanen seluruhnya (panen total)

? Panen Parsial (Panen sebagian)

Panen Parsial adalah proses pemanenan sebagian biota aquatik yg dibudidayakan tanpa harus mengeringkan air pada tambak & tanpa mengganggu berlangsungnya aktivitas budidaya atau pembesaran lanjutan. Pada sistem panen parsial, lawi-lawi atau rajungan dipanen sesuai kebutuhan dengan ketika bersamaan ataupun pada saat yang berbeda. Pada sistem panen misalnya ini yang dipanen terlebih dahulu adalah rajungan dengan menggunakan indera tangkap (rakkang) yg diberi umpan ikan rucah (Gambar 4). Rakkang pada letakkan dekat saluran pemasukan air laut sehingga rajungan terjebak dalam rakang tadi. Selanjutnya rajungan ditampung dalam waring/hapa, buat disortir berdasarkan ukuran sinkron kebutuhan & permintaan pasar. Setelah proses penangkapan rajungan terselesaikan pemanenan lawi-lawi dilakukan secara eksklusif dengan mobilitas panen ke arah inlet. Panen lawi-lawi bisa dilakukan secara terjadwal dimulai saat umur tanam lawi-lawi telah lebih berdasarkan 3 minggu ke atas. Lawi-lawi yg sudah dipanen dibilas air tambak yang higienis buat membersihkannya menurut kotoran lumpur. Lawi-lawi ditampung pada waring pemberokkan selama 3 hari & dilakukan sortir secara kuantitas & kualitas untuk dikemas kedalam karung sebelum didistribusikan ke pasar.

? Panen Total (Panen Seluruhnya)

Proses panen total dilakukan dengan mengeluarkan air tambak secara perlahan-lahan sampai tambak menjadi kering menggunakan menggunakan pompa dorong ataupun pompa hisap. Seluruh biota yg dibudidayakan dipanen seluruhnya baik lawi-lawi maupun rajungannya. Pengeringan dasar tambak dilakukan lagi buat aktivitas selanjutnya. Pada sistem panen total rajungan dilakukan setelah panen parsial, selanjutnya air tambak disurutkan sembari terus dilakukan panen rajungan dengan menggunakan rakkang hingga permukaan tambak terus menurun. Sebelum air tambak kemarau, dilakukan panen lawi-lawi secara total, dibersihkan kemudiandisortir pada tambak atau saluran air bahari yg higienis di sekitar lokasi panen. Setelah lawi-lawinya habis dipanen dilakukan panen rajungan sampai habis, kemudian pada t a m p u n g d a l a m waring/hapa. Setelah lawi-lawi dan rajungan selesai dipanen, pematang tambak d i p e r b a i k i d a n dikeringkan buat Gambar 4. Alat panen rajungan atau Rakkang (kiri) dan rajungan hasil fase penggunaan panen total (kanan) tambakselanjutnya.

Kaji Terap yang sudah dilakukan Kajiterap (Gambar 5) terkait teknologi budidaya polikultur lawi-lawi menggunakan rajungan ini dilakukan pada bulan Maret hingga dengan Juli 2012 pada dua lokasi tambak milik

Gambar 5. Interaksi antara lawi-lawi (menjadi bioshelter) dengan

Rajungan (simbiosis mutualisme) dalam polikultur lawi-lawi & rajungan pembudidaya pada Dusun Pu n t o n d o d a n D u s u n Turikalle Teluk Laikang Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan.Bahan yang dipakai adalah bibit lawi-lawi kultivar bulaeng, benih rajungan, pakanrucah, pupuk organik & probiotik. Produksi lawi-lawi tidak sinkron dalam tambak semi intensif & tradisional (Tabel 3) yang luasnya 400 m2. Sedangkan produksi rajungan berdasarkan polikultur menggunakan lawi-lawi dalam tambak 10.000 m2 berkisar antara 18 ? 221 kg (Tabel 4) dengan salinitas air tambak berkisar antara 18,8 ? 31,6? (Gambar 6).

Gambar 6. Grafik hasil Pengamatan kualitas air selama kegiatan

Tabel tiga. Produksi lawi-lawi (Caulerpa sp)pada sistem polikultur menggunakan rajungan (Portunus pelagicus. Linn) di tambak Laikang Kabupaten Takalar selama 4 bulan pemeliharaan

Tabel 4. Produksi dan kelangsungan hidup rajungan (Portunus pelagicus. Linn) hasil polikultur dengan lawilawi (Caulerpa, sp) pada tambak Laikang Kabupaten Takalar.

KEUNGGULAN TEKNOLOGI

Kegiatan uji coba polikultur budidaya lawi-lawi dengan rajungan sistem intensif juga tradisional menaruh citra usaha menguntungkan walaupun dengan hasil produksi rajungan yg masih rendah, akan tetapi jauh lebih baik dibanding sistem budidaya monokultur yang umumnya pembudidaya lakukan. Pada sistem polikultur menggunakan lawi-lawi dengan anugerah pakan menghasilkan produksi rajungan sebesar 221kg, sedangkan untuk polikultur tanpa diberi pakan diperoleh produksi akhir rajungan sebanyak164 kg & untuk budidaya monokultur rajungan secara tradisional (tanpa diberi pakan) hanya dihasilkan produksi rajungan sebesar 18 kg dengan kelangsungan hayati sangat rendah (SR = 10,4%). Ukuran rajungan sesudah 4 bulan masa pemeliharaan berkisar antara 5-12 ekor/kg dengan sintasan 28 %. Data tersebut menerangkan hasil yg lebih baik menurut sistem monokultur yang sintasannya berkisar antara 10% - 17%. Pada awalnya tingkat sintasan yg ditargetkan merupakan 30%. Kecilnya sintasan ini diduga lantaran kondisi tambak yang menyulitkan dalam waktu panen. Kondisi tambak gambut (eks tambak idle) dan berlumpur membuat banyak rajungan yang menyelinap di lumpur walaupun air bisa disurutkan. Diduga masih banyak rajungan yang tersisa pada dalam tambak terutama buat berukuran yg lebih mini sebagai akibatnya rajungan yang dibudidayakan nir mampu di panen serentak pada satu kali pemanenan.

WAKTU DAN LOKASI PENGKAJIAN, DAERAH REKOMENDASI

Data berdasarkan hasil uji coba pada Dusun Puntondo & Turikalle Desa Laikang Kabupaten Takalar yg dilaksanakan dalam bulan Maret s/d Juli 2012 menerangkan bahwa budidaya lawi-lawi & rajungan dalam sistem intensif menaruh dampak yang lebih baik terhadap kelangsungan hayati (SR) rajungan sehingga produktivitasnya lebih baik menggunakan ukuran nisbi seragam. Pada sitem tradisional yang tidak diberi input pakan juga menampakan nomor kelulushidupan yg cukup baik dibanding sistem monokultur. Hal ini menerangkan adanya dampak yang cukup efektif penggunaan lawi-lawi sebagai shelter/tempat asli rajungan yang ideal. Lain halnya menggunakan sistem monokultur budidaya rajungan yang kelulushidupannya rendah dan berukuran kurang seragam, ini sangat memungkinkan sebagai akibat menurut tidak adanya shelter tempat rajungan berlindung berdasarkan ancaman sifat kanibalisme sesamanya terutama pada saat pergantian kulit (molting) dan kompetisi dalam ketika mengkonsumsi pakan.

Gambar 7. Kawasan pengembangan lawi-lawi & rajungan (Teluk Laikang), Di Sulawesi Selatan Wilayah penerapan dan pengembangan lokasi teknologi Budidaya polikultur lawi-lawi menggunakan rajungan adalah wilayah yang strategis & memiliki kelayakan teknis sebagai tempat asli yang cocok buat budidaya lawi-lawi & rajungan. Lokasi yg dipilih sebaiknya berdekatan eksklusif menggunakan bibir pantai supaya memudahkan penggantian air bahari yg sangat ditentukan oleh pasang surutnya air bahari (Gambar 7). Daerah dengan latar belakang sektor pertanian yang kurang maju adalah galat satu kawasan yang tepat untuk dijadikan pengembangan budidaya lawi-lawi dan rajungan sebagai akibatnya perekonomian rakyat dapat ditingkatkan melalui pertanian aquatik (budidaya lawi-lawi di tambak).

KEMUNGKINAN DAMPAK NEGATIF

Kemungkinan pengaruh negatif yang dapat ditimbulkan berdasarkan kegiatan budidaya polikultur misalnya ini diantaranya produksi lawi-lawi yang melimpah jika nir sesuai dengan permintaan pasar yg c u k u p a k a n m e n g a k i b a t k a n menurunnya harga jual lawi-lawi dipasaran. Sebagai antisipasi berdasarkan k e m u n g k i n a n terjadinya kondisi tersebut dilakukan b e r b a g a i c a r a pengenalan produk lawilawi dalam berbagai

Gambar 8. Proses panen sebagian (parsial)(kiri) dan penampunganlawi-lawi pada hapa pada tambak sebelum dipasarkan (kanan)

kemasan buat membuka akses pasar yg baru pada warga terutama di lebih kurang daerah pengembangan budidaya lawi-lawi. Selain itu perlu dicari peluang pasar supaya lawi-lawi dapat dipasarkan sebagai bahan standar produk olahan pangan & obat-obatan menggunakan bekerja sama dengan aneka macam pihak buat menjajaki peluang ekspor lawi-lawi ke manca negara. Dampak lain yang kemungkinan dapat timbul karena sifat lawi-lawi yang menyerap substrat, apabila lokasi budidaya mempunyai substrat yang poly mengandung limbah dan amoniak dapat menurunkan kualitas produksi dan lawi-lawi yang dihasilkan kurang higienis. Hal ini dapat diantisipasi menggunakan pemilihan lokasi budidaya yg baik sebelum kegiatan budidaya dilaksanakan.

KELAYAKAN FINANSIAL DAN ANALISA USAHA

Kegiatan budidaya lawi-lawi secara polikultur dengan rajungan menaruh asa baru bagi pembudidaya/petambak. Rajungan sanggup dibudidayakan di tambak secara bersamaan dengan lawi-lawi karena 2 biota aquatik yg tidak selaras spesies ini satu sama lain mempunyai hubungan positif yang saling menguntungkan (bersimbiosis mutualisme) dan bisa beradaptasi pada lingkungan yg sama. Lawi-lawi sebagai flora perairan tambak sangat membantu berperan pada merangsang laju pertumbuhan rajungan pada suplai oksigen pada siang hari & tidak berbahaya dalam malam hari, bahkan sebagai tempat yg nyaman bagi rajungan pada saat fase istirahat dan ganti kulit (molting). Pada sisi lain keberadaan rajungan pula tidak mengganggu

Tabel lima. Gambaran output produksi sistempolikultur lawi-lawi (Caulerpa, sp) dengan rajungan (Portunus pelagicus. Linn) pada tambak Laikang Kabupaten Takalar, selama satu daur (Masa pemeliharaan tiga,lima bulan). *)Tambak porous, air dangkal bersuhu panas tanpa lawi-lawi sehingga produksi rajungan rendah

Tabel 6. Hasil bisnis per daur

Gambar 9. Rajungan yg sudah dipanen perkembangan dan pertumbuhan lawi-lawi, bahkan kotoran & sisa pakan output metabolisme rajungan secara tidak pribadi menjadi masukan unsur hara yg bermanfaat bagi pertumbuhan lawi-lawi. Berdasarkan analisa sederhana terhadap hasil kegiatan kaji terap teknologi polikultur lawi-lawi dengan rajungan ini diperoleh konklusi hemat bahwa budidaya polikultur lawi-lawi dengan rajungan sangat menguntungkan (Tabel lima dan 6) & bisa dikembangkan sebagai teknologi cara lain pada rangka menunjang program industrialisasi perikanan. Pada sisi teknis aktivitas ini dapat membentuk konklusi teknis sebagai berikut :

? Lawi-lawi dapat dijadikan asal penghasilan harian bagi para pembudidaya pada sistem polikultur menggunakan rajungan sebelum panen rajungan.

Gambar 10. Tiga kultivar lawi-lawi (Caulerpa, sp) yg dikembangkan pada kajian: Kultivar Bu'ne(C. Racemosa) (a), Bulaeng (C. Lentillifera) (b) & lipan (C. Sertulariodes) (c)

? Polikultur lawi-lawi dengan rajungan menaruh harapan baru bagi pembudidaya/petambak

? Rajungan bisa dibudidayakan di tambak secara bersamaan menggunakan lawi-lawi karena 2 biota aquatik yang tidak selaras spesies ini satu sama lain mempunyai interaksi positif yg saling menguntungkan (bersimbiosis mutualisme) dan dapat beradaptasi dalam lingkungan yang sama

? Model/teknik budidaya misalnya ini bisa mempertinggi taraf kelangsungan hidup rajungan dan meningkatkan nomor produksi/meningkatkan pendapatan rakyat pembudidaya tambak

TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI

Tingkat komponen yg digunakan pada aktivitas ini 100% produk dalam negeri, dimana seluruh bahan dan peralatan yg digunakan dalam kegiatan tersedia setiap waktu diperlukan.

Sumber:

Hasbullah D., Raharjo S., Jumriadi, Agusanty H, & Rimmer M., 2013. Polikultur Rumput Laut Lawi-lawi (Caulerpa, sp) dengan Rajungan (Portunus pelagicus. Linn) pada Tambak. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2013. Badan Penelitian & Pengembangan Kelautan dan Perikanan ? Kementerian Kelautan & Perikanan, Jakarta.

#Tag :

Jenis - Jenis Ikan Air Laut Ekonomis Penting [Bagian 18]

Jenis ikan air bahari yang memiliki hemat penting di perairan Indonesia sangatlah banyak. Berikut merupakan beberapa jenis ikan air bahari yang mempunyai nilai irit krusial yang telah dirangkum. Untuk melihat tulisan sebelumnya dapat dilihat pada tautan dibawah artikel ini.

86. Langkau, Psettodes erumei
Ikan langkau [sumber]

(Psettodidae); hidup di bagian atas dasar berlumpur, pada daerah pantai hingga kedalaman 100 m, termasuk ikan buas pemakan binatang dasar terutama udang, dapat mencapai panjang 50 centimeter, umumnya 20-40 cm. Tergolong ikan demersal, penangkapan dengan trawl, cantrang dan sejenisnya, pukat tepi, jermal, sero, dipasarkan dalam bentuk segar, asin-kering, harga sedang. Daerah penyebaran ; terdapat hapir diseluruh perairan pantai Indonesia terutama Jawa, bagian timur Sumatera, Kalimantan, Sulsel, Arafuru, ke utara meliputi Teluk Benggala, Thailand, sepanjang pantai

Laut Cina Selatan, Philipinna, ke utara sampai pantai timur Australia, pula ke barat hingga Afrika Timur.

87. Pare kekeh, Rhynobatus djiddensis
Ikan pare kekeh [sumber]

(Rhinobatidae); hidup didasar, melahirkan anak, vivipar, termasuk ikan buas, makanannya organisme dasar (ikan, moluska, krustasea), bisa mencapai panjang hingga 300 cm. Tergolong ikan dasar, penangkapan terutama menggunakan trawl, pancing, cantrang & sejenisnya, pukat tepi. Daerah penyebaran ; perairan pantai, lepas pantai pada seluruh Indonesia, Teluk Benggala, Teluk Siam, Laut Cina Selatan, Philipinna.

88. Pari burung, Rhinoptera javanica
Ikan pari burung [sumber]

(Rhinopteridae); hayati pada dasar, termasuk ikan buas, makanannya organisme dasar (ikan-ikan dasr, moluska, krustasea), dapat mencapai panjang 100 centimeter lebih. Tergolong ikan dasar, penangkapan dengan trawl, cantrang dan sejenisnya, macam-macam pukat tepi, pancing garit, dipasarkan dalam bentuk segar, asinkering, harga murah. Daerah penyebaran; semua perairan Indonesia, & perairan tropis lainnya.

89. Kakatua, Callyodon cyanognathus
Ikan kakatua [sumber]

(Scaridae); hidup di perairan pantai, dangkal, karang-karang, bisa mencapai panjang 50 cm. Tergolong ikan pelagis, karang, penangkapan menggunakan bubu, jaring karang, pancing, dipasarkan dalam bentuk segar, asin-kemarau, harga sedang. Daerah penyebaran ; perairan pantai, terumbu karang di seluruh Indonesia & perairan Indo-Pasifik lainnya.

90. Gulamah, Argyrosomus amoyensis
Ikan gulamah [sumber]

(Sciaenidae); hidup pada perairan pantai, bergerombol akbar, dapat mencapai panjang 38 cm, umumnya 25-30 cm. Tergolong ikan demersal, penangkapan terutama dengan trawl, cantrang dan sejenisnya, macam-macam pukat tepi, jaring insang dan pancing, dipasarkan dalam bentuk segar, asin-kering, asin-panaskan, harga sedang.

Jenis - jenis ikan irit bahari lainnya silahkan lihat artikel berikut :

Ikan Laut Ekonomis Penting

Sumber : Pengenalan jenis - jenis ikan air bahari. Abdul Samad Genisa. 1999

Semoga Bermanfaat...