Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

PEDOMAN KERJA PENYULUH PERIKANAN BANTU (PPB) TAHUN 2017

SUMBER:

PusluhdayaKP, 2017. Bahan Tayang Pedoman Kerja PPB pada Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu. Disampaikan pada Kegatan Pembekalan Penyuluh Perikanan Bantu Pendamping Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu Tahun 2017 yg diselenggarakan oleh Pusat Penyuluhan & Pemberdayaan Masyarakat KP di Jakarta 6 ? 9 Februari 2017

#Tag :

Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) Strain Sinyonya Kelas Induk Pokok (parent stock) (Ringkasan SNI 01-6135-1999)

BATASAN

Standar ini  meliputi definisi, istilah, persyaratan produksi serta cara pengukuran dan pemeriksaan. Produksi induk ikan mas strain sinyonya kelas induk pokok adalah suatu rangkaian kegiatan pra produksi, proses produksi dan pemanenan untuk menghasilkan induk ikan mas strain sinyonya kelas induk pokok (SNI 01-6134-1999).

PERSYARATAN PRODUKSI

Pra produksi

1)   Karamba jaring apung  : a) lokasi : di waduk, danau, air tidak tercemar dan memenuhi syarat minimal baku mutu budidaya, kedalaman air ≥ 5 m dari dasar jaring pada saat surut terendah, luas areal pemasangan jaring ≤ 10 % dari luas potensial dan jumlah luas jaring  ≤ 10 % dari luas areal pemasangan jaring; b) Kolam : bebas banjir dan bebas pengaruh pencemaran,tanah dasar liat berlumpur, pH tanah > 5, sumber air tidak tercemar dan tersedia sepanjang tahun.

2)   Wadah pemeliharaan : Karamba jaring apung : a) kerangka : bahan dari kayu tahan air, bambu atau besi yang dicat anti karat, ukuran : (7 x 7) m2, bentuk : empat persegi; b) pelampung : bahan dari styrofoam/drum plastik, bentuk silindris, ukuran volume 120 liter, jumlah ≥ 8 buah/unit rakit; c) tali jangkar : bahan dari  polietilena (PE), panjang : 1,5 kali kedalaman perairan maksimal, jumlah  4 utas/unit jaring apung, diameter  ≥ 1,5 cm; d) jangkar : bahan dari besi/blok beton/ batu, bentuk jangkar, segi empat, berat  40 kilogram/buah, jumlah 4 buah/unit jaring apung; e) jaring : bahan dari polietilena /PE 210 D/18,ukuran mata jaring : 1 inci, warna hijau/hitam,ukuran jaring (7 x 7 x 3,5) m3; f) Waring : bahan dari  nilon, ukuran mata waring  1 cm, warna hijau/hitam, ukuran waring (3 x 3 x 1,5) m3.

3)   Kolam air tenang : a) konstruksi : tanah atau tembok; b) luas : ≥ 500 m2; c) kedalaman kolam : 1,0 - 1,2 m; d) kondisi kolam : dapat dikeringkan.  4)  Kolam air deras : a) konstruksi : bak permanen; b) luas : ≥ 12 m 2/ unit; c) kedalaman air : 1,0 - 1,5 m; d) pintu air : 2 (dua) buah per petak untuk pemasukan dan pengeluaran; e) debit air : ≥ 30 liter per detik per unit; f) benih : benih ikan mas strain sinyonya ukuran sangkal keturunan pertama dari induk dasar.

4)   Bahan : a)  pakan : pelet, kandungan protein 30 - 35 %, lemak 6 - 8 % (bobot kering); b) pupuk : organik (pupuk kandang); c) bahan kimia dan obat-obatan : formalin, kalium permanganat, kloramfenikol, oksitetrasiklina dan kapur.

5)   Peralatan : Lambit, pembersih jaring, pengukur kualitas air, peralatan lapangan (timbangan, hapa/waring, ember, cangkul,  alat panen).

Proses Produksi

1)   Kolam air tenang : a) kualitas air : suhu 25 - 30ºC, pH : 6,5 - 8,5, oksigen terlarut > 5 mg/liter, ammoniak (NH3) < 0,02 mg/liter, kecerahan sechi disk > 30 cm ; b) penggunaan bahan : obat-obatan dan bahan kimia : antibiotika (jika diperlukan, kloramfenikol/oksitetrasiklina dengan dosis 5 -10 mg/l), kalium permanganat 1 - 3 mg/l, formalin 25 ppm dengan cara perendaman selama 24 jam ; kapur tohor : 50 g/m2 disebar di dasar kolam ; pupuk organik : kotoran ayam (dosis 500 g/m2)

2)   Kolam air deras : a) kualitas air : suhu : 25 - 30ºC,  pH : 6,5 - 8,5, oksigen terlarut > 5 mg/l, ammoniak (NH3) < 0,01 mg/l, kecerahan sechi disk > 0,30 m ; b) penggunaan bahan : obat-obatan dan bahan kimia : antibiotika (jika diperlukan, kloramfenikol/oksitetrasiklina dengan dosis 5 -10 mg/l), kalium permanganat 1 - 3 mg/l, formalin 25 ppm dengan cara perendaman selama 24 jam.

Tabel : Standar proses produksi induk ikan mas strain sinyonya pada kolam air tenang dan kolam air deras

CARA PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN

1)   Umur : dihitung sejak telur menetas.

2)   Kematangan gonad : a) ikan jantan dilakukan dengan mengurut perut ikan ke arah anus, yang telah matang gonad akan mengeluarkan cairan kental berwarna putih, b) ikan betina dilakukan dengan meraba bagian perut dan pengamatan bagian anus, yang telah matang gonad ditunjukkan dengan bagian perut membesar, lunak kalau diraba dan bagian anus menonjol. Pengambilan telur secara kanulasi dan pengukuran diameter telur menggunakan mikroskop yang dilengkapi mikrometer.

3)   Panjang standar : jarak antara ujung mulut sampai dengan pangkal ekor, dalam centimeter.

4)   Panjang kepala : jarak antara ujung mulut sampai dengan ujung tutup insang, dalam centimeter.

5)   Tinggi badan : garis tegak lurus dari dasar perut sampai ke punggung dengan menggunakan mistar atau jangka sorong dalam centimeter

6)   Bobot badan : menimbang berat tubuh ikan per individu menggunakan timbangan dalam gram.

7)   Kesehatan : a) pengambilan contoh dilakukan secara acak sebanyak 1 % dari populasi, dengan jumlah maksimal 10 ekor untuk pengamatan visual maupun mikroskopik;  b) pengamatan visual dilakukan untuk pemeriksaan gejala penyakit dan kesempurnaan morfologi ikan; c) pengamatan mikroskopik dilakukan untuk pemeriksaan jasad patogen (parasit, jamur, virus dan bakteri) di laboratorium .

8)   Kemurnian ikan : dilakukan dengan pengambilan contoh darah ikan untuk pengujian elektrophoresis di laboratorium yang diambil dari pembuluh darah pada pangkal ekor dengan menggunakan alat suntik.

REFERENSI

BSN, 1999. SNI 01-6135-1999  Produksi Induk Ikan Ias (Cyprinus carpio Linneaus) Strain Sinyonya Kelas Induk Pokok (parent stock). Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

JENIS BUDIDAYA PERIKANAN

SUMBER:

DJPB, 2017. Jenis Budidaya Perikanan. Coaching Bimbingan Teknis (Bimtek) Fasilitator Pengolah Data yg diselenggarakan oleh Pusdatin dan BPSDMP-KP, di Ballroom Gedung Mina Bahari III Lantai 1 Gambir - Jakarta Pusat, pada lepas 11 - 12 Januari 2017

#Tag :

Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) Strain Majalaya Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-6132-1999)

BATASAN

Standar ini meliputi definisi, istilah, & persyaratan produksi dan cara pengukuran. Produksi benih ikan mas strain majalaya kelas benih sebar berukuran larva, kebul, putihan, belo & sangkal adalah suatu rangkaian aktivitas pra produksi, proses produksi dan pemanenan buat membentuk benih ikan mas strain majalaya kelas benih sebar (SNI 01-6132-1999).

PERSYARATAN

Pra produksi

1)   Lokasi : a) kolam dan sawah : kawasan bebas banjir dan bebas dari pengaruh pencemaran, jenis tanah liat berpasir,air tersedia sepanjang tahun dan memenuhi persyaratan minimal baku mutu budidaya, ketinggian lahan : 0 - 1000 m di atas permukaan laut; b) karamba jaring apung : lokasi di  waduk dan danau, air tidak tercemar dan memenuhi persyaratan minimal baku mutu budidaya, kedalaman air > 5 m dari dasar jaring pada saat surut terendah,luas areal pemasangan jaring ≤ 10 % dari luas potensial dan jumlah luas jaring ≤ 10 % dari luas areal pemasangan jaring.

2)   Wadah : a) produksi larva : wadah pemijahan, penetasan telur dan pemeliharaan larva berupa hapa, bak dan kolam; b) produksi kebul (pendederan I) : kolam tanah ukuran minimal 500 m2; c) produksi putihan, belo dan sangkal (pendederan II, III dan IV) : kolam tanah ukuran minimal 500 m2, sawah dan karamba jaring apung, dengan mata jaring 0,5 cm - 1,0 cm.

3)   Induk : sesuai dengan SNI 01-6130-1999.

4)   Bahan : a) pakan buatan dengan kandungan protein ≥  30 %, lemak 6 - 8 % (bobot kering). b) pupuk organik; c) obat-obatan dan bahan kimia : biru metilena, kalium permanganat, organo fosfat, formalin, kapur tohor dan oksitetrasiklina (bila diperlukan).

5)   Peralatan : kakaban, hapa, pengukur kualitas air dan peralatan lapangan (waring, ember, cangkul).

Produksi

1)   1)   Larva (pemijahan dan penetasan telur) : a) kualitas air : suhu 25 - 30ºC, pH  6,5 - 8,5; debit air untuk penetasan telur 0,5 liter/detik; oksigen terlarut ≥ 5 mg/l; ketinggian air 50 - 70 cm;   b) penggunaan obat-obatan : kalium permanganat 2 - 4 mg/l, biru metilena 1 - 3 mg/l, oksitetrasiklina 5 - 10 mg/l (bila diperlukan); c) padat tebar : induk untuk pemijahan 2 kg induk betina/4 m2; telur untuk penetasan : 10 000 - 20 000 butir/ m2 kakaban. d) waktu : penetasan telur : 45 jam pada suhu 25ºC; pemeliharaan larva : 4 hari; e) sintasan larva : 70 - 80 %.

2)   Kebul, putihan, belo dan sangkal (pendederan I, II, III dan IV): kolam : a)  kualitas dan kuantitas air : suhu optimum 28ºC, pH 6,5 - 8,5; debit air 0,4 - 0,7 liter/detik, untuk luas kolam 500 m2; oksigen terlarut minimal 5 mg/l; ketinggian air : 50 - 70 cm; kecerahan sechi disk 25 cm; b) penggunaan bahan kimia : organo fosfat 1 - 4 mg/l hanya untuk produksi kebul (pendederan I); c) penggunaan obat-obatan : formalin 25 ppm, oksitetrasiklina 5 -10 mg/l (bila diperlukan). Standar proses produksi benih ikan mas majalaya pada setiap tingkatan pemeliharaan di kolam seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Standar proses produksi benih ikan mas majalaya pada setiap tingkatan pemeliharaan di kolam

3)   Sawah :  a) kualitas dan kuantitas air : suhu optimum 28ºC ; nilai pH : 6,5 - 8,5; debit air  0,4 - 0,7 liter/detik; oksigen terlarut minimal 5 mg/l; tinggi air di pelataran10 - 20 cm;  b) obat-obatan : formalin 25 ppm.

Tabel : Standar proses produksi benih ikan mas majalaya dalam setiap strata pemeliharaan di sawah

4)   Jaring apung : a) kualitas air :  suhu 25 - 30ºC; pH 6,5 - 8,5; b) ketinggian air : 1 - 1,5 m; c) kedalaman air : minimal 5 m dari dasar jaring pada saat surut terendah; d) kecerahan : > 3 meter.

Tabel : Standar proses produksi benih ikan mas majalaya dalam setiap tingkatan pemeliharaan pada jaring apung

CARA PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN

1)   Suhu : menggunakan termometer, di permukaan air dan dasar wadah dengan frekuensi dua kali per hari pada pagi dan sore.

2)   pH air : menggunakan pH meter atau pH indikator (kertas lakmus) sesuai dengan spesifikasi.

3)   Debit air : volume air yang masuk ke dalam wadah penampungan dibagi waktu yang dibutuhkan, dalam liter per detik.

4)   Ketinggian air : jarak antara dasar wadah pemeliharaan sampai ke permukaan air, menggunakan penggaris, dalam centimeter.

5)   Kecerahan air : menggunakan sechi disk berupa piringan berwarna putih bergaris hitam dengan garis tengah minimal 25 cm dan diberi tali/tangkai yang dimasukan ke dalam wadah pemeliharaan. Kecerahan dinyatakan dengan mengukur jarak antara permukaan air ke piringan saat pertama kali piringan tidak terlihat (cm).

6)   Jumlah pakan : menghitung bobot rata-rata ikan (minimal dari 30 ekor ikan sampel) dikalikan jumlah populasi ikan yang ditanam dikalikan persentase tingkat pemberian pakan yang telah ditetapkan dalam gram atau kilogram.

7)   Jumlah pupuk : dosis pupuk per meter persegi dikalikan luas wadah pemeliharaan yang dinyatakan dalam satuan gram atau kilogram.

8)   Jumlah kapur : dosis kapur per meter persegi dikalikan luas wadah pemeliharaan yang dinyatakan dalam gram atau kilogram.

9)   Jumlah organo fosfat : takaran bahan sebanyak satu sampai dengan empat bagian organo fosfat dalam 999.999 bagian air media.

10) Padat tebar benih : perkalian antara jumlah benih yg ditebar per satuan meter persegi dikalikan luas wadah pemeliharaan.

11) Panjang total benih : jarak antara ujung verbal sampai dengan ujung sirip ekor memakai jangka sorong atau penggaris, pada cm atau millimeter. 12) Bobot benih : menimbang benih memakai timbangan analitis, dalam gram atau miligram.

REFERENSI

BSN, 1999. SNI 01-6132-1999  Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) Strain Majalaya Kelas Benih Sebar. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) Strain Majalaya Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-6132-1999)

BATASAN

Standar ini meliputi deskripsi, istilah, klasifikasi, persyaratan yang berdasarkan persyaratan  kualitatif dan kuantitatif serta cara pengukuran dan pemeriksaan. Benih sebar ikan mas strain majalaya kelas benih sebar adalah keturunan pertama dari induk pokok yang memenuhi standar mutu benih sebar dan terdiri dari larva, kebul, putihan, belo dan sangkal yang telah teruji keunggulannya serta siap untuk disebarluaskan kepada petani/pengguna.

PERSYARATAN

Kualitatif

1)   Larva :  hasil pemijahan induk kelas induk pokok dengan induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan; warna transparan; bentuk tubuhnormal; berenang di permukaan air menyebar di tepi wadah.

2)   Kebul : benih berumur 4 hari; bagian perut berwarna putih, bagian punggung berwarna gelap; bentuk tubuh normal; berenang bergerombol di permukaan tepi wadah dan aktif; menyongsong air baru serta ekor bergerak sangat cepat sehingga tidak terlihat jelas gerakannya.

3)   Putihan : benih berumur 20 hari; bagian perut berwarna putih, bagian punggung berwarna gelap hijau kelabu dan ekor berwarna terang bersinar; bentuk tubuh sempurna; mata bulat; berenang bergerombol dan aktif menyongsong air baru.

4)   Belo : benih umur 40 hari bagian perut berwarna kuning, bagian punggung berwarna gelap hijau kelabu dan ekor berwarna terang bersinar; bentuk tubuh tebal, gemuk dan kepala tidak besar, mata  bulat; berenang bergerombol dan aktif menyongsong arus.

5)   Sangkal : benih umur 70 hari; bagian perut berwarna kuning tua, bagian punggung berwarna gelap hijau kelabu dan ekor berwarna terang bersinar; bentuk tubuh tebal, gemuk dan kepala tidak besar, mata bulat dan menonjol; berenang bergerombol dan aktif menyongsong arus.

Kuantitatif

Persyaratan kuantitatif benih ikan mas majalaya misalnya dalam tabel dibawah ini.

Tabel : Persyaratan kuantitatif benih ikan mas majalaya

CARA PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN

1)   Umur  : ditentukan sejak telur menetas.

2)   Panjang total : dari ujung mulut sampai ujung sirip ekor menggunakan penggaris atau jangka sorong,  dalam milimeter atau centimeter.

3)   Bobot badan : menimbang ikan per individu, dalam gram.

4)   Kesehatan : a) pengambilan contoh dilakukan secara acak sebanyak 10 % dari populasi atau minimal 30 ekor untuk pengamatan visual maupun mikroskopik; b) pengamatan visual dilakukan untuk pemeriksaan gejala penyakit dan kesempurnaan morfologi ikan;   c) pengamatan mikroskopik dilakukan untuk pemeriksaan jasad patogen (parasit, jamur, virus dan bakteri) di laboratorium.

5)   Respon :  a) mengalirkan air di wadah pemeliharaan atau penampungan, benih yang sehat akan bergerak/berenang melawan arus; b) memberikan pakan di wadah pemeliharaan atau penampungan, benih yang sehat responsif terhadap pemberian pakan; c) memberikan rangsangan pada wadah pemeliharaan atau penampungan, benih yang sehat akan bergerak menyebar dengan cepat bila ada gangguan.

REFERENSI

BSN, 1999. SNI 01-6132-1999  Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) Strain Majalaya Kelas Benih Sebar. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Seleksi Udang Windu Terinfeksi Penyakit Bercak Putih dengan Pencucian Formalin (Ringkasan SNI 01-6492-2000)

BATASAN

Standar ini tetapkan gangguan, alat-alat & bahan & prosedur seleksi. Udang yg sakit lantaran bakterial atau viral akan mengalami hipertrofi sel, aplikasi formalin akan mengoksidasi jaringan yg luka terutama dalam jaringan insang & lapisan mesodermal dan ektodermal.

GANGGUAN

Seleksi udang yg terinfeksi dilakukan dalam pukul 09.00 - 18.00 WIB, pada waktu udang post moulting, bila pada fase moulting akan menyebabkan kematian. Pengujian dilakukan memakai formalin sekali gunakan, air jernih dan basa agar formalin nir mereduksi bahan organik air pada wadah pengujian.

PERALATAN DAN BAHAN

1)   Peralatan : tangki berdasar kerucut minimal ≤ 500 liter, aerasi, gelas ukur, pipet, gelas piala, pengukur oksigen dan penunjuk waktu.

2)   Bahan : air laut, formalin dan benih udang windu PL 12 - 15.

PROSEDUR SELEKSI

1)   Benur ditampung dalam tangki dengan media air bersih, suhu dan salinitas sama dengan air di bak, kepadatan maksimal 500 benur/liter.

2)   Larutkan formalin ke dalam tangki dengan konsentrasi 200 ppm.

3)   Rendam benur selama 30 menit dengan aerasi kuat untuk mempertahankan konsentasi oksigen ≥ 4 ppm.

4)   Aerasi dimatikan, kemudian air diputar dalam tangki, diamkan selama 5 menit sehingga benur yang tidak sehat terkumpul di dasar bak, kemudian benur yang stres disipon.

5)   Populasi benur dinyatakan baik apabila persentasi benur yang mati < 10 % dan dinyatakan tidak baik apabila benur yang mati > 10 %. 6) PL yang terinfeksi dimusnahkan.

REFERENSI

BSN, 2000. SNI  01-6492-2000  Seleksi Udang Windu Terinfeksi Penyakit Bercak Putih dengan Pencucian Formalin. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) Strain Sinyonya Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-6136-1999)

BATASAN

Standar ini meliputi deskripsi, istilah, klasifikasi, persyaratan yang berdasarkan persyaratan  kualitatif dan kuantitatif serta cara pengukuran dan pemeriksaan. Benih sebar ikan mas strain sinyonya kelas benih sebar adalah keturunan pertama dari induk pokok yang memenuhi standar mutu benih sebar dan terdiri dari larva, kebul, putihan, belo dan sangkal yang telah teruji keunggulannya serta siap untuk disebarluaskan kepada petani/pengguna.

PERSYARATAN

Kualitatif

1)   Larva : hasil penetasan telur dari pemijahan induk kelas induk pokok dengan induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan; warna transparan; bentuk tubuh normal; berenang di permukaan air menyebar di tepi wadah.

2)   Kebul : benih berumur 4 hari; bagian perut berwarna putih, bagian punggung berwarna kuning; bentuk tubuh normal; mata : bulat; berenang bergerombol di permukaan tepi wadah dan aktif menyongsong air baru serta ekor bergerak sangat cepat sehingga tidak terlihat jelas gerakannya.

3)   Putihan : benih berumur 20 hari; bagian perut berwarna putih, bagian punggung berwarna kuning tua dan ekor berwarna terang bersinar; bentuk tubuh sempurna; mata bulat; berenang bergerombol di permukaan air dan aktif menyongsong air baru.

4)   Belo : benih umur 40 hari; bagian perut berwarna putih kekuningan; bagian punggung berwarna kuning dan ekor berwarna terang bersinar; bentuk tubuh panjang dan kepala tidak besar;  mata bulat;  berenang bergerombol di permukaan air dan aktif menyongsong arus.

5)   Sangkal : benih umur 70 hari; bagian perut berwarna kuning muda; bagian punggung berwarna kuning tua dan ekor berwarna terang bersinar; bentuk tubuh panjang dan kepala tidak besar; bentuk mata tidak terlalu bulat; berenang bergerombol di permukaan air dan aktif menyongsong arus.

Kuantitatif

Persyaratan kuantitatif benih ikan mas strain sinyonya kelas benih sebar seperti pada tabel dibawah ini

Tabel : Persyaratan kuantitatif benih ikan mas strain sinyonya kelas benih sebar

CARA PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN

1)   Umur : ditentukan sejak telur menetas berdasarkan catatan.

2)   Panjang total : dari  ujung mulut sampai ujung sirip ekor menggunakan penggaris atau jangka sorong  dalam milimeter atau centimeter.

3)   Bobot badan : menimbang contoh ikan dalam gram.

4)   Kesehatan ikan : a) pengambilan contoh dilakukan secara acak sebanyak 10 % dari populasi atau minimal 30 ekor, untuk pengamatan visual maupun mikroskopik;  b) pengamatan visual dilakukan untuk memeriksa gejala penyakit dan kesempurnaan morfologi ikan; c) pengamatan mikroskopik dilakukan untuk pemeriksaan jasad patogen (parasit, jamur, virus dan bakteri) di laboratorium.

5)   Respon : a) dengan mengalirkan air di wadah pemeliharaan atau penampungan, benih yang sehat akan bergerak/berenang melawan arus; b) dengan memberikan pakan di wadah pemeliharaan atau penampungan, benih yang sehat responsif terhadap pemberian pakan; c) dengan memberikan rangsangan pada wadah pemeliharaan atau penampungan,benih yang sehat akan bergerak menyebar dengan cepat bila ada gangguan.

REFERENSI

BSN, 1999. SNI 01-6136-1999  Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) Strain Sinyonya Kelas Benih Sebar. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) Strain Sinyonya Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-6137-1999)

BATASAN

Standar ini  meliputi definisi, istilah, persyaratan produksi serta cara pengukuran. Produksi benih ikan mas strain sinyonya kelas benih sebar ukuran larva, kebul, putihan, belo dan sangkal adalah suatu rangkaian kegiatan pra produksi, proses produksi dan pemanenan untuk menghasilkan benih ikan mas strain sinyonya kelas benih sebar (SNI 01-61361999).

PERSYARATAN PRODUKSI

Pra produksi

1)   Lokasi : kolam dan sawah : kawasan bebas banjir dan bebas dari pengaruh pencemaran, jenis tanah liat berpasir, air tersedia sepanjang tahun dan memenuhi persyaratan minimal baku mutu budidaya, ketinggian lahan : 0 m - 1000 m di atas permukaan laut.

2)   Sumber air : jernih tidak tercemar, tersedia sepanjang tahun, suplai pemasukan dan pembuangan air  melalui  pipa PVC, bis atau saluran tembok kedap air atau tanah.

3)   Wadah : a) produksi larva : berupa hapa, bak dan kolam; b) produksi kebul (pendederan I) berupa kolam tanah ukuran ≥ 500 m2; c) produksi putihan, belo dan sangkal (pendederan II, III dan IV) berupa kolam tanah ukuran ≥ 500 m2, sawah dan karamba jaring apung, dengan mata jaring 0,5 - 1,0 cm.

4)   Induk : sesuai dengan SNI 01-6136-1999.

5)   Bahan : a) pakan : pelet kandungan protein ≥ 30 %, lemak 6 - 8% (bobot kering); b) pupuk : organik (pupuk kandang); c) bahan kimia dan obat-obatan : biru metilena, kalium permanganat, organo fosfat, formalin, kapur tohor (CaO) dan oksitetrasiklina (bila diperlukan).

6)   Peralatan : kakaban, hapa, pengukur kualitas air dan peralatan lapangan (timbangan, waring, ember, lambit, cangkul).

Proses produksi

1)   Produksi larva (pemijahan dan penetasan telur) : a) kualitas air media : suhu 25 - 30ºC, pH : 6,5 - 8,5, debit air untuk penetasan telur : 0,5 liter/detik, oksigen terlarut : minimal 5 mg/l; ketinggian air : 50 - 70 cm; b) penggunaan bahan kimia : kalium permanganat 2 - 4 mg/l, biru metilena 1 - 3 mg/l; c) penggunaan obat-obatan : oksitetrasiklina 5 - 10 mg/l (bila diperlukan); d) padat tebar : induk untuk pemijahan 2 kg induk betina/4 m2 sedangkan  telur untuk penetasan  10.000 - 20.000 butir/ m2 kakaban; d) waktu : penetasan telur  45 jam pada suhu 25ºC sedangkan pemeliharaan larva 4 hari.

2)   Produksi kebul, putihan, belo dan sangkal (pendederan I, II, III dan IV) : a) kualitas dan kuantitas air media di kolam : suhu optimum 28ºC, pH : 6,5 - 8,5, debit air : (0,4 - 0,7) liter/detik, untuk luas kolam 500 m2, oksigen terlarut ≥ 5 mg/l, ketinggian air 50 - 70 cm, kecerahan sechi disk 25 cm; b) kualitas dan kuantitas air media di sawah : suhu optimum 28ºC, pH : 6,5 - 8,5, debit air : (0,4 - 0,7) liter/detik, oksigen terlarut ≥ 5 mg/l, tinggi air di pelataran 10 - 20 cm; c) kualitas air media di jaring apung: Suhu  25 - 30ºC, pH : 6,5 - 8,5, ketinggian air 1 - 1,5 m, kedalaman air ≥ l,5 m dari dasar jaring pada saat surut terendah, kecerahan > 3 meter;  d) penggunaan bahan kimia : organo fosfat 1 - 4 ppm hanya untuk produksi kebul (pendederan I); e) penggunaan obatobatan : formalin 25 ppm, oksitetrasiklina 5 - 10 mg/l (bila diperlukan).

Tabel  : Standar proses produksi benih ikan mas sinyonya pada setiap tingkatan pemeliharaan di kolam

CARA PENGUKURAN DAN PENENTUAN

1)   Suhu : dilakukan dengan menggunakan termometer, di permukaan air dan dasar wadah dengan frekuensi dua kali per hari pada pagi dan sore.

2)   pH air : dilakukan dengan menggunakan pH meter atau pH indikator (kertas lakmus) sesuai dengan spesifikasi teknis alat.

3)   Debit air : dilakukan dengan mengukur volume air masuk ke dalam wadah penampungan dibagi waktu yang dibutuhkan dalam liter per detik.

4)   Ketinggian air : jarak antara dasar wadah pemeliharaan sampai ke permukaan air, menggunakan penggaris dalam centimeter.

5)   Kecerahan air : jarak antara permukaan air ke sechi disk (garis tengah ≥  25 cm)  saat pertama kali piringan tidak terlihat (cm).

6)   Penggunaan bahan : a) jumlah pakan =  bobot rata-rata ikan (≥ 30 ekor ikan sampel) x jumlah populasi ikan yang ditanam x %  tingkat pemberian pakan yang telah ditetapkan dalam gram atau kilogram; b) jumlah pupuk (gr atau kg)  = dosis pupuk /m2 x luas wadah pemeliharaan; c) jumlah kapur (kg atau gr) = dosis kapur/m2 x  luas wadah pemeliharaan;  d) jumlah organo fosfat = takaran bahan sebanyak satu sampai dengan empat bagian organo fosfat dalam 999.999 bagian air media; e) padat tebar benih = Σ benih yang ditebar/m2  x  luas wadah pemeliharaan.

7)   Panjang total : jarak antara ujung mulut sampai dengan ujung sirip ekor menggunakan jangka sorong atau penggaris dalam centimeter atau millimeter.

8)   Bobot badan : menimbang benih menggunakan timbangan analitis, dalam gram atau miligram.

REFERENSI

BSN, 1999. SNI 01-6137-1999  Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) Strain Sinyonya Kelas Benih Sebar. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Produksi Ikan Mas (Cyprinus carpio) Strain Majalaya Kelas Pembesaran di Karamba Jaring Apung (Ringkasan SNI 01-6494.1.2000)

BATASAN

Standar ini menetapkan  persyaratan dan cara pengukuran dan penentuan produksi  benih ikan mas strain majalaya kelas pembesaran  di keramba jaring apung.

PERSYARATAN PRODUKSI

Pra produksi

1)   Lokasi : terletak diperairan umum, memenuhi persyaratan minimal kualitas air untuk budidaya, kedalaman air  minimal 5 meter dari dasar jaring saat surut terendah, kekuatan arus 20 - 40 cm, luas areal peruntukan pemasangan jaring ≤ 10 % dari luas potensi perairan atau 1 % dari perairan waktu surut terendah dan luas jaring ≤  10 % luas areal peuntukan pemasangan jaring.

2)   Wadah Budidaya : a) kerangka : bahan kayu tahan air, bambu atau besi dicat anti karat,   ukuran 7x 7 m2, bentuk persegi; b) pelampung : bahan styrofoam atau drum, bentuk silindris, volume 200 liter, jumlah pelampung minimal 8 buah/ jaring; c) tali jangkar : bahan polyetiline (PE), panjang 1,5 kali kedalaman perairan, jumlah 5 utas/jaring, diameter 0.75 inci; d) jangkar : bahan besi/blok beton/batu, bentuk segi empat, berat minimal 40 kg /buah, jumlah 5 buah/ jaring; e) jaring : bahan polyetiline (PE 210 D/12), ukuran mata jaring 1 inci, warna hijau, ukuran jaring (7x7x2,5)m3.

3)   Benih : sangkal ikan mas kelas benih sebar keturunan pertama dari induk dasar hasil seleksi sesuai SNI 01-4266-1996.

4)   Pakan buatan : sesuai SNI 01-4266-1996.

5)   Bahan kimia dan obat obatan : antibiotik, formalin, garam dapur, biru metiline, kalium permanganat.(KMnO4).  Catatan : antibiotik tidak diperbolehkan.

6)   Peralatan : lambit, pembersih jaring, pengukur kualitas air (termometer, sechsi disk, DO meter, pH meter), peralatan lapangan (timbangan, hapa, waring, ember, alat panen, dll).

Proses Produksi

1)   Kualitas air : suhu 25 - 30ºC, pH 6,50 - 8,6 , oksigen terlarut < 5 ppm, amoniak (NH3) > 0.02 ppm, kelimpahan plankton 5.000 - 10.000 individu/ml.

2)   Padat tebar benih : seperti tabel di bawah ini.

3)   Waktu pemeliharaan : seperti tabel di bawah ini.

4)   Penggunaan  pakan  : seperti tabel di bawah ini.

5)   Penggunaan bahan kimia dan obat-obatan : seperti tabel di bawah ini; dengan cara merendam atau dicampurkan dalam pakan. Antibiotik digunakan minimal 3 (tiga) minggu sebelum dipanen.

Tabel : Padat penebaran, ukuran benih dan jumlah pakan produksi ikan mas strain majalaya kelas pembesaran

Pemanenan

Sintasan produksi & ukuran ikan : misalnya dalam tabel pada atas.

CARA PENGUKURAN DAN PENENTUAN

1)   Suhu : dengan termometer, dipermukaan dan dasar  pada pagi dan sore.

2)   pH air : pH meter atau pH indikator (kertas lakmus).

3)   Oksigen terlarut : dengan DO meter, pada permukaan air dan dasar wadah 2 kali/hari, pagi dan sore.

4)   4) NH3 :   dengan water test kit (ppm).

5)   Ketinggian air : dengan penggaris yaitu mengukur jarak antara dasar wadah sampai ke permukaan air, penggaris (cm).

6)   Kecerahan air : dengan sechi disk (garis tengah ≥ 25 cm) diberi tali/tangkai yang dimasukkan ke dalam wadah pemeliharaan, mengukur jarak antara permukaan air ke piringan saat pertama piringan tidak terlihat (cm).

7)   Kuat arus : dengan menggunakan  current meter.

8)   Kelimpahan plankton : dengan  mikrotransek, ambil  contoh air media, disaring dengan plaknton net. Kelimpahan dihitung dengan cara mengambil air sampel, diamati dengan  mikroskop, hitung  jumlah individu plankton yang bergerak (invidu/milliliter).

9)   Kebutuhan pakan = berat rata-rata ikan dikalikan  Σ populasi ikan yang ditanam dikalikan  % pakan yang telah diberikan (g atau kg).

10) Jumlah padat tebar benih = (Σ benih ditebar/m2)  X  luas wadah pemeliharaan.

11) Waktu pemeliharaan =  Σ waktu mulai benih ditebar sampai dengan saat panen (hari).

12) Panjang total = mengukur jarak antara ujung mulut - ujung sirip ekor  dengan jangka sorong atau penggaris (cm).

13) Pengukuran bobot :  menimbang dengan timbangan (g atau kg).

14) Sintasan produksi = Σ  populasi ikan hidup (saat panen)  dibagi  Σ  yang tebar (%).

REFERENSI

BSN, 2000. SNI 01-6494.1.2000  Produksi Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) Strain Majalaya Kelas Pembesaran di Karamba Jaring Apung. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

Https://www.Google.Co.Id/search

#Tag :

Pengemasan Induk Udang Windu pada Sarana Angkutan Udara (Ringkasan SNI 01-6142.1-2002)

BATASAN

Pengemasan induk udang windu pada sarana angkutan udara adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan kemasan yang aman bagi induk udang windu dan keselamatan penerbangan.  Standar ini menetapkan persyaratan, tata cara pengemasan.

PERSYARATAN

1)   Bahan kemas : kotak styrofoam, lakban, dan strapping ban, kantung plastik pengangkut induk, kantung plastik pembungkus styrofoam, kardus.

2)   Air laut : bersih, bebas patogen karantina dan salinitas sesuai dengan asal induk

3)   Kepadatan induk : dalam lama pengangkutan sarana angkutan udara sesuai pada tabel dibawah ini.

Tabel : Pengangkutan wahana angkutan udara

TATA CARA PENGEMASAN

1)   Induk diadaptasikan pada suhu 18 – 22ºC dan rostrum dipasang pelindung/pentil ban untuk mencegah kebocoran kantong plastik

2)   Induk dimasukkan kedalam kantong plastik yang telah diisi air dengan suhu antara  18 – 22ºC : berdasarkan catatan lama pemeliharaan atau pembesaran, serta berdasarkan pengamatan bentuk telikum individu betina

3)   Kantong plastik yang sudah berisi induk udang diisi oksigen dengan volume sesuai tabel. Selanjutnya ujung kantong plastik diikat erat dengan karet gelang kemudian dimasukkan ke dalam styrofoam.

4)   Untuk menstabilkan suhu selama pengangkutan diberi es batu dalm plastik yang dibungkus kertas maksimum 5 % volume air.

5)   Kotak styrofoam yang telah berisi induk udang ditutup rapat dengan tutup styrofoam dan dieratkan dengan lakban.

6)   Kotak styrofoam kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik, diikat dengan karet gelang dan dimasukkan ke dalam kardus.

7)   Kardus selanjutnya diikat dengan strapping ban pada kedua sisinya.

8)   Kardus yang sudah diikat dan ditimbang diberi label sesuai SNI 19-4855-1998 pasal 6

9)   Kardus diberi stiker atau tulisan “Jangan di balik” dan “ Jangan terpapar sinar matahari langsung”.

REFERENSI

BSN, 2002. SNI  01- 6142.1-2002  Pengemasan Induk Udang Windu pada Sarana Angkutan Udara. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :