Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

PERSYARATAN RUMPON

Secara teknis material apapun yang direndam di air laut merupakan media tumbuh atau tempat menempelnya biota karang.  Namun tujuan pembuatan rumpon ini tidak terlepas dari persyaratan harus mudah ditangani, mudah dipindah atau mudah diperbaiki,  sehingga dihindarkan bahan-bahan non tumbuhan yang tidak mudah korosif, dan aerodinamis.

Gambar 1. Rumpon Buatan dari Bahan Bukan Tumbuhan

Gambar 2. Rumpon Buatan menurut Bahan Tumbuhan dan Bukan Tumbuhan

Sumber:

Santoso. 2011. Modul Penyuluhan Kelautan & Perikanan: Seluk Beluk Rumpon & Pemasangannya. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.

#Tag :

IKAN YANG TERTARIK PADA RUMPON

1.1.        Rumpon untuk Menangkap Nener

Ikan bandeng adalah jenis ikan yang dapat hidup di dua perairan yang berbeda kadar garamnya, yaitu perairan laut dan perairan payau.  Saat akan memijah bandeng pergi ke perairan laut yang memiliki kadar garam tinggi, dan saat ikan akan beranjak dewasa bandeng akan berpindah ke air payau, diawali  dari bandeng masih berbentuk burayak (nener).   Burayak akan beruaya mencari air yang berkadar rendah dengan menelusuri tempat-tempat terlindung pada tepian pantai, atau sungai.

Dewasa ini bandeng dapat dibudidayakan di tambak air payau.  Namun benihnya ditangkap dari alam dengan menggunakan rumpon.  Rumpon paling sederhana yang terbuat dari jalinan daun pisang kering ini dipasang memotong alur ruaya nener dengan tujuan memberikan perlindungan buatan.

1.2.

Ikan-ikan yg Tertarik pada Rumpon

Rumpon memikat berbagai jenis ikan pada berbagai kedalaman bedasarkan musim sepanjang tahun.    Ikan-ikan tuna berukuran kecil biasanya mengelompok di dekat permukaan.  Tuna yang lebih besar seperti Madidihang (Yellowfin tuna), tuna mata besar (bigeye tuna) dan albakora (Albacore)  umumnya mengelompok didekat rumpon pada kedalaman 50 meter hingga 300 meter, terkadang juga berada di dekat permukaan khususnya pada malam hari.  Ikan lainnya seperti lemadang (rainbow runner), marlin, cucut, layaran juga biasanya tertarik rumpon.

Gambar 1 Ikan pelagis yang tertarik pada rumpon

Situs FAD terbaik tambat adalah daerah datar yg luas dengan kemiringan sedikit atau tidak terdapat. Daerah yg luas adalah penting karena, forreasons dijelaskan pada bagian 2C, path sebenarnya jangkar dari keturunan selama penyebaran relatif unpredict-mampu. Akibatnya jangkar mungkin berakhir beberapa ratus meter menurut loka pendaratan dimaksudkan. Flatareas sempit, lereng tajam, dan drop-off curam, semua menaikkan potensi jangkar berakhir pada kedalaman yang keliru. Thiscould menyebabkan kerusakan tambat atau stres dan kegagalan premature

Sumber:

Santoso. 2011. Modul Penyuluhan Kelautan dan Perikanan: Seluk Beluk Rumpon dan Pemasangannya. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.

#Tag :

PENGGELONDONGAN IKAN BANDENG

Hampir satu dasawarsa serangan penyakit udang yang mematikan belum dapat terkendali secara efektif, kegagalan sudah berkali-kali dialami petani/pengusaha tambak. Timbulnya penyakit udang tersebut ditimbulkan semakin menurunnya daya dukung huma tambak menjadi akibat berdasarkan penerapan Sapta Usaha Pertambakan yg tidak sinkron anjuran dan adanya aneka macam bentuk manipulasi lingkungan perairan tambak yang dilakukan petani, semua ini bermuara kepada terganggunya keseimbangan sistim perairan (Ali Poernomo, 1992).

Salah satu upaya buat menaikkan pulang daya guna & nilai guna lahan tambak dibutuhkan adanya suatu solusi menggunakan memfungsikan tambak melalui budidaya beragam komoditi salah satu antara lain adalah komoditi ikan bandeng. Ikan bandeng merupakan keliru satu asal protein hewani yg harganya tidak mengecewakan & bisa dijangkau sang warga luas, selain dikonsumsi pada bentuk ikan segar jua dalam bentuk olahan diantaranya: pindang dan bandeng presto (Aslianti, 1994).

Kebutuhan lain yang akhir-akhir ini cukup berkembang adalah sebagai umpan hidup untuk penangkapan tuna/cakalang (Asmin Ismail, & Ahmad Sudrajad, 1992). Kelebihan lain yang dimiliki ikan bandeng yaitu tahan terhadap perubahan lingkungan seperti suhu, pH, kecerahan air, gampang menyesuaikan diri & mempunyai toleransi yg tinggi terhadap kisaran kadar garam 0-15 ppt, tahan terhadap penyakit serta nir mempunyai sifat kanibal sehingga ikan ini mempunyai kecenderungan buat dibudidayakan menggunakan kepadatan tinggi terutama penggelondongan (Liao, 1985). Dalam bisnis budidaya benih hingga ukuran gelondongan adalah komponen penentu menuju keberhasilan budidaya. Konflik yg dihadapi waktu ini merupakan rendahnya teknologi penggelondongan yg dimiliki petani/pengusaha, baik itu padat tebar, anugerah pakan tambahan dan manajemen air, sehingga tingkat pertumbuhan & kelulusan hayati yg didapatkan dalam penggelondongan bandeng masih sangat rendah. Untuk itu diperlukan adanya informasi yang akurat menyangkut teknologi penggelondongan nener bandeng menjadi acuan yang bisa dimanfaatkan sang petani/pengusaha tambak. Beberapa laba bisa diperoleh menggunakan penggelondongan nener bandeng hingga berukuran (lima-7 cm) merupakan menjadi berikut :

a. Pemenuhan kebutuhan gelondongan bandeng sepanjang tahun untuk menunjang

budidaya bandeng umpan maupun bandeng konsumsi.

B. Meningkatkan kelangsungan hidup dalam usaha budidaya berikutnya.

C. Menekan biaya produksi dan peningkatan efisiensi pemanfaatan lahan terhadap

budidaya bandeng umpan atau bandeng konsumsi.

D. Berfungsi sebagai komoditi rotasi buat memutus daur penyakit udang.

E. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani tambak.

F. Menampung energi kerja di daerah pesisir pantai.

 1. Pemilihan Lokasi

Pada umumnya petakan tambak penggelondongan nener bandeng sama menggunakan petakan tambak budidaya ikan bandeng. Petakan tambak bisa dibuat di lokasi dengan disparitas tinggi pasang surut dua-tiga m. Elevasi tambak optimal merupakan 0,50 m dari permukaan air bahari. Tanah dasar yang ideal bagi tambak bandeng merupakan tanah liat berdebu (Selty loan) karena selain mampu menampung air pula sangat baik buat pertumbuhan alga dasar. Tanah tambak yg baru dibuka dalam umumnya bereaksi masam, karena itu pemugaran tanah (reklamasi) perlu dilakukan dengan jalan penjemuran tanah dasar dan pembersihan juga pengapuran.

Persyaratan Lokasi Penggelondongan Nener Bandeng

- Keadaan Lingkungan (Variabel)

1 PH 7 ? 8

2 Oksigen terlarut > 3 ppm

tiga Suhu air 25 - 30 0C

4 Salinitas 10 - 30 ppt

5 Sumber air Payau dan tawar

6 Kualitas air Tidak ternoda

7 Tekstur tanah Liat berdebu

 2. Konstruksi & Desain Tambak

Pematang tambak terdiri dari pematang keliling (tanggul primer) dan pematang penyekat (tanggul skunder). Pematang keliling harus cukup lebar (> 1 m) dengan lereng bagian dalam 1-1,5 dan lereng bagian luar 1-1,20 m. Sedangkan lebar pematang perantara dibuat lebih kecil dengan lereng tanggul 1:1 (Poernomo 1992).

Gambar    Tampak samping

Gambar tampak atas

Tinggi pematang sebaiknya tidak kurang dari 0,lima m pada atas pasang naik tertinggi dari penyusutan sebanyak 15-20% harus diperhitung dalam pembuatan semua jenis pematang. Saluran di tambak terdiri atas saluran pemasukan, saluran pembuangan dan saluran pembagi. Di pada tiap petakan tambak dapat dibuat parit-parit keliling (caren) menggunakan lebar dua-4 m & pada 0,3-0,lima m menurut bagian atas pelataran. Pintu air satu unit tambak terdiri atas satu pintu utama, pintu sekunder & pintu tertier. Pintu primer dipasang pada pematang primer keliling buat pengaturan pemasukan air ke dalam unit tambak.

Pintu sekunder dipasang dalam pematang mediator buat memasukkan air menurut saluran pembagi ke pada tiap petakan, berukuran pintu air sebaiknya diatur sesuai dengan kapasitas huma sebagai akibatnya pemasukan & pengeluaran air bisa dilakukan dengan lebih cepat. Tiap petak pada satu unit tambak wajib mendapatkan pengairan tersendiri, buat mencegah penggunaan air yg berkualitas rendah sebaiknya pengairan nir dilakukan secara seri.

3. Persiapan

- Pengeringan tanah dasar tambak

Persiapan untuk pengeringan tanah dasar dilakukan terlebih dahulu mengadakan perbaikan pematang, saluran dan pintu tambak. Tanah dasar bagian pelataran diolah & diratakan, kemudian tanah dasar dikeringkan selama 7 hari sampai tanah dasar retak-retak hingga sedalam 1 cm. Dalam aktivitas pengeringan ini juga disertai kegiatan aplikasi pemberantas hama yaitu menggunakan memakai Saponin sebanyak 30 kg/ha.

- Pemupukan awal

Pemupukan merupakan salah satu bentuk masukan energi yang dimanfaatkan ikan secara tidak langsung. Pupuk organik selain merupakan sumber hara yang lengkap bagi pakan alami juga dapat memperbaiki struktur tanah. Pupuk an-organik merupakan pelengkap yang dapat menyediakan zat hara secara cepat untuk kebutuhan pakan alami. Pakan alami yang bisa ditumbuhkan di tambak sebagai pakan utama ikan bandeng adalah kelekap, yaitu kumpulan berbagai jenis jasad dasar yang komponen utamanya terdiri dari alga biru (Cyanophyceae) dan diatom (Bacillariophyceae). Tahap pertama usaha penumbuhan kelekap adalah pengeringan tanah dasar. Apabila pengeringan telah dilakukan, pupuk organik berupa kotoran ternak dengan dosis 2-3 ton/ha ditaburkan secara merata di pelataran, kemudian disusul pemupukan anorganik (buatan) berupa Urea 75-100 kg/ha, TSP 40-50 kg/ka ditaburkan secara merata di pelataran. Tambak diairi macak-macak dengan tinggi air sekitar 5 cm dan diberakan selama satu minggu. Selanjutnya dilakukan pengairan secara bertahap, hari pertama setinggi 10 cm, hari kedua 20 cm, hari ketiga 30-40 cm dan dibiarkan selama kira-kira satu minggu sampai kelekap tumbuh subur. Selanjutnya air ditambahkan lagi hingga 40-50 cm dan tambak siap ditebari benih ikan bandeng. Pada waktu pengisian air, pintu air harus dipasang saringan yang cukup rapat untuk menghindari masuknya organisme predator.

4. Penebaran Benih

- Ukuran

Benih (nener) ikan bandeng yang ditebar merupakan benih yang berada dalam termin akhir masa larva, yang secara alami dijumpai di perairan pantai menggunakan panjang tubuh total 10-16 mm. Jika penebaran menggunakan benih ikan bandeng yang didapatkan berdasarkan panti pembenihan maka benih tadi adalah benih yg berumur 21-25 hari.

- Padat tebar

Padat tebar yang baik buat lama penggelondongan 40-60 hari adalah 10-12 ekor/m2. Sebelum penebaran dilakukan, benih perlu diaklimatisasi terhadap kondisi lingkungan (suhu dan salinitas) medium tambak penggelondongan. Pertama sekali benih ditempatkan pada suatu wadah, kemudian air berdasarkan tambak sedikit-sedikit dimasukkan ke dalam wadah tadi dengan selang melalui salah satu sisi wadah, sedangkan berdasarkan sisi lain air berdasarkan wadah disipon keluar dengan memakai selang yg dilengkapi saringan sehingga dengan demikian akhirnya syarat suhu dan salinitas air pada wadah sebagai sama menggunakan kondisi air pada tambak. Setelah aklimatisasi benih selesai dilakukan, selanjutnya benih bisa ditebar ke tambak.

Lima. Pemeliharaan

- Pengelolaan air

Kegiatan rutin setelah penebaran benih adalah pengamatan untuk mempertahankan kualitas air yang baik dan tersedianya organisme pakan yg cukup di dalam tambak. Pengelolaan kualitas air ditujukan buat memberikan kondisi media hidup yang optimal bagi pertumbuhan ikan. Selama penggelondongan wajib dijaga supaya salinitas & ketinggian air selalu stabil dan ketinggian air dipertahankan 40-50 centimeter. Laju penguapan dan curah hujan yg tinggi bisa menyebabkan salinitas berubah (berfluktuasi) & kondisi seperti ini memungkinkan dapat merusak pertumbuhan alga dasar dan kebalikannya dapat menyuburkan pertumbuhan jenis plankton lain yang nir diinginkan menjadi pakan alami ikan bandeng. Dalam penggelondongan nener bandeng yang baik, alga dasar tambak tumbuh dengan subur dan rona airnya yg jernih. Namun apabila jenis plankton lain yg tumbuh subur misalnya protozoa, flagellata, fitoflagellata & rotifera maka warna air akan berubah sebagai kuning atau coklat. Akibatnya kandungan oksigen dalam air sebagai semakin rendah dan akhirnya bisa mengakibatkan kematian ikan bandeng secara massal. Oleh karenanya, perlu adanya penambahan/ penggantian air bahari yang baru. Penggantian air bisa dilakukan secara gravitasi dengan pemanfaatan gerakan air pasang surut atau pompanisasi.

6. Pemupukan susulan

Setelah penebaran benih, kelekap menjadi pakan alami semakin usang akan semakin berkurang sebagai akibatnya perlu adanya pemupukan susulan agar kelekap bisa tumbuh secara kontinuinitas. Pemupukan susulan satu sampai 2 minggu sekali, hal ini tergantung berdasarkan nilai kesuburan tambak & dimulai dua-3 minggu sesudah penebaran. Pupuk susulan yang digunakan masing-masing Urea 15-25 kg/ha dan SP36 10-15 kg/ha dan ditambah pupuk perangsang seperti Forest, Ladan, Ursal, & lain-lain sebesar 1 kg/ha.

7. Pengendalian hama dan penyakit

Hama di tambak dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu; predator, kompetitor, dan organisme penggangu. Predator terdiri dari burung, lingsang, reptil, ikan dan manusia. Kompetitor termasuk ikan herbivora dan beberapa jenis moluska. Organisme penggangu terdiri dari berbagai species insekta dan cacing. Cara pemberantasan hama yang lazim dilakukan di tambak adalah pengeringan dan penggunaan beberapa jenis pestisida maupun racun tanaman. Tahap pertama pemberantasan hama adalah pengeringan tanah dasar. Pengeringan ini selain berfungsi mengoksidasi bahan organik dan mengeraskan tanah dasar juga membantu pemberantasan berbagai ikan liar, moluska, kepiting, cacing serta organisme hama lainnya. Apabila pengeringan tidak dapat dilakukan secara menyeluruh, maka pada bagian yang tergenang ditambahkan obat pemberantas hama. Untuk keperluan ini dapat digunakan Rotenon dalam bentuk akar tuba (Dheris sp) sebanyak 4-5 kg/ha. Selain itu, dapat juga digunakan Saponin dalam bentuk biji (Camelia sinensis) sebanyak 25-30 kg/ha atau nikotin dalam bentuk serbuk tembakau dengan dosis 200-500 kg/ha.

8. Lama pemeliharaan

`Penggelondongan nener bandeng umumnya sudah mencapai baku ukuran 7-10 centimeter selesainya masa pemeliharaan 40-60 hari. Ukuran ini merupakan yang tepat menjadi gelondongan buat penebaran berikutnya baik untuk tujuan bandeng umpan juga konsumsi.

9. Cara Panen

Pemanenan dilakukan buat tujuan pemeliharaan berikutnya, oleh karenanya hasil panen wajib dalam keadaan hidup. Pemanenan dapat dilakukan pada pagi, sore atau malam hari. Pemanenan dalam ketika air pasang bisa dilakukan dengan cara memasukkan air baru ke pada tambak.

Hal ini mengakibatkan ikan-ikan berkiprah menuju arah masuknya air dan berkumpul pada dekat pintu air. Dengan menggunakan jaring, prayang atau pukat ikan-ikan digiring menuju pintu air, lalu secara perlahan-lahan bundar jaring diperkecil sehinggga ikan-ikan terkurung di dekat pintu. Penangkapan dalam ketika air surut dilakukan terlebih dahulu buat mengurangi air tambak sehingga air tersisa di pada caren kurang lebih 20 cm. Ikan digiring perlahan-lahan & lingkaran diperkecil sehingga ikan dapat berkumpul dekat pintu. Ikan-ikan yg telah terkurung perlu dibera selama 1-2 hari sebelum dipanen untuk dipindahkan. Penangkapan ikan wajib dilakukan sangat hati-hati buat mencegah kemungkinan luka-luka pada tubuh ikan & kehilangan sisik dampak gesekan. Jika lokasi pengangkutan agak jauh, ikan perlu dipak terlebih dahulu dalam kantong plastik yang sudah berisi air laut menggunakan kepadatan 25-50 ekor/liter sinkron ukuran ikan diberi oksigen menggunakan perbandingan air dan oksigen 1:1,5 atau 1:dua tergantung jeda jauh pengangkutan.

Sumber:

Tristian, 2011. Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos): Modul Penyuluhan Perikanan. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.

#Tag :

Menteri Susi Ingin PPN Pengambengan Jadi Tempat Wisata Bahari

Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Susi Pudjiastuti ingin lokasi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan, Kabupaten Jembrana dibangun tempat wisata bahari.

Ia menilai pelabuhan tersebut layak karena lokasinya yang memungkinkan dan bisa menarik wisatawan sebagai akibatnya pelabuhan ini bisa mendongkrak perekonomian dan prospek pendapatan nelayan setempat semakin semakin tinggi.

"Prospek luar biasa kalau seluruh mau bekerja sama bersama dan cepat. Besar sekali. Nelayannya hebat-hebat," kata Susi saat berkunjung ke PPN Pengambengan, Jembrana, Bali, Sabtu (4/6).

"Nelayan di Pengambengan ini sudah jadi. Bagus. Saya pikir ya digarap wisatanya. Program wisata bahari, bikin penginapan, dan banyak ide-ide," tambahnya.

Menurut Susi, di PPN Pengambengan ini banyak terdapat perahu nelayan yang dirancang sangat unik dan menarik. Ditambah desain perahu yang terkesan mewah dengan ornamen beraneka ragam serta warna yang cerah, dipastikan akan menarik wisatawan berkunjung.

Di PPN Pengambengan terdapat 146 kapal yg beroperasi dengan berbagai berukuran. Jika berkunjung ke pelabuhan ini memang akan melihat pemandangan laut menggunakan jajaran kapal ikan dengan desain yang latif.

Sumber: http://www.djpt.kkp.go.id/read/menteri-susi-ingin-ppn-pengambengan-jadi-tempat-wisata-bahari

#Tag :

Kunjungi PPS Bungus, Pemerintah Vietnam Bahas Kerjasama Perikanan Tangkap

Rombongan pemerintah Provinsi Ba Ria Vung Tau, Vietnam bersama pemerintah Kota Padang mengunjungi Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS Bungus), Jumat (30/5). Kunjungan satu hari tersebut merupakan tindak lanjut berdasarkan pertemuan sebelumnya di kantor Balai Kota Padang buat mewujudkan rencana kerjasama sister city pada kedua daerah.

Sektor kerjasama yang dibahas dalam pertemuan ini meliputi bidang perikanan, perkebunan, kehutanan, pendidikan, pariwisata budaya dan sektor lain yang potensial. Dalam bidang perikanan akan dilaksanakan tukar pengalaman dan pengetahuaan usaha perikanan, teknologi packaging perikanan, teknologi pengolahan dan pengawetan hasil perikanan. Termasuk didalamnya manajemen pengemasan, aktifitas kelautan dan perikanan serta  teknologi pembibitan teripang.

Wakil Gubernur Provinsi Ba Ria Vung Tu, Le Tuan Quoc mengungkapkan Vietnam dan Padang mempunyai poly kecenderungan. "Karakter kita sangat mirip, bahkan kuliner pula memiliki kesamaan," ungkapnya di sela-sela petemuan yang dihadiri tak kurang menurut 30 orang tersebut.

Dia jua menuturkan PPS Bungus bisa sebagai wilayah buat pertukaran antara Vietnam & Indonesia. Khususnya untuk pengolahan output perikanan. "Produksi perikanan pada PPS Bungus telah tidak diragukan lagi. Ini merupakan kawasan yg cocok & potensial untuk kerjasama manajemen perikanan," tambahnya.

Sementara itu, Plh Kepala PPS bungus yg pula merangkap menjadi Kepala Bidang Operasional dan Kesyahbandaran, Priyagus mengungkapkan tentang profil PPS Bungus kepada pemerintah Provinsi Ba Ria Vung Tau, Vietnam dan rombongan. "Pemerintah sudah memutuskan PPS Bungus menjadi kawasan industrialisasi perikanan tangkap yg mengacu dalam perikanan tuna, tongkol dan cakalang pada Pantai Barat Indonesia Bagian Barat. Oleh karenanya peluang terbuka sangat besar buat pengusaha perikanan," terangnya.

Usai rendezvous, rombongan berdasarkan Ba Ria Vung Tau Vietnam & pemkot Padang bersama jajarannya meninjau proses pengolahan ikan tuna pada PT Dempo Andalas Samudera. Setelah itu, dilanjutkan menuju Pulau Pasumpahan yg populer menggunakan wisata lautnya. (KC/CP)

Sumber: http://www.djpt.kkp.go.id/read/kunjungi-pps-bungus-pemerintah-vietnam-bahas-kerjasama-perikanan-tangkap

#Tag :

PERSIAPAN PEMASANGAN RUMPON

Komponen rumpon harus ditata dan disusun sesuai urutan logis mulai dari ponton hingga jangkar.  Penataan harus menghindarkan sekecil apapun dari resiko kegagalan atau kecelakaan awak kapal atau awaknya.

Ponton atau pelampung rumpon harus ditempatkan di lokasi penurunannya, sehingga hanya dibutuhkan oleh garak kapal seminimal mungkin.  Lokasinya di sisi luar buritan kiri atau buritan kanan. Ponton harus diikat kuat dengan tambang. Ikatan harus kuat tapi mudah dilepas.   Landasi bawahnya dengan terpal atau karung untuk menghindari kerusakan pada badan kapal.  Termasuk juga tempat meluncurkan rantai jangkar.

Jika menggunakan kapal berukuran kecil, dan ponton atau pelapung harus ditunda sejak keluar dari pelabuhan.  Cara pelampung ditunda ini umum dilakukan jika keadaan laut bergelombang, dan hal ini sangat aman dilakukan jika kapal tidak memiliki winch untuk menurunkan komponen rumpon.

Rantai & tali rumpon

Cara yang paling biasa dilakukan untuk menyimpan rantai dan tali rumpon adalah langsung ditata di dek kapal di lokasi penurunannya.  Keduanya harus terikat erat selama dalam pelayaran menuju lokasi penanaman rumpon.  Saat tiba di lokasi pengikatnya dilepas dan langsung diturunkan dari atas dek.  Alternatif lain, jika ruang kerja sempit dan berbahaya menurunkan dari sisi lambung kapal, rantai dan tali disimpan dalam kotak kayu kokoh.  Kotak dapat ditempakan di palkah ikan.  Membuka gulungan tali dari coilnya harus benar, jika tidak akan terjadi tekukan pada tali. Cara termudah adalah dengan menggunakan alat pembuka atau penggulung tali.

Tali rumpon yang telah dibuka sebaiknya digulung kembali di atas dek dengan menggunakan sistem angka delapan.  Cara ini akan mengurangi resiko kusut atau terbelit susunannya.  Terutama jika tali terbuat dari wire.

Jangkar Rumpon

Cara termudah & paling kondusif menata jangkar sebelum diturunkan ke air merupakan menggunakan menempatkannya pada atas konstruksi kayu (berbentuk meja) yg sejajar menggunakan top bulkwark.

A: Jangkar rumpon; B: Besi siku pelawan rantai pengikat block;C; Konstruksi kayu penumpu jangkar; D: Block penghantar rantai jangkar ketika diturunkan; E landasan tebuat menurut plywood.

Sumber:

Santoso. 2011. Modul Penyuluhan Kelautan dan Perikanan: Seluk Beluk Rumpon & Pemasangannya. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.

#Tag :

PEMBESARAN IKAN BANDENG

1. Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi merupakan hal yang paling vital dalam pembuatan suatu tambak.  Kesalahan dalam menentukan lokasi tambak akan mengakibatkan kerugian tidak hanya biaya dan tenaga tetapi juga kerugian waktu.  Contoh kasus akibat kesalahan pemilihan lokasi, yaitu tidak berproduksinya suatu tambak setelah dibangun karena tidak dapat diairi, sulit mendapatkan sarana produksi atau sulit mendapatkan tenaga kerja.  Lokasi pertambakan hendaknya harus baik dalam pemilihan letak lokasinya yaitu dalam pemilihan lokasinya  terletak di tepi jalan dan mudah dijangkau serta tidak terlalu jauh dari pemukiman penduduk.  Hal ini didukung oleh pendapat Ditjenkan (1994), bahwa pemilihan lokasi untuk pembesaran bandeng haruslah memenuhi syarat-syarat berikut ini , yaitu :

A.    Segi Sosial Ekonomi

1. Dekat menggunakan jalan generik, dimaksudkan buat memudahkan dalam transportasinya sehinga dapat menghemat ongkos produksi.

Dua. Dekat dengan tempat tinggal , agar gampang dalam pengawasannya.

3. Daerah pengembangan budidaya ikan, bertujuan untuk memudahkan dalam    memasarkan hasil.

4. Keamanan terjamin, bebas dari gangguan baik gangguan dari manusia jahil atau gangguan berdasarkan hewan-hewan pengganggu.

5. Perkembangan kota dan industri, lokasi pertambakan tidak terkena daerah pemekaran kota & bebas dari limbah industri.

6. Mudah mendapatkan tenaga kerja, tenaga haruslah terampil dalam mengurus ikan & diharapakan yang menguasai teknik perikanan.

  1. Segi Teknik

1.      Sumber Air

Sumber air dalam kegiatan pembesaran ini  harus jelas karena sumber air menjadi bagian yang vital.   Penggunaan petak tandon dalam kegiatan pembesaran ini sangat diperlukan sebagai wadah penyuplaian air hujan.

2.  Penyediaan Nener

Benih bandeng dalam setiap pertumbuhannya mempunyai ukuran yang berbeda.  Hal inilah yang membuat para pengumpul/pedagang memberi nama pada setaip ukuran benih untuk mempermudah penjualannya ke konsumen.  Berikut nama-nama benih beserta ukurannya menurut Ismail et al.,(1998), yaitu :

a.       Telur : berdiameter 1,10 – 2,25 mm

b.      Larva             : telur yang baru menetas sampai berumur 30 hari.

c.       Nener            : benih dengan ukuran 1 – 1,5 cm.

d.      Se asem        : benih dengan ukuran 2 – 3 cm.

e.       Segilang        : benih dengan ukuran 4 – 5 cm.

f.       Sogok            : benih dengan ukuran 5 – 7,5 cm.

g.    Fingerling  : benih dengan ukuran 12 - 13 cm, sering disebut juga   gelondongan muda atau yuwana.

Nener yg akan digunakan dalam setiap kegiatan budidaya menurut Ditjenkan (1991), adalah nener yang sehat dan mempunyai kiteria, menjadi berikut :

a.    Mempunyai kebiasaan berenang bergerombol menuju satu arah mengikuti arah jarum jam atau sebaliknya.

b.    Memiliki daya renang yang lebih lincah/agresif.  Gerakan lamban atau tidak teratur menandakan bahwa nener tersebut kurang sehat.

c.    Cepat mengadakan reaksi apabila ada kegiatan pada wadah pengangkutannya. Reaksi yang lamban menandakan nener kurang sehat.  Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi pengangkutan yang terlalu lama atau kurang tersedianya pakan.

3.  Persiapan Pembesaran

Pembagian Petak Tambak

Bandeng pada pertumbuhannya mempunyai tahapan-tahapan, dimana tahapan tadi dibagi dalam beberapa petakan yg tidak sinkron, yaitu :

  1. Petak Pendederan (nursery pond)

Luas petakan untuk pendederan adalah 600 m2 dengan bentuk segi panjang dan berdinding beton.  Petak ini berfungsi untuk membesarkan atau merawat nener selama 30 hari (Hadie dan Supriatna, 2000).  Pemeliharaan selama di petak pendederan, nener mendapatkan makanan dari klekap yang tumbuh dipetak tersebut dan salah satu proses penumbuhan pakan alami yang sangat vital adalah pengeringan.  Pengeringan tanah merupakan kunci keberhasilan dalam penumbuhan pakan alami atau klekap, apabila tanah sudah terlihat retak-retak atau saat kita berjalan di atas tanah tersebut, tanah akan turun 2 cm maka pengeringan sudah dianggap cukup.  Selanjutnya adalah pengisian air secara bertahap dengan kedalaman air 10 cm yang dilanjutkan pemupukan dengan menggunakan pupuk anorganik, yaitu : urea sebanyak 0,5 g/m2 dan NPK 20 g/m2. Setelah pertumbuhan klekap dianggap cukup pengisian air berikutnya dinaikkan menjadi 40 cm.  Padat penebaran nener pada petak pendederan ini, yaitu              50 ekor/m2.  Selama waktu pemeliharaan 30 hari, nener telah tumbuh dan panjangnya mencapai ± 5 – 8 cm, berat 1,85 g/ekor dan siap ditebarkan ke dalam petak penggelondongan (buyaran).  Kolam beton yang digunakan untuk pendederan nener seperti ditunjukkan pada Gambar 6.

  1. Petak Penggelondongan (transition/fingerling pond)

Berbeda dengan petak pendederan maka petak penggelondongan ini lebih luas dan lebih dalam.  Luas petak yang digunakan yaitu 1.000 m2 dengan ketingian air 70 cm.  Petak penggelondongan ini menurut Hadie dan Supriatna (2000), fungsinya adalah sebagai tempat membesarkan nener hasil dari petak pendederan sampai tumbuh menjadi gelondongan dengan ukuran 16 cm yang dicapai selama waktu pemeliharaan 30 hari.  Padat penebaran nener pada petak ini lebih kecil dari petak pendederan, yaitu 5 ekor/ m2.  Nener pun mulai diberikan pakan buatan yang sesuai dengan bukaan mulutnya, adapun pakan yang digunakan untuk nener dalam penggelondongan ini adalah  dengan ukuran diameter pellet 3,3 mm.  Proses pemindahan gelondongan dilakukan dengan cara menjaring ikan ke salah satu sudut kolam menggunakan waring, kemudian gelondongan muda ini dimasukkan ke dalam hapa lalu dihitung jumlahnya.  Selanjutnya di lakukan pengangkutan dengan menggunakan kantong plastik yang telah diisi air.  Tahap berikutnya adalah penebaran gelondongan ke dalam petak pembesaran (rearing pond) melalui proses aklimatisasi.  Gambar 7 menunjukkan proses pemindahan nener dengan cara menjaring nener ke sudut kolam dan penghitungan jumlah nener yang akan ditebar dan Gambar 8 menunjukkan petak yang digunakan untuk penggelondongan.

c.  Petak Pembesaran (rearing pond)

Luas petakan yang digunakan 2.000 m2 dengan padat tebar 5 ekor/m2 sehingga jumlah gelondongan yang tebar sebanyak 10.000 ekor.  Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad dan Yakob (1998), bahwa luas petakan sebaiknya tidak lebih dari 0,5 ha dan berbentuk empat persegi panjang atau bujur sangkar. Bentuk empat persegi panjang merupakan bentuk ideal karena memudahkan pada saat menggerakkan alat panen (Idel dan Wibowo, 1996). Petak pembesaran ini fungsinya hampir sama dengan fungsi petak penggelondongan dan menurut Hadie dan Supriatna (2000), petak pembesaran merupakan tempat terakhir pemeliharaan ikan untuk menjadi ukuran konsumsi.  Pakan yang diberikan pakan untuk nener di petak pembesaran ini pakannya berupa pakan buatan sama seperti pakan yang digunakan  pada nener di petak penggelondongan.

Persiapan Tambak

Sebelum dilakukan kegiatan pemeliharaan, tambak yang akan digunakan dipersiapkan terlebih dahulu.  Persiapan tambak dilakukan untuk membuang sisa bahan beracun dan bibit penyakit.  Kegiatan selama proses persiapan tambak ini antara lain, yaitu : pengeringan atau pengurasan tambak, perbaikan pematang, pengapuran dan pemupukan serta pengisian air yang dilakukan secara bertahap.

      Air diisi secara bertahap dengan tujuan agar kotoran yang terbawa masuk ke dalam tambak bisa diendapkan terlebih dahulu dan untuk menstabilkan suhu air di dalam tambak.  Sehingga saat nener dimasukkan suhu air tambak sudah stabil.  Waktu yang biasanya dibutuhkan dalam mempersiapkan tambak yaitu selama kurang lebih 14 hari.

Penebaran

Penebaran gelondongan dilakukan dalam pagi hari ketika suhu masih rendah buat menghindari agar ikan tidak mengalami stress & bisa

menekan tingkat mortalitas. Suhu air tambak pada saat penebaran adalah 27 0C dengan nilai pH 6,8 dan salinitasnya 10 ppt. Hal yang harus diperhatikan sebelum penebaran adalah kesehatan dan vitalitasnya.  Penebaran gelondongan ini melalui proses aklimatisasi (Ditjenkan, 1994) yang meliputi suhu, salinitas dan pH.  Ukuran gelondongan pada saat ditebar yaitu 40 g/ekor dan panjangnya 16 cm dengan jumlah penebaran 10.000 ekor.  Aklimatisasi suhu dilakukan dengan cara mengapungkan kantong plastik dipermukaan air selama kurang lebih 15 menit atau sampai permukaan dalam plastik mengembun, sedangkan aklimatisasi terhadap peubah lingkungan dilakukan dengan memasukkan air sedikit demi sedikit sampai ikan keluar dari kantong plastik dengan sendirinya .

Selain waktu dan cara penebaran, hal lain yang harus diperhatikan adalah padat penebaran.  Padat penebaran harus disesuaikan dengan daya dukung lahan (carrying capacity).  Sebelum penebaran jumlah gelondongan yang akan ditebar dihitung jumlahnya.  Padat tebar gelondongan pada petak pembesaran ini adalah 5 ekor/m2. Padat penebaran ini sesuai dengan pendapat William et al., (1987) dalam Mayunar (2002), bahwa dengan padat penebaran tinggi akan meningkatkan resiko kematian dan memperlambat pertumbuhan bobot individu.  Selain itu, akan terjadi kompetisi terhadap kebutuhan makanan, ruang gerak, dan kondisi lingkungan.

Pakan

Pakan berfungsi sebagai sumber energi bagi kehidupan, pertumbuhan, dan reproduksi ikan.  Melalui proses metabolisme pakan akan menjadi energi bagi ikan untuk melakukan aktivitasnya.  Pemberian pakan haruslah dapat dikonsumsi ikan secara utuh sehingga pakan tidak ada yang terbuang.  Berikut ini akan diuraikan mengenai pakan yang diberikan selama pemeliharaan pembesaran bandeng, yaitu :

a).  Penambahan Suplemen

Makanan tambahan (suplemen) yang lebih dikenal dengan istilah probiotik menurut Fuller (1987) dalam Irianto (2003), berupa sel-sel mikroba hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi hewan inang yang mengkonsumsinya melalui penyeimbangan flora mikroba intestinalnya.  Pemberian suplemen atau feed additive ke dalam pakan ikan sebagai mediumnya mempunyai manfaat, antara lain : meningkatkan dan menyehatkan fungsi pencernaan sehingga penyerapan nutrisi lebih maksimal, dapat meningkatkan immunitas ikan terhadap pathogen, mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan nafsu makan ikan.

Suplemen yang digunakan selama pemeliharaan yaitu suplemen yang mengandung mikrobia pencernaan, herba obat terpilih, nutrisi esensial, vitamin, dan mineral yang berfungsi dalam mempercepat pertumbuhan dan perkembangan ikan.  Prinsip kerjanya sendiri menurut Feliatra et al., (2004), adalah pemanfaatan kemampuan mikroorganisme dalam memecah atau menguraikan rantai panjang karbohidrat, protein dan lemak yang menyusun pakan yang diberikan.  Kemampuan ini  diperoleh karena adanya enzim-enzim khusus yang dimiliki mikroba untuk memecah ikatan tersebut.  Enzim tersebut biasanya tidak dimiliki oleh ikan dan makhluk air lainnya.  Kalaupun ada kualitas dan kuantitasnya sangatlah terbatas.  Pemecahan molekul-molekul kompleks ini menjadi molekul sederhana jelas akan mempermudah pencernaan lanjutan dan penyerapan oleh saluran pencernaan ikan.  Penambahan suplemen ini dimaksudkan sebagai pembanding antara bandeng yang diberi suplemen (dengan perlakuan) dan bandeng yang tidak diberi suplemen (tanpa perlakuan).

Suplemen yang diberikan mulai dilakukan sejak penebaran nener hingga menjelang panen, dengan cara mencampurkannya ke dalam pakan ikan (pellet). Suplemen yang digunakan berbentuk cairan dan sebelum diberikan pakan dihitung terlebih dahulu jumlahnya.  Dosis pemberian suplemen untuk 1 kg pakan sebanyak  20 ml dan diberikan pada saat pemberian pakan terbanyak, yaitu pada siang hari. Penggunaan suplemen ini sangat disarankan pada kolam/tambak dengan kepadatan tinggi.

b).  Jenis Pakan

a.   Pakan Buatan.

Pakan buatan yang diberikan adalah jenis pakan pellet terapung.  ukuran diameter pelletnya 3,3 mm.  Komposisi nutrisi pakannya ialah sebagai berikut : protein 19 – 22 % ;  kadar air (max) 10 % ;  lemak (min) 5 % ;  serat kasar (max) 8 % dan kadar abu (max) 15 %. Bentuk pellet yang mudah hancur, tidak cepat tenggelam, mempunyai aroma yang merangsang nafsu makan dan tidak berbau tengik merupakan ciri pakan yang disukai ikan menurut Ahmad et al., (1999).  Pemberian pakan pellet disebar pada satu tempat untuk mempermudah dalam pengontrollan pakannya.  Selanjutnya ikan akan memakan makanannya melalui proses metabolisme dan dicerna.  Semua pakan yang dicerna akan diserap oleh tubuh.  Adanya penyerapan energi ini akan mengubah komposisi tubuh ikan yang dapat menunjukkan adanya pertumbuhan.  Sedangkan pakan yang tidak termakan atau sisa dari proses metabolisme akan dikeluarkan melaui insang dan ginjal dalam bentuk ammonia, urine, dan bahan buangan lainnya.

Pemberian pakan yang tidak tepat baik dari kualitas dan kuantitasnya akan menumpuk di dasar tambak.  Hal ini akan mengakibatkan pembusukan bahan organik di dasar tambak dan akibatnya tambak tercemar, sampai pada batas waktu tertentu daya dukung tambak semakin berkurang, pada akhirnya mengakibatkan timbulnya gas beracun dan ini akan memicu terganggunya kehidupan ikan bahkan dapat mengakibatkan kematian massal

c).  Frekuensi Pakan

Pakan buatan dalam budidaya intensif sangat diperlukan karena pakan ini menjadi pakan utama bagi bandeng dan membantu proses pertumbuhannya. Peningkatan pakan yang dikonsumsi ikan selalu diikuti secara proposional dengan peningkatan laju metabolisme harian sehingga berakibat terjadinya peningkatan pertumbuhan ikan. Pemberian pakan sebanyak 5 % diberikan pada 2 minggu pertama sedangkan untuk   6 minggu berikutnya pakan yang diberikan sebanyak 3 % dari biomassa ikan, penentuan jumlah pakan ini juga selalu diikuti dengan monitoring biomassa ikan setiap satu minggu sekali.

Frekuensi pemberian pakan tiga kali dalam sehari, yaitu pagi hari pukul 08.00, siang pukul 12.00 dan sore pukul 16.00 WIB.  Aktivitas pemberian pakan semuanya dilakukan pada siang hari, seperti yang dianjurkan oleh Ditjenkan (1993), dalam pendapatnya bahwa gelondongan bandeng lebih banyak makan pada siang hari daripada malam hari.  Pakan membutuhkan waktu 27 – 50 menit untuk melewati usus pada stadium gelondongan 60 g.

d).  Konversi Pakan

Salah satu faktor yang menunjukkan tumbuhnya bandeng adalah efektivitas dan efisiensi pakan yang digunakan.  Konversi pakan atau Food Convertion Ratio  (FCR) merupakan perbandingan antara pakan yang digunakan dengan daging ikan yang dihasilkan.  Rasio konversi pakan menunjukkan kecenderungan bahwa makin besar ukuran ikan yang ditebar, makin kecil nilai konversi pakan yang dihasilkan dan kaitannya pula dengan lamanya periode pemeliharaan.  Perbedaan percepatan pertumbuhan yang ditunjukkan dari dua perlakuan yang dilakukan terlihat dari nilai konversi pakannya. Selain itu, konversi pakan sangat berhubungan dengan jumlah dan kualitas pakan yang diberikan.  Makin baik kualitas pakan yang digunakan, makin efisien penggunaan pakannya berarti  konversi pakan yang dihasilkan makin kecil.

Selama kegiatan pembesaran bandeng, nilai konversi yang didapat pada bandeng dengan perlakuan penambahan suplemen dan probiotik, yaitu 0,89 dengan jumlah total pakan yang digunakan sebanyak 2.238,4 kg.  Sedangkan pada bandeng tanpa perlakuan jumlah total penggunaan pakannya sebanyak 1.379,84 kg dengan nilai konversi pakan sebesar 1,15. Salah satu faktor pendukung kecilnya nilai konversi pakan yang dihasilkan oleh bandeng dengan perlakuan dikarenakan bandeng yang mendapat tambahan suplemen, fungsi pencernaannya lebih mampu menyerap nutrisi pakan secara maksimal sehingga pakannya menjadi lebih efisien walaupun jumlah pakan hariannya semakin besar.  Hal ini sesuai dengan pendapat Effendi (2004), dalam pernyataannya bahwa semakin besar ukuran ikan maka feeding rate-nya semakin kecil, tetapi jumlah pakan hariannya semakin besar.  Jumlah penggunaan pakan pada kedua perlakuan ini setiap minggunya mengalami peningkatan sesuai dengan hasil perhitungan sampling bandeng, yaitu dari hasil penghitungan biomassa dikali feeding rate.  Selama masa pemeliharaan bandeng, kisaran feeding rate atau persentase jumlah pakan yang digunakan berkisar antara 3 – 5 %.

Pemberian pakan 5 % diberikan pada dua minggu pertama dengan frekuensi pemberian pakan 4 kali dalam satu hari, yaitu pukul 06.00, pukul 10.00, pukul 14.00 dan pukul 18.00.  Persentase pakan ini kemudian diturunkan menjadi 3 % pada minggu ketiga sampai minggu terakhir pemeliharaan atau minggu kedelapan. Frekuensinya pun menjadi tiga kali dalam satu hari, yaitu pukul 08.00, pukul 12.00 dan pukul 16.00.  Persentase pemberian pakan ini sesuai dengan pendapat         Ahmad et al., (1999), bahwa kisaran jumlah pakan 3 – 4 % dari bobot biomassa terbukti paling menguntungkan jika frekuensi pemberian pakannya benar.

Sumber:

Tristian, 2011. Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos): Modul Penyuluhan Perikanan. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.

#Tag :

PRINSIP PEMASANGAN RUMPON

Pemasangan rumpon membutuhkan koordinasi sekuensi pekerjaan.  Mungkin saja berbeda sesuai disain dan waktu.  Koordinasi ini tergantung dari penataan dari kapal pemasang dan jumlah ruang kerja yang tersedia, serta metode yag digunakan untuk melego jangkar.  Pada kasus tertentu tergantung juga pada kondisi laut dan jauhnya posisi pemasangan.

Prinsip pemasangan rumpon ada dua yaitu ?Jangkar dulu? Atau ?Jangkar belakangan?.

Prinsip Pemasangan Rumpon Jangkar  Dulu

Pemasangan dengan metode “Jangkar Dulu” adalah dengan menurunkan jangkar dulu, kemudian tali rumpon bagian bawah.  Tali ini akan meluncur terbawa oleh beratnya jangkar ke dasar laut.  Setelah jangkar “makan” maka sisa komponen rumpon diturunkan.

Metode “jangkar dulu” digunakan jika kedalaman perairan tidak diketahui dengan pasti  Dalam kasus ini rantai atas belum dipasangkan ke tali rumpon sampai jangkar mencapai dasar laut.  Setelah jangkar makan, tali rumpon dikencangkan untuk mengukur kedalaman, gunanya untuk memperkirakan berapa panjang total tali rumpon yang kana digunakan.  Kemudian ujung atas tali rumpon dipasangkan ke ponton.  Selanjutnya ponton di lego.

Sebaiknya gunakanlah winch jangkar agar kecepatan turun tali dapat diatur, atau jika terjadi sesuatu jangkar dan tali rumpon masih dapat dihibob ke atas kapal.    Metode ini sangat berbahaya jika menggunakan kapal berukuran kecil.

Prinsip Pemasangan Rumpon Belakangan

Pemasangan rumpon dengan metode “jangkar belakangan” adalah dengan menurunkan ponton, kemudian komponen tali rumpon dan terakhir adalah melabuhkan jangkar.  Jika memungkinkan arah bentangan tali disesuaikan dengan kontur dasar laut.

Sebagai contoh, rumpon akan dipasangkann di kedalaman 1.000 meter, maka kapal harus mencoba berlayar sejauh 1 000 meter.  Setelah semua komponen tali rumpon berada di air, janbgkar dilabuhkan.  Metode ini memberikan probabilitas terbesar untuk menempatkan rumpon pada kedalaman yang dikehendaki.

Faktor yang mensugesti Pemasangan Rumpon

Faktor-faktor yang mem-pengaruhi pemasangan rumpon dan hingga rumpon duduk diam di dasar perairan.  Diantaranya adalah tekanan tali rumpon dan gerakan jangkar.

Tekanan Tali rumpon

Sesaat setelah jangkar tenggelam, tekanan pada tali rumpon meningkat dengan cepat sampai mencapai titik maksimum sesaat sebelum jangkar sampai idi dasar laut.  Akibatnya ponton dan jangkar bergerak arah horisontal saling mendekati ke posisi pemasangan rumpon.

Gerakan Jangkar

Jika jangkar saat diturunkan ke air, tidak langsung tenggelam secara vertikal, tapi melayang dan memutar seperti pendulum.  Hal ini diakibatkan oleh prinsip hidrodinamika, bentuk jangkar, luas permukaan bagian dasar jangkar, dan gerakan air dibawahnya.  Gerakan memutar dan melayang seperti pendulum ini terjadi hampir selama 15 menit (lihat gambar sebelah).

Memperkirakan kemana ponton hanyut

Kecuali memang benar-benar tidak angin dan arus permukaan, ponton dan tali rumpon akan mulai hanyut segera setelah pemasangan dimulai.  Arah hanyut tergantung pada kekuatan dan arah angin dan arus, namun demikian pengaruh arus lebih besar dibanding pengaruh angin.  Kecuali kekuatan angin memang sangat besar.  Sebaiknya tidak memasang rumpon pada saat kekuatan angin besar .

Sangatlah mudah untuk mengestimasi arus permukaan dengan mengamati arah gerakan seutas tali kecil yang dibanduli gayung dan pengapung dan ditenggelamkan ke air.  Tali akan hanyut mengikuti arus, dan akan memberikan indikasi baik kecepatan maupun arah arus.

Arah proses pemasangan “Jangkar belakangan” rumpon sebenarnya kapal bergerak lurus dengan arah kebalikan arah arus (arah arus harus diutamakan).  Jarak penurunan ponton adalah 2/3 dari panjang tali rumpon. Hati-hati ponton jangan sampai terseret kapal.

Sumber:

Santoso. 2011. Modul Penyuluhan Kelautan dan Perikanan: Seluk Beluk Rumpon & Pemasangannya. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.

#Tag :

Humas DJPT Hadapi Era Digital

Dinamika perubahan menuntut humas pemerintah lebih adaptif atas perkembangan dunia, regional juga nasional. Profesi humas merupakan profesi terbuka, yang dapat diakses sang siapapun yang memiliki kompetensi. Untuk itu, mempersiapkan praktisi humas pemerintah yang berwawasan luas kini bukan semata tuntutan, akan tetapi kebutuhan.

Era baru Indonesia saat ini adalah era demokrasi digital. Humas diharuskan mampu mengemas sistem pengelolaan dan pengemasan informasi yang dibutuhkan publik, akurat, dan menarik. Harapannya dengan adanya informasi yang sesuai dengan kebutuhan publik danacceptable maka kepuasan publik bisa tercapai.

Di era digital ini masyarakat semakin kritis menaruh pendapatnya. Media sosial yang menjamur sebagai ajang komunikasi ?Gratis? Dan cepat antara rakyat dan pemerintah. Sudah selayaknya humas pemerintah dapat berinteraksi & beradaptasi dengan perubahan kebiasaan warga dalam era digital.

Sekretaris Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Moh. Abduh Nurhidajat disela-sela acara Apresiasi Kehumasan mengatakan, humas dalam era digital merupakan “konsep baru” kehumasan, seiring perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang membentuk “masyarakat  digital”. Hanya dengan sentuhan jari, warga dunia kini mampu mencari dan menemukan yang mereka inginkan dan butuhkan. Hanya dengan sentuhan jari pula, praktisi humas bisa menjalankan tugasnya membangun citra positif lembaga dengan menjangkau seluruh dunia selama 24 jam.

“Saat ini Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) sudah beradaptasi dengan perubahan konsep kehumasan. Kita memilikiwebsiteyang aktif dan selalu diupdate. Selain itu, DJPT juga telah ‘bermain’ dengan media sosial dalam penyampaian pesan, diantaranyafacebook, twitter,danyoutube,” ujar Abduh.

Abduh menambahkan Unit Pelaksana Tugas (UPT) harus dapat ‘menghidupkan’website DJPT dengan mengirimkan berita dan informasi terbaru terkait kegiatan di UPT masing-masing.

“Sebagai perwakilan humas di daerah kuasailah strategi media sosial, dan jangan ‘malas’ meng-update berita diwebsite, karena setiap lembaga pemerintah wajib menyediakan informasi berkala danupdate kepada publik,” pungkas Abduh.

Apresiasi Kehumasan

Apresiasi kehumasan merupakan kegiatan rutin tahunan Humas DJPT. Kali ini Apresiasi Kehumasan mengusung tema ?Strategi Humas Pemerintah dalam Mendukung Keberlanjutan Usaha Perikanan Tangkap pada Era Digital?.

Di gelar di Bandung pada 25 ? 27 Mei 2016, aktivitas apresiasi kehumasan mengundang narasumber yg kompeten dibidangnya, yaitu praktisi, wartawan senior berdasarkan media cetak, & fotografer.

Sebanyak 34 peserta diperlukan bisa menguasai teori dan praktek yang disampaikan. Adapun paparan narasumber mencakup: Optimalisasi Media Digital dalam Penyebaran Informasi & Teknik Menulis pada Media Online, Teknik Strategi Humas Pemerintah dalam Menghadapi Informasi pada Era Digital, & Teknik Menghadirkan Foto Berkualitas & Praktek.

?Melalui apresiasi kehumasan diharapkan peserta bisa menguasai manajemen komunikasi digital yang baik, sebagai akibatnya bisa membangun ruang publik yang memberikan kanal bagi proses komunikasi dan hubungan seimbang antara pemerintah dengan publik & sebaliknya,? Pungkas Abduh. (SA)

Sumber: http://www.djpt.kkp.go.id/read/humas-djpt-hadapi-era-digital

#Tag :

Ekstraksi Agar Bakto Rumput Laut Gelidium Sp

Agar bakto adalah agar-agar khusus yang  digunakan sebagai media pertumbuhan mikroorganisme di laboratorium,  biasanya digunakan di bidang mikrobologi dan bioteknologi. Sayangnya  kebutuhan agar bakto selama ini masih diimpor dari luar negeri, karena  ekstraksi yang sulit sehingga mahal harganya. Agar bakto ini dapat  diekstrak dari rumput laut Gelidium sp yang merupakan bahan baku agar bakto dan tersedia melimpah di Indonesia.

Invensi ini menawarkan proses ekstraksi agar bakto dari rumput laut Gelidium sp.,  dengan memanfaatkan proses bertekanan tinggi pada suhu tinggi. Cara ini  dapat menghasilkan agar bakto dengan kekuatan gel dan rendemen yang  tinggi, selisih antara titik leleh dan titik jendal (hysteresis)  cukup besar, sehingga bagus untuk digunakan di laboratorium, terutama  karena memudahkan pengamatan Angka Lempeng Total (ALT) untuk uji jumlah  total bakteri di laboratorium.

PERSPEKTIF

Inovasi ini memungkinkan untuk  diproduksinya agar bakto dalam negeri yang selama ini diimpor. Selain  menjadi pilihan untuk substitusi import, tetapi juga meningkatkan nilai  tambah rumput laut Gelidium sp. yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal di dalam negeri.

KEUNGGULAN INOVASI

Menghasilkan jel yang bertenaga, yaitu dengan gel strength 1.019 g/centimeter? Menghasilkan rendemen yg cukup tinggi buat jenis Gelidium sp., yaitu 15,03% Selisih yg akbar antara titik leleh dan titik jendal (hysteresis), sehingga memudahkan pengamatan Angka Lempeng Total (ALT) di laboratorium.

POTENSI APLIKASI

Dapat digunakan di  laboratorium untuk uji mikrobiologi seperti Angka Lempeng Total (ALT),  isolasi bakteri, maupun uji mikrobiologi atau bioteknologi yang  memerlukan bakto agar lainnya.

INOVATOR         :       Murdinah; Subaryono M. Darmawan; Dina Fransiska

Sumber: Buku Inovasi dan Buku Rekomendasi Teknologi Litbang KP 2013

http://www.Balitbangkp.Kkp.Go.Id/dev3/ekstraksi-supaya-bakto-rumput-bahari-gelidium-sp

#Tag :