Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Pakan Buatan untuk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) pada Budidaya Intensif (Ringkasan SNI 01-4266-2006)

BATASAN

Standar ini menetapkan pakan protesis untuk ikan mas pada budidaya intensif yang meliputi kondisi mutu, cara pengambilan contoh, cara uji & pengukuran, kondisi penandaan & cara pengemasan pakan buatan. SNI ini adalah revisi berdasarkan SNI 014266-1996.

SYARAT MUTU

Syarat mutu pakan ikan mas dalam budidaya intensif seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Syarat mutu pakan ikan mas pada budidaya intensif

CARA PENGAMBILAN CONTOH

Sesuai menggunakan SNI 01-2326-1991, Metoda pengambilan contoh produk perikanan.

CARA UJI DAN PENGUKURAN

Cara uji kimia

1)   Kadar air : sesuai SNI 01-2354.2-2006, Penentuan kadar air pada produk perikanan.

2)   Kadar abu total : sesuai SNI 01-2354.1-2006, Penentuan kadar abu pada produk perikanan.

3)   Kadar lemak total sesuai SNI 01-2354.3-2006, Penentuan, kadar lemak total pada produk perikanan.

4)   Kadar protein sesuai SNI 01-2354.4-2006, Penentuan kadar protein dengan metode total nitrogen pada produk perikanan.

5)   Kadar serat kasar sesuai SNI 01-2891-1992, Cara uji makanan dan minuman.

6)   Non protein nitrogen dengan metode nitrogen bebas.

Cara penentuan mikroba

1)   Kadar Salmonella : sesuai SNI 01-2332.2-2006, Penentuan Salmonella pada produk perikanan.

2)   Kandungan aflatoksin : dengan metode analisis aflatoksin terhadap  bahan (makanan kacang tanah, kelapa, dan kelapa hibrida).

Cara pengukuran diameter pakan (menggunakan alat mikrometer, dalam milimeter)

1)   Floating rate : persentase berat pakan yang mengapung dengan berat awal pakan sebelum proses pengeringan.

2)   Kestabilan pakan dalam air : diukur dengan menghitung persentase bobot yang hilang setelah direndam dalam air pada kondisi tertentu.

SYARAT PENANDAAN

Tulisan dalam bungkus pada bahasa Indonesia dengan mencamtumkan merk dagang, nama penghasil, penjabaran pakan, bobot netto, jenis bahan yg digunakan, jenis bahan yg dibubuhi, kandungan nutrisi, cara penyimpanan, cara penggunaan, bentuk dan sifat fisik, kestabilan dalam air, tanggal kadaluarsa dan kode produksi.

CARA PENGEMASAN

Dikemas dalam wadah yg tertutup rapat, kondusif pada penyimpanan dan pengangkutan

REFERENSI

BSN, 2006. SNI 01-4266-2006  Pakan Buatan untuk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) pada Budidaya Intensif. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

Https://www.Google.Co.Id/search

#Tag :

Produksi Tokolan Udang Windu (Penaeus monodon Fab. 1798) di Bak (Ringkasan SNI 01-6497.2-2000)

BATASAN

Standar ini menetapkan persyaratan produksi dan tata cara pemeriksaan. Produksi tokolan udang windu merupakan rangkaian kegiatan pra produksi, proses produksi dan pemanenan untuk menghasilkan tokolan. Diskripsi: Pemeliharaan benih udang mulai ukuran PL 10-12  sampai > PL 30 di bak.

PERSYARATAN PRODUKSI

Pra produksi

1)   Lokasi : sesuai RUTW/RUTRD, dekat sumber air dengan kualitas baik dan kuantitas yang cukup.

2)   Wadah : bak tembok segi empat, kapasitas air 10-15 m3 , tinggi air 0,8-1 m dilengkapi shelter, dipasang secara vertikal.

3)   Peralatan : pompa air, tenaga listrik, blower/Hi blow, alat lapangan ( seser, pipa PVC berlubang, selang plastik, ember, saringan air, tabung oksigen) dan alat ukur kualitas air ( pH meter, salinometer, termometer, DO meter).

4)   Bahan-bahan : formalin, kaporit, EDTA, treflan, caltrocyne, furazolidone, pupuk anorganik (NPK 15:15:15), benih udang PL 10-12 bebas virus sesuai SNI No. 01-61431999 (revisi 2006).

5)   Pakan : alami nauplius Artemia; pakan buatan dengan kandungan protein 40% – 42% dan lemak 5% - 10 %.

Proses produksi

1)   Bak dan air media : a) cuci bak dan batu aerasi dengan kaporit 500 – 1.000 ppm; b) sterilisasi air media dengan kaporit, dosis 20 ppm; c) aplikasi EDTA 4 – 5 ppm dan pupuk NPK 2 ppm; d) inokulasi phytoplankton 12.000 sel/ml atau kecerahan air 30 – 40 cm.

2)   Kualitas air : suhu 28 – 32 °C, pH 7,8 – 8,5, salinitas 10 – 35 ppt, kecerahan 35 – 40 cm, DO > 3,5 ppm, amonia < 0,01 ppm, nitrit < 1 ppm, nitrat < 10 ppm, BOD < 3 ppm dan bahan organik < 50 ppm.

3)   Padat tebar : 3 – 5 ekor/lt.

4)   Penggunaan obat-obatan : aplikasi caltrocyne 1 – 2 ppm setelah benur ditebar, aplikasi treflan 0,02 ppm – 0,04 ppm atau furazolidone 7,5 ppm – 12 ppm seminggu sekali.

5)   Penggunaan pakan : nauplius artemia diberikan hari 1 – 3 kepadatan 3 - 5 ekor/ml, pakan buatan 4 kali sehari pada hari 1 – 5, dosis 0,5 – 1 ppm. Hari ke-6 4 kali sehari, dosis 1 – 2 ppm.

6)   Pemeliharaan media : pergantian air 3 hari sekali 5 - 20% mulai hari ke-5, kapur tohor 4 – 5 ppm agar pH 7,5 – 8,5.

7)   Waktu pemeliharaan : 21 – 30 hari.

8)   Pemanenan : alat dan bahan sesuai keperluan.

9)   Cara panen : menurunkan ketinggian air, tokolan ditampung dengan jaring panen melalui pipa pengeluaran, sisanya menggunakan seser

10) Cara pengepakan : air untuk pengepakan di kantong diturunkan suhunya menjadi     25 °C, kepadatan 200 – 400 ekor/liter, perbandingan oksigen 4: 1.

11) Produksi : ukuran tokolan 1,35–1,75g atau 2,75–3,55cm dengan sintasan >60%.

TATA CARA PEMERIKSAAN

1)   Parameter fisik kualitas air : suhu air, pH air, salinitas, DO, ketinggian air dan kecerahan air.

2)   Pengukuran parameter kimia kualitas air : DO, amonia, nitrit, nitrat dan bahan organik sesuai APHA dan AWWA.

3)   Pengukuran pertumbuhan : jumlah padat tebar benih, sintasan produksi, waktu pemeliharaan, panjang total tokolan, berat tokolan dan dosis pakan, obat-obatan dan bahan kimia.

REFERENSI

BSN, 2006. SNI  01-6497.2-2000  Produksi Tokolan Udang Windu  (Penaeus monodon Fab. 1798) di Bak. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Produksi Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Induk Pokok (Ringkasan SNI 01-6139-1999)

BATASAN

Standar ini  meliputi definisi, istilah dan persyaratan produksi serta cara pengukuran dan pemeriksaan. Produksi induk ikan nila hitam kelas induk adalah suatu rangkaian kegiatan pra produksi, proses produksi dan pemanenan untuk menghasilkan induk ikan nila hitam kelas induk pokok sesuai SNI 01-6138-1999.

PERSYARATAN PRODUKSI

Pra produksi

1)   Lokasi : a) jaring apung : air tidak tercemar, dan memenuhi persyaratan minimal baku mutu kualitas dan baku mutu budidaya; b) kedalaman air : minimal 5 m dari dasar jaring pada saat surut terendah; c) luas areal pemasangan jaring : maksimal 10 % dari luas potensial dan jumlah luas jaring maksimal 10 % dari luas areal pemasangan jaring.

2)   Lokasi kolam : kawasan perkolaman bebas banjir; tanah dasar tanah liat berlumpur; keasaman (pH) tanah lebih dari 5; sumber air tidak tercemar dan memenuhi baku mutu budidaya.

3)   Wadah pemeliharaan di jaring apung : a) kerangka : bahan : kayu tahan air, bambu atau besi yang dicat anti karat; ukuran : (7 x 7 ) m2; bentuk : empat persegi; b) pelampung : bahan : styrofoam, drum; bentuk : silindris; ukuran : volume 200 liter; jumlah : minimal 8 buah/unit rakit; c) tali jangkar : bahan : polietilene; panjang : 1,5 kali kedalaman perairan; jumlah : 4 utas/unit jaring apung; diameter : minimal 1,5 cm; d) jangkar : bahan : besi, blok beton, batu; bentuk : jangkar, segi empat; berat : 40 kg/buah; jumlah : 4 buah/unit jaring apung; e) jaring : bahan : polietilene; warna : hijau, hitam; f) waring : bahan : nilon; warna : hijau, hitam.

4)   Wadah pemeliharaan di kolam air tenang : konstruksi tanah atau tembok; luas minimal 500 m2; kedalaman air : 1,2 - 1,5 m; kolam dapat dikeringkan.

5)   Benih : ikan nila hitam ukuran sangkal kelas benih sebar keturunan pertama dari induk dasar.

6)   Bahan : a) pakan : pelet, pakan buatan kandungan protein 30 - 35 %, lemak 6 - 8 % (bobot kering); b) pupuk : organik : pupuk kandang (puyuh, ayam petelur); anorganik : urea, TSP; kapur : kapur tohor (CaO) atau pertanian (CaCO3); c) bahan kimia dan obat-obatan : formalin, garam dapur, methyline blue, kalium permanganat, kloramfenikol, oxytetracycline (jika diperlukan).

7)   Peralatan : jaring apung, lambit, pembersih jaring, pengukur kualitas air (termometer, secchi disk, pH meter), peralatan lapangan (timbangan, hapa/waring, ember, alat panen, dll).

8)   Kolam air tenang : pengukur kualitas air (termometer, secchi disk, pH meter), peralatan lapangan (hapa/waring, ember, cangkul, dll).

Proses produksi

1)   Karamba jaring apung :  a) kualitas air : suhu : 25 - 30ºC, pH : 6,5 - 8,5; oksigen terlarut : lebih dari 5 mg/l;  phosphate : 10 - 1100 mg/l; ammonia (NH3) : kurang dari 0,02 mg/l; kecerahan secchi disk : lebih dari 3 m;  b) padat tebar benih : seperti pada tabel di bawah;  c) ukuran benih : seperti pada tabel di bawah; d) waktu pemeliharaan : seperti pada tabel di bawah; e) penggunaan bahan :  pakan pelet (dosis dan frekuensi pemberian : seperti pada tabel di bawah ini);  f) obat-obatan : antibiotika (jika diperlukan), dengan dosis 25 mg oxytetracycline secara perendaman, kalium permanganat (2 - 5) mg.

2)   Kolam air tenang : a) kualitas air : suhu : 25 - 30ºC; pH : 6,5 - 8,5; oksigen terlarut : lebih dari 5 mg/l; ammonia (NH3) : kurang dari 0,02 mg/l; kecerahan secchi disk : lebih dari 30 cm; b) ukuran benih : lihat tabel di bawah; c) waktu pemeliharaan : lihat tabel di bawah;  d) penggunaan bahan : pakan : pelet (dosis dan frekuensi pemberian (lihat tabel di bawah); obat-obatan : antibiotika;  e) pupuk organik : kotoran ayam (dosis 100 gram/m2); f) pupuk anorganik : urea, TSP (dosis pupuk dasar masing-masing 150 dan 100 kg/hektar);  g) kapur : kapur tohor (dosis 25 gram/m2); h) bahan kimia : formalin, methyline blue, kalium permanganat dosis 25 ppm, oxytetracycline dengan dosis 25 mg/kg induk melalui penyuntikan (bila diperlukan).

Pemanenan

1)   Karamba jaring apung : a) sintasan : lihat tabel  di bawah; b) mutu induk : sesuai SNI 01-6138-1999.

2)   Kolam air tenang :  a) sintasan : lihat tabel di bawah; b) mutu induk : sesuai SNI 016138-1999.

Tabel : Padat penebaran, ukuran benih dan jumlah takaran pakan yang     diberikan pada pengembangan calon induk ikan nila hitam.

CARA PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN

1)   Suhu : menggunakan termometer, frekuensi pengukuran dilakukan dua kali per hari pada pagi dan sore pada permukaan air dan dasar wadah.

2)   pH air : menggunakan kertas lakmus. 10

3)   Debit air : mengukur volume air masuk kedalam wadah penampungan dibagi waktu yang dibutuhkan dalam satuan liter per detik.

4)   Ketinggian air : jarak antara dasar wadah pemeliharaan sampai ke permukaan air, menggunakan penggaris dengan satuan centimeter.

5)   Kecerahan air : menggunakan piringan berwarna putih bergaris hitam (secchi disk) yang diberi tali dan dimasukkan kedalam wadah pemeliharaan dan ukuran kecerahan dinyatakan dengan mengukur jarak antara permukaan air dengan batas piringan yang tampak jelas dalam satuan centimeter.

6)   Jumlah pakan : berat rata-rata ikan (minimal dari 30 ekor ikan sampel) dikalikan jumlah populasi ikan yang ditanam di kalikan lagi dengan persentasi pakan yang telah diberikan per hari, dinyatakan dalam satuan gram atau kilogram.

7)   Jumlah pupuk : dosis pupuk per meter persegi dikalikan luas wadah pemeliharaan yang dinyatakan dalam satuan gram atau kilogram.

8)   Umur : dihitung sejak telur menetas.

9)   Kematangan gonad : a) ikan jantan : dilakukan dengan mengurut perut ikan ke arah anus. Ikan jantan yang telah matang kelamin akan mengeluarkan cairan kental berwarna putih;    b) ikan betina : dilakukan dengan meraba bagian perut dan pengamatan bagian anus. Ikan betina yang telah matang gonad ditunjukkan dengan bagian perut membesar lunak kalau diraba, bagian anus menonjol dan kemerahan.

10) Jumlah padat tebar benih : menggunakan mengalikan jumlah benih yang ditebar per satuan meter persegi menggunakan luas wadah pemeliharaan.

11) Sintasan produksi : dengan menghitung benih ikan yang hayati pada waktu panen dibagi dengan jumlah benih yang ditanam, dinyatakan pada persen.

12) Bobot badan : menimbang ikan dengan memakai timbangan analitis yang dinyatakan dalam gr atau miligram.

13) Kesehatan : a) pengambilan model : buat pemeriksaan kesehatan ikan dilakukan secara rambang sebesar 1 % berdasarkan populasi dengan jumlah aporisma 10 ekor, baik buat pengamatan visual juga mikroskopik, b) pengamatan visual : dilakukan buat inspeksi adanya gejala penyakit dan kesempurnaan morfologi ikan, c) pengamatan mikroskopik : dilakukan buat inspeksi jasad patogen (parasit, fungi, virus dan bakteri) di laboratorium.

14) Kemurnian ikan : dilakukan menggunakan pengambilan model darah ikan buat pengujian elektrophoresis di laboratorium yg diambil menurut pembuluh darah pada pangkal ekor dengan memakai indera suntik.

REFERENSI

BSN, 2006. SNI 01-6139-1999  Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker)  Kelas Induk Pokok (parent stock). Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus) Kelas Induk Pokok (parent stock) (Ringkasan SNI 01-4266-2006)

BATASAN

Standar induk ikan nila hitam kelas induk utama menetapkan definisi, kata dan singkatan, klasifikasi & persyaratan kualitatif dan kuantitatif serta cara pengukuran dan inspeksi.

PERSYARATAN

Kualitatif

1)   Asal : hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk ikan kelas induk dasar.

2)   Warna :  hitam keabu-abuan, bagian perut berwarna putih sampai ungu.

3)   Bentuk : tubuh pipih (compress) dengan sisik penuh dan teratur.

4)   Kesehatan : anggota/organ tubuh lengkap, sisik teratur, terdapat gurat sisi dua baris yang dipisahkan oleh tiga sisik pada bagian dorsal, tubuh tidak cacat dan tidak ada kelainan bentuk, tubuh tidak ditempeli oleh parasit, tidak ada benjolan, insang bersih, tutup insang normal (tidak tebal atau tipis) dan berlendir.

5)   Kekenyalan tubuh :  kenyal dan tidak lembek.

Kuantitatif

Perbandingan antara tinggi terhadap panjang standar adalah  1,0 : 2,3 - 2,5; jumlah sisik pada gurat sisi (ll) adalah 28 - 35 buah, 8 -10 garis tegak pada kedua sisi tubuh dan 6-8 buah garis tegak pada sirip ekor; rumus jari-jari sirip : sirip punggung D. XVII. 13, sirip dada P. 11-15; sirip perut V. I. 5, sirip dubur A. III. 10-11, sirip ekor C. II. 18; sisik besar dan kasar berbentuk ctenoid, pola sirip normal, garis-garis tegak pada sirip ekor 8 buah. Persyaratan kuantitatif sifat reproduksi seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Persyaratan kuantitatif sifat reproduksi

CARA PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN

1)   Umur : dihitung sejak telur menetas berdasarkan catatan.

2)   Kematangan gonad : a) ikan jantan dilakukan dengan mengurut perut ikan ke arah anus. Ikan jantan yang telah matang kelamin akan mengeluarkan cairan kental berwarna bening dan di sekitar perut sampai kepala bagian bawah berwarna merah; b) ikan betina dilakukan dengan meraba bagian perut dan pengamatan bagian anus. Ikan betina yang telah matang gonad ditunjukkan dengan telur berwarna kuning kehijauan, bagian perut melebar, lunak kalau diraba, bagian anus menonjol dan kemerahan. Pengukuran diameter telur dilakukan dengan kanulasi.

3)   Panjang total : tinggi badan dan panjang kepala : a) panjang total dilakukan dengan mengukur jarak antara ujung mulut sampai dengan ujung sirip ekor dinyatakan dalam satuan centimeter; b) tinggi tubuh dilakukan dengan mengukur garis tegak lurus dari dasar perut sampai ke punggung dengan menggunakan mistar kaliper dinyatakan dalam satuan centimeter; c) panjang kepala dilakukan dengan mengukur jarak antara ujung mulut sampai dengan ujung tutup insang dinyatakan dalam satuan centimeter.

4)   Bobot tubuh : dengan menimbang dalam gram.

5)   Pemeriksaan kesehatan : a) pengambilan contoh untuk pemeriksaan kesehatan ikan dilakukan secara acak sebanyak 1 % dari populasi atau maksimal 10 ekor, baik untuk pengamatan visual maupun mikroskopik; b) pengamatan visual dilakukan untuk pemeriksaan adanya gejala penyakit dan kesempurnaan morfologi ikan; c) pengamatan mikroskopik dilakukan untuk pemeriksaan jasad patogen (parasit, jamur, virus dan bakteri) di laboratorium.

6)   Pemeriksaan kemurnian ikan : dilakukan dengan pengambilan contoh darah ikan untuk pengujian, elektrophoresis di laboratorium, yang diambil dari pembuluh darah pangkal ekor dengan menggunakan alat suntik.

REFERENSI

BSN, 2006. SNI 01-4266-2006  Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker)  Kelas Induk Pokok (parent stock). Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Produksi Udang Windu di Tambak Sistim Terbuka Menggunakan Petak Biofilter (Ringkasan SNI 01-6497.2-2000)

BATASAN

Standar ini memutuskan persyaratan produksi. Deskripsi: menggunakan petak biofilter merupakan rangkaian kegiatan pra produksi, proses produksi dan pemanenan buat membentuk udang berukuran konsumsi.

PERSYARATAN PRODUKSI

Pra produksi

1)   Lokasi : dekat sumber air (kualitas baik, kuantitas yang cukup dan tidak tercemar). Persyaratan kualitas air: suhu 28-32°C, salinitas 10-35ppt, pH 7,5-8,5, DO >3,5ppt, bahan organik 50-60ppm dan BOD (5 hari) <3ppm .="" 5-10="" 6="" bahan="" kualitas="" organik="" persyaratan="" ph="" span="" tanah:="">

2)   Wadah : petak tandon/karantina (kedap air,dekat sumber air, daya tampung air ≥ 20%); petak biofilter (kedap air, daya tampung air ≥ 20%); petak pemeliharaan (dilengkapi dengan pintu pemasukan dan pembuangan), saluran distribusi dan pembuangan.

3)   Benih : benur/tokolan sesuai SNI 01-6144-1999.

4)   Organisme biofilter : ikan predator.

5)   Peralatan : tenaga listrik, pompa air, kincir air dan peralatan lapangan (jala, jaring, anco, serok, timbangan dan ember).

6)   Bahan kimia : kaporit, kapur, pupuk organik dan anorganik.

7)   Pakan : pelet sesuai SNI 02-2724-1992.

Proses produksi

1)   Kualitas tanah : pH 6,5-7, bahan organik 5%-10%, redoks potensial > - 90 mV.

2)   Kualitas air : a) fisika  (suhu 28°C-32°C, pH 7,5-8,5, salinitas 10ppt-35ppt, ketinggian air 100cm-160cm, kecerahan 35 cm-40cm; b) kimia (DO >3,5 ppt, amonia < 0,01 ppm, nitrit , 1 ppm, nitrat < 10 ppm, BOD < 3 ppm, clorine < 0,8 ppm dan bahan organik 50 ppm-60 ppm; c) kepadatan plankton 10.000sel/ml-12.000sel/ml.

3)   Padat tebar : semi intensif maksimum 15 ekor per m2; intensif I maksimum 30 ekor per m2; intensif II maksimum 50 ekor per m2.

4)   Benih : sesuai SNI 01-6143-1999, tokolan sesuai SNI 01-6497-2000.

5)   Waktu pemeliharaan : 120 hari atau ukuran 20 g-30g per ekor.

TATA CARA PEMERIKSAAN

1)   Parameter fisika : suhu air, pH air, salinitas, DO, ketinggian air dan kecerahan air.

2)   Parameter kimia : DO, amonia, nitrit, nitrat dan bahan organik sesuai APHA dan AWWA.

3)   Parameter biologis : Pengukuran plankton menggunakan haemocytometer;

4)   Kualitas tanah : pH dan redoks potensial menggunakan Redoks Potensio Meter; bahan organik tanah dengan metode Gravimetri.

5)   Penggunaan bahan : pupuk urea, SP-36 dan pupuk kandang; kapur 5mg – 15mg per liter air; kaporit 20mg-30mg per liter air; pakan diberikan bentuk fine crumble, coarse crumble dan pelet. Dosis pemberian pakan berdasarkan berat udang, bentuk dan ukuran seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Dosis pemberian pakan berdasarkan berat, bentuk & berukuran udang

6)   Pertumbuhan : a) padat tebar, benih yang ditebar per satuan m2 dikali luas wadah pemeliharaan; b) berat rata-rata, berat contoh dibagi jumlah, dinyatakan dalam gr; c) kepadatan, jumlah total contoh dibagi luas pengambilan contoh, dinyakan dalam ekor/m2; d) populasi, kepadatan dikalikan luas wadah pemeliharaan,dinyatakan satuan ekor; e) biomass, populasi dikalikan berat rata-rata, dinyatakan dalam kg; f) sintasan, jumlah populasi dibagi jumlah tebar, dinyatakan dalam %.

7)   Waktu pemeliharaan : mulai tebar sampai saat panen

8)   Waktu panen : saat malam hari atau suhu rendah

9)   Cara panen : menggiring secara gravitasi ke pintu pemasukan dengan perangkap jaring kantong

REFERENSI

BSN, 2006. SNI  01-6497.2-2000  Produksi Udang Windu (Penaeus monodon Fab. 1798)  di Tambak Sistim Terbuka Menggunakan Petak Biofilter. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-6140-1999)

BATASAN

Standar ini  meliputi definisi, istilah, klasifikasi dan persyaratan yang berdasarkan persyaratan kualitatif dan kuantitatif serta cara pengukuran dan pemeriksaan. Tubuh berwarna hitam keabu-abuan, bagian perut berwarna terang sampai ungu. Larva ikan nila hitam adalah fase atau tingkatan benih ikan yang masih mengalami perubahan bentuk/morfologi termasuk organ tubuh dan warna serta berumur sampai dengan 7 hari sejak telur menetas.

PERSYARATAN

Kualitatif

1)   Larva : a) asal benih : hasil pemijahan induk kelas induk pokok dengan induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan (inbreed); b) warna : hitam. c) bentuk tubuh : normal; d) gerakan/perilaku : bergerak dipermukaan sampai dasar wadah.

2)   Benih : a) asal larva : berumur lebih dari 7 hari, hasil pemijahan induk kelas induk pokok; dengan induk jantan dan induk betina tidak satu keturunan (inbreed); b) warna : bagian perut berwarna putih, bagian punggung berwarna gelap sampai hijau kelabu; c) bentuk tubuh : normal; d) gerakan/perilaku : bergerombol di permukaan tepi wadah dan aktif menyongsong air baru serta ekor bergerak sangat cepat sehingga tidak terlihat jelas gerakannya.

Kuantitatif

Persyaratan kuantitatif benih ikan nila kelas benih sebar seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Persyaratan kuantitatif benih ikan nila hitam kelas benih sebar

CARA PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN

1)   Umur  : dihitung sejak telur menetas.

2)   Panjang total : mengukur jarak antara ujung mulut sampai ujung sirip ekor dengan menggunakan alat jangka sorong yang dinyatakan dalam milimeter atau centimeter.

3)   Bobot tubuh : menimbang menggunakan timbangan analitis yang dinyatakan dalam miligram atau gram.

4)   Pengamatan kesehatan ikan : a) pengambilan contoh untuk pemeriksaan dan mengetahui kesehatan ikan dilakukan secara acak dengan mengambil contoh minimal 30 ekor ikan, baik pengamatan secara visual maupun mikroskopis; b) pengamatan visual : dilakukan untuk pemeriksaan ektoparasit dan morfologi; c) pengamatan mikroskopik : dilakukan untuk pemeriksaan jasad patogen (endoparasit, jamur, bakteri dan virus).

5)   Respon : a) dengan mengalirkan air di wadah pemeliharaan atau penampungan, benih yang sehat akan bergerak/berenang melawan arus; b) sangat responsif terhadap pemberian pakan; c) bergerak menyebar dengan cepat bila ada gangguan; d) cara menguji daya tahan dilakukan hanya pada skala laboratorium dengan menggunakan uji tantang (terhadap penyakit/parasit) dan bio-essay (terhadap bahan kimia dan obat-obatan).

REFERENSI

BSN, 1999. SNI 01-6140-1999  Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker)  Kelas Benih Sebar. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Produksi Benih Udang Windu (Penaeus monodon Fab. 1798) Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-6143-2006)

BATASAN

Standar ini menetapkan persyaratan produksi, penerapan biosekuriti, dan cara pengukuran & penghitungan produksi benih udang windu kelas benih sebar.

PERSYARATAN PRODUKSI

Praproduksi

1)   Pengelolaan air : jernih dan tidak tercemar, melalui proses filtrasi dan sterilisasi.

2)   Wadah : a) produksi nauplius : bahan dari tembok semen, fiberglass atau plastik PE (bak penampungan air dan filtrasi, penampungan induk, pematangan dan pemeliharaan induk, pemijahan, penetasn telur); b) produksi benur : bahan tembok semen, fiberglass atau plastik PE (bak pemeliharaan larva dan kultur pakan alami, penetasan kista artemia, penampungan air bersih, pemanenan dan penampungan benur); c) produksi tokolan : berupa tambak, hapa dan bak beton atau bak pemeliharaan larva.

3)   Induk : sesuai SNI 01-6142-2006.

4)   Peralatan : a) produksi nauplius dan benur (sumber listrik, pompa, aerasi, penutup bak, alat sampling, alat ganti air, alat pakan benur, alat panen, alat monitoring kualitas air, alat observasi kesehatan); b) produksi tokolan tambak (pompa air, alat lapangan, alat sampling, alat ganti air, alat pakan benur, alat panen, alat monitoring kualitas air, alat observasi kesehatan).

5)   Penggunaan desinfektan, pupuk dan obat, desinfektan dan probiotik :  yang digunakan adalah yang direkomendasikan, penggunaan obat seminimal mungkin.

6)   Pakan : a) produksi nauplius : pakan segar, buatan dan vitamin; b) produksi benur : pakan hidup, dan buatan; c) produksi tokolan, pakan hidup dan buatan.

Proses Produksi

1)   Kualitas air : a) proses produksi nauplius, benur dan tokolan di bak : suhu 29-32ºC, salinitas 29-34 ‰,  pH 7-8,5 dan oksigen terlarut > 5 ppm; b)  proses produksi tokolan di tambak dan di bak : suhu 28-32 ºC, salinitas 15-30 ‰  untuk tambak sawah 5 ‰, pH 78,5 , oksigen terlarut > 4 ppm dan kecerahan 30-40 cm.

2)   Padat tebar : perkawinan induk 2-3 ekor/m2, perbandingan minimal 2 betina dan 1 jantan , padat tebar di bak pemijahan 2 ekor induk betina/m2 , padat tebar nauplius2 ekor/m2, nauplius 50-100 ekor/l, benur PL10-20  4000-5000 ekor/m2, di tambak 1000-1500 ekor/m2.

3)   Ukuran : a) induk alam : jantan >17 cm; betina > 23 cm; b) induk hasil budidaya : jantan > 20 cm, betina 22 cm.  Ukuran nauplius 0,5 mm, ukuran benur 8,5 mm.

4)   Penggunaan desinfektan : sesuai Klasifikasi Obat Ikan.  Proses produksi benur: jenis dan dosis dan proses produksi tokolan: jenis dan dosis seperti pada tabel.

5)   Penggunaan pakan : produksi nauplius, dosis pakan segar 20-30 % dari biomas/hari, frekuensi pemberian 4-6 kali/hari.  Pada produksi benur jenis, dosis dan frekuensi dan produksi tokolan jenis dan dosis seperti pada tabel.

6)   Waktu pemeliharaan : pada suhu 28-32ºC, waktu pemeliharaan naupli 22- 24 jam, benur 17- 27 hari dan tokolan 15-30 hari.

Produksi

1)   Nauplius : produksi nauplius 3 kali peneluran setelah ablasi > 400 ribu/ekor.

2)   Sintasan : sintasan benur > 25 %, tokolan > 75 %.

3)   Ukuran panen : nauplius (N5-6) 0,3-0,32 mm, benur (PL10-20) 10,7-16 mm, tokolan (PL21-40) 16,53-34 mm.

4)   Mutu benih : nauplius, benur dan tokolan sesuai dengan SNI 01-6143-2006.

Pemanenan

1)   Uji mutu : sebelum panen dengan uji morfologi, uji stres dan uji menggunakan PCR.

2)   Proses persiapan : peralatan dan material panen disiapkan, penurunan air dari bak yang akan dipanen sampai volume air sekitar 25 %.

3)   Proses panen : bila volume air sudah 25%, siapkan jaring panen lalu saringan dibuka, benur yang keluar diseser, dibawa ke ruang panen, dan sebelum dikemas ditampung dalam bak penampungan, suhu diturunkan menjadi sekitar 24-29 °C.

PENERAPAN BIOSEKURITI

1)   Bahan dan alat : a) kalium permanganat dosis 500-100 mg/l; b) formalin (37%) dosis 100 ml; c) kaporit (60 %), dengan dosis 20 mg/l; d) alkohol 70 %; e) UV; f)  klorin/kaporit atau UV atau ozone (O3); g) bak celup kaki : bak semen dengan ketinggian air 10-15 cm; dan h) tempat pencucian tangan.

2)   Sterilisasi : a) pada semua ruangan, lantai, bak dan fasilitas lain yang akan digunakan; b) untuk efektifitas desinfektan, dilakukan penggantian bahan secara periodik; c) perlu dilakukan secara hati-hati dalam pelaksanaan fumigasi.

3)   Monitoring penyakit : a)  induk, nauplius, benur siap jual menggunakan metode PCR; b) observasi penyakit non viral yaitu pengamatan secara visual untuk penyakit selain virus; c) apabila terdapat induk, benih yang teridentifikasi penyakit, maka segera diisolasi atau dimusnahkan.

4)   Pembatasan akses masuk ke lokasi unit produksi : dilakukan secara fisik baik dari luar maupun antar unit produksi.

5)   Pengolahan air limbah : sebelum dibuang harus diolah agar sesuai baku mutu air.

CARA PENGUKURAN DAN PENGHITUNGAN

1)   Suhu : dengan termometer, dinyatakan dalam ºC.

2)   Salinitas : menggunakan refraktometer/salinometer, dinyatakan dalam  g/l.

3)   Oksigen terlarut : menggunakan DO meter, dinyatakan dalam mg/l.

4)   pH air : menggunakan kertas lakmus atau pH meter elektrik.

5)   Kecerahan air : menggunakan sechi disk.

6)   Protein dan lemak : sesuai SNI 01-2354.4-2006 dan SNI 01-2354.3-2006.

7)   Dosis penggunaan bahan.

8)   Pakan buatan : takar satu bagian pakan buatan dalam 1 juta bagian air media (mg/l) untuk benih, untuk tokolan dengan menghitung bobot rata-rata udang dikali jumlah populasi yang ditebar dikali persentase tingkat pemberian pakan yang ditetapkan (g atau kg).

9)   Penggunaan pupuk : mengalikan dosis pupuk dengan luasan tambak pemeliharaan, dinyatakan dalam gram/kilogram.

10) Penggunaan kapur : mengalikan dosis kapur menggunakan luasan tambak pemeliharaan yg dinyatakan dalam gr/kilogram.

11) Penggunaan saponin : mengalikan takaran saponin dengan volume air media, dinyatakan pada satuan gram/kilogram.

12) Penghitungan jumlah tebar benih : mengalikan jumlah nauplius yg ditebar per satuan volume menggunakan volume wadah pemeliharaan dengan mengalikan jumlah benih (PL) yang ditebar per satuan luas menggunakan luas wadah pemeliharaan.

13) Penghitungan sintasan : membandingkan antara total benih output panen menggunakan total benih yg ditebar, dinyatakan dalam persen.

14) Masa pemeliharaan : mengkalkulasi ketika mulai benih ditebar hingga menggunakan waktu panen, dinyatakan dalam jam buat nauplius, dalam hari untuk benur & tokolan.

15) Panjang total benih : mengukur jarak antara ujung rostrum hingga ujung telson, dinyatakan dalam satuan milimeter (mm).

Bobot benih : menimbang benih menggunakan timbangan analitik dalam kondisi hidup yang dinyatakan dalam satuan miligram.

#Tag :

Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-6141-1999)

BATASAN

Standar ini  meliputi definisi, istilah dan persyaratan produksi serta cara pengukuran dan pemeriksaan. Produksi benih nila hitam kelas benih sebar ukuran larva, kebul, gabar, belo dan sangkal adalah suatu rangkaian kegiatan praproduksi, proses produksi dan pemanenan untuk menghasilkan benih nila hitam kelas benih sebar sesuai SNI 01-61391999.

PERSYARATAN PRODUKSI

Pra produksi

1)   Lokasi : bebas banjir dan bebas dari pengaruh pencemaran. a) jenis tanah : liat berpasir (sandy clay) dengan perbandingan 3 : 2; b) ketinggian lahan : 0 m - 1000 m di atas permukaan laut. c) lokasi jaring apung : terletak di waduk, danau dengan ketinggian        < 700 meter dari permukaan laut, kedalaman air minimal 5 meter dari dasar jaring pada saat surut terendah, luas areal pemasangan jaring maksimal 10 % dari luas potensial dan luas jaring maksimal 10 % dari luas areal pemasangan jaring, kekuatan arus dasar  (20 - 40) cm/detik.

2)   Sumber air : jernih tidak tercemar, tersedia sepanjang tahun, suplai pemasukan dan pembuangan air pipa paralon, atau saluran tembok kedap air.

3)   Wadah : a) produksi larva : wadah pemijahan dan penetasan telur : happa ukuran (6 x 3 x 1,25) m3, wadah corong dengan diameter atas 30 cm dan bawah 15 cm serta tinggi 45 cm; b) wadah produksi kebul : bak semen : ukuran minimal (5 x 2 x 1,25) m3, atau   kolam tanah : luas minimum 500 m2, kedalaman air 60 cm; c) wadah produksi gabar : kolam tanah ukuran minimal 500 m2; kedalaman air 60 - 100 cm dan sawah; d) wadah  produksi belo dan sangkal : kolam tanah ukuran minimal 500 m2, kedalaman 80 - 100 cm, sawah, karamba jaring apung dengan mata jaring 0,5 - 1,0 cm yang terbuat dari bahan nilon.

4)   Induk : sesuai dengan SNI 01-6138-1999. 5)  Bahan : a) pakan : pelet, kandungan protein 20 - 25%, lemak 6 - 8%. b) pupuk : organik (pupuk kandang). c) bahan kimia dan obat-obatan : biru metilena, kalium permanganat, organo fosfat (hanya untuk produksi kebul), kapur tohor, formalin, antibiotik. 6)  Peralatan : a) produksi larva : hapa, pengukur kualitas air (termometer, sechi disk, pHmeter), peralatan lapangan (timbangan,waring, ember, lambit); b) produksi kebul, gabar, belo dan sangkal : pengukur kualitas air (termometer, sechi disk, pH-meter), peralatan lapangan (waring, ember, cangkul).

Proses produksi

1)   Produksi larva (pemijahan dan penetasan telur) : a) kualitas air media pemijahan dan penetasan telur : suhu 25 - 30ºC, pH 6,5 - 8,5, kandungan oksigen terlarut minimal 5 mg/l, ketinggian air : 70 - 100 cm, kecerahan sechi disk : > 50 cm; b) bahan kimia dan obat-obatan : kalium permanganat 2 - 4 ppm, biru metilena 1 - 3 ppm, oksitetrasiklina 10 ppm; c) padat tebar induk : pada bak 5 ekor/ m3 , pada hapa 5 ekor/ m3 , pada kolam 1 ekor/2 m3; d) nisbah kelamin : jantan : betina = 1 : 3; e) produksi larva : 500 - 750 larva per ekor induk per satu periode.

2)   Produksi kebul, gabar, belo dan sangkal (pendederan I, II, III dan IV) : a) kualitas dan kuantitas air media di kolam : suhu 25 - 30ºC, pH  6,5 - 8,5, kandungan oksigen terlarut : minimum 5 mg/l, ketinggian  air 50 cm - 70 cm, kecerahan secchi disk  20 - 40 cm; b) kelimpahan plakton : 5000 - 7000 individu per ml; c) kualitas dan kuantitas air media di sawah : suhu 25 - 30ºC, pH 6,5 - 8,5, kandungan oksig terlarut  minimum 5 mg/l, ketinggian air  5 - 10 cm, kecerahan dasar kelihatan.

3)   Kualitas dan kuantitas air media di jaring : suhu :25 - 30ºC, pH  5 - 8,5, ketinggian air  1 - 1,5 m, kedalaman air minimal 5 m dari dasar jaring, kelimpahan fitoplakton  5000 - 10000 individu per ml, kecerahan  65 - 85 m.

4)   Penggunaan bahan pada produksi kebul (pendederan I) di bak : a) penggunaan pakan : pelet (dosis dan frekuensi pemberian pada PI di bak seperti pada tabel di bawah;           b) penggunaan bahan kimia dan obat-obatan : oksitetrasiklina (jika diperlukan) dengan dosis 10 ppm dengan cara perendaman selama 5 menit; c) penggunaan bahan (pada produksi kebul, gabar, belo, sangkal kolam) : pakan : pelet (dosis dan frekuensi pemberian pada P I, P II, P III dan P IV seperti pada tabel di bawah; pupuk : pupuk kandang dosis urea, TSP seperti pada tabel di bawah; kapur : kapur tohor (CaO), dosis seperti tabel di bawah; bahan kimia dan obat-obatan : oksitetrasiklina (jika diperlukan) dengan dosis 10 ppm dengan cara perendaman selama 5 menit.

5)   Penggunaan bahan pada produksi gabar, belo dan sangkal (pendederan II, III dan IV) di sawah : a) pakan : pelet (dosis dan frekuensi pemberian pada P II, III dan P IV seperti pada tabel di bawah; b) obat-obatan : formalin 25 ppm; c) bahan pada produksi belo dan sangkal (pendederan III dan IV) di jaring : pakan : pelet (dosis dan frekuensi pemberian pada P III dan P IV seperti pada tabel di bawah; obat-obatan : oxytetracycline (jika diperlukan) dengan dosis 10 ppm dengan cara perendaman selama 5 menit.

6)   Padat tebar benih : a) padat tebar benih pada produksi kebul (P I) di bak seperti pada tabel di bawah; b) padat tebar benih pada produksi kebul, gabar, belo dan sangkal           (P I, P II, P III dan P IV) di kolam seperti pada tabel di bawah; c) padat tebar benih pada produksi gabar, belo dan sangkal (P II, P III dan P IV) di sawah seperti pada tabel di bawah; d) padat tebar benih pada produksi belo dan sangkal (P III dan P IV) di jaring seperti pada tabel di bawah.

7)   Waktu pemeliharaan : a) waktu pemeliharaan pada produksi kebul ( P I ) di bak seperti pada tabel di bawah; b) waktu pemeliharaan pada produksi kebul, gabar, belo dan sangkal (P I, P II, P III dan P IV) di kolam seperti pada tabel di bawah; c) waktu pemeliharaan pada produksi gabar, belo dan sangkal (P I, P II, P III dan P IV) di sawah seperti pada tabel di bawah; d) waktu pemeliharaan pada produksi belo dan sangkal (P III dan P IV) di jaring seperti pada tabel di bawah.

Pemanenan

1)   Sintasan : a) sintasan kebul (P I) di bak seperti pada tabel di bawah; b) sintasan kebul, gabar, belo dan sangkal (P I, P II, P III dan P IV ) di kolam seperti pada tabel di bawah;  c) sintasan gabar, belo dan sangkal (P II, P III dan P IV ) di sawah seperti pada tabel di bawah; d) sintasan produksi belo dan sangkal (P III dan P IV) di jaring seperti pada tabel di bawah.

2)   Ukuran panjang total dan berat benih yang dipanen : ukuran panjang total dan berat larva, kebul, gabar, belo dan sangkal sesuai SNI 01-6140-1999.

REFERENSI

BSN, 1999. SNI 01-6141-1999  Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Benih Sebar. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Benih Udang Windu (Penaeus monodon Fab. 1798) Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-6143-2006)

BATASAN

Standar ini  menetapkan persyaratan, cara pengukuran, pengujian dan pemeriksaan benih udang windu Penaeus monodon Fabricius, 1798) kelas benih sebar.

PERSYARATAN PRODUKSI

Kualitatif

1)   Nauplius : a) bebas virus, b) kecoklatan atau keabu-abuan, tidak pucat; c) berenang aktif, periode bergerak lebih lama dibandingkan dengan  periode diam; d) organ tubuh lengkap, bersih, ukuran, dan bentuk normal; e) bersifat fototaksis positif.

2)   Benur : a) transparan, kecoklatan atau kehitaman, tidak pucat, punggung tidak berwarna putih; b) berenang aktif, melawan arus; c) setelah mencapai PL10 organ tubuhnya  sudah sempurna dan ekor membuka; d) responsif terhadap kejutan fisik dan cahaya; e) bebas virus; f) hepatopankreas dan usus selalu penuh.

3)   Tokolan : a) hasil pemeliharaan lanjutan dari benur yang dihasilkan oleh panti benih lengkap atau skala rumah tangga; b) bentuk tubuh lurus dan memanjang; c) kondisi kulit dan karapak bersih (mencirikan proses penggantian kulit yang  normal), tidak cacat dan bebas dari ektoparasit seperti jamur serta protozoa, usus penuh pakan, ekor mengembang sempurna; d) bergerak aktif mencari pakan; e) organ tubuh  lengkap dan normal; f) bebas virus.

Kuantitatif

Kriteria kuantitatif benih udang windu kelas benih sebar misalnya pada tabel dibawah ini.

Tabel : Kriteria kuantitatif benih udang windu kelas benih sebar

CARA PENGUKURAN, PENGUJIAN DAN PEMERIKSAAN

1)   Umur dan stadia : dihitung sejak telur menetas (nauplius), tokolan dihitung sejak penebaran nauplius. Stadia : berdasarkan perkembangan morfologis.

2)   Panjang badan total : Nauplius, dimulai dari ujung depan hingga ujung belakang tubuh  dengan menggunakan mikrometer okuler. Benur dan tokolan, dimulai dari ujung rostrum sampai ujung telson,dalam (mm).

3)   Bobot   tubuh : menggunakan timbangan analitik, satuan mg.

4)   Ketahanan fisik : menurunkan salinitas secara mendadak dan pengujian dengan formalin.

5)   Pengambilan contoh : metode pengambilan contoh dilakukan secara acak dari populasi setiap sampel ≥ 30 ekor.

6)   Pengamatan kesehatan : a) parasit dan jamur : mikroskop dengan pembesaran      >10 x 4; b) bakteri : dengan teknik isolasi c) virus : dengan metode PCR.

7)   Pengujian respon : a) nauplius, bila diberikan cahaya, yang sehat akan berkumpul dekat cahaya; b) benur  dan tokolan, menggerakkan air media pemeliharaan, yang sehat akan bergerak/berenang melawan arus atau diam di dasar menahan arus.

8)   Penentuan keseragaman : dengan pengukuran panjang total.  Contoh diambil dari ≥ 3 titik tiap wadah dengan keseluruhan contoh ≥ 30 ekor. Rumus: (Keseragaman = {1 – (simpangan baku/panjang total rata-rata } x 100 %)

REFERENSI

BSN, 2006. SNI  01-6143-2006  Benih Udang Windu (Penaeus monodon Fab. 1798)  Kelas Benih Sebar. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Penanganan Induk Udang Windu (Penaeus monodon Fab. 1798) di Penampungan (Ringkasan SNI 01-7258-2006)

BATASAN

Standar ini memutuskan penampungan induk dan cara pengukuran. Penanganan di penampungan adalah rangkaian aktivitas penempatan & perlakuan induk sehabis menurut pengepul atau petambak sebelum didistribusikan ke pembenih, bersifat ad interim, agar terjamin keamanan dan kesehatannya.

PENAMPUNGAN INDUK

1)   Lokasi : mudah mendapatkan air laut, jumlah cukup dan memenuhi kriteria kualitas air serta bebas pencemaran.

2)   Wadah : a) penampungan : terbuat dari beton, fiberglass atau plastik; b) dinding wadah : bagian dalam dilapisi bahan yang bertekstur lunak; c) luas dasar ≥ 3 m 2, tinggi ≥ 60 cm, terlindung dari matahari, hujan dan kontaminan; d) proses penampungan : terdiri dari persiapan wadah: bak dicuci bersih, didisinfeksi dan dibilas dengan air bersih dan pemasangan perlengkapan aerasi; e) pengelolaan air laut : dengan cara penggantian air sebanyak >100 % per hari menggunakan air laut yang sudah didisinfeksi dengan kaporit minimal 15 mg/l dan dinetralkan; ketinggian air di bak: minimal 40 cm; suhu air: 27 - 31 °C; salinitas: 29 - 35 ml/l; pH: 7,5 - 8,5 dan oksigen terlarut  > 4 mg/l.

3)   Wadah pengelolaan air limbah : a) peralatan : sumber listrik, pengadaan air laut, pengukuran kualitas air dan peralatan tambahan; b) proses penampungan : persiapan wadah (bak dicuci bersih, didisinfeksi, dibilas dengan air bersih), pemasangan perlengkapan aerasi; c) pengelolaan air laut : penggantian air laut 100 %/hari, ketinggian air di bak > 40 cm, suhu air 27-31 ºC, salinitas 29-35 ppt, pH 7,5-8,5, oksigen > 4 ppm.

4)

Seleksi induk alam : meliputi kesehatan, kekenyalan tubuh, gerakan, panjang minimal, dan berat minimal.

5)   Seleksi induk hasil budidaya : meliputi asal usul, warna, bentuk tubuh, kesehatan, kekenyalan tubuh, gerakan, umur > 1 tahun, panjang minimal dan berat minimal serta bebas virus.

6)   Penebaran : kepadatan maksimal dan induk didisinfektan.

7)   Pengelolaan pakan : jenis pakan, rasio pakan dan frekuensi pemberian.

8)   Periode penampungan : lama penampungan induk < 5 hari.

9)   Pengelolaan air limbah : sebelum dibuang air limbah harus diolah agar sesuai baku mutu air.

CARA PENGUKURAN

1)   Suhu air : menggunakan termometer satuan ºC,

2)   Salinitas air : menggunakan salinometer atau refraktometer satuan ppt,

3)   Oksigen terlarut : menggunakan DO meter satuan mg/l,

4)   pH air : menggunakan kertas lakmus atau pH meter,

5)   Ketinggian air dan panjang total : menggunakan penggaris dengan satuan cm

REFERENSI

BSN, 2006. SNI  01-7258-2006  Induk Udang Windu (Penaeus monodon Fab. 1798)  Kelas Induk Pokok. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :