Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Pakan Buatan Untuk Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) Pada Budidaya Intensif (Ringkasan SNI 01-7243-2006)

BATASAN

Standar ini memutuskan pakan protesis udang galah pada budidaya intensif yang meliputi syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji & pengukuran, kondisi penandaan & cara pengemasan pakan protesis.

SYARAT MUTU

Syarat mutu pakan udang galah pada budidaya intensif misalnya dalam tabel dibawah ini.

Tabel  : Syarat mutu pakan udang galah pada budidaya intensif

CARA PENGAMBILAN CONTOH

Cara pengambilan model sesuai dengan SNI 01-2326-1991, Metoda pengambilan contoh produk perikanan.

CARA UJI DAN PENGUKURAN

1)   Cara uji kimia : a) kadar air, sesuai SNI 01-2354.2-2006, Penentuan kadar air pada produk perikanan; b) kadar abu total, sesuai SNI 01-2354.1-2006, Penentuan kadar abu pada produk perikanan; c) kadar lemak total sesuai SNI 01-2354.3-2006, Penentuan, kadar lemak total pada produk perikanan; d) kadar protein, sesuai SNI 012354.4-2006, Penentuan kadar protein dengan metode total nitrogen pada produk perikanan; e) kadar serat kasar, sesuai SNI 01-2891-1992, Cara uji makanan dan minuman.

2)   Cara uji makanan dan minuman : non protein nitrogen dengan metode nitrogen bebas.

3)   Cara penentuan mikroba : a) kadar Salmonella sesuai SNI 01-2332.2-2006, Penentuan Salmonella pada produk perikanan; b) kandungan aflatoksin dengan metode analisis aflatoksin terhadap  bahan (makanan kacang tanah, kelapa, dan kelapa hibrida).

4)   Cara pengukuran diameter pakan : menggunakan alat mikrometer (milimeter).

5)   Kestabilan pakan dalam air : diukur dengan menghitung persentase bobot yang hilang setelah direndam dalam air pada kondisi tertentu.

SYARAT PENANDAAN

Tulisan pada bungkus dalam bahasa Indonesia dengan mencamtumkan: merk dagang, nama penghasil, penjabaran pakan, bobot netto, jenis bahan yg digunakan, jenis bahan yang ditambahkan, kandungan nutrisi, cara penyimpanan, cara penggunaan, bentuk & sifat fisik, kestabilan dalam air, lepas kadaluarsa dan kode produksi.

CARA PENGEMASAN

Dikemas pada wadah yg tertutup kedap, aman pada penyimpanan dan pengangkutan.

REFERENSI

BSN, 2006. SNI  01-7243-2006  Pakan Buatan Untuk Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) pada Budidaya Intensif. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Produksi Ikan Nila (Oreochromis niloticus, Bleeker) Kelas Pembesaran di Karamba Jaring Apung (Ringkasan SNI 01-6495.1-2000)

BATASAN

Standar ini  meliputi istilah dan definisi, persyaratan produksi, cara pengukuran dan penentuan. Standar produksi ikan nila hitam kelas pembesaran dimaksudkan untuk dapat dipergunakan oleh produsen ikan nila, pembesar dan instansi yang memerlukan. Produksi ikan nila kelas pembesaran merupakan suatu rangkaian kegiatan pra produksi, proses produksi dan pemanenan untuk menghasilkan ikan nila hitam ukuran konsumsi.

PERSYARATAN

Pra produksi

1)   Lokasi : terletak di perairan umum, air memenuhi persyaratan minimal kualitas air untuk budidaya, kedalaman air minimal 5 meter dari dasar jaring pada saat surut terendah, kekuatan arus 20 - 40 cm/detik, luas peruntukan areal pemasangan jaring maksimal 10 % dari luas potensi perairan atau 1 % dari luas perairan waktu surut terendah dan jumlah luas jaring maksimal 10 % dari luas areal peruntukan pemasangan jaring.

2)   Wadah budidaya : a) kerangka : bahan kayu tahan air, bambu atau besi yang dicat anti karat, ukuran 7 x 7 m², bentuk persegi; b) pelampung : bahan stirofom, drum, bentuk silindris, volume 200 liter (0,2 m3), jumlah minimal 8 buah/jaring; c) tali jangkar : bahan polietilen (PE), panjang 1,5 kali kedalaman perairan, jumlah 5 utas/jaring, diameter 0,75 inci; d) jangkar : bahan besi, blok beton, batu, bentuk segi empat, berat minimal 40 kg/buah, jumlah 5 buah/jaring; e) jaring : bahan polietilena (PE 210 D/12), ukuran mata jaring 1 inci, warna hijau, ukuran jaring (7 x 7 x 2,5) m3.

3)   Benih : sangkal ikan nila kelas benih sebar keturunan pertama dari induk dasar hasil seleksi sesuai SNI 01-6140-1999.

4)   Pakan buatan : pelet dengan kandungan protein 24 - 28 %.

5)   Bahan kimia dan obat-obatan : formalin, garam, dapur, biru metilena, kalium permanganat (KmnO4), antibiotika.

6)   Peralatan : lambit, pembersih jaring, pengukur kualitas air (termometer, piring seki, DO meter, pH meter, dll), peralatan lapangan (timbangan, hapa, waring, ember, alat panen).

Proses produksi

1)   Kualitas air :  suhu 25 - 30ÂșC, pH 6,5 - 8,6, oksigen terlarut lebih dari 5 mg/l, ammonia (NH3) kurang dari 0,02 ppm, kecerahan air 0,65 - 0,80 meter, kelimpahan plankton 5.000 - 10.000 individu/ml.

2)   Padat tebar benih : lihat tabel di bawah.

3)   Ukuran benih : lihat tabel di bawah.

4)   Waktu pemeliharaan : lihat tabel di bawah ini.

5)   Penggunaan pakan : dosis dan frekwensi pemberian : lihat tabel di bawah.

6)   Penggunaan bahan kimia dan obat-obatan : digunakan dengan cara perendaman atau dicampur melalui pakan. Khusus antibiotika penggunaannya diatur minimal 3 (tiga) minggu sebelum dipanen

Pemanenan

1)   Sintasan produksi : seperti pada tabel di bawah.

2)   Ukuran ikan konsumsi : seperti pada tabel di bawah.

Tabel  :  Padat penebaran, ukuran benih dan jumlah pakan produksi ikan nila  kelas pembesaran di karamba jaring apung

CARA PENGUKURAN DAN PENENTUAN

1)   Suhu : dengan menggunakan termometer, frekuensi pengukuran dilakukan dua kali per hari pada pagi dan sore pada permukaan air dan dasar wadah.

2)   pH air : dilakukan dengan menggunakan pH meter.

3)   Oksigen terlarut : dengan menggunakan DO meter, frekuensi pengukuran dilakukan dua kali per hari pada pagi dan sore pada permukaan air dan dasar wadah.

4)   Pengukuran NH3 : dengan menggunakan water test kit dan dinyatakan dengan satuan ppm.

5)   Ketinggian air : dengan mengukur jarak antara dasar wadah pemeliharaan sampai ke permukaan air, menggunakan penggaris dengan satuan centimeter.

6)   Kecerahan air : dengan menggunakan sechi disk berupa piringan berwarna putih bergaris hitam yang diberi tali dan dimasukkan kedalam air pemeliharaan dan ukuran kecerahan dinyatakan dengan mengukur selisih panjang tali antara pada saat pertama kali sechi disk tidak tampak dengan panjang tali dan tampak jelas kembali pada saat diangkat ke permukaan, dan dinyatakan dalam satuan centimeter.

7)   Kuat arus : dengan menggunakan current meter.

8)   Kelimpahan plankton : dengan cara mikrotransek, yaitu mengambil contoh air media kemudian disaring menggunakan plankton-set. Sejumlah air sampel diamati dibawah mikroskopik dan dihitung jumlah individu plankton yang tampak. Kelimpahan plankton dinyatakan dengan jumlah individu per milimeter.

9)   Kebutuhan pakan : dengan menggunakan berat rata-rata ikan (minimal dari 30 ekor ikan sampel) dikalikan jumlah populasi ikan yang ditanam di kalikan lagi dengan prosentasi pakan yang telah diberikan per hari, dinyatakan dalam satuan gram atau kilogram.

10) Padat tebar benih : menggunakan cara menghitung benih ikan hidup pada waktu panen dibagi dengan jumlah benih yang ditanam, dinyatakan dalam %.

11) Waktu pemeliharaan : dengan mencatat ketika mulai benih ditebar sampai menggunakan waktu panen.

12) Panjang total : dengan mengukur jeda antara ujung mulut hingga menggunakan ujung sirip ekor menggunakan jangka sorong atau penggaris yang dinyatakan pada centimeter atau milimeter.

13) Pengukuran bobot : dengan menimbang memakai analitis yg dinyatakan dalam gram atau miligram.

14) Sintasan produksi : dengan cara menghitung benih ikan yang hidup dalam ketika panen dibagi dengan jumlah benih yg ditebar, dinyatakan pada persen.

REFERENSI

BSN, 2000. SNI 01-6495.1-2000  Produksi Ikan Nila (Oreochromis niloticus, Bleeker) Kelas Pembesaran di Karamba Jaring Apung. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Induk Udang Windu (Penaeus monodon Fab. 1798) Kelas Induk Pokok (Ringkasan SNI 01-6142-2006)

BATASAN

Standar ini menetapkan persyaratan, cara pengukuran & pemeriksaan.

PERSYARATAN PRODUKSI

Kualitatif

1)   Induk udang windu asal alam : a) mempunyai sifat unggul, b) bagian abdomen loreng bercorak jelas, c) cephalothorax lebih pendek dari abdomen, punggung agak melengkung, d) anggota tubuh lengkap, tidak cacat, alat kelamin tidak cacat, punggung tidak retak, e) gerakan aktif normal, maxiliped bergerak aktif, f) bebas virus, bebas parasit, tanpa bercak, tidak berlumut, insang bersih, tidak bengkak, tidak berlendir berlebihan, tidak lembek dan keropos.

2)   Induk udang windu hasil budidaya: a) mempunyai silsilah jelas, bkan hasil inbreeding, b) bagian abdomen loreng kehijauan corak memudar, c) cephalothorax lebih pendek dari abdomen, punggung agak melengkung, d) anggota tubuh lengkap, tidak cacat, alat kelamin tidak cacat, punggung tidak retak, e) gerakan aktif normal, maxiliped bergerak aktif, f) bebas virus, bebas parasit, tanpa bercak, tidak berlumut, insang bersih, tidak bengkak, tidak berlendir berlebihan, tidak lembek dan keropos.

Kuantitatif

Kriteria induk alam dan induk output budidaya misalnya dalam tabel pada bawah ini.

Tabel : Kriteria induk alam & induk hasil budidaya

CARA PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN

1)   Umur : berdasarkan catatan lama pemeliharaan atau pembesaran, serta berdasarkan pengamatan bentuk telikum individu betina.

2)   Kematangan gonad : memperhatikan ketebalan tonjolan gonad pada ruas pertama abdomen dengan warna hijau kehitaman.

3)   Jumlah telur : menggunakan metode volumetrik

4)   Keragaman genetik : a) metode ekstraksi Mt-DNA; b) amplifikasi PCR genom Mt-DNA udang; c) Restriction fragment length polymorphism;

5)   Panjang total : mengukur jarak antara ujung rostrum sampai ujung telson dalam cm; panjang karapas  mengukur dari ujung rostrum sampai bagian belakang atas karapas dalam cm

6)   Bobot tubuh : dengan menimbang dalam gram

7)   Spermatofor : warna putih susu dan penuh di pangkal kaki jalan kelima.

8)   Kesehatan : a) induk ditampung dalam wadah, dikelompokkan secara acak tiap kelompok ≤ 10 ekor kepadatan 5 ekor/m2 ≥ 2 hari. b) secara visual atau organoleptik untuk pemeriksaan ektoparasit dan morfologi. c) pemeriksaan jasad patogen (endoparasit, jamur dan bakteri) secara mikroskopik. d) pengamatan virus WSSV, IHHNV, YHV, MBV dengan metoda PCR. e) pengamatan infeksi MBV dengan metoda rapid diagnostic. f) pemeriksaan Yellow Head Baccullo Virus dengan pemeriksaan haemolimph. g) jika pada kelompok tertentu terdeteksi adanya virus, dianjurkan  penelusuran individu dan pemusnahan yang terinfeksi. h) induk udang betina yang kurang sehat harus disehatkan sebelum ablasi. i) induk tingkat kematangan gonad (TKG) III dipindahkan kedalam bak peneluran secara tunggal masing-masing 1 ekor per bak 500 liter. j) induk yang melepaskan telur diberi tanda dan dilakukan PCR.

REFERENSI

BSN, 2006. SNI  01-6142-2006  Induk Udang Windu (Penaeus monodon Fab. 1798)  Kelas Induk Pokok. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Produksi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak dengan Teknologi Intensif (Ringkasan SNI 01-7246-2006)

BATASAN

Standar ini menetapkan persyaratan produksi dan cara pemeriksaan produksi udang galah di tambak dengan teknologi intensif. Produksi udang vaname merupakan rangkaian kegiatan usaha budidaya yg seluruh sistemnya mencakup pra produksi, proses produksi, pemanenan & pengelolaan limbah dilaksanakan secara terkendali.

PERSYARATAN PRODUKSI

Pra produksi

1)   Tanah, persyaratan tanah tambak untuk pemeliharaan seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Persyaratan tanah tambak buat pemeliharaan

2)   Air pasok, persyaratan kualitas air pasok seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Persyaratan kualitas air pasok

3)   Air pemeliharaan, persyaratan kualitas air pemeliharaan seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Persyaratan kualitas air pemeliharaan

4)   Wadah petak tandon pasok : kedap air, dekat dengan air pasok, ukuran mempunyai kapasitas tampung air ≥  30 % dari volume air pemeliharaan.

5)   Petak pemeliharaan : kedap air, luas petakan 0,3 - 0,5 ha,  kedalaman air ≥ 120 cm dan ≤   200 cm, pintu pemasukan dan pengeluaran air terpisah.

6)   Petak pengelolaan limbah : kedap air (petak pengendapan, biofilter dan bioscreening).

7)   Benih sesuai SNI 01-7252-2006.

8)   Bioscreening : menggunakan ikan karnivora ukuran kecil.

9)   Biofilter : menggunakan rumput laut, kekerangan, ikan herbivora dan omnivora.

10) Peralatan : energi listrik, alat-alat lapangan & alat panen.

11) Bahan kimia : desinfektan (kaporit lima - 30 mg/l & saponin lima - 15 mg/l); kapur; pupuk; probiotik.

12) Pakan : kandungan protein sinkron SNI 01-2891-1992, serat kasar sesuai SNI 012891-1992 & kadar air sinkron SNI 01-2891-1992.

Proses produksi

1.   Penyiapan petakan tambak pemeliharaan : perbaikan konstruksi dan pelapisan lereng pematang tambak, pengolahan tanah dasar, pemberantasan hama menggunakan pestisida.

2.   Persiapan air media : sterilisasi air dengan desinfektan (kaporit 30 mg/l), pemupukan dengan pupuk organik dan atau pupuk anorganik serta probiotik.

3.   Padat tebar : Intensif I: ≤ 100 ekor/m2; Intensif II:100 -150 ekor/m2.

4.   Pakan : bentuk, nomor, dosis dan frekuensi pakan seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel : Bentuk, angka, dosis dan frekuensi pakan

5.   Pengelolaan air, pergantian air harian pemeliharaan berkisar 5-15 % per hari.

CARA PENGUKURAN

1)   Parameter fisik kualitas air  : a) suhu : pada permukaan dan dasar wadah (pagi dan sore) dengan termometer; b) pH air : dengan pH meter atau kertas lakmus; c) salinitas : dengan salinometer; d) oksigen terlarut : dengan DO meter dilakukan pagi dan sore;   e) alkalinitas : dengan metode titrasi; f) BOD : dengan alat HC–3500; g) ketinggian air : dengan penggaris atau papan skala; h) kecerahan air : dengan sechi disk.

2)   Parameter kimia kualitas air : amonia, nitrit, nitrat, khlorin, bahan organik, dan padatan terlarut (diukur seminggu sekali) sesuai dengan APHA  dan AWWA.

3)   Parameter biologis kualitas air : jumlah plankton dengan haemocytometer.

4)   Parameter fisik dan kimia kualitas tanah : pH dan redoks potensial dengan Redoks Potensio Meter (mV), bahan organik tanah dengan metoda Gravimetri.

5)   Penggunaan bahan : pupuk, kapur dan desinfektan.

6)   Penghitungan : a) padat tebar : mengalikan jumlah benih yang ditebar dengan luas wadah; b) berat rata-rata : membagi berat total dengan jumlah udang (g/ekor); c) populasi : menghitung jumlah individu udang dalam petakan melalui metode sampling; d) biomas : mengalikan jumlah populasi dengan berat rata-rata per ekor (g/kg); e) sintasan : dengan membagi jumlah populasi dengan jumlah tebar (%).

REFERENSI

BSN, 2006. SNI  01-7246-2006  Produksi Benih Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)  Kelas Benih Sebar. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) Produksi Kelas Pembesaran di Kolam (Ringkasan SNI 01-7244-2006)

BATASAN

Standar ini  menetapkan persyaratan produksi dan tata cara pemeriksaan udang galah produksi kelas pembesaran di kolam. Pembesaran udang galah merupakan rangkaian kegiatan pra produksi, proses produksi dan pemanenan untuk menghasilkan udang galah ukuran konsumsi 30 - 50 g/ekor.

PERSYARATAN PRODUKSI

Pra produksi

1)   Lokasi : bebas pencemaran, sesuai RTRW; tanah liat berpasir; ketinggian lahan 0 - 700 m di atas permukaan laut.

2)   Sumber air : memenuhi persyaratan baku mutu budidaya, sanitasi tidak tercemar, air tersedia sepanjang tahun.

3)   Wadah : produksi tahapan pentokolan II dan pembesaran, dasar kolam tanah,  luas 300 - 500 m2; ketinggian air 50 - 80 cm; debit air 0,3 - 0,5 liter/detik; kemiringan kolam 5 % dan kemiringan tanggul 2: 1. 4) Bahan benih (tokolan I dan tokolan II) : pakan sesuai SNI 01-2354.4-2005, pupuk (organik dan anorganik); kapur (kapur tohor dan kapur dolomit).

Proses produksi

1)   Persiapan kolam : perbaikan pematang dan dasar kolam, pengeringan, pengapuran, pemupukan, pemasangan saringan dan pelindung yang terbuat dari daun kelapa, ranting, bambu dan lain-lain sebanyak 30 % dari luas kolam; perbaikan pematang; pengisian air; penebaran udang 5 - 7 hari setelah kolam diisi air.

2)   Kualitas air : persyaratan kualitas air seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Persyaratan kualitas air

3)   Penebaran benih : tahap pentokolan II (benih, padat tebar 10-15 ekor/m2,  ukuran 4 - 6 g/ekor; tahap pembesaran ( padat tebar 5-10 ekor/m2, ukuran 10-15  g/ekor).

4)   Monitoring udang dan lingkungan : meliputi bobot dan kesehatan dilakukan secara reguler, kualitas air dan hama dilakukan secara reguler.

CARA PENGUKURAN

1)   Suhu : menggunakan termometer.

2)   pH air :  menggunakan pH meter (kertas lakmus).

3)   Ketinggian air, mengukur jarak antara dasar wadah pemeliharaan sampai ke permukaan air, menggunakan penggaris/papan skala (cm).

4)   Oksigen terlarut : menggunakan DO meter dilakukan pagi dan sore.

5)   Kecerahan air : menggunakan sechi disk.

6)   Penentuan jumlah pakan (F) : dengan menghitung bobot rata-rata udang (W) dikali jumlah populasi udang (P) dikali % tingkat pemberian pakan (g/kg).

7)   Jumlah kapur : menghitung dosis kapur/m2 dikali luas wadah (g/kg).

8)   Jumlah pupuk : menghitung dosis pupuk/m2 dikali luas wadah (g/kg).

9)   Bobot udang : menimbang benih menggunakan timbangan analitis (g/kg).

10) Padat tebar : benih dilakukan dengan menghitung perkalian antara jumlah benih yang ditebar (m2) menggunakan luas wadah.

11) Salinitas : menggunakan salinometer/refraktometer.

12) Kalsium (Ca) : menggunakan metoda titrasi atau reagen kit.

13) Pemeriksaan kesehatan : pengujian kesehatan udang galah pengamatan buat visual juga mikroskopik.

14) Pemeriksaan hama : cara inspeksi hama dilakukan secara visual terhadap organisme pengganggu, yg bersifat predator maupun kompetitor.

REFERENSI

BSN, 2006. SNI  01-7244-2006  Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man)  Produksi Kelas Pembesaran di Kolam. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Pakan Buatan untuk Ikan Nila (Oreochromis spp) pada Budidaya Intensif (Ringkasan SNI 01-7242-2006)

BATASAN

Standar ini  menetapkan pakan buatan ikan nila pada budidaya intensif yang meliputi klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji dan pengukuran, syarat penandaan dan cara pengemasan pakan buatan.

SYARAT MUTU

Syarat mutu pakan ikan nila dalam budidaya intensif seperti dalam tabel dibawah ini.

Tabel  :  Syarat mutu pakan ikan nila pada budidaya intensif

CARA PENGAMBILAN CONTOH

Sesuai menggunakan SNI 01-2326-1991, Metoda pengambilan contoh produk perikanan.

CARA UJI DAN PENGUKURAN

Cara uji kimia

1)   Kadar air : sesuai SNI 01-2354.2-2006, Penentuan kadar air pada produk perikanan.

2)   Kadar abu total : sesuai SNI 01-2354.1-2006, Penentuan kadar abu pada produk perikanan.

3)   Kadar lemak total : sesuai SNI 01-2354.3-2006, Penentuan, kadar lemak total pada produk perikanan.

4)   Kadar protein : sesuai SNI 01-2354.4-2006, Penentuan kadar protein dengan metode total nitrogen pada produk perikanan,

5)   Kadar serat kasar : sesuai SNI 01-2891-1992, Cara uji makanan dan minuman.

Cara penentuan mikroba

1)   Kadar Salmonella : sesuai SNI 01-2332.2-2006, Penentuan Salmonella pada produk perikanan.

2)   Kandungan aflatoksin : dengan metode analisis aflatoksin terhadap  bahan (makanan kacang tanah, kelapa, dan kelapa hibrida).

Cara pengukuran diameter pakan

Menggunakan alat mikrometer (milimeter).

Analisis pospor

Menggunakan spektrofotometer menggunakan panjang gelombang 400 nm.

Kestabilan pakan pada air

Diukur dengan menghitung prosentase bobot yg hilang sesudah direndam pada air dalam syarat eksklusif.

SYARAT PENANDAAN

Tulisan dalam kemasan pada bahasa Indonesia menggunakan mencamtumkan : brand dagang, nama produsen, klasifikasi pakan, bobot netto, jenis bahan yang dipakai, jenis bahan yg ditambahkan, kandungan nutrisi, cara penyimpanan, cara penggunaan, bentuk dan sifat fisik, kestabilan dalam air, lepas kadaluarsa & kode produksi.

CARA PENGEMASAN

Dikemas dalam wadah yg tertutup kedap, aman dalam penyimpanan dan pengangkutan.

REFERENSI

BSN, 2006. SNI 01-7242-2006  Pakan Buatan untuk Ikan Nila (Oreochromis spp) pada Budidaya Intensif. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Produksi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak Dengan Teknologi Intensif (Ringkasan SNI 01-7246-2006)

BATASAN

Standar ini memutuskan persyaratan produksi & cara inspeksi produksi udang galah di tambak dengan teknologi intensif. Produksi udang vaname merupakan rangkaian aktivitas usaha budidaya yg seluruh sistemnya mencakup pra produksi, proses produksi, pemanenan dan pengelolaan limbah dilaksanakan secara terkendali.

PERSYARATAN PRODUKSI

Pra produksi

1)   Tanah, persyaratan tanah tambak untuk pemeliharaan seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Persyaratan tanah tambak buat pemeliharaan

2)   Air pasok, persyaratan kualitas air pasok seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Persyaratan kualitas air pasok

3)   Air pemeliharaan, persyaratan kualitas air pemeliharaan seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Persyaratan kualitas air pemeliharaan

4)   Wadah petak tandon pasok : kedap air, dekat dengan air pasok, ukuran mempunyai kapasitas tampung air ≥  30 % dari volume air pemeliharaan.

5)   Petak pemeliharaan : kedap air, luas petakan 0,3 - 0,5 ha,  kedalaman air ≥ 120 cm dan ≤   200 cm, pintu pemasukan dan pengeluaran air terpisah.

6)   Petak pengelolaan limbah : kedap air (petak pengendapan, biofilter dan bioscreening).

7)   Benih sesuai SNI 01-7252-2006.

8)   Bioscreening : menggunakan ikan karnivora ukuran kecil.

9)   Biofilter : menggunakan rumput laut, kekerangan, ikan herbivora dan omnivora.

10) Peralatan : tenaga listrik, alat-alat lapangan & indera panen.

11) Bahan kimia : desinfektan (kaporit lima - 30 mg/l & saponin lima - 15 mg/l); kapur; pupuk; probiotik.

12) Pakan : kandungan protein sesuai SNI 01-2891-1992, serat kasar sinkron SNI 012891-1992 & kadar air sesuai SNI 01-2891-1992.

Proses produksi

1)   Penyiapan petakan tambak pemeliharaan : perbaikan konstruksi dan pelapisan lereng pematang tambak, pengolahan tanah dasar, pemberantasan hama menggunakan pestisida.

2)   Persiapan air media : sterilisasi air dengan desinfektan (kaporit 30 mg/l), pemupukan dengan pupuk organik dan atau pupuk anorganik serta probiotik.

3)   Padat tebar : Intensif I: ≤ 100 ekor/m2; Intensif II:100 -150 ekor/m2.

4)   Pakan : bentuk, nomor, dosis dan frekuensi pakan seperti pada tabel di bawah ini

Tabel : Bentuk, angka, dosis dan frekuensi pakan

5)   Pengelolaan air, pergantian air harian pemeliharaan berkisar 5-15 % per hari.

CARA PENGUKURAN

1)   Parameter fisik kualitas air  : a) suhu : pada permukaan dan dasar wadah (pagi dan sore) dengan termometer; b) pH air : dengan pH meter atau kertas lakmus; c) salinitas : dengan salinometer; d) oksigen terlarut : dengan DO meter dilakukan pagi dan sore;   e) alkalinitas : dengan metode titrasi; f) BOD : dengan alat HC–3500; g) ketinggian air : dengan penggaris atau papan skala; h) kecerahan air : dengan sechi disk.

2)   Parameter kimia kualitas air : amonia, nitrit, nitrat, khlorin, bahan organik, dan padatan terlarut (diukur seminggu sekali) sesuai dengan APHA  dan AWWA.

3)   Parameter biologis kualitas air : jumlah plankton dengan haemocytometer.

4)   Parameter fisik dan kimia kualitas tanah : pH dan redoks potensial dengan Redoks Potensio Meter (mV), bahan organik tanah dengan metoda Gravimetri.

5)   Penggunaan bahan : pupuk, kapur dan desinfektan.

6)   Penghitungan : a) padat tebar : mengalikan jumlah benih yang ditebar dengan luas wadah; b) berat rata-rata : membagi berat total dengan jumlah udang (g/ekor); c) populasi : menghitung jumlah individu udang dalam petakan melalui metode sampling; d) biomas : mengalikan jumlah populasi dengan berat rata-rata per ekor (g/kg); e) sintasan : dengan membagi jumlah populasi dengan jumlah tebar (%).

REFERENSI

BSN, 2006. SNI  01-7246-2006  Produksi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)  di Tambak dengan Teknologi Intensif. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Produksi Benih Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-6486.3-2000)

BATASAN

Standar ini menetapkan persyaratan produksi dan cara pengukuran dan pemeriksaan. Produksi benih udang galah kelas benih sebar berukuran larva, juwana & tokolan merupakan suatu rangkaian aktivitas praproduksi, proses produksi dan pemanenan untuk membuat benih udang galah.

PERSYARATAN PRODUKSI

Pra produksi

1)   Lokasi : sesuai RUTW/RUTR; sumber air tidak tercemar.

2)   Wadah : pemijahan, kolam tanah dengan kedalaman air 75–100 cm; penetasan telur dan pemeliharaan larva, bak volume 500-1000 ltr; produksi juwana, fiberglass volume 500-1000 ltr; produksi tokolan, bak beton volume 5000-15000 ltr.

3)   Induk : induk pokok sesuai SNI 01-6486.1-2000

4)   Pakan : buatan dengan kandungan protein > 40%; pupuk organik; kapur tohor;  desinfektan dan antibiotik.

5)   Peralatan : pengukur kualitas air (termometer, pH meter, DO meter) dan peralatan lapangan (timbangan, hapa/waring, ember, lambit, scop net).

Proses produksi

1)   Kualitas air : pemijahan dan penetasan telur, produksi larva, juwana dan tokolan: suhu: 28°C - 30°C; pH: 6.5 – 8.5; DO: > 5 mg/l; salinitas 3-15 ppt.

2)   Penggunaan bahan : oksitetrasiklina, furozolidon, tetrasiklin, formalin dan kaporit.

3)   Standar produksi larva, juwana dan tokolan di bak dan dikolam seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Produksi larva, juwana & tokolan pada bak dan di kolam

CARA PENGUKURAN

1)   Suhu : menggunakan termometer.

2)   pH air : menggunakan kertas lakmus.

3)   Derajat keasaman : menggunakan pH meter.

4)   Ketinggian air : dilakukan dengan mengukur jarak antara dasar wadah sampai ke permukaan air.

5)   Dosis pakan : mengukur bobot rata-rata udang dikali jumlah populasi yang ditebar dikalikan persentasi pakan yang ditetapkan dalam g atau kg.

6)   Pupuk : mengalikan dosis pupuk per m2 dengan luas wadah.

7)   Kapur : ditentukan dengan cara mengalikan dosis kapur per m2 dengan luas wadah dalam g atau kg.

8)   Padat tebar benih : mengalikan jumlah benih yang ditebar per m2 dengan luas wadah pemeliharaan.

9)   Waktu pemeliharaan : ditentukan dengan cara mencatat waktu mulai benih ditebar sampai saat panen.

10) Bobot tubuh : bobot tokolan & calon induk ditimbang memakai timbangan analitik (gram).

REFERENSI

BSN, 2000. SNI 01-6486.3-2000  Produksi Benih Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) Kelas Benih Sebar. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Benih Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-6486.2-2000)

BATASAN

Standar ini tetapkan klasifikasi, persyaratan produksi serta cara pengukuran & pemeriksaan. Klasifikasi : larva, juwana dan tokolan yang digolongkan pada satu strata mutu berdasarkan kriteria kualitatif & kuantitatif.

PERSYARATAN

Kualitatif

1)   Larva : warna coklat kehitaman, gerakan aktif, organ tubuh normal, bersih tidak berlumut dan ukuran seragam.

2)   Juwana : berwarna transparan, kecoklatan/kehitaman, punggung tidak berwarna keputihan atau kemerahan. Gerakan aktif, tubuh lengkap seperti dewasa, ukuran tubuh seragam. Pertumbuhan normal, responsif, berenang mendekati sumber cahaya dan responsif terhadap pakan yang diberikan.

3)   Tokolan : warna timbul pengaruh pakan serta umur pemeliharaan. Organ lengkap dan normal, gerakan aktif.

Kuantitatif

Persyaratan kuantitatif larva, juwana & tokolan udang windu misalnya dalam tabel dibawah ini.

Tabel : Persyaratan larva, juwana & tokolan udang windu

CARA PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN

1)   Umur : dihitung sejak telur menetas.

2)   Panjang total : diukur mulai pangkal ujung depan kepala hingga ekor dengan mikrometer, satuan mm;

3)   Juwana dan Tokolan diukur mulai rostrum hingga uropoda menggunakan jangka sorong atau penggaris, satuan mm; Bobot badan benur dan tokolan diukur dengan timbangan analitis dalam satuan mg.

4)   Pemeriksaan kesehatan : dilakukan sebanyak 10% dengan jumlah ≥ 30 ekor; pengamatan visual untuk memeriksa gejala penyakit dan kesempurnaan morfologi udang, pengamatan mikroskopik untuk menentukan adanya jasad patogen (parasit, jamur, virus dan bakteri).

Mengukur keseragaman : membandingkan ukuran sampel benih. Dikategorikan seragam bila 80% dari populasi benih relatif sama.

#Tag :

Produksi Benih Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-7251-2006)

BATASAN

Standar ini menetapkan persyaratan produksi dan cara pengukuran produksi benih udang vaname kelas benih sebar.

PERSYARATAN PRODUKSI

Pra produksi

1)   Wadah penyediaan air bersih : bak penyaring air berupa koral, pasir, arang, ijuk, menggunakan waring sebagai pemisah komponen;  bak tandon terbuat dari beton, volume ≥ 30 % dari kapasitas total bak pemeliharaan.

2)   Peralatan produksi nauplius dan benur : tenaga listrik, aerasi blower, peralatan laboratorium, peralatan lapang dan sarana penyedia air (pompa).

3)   Pakan untuk produksi nauplius : pakan induk , untuk produksi benur terdiri dari pakan alami, pakan buatan. Ukuran partikel pakan buatan sesuai dengan stadia benih seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Ukuran partikel pakan protesis sinkron stadia benih

4)   Sanitasi fasilitas dan lingkungan : terdiri dari areal pengolahan air, pemeliharaan induk dan larva serta pemeliharaan plankton untuk mencegah kontaminasi bakteri dan virus.

Proses produksi

1)   Penyediaan air laut : sterilisasi menggunakan klorin 100 % atau kaporit 60 %, dinetralkan dengan aerasi kuat atau natrium tiosulfat ≤ 40 g/l.

2)   Kualitas air : untuk proses produksi fitoplankton, nauplius dan benur seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Proses produksi fitoplankton

Tabel : Proses produksi nauplius dan benur

3)   Padat tebar induk : dalam bak perkawinan ≤ 8 ekor/m2, perbandingan jantan dan betina = 1 : 1 jumlah ≤ 4 ekor/m2. Padat tebar nauplius: ≤ 100  ekor/per liter.

4)   Penggunaan pakan : jenis dan dosis setiap stadia dalam produksi benur seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Jenis dan takaran pakan setiap stadia dalam produksi benur

5)   Penggunaan bahan kimia dan obat-obatan : jenis dan dosisnya seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Jenis & takaran penggunaan bahan kimia dan obat-obatan

6)   Ukuran tebar : induk  SNI 01-7253-2006) , nauplius (SNI 01-7252-2006)

7)   Masa pemeliharaan : penetasan telur setelah pemijahan 16 – 18 jam; pemeliharaan benut dari nauplius 20 – 25 hari 8) Sanitasi fasilitas dan lingkungan : pengeringan selama 2 minggu, klorinasi  50 -100 mg/l.

Pemanenan

1)   Produksi : naplius ≥ 100.000/ekor per pemijahan, sintasan benur ≥ 30% per siklus.

2)   Ukuran benih : naplius ≥ 0,5 mm, benur ≥ 8,5 mm.

3)   Mutu benih : nauplius dan benur sesuai SNI 01-7252-2006.

CARA PENGUKURAN

1)   Suhu : menggunakan termometer.

2)   Salinitas : menggunakan salinometer atau refraktometer.

3)   Oksigen terlarut : menggunakan DO meter

4)   pH air : menggunakan pH meter/kertas lakmus.

5)   Ketinggian air : mengukur jarak antara dasar wadah sampai ke permukaan air dengan penggaris.

6)   Penghitungan bahan : a) kebutuhan pakan buatan : dengan cara mengkalkulasi air media dengan dosis; b) estimasi jumlah benih  yang disebar : dengan metode sampling yaitu menghitung jumlah nauplius dikalkulasi dengan volume total air media, diulang 3 kali dan hasil dirata-rata; c) sintasan benih : perbandingan antara total benih hasil panen dengan jumlah benih yang ditebar; d) masa pemeliharaan : dengan mengkalkulasi mulai benih ditebar sampai panen; e) pengukuran jumlah padat tebar : mengalikan jumlah nauplius yang ditebar dengan volume wadah; f) pengujian protein dan lemak sesuai SNI 01-2891-1992; g) pengukuran nitrit : dilakukan sesuai A Manual of Chemical and Biological Method for Sea Water Analysis.

REFERENSI

BSN, 2006. SNI  01-7251-2006  Produksi Benih Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)  Kelas Benih Sebar. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :