Loading Website
Diberdayakan oleh Blogger.

Panduan Dropship

Laporkan Penyalahgunaan

Kontributor

Memahami Teknik Pembuatan Garam Rakyat dengan Tehnologi Geomembran

Permasalahan yang ada pada produksi garam rakyat saat ini  adalah kurangnya kualitas dan kuantitas  terhadap kebutuhan garam nasional seirin...

Cari Blog Ini

Arsip Blog

Random Posts

Recent Posts

Recent in Sports

Header Ads

Cloud Hosting Indonesia

Mahir Website

Easy import From China

The Power Of Wanita Idaman

Featured

Seni Menjadi Pedagang Online

Produksi Benih Ikan Patin Jambal (Pangasius djambal) Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-7256-2006)

BATASAN

Standar ini  menetapkan persyaratan produksi, cara pengukuran dan pemeriksaan. Ikan patin jambal adalah salah satu dari kelompok pangasius yang banyak terdapat di sungai, danau dan perairan umum lainnya di Indonesia

PERSYARATAN

Pra produksi

1)   Lokasi : dekat dengan sumber air tawar, ada akses transportasi, dasar tanah stabil, tekstur lempung 50 - 60% dan pasir < 20%.

2)   Sumber air : bebas dari cemaran, tersedia sepanjang tahun, tersedia saluran pemasukan dan pembuangan air.

3)   Wadah : a) pemeliharaan induk : ≥ 600 m2 atau karamba 2 x 2 x 2 m, b) pemijahan induk : hapa 1 x 2 x 3 m dipasang dalam kolam atau bak 1 x 2 x 3 m, c) penetasan telur : akuarium, bak fiber glass atau corong penetasan, d) pemeliharaan larva : akuarium atau bak, e) pendederan : kolam tanah.

4)   Induk : seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Kriteria induk patin jambal kelas induk pokok

5)   Bahan : a) pakan : Pakan induk: buatan (kadar protein 28  - 35 %), pakan benih umur < 8 hari: nauplii Artemia sp, dan cacing Tubifex sp hidup, pakan benih umur 8 - 36 hari (di kolam) : pakan buatan (kadar protein ≥ 28 %, dan pakan alami (Moina sp dan Daphnia sp) yang ditebar pada waktu persiapan kolam, pupuk kandang, b) kapur tohor (CaO), c) bahan kimia dan obat-obatan : hormon biologis dengan hormon buatan yang sudah teregistrasi, NaCl, dan larutan sera;

6)   Peralatan : a) pemijahan, penetasan dan pemeliharaan larva : kawin suntik: spuit, botol sperma, penggerus hipopisa, dan centrifuge, pengukuran kualitas air: termometer, pH meter, dan DO meter, peralatan lapangan: ember, baskom, gayung, selang plastik, saringan, plankton net, serok, timbangan, aerasi: aerator/blower, dan instalasinya. b) pendederan : pengukuran kualitas air: termometer, pH meter, dan DO meter, peralatan lapangan : ember, waskom, saringan, serok, lambit, waring, cangkul, hapa penampungan benih, timbangan, dan lain-lain.

Produksi

1)   Pemijahan buatan : a) kualitas air pemijahan induk: suhu 26 - 31 °C, pH 6,5 - 7,5, oksigen terlarut > 4 mg/l, b) penyuntikan induk : Induk diberok dalam hapa atau bak penampungan selama satu hari, cek kualitas telur dengan kanulator berdiameter dalam 2 - 5 cm, suntikkan hormon hipofisa; induk dengan berat 1 kg memerlukan hipofisa dari ikan donor seberat 3 kg sampai 4 kg. Suntikan pertama 1/3 bagian, suntikan kedua 2/3 bagian dengan selang waktu penyuntikan 8 jam; c) penetasan telur : kualitas air media penetasan telur; suhu 27 - 30 °C, pH 6,5 - 7,5, oksigen terlarut > 5 mg/l, ketinggian air 25 cm - 30 cm,

2)   Penetasan telur : sifat telur menempel pada dasar wadah, padat penebaran telur: 6 butir/cm² sampai dengan 10 butir/cm², lama inkubasi telur 22 - 30 jam.

3)   Panen larva : disipon setelah menetas 4 - 6 jam.

Pemeliharaan larva : a) kualitas air media pemeliharaan larva : suhu 28 - 30 °C, pH 6,5 - 7,5, oksigen terlarut > 5 mg/l, ketinggian air 20 - 50 cm, b) teknik pemeliharaan larva: tebar larva dalam akuarium/bak fiber glass dengan kepadatan 15 ekor/liter, jumlah naupli artemia dan cacing tubifex hidup yang diberikan seperti dalam tabel dibawah ini.

CARA PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN

1)   Suhu air : dengan termometer dipermukaan air dan dasar pada pagi dan sore.

2)   Oksigen terlarut : dengan DO-meter, dipermukaan air dan dasar pada pagi dan sore.

3)   pH air : dengan pH meter atau pH indikator pada pagi dan sore.

4)   Ketinggian air : dengan meteran atau alat sejenis dengan satuan centimeter.

5)   Penentuan jumlah penggunaan bahan : a) jumlah pakan : bobot rata-rata ikan (≥ 30 ekor ikan sampel) x jumlah populasi ikan yang ditebar x persentase tingkat pemberian pakan yang telah ditetapkan; b) jumlah pupuk dan kapur : dihitung dosis per meter x luas persegi; c) jumlah benih yang ditebar : padat tebar x luas persegi (ekor/m2); d) panjang total benih : jarak antara ujung mulut sampai ujung sirip ekor (inci); e) penentuan dosis kelenjar hipofisa : bobot donor banding bobot induk  3 :1.

REFERENSI

BSN, 2006. SNI 01-7256-2006  Produksi Benih Ikan Patin Jambal  (Pangasius djambal)  Kelas Benih Sebarnsif. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Pengemasan Benih Udang Windu pada Sarana Angkutan Darat (Ringkasan SNI 01-6142.1-2002)

BATASAN

Standar ini memutuskan persyaratan & rapikan cara pengemasan buat mendapatkan bungkus yang kondusif buat benih udang windu.

PERSYARATAN

1)   Bahan kemas : kardus atau kotak styrofoam; kantong plastik benih PE/HD dengan ketebalan 0,15 mm rangkap dua ukuran 5 l – 10 l, kantong plastik besar bahan PE/HD ketebalan 0,3 mm dan lakban.

2)   Air bersih : bebas patogen karantina.

3)   Kualitas benih : sesuai SNI 01-6497-2000.

4)   Kepadatan benih : untuk lama pengangkutan seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Pengangkutan sarana angkutan darat

TATA CARA PENGEMASAN

1)   Benih dimasukkan dalam kantong plastik rangkap dua yang telah diisi air dengan kepadatan sesuai persyaratan dalam tabel diatas

2)   Kantong plastik ukuran besar dimasukkan dalam kardus/styrofoam dan kantong plastik benih ditata vertikal didalamnya.

3)   Diantara rangkap kantong plastik benih diberi es batu dalam plastik.

4)   Kantong plastik benih diisi oksigen dengan volume sesuai persyaratan.

5)   Disela kantong plastik benih disisipkan es dalam plastik dan dilapisi koran, jumlah es maksimal 5%  dari volume air.

6)   Kantong plastik besar berisi kantong-kantong benih selanjutnya diikat dengan karet gelang.

7)   Kardus/styrofoam yang telah berisi benih kemudian ditutup rapat dan dieratkan dengan lakban.

8)   Kardus/styrofoam diberi stiker atau tulisan:”Jangan dibalik dan jangan terpapar sinar matahari langsung”.

REFERENSI

BSN, 2002. SNI  01- 6142.1-2002  Pengemasan Benih Udang Windu pada Sarana Angkutan Darat. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Produksi Induk Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) Kelas Induk Pokok (Ringkasan SNI 01-6486.2-2002)

BATASAN

Standar ini  menetapkan persyaratan produksi serta cara pengukuran dan pemeriksaan. Produksi induk udang galah kelas induk pokok merupakan suatu rangkaian kegiatan pra produksi, proses produksi dan pemanenan untuk menghasilkan induk pokok udang galah sesuai SNI 01-6486.1-2000.

PERSYARATAN PRODUKSI

Pra produksi

1)   Lokasi : sesuai RUTW/RUTR, sumber air tidak tercemar.

2)   Wadah : produksi pembesaran dan produksi induk menggunakan kolam tanah atau kolam tembok dan dasar tanah, luasnya minimal 500 m2 kedalaman air minimal 1 m.

3)   Benih : menggunakan keturunan pertama dari induk dasar/induk penjenis.

4)   Pakan : pelet (kandungan protein 30%); obat-obatan  menggunakan formalin, kalium permanganate dan kapur.

5)   Peralatan : timbangan, hapa/waring, ember, lambit, scop net; kualitas air menggunakan termometer, pH indikator dan DO meter.

6)   Kualitas air : diukur menggunakan termometer, pH indikator, DO meter.

Proses produksi

Kualitas air (suhu 25°C - 30°C; pH: 6.5 – 8.5; DO: > 5 mg/l). Standar proses produksi induk udang galah di kolam seperti pada tabel di bawah ini

Tabel : Standar proses produksi induk udang galah

CARA PENGUKURAN

1)   Suhu : menggunakan termometer, pagi dan sore hari.

2)   pH air  : menggunakan kertas lakmus, derajat keasaman menggunakan pH meter.

3)   Ketinggian air : mengukur jarak antara dasar wadah sampai ke permukaan air.

4)   Dosis pakan : ditentukan dengan mengukur bobot rata-rata udang dikali jumlah populasi yang ditebar, dikali persentasi pakan dalam g atau kg.

5)   Pupuk : dengan cara mengalikan dosis pupuk per m2 dengan luas wadah.

6)   Kapur : dengan cara mengalikan dosis kapur per m2 dengan luas wadah (g/kg).

7)   Padat tebar benih : ditentukan dengan mengalikan jumlah benih yang ditebar per m2 dengan luas wadah pemeliharaan.

8)   Waktu pemeliharaan : menghitung waktu mulai benih ditebar sampai panen.

REFERENSI

BSN, 2002. SNI 01-6486.2-2002  Produksi Induk Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) Kelas Induk Pokok (Parent Stock). Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Udang Rostris (Litopenaeus stylirostris) Produksi Kelas Pembesaran Secara Intensif Sistem Tertutup (Ringkasan SNI 01-7245-2006)

BATASAN

Standar ini  menetapkan persyaratan serta cara pengukuran dan pemeriksaan induk udang vaname kelas induk pokok.

PERSYARATAN PRODUKSI

Pra produksi

1)   Asal : induk dari luar negeri yang tersertifikasi, induk hasil budidaya mengikuti kaidah pemuliaan.

2)   Warna :  bening kecoklatan dan cerah dengan garis merah pada tepi ujung uropoda.

3)   Bentuk tubuh : lebih pendek dari abdomen dan punggung lurus mendatar.

4)   Kesehatan : bebas virus dan nekrosis, anggota tubuh lengkap, tidak cacat, insang bersih dan tidak bengkak.

5)   Kekenyalan tubuh : tidak lembek dan tidak keropos.

6)   Gerakan : aktif normal.

7)?? Pakan buatan : kandungan protein (28 - 42 %), lemak (lima - 7 %), serat kasar ? 3%, kadar air ? 12 % dan bebas antibiotik dan imbuhan pakan (feed additive).

Proses produksi

1)?? Penyiapan petak pemeliharaan : perbaikan konstruksi & pelapisan lereng pematang tambak, pengolahan tanah dasar, pemberantasan hama menggunakan pestisida yg direkomendasikan.

2)?? Persiapan air media : sterilisasi air (kaporit 30 mg/l) & pemupukan (pupuk organik & atau pupuk anorganik dan probiotik).

1)   Umur : dihitung sejak telur menetas.

2)   Kematangan gonad : melihat intensitas warna gonad (kuning kecoklatan).

3)   Induk siap pijah : melihat ada tidaknya spermatofor yang menempel pada telikum induk yang matang gonad.

4)   Spermatofor : melihat adanya kantung putih di pangkal kaki jalan kelima.

5)   Panjang tubuh : mengukur jarak antara ujung rostrum sampai ujung telson.

6)   Berat tubuh : dengan menimbang.

7)   Kesehatan : pemeriksaan awal untuk uji: TSV, WSSV, IHHNV dengan metode PCR, parasit, jamur, dan nekrosis secara visual dan mikroskopis.

7)?? Persentase pergantian air buat air media seperti tabel dibawah ini.

BSN, 2006. SNI  01-7245-2006  Udang Rostris (Litopenaeus stylirostris) Produksi  Kelas Pembesaran Secara Intensif Sistem Tertutup. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Benih Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-7252-2006)

BATASAN

Standar ini  menetapkan persyaratan, cara pengukuran, pengujian dan pemeriksaan benih udang vaname kelas benih sebar.

PERSYARATAN

Kualitatif

1)   Nauplius : coklat oranye, gerakan aktif, organ tubuh lengkap, ukuran/bentuk normal, bebas patogen, respon terhadap rangsangan bersifat fototaksis positif.

2)   Benur : tubuh transparan, gerakan aktif, setelah PL10 organ tubuh sempurna dan ekor mengembang, bebas virus, respon terhadap rangsangan.

Kuantitatif

Persyaratan kuantitatif benih vaname seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Persyaratan kuantitatif benih vaname

CARA PENGUKURAN, PENGUJIAN DAN PEMERIKSAAN

1)   Penentuan umur dan stadia : a) umur nauplius dihitung sejak telur menetas; b) stadia larva dengan mengamati perkembangan morfologis larva; c) umur post larva dengan menghitung hari setelah larva.

2)   Pengukuran panjang total : a) panjang nauplius diukur dari ujung anterior sampai ujung posterior dengan mikrometer pada stadia nauplius 6; b) panjang benur  diukur dari ujung rostrum sampai ujung telson dengan jangka sorong atau mistar.

3)   Penentuan keseragaman : mengukur panjang total contoh benih dalam populasi, dengan perbedaan panjang total individu ≤ 1 mm, dalam persen.

4)   Pengujian ketahanan : a) perubahan salinitas dengan memindahkan benur dari salinitas 30 ‰ ke salinitas 0 ‰ secara mendadak selama 5 menit, kemudian dihitung sintasannya (%); b) perendaman formalin dengan memasukkan benur ke dalam larutan formalin    200 ‰ selama 30 menit, kemudian dihitung sintasannya (%).

5)   Pemeriksaan kesehatan benih : a) pengambilan contoh aa aak a a ≥  ekor untuk pengukuran panjang tubuh dan pengujian parasit/bakteri, deteksi virus dengan PCR; b) pengamatan visual untuk memeriksa tingkah laku, kecukupan pakan dan gejala klinis; c) pengamatan mikroskopis untuk memeriksa parasit, kondisi fisik tubuh; d) pengujian virus (TSV, IHHNV dan WSSV) dengan PCR.

6)   Pengujian respon benih : a) nauplius dengan memberikan cahaya, nauplius yang sehat akan berenang mendekati sumber cahaya; b) benur  dengan memutar air dalam wadah secara sentrifugal, benur yang sehat akan berenang melawan arus.

7)   Penentuan prevalensi nekrosis : berdasarkan adanya infeksi bakteri yang menyebabkan terjadinya pembusukan organ tubuh.

REFERENSI

BSN, 2006. SNI  01-7252-2006  Benih Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)  Kelas Benih Sebar. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus) Kelas Pembesaran di Kolam (Ringkasan SNI 01-6483.5-2002)

BATASAN

Standar ini  menetapkan persyaratan produksi, cara pengukuran dan pemeriksaan ikan patin siam produksi kelas pembesaran.

PERSYARATAN

Pra produksi

1)   Lokasi : bebas banjir dan pencemaran sesuai RTRW, dasar tanah stabil, tekstur lempung 50 - 60% dan pasir < 20%, mengandung bahan organik > 80 %, pH 3,5 - ,5, sumber air tersedia sepanjang tahun,  memenuhi baku mutu budidaya.

2)   Wadah :  tanah atau tembok dengan pematang yang kuat, luas ≥ 100 m2, kedalaman 1 – 2 m, dapat dikeringkan.

3)   Benih :  sesuai SNI 01-6483.2-2000.

4)   Bahan : pakan dengan kandungan protein ≥25%, tidak mengandung bahan lain berbahaya; pupuk (organik atau anorganik); bahan kimia, obat-obatan, desinfektan.

5)   Peralatan : termometer, pH meter, dan DO meter, piring sechii, hapa, waring, ember, cangkul , serok dan alat timbang.

Proses produksi

1)   Kualitas air : seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : kisaran optimum kualitas air

2)   Penggunaan bahan : obat-obatan KmnO4 1-3 mg/l, fomalin 38% (15 – 25 ml/m3), garam 500 – 1.000 mg/l direndam 12-24 jam, diaerasi. Pupuk organik (250-500 g/m2), anorganik (dosis urea 10-20 g/m2, TSP 5-10 g/m2, kapur tohor 50-100 g/m2).

Pemanenan

Proses produksi ikan patin siam kelas pembesaran dikolam misalnya dalam tabel dibawah ini.

Tabel : Proses produksi ikan patin siam kelas pembesaran di kolam

CARA PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN

1)   Panjang standar : dengan mengukur ujung mulut sampai pangkal ekor dalam sentimeter.

2)   Bobot tubuh : dengan menggunakan timbangan analitik (ketelitian 0,1 mg) dalam gram.

3)   Suhu : dengan termometer dipermukaan air dan dasar pada pagi dan sore.

4)   oksigen terlarut : dengan DO-meter, dipermukaan air dan dasar pada pagi dan sore.

5)   pH air : dengan pH meter atau pH indikator pada pagi dan sore.

6)   Kecerahan : dengan piring sechi (cm).

7)   Umur : dihitung sejak telur menetas.

8)   Jumlah pakan : bobot rata-rata ikan (≥ 30 ekor ikan sampel) x jumlah populasi ikan yang ditebar x persentase tingkat pemberian pakan yang telah ditetapkan.

9)   Jumlah pupuk dan kapur : dihitung dosis per meter x luas persegi.

10) Padat tebar benih : padat tebar x luas persegi (ekor/m2).

11) Pemeriksaan kesehatan : ambil secara rambang sebanyak 1% menurut populasi atau ? 5 ekor buat pengamatan visual/mikroskopik.

REFERENSI

BSN, 2002. SNI 01-6483.5-2002  Ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) Bagian 5: Produksi Kelas Pembesaran di Kolam. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Induk Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) Kelas Induk Pokok (Parent Stock) (Ringkasan SNI 01-6486.1-2000)

BATASAN

Standar ini  menetapkan klasifikasi, persyaratan serta cara pengukuran dan pemeriksaan.

PERSYARATAN

Kualitatif

1)   Asal : hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk kelas induk dasar.

2)   Warna : kulit biru kehijauan, kadang ditemukan kulit agak kemerahan.

3)   Kesehatan : organ tubuh lengkap, tidak cacat, tidak ditempeli jasad patogen, tidak berlumut, insang bersih, alat kelamin tidak rusak, gerakan aktif.

Kuantitatif

Kriteria reproduksi induk udang galah seperti pada tabel pada bawah ini.

Tabel : Kriteria reproduksi induk udang galah

CARA PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN

1)   Umur : dihitung sejak telur menetas.

2)   Kematangan gonad : ditandai dengan warna oranye, terlihat di bagian belakang rostrum.

3)   Panjang total : mulai ujung rostrum hingga ujung uropoda, menggunakan jangka sorong/penggaris dalam satuam cm.

4)   Bobot badan : dengan menimbang bobot per individu yang dinyatakan (g).

5)   Diameter telur : dengan mengambil 30 sampel telur kemudian diukur diameternya dengan menggunakan mikroskop yang dilengkapi mikrometer.

6)   Kesehatan : pengambilan contoh untuk pengujian secara visual maupun mikroskopik dilakukan secara acak (10% dari populasi), maksimal 10 ekor.

REFERENSI

BSN, 2000. SNI 01-6486.1-2000  Induk Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) Kelas Induk Pokok (Parent Stock). Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Udang Rostris (Litopenaeus stylirostris) Produksi Kelas Pembesaran Secara Intensif Sistem Tertutup (Ringkasan SNI 01-7245-2006)

BATASAN

Standar ini  menetapkan produksi udang rostris kelas pembesaran secara intensif sistem tertutup yang merupakan rangkaian kegiatan usaha budidaya, meliputi pra produksi, proses produksi, pemanenan dan pengelolaan limbah secara terkendali.

PERSYARATAN PRODUKSI PRODUKSI

Pra produksi

1)   Lokasi : dekat sumber air (kualitas baik, kuantitas cukup), oksigen terlarut ≥ 3,5 mg/l; bahan organik  50 - 60 mg/l; BOD (5 hari) ≥ 3 mg/l; alkalinitas   120 - 180 mg/l; H2S ≤ 0,05 mg/l; NH3 ≤ 0,1 mg/l. Tanah berkualitas baik dan kedap air ; pH : 6,5 - 7,5; bahan organik : 5 - 10 %; redoks potensial : ≤ 50 mV.

2)   Wadah :  a) petak tandon : kapasitas air ≥ 50 % dari volume air petak pemeliharaan; b) petak pemeliharaan : luas 2.000 - 5.000 m2 , kedalaman air 120 - 150 cm; pintu pemasukan dan pengeluaran air terpisah; c) saluran pembuangan : kemiringan 20 - 50 cm dari dasar petak pemeliharaan, berfungsi sebagai petak pengendapan limbah; dapat ditanami pohon bakau sebagai probiotik dan biofilter alami; d) petak pengolahan limbah : terdiri dari petak pengendapan, biofilter dan bioscreening dengan kapasitas ≥ 50 % dari volume air pemeliharaan.

3)   Benih : umur > PL12, seragam, responsif terhadap gerakan dan cahaya, kulit bersih, adaptif terhadap perubahan salinitas dan bebas penyakit.

4)   Biofilter : rumput laut (petak pengolahan limbah); kekerangan (pengolahan limbah dan petak endapan); multispesies ikan karnivora dan herbivora (petak pengolahan limbah, saluran/distribusi air).

5)   Peralatan : tenaga listrik, pompa air, kincir air, peralatan lapangan (jala tebar, jaring kantong, anco, serok, timbangan, gayung ember pakan, ember panen, jangka sorong dan ember sampling), alat panen ( jaring kantong dan atau jaring tarik, ember, dan bak penampungan).

6)   Bahan kimia : desinfektan (kaporit 5 - 30 mg/l dan saponin 5 - 15 mg/l), kapur (kapur tohor dan kapur pertanian), pupuk (organik dan anorganik), probiotik yang sudah terdaftar di Departemen Kelautan dan Perikanan.

7)   Pakan buatan : kandungan protein (28 - 42 %), lemak (5 - 7 %), serat kasar ≤ 3%, kadar air ≤ 12 % serta bebas antibiotik dan imbuhan pakan (feed additive).

Proses produksi

1)   Penyiapan petak pemeliharaan : perbaikan konstruksi dan pelapisan lereng pematang tambak, pengolahan tanah dasar, pemberantasan hama dengan pestisida yang direkomendasikan.

2)   Persiapan air media : sterilisasi air (kaporit 30 mg/l) dan pemupukan (pupuk organik dan atau pupuk anorganik serta probiotik).

3)   Padat tebar : 30 - 50 ekor/m2

4)   Pupuk : Jenis dan dosis pupuk yang digunakan pada persiapan dasar tambak dan penyiapan air media pemeliharaan seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Jenis dan dosis pupuk untuk persiapan dasar tambak dan penyiapan air   media

5)   Kapur : Jenis dan dosis kapur yang digunakan pada persiapan dasar tambak dan penyiapan air media pemeliharaan seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Jenis dan dosis kapur untuk persiapan dasar tambak dan penyiapan air   media

6)   Pemberian pakan seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Bentuk pakan, dosis, ukuran dan frekuensi pakan

7)   Persentase pergantian air untuk air media seperti tabel dibawah ini.

Tabel : Persentase pergantian air

8)   Waktu pemeliharaan : ≤ 130 hari atau ukuran konsumsi 25 - 30 g/ekor.

9)   Pemanenan : a) bahan : air bersih dan es; b) alat : jaring kantong, jala tebar, anco, ember besar, serok , bak penampungan; c) waktu panen : saat intensitas matahari rendah atau suhu rendah; d) cara panen : menggiring udang dengan jaring atau secara gravitasi; e) target produksi : sintasan ≥ 70 %, berat rata-rata 25 - 30 g/ekor, produksi   (≥ 5.250 kg/ha/mt untuk padat tebar 30 ekor/m2 dan ≥ 10.500 kg/ha/mt untuk padat tebar 50 ekor/m2 ).

CARA PENGUKURAN

1)   Parameter fisik kualitas air  : a) suhu : pada permukaan dan dasar wadah (pagi dan sore) dengan termometer; b) pH air : dengan pH meter atau kertas lakmus; c) salinitas : dengan salinometer; d) oksigen terlarut : dengan DO meter dilakukan pagi dan sore;  e) alkalinitas : dengan metode titrasi; f) BOD : dengan alat HC–3500; g) ketinggian air : dengan penggaris atau papan skala; h) kecerahan air : dengan sechi disk.

2)   Parameter kimia kualitas air : amonia, nitrit, nitrat, khlorin, bahan organik, dan padatan terlarut (diukur seminggu sekali) sesuai dengan APHA  dan AWWA.

3)   Parameter biologis kualitas air : jumlah plankton dengan haemocytometer.

4)   Parameter fisik dan kimia kualitas tanah : pH dan redoks potensial dengan Redoks Potensio Meter (mV), bahan organik dengan metoda Gravimetri.

5)   Penggunaan bahan : pupuk, kapur dan desinfektan.

6)   Penghitungan : a) padat tebar : mengalikan jumlah benih yang ditebar dengan luas wadah; b) berat rata-rata : membagi berat total dengan jumlah udang (g/ekor); c) populasi : menghitung jumlah individu udang dalam petakan melalui metode sampling; d) biomas : mengalikan jumlah populasi dengan berat rata-rata per ekor (g/kg); e) sintasan : dengan membagi jumlah populasi dengan jumlah tebar (%).

7)?? Persentase pergantian air buat air media seperti tabel dibawah ini.

BSN, 2006. SNI  01-7245-2006  Udang Rostris (Litopenaeus stylirostris) Produksi  Kelas Pembesaran Secara Intensif Sistem Tertutup. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :

Rumput Laut Cottonii (Kappaphycus alvarezii) Basah Hasil Budidaya (Ringkasan SNI 01-6429-2000)

BATASAN

Standar ini  meliputi istilah dan definisi, persyaratan dan tata cara pemeriksaan rumput laut cottonii basah hasil budidaya.

ISTILAH DAN DEFINISI

1)   Rumput laut basah kelas konsumsi : suatu hasil yang dicapai setelah melewati rangkaian kegiatan praproduksi, proses produksi, pemanenan untuk menghasilkan rumput laut basah kelas konsumsi dengan lama pemeliharaan 45-50 hari.

2)   Rumput laut basah : rumput laut hasil budidaya yang dipanen dan langsung dijual kepada pihak yang membutuhkan dalam keadaan basah.

3)   Panen : rumput laut kegiatan pengambilan hasil budidaya setelah masa pemeliharaan 45 - 50 hari.

4)   Kemurnian : tidak tercampurnya tanaman hasil panen dengan tanaman lainya.

PERSYARATAN

Kualitatif

1) Asal : rumput bahari hasil budidaya

2) Warna : coklat, coklat kekuning-kuningan & hijau

tiga) Kondisi : tidak masih ada bercak-bercak putih.

Kuantitatif

Persyaratan kuantitatif rumput bahari basah tawar kelas pasar seperti dalam tabel dibawah ini.

Tabel : Persyaratan kuantitatif rumput bahari basah tawar kelas pasar

TATA CARA PEMERIKSAAN

1)   Umur : dihitung sejak bibit ditanam hingga panen.

Kemurnian : pada saat panen dilakukan pembersihan dengan mengambil jenis rumput lain yang menempel dan ikut terbawa.

#Tag :

Pakan Buatan Untuk Ikan Sidat (Anguilla spp) pada Budidaya Intensif (Ringkasan SNI 01-4413-2006)

BATASAN

Standar ini menetapkan syarat mutu, cara pengambilan model, cara uji & pengukuran, kondisi penandaan dan cara pengemasan. SNI ini adalah revisi berdasarkan SNI 01-44131997.

SYARAT MUTU

Syarat mutu pakan ikan sidat berukuran elver, fry & pembesaran misalnya pada tabel dibawah ini.

Tabel : Syarat mutu pakan ikan sidat ukuran elver, fry dan pembesaran

CARA PENGAMBILAN CONTOH

Cara pengambilan contoh sesuai menggunakan SNI 01-2326-1991

CARA UJI DAN PENGUKURAN

1)   Cara uji kimia : a) kadar air, sesuai SNI 01-2354.2-2006, Penentuan kadar air pada produk perikanan; b) kadar abu total, sesuai SNI 01-2354.1-2006, Penentuan kadar abu pada produk perikanan; c) kadar lemak total sesuai SNI 01-2354.3-2006, Penentuan, kadar lemak total pada produk perikanan; d) kadar protein, sesuai SNI 01-2354.4-2006, Penentuan kadar protein dengan metode total nitrogen pada produk perikanan; e) kadar serat kasar, sesuai SNI 01-2891-1992, Cara uji makanan dan minuman; f) non protein nitrogen dengan metode nitrogen bebas; g) kadar antibiotika (tetrasiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin dan doksisiklin) dan turunannya berdasarkan SNI 01-4494-1998. Penentuan tetrasiklin dan derivatnya dalam udang dan ikan secara kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC); h) kadar residu antibiotika kloramfenikol dilakukan dengan metoda kromatografi cair kinerja tinggi atau kromatografi gas.

2)   Cara penentuan mikroba : a) kadar Salmonella sesuai SNI 01-2332.2-2006, Penentuan Salmonella pada produk perikanan; b) kandungan aflatoksin dengan metode analisis aflatoksin terhadap  bahan (makanan kacang tanah, kelapa, dan kelapa hibrida).

SYARAT PENANDAAN

Tulisan dalam kemasan dalam bahasa Indonesia dengan mencamtumkan : merk dagang, nama penghasil, pembagian terstruktur mengenai pakan, bobot netto, jenis bahan yg digunakan, jenis bahan yg ditambahkan, kandungan nutrisi, cara penyimpanan, cara penggunaan, bentuk & sifat fisik, kestabilan pada air, lepas kadaluarsa & kode produksi.

CARA PENGEMASAN

Dikemas dalam wadah yang tertutup kedap, kondusif pada penyimpanan dan pengangkutan.

REFERENSI

BSN, 2006. SNI 01-4413-2006  Pakan Buatan Untuk Ikan Sidat (Anguilla spp)  pada Budidaya Intensif. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

https://www.google.co.id/search

#Tag :